Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Pattimura Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 1 Nomor 2, Juli 2017. Halaman 103-109
Deskripsi Motivasi Belajar Siswa dan Implikasinya Terhadap Usulan Topik-topik Bimbingan
Paulina Ngobut Wanti Jocinta Maria Lenny SMP Naskat Maria Mediatrix Ambon
E-mail: edythangobut@ymail.com
Artikel diterima: 10 April 2017; direvisi 24 Mei 2017; disetujui 22 Juni 2017
ABSTRACT
This study aims to obtain a description of students' learning motivation. Quantitative descriptive research type. Number of research subjects 205 students with side random. The results show that there are no students who have the motivation to learn at very high qualifications and very low. 9 students (5,62%) whose learning motivation is highly qualified, 101 students (63,12) whose learning motivation is high enough and 50 residuals (31,25) whose learning motivation is low qualified. Therefore, it is suggested that guidance topics that can improve students' learning motivation include: learning motivation, learning activities, responsibility, motivation berperstasi, self-concept, self-confidence, processing time, how to organize daily activities, problem solving and learning effective.
Keywords: learning motivation, guidance topics
PENDAHULUAN
Saat ini di kalangan tenaga pendidik banyak dibicarakan tentang masalah menurunnya motivasi belajar siswa. Menurunnya motivasi belajar siswa disertai dengan gejala-gejala yang tampak antara lain: berkurangnnya perhatian siswa pada saat pelajaran, kelalaian mengerjakan tugas (PR), rendahnya persiapan saat ulangan/ujian, adanya pandangan asal lulus dan sebagainya. Faktor yang mendasari adanya penurunan motivasi belajar siswa antara lain: 1) kehidupan di luar sekolah menawarkan banyak bentuk rekreasi yang dapat membuat orang merasa puas, meskipun rasa puas itu tidak dapat bertahan lama; 2) pengaruh dari teman-teman yang tidak menghargai prestasi tinggi dalam belajar di sekolah dan prestasi di bidang lain; 3) kekaburan mengenai cita-cita kehidupan sesudah tamat sekolah; 4) keadaan keluarga yang kurang menguntungkan, karena sejak kecil anak kurang ditantang untuk memberikan prestasi
Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Pattimura Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 1 Nomor 2, Juli 2017. Halaman 103-109
yang patut dibanggakan atas dasar usahannya sendiri; 5) sikap kritis sejumlah orang muda terhadap masyarakat, sehingga meragukan kegunaan dari belajar di sekolah (Winkel, 1987).
Pada proses dan kegiatan belajar mengajar di kelas, kadang juga ditemukan siswa yang tidak sungguh-sungguh dalam belajar. Sebagai contoh, ada siswa yang aktif dalam kegiatan atau tugas yang diberikan oleh guru, tetapi ada juga siswa yang acuh tak acuh dengan menggambar atau menulis hal lain di luar mata pelajaran yang sedang diajarkan. Siswa tersebut sedikit pun tidak tergerak hatinya untuk mengikuti pelajaran dengan cara mengengarkan penjelasan guru atau mengerjakan tugas-tugas yang diberikan.
Belajar memerlukan motivasi, karena motivasi merupakan suatu kekuatan psikis yang dapat mendorong individu untuk melakukan kegiatan belajar. Siswa giat belajar antar lain karena ingin untuk mendapatkan nilai yang tinggi. Keinginan untuk mendapatkan nilai yang tinggi merupakan kebutuhan yang diperjangkan dan dipenuhi oleh siswa. Motivasi dan kebutuhan mempunyai hubungan dalam belajar yakni dengan kebutuhan siswa yang bermacam-macam, dapat memunculkan motivasi yang bervariasi pula dalam belajar di kelas. Contohnya, ada siswa tertentu senang dengan mata pelajaran tertentu dan kurang sendang dengan mata pelajaran yang lain.
Motivasi untuk belajar sangat penting dalam kegiatan belajar, karena motivasi merupakan pendorong yang dapat melahirkan kegiatan bagi seseorang khususnya siswa. Siswa tentu bersemangat untuk menyelesaikan tugas dan kegiatan belajarnya karena ada motivasi yang kuat dalam dirinya. Motivasi tersebut yang mendorong siswa untuk mencapai tujuan belajarnya. Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab siswa yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Siswa akan terdorong untuk melakukan aktivitas belajar bial kegiatan belajar menjadi suatu kebutuhan baginya. Maslow (1943, 1970) menyatakan bahwa tingkah laku manusia dibangkitkan dan diarahkan oleh kebutuhan-kebutuhan tertentu, yaitu kebutuhan fisiologis, rasa aman, rasa cinta, penghargaa, dan aktualisasi diri. Kebutuhan-kebutuhan ini menurut Maslow, mampu memotivasi tingkah laku individu. Misalnya sesuatu yang dilihat oleh seseorang, tentu akan membangkitkan semangat dan usaha untuk mendapatkan/memperoleh sesuatu dengan kebutuhan dirinya sendiri.
Berdasarkan tingkat kebutuhan Maslow tersebut, sering terjadi bahwa siswa di tingkat SMP kelas VII yang berusia lebih dari 13 tahun, cenderung belajar kalau disertai dengan hadiah, kebutuhan yang selalu terpenuhi dan dukungan serta perhatian dari orang tua atau orang lain
Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Pattimura Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 1 Nomor 2, Juli 2017. Halaman 103-109
yang menyayanginya. Dukungan dan perhatian tersebut memunculkan motivasi pada siswa dalam melaksanakan proses dan kegiatan belajarnya. Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh guru pembimbing untuk membantu siswa agar termotivasi dalam belajarnya adalah dengan memberikan layanan bimbingan yang tersusun dan terencana dalam sutu program bimbingan. Usulan topik-topik bimbingan hendaknya berdasarkan sikap dan tingkah laku yang ditunjukkan oleh siswa dalam belajar baik di sekolah maupun di rumah, dan untuk inilah dibutuhkan penelitian.
METODE
Penelitian deskriptif dengan metode survei, Furhan (1982), penelitian deskriptif dirancang untuk memperoeh informasi tentang status gejala pada saat penelitian dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang motivasi belajar siswa kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2014/2015, aspek motivasi belajar yang paling rendah dari siswa kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015 dan topik-topik bimbingan yang sesuai untuk meningkatkan motivasi belajar siswa kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta.
Subjek penelitian adalah seluruh siswa kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta yang terbagi dalam 5 kelas dengan jumlah 205 siswa. Pengambilan sample dengan teknik random sapling sehingga diperoleh 40 siswa. Alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalah kuesioner yang disusun oleh peneliti yang terdiri dari dua bagian yaitu: 1) bagian penjelasan dan pedoman pengisian, dan 2) isi kuesioner itu sendiri yang terdiri dari 70 item pernyataan yang menggambarkan motivasi belajar siswa. Terdapat 35 item untuk mengidentifikasi motivasi belajar intrinsik dan 35 item untuk mengidentifikasi motivasi belajar ekstrinsik dengan bentuk kuesioner tertutup. Analisis data dari penelitian ini adalah skoring jawaban subjek, tabulasi data, menskor total jawaban dari subjek per aspek sesuai dengan nomor item yang tergoling dalam aspek-aspek tersebut, menghitung persentase, dan menyusun peringkat persentse aspek motivasi belajar yang sangat tinggi.
Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Pattimura Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 1 Nomor 2, Juli 2017. Halaman 103-109
HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi motivasi belajar siswa kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015 dihitung menggunakan perhitungan Penilaian Acuan Patokan (PAP) diperoleh kualifikasi cukup. Responden memperoleh minimal 65% dari total skor.
Tabel 1. Penggolongan Motivasi Belajar Siswa Kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta Rumusan PAP Rentang Skor Frekuensi Persentase (%) Kualifikasi
90%-100% 216-240 0 0% Sangat tinggi
80%-89% 192-215 9 5,62% Tinggi
65%-79% 156-191 101 63,12% Cukup
55%-64% 132-155 50 31,25% Rendah
Di bawah 55% < 131 0 0% Sangat rendah
Tabel 1 menunjukkan bahwa diantara siswa kelas VII tidak terdapat siswa yang memiliki motivasi belajar pada kualifikasi sangat tinggi dan sangat rendah. 9 siswa (5,62%) yang motivasi belajarnya berkualifikasi tinggi, 101 siswa (63,12) yang motivasi belajarnya berkualifikasi cukup tinggi dan 50 sisa (31,25) yang motivasi belajarnya berkualifikasi rendah.
Tabel 2. Hasil Perolehan per Aspek Motivasi Belajar No Motivasi Belajar Siswa Persentase 1 Motivasi Belajar Intrinsik 80% 2 Motivasi Belajar Ekstrinsik 54%
Tabel 2 menunjukkan bahwa diantara kedua aspek motivasi belajar siswa tersebut, salah satu aspek belum sesuai dengan yang diharapkan. Dari perhigungan tersebut, maka dibuat peringkat dari yang memiliki persentase pencapaian paling tinggi hingga paling rendah. Peringkat ini akan mempermudah peneliti untuk melihat aspek motivasi belajar yang paling rendah, sehingga dapat digunakan sebagai dasar untuk mengusulkan topik-topik bimbingan. Motivasi belajar ekstrinsik berada pada peringkat paling rendah.
Dari hasil penelitian, peneliti menemukan bahwa tidak ada siswa yang memiliki motivasi belajar yang sangat tinggi, hal ini disebabkan oleh: 1) latar belakang keluarga yang berpenghasilan rendah sehingga siswa cenderung pesimis dengan pendidikan dan masa depannya. 2) kurangnya motivasi dari orang tua karena latar belakang pendidikan orang tua yang rendah, ada juga orang tua yang terlalu sibuk dengan tugas dan pekerjaannya sehingga cenderung mempercepat anak menyelesaikan proses belajarnya dan mengerjakan tugas rumah yang lain.
Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Pattimura Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 1 Nomor 2, Juli 2017. Halaman 103-109
Kurangnya biaya pendidikan yang disediakan orang tua sehingga anak harus ikut memikirkan bagimana mencari uang untuk biaya sekolah. Anak yang belajar sambil mencari uang biaya sekolah terpaksa belajar apa adanya (Djamarah, 2002:208). Anak terlalu banyak membantu orang tua/terlibat langsung dalam pekerjaan orang tuanya seperti mencuci pakaian masak, ke pasar, ikut berjualan, ikut mengasuh adik dan sebagainya. Kegiatan seperti ini sangat menyita waktu belajar anak yang seharusnya dipakai untuk belajar. Ada juga keluarga yang bermasalah atau keluarga cerai, menyebabkan anak tidak berkonsentrasi dalam belajar karena mengalami kebingungan dan keraguan, sehingga timbul rasa ketidakpercayaan dalam diri anak. Hal ini menyebabkan timbulnya hambatan dalam diri anak ketika belajar bersama teman/orang lain/kelompok, anak sering menaruh curiga terhadap orang lain yang mungkin menolak pendapatnya. Perhatian orang tua yang tidak memadai membuat anak merasa kecewa dan frustrasi. Anak merasa seolah-olah tidak memiliki orang tua sebagai tempat menggantungkan harapan, sebagai tempat bertanya bila ada pelajaran yang tidak dimengerti dan sebagainya.
Usulan Topik-topik Bimbingan untuk Meningkatkan Motivasi Belajar
Topik-topik bimbingan untuk kelas VII yang diusulkan berikut ini didasarkan pada persentase motivasi belajar yang terendah yaitu motivasi ekstrinsik dengan persentase 54%. Usulan topik-topik bimbingan ini sejalan dengan tujuan bimbingan dan konseling dalam bidang bimbingan belajar (akademik) yang membantu siswa antara lain untuk (Depdikbud, 1994:6): memahami arti dari motivasi belajar, memahami peranan motivasi dalam aktivitas belajar, semakin termotivasi untuk bertanggung jawab dalam proses belajar, semakain termotivasi untuk mencapai prestasi belajar, mamu memahami konsep dirinya, mampu mempercayai dirinya sendiri, mampu mengelola waktu dengan tepat untuk belajar, mampu membuat jadwal untuk belajar, mampu menghadapi masalahnya sendiri dan dapat mengetahui serta memahami cara belajar yang efektif sehingga dapat menerapkannya dalam kegiatan belajar.
Tabel 3. Usulan Topik-topik Bimbingan
No. Tujuan Layanan Topik Sub-topik Bidang Bimbingan 1 Siswa dapat memahami
arti dari motivasi belajar
Motivasi belajar Pengertian motivasi, pentingnya motivasi dalam belajar, usaha-usaha untuk meningkatkan motivasi belajar, manfaat dari motivasi belajar
Pribadi-Sosial
2 Siswa dapat memahami peranan motivasi dalam
Aktivias belajar Pengertian aktivitas belajar, jenis-jenis aktivitas dalam belajar,
Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Pattimura Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 1 Nomor 2, Juli 2017. Halaman 103-109
aktivitas belajarnya usaha yang dilakukan untuk
meningkatkan aktivitas dalam belajar 3 Siswa semakin
termotivasi untuk bertanggung jawab dalam proses belajarnya
Tanggung jawab Pengertian tanggung jawab, tanggung jawab siswa di lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat, hal-hal yang mendukung dalam
melaksanakan tanggung jawab
Pribadi-Sosial 4 Siswa semakin termotivasi untuk mencapai prestasi belajarnya Motivasi berprestasi
Pengertian motivasi berprestasi, faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi, usaha-usaha yang dilakukan untuk meningkatkan motivasi untuk berprestasi
Belajar
5 Siswa makin mampu memahami konsep dirinya
Konsep diri Pengertian konsep diri, faktor penunjang dan penghambat konsep diri, usaha-usaha yang dilakukan untuk mengembangkan konsep diri
Pribadi-Sosial
6 Siswa semakin mampu mempercayai dirinya sendiri
Percaya diri Pengertian percaya diri, pentingnya percaya diri, usaha yang dilakukan untuk meningkatkan kepercayaan diri, usaha untuk lebih meningkatkan rasa percaya diri
Pribadi-Sosial
7 Siswa semakin mampu mengelola waktu dengan tepat untuk belajar
Pengelolaan waktu
Arti penting pengelolaan waktu, menyusun waktu yang tepat untuk kegiatan belajar sendiri di rumah, membagi waktu utuk berbagai kegiatan secara seimbang demi perkembangan diri dan belajar
Pribadi-Sosial
8 Siswa semakin mampu membuat jadwal belajarnya
Cara mengatur kegiatan sehari-hari
Kegiatan apa yang sudah
dilaksanakan dalam hidup sehari-hari, anfaat pengaturan kegiatan sehari-hari, membuat jadwal kegiatan sehari-hari
Pribadi-Sosial
9 Siswa semakin mampu menghadapi
masalahnya sendiri
Pemecahan masalah
Arti pemecahan masalah, strategi untuk memecahkan masalah, tindakan yang perlu untuk memecahkan masalah
Pribadi-Sosial
10 Siswa dapat mengetahui dan memahami cara belajar efektif sehingga dapat menerapkan dalam kegiatan belajarnya
Cara belajar yang efektif dan efisien
Pengertian cara belajar efektif, cara belajar efektif, manfaat yang diperoleh dari cari belajar yang efektif
Belajar
PENUTUP
Kesimpulan yang ditarik berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan adalah motivasi belajar siswa kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015 cenderung cukup dan rendah sehingga belum sesuai dengan yang diharapkan dan masih perlu ditingkatkan, diharapkan agar topik-topik bimbingan yang diusulkan, dapat membantu siswa memahami pentingnya motivasi belajar dan semakin berusaha untuk meningkatkan motivasi belajarnya.
Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Pattimura Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 1 Nomor 2, Juli 2017. Halaman 103-109
DAFTAR RUJUKAN
Azwar, S. (1999). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Depdikub, (1994). Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: Depdikbud
Djamarah, S. (2002). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta
Furchan A. (1982). Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasinal Handoko, M. (1992). Motivasi Daya Pengerak Tingkah Laku. Yogyakarta: Kanisius Irwanto, E. H.; dkk. (1988). Psikologi Umum. Jakarta: Aptik
Masidjo, I. (1995). Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa di Sekolah. Yogyakarta: Kanisius. Muhibbin, S. (1995). Psikologi Pendidikan: Suatu Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosda
Karya
Prayitno E. (1997). Pelayanan Bimbingan dan Konseling SLTP. Jakarta: Ikrar Mandiri
Sardiman, A. M. (2005). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Suryabrata, S. (1984). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press.
Sutrisno, H. (1990). Analisis Butir Instrumen Angket, Tes dan Skala Nilai dengan BASICA. Yogyakarta: Penerbit Andi Offset
Winkel, W. S. (1996). Psikologi Pengajaran. Jakarta: Grasindo