• Tidak ada hasil yang ditemukan

Deskripsi motivasi intrinsik dalam belajar siswa kelas III SMP Budi Mulia Padon, Sleman-Yogyakarta tahun ajaran 2009/2010 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Deskripsi motivasi intrinsik dalam belajar siswa kelas III SMP Budi Mulia Padon, Sleman-Yogyakarta tahun ajaran 2009/2010 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan - USD Repository"

Copied!
124
0
0

Teks penuh

(1)

TOPIK-TOPIK BIMBINGAN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh:

Edisman Siallagan NIM: 051114005

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

iv MOTTO

Karena itu, saudara-saudaraku, berusahalah sungguh-sungguh, supaya panggilan dan pilihanmu makin teguh.

Sebab jikalau kamu melakukannya, kamu tidak akan pernah tersandung.

(II Petrus 1:10)

“Tidak ada jalan yang mulus untuk sukses, giat bekerja adalah kuncinya”.

(Penulis)

Skripsi ini kupersembahkan untuk:

Yesus Kristus Sang Juru Selamatku dan Bunda Maria yang senantiasa melindungi umatnya,

(5)
(6)

vii ABSTRAK

DESKRIPSI MOTIVASI INTRINSIK DALAM BELAJAR SISWA KELAS III SMP BUDI MULIA PADON, SLEMAN -

YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN

TOPIK-TOPIK BIMBINGAN Edisman Siallagan

051114005

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran motivasi intrinsik dalam belajar siswa kelas VIII SMP Budi Mulia Padon, Sleman Yogyakarta, tahun ajaran 2009/2010. Masalah pertama yang diteliti adalah “Bagaimana deskripsi motivasi intrinsik dalam belajar siswa kelas VIII SMP Budi Mulia Padon, Sleman - Yogyakarta, tahun ajaran 2009/2010?”. Masalah kedua adalah “Topik-topik bimbingan manakah yang sesuai untuk meningkatkan motivasi intrinsik dalam belajar siswa kelas VIII SMP Budi Mulia Padon, Sleman - Yogyakarta?”.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII SMP Budi Mulia Padon, Sleman – Yogyakarta yang berjumlah 58 siswa. Instrumen penelitian yang digunakan adalah “kuesioner motivasi intrinsik dalam belajar siswa”. Kuesioner tersebut terdiri dari 60 butir. Teknik analisa data yang digunakan adalah perhitungan persentase dengan pendistribusiannya berdasarkan rumus Penilaian Acuan Patokan tipe I. Tingkat motivasi intrinsik dalam belajar siswa kelas VIII SMP Budi Mulia Padon, Sleman – Yogyakarta tahun ajaran 2009/2010 digolongkan menjadi 5 yaitu: sangat tinggi, tinggi, cukup, rendah, sangat rendah.

(7)

viii ABSTRACT

THE DESCRIPTION OF VIII GRADE STUDENTS’ INTRINSIC LEARNING MOTIVATION IN BUDI MULIA PADON,

SLEMAN- YOGYAKARTA JUNIOR HIGH SCHOOL ACADEMIC YEAR OF 2009 /2010

AND ITS IMPLICATION TOWARDS GUIDANCE TOPICS PROPOSAL

Edisman Siallagan 051114005

The purpose of this research was to gain a description on the VIII grade students’ intrinsic learning motivation in Budi Mulia Padon Sleman Yogyakarta Junior High School, in academic year of 2009/2010. The first problem which was studied was “How was the description of VIII grade students’ intrinsic learning motivation in Budi Mulia Padon Sleman Yogyakarta Junior High School, in academic year 2009/2010?”. Second problem was “Which counselling topic was appropriate to increase the VIII grade students’ intrinsic learning motivation in Budi Mulia Padon Sleman Yogyakarta Junior High School?”.

This research uses was descriptive approach. The subjects in this research were VIII grade students in Budi Mulia Padon Sleman Yogyakarta Junior High School by the total amount of 58 students. There are 60 items presented in the questionnair. The technique of data analysis used was calculation of percentages and its level by its distribution based on the formulation of Type I Standard Reference Evaluation. The level of VIII grade students’ intrinsic learning motivation in Budi Mulia Padon Sleman Yogyakarta Junior High School in academic year of 2009/2010 was classified into 5, i.e.: very high, high, moderate, low, very low.

(8)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat, dan berkatNya yang telah diberikan selama belajar di Universitas Sanata Dharma, sehingga penulisan skripsi ini berjalan dengan lancar, sebagai tugas akhir untuk memperoleh gelar sarjana. Selama menjalani studi di Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta banyak pengalaman berharga yang diperoleh, dengan pengalaman tersebut kiranya membantu dalam dunia bimbingan nantinya.

Selama penulisan skripsi ini, banyak pihak yang telah membantu dalam penyusunan dan penulisannya. Tanpa bantuan, bimbingan dan kerelaan mereka mungkin akan banyak hambatan yang dihadapi. Pada kesempatan ini, secara khusus dihaturkan terima kasih kepada:

1. Ibu Dr. M.M. Sri Hastuti, M.Si. sebagai Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Ibu Dra. Maria Josepha Retno Priyani, M.Si. sebagai dosen pembimbing yang telah membimbing dan mendampingi dengan penuh kesabaran, memberikan masukan-masukan yang bermanfaat dan memberikan dorongan kepada penulis agar segera menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak F.X. Indaryanto, S.Pd. sebagai kepala Sekolah SMP Budi Mulia Padon, Sleman – Yogyakarta yang telah berkenan memberi ijin untuk penelitian. 4. Guru-guru dan karyawan SMP Budi Mulia Padon, Sleman – Yogyakarta yang

telah menerima dan membantu proses penelitian, sehingga penelitian dilakukan dengan lancar.

5. Sr. Maria Asumpta, SND dengan guru-guru dan karyawan SMP St. Aloysius Denggung yang telah memberi ijin dan mendukung untuk uji coba penelitian di sekolah tersebut.

6. Para Bruder Budi Mulia Klepu yang telah memberi dukungan untuk penulisan skripsi ini.

(9)
(10)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……….... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ……….... ii

HALAMAN PENGESAHAN ……… iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN …..………….. iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ……... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ………. vi

ABSTRAK ……….... vii

1. Pengertian bimbingan ………... 16

2. Program bimbingan ………... 18

(11)

xii

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ………... 23

A. Jenis penelitian ………... 23

B. Subjek penelitian ………... 23

C. Alat pengumpul data ………... 23

1. Kuesioner motivasi intrinsik belajar siswa ………... 24

2. Uji coba kuesioner motivasi intrinsik belajar siswa ……... 26

a. Validitas ………... 28

b. Reliabilitas ………... 30

D. Pengumpulan data ………. 32

1. Tahap persiapan ………... 32

2. Tahap pelaksanaan ………... 32

E. Teknik analisa data ………... 33

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……... 36

A. Hasil penelitian ………... 37

B. Pembahasan ………... 38

BAB IV USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN ………... 44

BAB VI RINGKASAN, KESIMPULAN DAN SARAN ……... 51

A. Ringkasan ………... 51

B. Kesimpulan ………... 54

C. Saran-saran ………... 55

DAFTAR PUSTAKA ………... 56

(12)

xiii DAFTAR TABEL

Tabel 1: Rincian Kisi-Kisi Motivasi Intrinsik Belajar Siswa dan Sebaran Item-Item Kuesioner

Tabel 2: Rincian Kisi-Kisi Kuesioner Motivasi Intrinsik Belajar Siswa dan Sebaran Item-Item Setelah Uji Coba Kuesioner

Tabel 3: Jadwal Pengumpulan Data Penelitian Tabel 4: Penilaian Acuan Patokan (PAP) Tipe I

Tabel 5: Penggolongan Motivasi Intrinsik Belajar Siswa Kelas VIII SMP Budi Mulia Padon Tahun Ajaran 2009/2010

Tabel 6: Usulan Topik-Topik Bimbingan

DAFTAR LAMPIRAN

Lamp. 1: Kuesioner Motivasi Intrinsik Belajar Siswa Yang Diuji Coba

………... (1)

Lamp. 2: Tabulasi Data Uji Coba Kuesioner Motivasi Intrinsik dalam Belajar

Siswa ………... (9)

Lamp. 3: Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Motivasi Intrinsik dalam

Belajar ………... (15)

Lamp. 4: Kuesioner Motivasi Intrinsik Belajar Siswa……..…….... (26) Lamp. 5: Tabulasi Data Penelitian Motivasi Intrinsik dalam Belajar Siswa

………. (32)

Lamp. 6: Perhitungan Gambaran Motivasi Intrinsik dalam Belajar Siswa

……….. (42)

Lamp. 7: Kualifikasi Motivasi Intrinsik Belajar Siswa……... (45) Lamp. 8: Total Skor Motivasi Intrinsik Belajar Yang Didapat

(13)

Bab ini memuat latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan definisi operasional.

A. Latar Belakang Masalah

Banyak guru mengeluh karena rendahnya semangat belajar siswa. Setiap guru berharap agar siswa dapat memusatkan pikiran dan perhatian pada kegiatan belajarnya. Harapan para guru tersebut berbanding terbalik dengan respon sebagian siswa yang kurang memberikan perhatian pada kegiatan belajar. Siswa kurang memperhatikan pelajaran yang diberikan guru, siswa bercakap-cakap dengan siswa lain sewaktu guru menjelaskan pelajaran, asyik melukis sesuatu di dalam bukunya, tidak mengerjakan Pekerjaan Rumah (PR), kurang siap menghadapi ulangan/ujian, ada yg berpandangan bahwa yang penting asal lulus, dan sebagainya. Nampaknya para guru harus berusaha membimbing dan membantu siswa agar lebih semangat dalam belajar.

(14)

Siswa perlu menyadari tujuan belajarnya. Dengan menyadari tujuan belajar siswa dapat meningkatkan semangat belajar dari yang tidak bersemangat menjadi lebih bersemangat. Pemahaman dan kesadaran akan tujuan belajar akan membuat yang bersangkutan giat belajar dan berlatih. Motivasi berkaitan erat dengan tujuan yang hendak dicapai. Motivasi menggerakkan tingkah laku untuk mencapai tujuan tersebut. Tingkah laku timbul karena adanya suatu kebutuhan. Tingkah laku mengarah dan diteruskan pada pencapaian tujuan untuk memuaskan kebutuhan itu (Handoko, 1992: 19).

Kurangnya motivasi intrinsik belajar siswa disebabkan beberapa faktor, antara lain: 1) kehidupan di luar sekolah menawarkan banyak hal yang dapat membuat orang merasa puas, meskipun rasa puas itu tidak dapat bertahan lama; 2) adanya pengaruh negatif dari teman-teman yang tidak menghargai prestasi tinggi dalam belajar di sekolah dan prestasi di bidang lain; 3) ada kekaburan mengenai cita-cita kehidupan sesudah tamat sekolah; 4) keadaan keluarga yg kurang menguntungkan, karena sejak kecil anak kurang ditantang untuk memberikan prestasi yang patut dibanggakan atas dasar usahanya sendiri; 5) adanya sikap kritis sejumlah orang muda terhadap masyarakat, sehingga mereka meragukan kegunaan dari belajar di sekolah (Winkel, 2009: 197).

(15)

upaya untuk memenuhi kebutuhan, tanpa melakukan kegiatan belajar siswa tidak dapat memperoleh apa yang dibutuhkan. Misalnya: siswa membutuhkan ilmu pengetahuan maka siswa harus belajar sehingga memperolehnya, tanpa belajar siswa tidak dapat memperoleh ilmu pengetahuan tersebut. Motivasi intrinsik mendorong siswa melakukan kegiatan belajar dengan sungguh-sungguh dan penuh semangat karena di luar kegiatan tersebut siswa tidak dapat memperoleh apa yang dibutuhkan. Siswa hanya dapat memperoleh apa yang dibutuhkan dengan melakukan kegiatan belajar.

Pada umumnya siswa SMP cenderung memiliki semangat belajar kalau disertai dengan hadiah atau penguatan. Jika diberi hadiah maka kegiatan belajar akan dilakukan dengan penuh semangat dan sungguh-sungguh, akibatnya bisa terjadi ketergantungan pada hadiah. Oleh karena itu, lebih baik apabila kegiatan belajar tidak tergantung pada hadiah atau stimulus dari luar. Kegiatan belajar yang didorong dari luar diri kurang efektif secara berkelanjutan. Siswa harus dibimbing agar belajar yang didasari motivasi dari dalam atau intrinsik, tidak tergantung pada hadiah. Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh guru pembimbing adalah dengan memberikan layanan bimbingan yang tersusun dan terencana dalam suatu program bimbingan dalam upaya peningkatan motivasi intrinsik belajar (Esti Wuryani, 2008: 330).

(16)

asyik melukis sesuatu di dalam bukunya, tidak mengerjakan Pekerjaan Rumah (PR), kurang siap menghadapi ulangan/ujian, ada yg berpandangan bahwa yang penting asal lulus, dan sebagainya, 2) sekolah ini adalah sekolah swasta yang dikelolah oleh Yayasan Budi Mulia Lordes dengan visi “Pendidikan Budi Mulia adalah lembaga pendidikan yang membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang bermutu secara kognitif, afektif dan psikomotorik berdasarkan iman kristiani,” dan misi “mengupayakan dan mencari pola-pola inovatif agar para insan pendidikan Budi Mulia dapat menjadi manusia utuh yang berkembang secara optimal” (Kongregasi Bruder Budi Mulia, 2006: 5). Yayasan Budi Mulia Lordes mendukung upaya guru meningkatkan semangat belajar secara inovatif agar siswa dapat tumbuh dan berkembang secara utuh. 3) kebanyakan siswa memilih sekolah di SMP Budi Mulia Padon karena tidak diterima di sekolah negeri.

Kegiatan belajar berhubungan erat dengan motivasi. Jika belajar tanpa motivasi maka belajar tidak akan berhasil, atau membawa perubahan. Motivasi menjadi dasar penggerak dalam melakukan kegiatan belajar yang menghasilkan perubahan tingkah laku (Djamarah, 2008: 153). Hasil belajar akan menjadi optimal, apabila ada motivasi.

B. Rumusan Masalah

(17)

2. Topik-topik bimbingan manakah yang sesuai untuk meningkatkan motivasi intrinsik dalam belajar siswa kelas VIII SMP Budi Mulia Padon, Sleman, Yogyakarta tahun ajaran 2009/2010?

C. Tujuan Penelitian

1. Memperoleh gambaran motivasi intrinsik dalam belajar siswa kelas VIII SMP Budi Mulia Padon, Sleman, Yogyakarta tahun ajaran 2009/2010. 2. Menyusun topik-topik bimbingan yang sesuai untuk meningkatkan

motivasi intrinsik dalam belajar siswa kelas VIII SMP Budi Mulia Padon, Sleman, Yogyakarta.

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Siswa Kelas VIII

Setelah mengikuti bimbingan klasikal dengan topik-topik bimbingan yang diusulkan siswa menjadi tahu manfaat motivasi intrinsik dalam belajar.

2. Bagi Guru Pembimbing

Guru pembimbing mampu menyusun dan mengembangkan program bimbingan untuk meningkatkan motivasi intrinsik dalam belajar siswa kelas VIII SMP Budi Mulia Padon kelas VIII.

(18)

Peneliti mengetahui gambaran motivasi intrinsik dalam belajar siswa kelas VIII SMP Budi Mulia Padon, Sleman – Yogyakarta tahun ajaran 2009/2010.

4. Bagi kepala sekolah

Mengetahui dan mendukung pelaksanaan program bimbingan untuk meningkatkan motivasi intrinsik dalam belajar siswa kelas VIII SMP Budi Mulia Padon.

E. Definisi Operasional

1. SMP Budi Mulia Padon adalah salah satu sekolah di bawah naungan Yayasan Budi Mulia Lordes, yang beralamat di Padon, Sendangrejo, Minggir, Sleman, Yogyakarta

2. Motivasi intrinsik dalam belajar adalah motif-motif yang telah aktif dan tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan suatu aktivitas yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan,dan nilai-sikap.

(19)

BAB II

LANDASAN TEORI

Bab ini memuat pengertian motivasi, macam-macam motivasi, pengertian bimbingan, program bimbingan dan peran bimbingan dalam meningkatkan motivasi intrinsik belajar siswa.

A. Pengertian Motivasi

Motivasi berasal dari bahasa Latin, yaitu motivum. Kata motivum menunjuk pada alasan tertentu mengapa sesuatu itu bergerak. Dalam bahasa Inggris kata motivasi disebut motivation yang berasal dari kata motivum (Esti Wuryani, 2008: 329). Secara etimologis motivasi berasal dari kata “motif”. Kata “motif” diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif adalah dorongan/alasan yang menyebabkan seseorang berbuat sesuatu/melakukan tindakan/bersikap tertentu (Handoko, 1992: 9). Motif juga diartikan sebagai daya penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu, demi mencapai tujuan tertentu (Hamzah, 2008: 3). Jadi Motivasi adalah suatu daya, energi dan tenaga yang telah aktif dalam diri seseorang, yang menimbulkan, mengarahkan dan mengorganisasikan tingkah lakunya (Handoko, 1992: 9). Dengan motivasi seseorang didorong untuk mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya (Hamzah, 2008: 3).

(20)

tanggapan terhadap adanya tujuan (Sardiman, 2007: 74). Pengertian motivasi ini dikemukakan oleh Mc. Donald dalam tiga elemen penting yakni; (1) bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia. Karena menyangkut perubahan energi manusia, maka akan menyangkut kegiatan fisik manusia. (2) motivasi ditandai dengan munculnya rasa feeling, afeksi seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia. (3) motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respon dari suatu aksi, yakni tujuan. Motivasi memang muncul dari dalam diri manusia, tetapi kemunculannya terdorong oleh adanya unsur lain yaitu tujuan.

Mc. Donald mengatakan bahwa motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afeksi (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan. Perubahan energi dalam diri seseorang itu, berbentuk suatu aktivitas nyata berupa kegiatan fisik. Karena seseorang mempunyai tujuan tertentu dalam aktivitasnya, maka seseorang mempunyai motivasi yang kuat untuk mencapainya (Djamarah, 2008: 148).

(21)

kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek itu dapat tercapai. Dikatakan “keseluruhan”, karena pada umumnya ada beberapa motif yang bersama-sama menggerakkan siswa untuk belajar (Sardiman, 2007: 75).

Motivasi belajar adalah dasar penggerak yang mendorong siswa melakukan kegiatan belajar yang menghasilkan perubahan tingkah laku (Djamarah, 2008: 153). Dasar penggerak dalam bentuk faktor psikis dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar dan terungkap lewat sikap dan tingkah laku. Peranannya yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah, perasaan senang dan semangat untuk belajar. Siswa yang memiliki motivasi kuat, akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar. Seorang siswa yang memiliki tingkat inteligensi yang tinggi, dapat menjadi gagal dalam belajar karena kurang memiliki motivasi. Untuk mencapai hasil belajar yang optimal, tentu saja membutuhkan keterlibatan guru dalam memberi motivasi yang dapat membangkitkan semangat belajar siswa.

(22)

Pada umumnya siswa membutuhkan kepercayaan sosial dan tidak mau dikucilkan. Misalnya siswa diberi peran dalam kegiatan-kegiatan ekstra kurikuler di sekolah. Peranan dalam suatu kegiatan dapat memberikan rasa percaya diri pada siswa. Siswa merasa dihargai dan berguna atau dihormati oleh guru dan teman sebayanya. Perhatian, pengakuan, status, martabat, dan sebagainya merupakan kebutuhan yang wajar serta dapat memberikan motivasi bagi siswa dalam belajar (Wuryani Esti, 2008: 331)

(23)

B. Macam-Macam Motivasi

Motivasi belajar dibedakan dalam dua bentuk, yakni motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Sebagai motivasi, kedua motivasi ini ada pada diri subjek dan memberikan arah pada kegiatan belajar.

1. Motivasi Intrinsik

Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu (Sardiman, 2007: 89). Motivasi intrinsik dalam belajar merupakan kegiatan belajar dimulai dan diteruskan, berdasarkan penghayatan suatu kebutuhan dan dorongan yang secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar itu. Misalnya, siswa belajar karena ingin mengetahui seluk beluk suatu masalah selengkap-lengkapnya, keinginan menjadi orang yang terdidik, atau ingin menjadi ahli di bidang ilmu tertentu (Winkel, 2009: 195).

Keinginan untuk menjadi ahli dan orang yang terdidik, berpangkal pada penghayatan akan kebutuhan dan daya upaya siswa dalam melakukan kegiatan belajar, untuk memenuhi kebutuhan itu (Winkel, 2009: 195). Keinginan siswa tersebut hanya dapat dipenuhi dengan belajar yang giat, karena tidak ada cara lain untuk menjadi orang terdidik atau ahli, selain belajar.

(24)

guru menyadarkan anak akan kaitan antara belajar dan menjadi orang yang berpengetahuan. Maka, biarpun kesadaran itu pada suatu ketika mulai timbul dari dalam diri sendiri namun pengaruh dari pendidik telah ikut menanamkan kesadaran itu. Yang khas pada motivasi instrinsik, karena belajar dapat didorong oleh motivasi yang kuat (Winkel, 2009: 196).

Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu (Sardiman, 2007: 89). Sebagai contoh seseorang yang senang membaca, tidak perlu ada yang mendorongnya, karena sudah jelas ia rajin mencari buku-buku yang perlu untuk dibacanya. Adanya dorongan untuk membaca buku karena siswa mempunyai keinginan untuk memperoleh pengetahuan yang lebih banyak. Kemudian kalau dilihat dari tujuan kegiatan yang dilakukannya (kegiatan belajar), maka yang dimaksud dengan motivasi intrinsik ini adalah ingin mencapai tujuan yang terkandung di dalam perubahan belajar itu sendiri. Contoh; seorang siswa melakukan aktivitas belajar, karena betul-betul ingin mendapat pengetahuan, nilai atau keterampilan agar dapat berubah tingkah lakunya secara konstruktif, tidak karena tujuan yang lain-lain.

(25)

mandiri; 5) cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis, berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif); 6) dapat mempertanggungjawabkan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu); 7) tidak mudah melepaskan hal yang sudah diyakininya; 8) senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal (Sardiman, 2007: 83).

Motivasi intrinsik bertujuan inheren dengan situasi belajar dan kebutuhan serta siswa menguasai nilai-nilai yang terkandung di dalam pelajaran itu (Djamarah, 2008). Misalnya, siswa cenderung mengerjakan tugas-tugas yang menantang dan berusaha untuk menemukan penyelesaiannya sendiri. Siswa termotivasi untuk belajar semata-mata untuk menguasai nilai-nilai yang terkandung dalam bahan pelajaran, bukan karena keinginan lain seperti ingin mendapat pujian, nilai yang tinggi, atau hadiah melainkan karena orientasinya pada masa depan. Maka kegiatan belajar dipandang sebagai jalan menuju ke realisasi cita-cita.

Siswa yang tidak bermotivasi intrinsik, sulit sekali melakukan aktivitas belajar secara terus-menerus. Siswa yang bermotivasi intrinsik, selalu ingin maju dan memiliki keuletan dalam belajar biarpun menghadapi rintangan dan berani bertanya kepada siapa saja bila menghadapi masalah. Keinginan itu dilatarbelakangi oleh pemikiran yang positif, bahwa semua mata pelajaran yang dipelajari sekarang akan dibutuhkan dan sangat berguna kini dan di masa mendatang.

(26)

terus-menerus, belajar secara terencana dan terjadwal, dan senang dan rajin membaca buku pelajaran. Dia belajar bukan karena ingin mendapatkan nilai yang tinggi, mengharapkan pujian orang lain atau mengharapkan hadiah berupa benda, tetapi karena keinginan kuat untuk maju dan memperoleh keberhasilan. Tanpa diberikan janji-janji yang muluk-mulukpun siswa rajin belajar. Perintah tak diperlukan, karena tanpa perintah, siswa sudah taat pada jadwal belajar yang dibuatnya sendiri.

2. Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah aktivitas belajar dimulai dan diteruskan, berdasarkan kebutuhan dan dorongan yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar sendiri. Misalnya, siswa rajin untuk memperoleh hadiah yang telah dijanjikan kepadanya kalau berhasil baik; siswa yang tekun dalam belajar untuk menghindari ancaman akan hukuman, dan siswa yang belajar demi memperoleh pujian (Winkel, 2009: 194).

(27)

kebutuhan yang pada dasarnya juga dapat dipenuhi dengan menggunakan sarana lain.

Motivasi belajar selalu berpangkal pada suatu kebutuhan yang dihayati oleh seseorang, biarpun orang lain mungkin memegang peranan dalam menimbulkan motivasi itu. Maka, yang khas pada motivasi ekstrinsik bukanlah ada atau tidak adanya pengaruh dari luar, melainkan apakah kebutuhan yang ingin dipenuhi pada dasarnya dapat dipenuhi dengan cara lain (Winkel, 2009: 195).

Motivasi ekstrinsik bukan berarti motivasi yang tidak diperlukan dan tidak baik dalam pendidikan. Motivasi ekstrinsik diperlukan agar siswa mau belajar. Berbagai macam cara bisa dilakukan agar siswa termotivasi untuk belajar. Guru yang berhasil mengajar adalah guru yang pandai membangkitkan minat siswa dalam rangka menunjang proses interaksi belajar mengajar di kelas (Djamarah, 2008: 151).

Motivasi ekstrinsik ini bukan berarti tidak baik dan tidak penting. Dalam kegiatan belajar mengajar, motivasi ekstrinsik sangat diperlukan dan tetap dibutuhkan, karena keadaan siswa itu dinamis, berubah-ubah, dan juga mungkin komponen-komponen lain dalam proses belajar mengajar ada yang kurang menarik bagi siswa, sehingga perlu motivasi ekstrinsik (Sardiman, 2007: 91).

(28)

motivasi seseorang siswa akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi belajarnya.

C. Bimbingan

1. Pengertian Bimbingan

Menurut Natawidjaja (dalam Winkel, 2004: 29) bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya, sehingga ia sanggup mengarahkan diri dan dapat bertindak wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan keluarga serta masyarakat. Dengan demikian sumbangan dia dapat mengecap kebahagiaan hidupnya serta memberikan sumbangan yang berarti.

(29)

Berdasarkan pasal 27 Peraturan Pemerintah Nomor 29 tahun 1992, bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan. Bimbingan dalam rangka menemukan pribadi dimaksudkan agar peserta didik dan kelemahan dirinya sendiri. Bimbingan dalam rangka mengenal lingkungan dimaksudkan agar peserta didik mengenal secara objektif lingkungan, baik lingkungan sosial maupun fisik. Bimbingan dalam rangka merencanakan masa depan dimaksudkan agar peserta didik mampu mempertimbangkan dan mengambil keputusan tentang masa depan dirinya sendiri, baik yang menyangkut bidang pendidikan, bidang karier, maupun bidang budaya/keluarga/kemasyarakatan (Winkel, 2004: 43).

(30)

2. Program Bimbingan

Arti kata “Program” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1994) adalah rancangan mengenai asas-asas serta usaha-usaha yang akan dijalankan. Menurut Winkel (2004: 91) “Program bimbingan (guidance program) adalah sesuatu rangkaian bimbingan yang terencana terorganisasi dan terkoordinasi selama periode waktu tertentu”.

Pelayanan bimbingan diwujudkan dalam sejumlah kegiatan bimbingan yang tercakup dalam suatu program bimbingan, yang dikatakan bertujuan, agar siswa mampu (1) mengembangkan pengertian dan pemahaman diri selama proses kemajuannya di sekolah, (2) mempertemukan pengetahuan tentang dirinya sendiri dengan informasi tentang kesempatan kerja yang ada secara tepat dan bertanggungjawab, yang akhirnya diwujudkan dalam membuat pilihan-pilihan, (3) mewujudkan penghargaan terhadap pribadi orang lain, (4) mengatasi kesulitan dalam memahami dirinya, baik dalam bidang pendidikan maupun dalam bidang-bidang lain kehidupan lainnya (Winkel, 2004: 66).

(31)

mencapai tujuan itu, mengatasi masalah yang timbul berkaitan studi akademik, hubungan dengan orang lain dan pelaksanaan rencana masa depan. Di sekolah menengah, pelayanan bimbingan juga dapat diberikan kepada kepala sekolah, para guru, dan para orang tua murid, sejauh itu menyangkut kepentingan siswa. Misalnya, tenaga bimbingan dapat memberikan informasi kepada kepala sekolah tentang aneka jenis masalah yang kerap dihadapi oleh siswa. Tenaga bimbingan dapat memberikan waktu kepada seorang guru untuk berkonsultasi tentang siswa yang menjadi kasus di sekolah. Tenaga bimbingan dapat memberikan ceramah kepada orang tua siswa tentang ciri khas masa remaja, supaya mereka lebih mengerti akan anak-anak mereka (Winkel, 2004: 91).

Bimbingan beroperasi dalam lingkungan pendidikan sekolah dan memusatkan pelayanannya pada para peserta didik sebagai individu yang harus mengembangkan kepribadiannya masing-masing dan memanfaatkan pendidikan sekolah yang mereka terima bagi perkembangan dirinya. Adanya pelayanan bimbingan di sekolah memberikan jaminan, bahwa semua peserta didik mendapat perhatian sebagai seorang pribadi yang sedang berkembang serta mendapat bantuan dalam menghadapi semua tantangan, kesulitan dan masalah yang berkaitan dengan perkembangan mereka.

D. Peranan Bimbingan dalam Meningkatkan Motivasi Intrinsik Belajar Siswa

(32)

belajarnya. Melalui layanan bimbingan yang terpadu dan berkesinambungan, siswa dapat memperoleh kemampuan dan dukungan serta perhatian, agar ia dapat menyelesaikan tugas-tugas belajarnya dengan baik dan semakin meningkatkan motivasi belajarnya. Kemampuan yang ia butuhkan itu, ia peroleh sebagai hasil dari latihan-latihan dalam pelayanan bimbingan belajar siswa.

Tujuan utama pelayanan bimbingan yang diberikan oleh guru pembimbing yakni membekali siswa agar lebih siap menghadapi tantangan di masa yang akan datang dan mencegah timbulnya masalah-masalah yang serius di kemudian hari. Pelayanan bimbingan belajar di SMP bertujuan membantu siswa untuk mengenal diri, sikap dan kebiasaan belajar yang baik, menguasai pengetahuan dan keterampilan, dan berperan serta dalam kehidupan bermasyarakat.

Pengembangan kurikulum pengajaran di beberapa jenis pendidikan sekolah menengah mempunyai dampak terhadap tuntutan pelayanan bimbingan. Misalnya, kemungkinan untuk memilih di antara beberapa program studi, penerapan sistem belajar siswa aktif, dan pembaharuan materi pelajaran sesuai dengan kemajuan di segala bidang ilmu. Dalam keadaan demikian, siswa sendiri dituntut untuk membuat berbagai pilihan yang dapat dipertanggungjawabkan untuk meningkatkan motivasi belajar dan untuk menaruh perhatian pada lingkungan hidupnya di masa modern.

(33)

bimbingan kelompok (klasikal) dan bimbingan individual terutama dalam wawancara konseling.

Suatu kegiatan bimbingan di bidang akademik yang dapat meningkatkan motivasi intrinsik belajar siswa antara lain:

1. Menurut peneliti, usaha meningkatkan motivasi intrinsik belajar siswa dapat ditempuh dengan pemberian layanan bimbingan secara berkala (bertahap) tentang cara belajar yang tepat di sekolah dan di rumah, secara individual atau secara kelompok. Perlunya penyadaran tersebut karena siswa bisa tahu cara belajar yang tepat tapi belum tentu mau melaksanakannya karena mudah terbawa oleh suasana lingkungan yang menawarkan banyak hiburan yang menyenangkan sehingga siswa kurang disiplin dalam belajar.

(34)
(35)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini memuat jenis penelitian, subjek penelitian, alat pengumpul data, pengumpulan data, dan teknik analisa data.

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan metode survei. Penelitian deskriptif dirancang untuk memperoleh informasi tentang status gejala pada saat penelitian dilakukan (Furchan, 2007: 447). Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang motivasi intrinsik belajar siswa kelas VIII SMP Budi Mulia Padon, Sleman , Yogyakarta tahun ajaran 2009/2010.

B. Subjek Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian populasi. Populasi penelitian adalah keseluruhan siswa kelas VIII SMP Budi Mulia Padon, Sleman, Yogyakarta tahun ajaran 2009/2010 yang terbagi dalam dua kelas yaitu kelas A dan kelas B.

C. Alat Pengumpul Data

(36)

1. Kuesioner Motivasi Intrinsik dalam Belajar Siswa

Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner motivasi intrinsik belajar siswa disusun oleh peneliti dengan bimbingan dosen pembimbing, yang terdiri dari dua bagian yaitu: (1) bagian penjelasan dan pedoman pengisian, dan (2) isi kuesioner itu sendiri yang terdiri dari 70 pernyataan yang menggambarkan motivasi intrinsik belajar siswa.

Alat pengumpul data harus diujicobakan terlebih dahulu sebelum digunakan dalam penelitian yang sesungguhnya. Ujicoba tersebut bertujuan untuk mengetahui apakah alat tersebut dapat dipertanggungjawabkan atau tidak. Ujicoba alat dilakukan di SMP Santo Aloysius Denggung Sleman kelas VIII yang terdiri dari 40 siswa.

(37)

Tabel 1.

Rincian Kisi-Kisi Motivasi Intrinsik dalam Belajar Siswa dan Sebaran Item-Item Kuesioner.

No Motivasi intrinsik dalam belajar Item a. Senang dan rajin membaca buku pelajaran 1,25,65,69 b. Keinginan untuk memiliki wawasan yang luas 2,10,12,28,50,53 c. Kemauan untuk belajar terus-menerus 8,9,16,26,39,54 d. Senang mengerjakan tugas-tugas yang menantang 19, 64,67 e. Keinginan untuk bekerja dan berusaha sendiri, tanpa

disuapi terus-menerus oleh orang lain

11,17,27,31,33,43, 45,47,48,56,57 f. Keinginan kuat untuk maju dan mencapai

keberhasilan

13,18,21,23,35, 40,55,61,68 g. Orientasi pada cita-cita dan masa depan 5,29,41,52,59 h. Keuletan dalam belajar biarpun menghadapi

rintangan

7,24,32,36,37, 42,58

i. Belajar secara terencana dan terjadwal 3,6,14,15,22,30,38, 46,49,60,66,70 j. Berani bertanya kepada guru untuk membantu

mengatasi masalah yang dihadapi

4,20,34,44,51, 62,63

(38)

diartikan netral, sering tidak, tidak sering pun tidak, atau bahkan ragu-ragu. Tersedianya jawaban di tengah juga menimbulkan kecenderungan menjawab ke tengah (central tendency effect), terutama bagi mereka yang ragu-ragu atas kecenderungan jawabannya. Jadi skor untuk alternatif jawaban adalah sebagai berikut: sangat sering (SS) dengan skor 4, sering (S) dengan skor 3, tidak sering (TS) dengan skor 2, sangat tidak sering (STS) dengan skor 1. Keseluruhan pernyataan dalam angket motivasi intrinsik ini bersifat positif, sehingga skala bergerak dari 4-1.

2. Uji Coba Kuesioner Motivasi Intrinsik dalam Belajar Siswa

Sebelum kuesioner digunakan untuk penelitian, terlebih dahulu diuji cobakan untuk mendapatkan keterangan mutu kuesioner tersebut. Pengujian alat ukur dilakukan untuk mengetahui tingkat validitas dan reliabilitas alat ukur yang digunakan, sehingga diperoleh kelayakan penggunaannya sebagai alat ukur yang handal dan memenuhi syarat (valid dan reliabel).

(39)

yang bersangkutan. Membagikan kuesioner kepada para siswa dan menjelaskan maksud dari penelitian. Menjelaskan cara mengisi kuesioner tersebut dan memberikan kesempatan kepada para siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum dipahami. Mempersilahkan para siswa mengisi kuesioner. Mengumpulkan kuesioner yang telah diisi oleh para siswa.

(40)

1) Validitas

Validitas adalah taraf sampai dimana suatu alat ukur mampu mengukur apa yang seharusnya diukur (Masidjo, 1995: 242). Menurut Furchan (2007: 294) “validitas menunjuk pada sejauh mana suatu alat mampu mengukur apa yang seharusnya diukur”. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan validitas konstruk, karena konstruksi kuesioner ini mengikuti konstruk utama yang mengetahui motivasi intrinsik belajar siswa. Validitas konstruk adalah validitas yang menunjuk sampai dimana isi suatu tes atau alat pengukur tersebut atau konstruksi (Masidjo, 1995: 244). Prosedur pengujian kesahihan pernyataan dilakukan dengan cara menganalisis setiap item dengan mengkorelasikan skor setiap pernyataan (X) dengan skor total seluruh pernyataan (Y) yang diperoleh setiap responden. Untuk keperluan perhitungan validitas ini digunakan teknik korelasi Product Moment Pearson (Masidjo,1995:246) sebagai berikut:

r

XY

Keterangan rumus:

rXY

: Koefisien korelasi antara X dan Y

X : Skor pernyataan yang akan diuji validitasnya Y : Skor total dari seluruh peryataan

(41)

Penentuan kesahihan pernyataan menggunakan kriteria Azwar (1999: 65) yang menyatakan bahwa untuk skala psikologi sebaiknya digunakan patokan koefisien korelasi minimal 0,30. Dengan demikian, item yang koefisien korelasinya kurang dari 0,30 dinyatakan gugur, sedangkan item yang dianggap valid adalah pernyataan dengan koefisien korelasi sama atau lebih dari 0,30.

(42)

Tabel 2.

Rincian Kisi-Kisi Kuesioner Motivasi Intrinsik dalam Belajar Siswa dan Sebaran Item-Item Setelah Uji Coba Kuesioner.

No Motivasi intrinsik dalam belajar Item a. Senang dan rajin membaca buku pelajaran 1,21 b. Keinginan untuk menguasai bahan pelajaran 2,9,24,43, c. Kemauan untuk belajar terus-menerus 7,13,22,34,46, d. Senang mengerjakan tugas-tugas yang menantang 15, 56,58, e. Keinginan untuk bekerja dan berusaha sendiri, tanpa

disuapi terus-menerus oleh orang lain

8,23,27,28,37, 39,41,48,49, f. Keinginan kuat untuk maju dan mencapai

keberhasilan

10,14,17,19,30, 35,47,53,59, g. Orientasi pada cita-cita dan masa depan 4,25,36,45,51, h. Keuletan dalam belajar biarpun menghadapi

rintangan

6,20,31,32,50,

i. Belajar secara terencana dan terjadwal 3,5,11,12,18,26,33, 40,42,52,57,60 j. Berani bertanya kepada guru untuk membantu

mengatasi masalah yang dihadapi

16,29,38,44, 54,55

2) Reliabilitas

(43)

Pengujian tingkat reliabilitas alat ukur ditetapkan dengan metode belah dua (Split-Half-Method) berdasarkan gasal-genap. Metode ini digunakan untuk menguji reliabilitas suatu alat ukur dengan satu kali pengukuran pada satu kelompok. Skor-skor yang berasal dari item-item yang bernomor gasal dijadikan menjadi belahan pertama (X) dan item-item yang bernomor genap dijadikan sebagai belahan kedua (Y). skor-skor dari belahan pertama dikorelasikan dengan skor-skor belahan kedua. Perhitungan koefisien korelasi dilakukan dengan bantuan computer program SPSS versi 11.5 for windows. Karena hasil dari suatu tes dibagi menjadi dua, maka koefisien korelasi dari dua bagian tersebut baru mencerminkan taraf reliabilitas penuh/satu maka koefisien korelasi tersebut dimasukkan kedalam formulasi korelasi dari Spearman Brown (Masidjo, 1995: 219) sebagai berikut:

r

tt

Keterangan rumus:

r

tt

= Koefisien reliabilitas

r

gg = Koefisien korelasi ganjil-genap

(44)

Koefisien reliabilitas yang diperoleh rrr = 0,44. Jadi taraf reliabilitas uji coba

kuesioner motivasi intrinsik dalam belajar siswa, ternyata signifikan pada taraf signifikansi 1% (rtt = 0,44 > 0,29) dan termasuk cukup tinggi (0,40 – 0,70).

D. Pengumpulan Data

Proses pengumpulan data dilakukan dengan beberapa tahap yaitu tahap persiapan dan tahap pelaksanaan.

1. Tahap Persiapan

Sebelum penelitian dilaksanakan, peneliti terlebih dahulu menemui kepala sekolah SMP Budi Mulia Padon. Peneliti menjelaskan rencana kegiatan penelitian yang akan segera dilakukan oleh peneliti. Selanjutnya peneliti dianjurkan untuk menggunakan waktu bimbingan klasikal di kelas untuk penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan

(45)

Tabel 3.

Sebelum kuesioner dibagikan, peneliti terlebih dahulu memberikan pangantar dan maksud serta tujuan kuesioner dibagikan kepada siswa. Setelah kuesioner dibagikan, peneliti memberikan penjelasan mengenai petunjuk pengerjaan kuesioner dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya.

Suasana kelas pada saat pengisian kuesioner cukup tenang dan peneliti memiliki kesan bahwa siswa mengerjakan dengan sungguh-sungguh serta mengerti maksud dari masing-masing item. Setelah para siswa selesai mengerjakan, peneliti memberikan kesempatan kepada para siswa untuk mengoreksi kembali kuesioner yang telah diisi, supaya tidak ada jawaban kuesioner yang tidak diisi oleh oleh siswa. Pada akhir pertemuan, peneliti mengucapkan terima kasih kepada para siswa yang telah bersedia mengisi kuesioner.

E. Teknik Analisa Data

(46)

dengan perumusan masalah penelitian yang diajukan. Analisa data dari hasil penelitian ini adalah: scoring jawaban subjek, tabulasi data, menskor total jawaban dari subyek sesuai dengan nomor item, menghitung persentase, dan menyusun peringkat persentase motivasi intrinsik belajar siswa dari yang sangat tinggi sampai yang sangat rendah. Untuk menilai tinggi rendahnya motivasi intrinsik belajar siswa, peneliti menggunakan PAP tipe I (Masidjo, 1995: 153). Penilaian acuan patokan (PAP) adalah suatu penilaian yang membandingkan perolehan skor individu yang seharusnya atau yang idealnya dicapai oleh individu. Langkah-langkahnya sebagai berikut:

1. Jawaban subjek diberi skor

2. Skor jawaban dimasukkan ke dalam tabulasi data

dengan bantuan computer program Micrasoft Office Excel 2007.

3. Besarnya persentase dihitung pada setiap skor subjek, dengan cara skor total hasil 1 penelitian setiap subjek dibagi dengan skor maksimal, dikalikan 100%. Skor maksimal didapat dengan cara mengalikan jumlah item dikalikan dengan alternatif jawaban (empat).

4. Peringkat ditentukan berdasarkan besarnya persentase pada subjek, dan mengurutkan persentase perolehan dari setiap subjek dari yang tertinggi sampai yang terendah.

(47)

Tabel 4.

Penilaian Acuan Patokan (PAP) Tipe I

Kategori Norma Kriteria

Sangat tinggi 90% - 100%

Tinggi 80 - 89%

Cukup 65% - 79%

Rendah 55% - 64%

Sangat rendah <55%

6. Kategori skor-skor item yang terendah dijadikan acuan dalam menyusun topik-topik bimbingan yang sesuai untuk meningkatkan motivasi intrinsik dalam belajar siswa kelas VIII SMP Budi Mulia Padon, Sleman, Yogyakarta.

(48)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANNYA

Pada bab ini memuat jawaban atas masalah penelitian yaitu, ” Bagaimana deskripsi motivasi belajar intrinsik dalam belajar sisiwa kelas VIII SMP Budi Mulia Padon, Sleman, Yogyakarta tahun ajaran 2009/2010?”. Serta “Topik-topik bimbingan apa saja yang dapat diusulkan untuk meningkatkan motivasi intrinsik dalam belajar siswa kelas VIII SMP Budi Mulia Padon, Sleman, Yogyakarta?”. Penyajian hasil penelitian dilanjutkan dengan pembahasan terhadap hasil penelitian tersebut.

(49)

A. Hasil Penelitian

Deskripsi motivasi intrinsik dalam belajar siswa kelas VIII SMP Budi Mulia Padon, Sleman, Yogyakarta tahun ajaran 2009/2010 dihitung dengan menggunakan perhitungan Penilaian Acuan Patokan (PAP) tipe I. penilaian acuan patokan (PAP) tipe I menyatakan bahwa untuk memperoleh kualifikasi cukup, responden minimal harus mencapai skor sebanyak 65% dari total skor. Jadi penggolongan motivasi intrinsik belajar siswa kelas VIII SMP Budi Mulia Padon, Sleman, Yogyakarta tahun ajaran 2009/2010 tergolong rendah, dapat dilihat dalam tabel 5.

Tabel 5.

Penggolongan Motivasi Intrinsik dalam Belajar Siswa Kelas VIII SMP Budi Mulia Padon, Sleman, Yogyakarta Tahun Ajaran 2009/2010

Rumus PAP

(50)

%) yang motivasi intrinsik belajarnya berkualifikasi “Rendah”. Kualifikasi motivasi intrinsik belajar siswa kelas VIII SMP Budi Mulia Padon Sleman Yogyakarta tahun ajaran 2009/2010 dapat dilihat pada lampiran. Berdasarkan kualifkasi motivasi intrinsik belajar siswa yang teradapat dalam tabel maka gambaran motivasi intrinsik dalam belajar siswa SMP Budi Mulia Padon tergolong cukup rendah. Dengan demikian peneliti akan menyusun topik- topik bimbingan berdasarkan gambaran motivasi intrinsik dalam belajar siswa.

B. Pembahasan

(51)

terlalu sibuk dengan tugas dan pekerjaannya sehingga cenderung mempercepat anak menyelesaikan proses belajarnya dan mengerjakan tugas rumah yang lain.

Kurangnya biaya pendidikan yang disediakan orang tua berakibat pada anak harus ikut memikirkan bagaimana mencari uang untuk biaya sekolah. Anak yang belajar sambil mencari uang biaya sekolah terpaksa belajar apa adanya. Anak terlalu banyak membantu orang tua/terlibat langsung dalam pekerjaan orang tuanya seperti mencuci pakaian, memasak, ke pasar, berjualan, mengasuh adik dan sebagainya. Kegiatan seperti ini sangat menyita waktu belajar anak yang seharusnya dipakai untuk belajar. Ada juga keluarga yang bermasalah atau keluarga cerai, menyebabkan anak tidak berkonsentrasi belajar karena mengalami kebingungan dan keraguan, sehingga timbul rasa ketidakpercayaan dalam diri anak. Hal ini menyebabkan timbulnya hambatan dalam diri anak ketika belajar bersama teman/orang lain/kelompok, anak sering menaruh curiga terhadap orang lain yang mungkin menolak pendapatnya. Perhatian orang tua yang tidak memadai membuat anak merasa kecewa dan frustrasi. Anak merasa seolah-olah tidak memiliki orang tua sebagai tempat menggantungkan harapan, sebagai tempat bertanya bila ada pelajaran yang tidak dimengerti dan sebagainya. Kerawanan hubungan orang tua dan anak ini menyebabkan masalah psikologis dalam belajar anak di sekolah. Hal yang sama dapat terjadi pula dalam proses belajarnya sendiri, kemungkinan hasilnya tidak diterima oleh guru bahkan tidak memuaskan (Djamarah, 2008: 208).

(52)

menolak bila dibantu oleh orang lain. Kedua, dari siswa sendiri yaitu, belum tahu/memahami tentang arti dan manfaat dari sekolah dengan bertanya; untuk apa sekolah? Djamarah (2008: 99) menjelaskan, “Saat anak memasuki sekolah, maka saat itulah anak mengenal sekolah”. Anak akan mengenal sekolah sebagai tempat berkumpulnya anak-anak dari berbagai latar belakang kehidupan. Anak yang pada mulanya belum saling mengenal antara yang satu dengan yang lainnya, menjadi saling mengenal dalam ruang lingkup pergaulan yang terbatas. Misalnya anak-anak tertentu yang dikenal oleh anak-anak tertentu anak-anak sekelasnya. Dengan demikian rasa minder dan kesendirian anak berubah menjadi kehidupan sekolah yang menyenangkan. Suasana kebersamaan dan sekolah. Suasana kebersamaan dan sekolah yang menyenangkan ini akan memberikan jawaban atas pertanyaan anak diatas, “ untuk apa sekolah?”. Faktor penyebab lain adalah anak belum pandai mengatur waktu antara tugas di rumah dengan tugas-tugas belajarnya. Hal ini menyebabkan anak kurang kreatif dan berinisiatif dalam menjalani tugas dan kegiatan belajarnya. Pernyataan ini sesuai dengan pendapat Djamarah (2008: 131) tentang hasrat untuk belajar. Djamarah berpendapat ”Hasrat untuk belajar berarti ada maksud untuk belajar, ada motivasi untuk belajar sehingga hasil belajar akan menjadi lebih baik”. Di sekolah, cukup banyak siswa yang berhasrat untuk mengembangkan potensi dirinya, tetapi karena lingkungan yang tersedia kurang kreatif, maka tidak ada dukungan bagi siswa untuk mengembangkan minat, bakat dan kemampuannya, akhirnya siswa menjadi pasif dan menyerah pada keadaan.

(53)

memuaskan baginya. Seseorang yang berhasrat kuat tentu memiliki ketekunan untuk mencapai sesuatu yang memberikan kepuasan padanya sejauh itu berkarakter atau berwatak baik.

Siswa yang bermotivasi tinggi berjumlah 3 siswa (5,17%). Jumlah ini dapat dikatakan masih sedikit dari jumlah keseluruhan siswa kelas VIII SMP Budi Mulia Padon, tetapi peneliti memaklumi hasil tersebut mengingat alasan yang dijelaskan sebelumnya bahwa motivasi belajar siswa dipengaruhi oleh banyak hal yang dialami siswa dalam keluarga, seperti pesimis dengan penghasilan orang tua, keluarga bercerai/tidak harmonis, pendidikan orang tua, dan yang ia alami dalam dirinya sendiri seperti kurang kreatif dan sebagainya.

(54)

dalam melepaskan diri dari ketegangan hidup sehari-hari (rekreasi) dan dalam menempatkan diri dalam situasi hidup orang lain/sosial (Winkel, 2009: 164).

Siswa yang bermotivasi belajar cukup berjumlah 29 siswa (50%). Jumlah ini cukup banyak bila dilihat dari jumlah keseluruhan siswa kelas VIII SMP Budi Mulia Padon. Motivasi intrinsik belajar yang cukup di sini diartikan peneliti sebagai motivasi yang cenderung rendah.

Cenderung rendah artinya siswa mengalami kesulitan dan hambatan dalam menempuh proses belajarnya. Hasil persentase dari motivasi intrinsik belajar pada tingkat cukup ini menurut peneliti masih bisa dimaklumi. Peneliti bahkan menganggap bahwa hasilnya membanggakan, mengingat latar belakang yang dimiliki oleh masing-masing siswa. Persentase ini (50%) menurut peneliti mungkin disebabkan oleh mayoritas siswa yang berasal dari keluarga yang kurang mampu/seadanya sehingga kebutuhan akan perhatian dan fasilitas belajar, kurang memadai. Hal ini sesuai dengan pendapat Djamarah (2008: 207) bahwa “Ketika orang tua tidak memperhatikan pendidikan anak, tidak memberikan suasana sejuk dan menyenangkan bagi belajar anak, keharmonisan keluarga tak tercipta, keutuhan belajar tak mencukupi, maka ketika itulah keluarga tidak menciptakan dan menyediakan suatu kondisi dengan lingkungan yang kreatif bagi belajar anak”.

(55)

untuk menjalani proses dan kegiatan belajarnya. Kesulitan dan hambatan yang dialami siswa tersebut di atas, ditafsirkan oleh peneliti bahwa sebagian besar ditampakkan dari situasi dan kondisi (kehidupan dalam keluarga). Hal ini dipertegas oleh Djamarah (2008: 207) dengan beberapa faktor dalam keluarga yang menjadi penyebab kesulitan belajar bagi siswa yakni: pertama, anak tidak mempunyai ruang belajar, maka anak belajar di mana saja seperti di dapur, ruang tamu, atau di tempat tidur. Anak yang tidak mempunyai tempat belajar berupa meja dan kursi, terpaksa memanfaatkan meja dan kursi tamu untuk belajar dan kalau ada tamu, dia menghindar lagi ke tempat yang lain. Kedua, kebiasaan dalam keluarga yang tidak menunjang dimana kebiasaan belajar dan kebiatan belajar tidak terjadwal sehingga anak melakukan kegiatan belajar hanya kalau waktu ulangan semakin mendekat dan ini merupakan kebiasaan belajar yang salah. Ketiga, posisi anak dalam keluarga yang menyedihkan dan memprihatinkan. Orang tua bersifat pilih kasih dalam memperhatikan anak, seolah-olah ada anak kandung dan anak tiri. Anak yang berprestasi baik disanjung dan anak yang tidak berprestasi dicemooh atau diejek. Sikap dan perilaku orang tua seperti ini membuat anak frustrasi dan malas belajar.

(56)

BAB V

USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI INTRINSIK BELAJAR SISWA KELAS VIII

SMP BUDI MULIA PADON SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010

Bab ini memuat implikasi hasil penelitian terhadap usulan topik-topik bimbingan siswa kelas VIII SMP Budi Mulia Padon Yogyakarta tahun ajaran 2009/2010.

Topik-topik bimbingan untuk siswa kelas VIII SMP Budi Mulia Padon Yogyakarta yang diusulkan berikut ini didasarkan pada kualifikasi persentase motivasi intrinsik belajar siswa SMP Budi Mulia Padon yang tergolong rendah yakni kualifikasi motivsi intrinsik belajar tinggi 3 siswa (5,17%), yang memiliki kualifikasi motivasi intrinsik belajar cukup 29 siswa (50%), dan yang memiliki kualifikasi motivasi intrinsik belajar rendah 26 siswa (44,82%), dapat dilihat pada tabel. Usulan topik-topik bimbingan ini sejalan dengan tujuan bimbingan dan konseling dalam bidang bimbingan belajar (akademik) yang dapat membantu siswa antara lain:

1. Memahami arti motivasi intrinsik dalam belajar

2. Memahami peranan motivasi intrinsik dalam aktivitas belajar 3. Semakin bertanggung jawab dalam kegiatan belajar

4. Semakin termotivasi untuk mencapai prestasi belajar 5. Mampu memahami konsep diri akademik

6. Mampu mempercayai dirinya sendiri

(57)

8. Mampu membuat jadwal belajar

9. Mampu menghadapi masalahnya sendiri

10.Mengetahi dan memahami cara belajar yang efektif sehingga dapat menerapkan dalam kegiatan belajarnya

(58)
(59)
(60)
(61)
(62)
(63)

BAB VI

RINGKASAN, KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisikan ringkasan, kesimpulan dan saran-saran. Sebagaimana ringkasan memuat latar belakang masalah, landasan teori, rumusan masalah, metodologi penelitian dan hasil penelitian. Bagian saran memuat saran-saran untuk pihak sekolah SMP Budi Mulia Padon dan bagi peneliti lain.

A. Ringkasan

Saat ini dikalangan para pendidik banyak dibicarakan tentang masalah rendahnya motivasi intrinsik belajar siswa. Rendahnya motivasi intrinsik belajar siswa disertai dengan gejala-gejala yang tampak pada siswa antara lain: kurangnya perhatian siswa pada saat pelajaran, lalai dalam mengerjakan tugas (PR), tidak ada persiapan saat ulangan/ujian, adanya pandangan asal lulus dan sebagainya. Maka belajar memerlukan motivasi intrinsik, karena motivasi intrinsik merupakan salah satu kekuatan psikis yang dapat mendorong siswa untuk melakukan kegiatan belajar.

(64)

1. Bagaimana deskripsi motivasi intrinsik dalam belajar siswa kelas VIII SMP Budi Mulia Padon tahun ajaran 2009/2010?

2. Topik-topik bimbingan manakah yang sesuai untuk meingkatkan motivasi intrinsik dalam belajar siswa kelas VIII SMP Budi Mulia Padon tahun ajaran 2009/2010?

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan metode survey. Subjek penelitian ini adalah para siswa kelas VIII SMP Budi Mulia Padon tahun ajaran 2009/2010 yang berjumlah 58 siswa. Alat yang digunakan dalam penelitian adalah “Kuesioner motivasi intrinsik belajar siswa” yang berjumlah 60 item. Kuesioner motivasi intrinsik belajar siswa disusun oleh peneliti dan dibantu oleh dosen pembimbing.

(65)

Aloysius Denggung Sleman bahwa peneliti berkeinginan mengadakan penelitian di sekolah yang bersangkutan; menyusun kuesioner untuk penelitian dengan berkonsultasi ke dosen pembimbing; mengadakan uji coba kuesioner untuk mengetahui tingkat validitas dan reliabilitas kuesioner penelitian, (2) Tahap pelaksanaan.

Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini dengan menskor jawaban subjek , mentabulasi data, menjumlahkan skor total dari masing-masing subjek, membuat kategorisasi motivasi intrinsk belajar siswa dengan memakai acuan penilain acuan patokan tipe I (PAP tipe I), menyusun topik-topok bimbingan yang dapat diusulkan untuk meningkatkan motivasi intrinsik dalam belajar siswa kelas VIII SMP Budi Mulia Padon Yogyakarta.

Hasil penelitian yang dilakukan di kelas VIII SMP Budi Mulia Padon Yogyakarta adalah sebagai berikut:

1. Motivasi intrinsik dalam belajar siswa kelas VIII SMP Budi Mulia Padon Yogyakarta.

Tabel 5.

Penggolongan Motivasi Intrinsik Belajar Siswa Kelas VIII SMP Budi Mulia Padon Sleman Yogyakarta Tahun Ajaran 2009/2010.

No Kategori Persentase

1 Sangat tinggi 0 %

2 Tinggi 5.17 %

3 Cukup 50 %

4 Rendah 44.83 %

(66)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat motivasi intrinsik belajar siswa kelas VIII SMP Budi Mulia Padon Yogyakarta tahun ajaran 2009/2010 tergolong rendah, karena patokan (PAP) tipe I menyatakan bahwa untuk memperoleh kualifikasi cukup, responden minimal harus mencapai skor sebanyak 65% dari total skor.

2. Topik-topik bimbingan untuk meningkatkan motivasi intrinsik dalam belajar siswa kelas VIII SMP Budi Mulia Padon Yogyakarta.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggolongan motivasi intrinsik belajar yang rendah menjadi acuan untuk usulan topik-topik bimbingan. Topik-topik bimbingan yang diusulkan antara lain: motivasi intrinsik belajar, aktivitas belajar, tanggung jawab, motivasi berprestasi, konsep diri, percaya diri, pengelolaan waktu, cara mengatur kegiatan sehari-hari, pemecahan masalah, cara belajar yang efektif dan efisien.

B. Kesimpulan

(67)

C. Saran-Saran

Berikut ini dikemukakan saran-saran untuk berbagai pihak: 1. Untuk sekolah SMP Budi Mulia Padon Yogyakarta

a. Agar para guru dan karyawan yang bertugas, khususnya guru mata pelajaran yang mengajar di kelas VIII dapat bekerja sama dengan wali kelas dan orang tua dalam memperhatikan dan memahami kebutuhan belajar siswa dan meningkatkan motivasi intrinsik dalam belajar siswa dengan mempertimbangkan latar belakang kehidupan keluarga/keberadaan siswa. Pada dasarnya, kebutuhan siswa yang terpenuhi dalam belajar akan memotivasi siswa melakukan aktivitas belajarnya.

b. Koordinator BK dan guru pembimbing di kelas VIII, memberi pendampingan/bimbingan belajar yang sesuai dengan mempertimbangkan hasil penelitian ini sehingga lebih memahami siswa secara pribadi agar siswa menjadi kreatif dalam berpikir dan bertindak, berinisiatif dan berusaha untuk meningkatkan motivasi intrinsik belajarnya.

2. Untuk peneliti lain:

(68)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta

Azwar, S. (1999). Penyusunan Skala Psikologis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Budi Mulia, Kongregasi. (2006). Visi dan Misi Kongregasi dan Yayasan Budi

Mulia. Jakarta: Kongregasi Bruder Budi Mulia.

Depdikbud. (1994). Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: Depdikbud

Djamarah, S. (2008). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta Esti Wuryani. (2008). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Grasindo

Furchan, A. (2007). Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Hamalik, Oemar. (2008). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara Hamzah. (2008). Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara

Handoko, M. (1992). Motivasi Daya Penggerak Tingkah Laku. Yogyakarta: Kanisius

Irwanto. dkk (1996). Psikologi Umum. Jakarta: APTIK

Masidjo, Ig. (1995). Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa di Sekolah. Yogyakarta: Kanisius

Petersen, Lindy. (2004). Bagaimana Memotivasi Anak Belajar. Jakarta: Grasindo Prayitno. (1997). Pelayanan Bimbingan dan Konseling SLTP. Jakarta: IKRAR

(69)

Prayitno. (2004). Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta Sardiman, A.M. (2007). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja

Grafindo Persada

Winkel, W.S. (2009). Psikologi Pengajaran. Yogyakata: Media Abadi

Winkel, W.S. & Hastuti, Sri. (2004). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi

(70)

LAMPIRAN 1:

KUESIONER MOTIVASI INTR INSIK BELAJAR SISWA

YANG DIUJI COBA

(1)

(71)

Pada kesempatan ini kami memohon kesediaan Anda membantu kami dalam

penelitian ini dengan menjawab pernyataan-pernyataan yang tersedia dalam

angket. Angket ini bersifat rahasia dan tidak berdampak pada nilai raport Anda,

karena itu kami berharap Anda menjawabnya dengan jujur, sesuai dengan apa

yang Anda alami sendiri. Jawaban Anda sangat kami hargai. Atas bantuan dan

kerjasamanya kami ucapkan banyak terima kasih.

Identitas siswa

Tanggal :……….

Kelas :………...

Umur :………...

Jenis kelamin :………...

Petunjuk :

Seberapa seringkah Anda melakukan hal-hal yang dimaksud pada kolom

pernyataan di bawah ini? Jawablah pernyataan di bawah ini dengan cara

memberikan tanda cek (√) pada kolom alternatif jawaban. Alternatif jawaban

terdiri dari: sangat sering (SS), sering (S), tidak sering (TS), sangat tidak sering

(STS). Jawablah sesuai dengan pendapat dan keadaan Anda yang sesungguhnya!

  

 

 

(2)

(72)

1. Saya mengerjakan tugas-tugas dari sekolah agar semakin cerdas dan terampil

2. Saya belajar secara mandiri agar saya semakin pandai dan cerdas

3. Saya menciptakan suasana belajar yang kreatif dan terjadwal agar lebih mudah memahami pelajaran 4. Saya mengajukan pendapat dalam kegiatan

belajar-mengajar agar pengetahuan saya semakin berkembang dan diperkaya

5. Saya membutuhkan kegiatan belajar untuk meraih impianku sebagai orang yang pandai dan terampil 6. Saya mentaati jadwal belajar yang ada agar saya

bisa menjadi seorang pelajar yang disiplin

7. Saya belajar dengan rajin agar saya menjadi orang yang cerdas dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

8. Saya belajar terus-menerus agar saya dapat mencapai cita-cita saya sebagai ilmuwan, sukses 9. Saya tidak cepat puas akan hasil belajar yang saya

peroleh karena saya ingin terus-menerus meningkatkan pengetahuan yang saya miliki

10. Saya mempelajari berbagai bidang ilmu pengetahuan agar wawasan saya semakin luas.

11. Saya belajar dengan menggunakan cara-cara baru dan bervariasi agar lebih mudah memahami pelajaran

12. Saya mempelajari banyak hal untuk memperkaya dan memperluas wawasan, ide dan pendapat saya 13. Saya membutuhkan ilmu pengetahuan

sebanyak-(3)

(73)

15. Saya belajar secara terencana dan terjadwal agar saya menjadi cerdas, beradab dan berperikemanusiaan

16. Saya menggunakan cukup banyak waktu untuk belajar tanpa harus didorong-dorong oleh orang lain 17. Saya tidak cepat putus asa dalam belajar untuk

mencapai impian saya dan memperoleh ilmu pengetahuan.

18. Saya memperhatikan penjelasan dan pembahasan yang diberikan oleh guru agar mampu memahami dan menguasai materi pelajaran yang diajarkan 19. Saya belajar terus-menerus agar memperoleh

pengetahuan dan keterampilan

20. Saya berani mempertanggung jawabkan ide dan pendapat sendiri dalam pelajaran agar pengetahuan saya diperkaya

21. Saya belajar dengan penuh semangat karena saya membutuhkannya untuk pengembangkan diri 22. Saya belajar di rumah secara teratur dan terencana

agar dapat menguasai materi pelajaran dengan baik 23. Saya belajar dengan sungguh-sungguh untuk

meningkatkan pengetahuan

24. Saya tekun belajar agar saya memahami materi pelajaran dan terampil dalam praktek

25. Saya rajin membaca buku-buku yang berguna agar dapat menambah pengetahuan

26. Saya belajar dengan sungguh-sungguh dan terus-menerus agar pegetahuan saya semakin berkembang.

27. Saya belajar sendiri di rumah agar semakin

(4)

(74)

29. Saya membutuhkan kegiatan belajar untuk mengembangkan bakat dan kemampuan yang saya miliki

30. Saya mengatur waktu belajar agar memperoleh hasil belajar yang maksimal

31. Saya belajar dengan sungguh-sungguh agar saya memahami pelajaran tanpa harus disuruh-suruh oleh orang lain

32. Saya membutuhkan kegiatan belajar untuk meraih cita-cita dan masa depan yang berhasil

33. Saya belajar terus-menerus dalam waktu yang lama dengan kesadaran tanpa diiming-imingi hadiah. 34. Saya bertanya kepada guru tentang materi pelajaran

yang belum saya pahami

35. Keinginan kuat dalam diri saya untuk belajar dapat membantu saya lebih mudah mengikuti dan memahami pelajaran.

36. Saya menghargai pendapat orang lain pada saat diskusi kelompok agar saya mampu memahami pendapat orang lain

37. Saya merasa puas apabila saya belajar dengan sungguh-sungguh

38. Saya tidak mau menunda-nunda PR karena PR dapat membantu saya memperdalam materi pelajaran

39. Saya belajar secara terus-menerus dan sungguh-sungguh agar berhasil di masa depan

40. Saya berusaha untuk memahami setiap pelajaran karena pelajaran dapat membantu saya meningkatkan pengetahuan.

41. Saya belajar sungguh-sungguh demi masa depan

(5)

(75)

43. Saya menciptakan suasana belajar yang menyenangkan di rumah sehingga lebih mudah memahami bahan pelajaran

44. Saya mengungkapkan Ide dan pemikiran dalam kegiatan belajar supaya wawasan saya semakin berkembang

45. Saya belajar dengan berusaha sendiri agar saya dapat mengembangkan segala kemampuan yang saya miliki

46. Saya mematuhi jadwal belajar agar saya memahami bahan pelajaran

47. Saya belajar sebagai bagian dari tanggungjawab saya untuk meningkatkan kemampuan diri

48. Saya mengerjakan soal-soal pelajaran agar terampil dalam belajar mandiri

49. Saya tidak mau berhenti sebelum waktu belajar selesai karena kegiatan belajar merupakan tugas pokok saya sebagai siswa

50. Saya belajar dengan tekun walaupun timbul rasa malas yang merintangi karena pelajaran sangat penting bagi saya

51. Saya berani bertanya kepada guru agar proses belajar-mengajar menjadi lebih efektif dalam membahas bahan pelajaran

52. Saya membutuhkan kegiatan belajar untuk meningkatkan kemampuan dalam ilmu pengetahuan 53. Saya mengisi waktu luang dengan kegiatan belajar

tambahan seperti: mengikuti kegiatan ekstrakurikuler, les dan lain-lain

54. Saya belajar secara bertahap dalam suatu proses sehingga terampil menggunakan ilmu dalam

(6)

(76)

56. Saya rajin mencatat penjelasan guru dalam buku catatan agar saya dapat mempelajari sendiri di rumah sehingga saya semakin menguasai materi pelajaran

57. Belajar adalah salah satu cara saya untuk memahami dan memperoleh berbagai ilmu pengetahuan

58. Untuk mengatasi rasa jenuh saat pelajaran maka saya berusaha mencatat point-point penting dari bahan pelajaran yang diajarkan

59. Sebagai remaja saya membutuhkan kegiatan belajar untuk mengembangkan diri dan mengejar impian dan cita-cita

60. Saya belajar secara teratur agar pengetahuan saya semakin berkembang

61. Saya belajar dengan sungguh-sungguh agar lebih mudah memahami bahan pelajaran demi meraih cita-cita masa depan

62. Saya bertanya kepada siapa saja untuk membantu kesulitan belajar yang saya hadapi

63. Saya mendengarkan penjelasan guru dengan tekun mengenai materi pelajaran agar saya memahami materi yang diajarkan

64. Saya mencari dan memecahkan soal-soal yang menantang dari buku-buku lain untuk meningkatkan kemampuan belajar

65. Saya membaca buku-buku sesuai dengan bakat dan minat yang saya miliki sehingga dapat menambah pengetahuan baru

66. Kegiatan belajar perlu direncanakan dan dipersiapkan agar saya siap mengikuti kegiatan belajar

(7)

(77)

(8)

 

saya tidak ingin ketinggalan dalam ilmu pengetahuan

69. Dalam mengisi waktu luang, saya cenderung membaca buku-buku tambahan untuk memperkaya pengetahuan.

70. Saya melakukan kegiatan belajar yang terjadwal dan teratur tanpa diperintah oleh orang lain

 

(78)
(79)
(80)
(81)
(82)
(83)
(84)
(85)
(86)
(87)
(88)

55 0,4062 Valid 56 0,4056 Valid 57 0,5519 Valid 58 0,5174 Valid 59 0,4843 Valid 60 0,6412 Valid 61 0,4652 Valid 62 0,4432 Valid 63 0,5640 Valid 64 0,3020 Valid

65 0,1933 Tidak valid

66 0,4534 Valid 67 0,4329 Valid 68 0,4518 Valid

69 0,2683 Tidak valid

70 0,5062 Valid

Ket: Valid = 60 item

Tidak valid = 10 item (4,9,10,17,32,42,48,53,65,69,)

N = 40

(18)

(89)
(90)

Jumlah =3568 ∑Y=3496 ∑X2=323428 ∑Y2=309858 ∑XY=316271

Perhitungan korelasi belahan ganjil genap uji coba kuesioner motivasi intrinsic belajar

siswa dengan menggunakan teknik korelasi Product Moment dari Pearson (Masidjo,1995:246). Hasil koefisien korelasi dengan formula Spearman-Brown.

Rumus:

rXY =

rXY =

rXY =

rXY =

rXY =

rXY = 0,29

rtt =

rtt =

rtt = 0,44

(20)

(91)

(21)

(92)

3 4 4 4 3 3 3 4 3 4 3 4 3 3 2 4 4 4 3 3 3 3 4 3 4 3 4 3 3 4 4 103

4 2 2 3 2 3 3 3 2 2 3 1 3 3 2 2 2 4 3 3 2 3 3 2 2 3 3 3 3 2 2 76

5 4 3 4 4 4 4 3 3 3 4 3 4 4 3 1 3 4 3 4 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 105

6 3 3 4 3 4 4 4 4 3 3 3 3 4 3 1 3 4 3 4 3 3 3 4 3 4 3 4 4 4 4 102

7 2 3 4 3 2 3 4 2 4 2 2 2 4 2 2 3 3 2 2 2 2 3 2 2 3 2 4 2 3 3 79

8 2 3 4 3 2 3 3 3 3 3 2 4 3 3 2 3 3 3 4 2 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 85

9 2 3 4 3 2 3 3 2 2 3 2 2 3 3 2 3 3 2 2 3 2 3 1 2 3 4 4 3 3 3 80

10 3 4 3 2 2 3 2 2 4 3 1 2 2 3 2 4 2 2 2 2 3 3 2 2 4 3 3 3 4 4 81

11 4 4 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 4 3 3 4 2 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 94

12 2 2 3 2 4 3 2 2 2 3 3 3 3 2 2 2 4 2 3 4 3 2 2 4 4 2 4 3 4 4 85

13 4 4 4 4 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 3 4 4 4 4 3 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 108

14 3 3 4 3 4 3 4 3 4 4 4 3 3 3 3 4 3 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 3 4 4 107

15 4 3 4 4 3 3 4 3 4 4 3 4 4 3 3 4 4 4 4 4 3 4 3 2 3 4 4 4 3 3 106

16 4 4 3 4 4 3 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3 3 3 3 4 4 3 3 3 106

17 3 3 3 2 2 3 2 2 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 84

18 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 2 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 83

19 2 4 2 4 4 4 4 4 3 2 3 3 3 2 3 2 4 2 2 4 2 4 3 4 4 4 3 2 4 4 95

20 2 4 3 3 2 3 4 2 3 3 1 2 4 4 2 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 100

21 3 3 4 3 2 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 94

Gambar

Tabel 1.
Tabel 2.
Tabel 3.
Tabel 4. Penilaian Acuan Patokan (PAP) Tipe I
+5

Referensi

Dokumen terkait

PNS diberikan kesempatan untuk melakukan praktik kerja di instansi lain di pusat/daerah yang dilakukan melalui pertukaran antara PNS dengan pegawai swasta dalam waktu paling lama

Karena fitur keamanan yang ada pada standar 802.11 tidak menyediakan integritas pesan yang kuat, bentuk lain dari serangan aktif yang membobol integritas sistem sangat

Pada aplikasinya sebagai pelat bipolar, grafit mampu memberikan konduktivitas listrik yang baik dan juga meningkatkan sifat mekanis dari komposit tersebut. Selain

Nilai odds ratio (OR) pekerjaan menunjukkan bahwa pekerjaan nelayan/ bertani/berkebun memiliki peluang 3,800 kali lebih besar menderita filariasis dibandingkan

Merupakan pajak penghasilan dalam tahun berjalan yang dipungut oleh bendahara pemerintah baik pusat maupun swasta berkenaan dengan pembayaran atas penyerahan

Pelatihan MPKP diberikan kepada semua perawat yang terlibat di ruang yang sudah ditentukan. 2) Memberi bimbingan kepada perawat primer (PP) dalam melakukan

Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa kemampuan komunikasi matematis mahasiswa yang diajarkan dengan pendekatan MEAs lebih baik daripada mahasiswa yang

Provission for Loan Losses (PLL) pada PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN), Tbk Samarinda dari tahun 2010 sampai dengan 2014 mengalami penurunan atau mempunyai