SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S1)
Program Studi Bimbingan dan Konseling
Disusun oleh: Fransisca Enny Marisa
021114048
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S1)
Program Studi Bimbingan dan Konseling
Disusun oleh: Fransisca Enny Marisa
021114048
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
umum. Begitu selesai, kita naik kelas.
Semuanya harus dilalui dengan penuh perjuangan. Jatuh dan bangun mungkin akan kita temui dalam hidup. Sukses tidak pernah diraih oleh orang yang mudah
menyerah pada nasib mereka.
Jangan pernah ragu dengan kemampuan yang kita miliki, karena Tuhan telah memberikan kepada kita masing-masing talenta dan kemampuan khusus untuk bisa berkarya, cobalah dengan tekun untuk menemukan M utiara yang ada pada
diri kita.
Dengan demikian, isilah detik-detik kehidupan kita dengan terus bersyukur pada Tuhan Yang M aha Esa, karena sesungguhnya masa depan dan harapan
tidak akan pernah hilang.
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan untuk:
Tuhan Yesus Kristus yang selalu menyertaiku dalam setiap langkah hidupku Kedua orang tuaku yang tercinta
Kedua adikku Nandy dan Dewy yang kusayangi Almamaterku tercinta
Sahabatku Z ie-Jak yang tersayang
vi
TOPIK-TOPK BIMBINGAN KLASIKAL
Fransisca Enny Marisa Universitas Sanata Dharma
2008
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk: (1) mengetahui faktor- faktor apakah yang menghambat belajar siswi kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2008/2009, dan (2) mengetahui topik-topik bimbingan klasikal apa saja yang sesuai bagi siswi kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2008/2009.
Subjek penelitian ini adalah seluruh siswi kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyakarta yang terbagi dalam 5 kelas, yaitu kelas X A (30 orang), X B (30 orang), X C (32 orang), kelas X D (30 orang) dan kelas X E (32 orang). Total siswi sebagai subjek penelitian adalah 154 orang.
Instrumen penelitian yang digunakan adala h kuesioner yang terdiri dari 72 item pernyataan favourable dan unfavorable. Kuesioner disusun oleh peneliti sendiri berdasarkan uraian dari faktor-faktor yang menghambat proses belajar siswa, yaitu faktor psikologis, faktor keluarga, faktor lingkungan sekolah, dan faktor lingkungan masyarakat.
Teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menghitung mean, standar deviasi, dan kategorisasi skor tiap item. Kategorisasi ini terdiri dari tiga kategori, yaitu: rendah, sedang, dan tinggi.
vii
TO CLASSROOM GUIDANCE TOPICS
Fransisca Enny Marisa Sanata Dharma University
2008
This research was descriptive research that intended: (1) to know what factors impeding learning process of X grade students of Stella Duce 2 Senior High School Yogyakarta in academic period of 2008/2009, and (2) to know what the classroom guidance topics appropriate to the X grade students of Stella Duce 2 Senior High School Yogyakarta in academic period of 2008/2009.
The subjects of this research were all X grade students of Stella Duce 2 Senior High School Yogyakarta that was devided into 5 classes, i.e. XA (30 students), XB (30 students), XC (32 students), XD (30 students), and XE (32 students). Total of students behalf as the subjects of this research were 154 students.
The instrument of this research used questions comprising 72 favourable and unfavourable question items. These questions were individually compiled by the researcher based on the explanation of the factors that impeding students’ learning process, i.e. psychological, families, school-environmental and social environmental factors.
The technique of data analysis in this research was conducted by calculating mean, standard deviation, and categorization of each items’ score. This categorization consisted of three categories, i.e.: low, moderate, and high.
ix
kasih dan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
baik. Pengalaman jatuh bangun telah menghantar penulis untuk semakin
menyadari penyertaan akan kasih karuniaNya dalam setiap perjuangan hidup
penulis. Dari berbagai pengalaman senang dan susah, penulis mencoba untuk
terus belajar dan tegar dalam menghadapi kehidupan ini. Pengalaman selama PPL
membuat penulis mendapatkan inspirasi untuk menulis skripsi mengenai
faktor-faktor yang menghambat belajar. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu
syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.
Penulisan skripsi ini tidak dapat berjalan tanpa bantuan dari banyak
pihak. Penulis merasakan dukungan berupa sumbangan pikiran maupun saran,
doa, sapaan dan juga bantuan materiil. Semuanya ini telah menjadi dorongan bagi
penulis untuk terus berjuang dalam menyelesaikan skripsi ini. oleh karena itu,
pada kesempatan ini penulis hendak menyampaikan penghargaan dan ucapan
terima kasih yang tulus kepada:
1. Dr. M.M. Sri Hastuti, M.Si sebagai ketua Program studi Bimbingan dan
Konseling Universitas Sanata Dharma.
2. A. Setyandari, S.Pd., S.Psi., Psi., M.A sebagai dosen pembimbing yang selalu
sabar membimbing penulis, dan membuat penulis belajar untuk bersabar, serta
x
4. Para siswi kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyakarta, para guru BK dan pihak
sekolah yang telah memberikan waktu kepada penulis untuk mengadakan
penelitian.
5. Bapak dan mama yang selalu memberikan dukungan dengan tulus,
terimakasih untuk kesabaran dan cinta kalian yang sangat besar untukku.
6. Kedua adikku yang sangat kusayangi, kalian telah mewarnai hidupku.
7. Bapak Roni dan mama Roni, sebagai orang tua keduaku yang telah
memperhatikanku. Terimakasih untuk kasih sayang dan dukungan yang tidak
akan mungkin dilupakan seumur hidup.
8. Sahabat sekaligus saudaraku Zie-Jak, suka duka kubagi dan kulewati
bersamamu, terimakasih untuk kebersamaan, keceriaan dan dukungan yang
sangat besar untukku selama ini.
9. Siska, Buiji, Martinus, Marianus sebagai tempat keluh kesahku, terimakasih
untuk perhatian yang diberikan selama ini meskipun kalian jauh.
10.Teman-teman di Asrama putri Sanggau yaitu ka Teti, ka Juni, Dora, Iir,
Wenny, Veron, Kalista, Oyes, dan Shanty, terimakasih untuk pengertian dan
keceriaan yang kalian bagi untukku selama di sini.
11.Teman-teman di Sanggar Bukong Betadja yaitu Ogam, Ivan, Cindy, bang
xi
13.Sahabat-sahabatku di BK ’02 yang selalu memberiku dukungan dengan
banyak cara selama penulis menjalani proses belajar di Universitas Sanata
Dharma. Untuk Flora, Minul, dan Nay terimakasih atas bantuannya selama
penulisan skripsi.
14.Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu atas segala dukungan,
perhatian, dan bantuan, baik secara langsung maupun tidak langsung yang
penulis terima khusus selama penulisan skripsi ini.
Semoga Allah dengan penuh cintaNya membalas segala kebaikan semua
orang yang telah berjasa melalui hidup dan karyanya selama ini. Penulis berharap
skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan terutama bagi mereka yang peduli
terhadap faktor- faktor yang menghambat belajar para siswa sebagai remaja.
xii
HALAMAN JUDUL……… i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………... ii
HALAMAN PENGESAHAN……….. iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN……….. iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………. v
ABSTRAK……… vi
ABSTRACT……… vii
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI……… viii
KATA PENGANTAR……….. ix
DAFTAR ISI……… xii
DAFTAR TABEL………... xv
DAFTAR LAMPIRAN……… xvi
BAB I PENDAHULUAN……… 1
A. Latar Belakang Masalah……… 1
B. Rumusan Masalah………. 5
C. Tujuan Penelitian……….. 5
D. Manfaat Penelitian……… 5
E. Definisi Operasional………. 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA……….. 8
A. Belajar……… 8
xiii
F. Bimbingan Belajar……… 30
G. Bimbingan Klasikal……….. 31
H. Topik-topik Bimbingan Belajar……… 32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN……….. 33
A. Jenis Penelitian………. 33
B. Populasi Pene litian…………..……….. 33
C. Instrumen Penelitian………. 34
1. Alat Pengumpul Data………... 34
2. Uji Coba Kuesioner Faktor-faktor yang Menghambat Belajar 37
a. Uji coba kuesioner………. 37
b. Validitas Kuesioner……… 38
c. Reliabilitas Kuesioner……… 40
D. Prosedur Pengumpulan Data..……… 42
1. Tahap Persiapan……… 42
2. Tahap Pelaksanaan Pengumpulan Data……… 43
E. Teknik Analisis Data………. 44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……… 47
A. Faktor-faktor yang Menghambat Belajar Siswi-siswi Kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2008/2009………… 47
xiv
B. Kesimpulan……… 67
C. Saran………. 67
DAFTAR PUSTAKA………. 69
xv
Tabel 1 : Rincian Siswi Kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyakarta
Tahun Ajaran 2008/2009 yang Mengikuti Penelitian………. 34
Tabel 2 : Kisi-kisi Kuesioner Faktor-faktor yang Menghambat Belajar
Sebelum Uji Coba………..……….. 36
Tabel 3 : Kisi-kisi Kuesioner Faktor-faktor yang Menghambat Belajar
Setela h Uji Coba……….………. 39
Tabel 4 : Daftar Klasifikasi…...………. ……… 42
Tabel 5 : Jadwal Pengumpulan Data penelitian……….. 43
Tabel 6 : Kategorisasi Skor Item Kuesioner Faktor- faktor yang Menghambat
Belajar Siswi Kelas X SMA Stella Duce 2
Yogyakarta Tahun Ajaran 2008/2009……….. 45
Tabel 7 : Kategorisasi Skor Faktor- faktor yang Menghambat Belajar
Siswi Kelas X SMA Stella Duce 2
Yogyakarta Tahun Ajaran 2008/2009……….. 48
Tabel 8 : Faktor-faktor yang Menghambat Belajar
Siswi Kelas X SMA Stella Duce 2
Yogyakarta Tahun Ajaran 2008/2009………. 49
Tabel 9 : Usulan Topik-topik Bimbingan Klasikal bagi
Siswi Kelas X SMA Stella Duce 2
xvi Lampiran 1 : Data Uji Coba Kuesioner
(Tabulasi skor data uji coba,
Hasil pengolahan SPSS,
Rekapitulasi item valid dan gugur).………... 71
Lampiran 2 : Kuesioner Penelitian………….………... 79
Lampiran 3 : Hasil Perhitungan dengan Metode Belah Dua... 83
Lampiran 4 : Tabulasi Penelitian dan
Hasil Pengolahan Data Penelitian………. 86
Lampiran 5 : Surat Ijin Penelitian dan
1
Bab ini memuat latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional.
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah memberikan
dampak yang sangat luas bagi kehidupan manusia diseluruh dunia, antara lain
kemampuan yang dituntut dalam mengahadapi perkembangan jaman
bertambah. Dengan demikian terjadi pula persaingan dalam dunia kerja,
lebih-lebih mengingat terbatasnya lapangan perkerjaan dibanding dengan
pertambahan jumlah penduduk yang tidak sebanding. Oleh sebab itu
diperlukan seleksi yang menuntut individu untuk mengasah otak dan
keterampilan agar tidak mudah menyerah dalam persaingan mendapatkan
pekerjaan. Dalam memenuhi tuntutan tersebut, maka individu harus belajar.
Belajar merupakan aktivitas yang dijalankan oleh setiap orang.
Belajar dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja baik di sekolah maupun di
luar sekolah. Dengan belajar seseorang mengalami perubahan tingkah laku
melalui pengalaman dan latihan. Aktivitas belajar yang dilakukan individu
tidak selamanya berlangsung baik (Syah, 1997: 89).
Belajar bukan sesuatu yang mudah unt uk dilakukan oleh setiap orang
karena terkadang setiap orang menemukan kesulitan dalam belajar. Syah
dari menurunnya kinerja akademik atau prestasi belajar. Namun kesulitan
belajar dapat dilihat dari munculnya kelainan perilaku (misbehaviour) siswa,
seperti: malas belajar, sering ngantuk di kelas, membolos, tidak mampu
menjawab pertanyaan guru di kelas, membuat keributan, mudah emosi, suka
berteriak-teriak di kelas, mengusik teman, berkelahi, bolos sekolah, dan
sebagainya. Hal ini mengakibatkan nilai rapor hasil belajar siswa menurun.
Nilai rapor yang rendah merupakan salah satu hal yang menunjukkan
bahwa siswa mengalami hambatan dalam proses belajarnya. Padahal dalam
proses belajar mengajar di sekolah, setiap guru mempunyai harapan bahwa
siswa dapat menguasai materi pelajaran dan memperoleh hasil belajar yang
optimal. Daulat (kompas, 2001: 20) menjelaskan, dalam proses belajar aktif
di sekolah, anak didik tidak hanya sekedar menerima materi pelajaran semata,
melainkan anak didik diberi kesempatan seluas- luasnya mengembangkan olah
pikir dan wawasannya, sehingga anak didik tidak lagi mengalami hambatan
belajar dan berani mengambil inisiatif dalam proses belajar.
Hal tersebut sesuai dengan apa yang menjadi tujuan bimbingan belajar,
yaitu: menolong siswa supaya bisa menyesuaikan diri dengan baik dalam
situasi belajar, sehingga setiap siswa mampu melaksanakan aktivitas belajar
secara efektif dan efisien sesuai dengan kemampuan yang dimiliki menuju
perkembangan diri yang optimal (Sukardi, 1983: 79).
Namun kenyataannya, para orang tua banyak mengeluh dan bertanya
mengeluh dengan banyak muridnya malas belajar, tidak mau mengerjakan
pekerjaan rumah dan sebaga inya (Kartini Kartono, 1985: 1).
Berdasarkan keluhan-keluhan di atas, sebenarnya ada banyak faktor
yang dapat menghambat belajar siswa. Faktor-faktor tersebut terbagi menjadi
dua golongan yaitu: faktor yang berasal dari dalam diri siswa (internal) dan
faktor yang berasal dari luar siswa (eksternal) (Kartini Kartono, 1985: 61).
Meskipun demikian, penulis mengklasifikasikan faktor- faktor hambatan
belajar tersebut menjadi empat faktor, yaitu; faktor psikologis, faktor keluarga,
faktor lingkungan sekolah dan faktor lingkungan masyarakat.
Faktor psikologis merupakan faktor yang mempengaruhi siswa dengan
frekuensi relatif cukup tinggi (Walgito, 1982: 68). Faktor- faktor psikologis
akan senantiasa memberikan landasan dan kemudahan dalam upaya mencapai
tujuan belajar secara optimal. Faktor- faktor psikologis itu meliputi;
kecerdasan, minat, bakat, motivasi, perhatian, kebiasaan belajar, fantasi,
ingatan, berfikir. Faktor- faktor psikologis ini dikatakan memiliki peranan
penting, karena dipandang sebagai cara berfungsinya pikiran siswa dalam
hubungannya dengan pemahaman dalam pelajaran, sehingga penguasaan
terhadap bahan-bahan pelajaran yang disajikan lebih mudah dan efektif
(Sardiman, 1986: 38-39). Djamarah (2002; 157) menekankan pula bahwa,
faktor psikologis adalah faktor yang menentukan intensitas belajar.
Menurut Sukardi (1983: 32) faktor luar (eksternal) bisa menimbulkan
dampak negatif bagi proses belajar siswa. Hal ini bisa terjadi apabila siswa
pikiran siswa ketika akan melakukan aktivitas belajar. Keadaan seperti inilah
yang seringkali mengganggu aktivitas atau proses belajar siswa.
Sejalan dengan hal di atas, Patterson & Loeber (Syah, 2003: 152) juga
menegaskan bahwa lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan
masyarakat memang mempengaruhi proses belajar. Siswa akan menemukan
hambatan belajar ketika interaksi sosial tidak memberikan dampak positif
pada kegiatan belajar. Dalam hal ini, siswa bukan saja tidak mau belajar
melainkan juga cenderung berperilaku menyimpang. Dengan demikian
sekolah perlu mengetahui faktor- faktor psikologis dan faktor-faktor luar
(eksternal) yang menghambat belajar siswa dan memberikan bimbingan pada
siswa.
Bimbingan yang diberikan pada siswa adalah bimbingan belajar,
karena permasalahan yang dialami siswa berkaitan dengan pembelajaran.
Bimbingan belajar yang diberikan berupa topik-topik bimbingan klasikal.
Siswa SMA dipandang sebagai remaja yang mengalami pertumbuhan
dan perkembangan baik fsik, mental, sosial, maupun emosional yang sangat
mempengaruhi tingkah laku siswa dalam kehidupan sehari- hari dikeluarga,
sekolah, dan masayarakat luas (Gunarsa, 1986: 19). Remaja seringkali
mengalami krisis identitas dan mudah sekali ragu-ragu tentang peran yang
diinginkan. Keadaan ini dapat membuat remaja tidak memiliki dorongan kuat
terhadap pendidikan, sehingga mudah sekali mengeluh tentang kegiatan
belajar, cenderung malas dan menyepelekan tugas-tugas yang diberikan guru
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah yang
diteliti adalah sebagai berikut:
1. Faktor-faktor apakah yang menghambat belajar siswi-siswi kelas X SMA
Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2008/2009?
2. Topik bimbingan klasikal apa sajakah yang sesuai bagi siswi-siswi kelas X
SMA Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2008/2009?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk:
1. Mengetahui faktor- faktor yang menghambat belajar siswi-siswi kelas X
SMA Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2008/2009.
2. Menentukan topik bimbingan klasikal yang sesuai bagi siswi-siswi kelas X
SMA Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2008/2009.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi kepala sekolah
Kepala sekolah mengetahui keadaan belajar siswa yang menjadi tanggung
jawabnya sehingga dapat ikut serta memantau perkembangan belajar
siswanya.
2. Bagi guru pembimbing
Guru pembimbing memperoleh gambaran mengenai faktor- faktor apa saja
yang paling besar persentasenya dalam menghambat belajar siswa,
yang sesuai dan perlu diberikan untuk memotivasi atau membantu siswa
berhasil dalam belajar.
3. Bagi guru mata pelajaran
Guru mata pelajaran memperoleh masukan mengenai faktor- faktor yang
menghambat belajar siswa, sehingga guru mata pelajaran juga dapat
berperan aktif memotivasi belajar siswa dalam membantu kinerja guru
pembimbing.
4. Bagi orang tua siswa
Orang tua siswa dapat memahami hal- hal apa saja yang dapat diberikan
kepada anaknya dalam rangka memotivasi belajar anaknya.
5. Bagi siswa
Siswa menyadari permasalahan diri dan bersedia dibantu demi
keberhasilan belajarnya.
E. Definisi Operasional
Berikut ini dijelaskan arti beberapa istilah yang digunakan dalam
penelitian ini agar memperoleh kesamaan pemahaman.
1. Faktor-faktor yang menghambat belajar adalah: faktor psikologis, faktor
keluarga, faktor lingkungan sekolah, dan faktor lingkungan masyarakat.
2. Siswi-siswi kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran
2008/2009 adalah siswi-siswi yang terdaftar sebagai siswi-siswi kelas X
3. Topik bimbingan klasikal
Topik bimbingan klasikal adalah topik-topik bimbingan yang diberikan
kepada sekelompok siswa yang tergabung dalam satu satuan kelas di
tingkat kelas tertentu pada suatu jenjang pendidikan tertentu, pada waktu
yang ditetapkan dalam jadwal pelajaran (Winkel dan Sri Hastuti, 2004:
8
Bab ini berisi uraian mengenai belajar, hambatan belajar, faktor- faktor
yang menghambat belajar, siswi-siswi kelas X sebagai remaja, dan bimbingan
belajar
A. Belajar
Belajar merupakan proses yang mendasar dalam perkembangan hidup
manusia. Belajar dapat menyebabkan suatu perubahan, dari yang tidak tahu
menjadi tahu. Proses tersebut menghasilkan segala bentuk aktivitas dan
prestasi hidup. Namun demikian, belajar bukan hanya sekedar pengalaman
tapi lebih pada proses dan bukan juga terlihat dari hasil karena belajar sifatnya
aktif/sedang dilakukan atau diperbuat dengan menggunakan berbagai alat
indera unt uk mencapai suatu tujuan (Soemanto, 1984: 99).
Belajar adalah proses perubahan di dalam diri manusia. Apabila
setelah belajar tidak terjadi perubahan dalam diri manusia, maka manusia
tersebut belum melakukan proses belajar. Sementara itu belajar menurut ilmu
jiwa Gestalt berarti mengalami, bereaksi, berbuat, berpikir, secara kritis
(Ahmadi, 1991: 280 ).
Menurut T. Raka Joni (Ahmadi, 1991: 281), belajar adalah perubahan
tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Sejalan dengan itu Edward L.
Walker (Ahmadi, 1991: 281) mengatakan, belajar sebagai perubahan
1991: 281) mengatakan bahwa belajar merupakan perubahan dalam diri
seseorang yang melakukan perbuatan belajar itu. Perubahan itu dapat
dinyatakan sebagai suatu kecakapan, suatu kebiasaan, suatu sikap, suatu
pengertian, sebagai pengetahuan atau apresiasi.
Jadi pada intinya orang yang belajar tidak sama keadaannya sebelum
mereka melakukan kegiatan atau perbuatan belajar. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa: (1) dalam belajar faktor perubahan tingkah laku harus
ada, tidak dikatakan belajar apabila di dalamnya tidak ada perubahan tingkah
laku, (2) perubahan tersebut pada intinya dapat menambah kecakapan baru
bagi siswa dan, (3) perubahan itu terjadi karena usaha yang disengaja.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan secara menyeluruh bahwa belajar
merupakan proses perubahan perbuatan sehingga menghasilkan kecakapan,
keterampilan, suatu kebiasaan, suatu sikap, suatu pengertian, sebagai
pengetahuan, atau penerimaan dan penghargaan.
B. Prinsip-prinsip Belajar
Proses belajar sifatnya kompleks sekali, tetapi apabila diperinci atau
dianalisa, hal ini dapat dilihat dalam bentuk prinsip-prinsip atau asas-asas
belajar. Hal ini perlu disadari supaya seseorang memiliki pedoman dan teknik
belajar yang baik. Menurut Thursan (2002), ada sepuluh prinsip belajar, yaitu:
1. Belajar harus berorientasi pada tujuan yang jelas
Belajar harus berorientasi pada tujuan yang jelas agar individu
adanya tujuan yang jelas, keberhasilan seseorang dapat dilihat dari sejauh
mana ia mampu mencapai tujuan belajarnya.
2. Proses belajar terjadi apabila seseorang dihadapkan situasi yang
problematis
Sesuatu yang problematis (mengandung masalah dengan tingkat
kesulitan tertentu) akan merangsang seseorang untuk berpikir dalam
memecahkan masalah, sehingga terjadi proses belajar.
3. Belajar dengan pengertian akan lebih bermakna dari pada belajar dengan
hafalan
Belajar dengan pengertian lebih memungkinkan seseorang untuk
lebih berhasil dalam menerapkan dan mengembangkan segala hal yang
sudah dipelajari dan dimengerti. Sedangkan belajar dengan hafalan
membuat orang mungkin mengetahui hanya secara verbalistis dan tidak
menangkap maknanya.
4. Belajar memerlukan kemauan yang kuat
Untuk berhasil dalam belajar, orang perlu memiliki kemauan
belajar yang kuat, supaya dapat mencapai hasil belajar yang maksimal.
5. Keberhasilan belajar ditentukan oleh banyak faktor
Ada dua faktor yang mempengaruhi belajar, yaitu: faktor internal
dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam
diri individu itu sendiri, seperti; kesehatan jasmani dan rohani, kecerdasan,
bakat, minat, dan lain- lain. Faktor eksternal adalah faktor yang terdapat di
6. Belajar merupakan proses yang kontinyu
belajar secara kontinyu akan jauh lebih baik dan bermanfaat dari
pada banyak dalam waktu satu malam sekaligus.
7. Proses belajar memerlukan metode yang tepat
Metode belajar yang tepat akan memungkinkan seseorang siswa
menguasai ilmu dengan lebih mudah dan lebih cepat. Dengan metode
belajar yang tepat akan memungkinkan siswa belajar lebih efektif
(usaha/tindakannya dapat membawa hasil) dan efisien (hasil yang
diperoleh sesuai dengan waktu, tenaga dan biaya).
8. Belajar keseluruhan akan lebih berhasil daripada belajar secara
terbagi-bagi
Dengan belajar keseluruhan, kita akan melihat dan mengerti
dengan jelas bagaimana unsur-unsur yang merupakan bagian dari
keseluruhan itu berhubungan satu dengan yang lainnya.
9. Belajar memerlukan adanya kesesuain antara guru dan siswa
Kesesuaian antara guru dan siswa sangat mempengaruhi siswa
dalam menyenangi suatu mata pelajaran. Hal ini akan mempengaruhi
motivasi siswa dalam belajar, karena itu guru diharapkan selalu berusaha
menerapkan metode pengajaran yang benar-benar sesuai dengan
10.Belajar memerlukan kemampun dalam menangkap intisari pelajaran itu
sendiri
Kemampuan mengangkap intisari pelajaran sangat perlu dimiliki
siswa. Denga n menangkap intisari pelajaran, siswa akan dapat membuat
ringkasan atau ikhtisar dari semua mata pelajaran yang dipelajarinya.
C. Hambatan Belajar
Kegiatan belajar yang dilakukan siswa belum tentu berjalan lancar
seperti yang diharapkan. Mereka terkadang mengalami berbagai
hambatan-hambatan dalam kegiatan belajar (Sukardi, 1983: 49). Sejalan dengan itu,
Ahmadi (1991: 74) mengatakan bahwa aktivitas belajar siswa kadang-kadang
lancar (cepat menangkap apa yang dipelajari), tapi tak jarang siswa juga
mengalami kesulitan menangkap hal yang dipelajari. Begitu pula dalam hal
semangat, siswa terkadang mempunyai semangat tinggi, namun dapat pula
terjadi sebaliknya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa siswa dapat mengalami
kegagalan dalam belajarnya. Siswa tidak naik kelas, tidak lulus ujian,
dikeluarkan dari sekolah dan sebagainya, karena ada faktor-faktor yang
menghambat belajar. Menurut Ahmadi (1991: 283), faktor- faktor yang
menghambat belajar itu dirangkum menjadi dua faktor yaitu faktor internal
D. Faktor-faktor yang Menghambat Belajar
Kartini Kartono (1985: 61) menggolongkan faktor- faktor yang
menghambat dalam belajar menjadi dua, yaitu faktor endogen yang berasal
dari dalam diri dan faktor eksogen yang berasal dari luar diri. Sejalan dengan
ini, Sukardi (1983: 49) menggolongkan faktor- faktor yang menghambat
belajar menjadi dua faktor yaitu: faktor yang bersifat psikologis, dan faktor
yang bersifat sosial (keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan
masyarakat).
Mengingat begitu banyaknya faktor yang menghambat belajar diatas,
maka penulis menggabungkan dan mengklasifikasikan faktor-faktor tersebut
kedalam empat bagian besar yaitu: faktor psikologis, faktor keluarga,
lingkungan sekolah, faktor lingkungan masyarakat.
1. Faktor Psikologis
a. Kecerdasan/ intelegensi
Kecerdasan/Intelegensi adalah kemampuan menyesuaikan diri
dengan keadaan baru menggunakan otak untuk berpikir dan organ
tubuh untuk bertindak dengan cara yang tepat (Syah, 1995: 133).
Menurut Garrett (Djaali, 2006: 65), “kecerdasan/inteligensi adalah
kemampuan yang diperlukan untuk pemecahan masalah yang
memerlukan pengertian, serta menggunakan simbol-simbol”.
Jadi jika seseorang mempunyai kecerdasan/inteligensi yang baik
maka orang tersebut dapat mengatur atau mengolah pola pikirnya
menjadi bentuk tingkah laku atau perbuatan yang sesuai. Kecerdasan
di bawah rata-rata akan membuat seseorang sulit mengontrol aktivitas
kognitif dalam otak sehingga kurang mampu memfokuskan perhatian
untuk menggali ingatan, dan berpikir dengan pengetahuan yang
dimiliki untuk memecahkan masalah belajar.
b. Bakat
Menurut Chaplin dan Reber (Syah, 1995: 135) bakat adalah
kemampuan yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan
pada masa yang akan datang. Menurut Kartini Kartono ( 1985: 2)
bakat adalah potensi atau kemampuan yang jika diberi kesempatan
untuk dikembangkan melalui belajar akan menjadi kecakapan yang
nyata. Jadi bakat merupakan keahlian/kemampuan yang jika
dikembangkan dengan sebaik mungkin melalui belajar akan menjadi
suatu kemampuan yang nyata untuk mencapai prestasi sampai ke
tingkat tertentu. Bakat yang ada dalam diri seseorang akan membantu
orang tersebut melakukan aktivitas belajar. Jadi apabila seseorang
tidak mempunyi bakat dalam suatu hal khususnya dalam pelajaran
tertentu, alhasil orang tersebut cenderung menyerah karena merasa
tidak mampu.
c. Motivasi
Seseorang akan berhasil dalam belajar, jika dalam dirinya ada
keinginan untuk belajar. Motivasi dalam hal ini meliputi dua hal
hal tersebut patut dipelajari (Sardiman, 1986: 39). Jadi siswa yang tahu
apa yang akan dipelajari dan mamahami serta mengerti mengapa hal
tertentu perlu dipelajari adalah siswa yang mempunyai motivasi untuk
belajar sehingga kegiatan belajarnya lancar. Purwanto (1995: 105) juga
menegaskan bahwa seseorang dapat menyadari apa pentingnya belajar
dan apa tujuan yang nanti dicapai akibat hasil dari belajar adalah
apabila dibantu oleh rangsangan dari dalam dan dari luar yang baik.
Jika seseorang tidak mempunyai motivasi belajar maka siswa
cenderung kurang giat berusaha, mudah putus asa jika mendapat
kesulitan, kurang membaca buku sehingga untuk memulai suatu
kegiatan belajar siswa cenderung malas belajar sehingga belajarnya
terhambat.
d. Emosi
Ahmadi (1991: 287) mengatakan, emosi yang kurang stabil dapat
mengganggu atau menghambat belajar seseorang. Misalnya perasaan
mudah tersinggung, pemurung, pemarah, selalu bingung dalam
mengahadapi masalah, selalu sedih tanpa alasan yang jelas, atau
masalah- masalah kecil yang dapat menimbulkan emosi mendalam.
Dalam keadaan emosi yang mendalam ini, belajar dapat mengalami
hambatan. Siswa yang mengalami hal seperti tadi membutuhkan
situasi yang cukup tenang dan penuh perhatian agar belajarnya dapat
bahwa memang memainkan peranan penting dalam pola berpikir
maupun tingkah laku seseorang.
Dengan demikian perasaan-perasaan negatif yang muncul dalam
diri siswa akan menyebabkan emosi yang membawa pengaruh pada
siswa menjadi tidak mampu berkonsentrasi pada pelajaran sehingga
siswa tersebut bisa dikatakan mengalami hambatan belajar.
e. Minat
Minat, menurut Slameto (Djamarah, 2002: 157) adalah suatu rasa
lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada
yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu
hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu diluar diri. Semakin kuat
atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat. Bahan pelajaran
yang tidak disenangi atau tidak sesuai dengan minat/ keinginan anak
pasti tidak dapat dipelajari dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada
daya tarik baginya. Ahmadi (1991: 79) juga mengatakan bahwa
kesulitan belajar timbul apabila siswa kurang berminat untuk belajar.
Minat belajar yang kurang biasanya timbul karena pelajaran yang
dipelajari tidak sesuai dengan kebutuhan, tidak sesuai dengan
kecakapan, dan tidak sesuai dengan karakter siswa secara individual.
Jadi minat seseorang dapat muncul jika orang tersebut
mempunyai ketertarikan pada sesuatu atau aktivitas tertentu tanpa
paksaan dari lain hal. Minat seseorang akan berkurang bila suatu hal
kemampuan serta tidak sesuai dengan sifat siswa itu sendiri maka
inilah yang membuat siswa tidak mau belajar sehingga lama-kelamaan
menjadi tidak punya kemajuan untuk belajar.
f. Perhatian
Perhatian (attention) adalah proses konsentrasi pikiran atau
pemusatan aktivitas mental. Proses perhatian melibatkan pemusatan
pikiran pada tugas tertentu, sambil berusaha mengabaikan stimulus
lain yang mengganggu. Contohnya ketika seseorang sedang mengikuti
ujian, maka orang tersebut berusaha memfokuskan pikirannya hanya
pada ujian tanpa memikirkan peristiwa-peristiwa lain di luar keadaan
ujian. Perhatian juga merujuk pada proses pengamatan beberapa pesan
sekaligus, kemudian mengabaikannya kecuali hanya satu pesan
(Martin, 1989). Dengan kata lain, perhatian melibatkan proses selektif
terhadap beberapa objek yang hadir pada saat itu. Kemudian pada saat
yang bersamaan pula seseorang hanya memilih satu objek, sementara
objek yang lain diabaikan (Suharnan, 2005: 40). Dengan demikian,
perhatian merupakan faktor penting dalam usaha belajar anak. Proses
belajar akan berlangsung dengan baik apabila anak mempunyai
perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya. Apabila bahan pelajaran
itu tidak menarik baginya, maka timbulah rasa bosan atau malas dan
belajarnya harus dikejar-kejar, sehingga prestasi mereka kemudian
menurun (Ahmadi, 1991: 268). Selaras dengan ini, Sukardi (1983:
materi pelajaran yang dipelajari agar orang tersebut dapat tertarik
dengan pelajaran tersebut sehingga orang tersebut dapat belajar dengan
baik.
Jadi aktivitas belajar yang disertai dengan perhatian intensif akan
lebih sukses dan prestasi belajar akan lebih tinggi, karena dalam
kenyataannya sebagian besar pelajaran justru diterima oleh siswa
secara sengaja (Suryabrata, 1984: 20).
g. Kebiasaan belajar
Kebiasaan belajar yang baik adalah dengan menguasai ilmu
melalui pemahaman dan mengolahnya secara memadai sehingga akan
tersimpan dalam sub sistem akal permanen kita (Muhibbin Syah, 2003:
168). Kebiasaan belajar yang kurang baik adalah dengan menguasai
ilmu pengetahuan pada tingkat hafalan saja tidak dengan pengertian
akan menyulitkan seseorang mentransfer pada situasi yang lain
(Djamarah, 2002: 203). Hilgard & Bower (Syah, 2003: 171)
mengatakan bahwa pengetahuan yang tidak pernah digunakan dapat
menyebabkan seseorang lupa, karena menurut para ahli, materi yang
diperlakukan demikian dengan sendirinya akan masuk ke alam bawah
sadar atau mungkin juga bercampur aduk dengan materi pelajaran yang
baru.
Jadi kebiasaan yang baik itu adalah dengan memahami apa yang
dipelajari dan mengolahnya dengan memadai dalam otak supaya
dilakukan sebaliknya, yaitu cukup dengan menghafal saja maka materi
yang sudah dihafalkan bisa saja terhapus akibat banyaknya materi
pelajaran yang baru masuk dalam otak karena materi yang sebelumnya
tidak tersimpan dengan baik.
h. Fantasi
Sardiman (1986: 45) mengatakan, fantasi adalah sebagai
kemampuan untuk membentuk tanggapan baru berdasarkan tanggapan
yang ada, atau dapat dikatakan sebagai suatu fungsi yang
memungkinkan individu untuk berorientasi dalam imajinasi,
menerobos dunia realitas. Oleh sebab itu, fantasi mempunyai arti
penting dala m kehidupan seseorang karena dapat me lengkapi
bayangan-bayangan atau tanggapan-tanggapan, sehingga akan
menambah bahan penilaian yang ada pada individu (Ahmadi, 1991:
80). Dengan fantasi ini maka dalam belajar akan memiliki wawasan
yang lebih longgar karena dididik unt uk memahami diri dan orang
lain. Apabila seseorang kurang mampu berfantasi, maka orang tersebut
tidak mampu menuangkan pikirannya sekreatif mungkin sehingga
untuk mata pelajaran tertentu yang menuntut imajinasi tidak mampu
diikutinya.
i. Ingatan
Kemampuan mengingat pada manusia merupakan indikasi bahwa
manusia mampu untuk menyimpan dan menimbulkan kembali sesuatu
1992: 70). Secara teoretis ingatan akan berfungsi: (1) me ncamkan atau
menerima kesan-kesan dari luar, (2) menyimpan kesan, (3)
memproduksi kesan. Oleh karena itu ingatan merupakan kecakapan
untuk menerima, menyimpan dan mereproduksi kesan-kesan dalam
belajar, sehingga dapat menghindari kelupaan sebagai gejala
psikologis yang selalu ada (Sardiman, 1986: 45). Sementara itu
Suryabrata (1984: 45) juga mengatakan bahwa pembelajaran seseorang
tidak hanya ditentukan oleh pengaruh dan proses-proses yang
berlangsung waktu kini, tetapi juga oleh pengaruh-pengaruh dan
proses-proses dimasa yang lampau karena hal ini ikut menentukan.
Jadi ingatan erat sekali hubungannya dengan belajar. Bukti bahwa
seseorang telah mampu melakukan proses belajar ialah apabila ia dapat
mengingat apa yang telah dipelajarinya (Dimyati, 1990: 175).
j. Berpikir
Berpikir merupakan aktifitas psikis yang intensional, dan terjadi
apabila seseorang menjumpai problem yang harus dipecahkan. Dalam
berpikir seseorang menghubungkan pengertian satu dengan pengertian
lainnya dalam rangka mendapatkan pemecahan persoalan yang
dihadapi. Dalam berpikir, pengertian-pengertian itu merupakan bahan
atau materi yang digunakan dalam proses berpikir (Ahmadi, 1992: 81).
Jadi, berpikir merupakan aktivitas mental untuk dapat merumuskan
pengertian, dan menarik kesimpulan dalam proses belajar seseorang
2. Faktor Keluarga
Selain faktor psikologis, faktor keluarga mempunyai pengaruh
yang besar dalam menentukan berhasil tidaknya seseorang dalam kegiatan
belajarnya. Faktor keluarga meliputi faktor orang tua, suasana rumah,
keadaan sosial ekonomi keluarga.
a. Orang tua
Salah satu masalah serius yang sedang dialami oleh banyak
keluarga modern adalah berkurangnya kesempatan keluarga, yaitu
orang tua dan anak berkumpul, berkomunikasi bersama karena
kesibukan pekerjaan (Supratiknya, 2006: 14). Hal seperti ini
memungkinkan kurangnya perhatian antar satu sama lain dalam
keluarga, terutama dari orang tua kepada anaknya.
Perhatian yang kurang dari orang tua bisa menyebabkan anak
merasa kecewa dan mungkin frustrasi karena merasa orang tua tidak
pernah memperhatikan. Dengan keadaan seperti ini anak merasa
bahwa mereka seperti tidak memiliki orang tua yang seharusnya
menjadi orang yang bisa diandalkan jika sedang mengalami masalah
khususnya masalah belajar. Djamarah (2002: 208) juga menegaskan
bahwa keadaan seperti ini adalah hubungan yang rawan orang tua dan
anak yang menyebabkan masalah psikologis dalam belajar anak di
sekolah. Orang tua yang terlalu keras, banyak tuntutan terhadap
menurut Ahmadi ( 1991: 288). Hal semacam ini dapat menyebabkan
hubungan menjadi serba tidak nyaman.
Jadi perhatian dari orang tua itu sangatlah penting agar
membentuk suasana jiwa yang tenang dan gembira bagi sang anak,
namun sebaliknya jika perhatian tidak ada maka hubungan antara anak
dan orang tua menjadi tegang, kaku dan tidak harmonis, satu sama lain
tidak merasakan kasih sayang, karena itu usaha belajar anak juga
terhambat (Ahmadi, 1991: 288).
b. Suasana rumah
Suasana yang terlalu gaduh atau terlalu ramai membuat anak
tidak bisa belajar dengan baik misalnya rumah dengan keluarga besar
atau banyak sekali penghuninya. Begitu juga suasana rumah yang
selalu tegang, selalu banyak cekcok antara anggota-anggotanya. Anak
merasa sedih, bingung dan merasakan kekecewaan yang mendalam
serta tekanan batin yang terus menerus (Ahmadi, 1991: 289). Sukardi
(1983: 57) menegaskan pula bahwa suasana rumah yang terlalu ramai
tidak memberikan dukungan belajar yang baik, begitu juga dengan
hubungan anatar anggota keluarga yang kurang intim akan
menimbulkan suasana kaku, mati dan tegang.
Dengan keadaan seperti ini anak lebih suka pergi keluar rumah
untuk mencari suasana baru. Jika hal ini terus saja terjadi maka dapat
diperkirakan membawa pengaruh baik itu positi maupun negatif.
cenderung mempengaruhi aktivitas belajarnya yaitu menjadi malas
belajar sehingga belajarnya terhambat. Oleh sebab itu hubungan atau
suasana yang akrab, menyenangkan dan penuh kasih sayanglah yang
akan memberikan motivasi yang mendalam pada anak.
c. Keadaan sosial ekonomi keluarga
Faktor keadaan sosial ekonomi keluarga erat hubungannya
dengan belajar anak (Slameto, 1988: 65). Dalam kegiatan belajar
seorang anak kadang-kadang memerlukan sarana penunjang belajarnya
meskipun harganya cukup mahal. Namun terkadang keadaan ekonomi
keluarga tidak memungkinkan untuk memenuhi kebutuhan yang
diinginkan (lebih khususnya untuk menunjang pendidikan), sehingga
anak menjadi putus asa, mundur, lalu dorongan belajarnya kurang
sekali (Sukardi, 1983: 57). Sedangkan menurut Kartini Kartini (1985:
64) hal ini dapat terjadi sebaliknya yaitu anak yang mempunyai sosial
ekonomi berlimpah cenderung mempengaruhi pola asuh anak dengan
membiasakan memanjakan anaknya, sehingga anak merasa tidak
masalah menghamburkan uang demi kesenangan yang mengakibatkan
perhatiannya pada pelajaran jadi berkurang dan sering kali
meremehkan pelajaran.
Jadi keadaan sosial ekonomi dapat menjadi faktor penghambat
belajar anak jika kebutuhan akan sarana pendidikan tidak terpenuhi,
penghambat jika keuangan tidak dimanfaatkan secara efektif untuk
kepentingan belajar.
3. Faktor Lingkungan Sekolah
Lingkungan sekolah juga merupakan salah satu faktor penyebab
hambatan- hambatan dalam kegiatan belajar siswa. Faktor- faktor yang
termasuk dalam lingkungan sekolah yaitu: hubungan guru dan siswa, cara
penyajian pelajaran, hubungan antara siswa dan siswa, standar pelajaran di
atas ukuran, media pendidikan, metode belajar, dan pekerjaan rumah.
a. Hubungan guru dan siswa
Guru yang kurang pandai berinteraksi dengan siswa secara akrab
menyebabkan proses belajar mengajar itu kurang lancar (Slameto,
1988: 68). Siswa yang tidak mampu brinteraksi dengan guru pula akan
menyebabkan siswa merasa ada jarak antara guru dan siswa. Siswa
menjadi sulit menerima pelajaran dan berpartisipasi aktif dalam
kegiatan belajar mengajar dan menjadi segan mempelajari bahan yang
diberikan oleh guru (Sukardi, 1983: 58).
b. Cara penyajian pelajaran
Cara penyajian pelajaran adalah suatu cara/jalan yang harus
dilalui didalam mengajar. Dalam proses belajar siswa diharapkan dapat
menerima, menguasai dan lebih- lebih me ngembangkan bahan
pelajaran itu maka cara-cara mengajar serta cara belajar haruslah tepat
Guru yang selalu mengajar dengan metode ceramah saja
menyebabkan siswa bosan, mengantuk, pasif dan berfungsi sebagai
notulis dari ucapan guru di depan kelas saja. Guru yang ingin terus
maju dan materi pelajarannya cepat diterima oleh murid harus berani
mencoba berbagai macam metode yang baru, yang secara langsung
dapat meningkatkan kegiatan belajar mengajar dan meningkatkan
motivasi siswa untuk belajar (Sukardi, 1983: 58).
c. Hubungan antara siswa dan siswa
Siswa yang mempunyai sifat-sifat atau tingkah laku yang kurang
mnyenangkan teman lain, mempunyai rasa rendah diri atau sedang
mengalami tekanan batin, akan diasingkan dari kelompok, akibatnya
belajarnya terganggu. Siswa menjadi malas masuk sekolah dengan
alasan yang tidak-tidak karena di sekolah mengalami perlakuan yang
kurang menyenangkan dari teman-temannya (Slameto, 1988: 69)
Hal ini biasanya terjadi pada kelas-kelas yang mempunya i
hubungan lebih dengan membentuk kelompok atau gang, sehingga
siswa yang tidak dapat bergabung dalam kelompok tertentu akan
dikucilkan. Hubungan semacam ini dapat ditemukan hampir disetiap
sekolah (Sukardi, 1983: 58).
d. Standar pelajaran di atas ukuran
Guru yang berpendirian untuk meningkatkan mutu dan
mempertahankan wawasanya mengakibatkan siswa merasa tidak
harus menyajikan materi pelajaran sesuai dengan potensi atau
kemampuan siswa masing- masing sesuai dengan tujan yang telah
dirumuskan (Sukardi, 1983: 59).
e. Media pendidikan
Sekolah yang belum mampu memiliki hal baik dari segi kualitas
maupun kuantitas seperti pengadaan buku-buku diperpustakaan,
alat-alat laboratorium atau media- media pendidikan lainya kurang
membantu menunjang kelancaran belajar siswa. Apalagi dengan
banyaknya jumlah siswa ya ng masuk sekolah maka mutlak bahwa
alat-alat tersebut diperlukan dalam jumlah yang besar pada (Sukardi, 1983:
59).
f. Metode belajar
Dalam kegiatan sehari- hari ditemukan adanya metode belajar
yang kurang baik, misalnya belajar pada akhir semester, belajar tidak
teratur dan menyia-nyiakan kesempatan belajar (Dimyati, 1999: 246).
Sukardi (1983: 60) mengatakan, bahwa dalam kegiatan belajar, banyak
siswa menggunakan metode belajar yang keliru, yaitu apabila besok
ada ujian atau ulangan, mereka baru belajar terus menerus dari siang
hari sampai menjelang pagi esok harinya. Jika hal semacam itu terus
dipaksakan akibatnya siswa akan jatuh sakit sehingga kondisi tidak
g. Pekerjaan rumah
Pekerjaan rumah (PR) yang terlalu dijejalkan oleh guru pada
siswa untuk dibawa pulang kerumah, juga merupakan momok
penghambat dalam kegiatan belajar. Dengan terlalu banyaknya
tugas-tugas yang dibebankan itu, membuat siswa tidak memiliki kesempatan
untuk belajar pelajaran yang lainnya (Sukardi, 1983: 61).
4. Faktor Lingkungan Masyarakat
Lingkungan masyarakat juga dapat menghambat belajar siswa
apabila lingkungan masyarakat mempunyai pengaruh yang kurang
mendukung keberhasilan belajar siswa.
a. Mass- media
Mass media dapat saja menjadi penghambat dalam belajar
misalnya bioskop, radio, TV, video kaset, novel, komik dan yang
lainnya. Banyak siswa yang terlalu lama menonoton televisi dari awal
sampai akhir siarannya sehingga lupa belajar. Membaca buku-buku
novel atau komik atau menonton film biru tanpa pendampingan dari
orang tua akan mempengaruhi anak terhadap prilakunya menjadi
negatif dan melupakan tugas belajarnya (Sukardi, !983: 61). Ahmadi
(1991: 291) menegaskan bahwa semangat belajar menjadi terpengaruh
dan mundur sekali. Oleh sebab itu perlu pengawasan dan
b. Teman bergaul
Dalam kehidupan anak, pergaulan dan teman sepermainan sangat
dibutuhkan dalam membentuk kepribadiannya dan sosialisasinya
(Sukardi, 1983: 61). Pengaruh dari teman-teman bergaul siswa lebih
cepat masuk dalam jiwanya dari pada yang kita duga. Teman bergaul
yang baik akan berpengaruh baik terhadap diri siswa, sebaliknya teman
bergaul yang jelek/ buruk pengaruhnya akan buruk juga. Teman
bergaul yang tidak baik misalnya yang suka bergadang, keluyuran,
pecandu, perokok berat, miras, apalagi teman bergaul lawan jenis yang
amoral, pejinah, pemabuk dan lain- lain pastilah akan membawa siswa
ke hal yang buruk pula, sehingga belajar menjaadi berantakan,
tugas-tugas sekolah sering ditinggalkan dan tidak mampu mengikuti
pelajaran di kelas.
c. Kegiatan dalam masyarakat
Selain belajar di sekolah siswa mempunyai kegiatan-kegiatan
lain di luar sekolah, misalnya pencak silat, drama, olah raga, menari,
dan lain sebagainya. Kegiatan-kegiatan tersebut jika berlabihan akan
menghambat kegiatan belajarnya (Ahmadi, 1991: 291). Oleh sebab itu
kegiatan-kegiatan tersebut harus perlu diperhatikan, dirancang, dan
dijadwalkan agar dapat mengerti/menentukan kapan waktunya harus
d. Corak kehidupan tetangga
Corak kehidupan tetangga disekitar rumah dimana anak tinggal
memunyai pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan dan
perkembangan anak. Apabila mereka berada dilingkungan yang rajin
belajar secara otomatis anak akan terpengaruh dan anakpun akan rajin
belajar (Sukardi, 1983: 62). Sebaliknya jika anak itu hidup dalam
lingkungan tetangga yang suka judi, atau anak hidup dalam lingkungan
yang setiap malam pergi ke tempat-tempat dugem, maka anak itupun
akan cepat sekali terpengaruh, sehingga semua dapat mempengaruhi
semangat belajar anak (Ahmadi, 1991: 291).
E. Siswa Kelas X Sebagai Remaja
Siswa SMA adalah individu yang sedang berada pada usia remaja.
Piaget (Hurlock, 1996: 206) mengatakan bahwa:
”secara psikologis, masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang kurangnya dalam masalah hak...integrasi dalam masyarakat (dewasa) mempunyai aspek afektif, kurang lebih berhubungan dengan masa fuber...termasuk juga perubahan intelektual yang mencolok...transformasi intelektual yang khas dari cara berpikir remaja ini memungkinkannya untuk mencapai integrasi dalam hubunan sosial orang dewasa, yang kenyataannya merupakan ciri khas yang umum dari periode perkembangan ini”.
Remaja yaitu seseorang baik pria maupun wanita yang sedang
mengalami perubahan fisik dan psikis yang khas yang menuntunnya ke arah
masa dewasa. Masa remaja atau adolescence sebagai suatu periode diantara
Dalam rentang usia tersebut, remaja mengalami perkembangan yang cukup
pesat baik fisik maupun psikisnya. Pemahaman dan pengetahuannya juga
berkembang sejalan dengan perkembangan intelektualnya ( Kartini Kartono &
Dali Gulo, 1987: 9).
Oleh karena itu siswa SMA kelas X berusia antara 16-18 tahun
sebagai remaja berarti sudah dapat menyadari sepenuhnya hal- hal yang
dihadapinya serta merefleksikan pengalaman belajar termasuk faktor- faktor
yang menghambat belajar yang dialaminya.
F. Bimbingan Belajar
Bimbingan belajar sering disebut bimbingan akademik, yaitu
”bimbingan dalam hal menemukan cara belajar yang tepat dalam memilih
program studi yang sesuai, dan dalam mengatasi kesukaran yang timbul
berkaitan dengan tuntutan belajar di suatu institusi pendidikan.” (Winkel dan
Sri Hastuti, 2004: 116). Menurut Ahmadi (1991: 105), tujuan bimbingan
belajar adalah membantu siswa-siswi agar dapat menyesuaikan diri dengan
baik di dalam situasi belajar, sehingga setiap siswa dapat belajar dengan
efisien sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya dan mencapai
perkembangan yang optimal.
Sukardi (1983: 80) mengungkapkan, tujuan bimbingan belajar adalah:
1. Mencari cara yang efektif dan efisien bagi seorang anak atau sekelompok
anak.
2. Menunjukan cara–cara mempelajari sesuatu dan menggunakan buku
3. Membuat tugas sekolah dan mempersiapkan diri dalam ulangan dan ujian.
4. Memberi informasi bagaimana memanfaatkan perpustakaan.
5. Memilih suatu bidang studi sesuai dengan bakat, minat, kecerdasan,
cita-cita dan kondisi fisik atau kesehatannya.
6. Menunjukan cara-cara menghadapi kesulitan dalam bidang studi tertentu.
7. Menentukan pembagian waktu dan perencanaan jadwal belajarnya.
8. Memilih pelajaran tambahan, baik yang berhub ungan dengan pelajaran di
sekolah maupun untuk pengembangan bakat dan kariernya di masa depan.
Dengan demikian bimbingan belajar merupakan bimbingan bagi siswa
dalam membantu siswa untuk mengetahui cara belajar yang tepat dengan
tujuan-tujuan bimbingan yang dipakai sebagai landasan untuk membantu
kelancaran bimbingan belajar dengan maksud mencegah hambatan belajar
yang dirasakan siswa.
G. Bimbingan Klasikal
Bimbingan klasikal adalah ”Bimbingan yang diberikan kepada
sekelompok siswa yang tergabung dalam suatu satuan kelas ditingkat kelas
tertentu pada suatu jenjang pendidikan tertentu, pada waktu yang ditetapkan
dalam jadwal pelajaran” (Winkel dan Sri Hastuti, 2004: 563-564).
Pelaksanaan bimbingan klasikal dapat menguntungkan dan sekaligus
merugikan. Keuntungan yang dapat dirasakan oleh guru pembimbing adalah
mendapat kesempatan untuk berinteraksi dengan banyak siswa secara
terbatas. Keuntungan yang dapat dirasakan siswa antara lain adalah lebih rela
menerima diri sendiri setelah menyadari bahwa teman-temannya sering
menghadapi persoalan yang kerap kali sama, diberi kesempatan untuk
mendiskusikan suatu masalah bersama-sama, mela tih menerima suatu
pendapat yang dikemukakan oleh teman lain, tertolong untuk mengatasi suatu
masalah yang dirasakan sulit untuk dibicarakan langsung dengan konselor,
dan mendapat informasi yang dibutuhkan.
Kerugian pelaksanaan bimbingan klasikal adalah interaksi pribadi
antara konselor dan siswa terbatas dan kurang mendalam sehingga konselor
sulit mengevaluasi apakah pelayanan bimbingan mencapai sasaran atau tidak.
Selain itu siswa kurang dapat diajak untuk berefleksi lebih dalam (Winkel,
1997: 520).
H. Topik-topik Bimbingan belajar
Rangkaian topik yang dimaksud dalam skripsi ini adalah
topik-topik bimbingan klasikal. Topik bimbingan yang diberikan kepada siswa
secara klasikal ini untuk membantu siswa memecahkan masalah belajarnya
dengan pokok bahasan dalam topik. Topik bimbingan klasikal disesuaikan
dengan masalah yang frekuensinya sangat sering dan intensitasnya sangat
berat dan besar dihadapi siswa. Topik-topik bimbingan ini dapat diusulkan
setelah peneliti mengadakan penelitian mengenai faktor- faktor yang
menghambat belajar siswa kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyakarta tahun
33
Dalam bab ini diuraikan jenis penelitian, subjek penelitian, instrumen
penelitian, prosedur pengumpulan data, dan teknik analisis data.
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif. “Penelitian deskriptif
adalah penelitian yang dirancang untuk memperoleh informasi tentang
status gejala pada saat penelitian dilakukan” (Furchan, 1982 : 415). Sukardi
(2003 : 157) mengartikan penelitian deskriptif sebagai “metode penelitian
yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasikan obyek sesuai
dengan apa adanya”.
Jenis penelitian ini adalah survei. Alasan peneliti memakai jenis
penelitian survei karena penelitian ini bertujuan mengumpulkan informasi
tentang variabel dan bukan informasi tentang individu (Furchan, 1982 : 418).
Penelitian ini berada dalam ruang lingkup pendidikan, khususnya bidang
Bimbingan dan Konseling. Penelitian ini dilakukan dengan maksud untuk
mengetahui faktor- faktor yang mengha mbat belajar siswa-siswi Kelas X SMA
Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2008/2009.
B. Populasi Penelitian
Populasi penelitian adalah siswi-siswi Kelas X SMA Stella Duce 2
sebagai populasi penelitian karena siswa Kelas X dianggap sudah cukup
menyadari faktor-faktor yang menghambat belajarnya masing- masing.
Perincian jumlah siswi kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyakarta menurut kelas
disajikan pada tabel 1 sebagai berikut:
Tabel 1
Rincian Jumlah Siswi Kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2008/2009
Kelas Jumlah Siswi
X A 30 siswi
X B 30 siswi
X C 32 siswi
X D 30 siswi
X E 32 siswi
Total 154 siswi
C. Instrumen Penelitian 1. Alat Pengumpul Data
Alat yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner
faktor-faktor yang menghambat belajar yang disusun oleh peneliti sendiri dengan
berpedoman pada teknik penyusunan skala Likert. Kuesioner adalah
sekumpulan daftar pertanyaan tertulis yang diberikan kepada subyek
penelitian (Furchan, 1982 : 249). Jenis kuesioner yang digunakan adalah
kuesioner langsung tertutup, artinya responden menjawab pertanyaan yang
berhubungan dengan dirinya dan sudah disediakan alternatif jawabannya
sehingga responden tinggal memilih alternatif jawaban yang tersedia dan
yaitu “sangat setuju”, “setuju”, “tidak setuju”, dan “sangat tidak setuju”.
Penyajian alternatif jawaban dengan empat pilihan dimaksudkan untuk
menghindari kecenderungan responden untuk memilih pilihan tengah.
Kuesioner faktor-faktor yang menghambat belajar berisi 96 item
pernyataan, terbagi menjadi 4 (empat) faktor yang menghambat belajar,
yaitu : faktor psikologis, faktor keluarga, faktor lingkungan sekolah, dan
faktor lingkungan masyarakat.
Kuesioner ini terdiri dari 2 (dua) bagian. Bagian pertama memuat
identitas responden, kata pengantar, dan petunjuk kerja. Bagian kedua
memuat tentang isi kuesioner faktor-faktor penghambat belajar, yaitu
berupa pernyataan yang dirumuskan dalam bentuk
pernyataan-pernyataan yang bersifat favourable (pernyataan positif), yaitu pernyataan
yang memihak pada objek ukur atau yang mengindikasikan tingginya
indikator yang diukur dan unfavourable (pernyataan negatif) yang artinya
pernyataan yang tidak memihak pada objek ukur atau yang
mengindikasikan rendahnya indikator yang diukur (Azwar, 2005: 47).
Penentuan skor untuk setiap jawaban dari item- item pernyataan
adalah sebagai berikut:
a. Pernyataan yang bersifat positif (favourable), jawaban “Sangat Setuju”
(SS) diberi skor 4, “Setuju” (S) diberi skor 3, “Tidak Setuju” (TS)
b. Pernyataan yang bersifat negatif (unfavourable), jawaban “Sangat
Setuju” (SS) diberi skor 1, “Setuju” (S) diberi skor 2, “Tidak Setuju”
(TS) diberi skor 3, “Sangat Tidak Setuju” (STS) diberi skor 4.
Penulis meminta responden untuk memilih salah satu dari keempat
alternatif jawaban dengan memberikan tanda centang pada kolom
alternatif jawaban masing- masing. Setelah terkumpul semua, jawaban tiap
item diberi skor, lalu jawaban setiap pernyataan dijumlahkan. untuk
mengungkap faktor-faktor apa saja yang menghambat belajar siswi-siswi
kelas X SMA Stella Duce 2.
Kisi-kisi kuesioner yang diujicobakan disusun berdasarkan
indikator- indikator dari aspek yang akan diteliti. Kisi-kisi dari item- item
faktor- faktor yang menghambat belajar ini adalah sebagai berikut :
Tabel 2
Kisi-kisi Kuesioner Faktor-faktor yang Menghambat Belajar Siswi Kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2008/2009 Sebelum
membentuk ide baru)
2. keluarga a. Perhatian dari orang tua b. Suasana rumah pendukung
d. Standar nilai yang harus dijangkau
2. Uji Coba Kuesioner Faktor-faktor yang Menghambat Belajar. a. Uji Coba Kuesioner
Uji coba kuesioner juga dimaksudkan untuk mengetahui apakah
responden memahami maksud pernyataan, serta untuk menemukan
Kuesioner diujicobakan pada siswi-siswi di kelas X D SMA Stella Duce 2
Yogyakarta pada tanggal 26 April 2008 pukul 10:00-10:45 WIB dengan
jumlah responden 30 siswa. Pengadaan uji coba pada kelas-kelas tersebut
sesuai dengan jam Bimbingan dan Konseling sehingga tidak mengganggu
mata pelajaran di sekolah. Waktu yang diperlukan untuk menjawab
kuesioner sekaligus memberikan petunjuk tentang pengisian kuesioner
kurang lebih 35 menit. Tabulasi uji coba dapat dilihat pada lampiran 1.
b. Validitas Kuesioner
Validitas menunjuk pada sejauh mana suatu alat ukur mampu
mengukur apa yang diukur (Masidjo, 1995: 242). Validitas berkaitan
dengan kemampuan alat dalam mengukur apa yang seharusnya diukur.
Suatu ala t ukur dapat dikategorikan valid apabila alat ukur tersebut dapat
memberikan hasil pengkuran sesuai dengan maksud pengukur. Penelitian
ini merupakan validitas isi (content validity). Validitas isi adalah validitas
yang menunjukkan sejauh mana isi suatu tes atau alat ukur
menggambarkan hal-hal yang akan diuk ur atau diteskan (Masidjo, 1995:
243).
Proses penghitungan taraf validitas dilakukan dengan cara
memberi skor pada setiap item dan mentabulasi data uji coba. Selanjutnya,
proses penghitungan dilakukan dengan bantuan program SPSS versi 12 for
Windows. Untuk menentukan taraf signifikansi validitas yang ditentukan
signifikansi 5% untuk N=30 didapat angka koefisien korelasi 0,361.
Dengan demikian, item yang koefisien korelasinya kurang dari 0,361
dinyatakan gugur, sebaliknya jika item yang memiliki koefisien korelasi
lebih atau sama dengan 0,361 maka item tersebut sudah dianggap valid.
Untuk menyeimbangkan item yang mewakili setiap indikator kuesioner,
penulis mengambil item- item yang koefisien korelasinya sedikit lebih
rendah dan menyisihkan item yang mempunyai koefisien korelasi tinggi.
Hasil analisis tersebut kemudian disesuaikan dengan penyebaran
item agar seimbang pada setiap aspeknya serta perubahan pada nomor
item untuk membedakannya dari kuesioner ujicoba. Kisi-kisi kuesioner
setelah uji coba dari hasil penghitungan taraf validitas uji coba alat ukur
disajikan dalam tabel 3, dan kuesioner penelitian dapat dilihat pada
lampiran 2.
Tabel 3
Kisi-kisi Kuesioner Faktor-faktor yang Menghambat Belajar Siswi Kelas X SMA Stella Duce 2 Tahun Ajaran 2008/2009 Penelitian
proses belajar
j. Bepikir (mengolah informasi yang masuk ke dalam otak)
29 26, 30
TOTAL 17 13 30
2 Keluarga a. Perhatian dari orang tua b. Suasana rumah
a. Hubungan yang baik antara guru dan siswa
b. Hubungan yang baik antara siswa dan siswa
c. Cara penyajian pelajaran d. Standar nilai yang harus
dijangkau
Masidjo (1995: 209) menjelaskan bahwa reliabilitas suatu alat
ukur mampu menunjukkan konsistensi hasil pengukuran yang
diperlihatkan dalam taraf ketepatan dan ketelitian. Sependapat dengan
Masidjo, Azwar (2008: 7) menyatakan bahwa reliabilitas adalah
reliabilitas menggunakan metode belah dua (split-half method) dilakukan
berdasarkan pembagian item yang bernomor gasal dan genap (Masidjo,
1995: 218). Hasil perhitungan reliabilitas koefisien dapat dilihat pada
lampiran 3. Rumus yang digunakan untuk perhitungan koefisien reliabitas
adalah rumus formula Spearman-Brown. Rumus yang dimaksud adalah:
2 x
r
ggr
tt =1 +
r
ggKeterangan:
rtt = koefisien korelasi
rgg = koefisien gasal dan genap
Hasil penghitungan dengan rumus formula koreksi dari
Spearman-Brown sebagai berikut:
2 x
r
gg1 +
r
gg2 x 0.94
1 + 0.94
1.88
1.94
= 0.97
r
tt ==
Pada tabel 3 berikut ini akan ditunjukkan tabel daftar klasifikasi.
Tabel 4 Daftar Klasifikasi
Koefisien Korelasi Kualifikasi
0,91-1,00 Sangat tinggi
0,71-0,90 Tinggi
0,41-0,70 Cukup
0,21-0,40 Rendah
Negatif-0,20 Sangat Rendah
(Masidjo, 1995: 209)
Berdasarkan perhitungan yang dilakukan, diperoleh koefisien
reliabilitas rtt=0,97. Jadi dapat dikatakan bahwa reliabilitas alat ukur
sangat tinggi.
D. Prosedur Pengumpulan Data 1. Tahap Persiapan
Kegiatan yang dilakukan adalah me ngkonsultasikan hasil
pengolahan data setelah uji coba pada dosen pembimbing, kemudian
menyusun kembali kuesioner faktor- faktor penghambat belajar siswa
secara seimbang baik item favourabel dan unfavourabel masing indikator
dalam setiap aspek. Kemudian, tiga minggu sebelum penelitian
dilaksanakan, penulis memohon izin kepada Kepala Sekolah dan
Koordinator Bimbingan di sekolah yang akan digunakan untuk penelitian.
Setelah izin diperoleh, penulis kemudian meminta surat izin resmi untuk
penelitian kepada Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling
Koordinator Bimbingan di sekolah (lampiran 5). Peneliti juga
menyerahkan proposal penelitian beserta contoh kuesioner kepada
Koordinator Bimbingan, setelah itu peneliti beserta Koordinator
Bimbingan bersama-sama menetapkan waktu untuk penelitian.
2. Tahap Pelaksanaan Pengumpulan Data Penelitian
Pelaksanaan penelitian dilakukan didalam kelas masing- masing.
Adapun jadwal pelaksanaan pengumpulan data penelitian di setiap kelas
disajikan pada tabel 5 sebagai berikut:
Tabel 5
Jadwal Pengumpulan Data
Kelas Tanggal pengumpulan data
Waktu pengumpulan data
Jumlah siswa yang hadir
X E 2 Mei 2008 10.15-11.00 32 siswi
X C 3 Mei 2008 09.15-10.00 32 siswi
X A 8 Mei 2008 10.15-11.00 30 siswi
X B 8 Mei 2008 12.00-12.45 30 siswi
Total 124 siswi
Penulis memberikan pengantar dan perkenalan sedikit serta
menjelaskan maksud dan tujuan kuesioner dibagikan pada siswi. Setelah
kuesioner dibagikan, penulis memberikan penjelasan mengenai petunjuk
pengerjaan kuesioner. Setelah sisiwi-siswi selesai mengerjakan, penulis
memberikan kesempatan kepada siswi untuk mengoreksi kembali
kuesioner yang telah diisi untuk memastikan apakah setiap nomor sudah
terisi semua. Pada akhir pertemuan, penulis mengucapkan terimaksih
kepada para sisiwi yang telah bersedia mengisi kuesio ner. Tabulasi data
E. Teknik Analisis Data
Tahap-tahap yang digunakan dalam mengolah dan menganalisis data
adalah sebagai berikut:
1. Menentukan skor
Penulis memberikan skor jawaban berdasarkan sifat item dengan kunci
jawaban yang telah disediakan oleh peneliti. Kemudan membuat tabulasi
data dan menghitung skor masing- masing responden.
2. Data yang diperoleh selanjutnya diolah dengan menggunakan analisis
statistik deskriptif yang meliputi perhitungan Mean, Standar Deviasi serta
mengkategorisasikannya menurut norma yang telah ditentukan. Kategori
skor setiap item skala ditentukan berdasarkan distribusi normal dengan
kontinum jenjang yaitu; Rendah, Sedang, Tinggi yang berpedoman pada
Azwar (2008:108). Patokan kategori untuk item- item skala adalah sebagai
berikut:
Xitem < (µ - 1,0 s ) kategori rendah
(µ - 1,0 s ) = Xitem < (µ + 1,0 s ) kategori sedang
(µ + 1,0 s ) = Xitem kategori tinggi
Keterangan:
Xitem maksimum teoritik : skor tertinggi yang mungkin dicapai item dalam skala.
Xitem minimum teoritik : skor terendah yang mungkin dicapai item dalam skala.
s : standar deviasi, yaitu luas jarak rentangan yang dibagi dalam 6 satuan deviasi sebaran.
Selanjutnya kategorisasi ini dijadikan sebagai norma/patokan dalam
pengelompokan skor item. Kategorisasi tinggi rendah skor tiap item secara
keseluruhan dalam penelitian ini (N=124), diperoleh dengan
penggolongan melalui perhitungan sebagai berikut:
Xmaksimum teoritik : 124 x 4 = 496
Xminimum teoritik : 124 x 1 = 124
Range : 496 - 124 =372
s : 372 : 6 = 62
µ : (496 + 124) : 2 = 310
Penentuan kategorisasi skor item dapat dilihat dalam tabel 6 sebagai
berikut:
Tabel 6
Norma Kategori Skor Item Faktor-faktor yang Menghambat Belajar Siswi kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun
Ajaran 2008/2009
Penghitungan Skor rentangan Kategori
Xitem < µ -1.0s
Data skor total tiap item selanjutnya akan dikelompokkan ke dalam
kategori di atas. Item- item yang memiliki skor dalam kategori rendah dan
sedang diartikan belum ideal dan item- item yang memiliki skor dalam
kategori tinggi diartikan sudah ideal. Item- item yang tergolong dalam