• Tidak ada hasil yang ditemukan

DESKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG MENGHAMBAT BELAJAR SISWI -SISWI KELAS X SMA STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2008 2009 DAN USULAN TERHADAP TOPIK-TOPIK BIMBINGAN KLASIKAL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "DESKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG MENGHAMBAT BELAJAR SISWI -SISWI KELAS X SMA STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2008 2009 DAN USULAN TERHADAP TOPIK-TOPIK BIMBINGAN KLASIKAL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidik"

Copied!
120
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S1)

Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun oleh: Fransisca Enny Marisa

021114048

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S1)

Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun oleh: Fransisca Enny Marisa

021114048

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

iv

umum. Begitu selesai, kita naik kelas.

Semuanya harus dilalui dengan penuh perjuangan. Jatuh dan bangun mungkin akan kita temui dalam hidup. Sukses tidak pernah diraih oleh orang yang mudah

menyerah pada nasib mereka.

Jangan pernah ragu dengan kemampuan yang kita miliki, karena Tuhan telah memberikan kepada kita masing-masing talenta dan kemampuan khusus untuk bisa berkarya, cobalah dengan tekun untuk menemukan M utiara yang ada pada

diri kita.

Dengan demikian, isilah detik-detik kehidupan kita dengan terus bersyukur pada Tuhan Yang M aha Esa, karena sesungguhnya masa depan dan harapan

tidak akan pernah hilang.

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan untuk:

Tuhan Yesus Kristus yang selalu menyertaiku dalam setiap langkah hidupku Kedua orang tuaku yang tercinta

Kedua adikku Nandy dan Dewy yang kusayangi Almamaterku tercinta

Sahabatku Z ie-Jak yang tersayang

(6)
(7)

vi

TOPIK-TOPK BIMBINGAN KLASIKAL

Fransisca Enny Marisa Universitas Sanata Dharma

2008

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk: (1) mengetahui faktor- faktor apakah yang menghambat belajar siswi kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2008/2009, dan (2) mengetahui topik-topik bimbingan klasikal apa saja yang sesuai bagi siswi kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2008/2009.

Subjek penelitian ini adalah seluruh siswi kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyakarta yang terbagi dalam 5 kelas, yaitu kelas X A (30 orang), X B (30 orang), X C (32 orang), kelas X D (30 orang) dan kelas X E (32 orang). Total siswi sebagai subjek penelitian adalah 154 orang.

Instrumen penelitian yang digunakan adala h kuesioner yang terdiri dari 72 item pernyataan favourable dan unfavorable. Kuesioner disusun oleh peneliti sendiri berdasarkan uraian dari faktor-faktor yang menghambat proses belajar siswa, yaitu faktor psikologis, faktor keluarga, faktor lingkungan sekolah, dan faktor lingkungan masyarakat.

Teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menghitung mean, standar deviasi, dan kategorisasi skor tiap item. Kategorisasi ini terdiri dari tiga kategori, yaitu: rendah, sedang, dan tinggi.

(8)

vii

TO CLASSROOM GUIDANCE TOPICS

Fransisca Enny Marisa Sanata Dharma University

2008

This research was descriptive research that intended: (1) to know what factors impeding learning process of X grade students of Stella Duce 2 Senior High School Yogyakarta in academic period of 2008/2009, and (2) to know what the classroom guidance topics appropriate to the X grade students of Stella Duce 2 Senior High School Yogyakarta in academic period of 2008/2009.

The subjects of this research were all X grade students of Stella Duce 2 Senior High School Yogyakarta that was devided into 5 classes, i.e. XA (30 students), XB (30 students), XC (32 students), XD (30 students), and XE (32 students). Total of students behalf as the subjects of this research were 154 students.

The instrument of this research used questions comprising 72 favourable and unfavourable question items. These questions were individually compiled by the researcher based on the explanation of the factors that impeding students’ learning process, i.e. psychological, families, school-environmental and social environmental factors.

The technique of data analysis in this research was conducted by calculating mean, standard deviation, and categorization of each items’ score. This categorization consisted of three categories, i.e.: low, moderate, and high.

(9)
(10)

ix

kasih dan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

baik. Pengalaman jatuh bangun telah menghantar penulis untuk semakin

menyadari penyertaan akan kasih karuniaNya dalam setiap perjuangan hidup

penulis. Dari berbagai pengalaman senang dan susah, penulis mencoba untuk

terus belajar dan tegar dalam menghadapi kehidupan ini. Pengalaman selama PPL

membuat penulis mendapatkan inspirasi untuk menulis skripsi mengenai

faktor-faktor yang menghambat belajar. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu

syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.

Penulisan skripsi ini tidak dapat berjalan tanpa bantuan dari banyak

pihak. Penulis merasakan dukungan berupa sumbangan pikiran maupun saran,

doa, sapaan dan juga bantuan materiil. Semuanya ini telah menjadi dorongan bagi

penulis untuk terus berjuang dalam menyelesaikan skripsi ini. oleh karena itu,

pada kesempatan ini penulis hendak menyampaikan penghargaan dan ucapan

terima kasih yang tulus kepada:

1. Dr. M.M. Sri Hastuti, M.Si sebagai ketua Program studi Bimbingan dan

Konseling Universitas Sanata Dharma.

2. A. Setyandari, S.Pd., S.Psi., Psi., M.A sebagai dosen pembimbing yang selalu

sabar membimbing penulis, dan membuat penulis belajar untuk bersabar, serta

(11)

x

4. Para siswi kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyakarta, para guru BK dan pihak

sekolah yang telah memberikan waktu kepada penulis untuk mengadakan

penelitian.

5. Bapak dan mama yang selalu memberikan dukungan dengan tulus,

terimakasih untuk kesabaran dan cinta kalian yang sangat besar untukku.

6. Kedua adikku yang sangat kusayangi, kalian telah mewarnai hidupku.

7. Bapak Roni dan mama Roni, sebagai orang tua keduaku yang telah

memperhatikanku. Terimakasih untuk kasih sayang dan dukungan yang tidak

akan mungkin dilupakan seumur hidup.

8. Sahabat sekaligus saudaraku Zie-Jak, suka duka kubagi dan kulewati

bersamamu, terimakasih untuk kebersamaan, keceriaan dan dukungan yang

sangat besar untukku selama ini.

9. Siska, Buiji, Martinus, Marianus sebagai tempat keluh kesahku, terimakasih

untuk perhatian yang diberikan selama ini meskipun kalian jauh.

10.Teman-teman di Asrama putri Sanggau yaitu ka Teti, ka Juni, Dora, Iir,

Wenny, Veron, Kalista, Oyes, dan Shanty, terimakasih untuk pengertian dan

keceriaan yang kalian bagi untukku selama di sini.

11.Teman-teman di Sanggar Bukong Betadja yaitu Ogam, Ivan, Cindy, bang

(12)

xi

13.Sahabat-sahabatku di BK ’02 yang selalu memberiku dukungan dengan

banyak cara selama penulis menjalani proses belajar di Universitas Sanata

Dharma. Untuk Flora, Minul, dan Nay terimakasih atas bantuannya selama

penulisan skripsi.

14.Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu atas segala dukungan,

perhatian, dan bantuan, baik secara langsung maupun tidak langsung yang

penulis terima khusus selama penulisan skripsi ini.

Semoga Allah dengan penuh cintaNya membalas segala kebaikan semua

orang yang telah berjasa melalui hidup dan karyanya selama ini. Penulis berharap

skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan terutama bagi mereka yang peduli

terhadap faktor- faktor yang menghambat belajar para siswa sebagai remaja.

(13)

xii

HALAMAN JUDUL……… i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………... ii

HALAMAN PENGESAHAN……….. iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN……….. iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………. v

ABSTRAK……… vi

ABSTRACT……… vii

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI……… viii

KATA PENGANTAR……….. ix

DAFTAR ISI……… xii

DAFTAR TABEL………... xv

DAFTAR LAMPIRAN……… xvi

BAB I PENDAHULUAN……… 1

A. Latar Belakang Masalah……… 1

B. Rumusan Masalah………. 5

C. Tujuan Penelitian……….. 5

D. Manfaat Penelitian……… 5

E. Definisi Operasional………. 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA……….. 8

A. Belajar……… 8

(14)

xiii

F. Bimbingan Belajar……… 30

G. Bimbingan Klasikal……….. 31

H. Topik-topik Bimbingan Belajar……… 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN……….. 33

A. Jenis Penelitian………. 33

B. Populasi Pene litian…………..……….. 33

C. Instrumen Penelitian………. 34

1. Alat Pengumpul Data………... 34

2. Uji Coba Kuesioner Faktor-faktor yang Menghambat Belajar 37

a. Uji coba kuesioner………. 37

b. Validitas Kuesioner……… 38

c. Reliabilitas Kuesioner……… 40

D. Prosedur Pengumpulan Data..……… 42

1. Tahap Persiapan……… 42

2. Tahap Pelaksanaan Pengumpulan Data……… 43

E. Teknik Analisis Data………. 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……… 47

A. Faktor-faktor yang Menghambat Belajar Siswi-siswi Kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2008/2009………… 47

(15)

xiv

B. Kesimpulan……… 67

C. Saran………. 67

DAFTAR PUSTAKA………. 69

(16)

xv

Tabel 1 : Rincian Siswi Kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyakarta

Tahun Ajaran 2008/2009 yang Mengikuti Penelitian………. 34

Tabel 2 : Kisi-kisi Kuesioner Faktor-faktor yang Menghambat Belajar

Sebelum Uji Coba………..……….. 36

Tabel 3 : Kisi-kisi Kuesioner Faktor-faktor yang Menghambat Belajar

Setela h Uji Coba……….………. 39

Tabel 4 : Daftar Klasifikasi…...………. ……… 42

Tabel 5 : Jadwal Pengumpulan Data penelitian……….. 43

Tabel 6 : Kategorisasi Skor Item Kuesioner Faktor- faktor yang Menghambat

Belajar Siswi Kelas X SMA Stella Duce 2

Yogyakarta Tahun Ajaran 2008/2009……….. 45

Tabel 7 : Kategorisasi Skor Faktor- faktor yang Menghambat Belajar

Siswi Kelas X SMA Stella Duce 2

Yogyakarta Tahun Ajaran 2008/2009……….. 48

Tabel 8 : Faktor-faktor yang Menghambat Belajar

Siswi Kelas X SMA Stella Duce 2

Yogyakarta Tahun Ajaran 2008/2009………. 49

Tabel 9 : Usulan Topik-topik Bimbingan Klasikal bagi

Siswi Kelas X SMA Stella Duce 2

(17)

xvi Lampiran 1 : Data Uji Coba Kuesioner

(Tabulasi skor data uji coba,

Hasil pengolahan SPSS,

Rekapitulasi item valid dan gugur).………... 71

Lampiran 2 : Kuesioner Penelitian………….………... 79

Lampiran 3 : Hasil Perhitungan dengan Metode Belah Dua... 83

Lampiran 4 : Tabulasi Penelitian dan

Hasil Pengolahan Data Penelitian………. 86

Lampiran 5 : Surat Ijin Penelitian dan

(18)

1

Bab ini memuat latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional.

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah memberikan

dampak yang sangat luas bagi kehidupan manusia diseluruh dunia, antara lain

kemampuan yang dituntut dalam mengahadapi perkembangan jaman

bertambah. Dengan demikian terjadi pula persaingan dalam dunia kerja,

lebih-lebih mengingat terbatasnya lapangan perkerjaan dibanding dengan

pertambahan jumlah penduduk yang tidak sebanding. Oleh sebab itu

diperlukan seleksi yang menuntut individu untuk mengasah otak dan

keterampilan agar tidak mudah menyerah dalam persaingan mendapatkan

pekerjaan. Dalam memenuhi tuntutan tersebut, maka individu harus belajar.

Belajar merupakan aktivitas yang dijalankan oleh setiap orang.

Belajar dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja baik di sekolah maupun di

luar sekolah. Dengan belajar seseorang mengalami perubahan tingkah laku

melalui pengalaman dan latihan. Aktivitas belajar yang dilakukan individu

tidak selamanya berlangsung baik (Syah, 1997: 89).

Belajar bukan sesuatu yang mudah unt uk dilakukan oleh setiap orang

karena terkadang setiap orang menemukan kesulitan dalam belajar. Syah

(19)

dari menurunnya kinerja akademik atau prestasi belajar. Namun kesulitan

belajar dapat dilihat dari munculnya kelainan perilaku (misbehaviour) siswa,

seperti: malas belajar, sering ngantuk di kelas, membolos, tidak mampu

menjawab pertanyaan guru di kelas, membuat keributan, mudah emosi, suka

berteriak-teriak di kelas, mengusik teman, berkelahi, bolos sekolah, dan

sebagainya. Hal ini mengakibatkan nilai rapor hasil belajar siswa menurun.

Nilai rapor yang rendah merupakan salah satu hal yang menunjukkan

bahwa siswa mengalami hambatan dalam proses belajarnya. Padahal dalam

proses belajar mengajar di sekolah, setiap guru mempunyai harapan bahwa

siswa dapat menguasai materi pelajaran dan memperoleh hasil belajar yang

optimal. Daulat (kompas, 2001: 20) menjelaskan, dalam proses belajar aktif

di sekolah, anak didik tidak hanya sekedar menerima materi pelajaran semata,

melainkan anak didik diberi kesempatan seluas- luasnya mengembangkan olah

pikir dan wawasannya, sehingga anak didik tidak lagi mengalami hambatan

belajar dan berani mengambil inisiatif dalam proses belajar.

Hal tersebut sesuai dengan apa yang menjadi tujuan bimbingan belajar,

yaitu: menolong siswa supaya bisa menyesuaikan diri dengan baik dalam

situasi belajar, sehingga setiap siswa mampu melaksanakan aktivitas belajar

secara efektif dan efisien sesuai dengan kemampuan yang dimiliki menuju

perkembangan diri yang optimal (Sukardi, 1983: 79).

Namun kenyataannya, para orang tua banyak mengeluh dan bertanya

(20)

mengeluh dengan banyak muridnya malas belajar, tidak mau mengerjakan

pekerjaan rumah dan sebaga inya (Kartini Kartono, 1985: 1).

Berdasarkan keluhan-keluhan di atas, sebenarnya ada banyak faktor

yang dapat menghambat belajar siswa. Faktor-faktor tersebut terbagi menjadi

dua golongan yaitu: faktor yang berasal dari dalam diri siswa (internal) dan

faktor yang berasal dari luar siswa (eksternal) (Kartini Kartono, 1985: 61).

Meskipun demikian, penulis mengklasifikasikan faktor- faktor hambatan

belajar tersebut menjadi empat faktor, yaitu; faktor psikologis, faktor keluarga,

faktor lingkungan sekolah dan faktor lingkungan masyarakat.

Faktor psikologis merupakan faktor yang mempengaruhi siswa dengan

frekuensi relatif cukup tinggi (Walgito, 1982: 68). Faktor- faktor psikologis

akan senantiasa memberikan landasan dan kemudahan dalam upaya mencapai

tujuan belajar secara optimal. Faktor- faktor psikologis itu meliputi;

kecerdasan, minat, bakat, motivasi, perhatian, kebiasaan belajar, fantasi,

ingatan, berfikir. Faktor- faktor psikologis ini dikatakan memiliki peranan

penting, karena dipandang sebagai cara berfungsinya pikiran siswa dalam

hubungannya dengan pemahaman dalam pelajaran, sehingga penguasaan

terhadap bahan-bahan pelajaran yang disajikan lebih mudah dan efektif

(Sardiman, 1986: 38-39). Djamarah (2002; 157) menekankan pula bahwa,

faktor psikologis adalah faktor yang menentukan intensitas belajar.

Menurut Sukardi (1983: 32) faktor luar (eksternal) bisa menimbulkan

dampak negatif bagi proses belajar siswa. Hal ini bisa terjadi apabila siswa

(21)

pikiran siswa ketika akan melakukan aktivitas belajar. Keadaan seperti inilah

yang seringkali mengganggu aktivitas atau proses belajar siswa.

Sejalan dengan hal di atas, Patterson & Loeber (Syah, 2003: 152) juga

menegaskan bahwa lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan

masyarakat memang mempengaruhi proses belajar. Siswa akan menemukan

hambatan belajar ketika interaksi sosial tidak memberikan dampak positif

pada kegiatan belajar. Dalam hal ini, siswa bukan saja tidak mau belajar

melainkan juga cenderung berperilaku menyimpang. Dengan demikian

sekolah perlu mengetahui faktor- faktor psikologis dan faktor-faktor luar

(eksternal) yang menghambat belajar siswa dan memberikan bimbingan pada

siswa.

Bimbingan yang diberikan pada siswa adalah bimbingan belajar,

karena permasalahan yang dialami siswa berkaitan dengan pembelajaran.

Bimbingan belajar yang diberikan berupa topik-topik bimbingan klasikal.

Siswa SMA dipandang sebagai remaja yang mengalami pertumbuhan

dan perkembangan baik fsik, mental, sosial, maupun emosional yang sangat

mempengaruhi tingkah laku siswa dalam kehidupan sehari- hari dikeluarga,

sekolah, dan masayarakat luas (Gunarsa, 1986: 19). Remaja seringkali

mengalami krisis identitas dan mudah sekali ragu-ragu tentang peran yang

diinginkan. Keadaan ini dapat membuat remaja tidak memiliki dorongan kuat

terhadap pendidikan, sehingga mudah sekali mengeluh tentang kegiatan

belajar, cenderung malas dan menyepelekan tugas-tugas yang diberikan guru

(22)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah yang

diteliti adalah sebagai berikut:

1. Faktor-faktor apakah yang menghambat belajar siswi-siswi kelas X SMA

Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2008/2009?

2. Topik bimbingan klasikal apa sajakah yang sesuai bagi siswi-siswi kelas X

SMA Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2008/2009?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui faktor- faktor yang menghambat belajar siswi-siswi kelas X

SMA Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2008/2009.

2. Menentukan topik bimbingan klasikal yang sesuai bagi siswi-siswi kelas X

SMA Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2008/2009.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi kepala sekolah

Kepala sekolah mengetahui keadaan belajar siswa yang menjadi tanggung

jawabnya sehingga dapat ikut serta memantau perkembangan belajar

siswanya.

2. Bagi guru pembimbing

Guru pembimbing memperoleh gambaran mengenai faktor- faktor apa saja

yang paling besar persentasenya dalam menghambat belajar siswa,

(23)

yang sesuai dan perlu diberikan untuk memotivasi atau membantu siswa

berhasil dalam belajar.

3. Bagi guru mata pelajaran

Guru mata pelajaran memperoleh masukan mengenai faktor- faktor yang

menghambat belajar siswa, sehingga guru mata pelajaran juga dapat

berperan aktif memotivasi belajar siswa dalam membantu kinerja guru

pembimbing.

4. Bagi orang tua siswa

Orang tua siswa dapat memahami hal- hal apa saja yang dapat diberikan

kepada anaknya dalam rangka memotivasi belajar anaknya.

5. Bagi siswa

Siswa menyadari permasalahan diri dan bersedia dibantu demi

keberhasilan belajarnya.

E. Definisi Operasional

Berikut ini dijelaskan arti beberapa istilah yang digunakan dalam

penelitian ini agar memperoleh kesamaan pemahaman.

1. Faktor-faktor yang menghambat belajar adalah: faktor psikologis, faktor

keluarga, faktor lingkungan sekolah, dan faktor lingkungan masyarakat.

2. Siswi-siswi kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran

2008/2009 adalah siswi-siswi yang terdaftar sebagai siswi-siswi kelas X

(24)

3. Topik bimbingan klasikal

Topik bimbingan klasikal adalah topik-topik bimbingan yang diberikan

kepada sekelompok siswa yang tergabung dalam satu satuan kelas di

tingkat kelas tertentu pada suatu jenjang pendidikan tertentu, pada waktu

yang ditetapkan dalam jadwal pelajaran (Winkel dan Sri Hastuti, 2004:

(25)

8

Bab ini berisi uraian mengenai belajar, hambatan belajar, faktor- faktor

yang menghambat belajar, siswi-siswi kelas X sebagai remaja, dan bimbingan

belajar

A. Belajar

Belajar merupakan proses yang mendasar dalam perkembangan hidup

manusia. Belajar dapat menyebabkan suatu perubahan, dari yang tidak tahu

menjadi tahu. Proses tersebut menghasilkan segala bentuk aktivitas dan

prestasi hidup. Namun demikian, belajar bukan hanya sekedar pengalaman

tapi lebih pada proses dan bukan juga terlihat dari hasil karena belajar sifatnya

aktif/sedang dilakukan atau diperbuat dengan menggunakan berbagai alat

indera unt uk mencapai suatu tujuan (Soemanto, 1984: 99).

Belajar adalah proses perubahan di dalam diri manusia. Apabila

setelah belajar tidak terjadi perubahan dalam diri manusia, maka manusia

tersebut belum melakukan proses belajar. Sementara itu belajar menurut ilmu

jiwa Gestalt berarti mengalami, bereaksi, berbuat, berpikir, secara kritis

(Ahmadi, 1991: 280 ).

Menurut T. Raka Joni (Ahmadi, 1991: 281), belajar adalah perubahan

tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Sejalan dengan itu Edward L.

Walker (Ahmadi, 1991: 281) mengatakan, belajar sebagai perubahan

(26)

1991: 281) mengatakan bahwa belajar merupakan perubahan dalam diri

seseorang yang melakukan perbuatan belajar itu. Perubahan itu dapat

dinyatakan sebagai suatu kecakapan, suatu kebiasaan, suatu sikap, suatu

pengertian, sebagai pengetahuan atau apresiasi.

Jadi pada intinya orang yang belajar tidak sama keadaannya sebelum

mereka melakukan kegiatan atau perbuatan belajar. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa: (1) dalam belajar faktor perubahan tingkah laku harus

ada, tidak dikatakan belajar apabila di dalamnya tidak ada perubahan tingkah

laku, (2) perubahan tersebut pada intinya dapat menambah kecakapan baru

bagi siswa dan, (3) perubahan itu terjadi karena usaha yang disengaja.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan secara menyeluruh bahwa belajar

merupakan proses perubahan perbuatan sehingga menghasilkan kecakapan,

keterampilan, suatu kebiasaan, suatu sikap, suatu pengertian, sebagai

pengetahuan, atau penerimaan dan penghargaan.

B. Prinsip-prinsip Belajar

Proses belajar sifatnya kompleks sekali, tetapi apabila diperinci atau

dianalisa, hal ini dapat dilihat dalam bentuk prinsip-prinsip atau asas-asas

belajar. Hal ini perlu disadari supaya seseorang memiliki pedoman dan teknik

belajar yang baik. Menurut Thursan (2002), ada sepuluh prinsip belajar, yaitu:

1. Belajar harus berorientasi pada tujuan yang jelas

Belajar harus berorientasi pada tujuan yang jelas agar individu

(27)

adanya tujuan yang jelas, keberhasilan seseorang dapat dilihat dari sejauh

mana ia mampu mencapai tujuan belajarnya.

2. Proses belajar terjadi apabila seseorang dihadapkan situasi yang

problematis

Sesuatu yang problematis (mengandung masalah dengan tingkat

kesulitan tertentu) akan merangsang seseorang untuk berpikir dalam

memecahkan masalah, sehingga terjadi proses belajar.

3. Belajar dengan pengertian akan lebih bermakna dari pada belajar dengan

hafalan

Belajar dengan pengertian lebih memungkinkan seseorang untuk

lebih berhasil dalam menerapkan dan mengembangkan segala hal yang

sudah dipelajari dan dimengerti. Sedangkan belajar dengan hafalan

membuat orang mungkin mengetahui hanya secara verbalistis dan tidak

menangkap maknanya.

4. Belajar memerlukan kemauan yang kuat

Untuk berhasil dalam belajar, orang perlu memiliki kemauan

belajar yang kuat, supaya dapat mencapai hasil belajar yang maksimal.

5. Keberhasilan belajar ditentukan oleh banyak faktor

Ada dua faktor yang mempengaruhi belajar, yaitu: faktor internal

dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam

diri individu itu sendiri, seperti; kesehatan jasmani dan rohani, kecerdasan,

bakat, minat, dan lain- lain. Faktor eksternal adalah faktor yang terdapat di

(28)

6. Belajar merupakan proses yang kontinyu

belajar secara kontinyu akan jauh lebih baik dan bermanfaat dari

pada banyak dalam waktu satu malam sekaligus.

7. Proses belajar memerlukan metode yang tepat

Metode belajar yang tepat akan memungkinkan seseorang siswa

menguasai ilmu dengan lebih mudah dan lebih cepat. Dengan metode

belajar yang tepat akan memungkinkan siswa belajar lebih efektif

(usaha/tindakannya dapat membawa hasil) dan efisien (hasil yang

diperoleh sesuai dengan waktu, tenaga dan biaya).

8. Belajar keseluruhan akan lebih berhasil daripada belajar secara

terbagi-bagi

Dengan belajar keseluruhan, kita akan melihat dan mengerti

dengan jelas bagaimana unsur-unsur yang merupakan bagian dari

keseluruhan itu berhubungan satu dengan yang lainnya.

9. Belajar memerlukan adanya kesesuain antara guru dan siswa

Kesesuaian antara guru dan siswa sangat mempengaruhi siswa

dalam menyenangi suatu mata pelajaran. Hal ini akan mempengaruhi

motivasi siswa dalam belajar, karena itu guru diharapkan selalu berusaha

menerapkan metode pengajaran yang benar-benar sesuai dengan

(29)

10.Belajar memerlukan kemampun dalam menangkap intisari pelajaran itu

sendiri

Kemampuan mengangkap intisari pelajaran sangat perlu dimiliki

siswa. Denga n menangkap intisari pelajaran, siswa akan dapat membuat

ringkasan atau ikhtisar dari semua mata pelajaran yang dipelajarinya.

C. Hambatan Belajar

Kegiatan belajar yang dilakukan siswa belum tentu berjalan lancar

seperti yang diharapkan. Mereka terkadang mengalami berbagai

hambatan-hambatan dalam kegiatan belajar (Sukardi, 1983: 49). Sejalan dengan itu,

Ahmadi (1991: 74) mengatakan bahwa aktivitas belajar siswa kadang-kadang

lancar (cepat menangkap apa yang dipelajari), tapi tak jarang siswa juga

mengalami kesulitan menangkap hal yang dipelajari. Begitu pula dalam hal

semangat, siswa terkadang mempunyai semangat tinggi, namun dapat pula

terjadi sebaliknya.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa siswa dapat mengalami

kegagalan dalam belajarnya. Siswa tidak naik kelas, tidak lulus ujian,

dikeluarkan dari sekolah dan sebagainya, karena ada faktor-faktor yang

menghambat belajar. Menurut Ahmadi (1991: 283), faktor- faktor yang

menghambat belajar itu dirangkum menjadi dua faktor yaitu faktor internal

(30)

D. Faktor-faktor yang Menghambat Belajar

Kartini Kartono (1985: 61) menggolongkan faktor- faktor yang

menghambat dalam belajar menjadi dua, yaitu faktor endogen yang berasal

dari dalam diri dan faktor eksogen yang berasal dari luar diri. Sejalan dengan

ini, Sukardi (1983: 49) menggolongkan faktor- faktor yang menghambat

belajar menjadi dua faktor yaitu: faktor yang bersifat psikologis, dan faktor

yang bersifat sosial (keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan

masyarakat).

Mengingat begitu banyaknya faktor yang menghambat belajar diatas,

maka penulis menggabungkan dan mengklasifikasikan faktor-faktor tersebut

kedalam empat bagian besar yaitu: faktor psikologis, faktor keluarga,

lingkungan sekolah, faktor lingkungan masyarakat.

1. Faktor Psikologis

a. Kecerdasan/ intelegensi

Kecerdasan/Intelegensi adalah kemampuan menyesuaikan diri

dengan keadaan baru menggunakan otak untuk berpikir dan organ

tubuh untuk bertindak dengan cara yang tepat (Syah, 1995: 133).

Menurut Garrett (Djaali, 2006: 65), “kecerdasan/inteligensi adalah

kemampuan yang diperlukan untuk pemecahan masalah yang

memerlukan pengertian, serta menggunakan simbol-simbol”.

Jadi jika seseorang mempunyai kecerdasan/inteligensi yang baik

maka orang tersebut dapat mengatur atau mengolah pola pikirnya

(31)

menjadi bentuk tingkah laku atau perbuatan yang sesuai. Kecerdasan

di bawah rata-rata akan membuat seseorang sulit mengontrol aktivitas

kognitif dalam otak sehingga kurang mampu memfokuskan perhatian

untuk menggali ingatan, dan berpikir dengan pengetahuan yang

dimiliki untuk memecahkan masalah belajar.

b. Bakat

Menurut Chaplin dan Reber (Syah, 1995: 135) bakat adalah

kemampuan yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan

pada masa yang akan datang. Menurut Kartini Kartono ( 1985: 2)

bakat adalah potensi atau kemampuan yang jika diberi kesempatan

untuk dikembangkan melalui belajar akan menjadi kecakapan yang

nyata. Jadi bakat merupakan keahlian/kemampuan yang jika

dikembangkan dengan sebaik mungkin melalui belajar akan menjadi

suatu kemampuan yang nyata untuk mencapai prestasi sampai ke

tingkat tertentu. Bakat yang ada dalam diri seseorang akan membantu

orang tersebut melakukan aktivitas belajar. Jadi apabila seseorang

tidak mempunyi bakat dalam suatu hal khususnya dalam pelajaran

tertentu, alhasil orang tersebut cenderung menyerah karena merasa

tidak mampu.

c. Motivasi

Seseorang akan berhasil dalam belajar, jika dalam dirinya ada

keinginan untuk belajar. Motivasi dalam hal ini meliputi dua hal

(32)

hal tersebut patut dipelajari (Sardiman, 1986: 39). Jadi siswa yang tahu

apa yang akan dipelajari dan mamahami serta mengerti mengapa hal

tertentu perlu dipelajari adalah siswa yang mempunyai motivasi untuk

belajar sehingga kegiatan belajarnya lancar. Purwanto (1995: 105) juga

menegaskan bahwa seseorang dapat menyadari apa pentingnya belajar

dan apa tujuan yang nanti dicapai akibat hasil dari belajar adalah

apabila dibantu oleh rangsangan dari dalam dan dari luar yang baik.

Jika seseorang tidak mempunyai motivasi belajar maka siswa

cenderung kurang giat berusaha, mudah putus asa jika mendapat

kesulitan, kurang membaca buku sehingga untuk memulai suatu

kegiatan belajar siswa cenderung malas belajar sehingga belajarnya

terhambat.

d. Emosi

Ahmadi (1991: 287) mengatakan, emosi yang kurang stabil dapat

mengganggu atau menghambat belajar seseorang. Misalnya perasaan

mudah tersinggung, pemurung, pemarah, selalu bingung dalam

mengahadapi masalah, selalu sedih tanpa alasan yang jelas, atau

masalah- masalah kecil yang dapat menimbulkan emosi mendalam.

Dalam keadaan emosi yang mendalam ini, belajar dapat mengalami

hambatan. Siswa yang mengalami hal seperti tadi membutuhkan

situasi yang cukup tenang dan penuh perhatian agar belajarnya dapat

(33)

bahwa memang memainkan peranan penting dalam pola berpikir

maupun tingkah laku seseorang.

Dengan demikian perasaan-perasaan negatif yang muncul dalam

diri siswa akan menyebabkan emosi yang membawa pengaruh pada

siswa menjadi tidak mampu berkonsentrasi pada pelajaran sehingga

siswa tersebut bisa dikatakan mengalami hambatan belajar.

e. Minat

Minat, menurut Slameto (Djamarah, 2002: 157) adalah suatu rasa

lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada

yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu

hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu diluar diri. Semakin kuat

atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat. Bahan pelajaran

yang tidak disenangi atau tidak sesuai dengan minat/ keinginan anak

pasti tidak dapat dipelajari dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada

daya tarik baginya. Ahmadi (1991: 79) juga mengatakan bahwa

kesulitan belajar timbul apabila siswa kurang berminat untuk belajar.

Minat belajar yang kurang biasanya timbul karena pelajaran yang

dipelajari tidak sesuai dengan kebutuhan, tidak sesuai dengan

kecakapan, dan tidak sesuai dengan karakter siswa secara individual.

Jadi minat seseorang dapat muncul jika orang tersebut

mempunyai ketertarikan pada sesuatu atau aktivitas tertentu tanpa

paksaan dari lain hal. Minat seseorang akan berkurang bila suatu hal

(34)

kemampuan serta tidak sesuai dengan sifat siswa itu sendiri maka

inilah yang membuat siswa tidak mau belajar sehingga lama-kelamaan

menjadi tidak punya kemajuan untuk belajar.

f. Perhatian

Perhatian (attention) adalah proses konsentrasi pikiran atau

pemusatan aktivitas mental. Proses perhatian melibatkan pemusatan

pikiran pada tugas tertentu, sambil berusaha mengabaikan stimulus

lain yang mengganggu. Contohnya ketika seseorang sedang mengikuti

ujian, maka orang tersebut berusaha memfokuskan pikirannya hanya

pada ujian tanpa memikirkan peristiwa-peristiwa lain di luar keadaan

ujian. Perhatian juga merujuk pada proses pengamatan beberapa pesan

sekaligus, kemudian mengabaikannya kecuali hanya satu pesan

(Martin, 1989). Dengan kata lain, perhatian melibatkan proses selektif

terhadap beberapa objek yang hadir pada saat itu. Kemudian pada saat

yang bersamaan pula seseorang hanya memilih satu objek, sementara

objek yang lain diabaikan (Suharnan, 2005: 40). Dengan demikian,

perhatian merupakan faktor penting dalam usaha belajar anak. Proses

belajar akan berlangsung dengan baik apabila anak mempunyai

perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya. Apabila bahan pelajaran

itu tidak menarik baginya, maka timbulah rasa bosan atau malas dan

belajarnya harus dikejar-kejar, sehingga prestasi mereka kemudian

menurun (Ahmadi, 1991: 268). Selaras dengan ini, Sukardi (1983:

(35)

materi pelajaran yang dipelajari agar orang tersebut dapat tertarik

dengan pelajaran tersebut sehingga orang tersebut dapat belajar dengan

baik.

Jadi aktivitas belajar yang disertai dengan perhatian intensif akan

lebih sukses dan prestasi belajar akan lebih tinggi, karena dalam

kenyataannya sebagian besar pelajaran justru diterima oleh siswa

secara sengaja (Suryabrata, 1984: 20).

g. Kebiasaan belajar

Kebiasaan belajar yang baik adalah dengan menguasai ilmu

melalui pemahaman dan mengolahnya secara memadai sehingga akan

tersimpan dalam sub sistem akal permanen kita (Muhibbin Syah, 2003:

168). Kebiasaan belajar yang kurang baik adalah dengan menguasai

ilmu pengetahuan pada tingkat hafalan saja tidak dengan pengertian

akan menyulitkan seseorang mentransfer pada situasi yang lain

(Djamarah, 2002: 203). Hilgard & Bower (Syah, 2003: 171)

mengatakan bahwa pengetahuan yang tidak pernah digunakan dapat

menyebabkan seseorang lupa, karena menurut para ahli, materi yang

diperlakukan demikian dengan sendirinya akan masuk ke alam bawah

sadar atau mungkin juga bercampur aduk dengan materi pelajaran yang

baru.

Jadi kebiasaan yang baik itu adalah dengan memahami apa yang

dipelajari dan mengolahnya dengan memadai dalam otak supaya

(36)

dilakukan sebaliknya, yaitu cukup dengan menghafal saja maka materi

yang sudah dihafalkan bisa saja terhapus akibat banyaknya materi

pelajaran yang baru masuk dalam otak karena materi yang sebelumnya

tidak tersimpan dengan baik.

h. Fantasi

Sardiman (1986: 45) mengatakan, fantasi adalah sebagai

kemampuan untuk membentuk tanggapan baru berdasarkan tanggapan

yang ada, atau dapat dikatakan sebagai suatu fungsi yang

memungkinkan individu untuk berorientasi dalam imajinasi,

menerobos dunia realitas. Oleh sebab itu, fantasi mempunyai arti

penting dala m kehidupan seseorang karena dapat me lengkapi

bayangan-bayangan atau tanggapan-tanggapan, sehingga akan

menambah bahan penilaian yang ada pada individu (Ahmadi, 1991:

80). Dengan fantasi ini maka dalam belajar akan memiliki wawasan

yang lebih longgar karena dididik unt uk memahami diri dan orang

lain. Apabila seseorang kurang mampu berfantasi, maka orang tersebut

tidak mampu menuangkan pikirannya sekreatif mungkin sehingga

untuk mata pelajaran tertentu yang menuntut imajinasi tidak mampu

diikutinya.

i. Ingatan

Kemampuan mengingat pada manusia merupakan indikasi bahwa

manusia mampu untuk menyimpan dan menimbulkan kembali sesuatu

(37)

1992: 70). Secara teoretis ingatan akan berfungsi: (1) me ncamkan atau

menerima kesan-kesan dari luar, (2) menyimpan kesan, (3)

memproduksi kesan. Oleh karena itu ingatan merupakan kecakapan

untuk menerima, menyimpan dan mereproduksi kesan-kesan dalam

belajar, sehingga dapat menghindari kelupaan sebagai gejala

psikologis yang selalu ada (Sardiman, 1986: 45). Sementara itu

Suryabrata (1984: 45) juga mengatakan bahwa pembelajaran seseorang

tidak hanya ditentukan oleh pengaruh dan proses-proses yang

berlangsung waktu kini, tetapi juga oleh pengaruh-pengaruh dan

proses-proses dimasa yang lampau karena hal ini ikut menentukan.

Jadi ingatan erat sekali hubungannya dengan belajar. Bukti bahwa

seseorang telah mampu melakukan proses belajar ialah apabila ia dapat

mengingat apa yang telah dipelajarinya (Dimyati, 1990: 175).

j. Berpikir

Berpikir merupakan aktifitas psikis yang intensional, dan terjadi

apabila seseorang menjumpai problem yang harus dipecahkan. Dalam

berpikir seseorang menghubungkan pengertian satu dengan pengertian

lainnya dalam rangka mendapatkan pemecahan persoalan yang

dihadapi. Dalam berpikir, pengertian-pengertian itu merupakan bahan

atau materi yang digunakan dalam proses berpikir (Ahmadi, 1992: 81).

Jadi, berpikir merupakan aktivitas mental untuk dapat merumuskan

pengertian, dan menarik kesimpulan dalam proses belajar seseorang

(38)

2. Faktor Keluarga

Selain faktor psikologis, faktor keluarga mempunyai pengaruh

yang besar dalam menentukan berhasil tidaknya seseorang dalam kegiatan

belajarnya. Faktor keluarga meliputi faktor orang tua, suasana rumah,

keadaan sosial ekonomi keluarga.

a. Orang tua

Salah satu masalah serius yang sedang dialami oleh banyak

keluarga modern adalah berkurangnya kesempatan keluarga, yaitu

orang tua dan anak berkumpul, berkomunikasi bersama karena

kesibukan pekerjaan (Supratiknya, 2006: 14). Hal seperti ini

memungkinkan kurangnya perhatian antar satu sama lain dalam

keluarga, terutama dari orang tua kepada anaknya.

Perhatian yang kurang dari orang tua bisa menyebabkan anak

merasa kecewa dan mungkin frustrasi karena merasa orang tua tidak

pernah memperhatikan. Dengan keadaan seperti ini anak merasa

bahwa mereka seperti tidak memiliki orang tua yang seharusnya

menjadi orang yang bisa diandalkan jika sedang mengalami masalah

khususnya masalah belajar. Djamarah (2002: 208) juga menegaskan

bahwa keadaan seperti ini adalah hubungan yang rawan orang tua dan

anak yang menyebabkan masalah psikologis dalam belajar anak di

sekolah. Orang tua yang terlalu keras, banyak tuntutan terhadap

(39)

menurut Ahmadi ( 1991: 288). Hal semacam ini dapat menyebabkan

hubungan menjadi serba tidak nyaman.

Jadi perhatian dari orang tua itu sangatlah penting agar

membentuk suasana jiwa yang tenang dan gembira bagi sang anak,

namun sebaliknya jika perhatian tidak ada maka hubungan antara anak

dan orang tua menjadi tegang, kaku dan tidak harmonis, satu sama lain

tidak merasakan kasih sayang, karena itu usaha belajar anak juga

terhambat (Ahmadi, 1991: 288).

b. Suasana rumah

Suasana yang terlalu gaduh atau terlalu ramai membuat anak

tidak bisa belajar dengan baik misalnya rumah dengan keluarga besar

atau banyak sekali penghuninya. Begitu juga suasana rumah yang

selalu tegang, selalu banyak cekcok antara anggota-anggotanya. Anak

merasa sedih, bingung dan merasakan kekecewaan yang mendalam

serta tekanan batin yang terus menerus (Ahmadi, 1991: 289). Sukardi

(1983: 57) menegaskan pula bahwa suasana rumah yang terlalu ramai

tidak memberikan dukungan belajar yang baik, begitu juga dengan

hubungan anatar anggota keluarga yang kurang intim akan

menimbulkan suasana kaku, mati dan tegang.

Dengan keadaan seperti ini anak lebih suka pergi keluar rumah

untuk mencari suasana baru. Jika hal ini terus saja terjadi maka dapat

diperkirakan membawa pengaruh baik itu positi maupun negatif.

(40)

cenderung mempengaruhi aktivitas belajarnya yaitu menjadi malas

belajar sehingga belajarnya terhambat. Oleh sebab itu hubungan atau

suasana yang akrab, menyenangkan dan penuh kasih sayanglah yang

akan memberikan motivasi yang mendalam pada anak.

c. Keadaan sosial ekonomi keluarga

Faktor keadaan sosial ekonomi keluarga erat hubungannya

dengan belajar anak (Slameto, 1988: 65). Dalam kegiatan belajar

seorang anak kadang-kadang memerlukan sarana penunjang belajarnya

meskipun harganya cukup mahal. Namun terkadang keadaan ekonomi

keluarga tidak memungkinkan untuk memenuhi kebutuhan yang

diinginkan (lebih khususnya untuk menunjang pendidikan), sehingga

anak menjadi putus asa, mundur, lalu dorongan belajarnya kurang

sekali (Sukardi, 1983: 57). Sedangkan menurut Kartini Kartini (1985:

64) hal ini dapat terjadi sebaliknya yaitu anak yang mempunyai sosial

ekonomi berlimpah cenderung mempengaruhi pola asuh anak dengan

membiasakan memanjakan anaknya, sehingga anak merasa tidak

masalah menghamburkan uang demi kesenangan yang mengakibatkan

perhatiannya pada pelajaran jadi berkurang dan sering kali

meremehkan pelajaran.

Jadi keadaan sosial ekonomi dapat menjadi faktor penghambat

belajar anak jika kebutuhan akan sarana pendidikan tidak terpenuhi,

(41)

penghambat jika keuangan tidak dimanfaatkan secara efektif untuk

kepentingan belajar.

3. Faktor Lingkungan Sekolah

Lingkungan sekolah juga merupakan salah satu faktor penyebab

hambatan- hambatan dalam kegiatan belajar siswa. Faktor- faktor yang

termasuk dalam lingkungan sekolah yaitu: hubungan guru dan siswa, cara

penyajian pelajaran, hubungan antara siswa dan siswa, standar pelajaran di

atas ukuran, media pendidikan, metode belajar, dan pekerjaan rumah.

a. Hubungan guru dan siswa

Guru yang kurang pandai berinteraksi dengan siswa secara akrab

menyebabkan proses belajar mengajar itu kurang lancar (Slameto,

1988: 68). Siswa yang tidak mampu brinteraksi dengan guru pula akan

menyebabkan siswa merasa ada jarak antara guru dan siswa. Siswa

menjadi sulit menerima pelajaran dan berpartisipasi aktif dalam

kegiatan belajar mengajar dan menjadi segan mempelajari bahan yang

diberikan oleh guru (Sukardi, 1983: 58).

b. Cara penyajian pelajaran

Cara penyajian pelajaran adalah suatu cara/jalan yang harus

dilalui didalam mengajar. Dalam proses belajar siswa diharapkan dapat

menerima, menguasai dan lebih- lebih me ngembangkan bahan

pelajaran itu maka cara-cara mengajar serta cara belajar haruslah tepat

(42)

Guru yang selalu mengajar dengan metode ceramah saja

menyebabkan siswa bosan, mengantuk, pasif dan berfungsi sebagai

notulis dari ucapan guru di depan kelas saja. Guru yang ingin terus

maju dan materi pelajarannya cepat diterima oleh murid harus berani

mencoba berbagai macam metode yang baru, yang secara langsung

dapat meningkatkan kegiatan belajar mengajar dan meningkatkan

motivasi siswa untuk belajar (Sukardi, 1983: 58).

c. Hubungan antara siswa dan siswa

Siswa yang mempunyai sifat-sifat atau tingkah laku yang kurang

mnyenangkan teman lain, mempunyai rasa rendah diri atau sedang

mengalami tekanan batin, akan diasingkan dari kelompok, akibatnya

belajarnya terganggu. Siswa menjadi malas masuk sekolah dengan

alasan yang tidak-tidak karena di sekolah mengalami perlakuan yang

kurang menyenangkan dari teman-temannya (Slameto, 1988: 69)

Hal ini biasanya terjadi pada kelas-kelas yang mempunya i

hubungan lebih dengan membentuk kelompok atau gang, sehingga

siswa yang tidak dapat bergabung dalam kelompok tertentu akan

dikucilkan. Hubungan semacam ini dapat ditemukan hampir disetiap

sekolah (Sukardi, 1983: 58).

d. Standar pelajaran di atas ukuran

Guru yang berpendirian untuk meningkatkan mutu dan

mempertahankan wawasanya mengakibatkan siswa merasa tidak

(43)

harus menyajikan materi pelajaran sesuai dengan potensi atau

kemampuan siswa masing- masing sesuai dengan tujan yang telah

dirumuskan (Sukardi, 1983: 59).

e. Media pendidikan

Sekolah yang belum mampu memiliki hal baik dari segi kualitas

maupun kuantitas seperti pengadaan buku-buku diperpustakaan,

alat-alat laboratorium atau media- media pendidikan lainya kurang

membantu menunjang kelancaran belajar siswa. Apalagi dengan

banyaknya jumlah siswa ya ng masuk sekolah maka mutlak bahwa

alat-alat tersebut diperlukan dalam jumlah yang besar pada (Sukardi, 1983:

59).

f. Metode belajar

Dalam kegiatan sehari- hari ditemukan adanya metode belajar

yang kurang baik, misalnya belajar pada akhir semester, belajar tidak

teratur dan menyia-nyiakan kesempatan belajar (Dimyati, 1999: 246).

Sukardi (1983: 60) mengatakan, bahwa dalam kegiatan belajar, banyak

siswa menggunakan metode belajar yang keliru, yaitu apabila besok

ada ujian atau ulangan, mereka baru belajar terus menerus dari siang

hari sampai menjelang pagi esok harinya. Jika hal semacam itu terus

dipaksakan akibatnya siswa akan jatuh sakit sehingga kondisi tidak

(44)

g. Pekerjaan rumah

Pekerjaan rumah (PR) yang terlalu dijejalkan oleh guru pada

siswa untuk dibawa pulang kerumah, juga merupakan momok

penghambat dalam kegiatan belajar. Dengan terlalu banyaknya

tugas-tugas yang dibebankan itu, membuat siswa tidak memiliki kesempatan

untuk belajar pelajaran yang lainnya (Sukardi, 1983: 61).

4. Faktor Lingkungan Masyarakat

Lingkungan masyarakat juga dapat menghambat belajar siswa

apabila lingkungan masyarakat mempunyai pengaruh yang kurang

mendukung keberhasilan belajar siswa.

a. Mass- media

Mass media dapat saja menjadi penghambat dalam belajar

misalnya bioskop, radio, TV, video kaset, novel, komik dan yang

lainnya. Banyak siswa yang terlalu lama menonoton televisi dari awal

sampai akhir siarannya sehingga lupa belajar. Membaca buku-buku

novel atau komik atau menonton film biru tanpa pendampingan dari

orang tua akan mempengaruhi anak terhadap prilakunya menjadi

negatif dan melupakan tugas belajarnya (Sukardi, !983: 61). Ahmadi

(1991: 291) menegaskan bahwa semangat belajar menjadi terpengaruh

dan mundur sekali. Oleh sebab itu perlu pengawasan dan

(45)

b. Teman bergaul

Dalam kehidupan anak, pergaulan dan teman sepermainan sangat

dibutuhkan dalam membentuk kepribadiannya dan sosialisasinya

(Sukardi, 1983: 61). Pengaruh dari teman-teman bergaul siswa lebih

cepat masuk dalam jiwanya dari pada yang kita duga. Teman bergaul

yang baik akan berpengaruh baik terhadap diri siswa, sebaliknya teman

bergaul yang jelek/ buruk pengaruhnya akan buruk juga. Teman

bergaul yang tidak baik misalnya yang suka bergadang, keluyuran,

pecandu, perokok berat, miras, apalagi teman bergaul lawan jenis yang

amoral, pejinah, pemabuk dan lain- lain pastilah akan membawa siswa

ke hal yang buruk pula, sehingga belajar menjaadi berantakan,

tugas-tugas sekolah sering ditinggalkan dan tidak mampu mengikuti

pelajaran di kelas.

c. Kegiatan dalam masyarakat

Selain belajar di sekolah siswa mempunyai kegiatan-kegiatan

lain di luar sekolah, misalnya pencak silat, drama, olah raga, menari,

dan lain sebagainya. Kegiatan-kegiatan tersebut jika berlabihan akan

menghambat kegiatan belajarnya (Ahmadi, 1991: 291). Oleh sebab itu

kegiatan-kegiatan tersebut harus perlu diperhatikan, dirancang, dan

dijadwalkan agar dapat mengerti/menentukan kapan waktunya harus

(46)

d. Corak kehidupan tetangga

Corak kehidupan tetangga disekitar rumah dimana anak tinggal

memunyai pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan dan

perkembangan anak. Apabila mereka berada dilingkungan yang rajin

belajar secara otomatis anak akan terpengaruh dan anakpun akan rajin

belajar (Sukardi, 1983: 62). Sebaliknya jika anak itu hidup dalam

lingkungan tetangga yang suka judi, atau anak hidup dalam lingkungan

yang setiap malam pergi ke tempat-tempat dugem, maka anak itupun

akan cepat sekali terpengaruh, sehingga semua dapat mempengaruhi

semangat belajar anak (Ahmadi, 1991: 291).

E. Siswa Kelas X Sebagai Remaja

Siswa SMA adalah individu yang sedang berada pada usia remaja.

Piaget (Hurlock, 1996: 206) mengatakan bahwa:

”secara psikologis, masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang kurangnya dalam masalah hak...integrasi dalam masyarakat (dewasa) mempunyai aspek afektif, kurang lebih berhubungan dengan masa fuber...termasuk juga perubahan intelektual yang mencolok...transformasi intelektual yang khas dari cara berpikir remaja ini memungkinkannya untuk mencapai integrasi dalam hubunan sosial orang dewasa, yang kenyataannya merupakan ciri khas yang umum dari periode perkembangan ini”.

Remaja yaitu seseorang baik pria maupun wanita yang sedang

mengalami perubahan fisik dan psikis yang khas yang menuntunnya ke arah

masa dewasa. Masa remaja atau adolescence sebagai suatu periode diantara

(47)

Dalam rentang usia tersebut, remaja mengalami perkembangan yang cukup

pesat baik fisik maupun psikisnya. Pemahaman dan pengetahuannya juga

berkembang sejalan dengan perkembangan intelektualnya ( Kartini Kartono &

Dali Gulo, 1987: 9).

Oleh karena itu siswa SMA kelas X berusia antara 16-18 tahun

sebagai remaja berarti sudah dapat menyadari sepenuhnya hal- hal yang

dihadapinya serta merefleksikan pengalaman belajar termasuk faktor- faktor

yang menghambat belajar yang dialaminya.

F. Bimbingan Belajar

Bimbingan belajar sering disebut bimbingan akademik, yaitu

”bimbingan dalam hal menemukan cara belajar yang tepat dalam memilih

program studi yang sesuai, dan dalam mengatasi kesukaran yang timbul

berkaitan dengan tuntutan belajar di suatu institusi pendidikan.” (Winkel dan

Sri Hastuti, 2004: 116). Menurut Ahmadi (1991: 105), tujuan bimbingan

belajar adalah membantu siswa-siswi agar dapat menyesuaikan diri dengan

baik di dalam situasi belajar, sehingga setiap siswa dapat belajar dengan

efisien sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya dan mencapai

perkembangan yang optimal.

Sukardi (1983: 80) mengungkapkan, tujuan bimbingan belajar adalah:

1. Mencari cara yang efektif dan efisien bagi seorang anak atau sekelompok

anak.

2. Menunjukan cara–cara mempelajari sesuatu dan menggunakan buku

(48)

3. Membuat tugas sekolah dan mempersiapkan diri dalam ulangan dan ujian.

4. Memberi informasi bagaimana memanfaatkan perpustakaan.

5. Memilih suatu bidang studi sesuai dengan bakat, minat, kecerdasan,

cita-cita dan kondisi fisik atau kesehatannya.

6. Menunjukan cara-cara menghadapi kesulitan dalam bidang studi tertentu.

7. Menentukan pembagian waktu dan perencanaan jadwal belajarnya.

8. Memilih pelajaran tambahan, baik yang berhub ungan dengan pelajaran di

sekolah maupun untuk pengembangan bakat dan kariernya di masa depan.

Dengan demikian bimbingan belajar merupakan bimbingan bagi siswa

dalam membantu siswa untuk mengetahui cara belajar yang tepat dengan

tujuan-tujuan bimbingan yang dipakai sebagai landasan untuk membantu

kelancaran bimbingan belajar dengan maksud mencegah hambatan belajar

yang dirasakan siswa.

G. Bimbingan Klasikal

Bimbingan klasikal adalah ”Bimbingan yang diberikan kepada

sekelompok siswa yang tergabung dalam suatu satuan kelas ditingkat kelas

tertentu pada suatu jenjang pendidikan tertentu, pada waktu yang ditetapkan

dalam jadwal pelajaran” (Winkel dan Sri Hastuti, 2004: 563-564).

Pelaksanaan bimbingan klasikal dapat menguntungkan dan sekaligus

merugikan. Keuntungan yang dapat dirasakan oleh guru pembimbing adalah

mendapat kesempatan untuk berinteraksi dengan banyak siswa secara

(49)

terbatas. Keuntungan yang dapat dirasakan siswa antara lain adalah lebih rela

menerima diri sendiri setelah menyadari bahwa teman-temannya sering

menghadapi persoalan yang kerap kali sama, diberi kesempatan untuk

mendiskusikan suatu masalah bersama-sama, mela tih menerima suatu

pendapat yang dikemukakan oleh teman lain, tertolong untuk mengatasi suatu

masalah yang dirasakan sulit untuk dibicarakan langsung dengan konselor,

dan mendapat informasi yang dibutuhkan.

Kerugian pelaksanaan bimbingan klasikal adalah interaksi pribadi

antara konselor dan siswa terbatas dan kurang mendalam sehingga konselor

sulit mengevaluasi apakah pelayanan bimbingan mencapai sasaran atau tidak.

Selain itu siswa kurang dapat diajak untuk berefleksi lebih dalam (Winkel,

1997: 520).

H. Topik-topik Bimbingan belajar

Rangkaian topik yang dimaksud dalam skripsi ini adalah

topik-topik bimbingan klasikal. Topik bimbingan yang diberikan kepada siswa

secara klasikal ini untuk membantu siswa memecahkan masalah belajarnya

dengan pokok bahasan dalam topik. Topik bimbingan klasikal disesuaikan

dengan masalah yang frekuensinya sangat sering dan intensitasnya sangat

berat dan besar dihadapi siswa. Topik-topik bimbingan ini dapat diusulkan

setelah peneliti mengadakan penelitian mengenai faktor- faktor yang

menghambat belajar siswa kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyakarta tahun

(50)

33

Dalam bab ini diuraikan jenis penelitian, subjek penelitian, instrumen

penelitian, prosedur pengumpulan data, dan teknik analisis data.

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif. “Penelitian deskriptif

adalah penelitian yang dirancang untuk memperoleh informasi tentang

status gejala pada saat penelitian dilakukan” (Furchan, 1982 : 415). Sukardi

(2003 : 157) mengartikan penelitian deskriptif sebagai “metode penelitian

yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasikan obyek sesuai

dengan apa adanya”.

Jenis penelitian ini adalah survei. Alasan peneliti memakai jenis

penelitian survei karena penelitian ini bertujuan mengumpulkan informasi

tentang variabel dan bukan informasi tentang individu (Furchan, 1982 : 418).

Penelitian ini berada dalam ruang lingkup pendidikan, khususnya bidang

Bimbingan dan Konseling. Penelitian ini dilakukan dengan maksud untuk

mengetahui faktor- faktor yang mengha mbat belajar siswa-siswi Kelas X SMA

Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2008/2009.

B. Populasi Penelitian

Populasi penelitian adalah siswi-siswi Kelas X SMA Stella Duce 2

(51)

sebagai populasi penelitian karena siswa Kelas X dianggap sudah cukup

menyadari faktor-faktor yang menghambat belajarnya masing- masing.

Perincian jumlah siswi kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyakarta menurut kelas

disajikan pada tabel 1 sebagai berikut:

Tabel 1

Rincian Jumlah Siswi Kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2008/2009

Kelas Jumlah Siswi

X A 30 siswi

X B 30 siswi

X C 32 siswi

X D 30 siswi

X E 32 siswi

Total 154 siswi

C. Instrumen Penelitian 1. Alat Pengumpul Data

Alat yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner

faktor-faktor yang menghambat belajar yang disusun oleh peneliti sendiri dengan

berpedoman pada teknik penyusunan skala Likert. Kuesioner adalah

sekumpulan daftar pertanyaan tertulis yang diberikan kepada subyek

penelitian (Furchan, 1982 : 249). Jenis kuesioner yang digunakan adalah

kuesioner langsung tertutup, artinya responden menjawab pertanyaan yang

berhubungan dengan dirinya dan sudah disediakan alternatif jawabannya

sehingga responden tinggal memilih alternatif jawaban yang tersedia dan

(52)

yaitu “sangat setuju”, “setuju”, “tidak setuju”, dan “sangat tidak setuju”.

Penyajian alternatif jawaban dengan empat pilihan dimaksudkan untuk

menghindari kecenderungan responden untuk memilih pilihan tengah.

Kuesioner faktor-faktor yang menghambat belajar berisi 96 item

pernyataan, terbagi menjadi 4 (empat) faktor yang menghambat belajar,

yaitu : faktor psikologis, faktor keluarga, faktor lingkungan sekolah, dan

faktor lingkungan masyarakat.

Kuesioner ini terdiri dari 2 (dua) bagian. Bagian pertama memuat

identitas responden, kata pengantar, dan petunjuk kerja. Bagian kedua

memuat tentang isi kuesioner faktor-faktor penghambat belajar, yaitu

berupa pernyataan yang dirumuskan dalam bentuk

pernyataan-pernyataan yang bersifat favourable (pernyataan positif), yaitu pernyataan

yang memihak pada objek ukur atau yang mengindikasikan tingginya

indikator yang diukur dan unfavourable (pernyataan negatif) yang artinya

pernyataan yang tidak memihak pada objek ukur atau yang

mengindikasikan rendahnya indikator yang diukur (Azwar, 2005: 47).

Penentuan skor untuk setiap jawaban dari item- item pernyataan

adalah sebagai berikut:

a. Pernyataan yang bersifat positif (favourable), jawaban “Sangat Setuju”

(SS) diberi skor 4, “Setuju” (S) diberi skor 3, “Tidak Setuju” (TS)

(53)

b. Pernyataan yang bersifat negatif (unfavourable), jawaban “Sangat

Setuju” (SS) diberi skor 1, “Setuju” (S) diberi skor 2, “Tidak Setuju”

(TS) diberi skor 3, “Sangat Tidak Setuju” (STS) diberi skor 4.

Penulis meminta responden untuk memilih salah satu dari keempat

alternatif jawaban dengan memberikan tanda centang pada kolom

alternatif jawaban masing- masing. Setelah terkumpul semua, jawaban tiap

item diberi skor, lalu jawaban setiap pernyataan dijumlahkan. untuk

mengungkap faktor-faktor apa saja yang menghambat belajar siswi-siswi

kelas X SMA Stella Duce 2.

Kisi-kisi kuesioner yang diujicobakan disusun berdasarkan

indikator- indikator dari aspek yang akan diteliti. Kisi-kisi dari item- item

faktor- faktor yang menghambat belajar ini adalah sebagai berikut :

Tabel 2

Kisi-kisi Kuesioner Faktor-faktor yang Menghambat Belajar Siswi Kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2008/2009 Sebelum

(54)

membentuk ide baru)

2. keluarga a. Perhatian dari orang tua b. Suasana rumah pendukung

d. Standar nilai yang harus dijangkau

2. Uji Coba Kuesioner Faktor-faktor yang Menghambat Belajar. a. Uji Coba Kuesioner

Uji coba kuesioner juga dimaksudkan untuk mengetahui apakah

responden memahami maksud pernyataan, serta untuk menemukan

(55)

Kuesioner diujicobakan pada siswi-siswi di kelas X D SMA Stella Duce 2

Yogyakarta pada tanggal 26 April 2008 pukul 10:00-10:45 WIB dengan

jumlah responden 30 siswa. Pengadaan uji coba pada kelas-kelas tersebut

sesuai dengan jam Bimbingan dan Konseling sehingga tidak mengganggu

mata pelajaran di sekolah. Waktu yang diperlukan untuk menjawab

kuesioner sekaligus memberikan petunjuk tentang pengisian kuesioner

kurang lebih 35 menit. Tabulasi uji coba dapat dilihat pada lampiran 1.

b. Validitas Kuesioner

Validitas menunjuk pada sejauh mana suatu alat ukur mampu

mengukur apa yang diukur (Masidjo, 1995: 242). Validitas berkaitan

dengan kemampuan alat dalam mengukur apa yang seharusnya diukur.

Suatu ala t ukur dapat dikategorikan valid apabila alat ukur tersebut dapat

memberikan hasil pengkuran sesuai dengan maksud pengukur. Penelitian

ini merupakan validitas isi (content validity). Validitas isi adalah validitas

yang menunjukkan sejauh mana isi suatu tes atau alat ukur

menggambarkan hal-hal yang akan diuk ur atau diteskan (Masidjo, 1995:

243).

Proses penghitungan taraf validitas dilakukan dengan cara

memberi skor pada setiap item dan mentabulasi data uji coba. Selanjutnya,

proses penghitungan dilakukan dengan bantuan program SPSS versi 12 for

Windows. Untuk menentukan taraf signifikansi validitas yang ditentukan

(56)

signifikansi 5% untuk N=30 didapat angka koefisien korelasi 0,361.

Dengan demikian, item yang koefisien korelasinya kurang dari 0,361

dinyatakan gugur, sebaliknya jika item yang memiliki koefisien korelasi

lebih atau sama dengan 0,361 maka item tersebut sudah dianggap valid.

Untuk menyeimbangkan item yang mewakili setiap indikator kuesioner,

penulis mengambil item- item yang koefisien korelasinya sedikit lebih

rendah dan menyisihkan item yang mempunyai koefisien korelasi tinggi.

Hasil analisis tersebut kemudian disesuaikan dengan penyebaran

item agar seimbang pada setiap aspeknya serta perubahan pada nomor

item untuk membedakannya dari kuesioner ujicoba. Kisi-kisi kuesioner

setelah uji coba dari hasil penghitungan taraf validitas uji coba alat ukur

disajikan dalam tabel 3, dan kuesioner penelitian dapat dilihat pada

lampiran 2.

Tabel 3

Kisi-kisi Kuesioner Faktor-faktor yang Menghambat Belajar Siswi Kelas X SMA Stella Duce 2 Tahun Ajaran 2008/2009 Penelitian

(57)

proses belajar

j. Bepikir (mengolah informasi yang masuk ke dalam otak)

29 26, 30

TOTAL 17 13 30

2 Keluarga a. Perhatian dari orang tua b. Suasana rumah

a. Hubungan yang baik antara guru dan siswa

b. Hubungan yang baik antara siswa dan siswa

c. Cara penyajian pelajaran d. Standar nilai yang harus

dijangkau

Masidjo (1995: 209) menjelaskan bahwa reliabilitas suatu alat

ukur mampu menunjukkan konsistensi hasil pengukuran yang

diperlihatkan dalam taraf ketepatan dan ketelitian. Sependapat dengan

Masidjo, Azwar (2008: 7) menyatakan bahwa reliabilitas adalah

(58)

reliabilitas menggunakan metode belah dua (split-half method) dilakukan

berdasarkan pembagian item yang bernomor gasal dan genap (Masidjo,

1995: 218). Hasil perhitungan reliabilitas koefisien dapat dilihat pada

lampiran 3. Rumus yang digunakan untuk perhitungan koefisien reliabitas

adalah rumus formula Spearman-Brown. Rumus yang dimaksud adalah:

2 x

r

gg

r

tt =

1 +

r

gg

Keterangan:

rtt = koefisien korelasi

rgg = koefisien gasal dan genap

Hasil penghitungan dengan rumus formula koreksi dari

Spearman-Brown sebagai berikut:

2 x

r

gg

1 +

r

gg

2 x 0.94

1 + 0.94

1.88

1.94

= 0.97

r

tt =

=

(59)

Pada tabel 3 berikut ini akan ditunjukkan tabel daftar klasifikasi.

Tabel 4 Daftar Klasifikasi

Koefisien Korelasi Kualifikasi

0,91-1,00 Sangat tinggi

0,71-0,90 Tinggi

0,41-0,70 Cukup

0,21-0,40 Rendah

Negatif-0,20 Sangat Rendah

(Masidjo, 1995: 209)

Berdasarkan perhitungan yang dilakukan, diperoleh koefisien

reliabilitas rtt=0,97. Jadi dapat dikatakan bahwa reliabilitas alat ukur

sangat tinggi.

D. Prosedur Pengumpulan Data 1. Tahap Persiapan

Kegiatan yang dilakukan adalah me ngkonsultasikan hasil

pengolahan data setelah uji coba pada dosen pembimbing, kemudian

menyusun kembali kuesioner faktor- faktor penghambat belajar siswa

secara seimbang baik item favourabel dan unfavourabel masing indikator

dalam setiap aspek. Kemudian, tiga minggu sebelum penelitian

dilaksanakan, penulis memohon izin kepada Kepala Sekolah dan

Koordinator Bimbingan di sekolah yang akan digunakan untuk penelitian.

Setelah izin diperoleh, penulis kemudian meminta surat izin resmi untuk

penelitian kepada Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling

(60)

Koordinator Bimbingan di sekolah (lampiran 5). Peneliti juga

menyerahkan proposal penelitian beserta contoh kuesioner kepada

Koordinator Bimbingan, setelah itu peneliti beserta Koordinator

Bimbingan bersama-sama menetapkan waktu untuk penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan Pengumpulan Data Penelitian

Pelaksanaan penelitian dilakukan didalam kelas masing- masing.

Adapun jadwal pelaksanaan pengumpulan data penelitian di setiap kelas

disajikan pada tabel 5 sebagai berikut:

Tabel 5

Jadwal Pengumpulan Data

Kelas Tanggal pengumpulan data

Waktu pengumpulan data

Jumlah siswa yang hadir

X E 2 Mei 2008 10.15-11.00 32 siswi

X C 3 Mei 2008 09.15-10.00 32 siswi

X A 8 Mei 2008 10.15-11.00 30 siswi

X B 8 Mei 2008 12.00-12.45 30 siswi

Total 124 siswi

Penulis memberikan pengantar dan perkenalan sedikit serta

menjelaskan maksud dan tujuan kuesioner dibagikan pada siswi. Setelah

kuesioner dibagikan, penulis memberikan penjelasan mengenai petunjuk

pengerjaan kuesioner. Setelah sisiwi-siswi selesai mengerjakan, penulis

memberikan kesempatan kepada siswi untuk mengoreksi kembali

kuesioner yang telah diisi untuk memastikan apakah setiap nomor sudah

terisi semua. Pada akhir pertemuan, penulis mengucapkan terimaksih

kepada para sisiwi yang telah bersedia mengisi kuesio ner. Tabulasi data

(61)

E. Teknik Analisis Data

Tahap-tahap yang digunakan dalam mengolah dan menganalisis data

adalah sebagai berikut:

1. Menentukan skor

Penulis memberikan skor jawaban berdasarkan sifat item dengan kunci

jawaban yang telah disediakan oleh peneliti. Kemudan membuat tabulasi

data dan menghitung skor masing- masing responden.

2. Data yang diperoleh selanjutnya diolah dengan menggunakan analisis

statistik deskriptif yang meliputi perhitungan Mean, Standar Deviasi serta

mengkategorisasikannya menurut norma yang telah ditentukan. Kategori

skor setiap item skala ditentukan berdasarkan distribusi normal dengan

kontinum jenjang yaitu; Rendah, Sedang, Tinggi yang berpedoman pada

Azwar (2008:108). Patokan kategori untuk item- item skala adalah sebagai

berikut:

Xitem < (µ - 1,0 s ) kategori rendah

(µ - 1,0 s ) = Xitem < (µ + 1,0 s ) kategori sedang

(µ + 1,0 s ) = Xitem kategori tinggi

Keterangan:

Xitem maksimum teoritik : skor tertinggi yang mungkin dicapai item dalam skala.

Xitem minimum teoritik : skor terendah yang mungkin dicapai item dalam skala.

s : standar deviasi, yaitu luas jarak rentangan yang dibagi dalam 6 satuan deviasi sebaran.

(62)

Selanjutnya kategorisasi ini dijadikan sebagai norma/patokan dalam

pengelompokan skor item. Kategorisasi tinggi rendah skor tiap item secara

keseluruhan dalam penelitian ini (N=124), diperoleh dengan

penggolongan melalui perhitungan sebagai berikut:

Xmaksimum teoritik : 124 x 4 = 496

Xminimum teoritik : 124 x 1 = 124

Range : 496 - 124 =372

s : 372 : 6 = 62

µ : (496 + 124) : 2 = 310

Penentuan kategorisasi skor item dapat dilihat dalam tabel 6 sebagai

berikut:

Tabel 6

Norma Kategori Skor Item Faktor-faktor yang Menghambat Belajar Siswi kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun

Ajaran 2008/2009

Penghitungan Skor rentangan Kategori

Xitem < µ -1.0s

Data skor total tiap item selanjutnya akan dikelompokkan ke dalam

kategori di atas. Item- item yang memiliki skor dalam kategori rendah dan

sedang diartikan belum ideal dan item- item yang memiliki skor dalam

kategori tinggi diartikan sudah ideal. Item- item yang tergolong dalam

Gambar

Tabel 1
Tabel 2
Tabel 3
Tabel 6
+3

Referensi

Dokumen terkait

Lingkungan internal yang menjadi kekuatan KRB adalah (1) pusat konservasi ex-situ , (2) panorama arsitektur lanskap yang bernuansa alami, (3) KRB memiliki aksesbilitas tinggi

Disahkan dalam rapat Pleno PPS tanggal 26 Februari 2013 PANITIA PEMUNGUTAN SUARA. Nama

Personalisasi reward dalam penelitian ini masih terbatas karena menggunakan Finite State Machine yang perilakunya terbatas, sehingga jika dimainkan berulangkali maka

M enurut Sutarman (2003, p4), internet berasal dari kata interconnection networking yang mempunyai arti hubungan sebagai komputer dan berbagai tipe komputer yang merupakan

Untuk mengatasinya digunakan alat yang memakai prinsip pantulan dari cermin, dimana perubahan posisi cermin yang sangat kecil ( akibat perpanjangan batang) menyebabkan

Untuk mempercepat adopsi teknologi yang telah dihasilkan oleh Badan Litbang Departemen Pertanian, maka sejak tahun 2009 telah ditandatngani nota kesepahaman antara Badan

Apabila dalam Pasal 2 ayat (4) undang-undang a quo haruslah ditafsirkan sebagai berikut, “Dirjen Pajak tidak lagi berwenang untuk meneruskan proses pengukuhan PKP

Provission for Loan Losses (PLL) pada PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN), Tbk Samarinda dari tahun 2010 sampai dengan 2014 mengalami penurunan atau mempunyai