• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN KEBUN RAYA BOGOR SEBAGAI OBJEK WISATA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN KEBUN RAYA BOGOR SEBAGAI OBJEK WISATA"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN

KEBUN RAYA BOGOR SEBAGAI

OBJEK WISATA

  SKRIPSI MUHAMMAD SALIM R H34076107

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2010

(2)

RINGKASAN

MUHAMMAD SALIM R. Analisis Strategi Pengembangan Kebun Raya

Bogor Sebagai Objek Wisata. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Dibawah bimbingan FEBRIANTINA DEWI).

Kepariwisataan meliputi berbagai kegiatan yang berhubungan dengan wisata, pengusahaan, objek dan daya tarik wisata serta usaha lainnya yang terkait. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah dan pemerintah daerah. Tujuan diadakannya pariwisata adalah untuk meningkatkan pendapatan nasional dan meningkatkan kesejahteraan serta kemakmuran rakyat.

Saat ini preferensi konsumen dalam menikmati objek wisata telah mengalami perubahan yang mengacu pada bentuk wisata minat khusus yaitu ekowisata. Indonesia sangat kaya dengan potensi wisata alam (ekowisata), salah

satunya adalah wisata alam di kawasan konservasi.  Indonesia memiliki 200

kawasan konservasi yang cukup indah, tetapi yang menjadi prioritas saat ini untuk dijadikan objek dan daya tarik wisata hanya 20 kawasan konservasi salah satunya

PKT Kebun Raya Bogor yang berada di kota Bogor.

Kebun Raya Bogor merupakan kawasan konservasi ex-situ yang telah lama

dimanfaatkan masyarakat luas sebagai objek wisata dan di banyak negara, KRB menjadi salah satu tujuan wisata yang sangat diminati karena menyajikan panorama arsitektur lanskap yang bernuansa alami. Peranan ini menjadi populer karena para pengunjung dapat menikmati langsung keindahan Kebun Raya serta dapat menambah wawasan dan pengetahuannya tentang tumbuh-tumbuhan. Namun Kebun Raya Bogor mengalami penurunan pengunjung yang cukup signifikan sebesar 13,5 persen. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan cara menganalisis strategi pengembangan KRB sehingga dapat berkembang lebih baik dan visi KRB dapat tercapai. 

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor internal dan eksternal yang berpengaruh dalam pengembangan Kebun Raya Bogor, (2) Memformulasikan alternatif strategi pengembangan yang tepat untuk Kebun Raya Bogor. Penelitian ini dilakukan di Kebun Raya Bogor.

Pemilihan tempat penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan

pertimbangan bahwa Kebun Raya Bogor merupakan satu-satunya objek wisata alam dan kawasan konservasi yang berada di kota Bogor, merupakan kebun raya nomor satu di Asia Tenggara serta salah satu tempat tujuan wisata yang paling

bersejarah. Pengambilan sampel dilakukan dengan purposive. Jumlah sampel

yang diambil adalah empat responden. Penelitian ini menggunakan alat analisis deskriptif dan matriks SWOT.

Lingkungan internal yang menjadi kekuatan KRB adalah (1) pusat konservasi ex-situ, (2) panorama arsitektur lanskap yang bernuansa alami, (3) KRB memiliki aksesbilitas tinggi dari Jabodetabek dan kota besar (pasar potensial), (4) membawahi dan memfasilitasi kawasan konservasi lainnya di lingkungan perkebunrayaan, (5) menambah nilai ekonomi bagi pemerintah, Pemkot Bogor dan masyarakat sekitar, (6) 14.500 koleksi tumbuhan yang tertanam di kebun, (7) memiliki objek wisata yang menarik, penuh sejarah dan

(3)

pengetahuan. Kelemahan KRB adalah (8) kurangnya SDM yang handal dalam memberikan informasi tentang objek wisata di KRB, (9) beberapa sarana dan prasarana yang kurang baik, (10) belum melakukan pemasaran dan promosi yang efektif dan efisien, (11) kurangnya pengetahuan pengelola KRB dalam bidang pariwisata, (12) Sistem kebersihan KRB kurang baik. Lingkungan eksternal yang menjadi peluang KRB adalah (1) peningkatan jumlah wisatawan di masa yang akan datang, (2) trend kunjungan wisatawan saat ini lebih memilih destinasi objek wisata alam, (3) penurunan kunjungan wisatawan mancanegara sebagai akibat isu bencana alam dan terorisme, (4) kawasan konservasi akan menjadi objek wisata unggulan. Ancaman KRB adalah (5) sampah pengunjung, (6) terbatasnya alokasi anggaran research, (7) kerusakan akibat eksploitasi yang berlebihan, (8) adanya gangguan potensi tumbuhan tropika akibat bencana alam dan perubahan iklim.

Berdasarkan hasil analisis SWOT, diperoleh 11 alternatif strategi pengembangan KRB sebagai objek wisata yaitu Strategi S-O : (1) memperkuat

aksesbilitas lintas kabupaten atau kota Bogor dengan mengembangkan linkage

wisata, (2) mengembangkan kekhasan produk wisata alam yang ada di Kebun Raya Bogor, (3) menambah objek wisata baru; Strategi W-O : (4) meningkatkan sarana dan prasarana yang ada di Kebun Raya Bogor, (5) melakukan kerjasama pendidikan dan keterampilan dengan penyelenggara atau institusi pendidikan formal bidang kepariwisataan, (6) melakukan pemasaran dan promosi secara inovatif, efektif dan efisien mengenai objek wisata yang ada di KRB; Strategi ST : (7) melakukan kerjasama dengan pemerintah daerah seluruh Indonesia untuk mengirimkan daftar tumbuhan langka di daerah setempat, (8) memasang alat pendeteksi perubahan iklim, (9) mengkoordinir pemulung pada waktu-waktu tertentu untuk membantu membersihkan KRB sekaligus membantu menambah penghasilan pemulung; Strategi W-T : (10) menambah atau mencari alternatif pendanaan lain, (11) melakukan kerjasama dengan instansi pengelolaan kebersihan.

(4)

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN

KEBUN RAYA BOGOR SEBAGAI

OBJEK WISATA

MUHAMMAD SALIM R H34076107

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2010

(5)

Judul Skripsi : Analisis Strategi Pengembangan Kebun Raya Bogor Sebagai Objek Wisata

Nama : Muhammad Salim R

NIM : H34076107

Disetujui, Pembimbing

Febriantina Dewi, S.E, M.Sc

NIP. 19690205 199603 2 001

Diketahui

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS

NIP. 19580908 198403 1 002

(6)

PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Analisis Strategi Pengembangan Kebun Raya Bogor Sebagai Objek Wisata” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Februari 2010

Muhammad Salim R H34076107

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 8 November 1986. Penulis adalah anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan H. Sulaeman, ST dan Hj. Soraya.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN Puspiptek pada tahun

1998 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2001 di SLTPN 4 Puspiptek. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMUN 1 Serpong pada tahun 2004.

Penulis diterima di Program Studi Diploma Agribisnis Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2004. Penulis menyelesaikan pendidikan Diploma III tahun 2007 dan melanjutkan studinya ke jenjang yang lebih tinggi pada Program Sarjana Agribisnis Penyelenggaraan Khusus, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2007.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Analisis Strategi Pengembangan Kebun Raya Bogor Sebagai Objek Wisata”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor internal dan eksternal yang berpengaruh dalam pengembangan Kebun Raya Bogor. Kemudian memformulasikan alternatif strategi pengembangan untuk Kebun Raya Bogor. Hasil ini diharapkan mampu memberi masukan bagi pihak Kebun Raya Bogor.

Skripsi ini sangat bermanfaat bagi penulis sebagai salah satu mahasiswa yang sedang menyelesaikan tugas akhir pada Program Sarjana Agribisnis, Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini merupakan hasil maksimal yang dapat diselesaikan oleh penulis selama mengikuti kegiatan pembelajaran dalam kegiatan kuliah maupun tugas akhir ini. Penulis menyadari bahwa masih terdapat keterbatasan dan kendala yang dihadapi dalam skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memang membutuhkan. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaiaan skripsi ini.

Bogor, Februari 2010 Muhammad Salim R

(9)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :

1. Febriantina Dewi, S.E, M.Sc sebagai dosen pembimbing yang telah banyak

memberikan bimbingan, saran dan pengarahan, dengan penuh kesabaran selama proses penyusunan skripsi ini. Ditengah kesibukan yang luar biasa, beliau selalu menyempatkan diri untuk membagikan ilmunya kepada penulis.

2. Dr. Ir. Rita Nurmalina Suryana, MS sebagai dosen evaluator pada kolokium

atas kritik dan saran yang membantu pada penyusunan skripsi ini.

3. Ir. Lukman M. Baga, MAEc sebagai dosen penguji utama yang telah

meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran yang sangat bermanfaat untuk kesempurnaan skripsi ini.

4. Etriya, SP, MM sebagai perwakilan dari komisi akademik yang telah

memberikan berbagai saran dan masukan untuk penulis dalam upaya memaksimalkan penulisan skripsi ini.

5. Kedua orangtua dan seluruh keluarga besar penulis atas dukungan baik secara moril maupun materil, kasih sayang dan doa tulus yang selalu membuat penulis menjadi lebih baik.

6. Pihak Kebun Raya Bogor, Bapak Amas S.E, MM selaku Kepala Bidang Tata

Usaha, Bapak Dr. Joko Ridho Witono, M.Si selaku Kepala Bidang Konservasi

ex-situ, Bapak Ir. Sutrisno, M.Sc selaku Koordinator Jabatan Fungsionalatas kesempatan, informasi, saran dan bantuan yang diberikan dalam penelitian.

7. Ibu Reni Handayani T, SH. MH selaku Kepala Bidang Pariwisata Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bogor atas kesempatan, informasi, saran dan bantuan yang diberikan dalam penelitian.

8. Karyawan Kebun Raya Bogor khususnya Bapak Ridwan selaku Satuan dan

Pengaman, Ibu Nur, Ibu Erti dan Ibu Hera atas bantuan, informasi dan saran yang diberikan dalam penelitian.

9. Nuryadin yang telah bersedia menjadi pembahas pada seminar hasil penulis,

dengan segala kritik dan saran yang sangat bermanfaat untuk kesempurnaan skripsi ini.

   

(10)

     

10. Reni Rahmatillah, SE yang telah memberikan semangat, motivasi, bantuan

serta saran yang sangat berarti selama penyusunan skripsi ini.

11. Benri Albertus SE, Hussen, Wilmar, Mugi, Ivo, Lia, Saud, Aa, Budi, Agung,

Jhonson yang tergabung dalam BETA HOUSE, atas segala semangat, dukungan serta persahabatan yang telah banyak memberikan kenangan.

12. Teman-teman ekstensi angkatan III atas semangat, bantuan, kebersamaan

selama kuliah dan penyelesaian skripsi. Semoga kebersamaan ini menjadi kenangan yang indah.

13. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini yang tidak

dapat disebutkan satu per satu, semoga Allah SWT memberikan pahala atas kebaikannya.

Kesempurnaan adalah milik Allah SWT, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, dengan segala hormat penulis menghaturkan permohonan maaf. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Februari 2010

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 6

II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Pengertian Konservasi ... 7

2.2 Pengertian Pariwisata ... 8

2.3 Pengertian Ekowisata (Wisata Alam) ... 8

2.4 Konsep Ekowisata (Wisata Alam) ... 9

2.5 Sifat atau Karakter Objek dan Daya Tarik Wisata (ODTW) Alam ... 10

2.6 Potensi ODTW Alam ... 11

2.7 Pengelolaan dan Pengembangan ODTW Alam ... 11

2.8 Hasil Penelitian Terdahulu ... 14

III KERANGKA PEMIKIRAN ... 18

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 18

3.1.1 Konsep Strategi ... 18

3.1.2 Manajemen Strategi ... 22

3.1.3 Analisis Faktor Lingkungan Internal ... 24

3.1.4 Analisis Faktor Lingkungan Eksternal ... 26

3.1.5 Analisis SWOT ... 30

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ... 31

IV METODE PENELITIAN ... 34

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 34

4.2 Jenis dan Sumber Data ... 34

4.3 Metode Pengumpulan Data ... 34

4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 35

4.4.1 Analisis Deskriptif ... 35

4.4.2 Matriks SWOT ... 35

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 37

5.1 Sejarah PKT Kebun Raya Bogor ... 37

5.2 Visi dan Misi PKT Kebun Raya Bogor ... 38

5.3 Personalia ... 39

5.4 Struktur Organisasi ... 39

(12)

iv  

VI HASIL DAN PEMBAHASAN ... 44

6.1 Formulasi Alternatif Strategi ... 44

6.1.1 Tahap Masukan ... 44

6.1.1.1 Identifikasi Lingkungan Internal PKT Kebun Raya Bogor ... 44

6.1.1.2 Identifikasi Lingkungan Eksternal PKT Kebun Raya Bogor ... 49

6.1.2 Tahap Pencocokan ... 53

6.1.2.1 Analisis SWOT ... 53

VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 58

7.1 Kesimpulan ... 58

7.2 Saran ... 59

DAFTAR PUSTAKA ... 60

(13)

v  

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman 1. Statistik Kunjungan Wisatawan Mancanegara di Indonesia

Tahun 2001-2008 ... 2

2. Statistik Kunjungan Wisatawan Nusantara Tahun 2003-2008 . 3

3. Kawasan Konservasi di Kabupaten dan Kota Bogor serta Jumlah Kunjungan Wisatawan Tahun 2007-2008 ... 4

4. Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Kebun Raya Bogor Tahun 2004-2008 ... 5

5. Jenis dan Sumber Data ... 34

6. Matriks SWOT ... 36

7. Jumlah Wisatawan Kebun Raya Bogor Tahun 2004-2006 ... 51

8. Hasil Matriks SWOT ... 57

(14)

vi  

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Strategi Generik dan Strategi Utama ... 21

2. Model Proses Manajemen Strategi ... 23

3. Matriks SWOT ... 31

4. Kerangka Pemikiran Operasional ... 33

(15)

vii  

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Peta KRB ... 63 2. Objek dan Daya Tarik Wisata KRB ... 63 3. Fasilitas KRB ... 65

(16)

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kepariwisataan meliputi berbagai kegiatan yang berhubungan dengan wisata, pengusahaan, objek dan daya tarik wisata serta usaha lainnya yang terkait. Pembangunan kepariwisataan pada hakikatnya merupakan upaya untuk mengembangkan dan memanfaatkan objek dan daya tarik wisata yang terwujud antara lain dalam bentuk kekayaan alam yang indah, keragaman flora dan fauna, kemajemukan tradisi dan seni budaya serta peninggalan sejarah dan purbakala. Pengembangan objek dan daya tarik wisata tersebut apabila dipadukan dengan pengembangan usaha jasa dan sarana pariwisata, seperti biro perjalanan, jasa konvensi, penyediaan akomodasi dan penyediaan transportasi wisata, akan berfungsi di samping meningkatkan daya tarik untuk perkembangan jumlah wisatawan juga mendukung pengembangan objek dan daya tarik wisata baru. Hasil yang optimal akan diperoleh apabila upaya pengembangan tersebut didukung oleh pembangunan prasarana yang memadai.

Pariwisata bukanlah suatu hal yang baru. Kegiatan berwisata sebenarnya sudah ada sejak dulu, dimana orang-orang dulu telah melakukan perjalanan ke berbagai daerah yang terdapat objek wisata. Dalam bentuk sederhana pariwisata dikenal sebagai “bertamasya” atau “perlawatan”. Seiring dengan berbagai perkembangan yang dicapai di bidang sosio ekonomi, sosio budaya, teknologi dan sebagainya, maka bentuk kegiatan pariwisata telah berkembang menjadi suatu kegiatan yang bersifat lebih kompleks dan luas. Menurut UU No 10 tahun 2009, pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah dan pemerintah daerah.

Indonesia memiliki sumberdaya alam yang kaya akan keanekaragaman hayati, ekosistem, alam dan nilai budaya, menyediakan potensi yang prospektif dalam pengembangan industri pariwisata sehingga sangat berpeluang besar menjadi sektor andalan dalam pertumbuhan ekonomi. Sektor pariwisata memiliki peranan penting dalam meningkatkan perekonomian nasional melalui penerimaan negara yang bersumber dari devisa yang berasal dari pengeluaran wisatawan mancanegara setiap berkunjung ke Indonesia. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1

(17)

2 yang menunjukkan perkembangan jumlah wisatawan mancanegara dan penerimaan devisa yang mengalami peningkatan pada tiga tahun terakhir yaitu 2006-2008.

Tabel 1. Statistik Kunjungan Wisatawan Mancanegara di Indonesia Tahun 2001-2008

TAHUN

JUMLAH RATA-RATA PENGELUARAN RATA-RATA PENERIMAAN WISATAWAN PER ORANG (USD) LAMA TINGGAL DEVISA

MANCANEGARA PER PER (HARI) (JUTA USD)

KUNJUNGAN HARI 2001 5.153.620 1.053,36 100,42 10,49 5.396,26 2002 5.033.400 893,26 91,29 9,79 4.305,56 2003 4.467.021 903,74 93,27 9,69 4.037,02 2004 5.321.165 901,66 95,17 9,47 4.797,88 2005 5.002.101 904,00 99,86 9,05 4.521,89 2006 4.871.351 913,09 100,48 9,09 4.447,98 2007 5.505.759 970,98 107,70 9,02 5.345,98 2008 6.429.027 1.178,54 137,38 8,58 7.377,39 Sumber: Statistical Report on Visitor Arrivals to Indonesia, Departemen Pariwisata (2009)

Dari Tabel 1, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara tahun 2006 yaitu 4.871.351 orang dan penerimaan devisa sebesar 4.447,98 juta USD mengalami peningkatan menjadi 5.505.759 orang dan penerimaan devisa menjadi 5.345,98 juta USD di tahun 2007. Pada tahun 2008 jumlah kunjungan wisatawan mancanegara juga mengalami peningkatan menjadi 6.429.027 orang dan penerimaan devisa menjadi 7.377,39 juta USD. Meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan mancanegara dan penerimaan devisa menunjukkan adanya peningkatan pembangunan pariwisata di Indonesia.

Meningkatnya jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia disebabkan adanya pergeseran konsep kepariwisataan dunia kepada pariwisata minat khusus atau yang dikenal dengan ekowisata, dimana saat ini ada kecenderungan semakin banyak wisatawan yang mengunjungi objek berbasis alam dan budaya penduduk lokal (Fandeli, 2002). Wisatawan cenderung beralih kepada alam dibandingkan pola-pola wisata buatan yang mereka rasakan telah jenuh dan kurang menantang. Hal ini merupakan peluang untuk peningkatan pembangunan pariwisata di Indonesia dengan potensi alam dan budaya yang beragam.

(18)

3 Tiga tahun terakhir (2006-2008), terjadi peningkatan kunjungan wisatawan nusantara (Tabel 2). Hal tersebut diakibatkan pendapatan rata-rata wisatawan nusantara mengalami peningkatan. Meningkatnya kunjungan wisatawan nusantara diharapkan memberikan peningkatan dibidang investasi, penyerapan tenaga kerja, serta peningkatan kontribusi kegiatan pariwisata terhadap pendapatan masyarakat. Dengan kata lain, sektor pariwisata menjadi salah satu tumpuan dalam meningkatkan penghasilan devisa negara.

Tabel 2. Statistik Kunjungan Wisatawan Nusantara Tahun 2003-2008

TAHUN WISNUS (000 orang) PERJALANAN (000 orang) RATA-RATA PERJALANAN TOTAL PENGELUARAN (Trilyun Rp) 2003 110.03 207.119 1,88 70,87 2004 111.353 202.763 1,82 71,70 2005 112.701 198.359 1,76 74,72 2006 114.27 204.553 1,79 88,21 2007 115.335 222.389 1,93 108,96 2008 117.213 225.042 1,92 123,17

Sumber : Pusat Pengelolaan Data dan Sistem Jaringan (P2DSJ)

Jero Wacik (Menteri Kebudayaan dan Pariwisata) menyatakan bahwa Indonesia sangat kaya dengan potensi wisata alam (ekowisata), salah satunya adalah wisata alam di kawasan konservasi. M.S Kaban (Menteri Kehutanan) menyatakan bahwa Indonesia memiliki kawasan konservasi yang menawarkan panorama yang cukup indah yaitu sekitar 200 kawasan konservasi, tetapi yang menjadi prioritas saat ini untuk dijadikan objek dan daya tarik wisata hanya 20

kawasan konservasi yang salah satunya berada di kota Bogor1. Hal tersebut

dikarenakan pemerintah tidak memiliki dana yang cukup untuk membiayai 200 kawasan konservasi.

Bogor memiliki beberapa objek wisata yang menawarkan wisata alam di kawasan konservasi, salah satunya adalah Kebun Raya Bogor (KRB). Kebun Raya Bogor merupakan kawasan konservasi yang berada di tengah kota Bogor dan dekat dengan Jakarta, sehingga dijadikan salah satu tempat tujuan wisatawan baik mancanegara maupun domestik. Adapun kawasan konservasi di kabupaten

1

Radar Bogor. 2009. Kawasan Konservasi Bakal jadi Objek Wisata Unggul. http://www.radar-bogor.co.id/index [3 Juli 2009]

(19)

4 dan kota Bogor beserta jumlah kunjungan wisatawan dari tahun 2007-2008 tercantum pada Tabel 3.

Tabel 3. Kawasan Konservasi di Kabupaten dan Kota Bogor serta Jumlah Kunjungan Wisatawan Tahun 2007-2008

No Objek Wisata Kunjungan Wisatawan (orang)

2007 2008

1 Taman Safari Indonesia 699.782 621.254

2 Kebun Raya Bogor 903.914 781.623

3 Taman Wisata Mekarsari 166.720 297.800

Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten dan Kota Bogor

Terlihat pada Tabel 3 bahwa wisatawan lebih banyak mengunjungi KRB. Akan tetapi, KRB mengalami penurunan yang signifikan sebanyak 122.291 orang. Keadaan serupa dialami juga oleh tempat wisata alam lain seperti Taman Safari Indonesia yang mengalami penurunan sebanyak 78.528 orang, sedangkan Taman Wisata Mekarsari mengalami kenaikan yang signifikan sebanyak 131.080 orang. Peningkatan kunjungan wisatawan yang terjadi di TWM disebabkan adanya preferensi dan motivasi wisatawan yang berkembang secara dinamis.

Bentuk Preferensi dan motivasi wisatawan dalam menikmati objek-objek spesifik yaitu udara yang segar, pemandangan yang indah, pengolahan produk secara tradisional, maupun produk-produk pertanian modern dan spesifik. Kecenderungan ini merupakan sinyal tingginya permintaan akan objek wisata alam di kawasan konservasi yang sekaligus memiliki produk-produk agribisnis baik dalam bentuk kawasan ataupun produk pertanian yang mempunyai daya tarik

spesifik. Kebun Raya Bogor sebagai salah satu kawasan konservasi dan tempat

tujuan wisata, perlu menganalisis hal tersebut dalam strategi pengembangan sehingga dapat berkembang lebih baik dan visi KRB dapat tercapai.

1.2 Perumusan Masalah

Kebun Raya Bogor merupakan kawasan konservasi ex-situ yang telah

lama dimanfaatkan masyarakat luas sebagai objek wisata dan di banyak negara, KRB menjadi salah satu tujuan wisata yang sangat diminati karena menyajikan panorama arsitektur lanskap yang bernuansa alami. Peranan ini menjadi populer karena para pengunjung dapat menikmati langsung keindahan kebun raya serta dapat menambah wawasan dan pengetahuannya tentang tumbuh-tumbuhan. Akan

(20)

5 tetapi, KRB mengalami penurunan pengunjung yang signifikan di tahun 2008 sebesar 13,5 persen (Tabel 4).

Tabel 4. Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Kebun Raya Bogor Tahun 2004 – 2008

Tahun Jumlah Wisatawan (orang) Persentase Peningkatan (%)

2004 870.667

-2005 892.974 2,5

2006 855.180 -4,2

2007 903.914 5,6

2008 781.623 -13,5

Sumber : Laporan Tahunan Kebun Raya Bogor

Penurunan jumlah pengunjung di KRB terjadi akibat oleh adanya objek dan daya tarik wisata baru di daerah kabupaten dan kota Bogor, kenaikan harga tiket yang dirasakan terlalu mahal oleh sebagian konsumen tanpa meningkatkan kualitas pelayanan dan fasilitas penunjang serta wisatawan merasa jenuh dengan objek wisata yang ditampilkan oleh KRB.

Kebun Raya Bogor memiliki visi, salah satunya dibidang pariwisata, akan tetapi dalam tahap pelaksanaannya KRB belum menerapkan standar manajemen secara profesional yang berdasarkan ISO 9001: 2001. Di dalam struktur organisasi

KRB, tidak terdapat job description dalam mengelola pariwisata sehingga KRB

tidak memiliki SDM yang menguasai dan memahami aspek pariwisata. Selain itu, KRB juga belum melakukan pemasaran dan promosi secara efektif dan efisien.

Pada era persaingan global yang semakin kompleks ini, maka faktor efisiensi merupakan faktor kunci dalam pengembangan agribisnis, termasuk ekowisata. Pergerakan kearah efisiensi tersebut menuntut kemampuan manajerial, profesionalisme dalam pengelolaan SDA dan penggunaan teknologi maju. Peran

teknologi informasi, pemerintah atau stakeholders dan promosi usaha serta

kemampuan dalam menyiasati pasar dengan berbagai karakteristiknya akan menjadi komponen yang sangat penting untuk selalu dicermati. Berdasarkan cakupan tersebut, maka upaya pengembangan objek wisata di kawasan konservasi secara garis besar mencakup aspek pengembangan sumberdaya manusia, sumberdaya alam, promosi, dukungan sarana dan kelembagaan.

(21)

6 Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah :

1. Faktor-faktor internal dan eksternal apa saja yang mempengaruhi dalam

pengembangan Kebun Raya Bogor?

2. Bagaimana alternatif strategi pengembangan yang tepat untuk Kebun Raya

Bogor?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan diatas, maka tujuan

penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor internal dan eksternal yang

berpengaruh dalam pengembangan Kebun Raya Bogor.

2. Memformulasikan alternatif strategi pengembangan yang tepat untuk

Kebun Raya Bogor.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain :

1. Sebagai bahan pembelajaran bagi penulis, untuk dapat menganalisis suatu

permasalahan dan merumuskan suatu strategi pemecahan masalah yang tepat.

2. Bagi pihak Kebun Raya Bogor, hasil penelitian ini diharapkan memberikan

masukan dan pertimbangan alternatif terbaik dalam meningkatkan kinerja Kebun Raya Bogor.

3. Sebagai bahan masukan bagi penelitian selanjutnya yang terkait dengan

strategi pengembangan pada objek wisata alam di kawasan konservasi.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini dibatasi dengan hanya membahas identifikasi faktor-faktor internal dan eksternal yang berpengaruh dalam pengembangan Kebun Raya Bogor, menganalisis faktor-faktor internal dan eksternal yang berpengaruh dalam pengembangan Kebun Raya Bogor dan menyusun alternatif strategi pengembangan yang dapat diterapkan Kebun Raya Bogor. Tahap implementasi strategi dan tahap evaluasi strategi Kebun Raya Bogor merupakan wewenang penuh manajemen Kebun Raya Bogor.

(22)

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Konservasi

Konservasi alam adalah salah satu pengelolaan sumberdaya alam yang menjamin pemanfaatannya secara bijaksana, sehingga mutu dan kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup dapat dipertahankan untuk menjamin pembangunan yang berkesinambungan (Ensiklopedia Nasional Indonesia, 2004). Konservasi dalam arti sempit dapat diartikan sebagai pelestarian dan pengawetan. Dalam hal ini pengawetan meliputi kegiatan pelestarian produksi, pelestarian jenis dan perlindungan penunjang sistem kehidupan. Objek kegiatannya adalah hutan lindung, hutan pantai dan daerah aliran sungai, sedangkan bentuk kegiatan

pengawetan keanekaragaman plasma nutfah terbagi dua, yaitu konservasi ex-situ

dan konservasi in-situ1.

Konservasi in-situ adalah konservasi ekosistem dan habitat alami serta

pemeliharaan dan pemulihan populasi jenis-jenis berdaya hidup dalam lingkungan alaminya, dan dalam hal jenis-jenis terdomestifikasi atau budidaya, di dalam lingkungan tempat sifat-sifat khususnya berkembang. Jenis kegiatan konservasi

in-situ adalah kebun binatang, taman safari, kebun botani dan museum. Konservasi ex-situ merupakan metode konservasi yang mengkonservasi spesies di luar distribusi alami dari populasi tetuanya. Konservasi ini merupakan proses melindungi spesies tumbuhan dan hewan (langka) dengan mengambilnya dari habitat yang tidak aman atau terancam dan menempatkannya atau bagiannya di bawah perlindungan manusia. Jenis kegiatan konservasi ex-situ adalah cagar alam dan suaka margasatwa2.

Menurut Undang-Undang tentang ketentuan pokok pengelolaan lingkungan hidup No. 23 tahun 1997, konservasi adalah pengelolaan sumberdaya alam tak terbaharui untuk menjamin pemanfaatannya secara bijaksana dan sumberdaya alam yang terbaharui untuk menjamin kesinambungan ketersediaan dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas serta keanekaragamannya. Kegiatan konservasi meliputi tiga hal yaitu :

1. Melindungi keanekaragaman hayati (biological diversity)

1

GPASMAN2. 26 April 2008. Konservasi. http://gpasman2.wordpress.com [31 Januari 2010]

2

(23)

8

2. Mempelajari fungsi dan manfaat keanekaragaman hayati

3. Memanfaatkan keanekaragaman hayati untuk kesejahteraan umat manusia.

2.2 Pengertian Pariwisata

Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah dan pemerintah daerah (Undang-Undang No.10 tahun 2009). Menurut Direktorat Jenderal Pariwisata (2005), wisata diartikan sebagai kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik wisata.

Menurut Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, pariwisata didefinisikan sebagai segala sesuatu yang berhubungan dengan objek wisata termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait dibidang wisata. Lahirnya kegiatan pariwisata berawal dari faktor manusia dan perilaku itu sendiri. Secara periodik, manusia senantiasa membutuhkan aktifitas-aktifitas baru diluar aktifitas rutinnya yang dapat menumbuhkan kembali kesegaran dan gairah dalam hidupnya.

2.3 Pengertian Ekowisata (Wisata Alam)

Menurut The International Ecotourism Society (2002) dalam Subadra

(2007) mendefinisikan ekowisata sebagai berikut: Ecotourism is “responsible

travel to natural areas that conserves the environment and sustains the well-being of local people.” Berdasarkan definisi tersebut, ekowisata merupakan perjalanan wisata yang berbasiskan alam dimana dalam kegiatannya sangat tergantung kepada alam, sehingga lingkungan, ekosistem, dan kearifan-kearifan lokal yang ada di dalamnya harus dilestarikan keberadaannya.

Ekowisata merupakan perjalanan wisata ke suatu lingkungan baik alam yang alami maupun buatan serta budaya yang bersifat informatif dan partisipatif dengan tujuan untuk menjamin kelestarian alam dan sosial-budaya. Ekowisata menitikberatkan pada tiga hal utama yaitu keberlangsungan alam atau ekologi, memberikan manfaat ekonomi, dan secara psikologi dapat diterima dalam kehidupan sosial masyarakat. Kegiatan ekowisata secara langsung memberi akses

(24)

9 kepada semua orang untuk melihat, mengetahui, dan menikmati pengalaman alam, intelektual dan budaya masyarakat lokal (Razak, 2008).

2.4 Konsep Ekowisata (Wisata Alam)

Konsep wisata yang berbasis ekologi atau yang lebih dikenal dengan

Ekowisata (Fandeli dalam Razak, 2008), dilatarbelakangi dengan perubahan pasar global yaitu pertumbuhan ekonomi yang tinggi pada negara-negara asal wisatawan dan memiliki ekspektasi yang lebih mendalam dan lebih berkualitas dalam melakukan perjalanan wisata. Konsep wisata ini disebut wisata minat khusus (Fandeli dalam Razak, 2008). Wisatawan minat khusus umumnya memiliki intelektual yang lebih tinggi dan pemahaman serta kepekaan terhadap etika, moralitas dan nilai-nilai tertentu, sehingga bentuk wisata ini adalah

pencarian pengalaman baru (Razak, 2008). Wisatawan cenderung beralih kepada

alam dibandingkan pola-pola wisata buatan yang mereka rasakan telah jenuh dan kurang menantang.

Konsep ekowisata telah dikembangkan sejak era tahun 80-an, sebagai pencarian jawaban dari upaya meminimalkan dampak negatif untuk kelestarian keanekaragaman hayati, yang diakibatkan oleh kegiatan pariwisata. Konsep ekowisata sebenarnya bermaksud untuk menyatukan dan menyeimbangkan beberapa konflik secara objektif yaitu dengan menetapkan ketentuan dalam berwisata, melindungi sumberdaya alam dan budaya serta menghasilkan keuntungan dalam bidang ekonomi untuk masyarakat lokal (Razak, 2008).

Dampak positifnya dari kegiatan ekowisata antara lain menambah sumber penghasilan dan devisa negara, menyediakan kesempatan kerja dan usaha, mendorong perkembangan usaha-usaha baru serta diharapkan mampu meningkatkan kesadaran masyarakat maupun wisatawan tentang konservasi sumber daya alam (Dephut, 2008). Selain itu dampak sosial bagi masyarakat sekitar juga berdampak seperti yang dikemukakan Suhandi (2003), bahwa konsep ekowisata yang terdiri dari komponen pelestarian lingkungan (alam dan budaya), peningkatan partisipasi masyarakat dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi lokal, telah diperkenalkan dan dikembangkan dengan sukses di banyak negara berkembang. Pengembangan ini selalu konsisten dengan dua prinsip dasar yaitu

(25)

10 memberi keuntungan ekonomi langsung kepada masyarakat lokal serta turut andil dalam pelestarian alam.

Drumm dalam Suhandi (2003) menyatakan bahwa ada enam keuntungan

dalam implementasi kegiatan ekowisata yaitu:

1. Memberikan nilai ekonomi dalam kegiatan ekosistem di dalam lingkungan

yang dijadikan sebagai objek wisata;

2. Menghasilkan keuntungan secara langsung untuk pelestarian lingkungan;

3. Memberikan keuntungan secara langsung dan tidak langsung bagi para

stakeholders;

4. Membangun konstituensi untuk konservasi secara lokal, nasional dan

internasional;

5. Mempromosikan penggunaan sumberdaya alam yang berkelanjutan; dan

6. Mengurangi ancaman terhadap keanekaragaman hayati yang ada di objek

wisata tersebut.

2.5 Sifat atau Karakter Objek dan Daya Tarik Wisata (ODTW) Alam

Menurut Fandeli dalam Razak (2008), sifat dan karakter kepariwisataan alam terkait dengan ODTW Alam antara lain :

1. In-situ ; ODTW alam hanya dapat dinikmati secara utuh dan sempurna di

ekosistemnya. Pemindahan objek ke ex-situ akan menyebabkan terjadinya

perubahan objek dan atraksinya. Pada umumnya wisatawan kurang puas apabila tidak mendapatkan sesuatu secara utuh dan apa adanya.

2. Perishable ; suatu gejala atau proses ekosistem hanya terjadi pada waktu tertentu. Gejala atau proses alam ini berulang dalam kurun waktu tertentu, kadang siklusnya beberapa tahun bahkan ada puluhan tahun atau ratusan tahun. ODTW alam yang demikian membutuhkan pengkajian dan pencermatan secara mendalam untuk dipasarkan.

3. Non Recoverable ; suatu ekosistem alam mempunyai sifat dan perilaku pemulihan yang tidak sama. Pemulihan secara alami sangat tergantung dari faktor dalam (genotype) dan faktor luar (phenotype). Pemulihan secara alami terjadi dalam waktu panjang, bahkan ada sesuatu objek yang hampir tak terpulihkan, bila ada perubahan. Untuk mempercepat pemulihan biasanya

(26)

11 dibutuhkan tenaga dan dana yang sangat besar, apabila upaya ini berhasil tetapi tidak akan sama dengan kondisi semula.

4. Non Substitutable ; di dalam suatu daerah atau mungkin kawasan terdapat banyak objek alam, jarang sekali yang memiliki kemiripan yang sama.

2.6 Potensi ODTW Alam

Potensi Objek dan Daya Tarik Wisata Alam (ODTWA) yang dimiliki Indonesia, antara lain berupa keanekaragaman hayati, keunikan dan keaslian budaya tradisional, keindahan bentang alam, gejala alam, peninggalan sejarah atau budaya yang secara optimal untuk kesejahteraan masyarakat (Dephut, 2008). ODTW alam yang menarik salah satunya adalah keragaman tipe ekosistem hutan yang membentuk suatu tipe flora dan fauna serta bentangan alam (topografi) yang unik (Fandeli dalam Razak, 2008). Keseluruhan potensi ODTW alam yang ada merupakan sumberdaya ekonomi yang bernilai tinggi dan sekaligus merupakan media pendidikan dan pelestarian lingkungan.

2.7 Pengelolaan dan Pengembangan ODTW Alam

Azas kemanfaatan dari ODTW Alam dapat tercapai melalui pengelolaan dan pengusahaan yang benar dan terkoordinasi, baik lintas sektoral maupun swasta yang berkaitan dengan pengembangan kegiatan ekowisata, misalnya kepariwisataan, biro perjalanan, pemerintah daerah, lingkungan hidup, dan lembaga swadaya masyarakat (Dephut, 2008).

Kesuksesan pengembangan ekowisata sangat ditentukan oleh peran dari masing-masing pelaku ekowisata yaitu industri pariwisata, wisatawan, masyarakat lokal, pemerintah dan instansi non pemerintah dan akademisi. Para pelaku ekowisata mempunyai peran dan karakter tersendiri yaitu (Suhandi, 2003) :

1. Industri pariwisata yang mengoperasikan ekowisata merupakan industri pariwisata yang peduli terhadap pentingnya pelestarian alam dan keberlanjutan pariwisata dan mempromosikan serta menjual program wisata yang berhubungan dengan flora, fauna dan alam.

2. Wisatawannya merupakan wisatawan yang peduli terhadap lingkungan.

3. Masyarakat lokal dilibatkan dalam perencanaan, penerapan dan pengawasan, pembangunan dan pengevaluasian pembangunan.

(27)

12 4. Pemerintah berperan dalam pembuatan peraturan-peraturan yang mengatur

tentang pembangunan fasilitas ekowisata agar tidak terjadi eksploitasi terhadap lingkungan yang berlebihan.

5. Akademisi bertugas untuk mengkaji tentang pengertian ekowisata dan mengadakan penelitian untuk menguji apakah prinsip-prinsip yang dituangkan dalam pengertian ekowisata sudah diterapkan dalam prakteknya. Pembangunan ekowisata yang berkelanjutan dapat berhasil apabila karakter atau peran yang dimiliki oleh masing-masing pelaku ekowisata digunakan sesuai dengan perannya, bekerjasama secara holistik di antara para

stakeholders, memperdalam pengertian dan kesadaran terhadap pelestarian alam dan menjamin keberlanjutan kegiatan ekowisata tersebut.

Dalam pengelolaan ODTW alam, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kesuksesan pengelolaannya diantaranya finansial, pemasaran produk serta aspek koordinasi. Razak (2008) menyebutkan faktor utama yang menjadi persoalan dalam pengembangan objek dan daya tarik wisata pada umumnya terkendala pada aspek finansial. Biasanya investor bersedia menginvestasikan modalnya untuk pengembangan objek dan daya tarik wisata yang mempunyai potensi untuk dikembangkan.

Tantangan yang umum dihadapi dalam bidang ekowisata antara lain: pertama, soal pemasaran yang tentunya terkait dengan jejaring atau kemitraan dengan pelaku wisata lain; kedua, kualitas SDM dalam pengelolaan kegiatan ekowisata di tingkat desa atau akar rumput (grassroot); ketiga, yang tak kalah penting adalah menjaga keselarasan antara misi peningkatan taraf sosial-ekonomi masyarakat lokal dengan pelestarian sumberdaya hayati, (Santoso, 2003). Sementara itu, Dephut (2008) menambahkan bahwa kendala dalam pengembangan ODTW alam berkaitan dengan Instrumen kebijaksanaan dalam pemanfaatan dan pengembangan fungsi kawasan untuk mendukung potensi ODTW alam. Efektifitas fungsi dan peran ODTW alam ditinjau dari aspek koordinasi instansi terkait, kapasitas institusi dan kemampuan SDM dalam pengelolaan ODTW alam di kawasan hutan, serta mekanisme peran serta masyarakat dalam pengembangan pariwisata alam. Strategi pengembangan ODTW alam meliputi pengembangan (Dephut, 2008):

(28)

13 1. Aspek perencanaan pembangunan ODTW alam yang antara lain mencakup

sistem perencanaan kawasan, penataan ruang (tata ruang wilayah), standarisasi, identifikasi potensi, koordinasi lintas sektoral, pendanaan dan sistem informasi ODTW alam.

2. Aspek kelembagaan meliputi pemanfaatan dan peningkatan kapasitas institusi, sebagai mekanisme yang dapat mengatur berbagai kepentingan, secara operasional merupakan organisasi dengan SDM dan PP yang sesuai dan memiliki efisiensi tinggi.

3. Aspek sarana dan prasarana yang memiliki dua sisi kepentingan, yaitu (1) alat memenuhi kebutuhan pariwisata alam, (2) sebagai pengendalian dalam rangka memelihara keseimbangan lingkungan, pembangunan sarana dan prasarana dapat meningkatkan daya dukung sehingga upaya pemanfaatan dapat dilakukan secara optimal.

4. Aspek pengelolaan, yaitu dengan mengembangkan profesionalisme dan pola pengelolaan ODTWA yang siap mendukung kegiatan pariwisata alam dan mampu memanfaatkan potensi ODTWA secara lestari.

5. Aspek pengusahaan yang memberi kesempatan dan mengatur pemanfaatan ODTWA untuk tujuan pariwisata yang bersifat komersial kepada pihak ketiga dan membuka lapangan kerja bagi masyarakat setempat.

6. Aspek pemasaran dengan mempergunakan teknologi tinggi dan bekerja sama dengan berbagai pihak baik dalam negeri maupun luar negeri.

7. Aspek peran serta masyarakat melalui kesempatan-kesempatan usaha sehingga ikut membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

8. Aspek penelitian dan pengembangan yang meliputi aspek fisik lingkungan, dan sosial ekonomi dari ODTWA. Diharapkan nantinya mampu menyediakan informasi bagi pengembangan dan pembangunan kawasan, kebijaksanaan dan arahan pemanfaatan ODTWA.

Pengelolaan ODTW alam dengan sifat dan karakteristik yang khas dan cukup rentan terhadap perubahan, maka didalam pengelolaannya harus sangat dipertimbangkan aspek lingkungan, disamping sarana pendukung. Kemasan ODTW yang hendaknya diciptakan adalah perpaduan kondisi alami dan teknologi sebagai sarana pendukung untuk pelestarian kondisi alami tersebut.

(29)

14 Suhandi (2003) menyatakan pengembangan ekowisata juga tidak bisa terlepas dari dampak-dampak negatif seperti tertekannya ekosistem yang ada di objek ekowisata apabila dikunjungi wisatawan dalam jumlah yang banyak dan konflik kepentingan antara pengelola atau operator ekowisata dengan masyarakat lokal terutama mengenai pembagian keuntungan dan aksesbilitas. Untuk mengantisipasi dampak negatif dari pengembangan wisata, perlu pendekatan daya dukung dalam pengelolaan ekowisata sesuai dengan batas-batas kewajaran.

2.8 Hasil Penelitian Terdahulu

Pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi studi literatur juga dilakukan untuk mempelajari dan memperoleh informasi dari penelitian-penelitian terdahulu yang relevan dengan judul skripsi yaitu tentang strategi pengembangan.

Simanullang (2004) dalam penelitian yang berjudul “Strategi Pengembangan Pariwisata di Objek Wisata Danau Toba” menyatakan bahwa investasi merupakan suatu tindak lanjut dari potensi yang ada di sekitar lingkungan Danau Toba. Keinginan berinvestasi pada pembangunan industri kepariwisataan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti sumberdaya alam, sumberdaya manusia, kondisi infrastruktur, aksesbilitas, sarana telekomunikasi, peluang usaha dan aspek pemasaran. Dalam hasil penelitiannya didapatkan tiga alternatif strategi pengembangan yaitu : 1) mempertahankan persepsi dan apresiasi wisatawan tentang keindahan dan kenyamanan terhadap objek wisata dengan pengembangan potensi objek wisata yang didukung oleh pemerintah, LSM, dan masyarakat; 2) meningkatkan koordinasi antar pemerintah untuk mempermudah izin usaha; 3) meningkatkan keamanan untuk memberikan kenyamanan berwisata melalui koordinasi antara pemerintah, LSM dan masyarakat.

Apul (2008) dalam penelitian yang berjudul “Strategi Pengembangan Pariwisata di Kabupaten Manggarai Barat Flores Nusa Tenggara Timur” menghasilkan sepuluh strategi pengembangan yaitu : 1) melakukan pengembangan wisata budaya, bahari (ekowisata) dan pertanian (agrowisata); 2) melakukan upaya mengurangi jarak tempuh wisatawan ke objek-objek wisata yang ada; 3) meningkatkan promosi wisata; 4) pengadaan layanan internet dan

money changer; 5) meningkatkan kualitas SDM Diparbud Kabupaten Manggarai

(30)

15 7) membuat peta wisata; 8) meningkatkan hubungan kerjasama dengan lembaga non pemerintah dalam mengontrol tingkah laku para wisatawan yang datang ke Manggarai Barat; 9) pemberdayaan masyarakat lokal terutama di sekitar objek wisata; 10) penerimaan tenaga ahli dari luar daerah secara proporsional. Strategi yang tepat untuk diterapkan dalam pengembangan yaitu melakukan pengembangan wisata budaya, bahari (ekowisata) dan pertanian (agrowisata) dengan nilai TAS 3,85 yang artinya strategi ini memiliki ketertarikan yang tinggi dengan faktor internal dan eksternal yang ada.

Kurniadi (2009) dalam penelitian yang berjudul “Analisis Strategi Pengembangan Kawasan Ekowisata Ciwidey di Perum Perhutani Unit III – Bandung” menghasilkan 41 faktor yang memiliki pengaruh terhadap pengembangan ekowisata Ciwidey. Berdasarkan hasil diskusi (FGD) maka disepakati bahwa faktor - faktor penting yang berpengaruh terhadap kawasan tersebut meliputi sejumlah faktor eksternal (tingkat aksesbilitas objek wisata, komitmen atau kebijakan Pemda dalam pengembangan ekowisata, persepsi masyarakat terhadap pengelolaan ekowisata lestari, layanan lembaga sejenis, daya tarik pengunjung terhadap objek wisata, isu penegakan hukum terhadap pelanggaran, kerjasama investor, dukungan multipihak dan tingkat pendidikan masyarakat) dan 10 faktor internal (kapabilitas SDM, dukungan kebijakan dan penganggaran, potensi ODTW, sistem insentif yang diberlakukan, model pengelolaan yang dikembangkan, pemasaran oleh perusahaan, sarana, fasilitas pendukung dan tarif harga, jenis paket wisata, peraturan dan sistem administrasi serta kemampuan Perhutani dalam pengembangan jejaring).

Berdasarkan hasil analisis pembobotan paired comparison factor

aksesbilitas objek wisata, potensi ODTW dan kerjasama investor memiliki bobot sebesar 0,128 menjadi peluang utama mendukung prospek pengembangan

kawasan. Faktor kapabilitas SDM, penerapan sistem reward berbasis kinerja

menjadi kekuatan yang sangat berpengaruh dalam pengembangan ekowisata. Faktor dukungan kebijakan yang kuat namun belum didukung oleh penganggaran menjadi kelemahan yang cukup berpengaruh. Kemampuan pemasaran perusahaan yang belum optimal cukup berpengaruh dalam pencapaian tujuan.

(31)

16 Hasil analisis faktor eksternal terhadap peluang dan kendala atau tantangan perusahaan (KBM - WBU Perum Perhutani cq DM 2 Ciwidey) masih memiliki kemampuan respon yang relatif cukup baik. Adapun hasil analisis faktor internal, diperoleh gambaran kondisi internal Perum Perhutani c.q. Pengelola Kawasan Ciwidey masih dinilai cukup lemah. Perum Perhutani belum mengoptimalkan kekuatan yang ada untuk mengatasi kelemahan yang dimilikinya dalam mengembangkan kawasan ekowista. Oleh karena itu, perlu upaya pengembangan nilai tambah melalui pengembangan model pengelolaan yang berkelanjutan dan lestari.

Hasil analisis BCG, Patuha Resort berada pada posisi Question Mark.

Strategi penetrasi pada unit bisnis Patuha Resort dapat dilakukan dengan mengintensifkan pemasaran pada pasar yang ada. Investasi diperlukan untuk meningkatkan pertumbuhan bisnis, dan menghadapi pesaing dengan meningkatkan produktivitas usahanya. Strategi pengembangan produk umumnya cocok dilakukan dengan menggali minat dan perilaku pengunjung terhadap objek daya tarik wisata.

Gambaran posisi masing - masing unit bisnis sebagai berikut: Unit Bisnis WW Cimanggu dan Ranca Upas berada pada posisi di kuadran IV (Dogs) posisi ini memiliki pangsa pasar relatif rendah dan bersaing pada rata - rata pertumbuhan industri yang lemah. Hambatan utama pasar disebabkan karena adanya kendala dari kegiatan militer yang sulit dikendalikan. Hasil analisis Matrik EI dinyatakan secara keseluruhan, posisi unit bisnis wisata Kluster Ciwidey ini berada pada posisi sel V. Masing - masing unit bisnis (WW Kawah Putih, TWA Cimanggu dan WW Ranca Upas) rata-rata berada pada posisi sel V. Posisi tersebut menurut David (2005) baik dikendalikan melalui pertahankan dan pelihara. Upaya yang dilakukan adalah strategi penetrasi pasar dengan mengintensifkan kegiatan promosi dan pemasaran produk atau paket program yang sudah ada agar dicapai peningkatan jumlah pengunjung. Pengembangan bisnis wisata ini harus menghindari pembangunan kawasan yang bersifat merusak. Strategi pengembangan pasar dapat dipertimbangkan pada Patuha Resort yang berada di sel IV (posisi grow dan build). Berdasarkan hasil SWOT dan analisa prioritas melalui analisis QSPM dihasilkan beberapa alternatif strategi. Prioritas I adalah

(32)

17 mengembangkan pemasaran yang inovatif. Prioritas II adalah pengembangan sarana-prasarana pendukung wisata yang efektif, mengembangkan kerjasama dengan para investor untuk pembangunan kawasan ekowisata inovatif dan ramah lingkungan, mengembangkan paket program wisata berbasis komunitas peminat ekowisata. Prioritas strategi III adalah mengembangkan jejaring, membangun keterlibatan masyarakat dalam usaha ekowisata secara efisien dan efektif. Strategi prioritas IV adalah mengembangkan produk yang fokus terhadap karakteristik spesifik potensi daya dukung ekowisata dan mengembangkan paket - paket wisata yang menjual kekhasan wilayahnya.

Berdasarkan penelitian terdahulu, dapat disimpulkan bahwa dalam mengembangkan sebuah objek wisata harus memperhatikan aspek pengembangan sumberdaya manusia, sumberdaya alam, promosi, dukungan sarana dan kelembagaan. Kegiatan investasi juga diperlukan dalam pengembangan wisata yaitu untuk meningkatkan pertumbuhan bisnis dan menghadapi pesaing dengan meningkatkan produktivitas usahanya. Selain itu, pengembangan bisnis wisata harus menghindari pembangunan kawasan yang bersifat merusak.

Pada penelitian ini terdapat persamaan dan perbedaan dengan penelitian terdahulu. Persamaannya adalah mengkaji tentang strategi pengembangan objek wisata dan perbedaannya adalah objek wisata dan lokasi penelitian. Objek wisata yang diteliti adalah wisata alam di kawasan konservasi dan lokasi penelitian di Kebun Raya Bogor dengan menggunakan matriks SWOT. Selama ini penelitian tentang strategi pengembangan pada objek wisata alam di kawasan konservasi relatif sedikit, lebih banyak tentang tingkat kepuasan pengunjung terhadap objek wisata alam.

(33)

III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

Kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian ini membahas tentang : konsep strategi, manajemen strategi, analisis faktor internal dan eksternal serta analisis SWOT.

3.1.1 Konsep Strategi

Strategi berasal dari bahasa Yunani yaitu “ strategos” yang berasal dari kata “stratus” yang berarti militer dan “ag” yang berarti memimpin. Menurut Umar (2008) strategi merupakan suatu alat untuk mencapai tujuan tertentu, karena mempunyai dasar-dasar atau skema.

Strategi adalah tujuan jangka panjang dari suatu perusahaan, serta rumusan pada pendayagunaan dan semua alokasi sumberdaya yang penting untuk mencapai tujuan tersebut (Rangkuti, 2005). Sedangkan menurut David (2006) bahwa strategi merupakan tindakan potensial yang membutuhkan keputusan manajemen tingkat atas dan sumberdaya perusahaan dalam jumlah yang besar.

Strategi perusahaan berdasarkan tingkatan tugas dapat diklasifikasikan

menjadi strategi generik (generic strategy) yang akan dikembangkan menjadi

strategi utama atau induk (grand strategy). Strategi induk sendiri akan

dikembangkan menjadi strategi fungsional. Strategi generik dan strategi utama dapat dilihat pada Gambar 1. Menurut David (2006) strategi generik dan strategi utama dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Strategi Integrasi (Integration Strategy)

Strategi ini digunakan oleh perusahaan untuk melakukan pengawasan yang lebih terhadap distributor, pemasok dan para pesaing. Strategi yang dapat dilakukan perusahaan misalnya dengan melakukan merger, akuisisi atau pengambilalihan suatu perusahaan. Strategi integrasi yang dapat diterapkan oleh suatu perusahaan dibedakan sebagai berikut :

a. Integrasi ke depan

Strategi integrasi ini dapat diterapkan, misalnya dengan melakukan akuisisi kepemilikan atau peningkatan kontrol atas distributor dan pedagang pengecer. Hal ini dapat dilakukan jika perusahaan mendapatkan banyak masalah

(34)

19 dengan pendistribusian terhadap barang dan jasa yang dihasilkan, sehingga dapat mengganggu stabilitas produksi.

b. Integrasi ke belakang

Strategi integrasi ini dapat diterapkan, misalnya dengan melakukan peningkatan pengawasan terhadap bahan baku. Strategi tersebut dimaksudkan apabila para pemasok dinilai sudah tidak lagi menguntungkan perusahaan, seperti mengalami keterlambatan dalam pengadaan bahan baku, kualitas bahan baku yang menurun dan peningkatan biaya sehingga tidak dapat diandalkan.

c. Integrasi horizontal

Strategi integrasi ini dapat diterapkan, misalnya dengan melakukan pencarian kepemilikan, peningkatan kontrol dan pesaing perusahaan. Strategi tersebut dimaksudkan supaya perusahaan meningkatkan pengawasan terhadap para pesaing perusahaan, walaupun harus dengan memilikinya. Tujuan dari strategi ini adalah untuk mendapatkan kepemilikan dan meningkatkan pengendalian para pesaing.

2. Strategi Intensif (Intensive Strategy)

Strategi ini memerlukan usaha-usaha yang intensif untuk meningkatkan posisi persaingan perusahaan melalui produk yang dihasilkan. Strategi intensif yang dapat diterapkan oleh suatu perusahaan dapat dibedakan sebagai berikut : a. Penetrasi pasar

Strategi ini berusaha meningkatkan pangsa pasar untuk produk yang dihasilkan melalui kegiatan pemasaran yang lebih besar. Hal ini dapat dilakukan jika pasar belum jenuh, pangsa pasar pesaing menurun, korelasi antara biaya pemasaran dan penjualan, serta kemampuan untuk bersaing yang meningkat.

b. Pengembangan pasar

Strategi ini melibatkan pengenalan produk yang dihasilkan ke area geografi yang baru. Tujuan strategi ini adalah untuk memperbesar pasar yang telah diperoleh. Hal ini dapat dilakukan jika perusahaan memiliki jaringan distribusi, terjadi kelebihan kapasitas produksi, menginginkan laba yang sesuai serta adanya pasar yang baru atau mengalami kejenuhan pasar.

(35)

20

c. Pengembangan produk

Strategi ini dapat dilakukan untuk mencari peningkatan penjualan dengan memperbaiki atau memodifikasi produk yang dihasilkan. Hal ini dapat dilakukan jika produk sudah mengalami kejenuhan, pesaing menawarkan produk sejenis yang lebih baik dan lebih murah, memiliki kemampuan untuk mengembangkan produk dan berada pada industri yang sedang tumbuh.

3. Strategi Diversifikasi (Diversification Strategy)

Strategi ini digunakan untuk menambah produk-produk baru. Strategi diversifikasi yang dapat diterapkan oleh suatu perusahaan dibedakan sebagai berikut :

a. Diversifikasi konsentrik

Tujuan dari strategi ini adalah untuk menambah produk baru yang berhubungan untuk pasar yang sama. Hal ini dapat dilakukan jika bersaing pada industri yang mengalami pertumbuhan yang lambat.

b. Diversifikasi horizontal

Tujuan dari strategi ini adalah untuk menambah produk baru yang tidak berhubungan untuk memuaskan pelanggan yang sama. Hal ini dapat dilakukan jika produk baru dapat mendukung produk lama, persaingan yang ketat pada produk lama, kelancaran distribusi produk baru kepada pelanggan dan pada tingkat yang lebih dalam yaitu musim penjualan dari kedua produk relatif berbeda.

c. Diversifikasi konglomerat

Strategi ini dapat dilakukan dengan menambah produk baru yang dihasilkan, tetapi tidak berkaitan untuk pasar yang berbeda. Hal ini dapat dilakukan jika industri di sektor ini telah mengalami kejenuhan, ada peluang untuk memiliki bisnis yang tidak berkaitan untuk berkembang baik serta memiliki sumberdaya untuk memasuki industri tersebut.

4. Strategi Bertahan (Defensive Strategy)

Strategi ini digunakan untuk melakukan tindakan-tindakan penyelamatan supaya terhindar dari kerugian yang lebih besar. Strategi bertahan yang dapat diterapkan oleh suatu perusahaan dibedakan sebagai berikut :

(36)

21 a. Retrenchment

Retrenchment dapat dilakukan ketika terjadi perusahaan mengelompokkan ulang melalui pengurangan aset dan biaya untuk membalikkan penurunan penjualan dan laba. Strategi ini dapat dilakukan dengan melalui reduksi biaya dan

aset perusahaan. Menjual satu divisi atau bagian dari perusahaan (divestiture

strategy) merupakan bagian dari retrenchment strategy untuk mengganti aktivitas perusahaan yang sudah tidak menguntungkan dengan aktivitas perusahaan lainnya.

b. Joint venture

Joint venture dapat dilakukan ketika terjadi dua atau lebih perusahaan membentuk suatu perusahaan temporer atau konsorsium untuk tujuan kapitalisasi modal. Strategi ini sering digunakan dalam rangka penambahan modal dari suatu rencana investasi atau untuk menindaklanjuti strategi akuisisi yang telah diputuskan untuk proses selanjutnya.

c. Liquidation

Liquidation dapat dilakukan ketika terjadi perusahaan menjual seluruh aset yang dapat dihitung nilainya. Strategi ini dapat dilakukan jika perusahaan sudah tidak dapat dipertahankan keberadaannya, misalnya dengan menjual harta atau asset perusahaan, sehingga para pemegang saham dapat memperkecil kerugian.

Strategi Generik Strategi Utama

Strategi Integrasi (Integration Strategy) - Integrasi ke depan - Integrasi ke belakang - Integrasi horizontal Strategi Intensif (Intensive Strategy) - Penetrasi pasar - Pengembangan pasar - Pengembangan produk Strategi Diversifikasi (Diversification Strategy) - Diversifikasi konsentrik - Diversifikasi horizontal - Diversifikasi konglomerat Strategi Bertahan (Defensive Srategy) - Retrenchment - Joint venture - Liquidation Gambar 1. Strategi Generik dan Strategi Utama

(37)

22

3.1.2 Manajemen Strategi

Manajemen strategi merupakan suatu proses yang terdiri dari merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan dan mengendalikan hal-hal strategis. Menurut Hunger dan Wheelen (2003) manajemen strategi adalah serangkaian keputusan dan tindakan manajerial yang menentukan kinerja perusahaan dalam jangka panjang. Manajemen strategi adalah seni dan ilmu untuk pembuatan (formulating), penerapan (implementing) dan evaluasi (evaluating) keputusan–keputusan strategis antar fungsi yang memungkinkan sebuah perusahaan mencapai tujuan di masa yang akan datang (Umar, 2001). Menurut David (2006) model proses manajemen strategi meliputi formulasi strategi, implementasi strategi dan evaluasi strategi. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 2. Tiga tahap dalam model proses manajemen strategi sebagai berikut :

1. Formulasi strategi

Formulasi strategi adalah pengembangan rencana jangka panjang untuk manajemen efektif yang berasal dari lingkungan internal dan eksternal perusahaan. Tahap ini dapat meliputi mengembangkan visi dan misi, menetapkan kekuatan dan kelemahan perusahaan, mengenali peluang dan ancaman perusahaan, menetapkan tujuan jangka panjang, merumuskan, mengevaluasi dan memilih strategi.

2. Implementasi strategi

Implementasi strategi adalah suatu tahap dimana manajemen mewujudkan strategi dan kebijakannya dalam kegiatan perusahaan melalui program, anggaran dan prosedur perusahaan. Oleh karena itu, implementasi strategi sering disebut sebagai suatu tahap pelaksanaan dalam manajemen strategis. Hal ini mensyaratkan perusahaan untuk membuat kebijakan, memotivasi karyawan dan mengalokasikan sumberdaya yang dimiliki, sehingga strategi yang dirumuskan dapat dilaksanakan dengan baik. Implementasi strategi termasuk mengembangkan budaya yang mendukung strategi, menciptakan struktur organisasi yang tepat, mengarahkan usaha pemasaran, menyiapkan anggaran, mengembangkan dan memberdayakan sistem informasi, serta menghubungkan kinerja karyawan dengan hasil yang dicapai oleh perusahaan.

(38)

3. Evaluasi strategi

Evaluasi strategi merupakan tahap akhir dalam proses manajemen strategi. Tahap ini dilakukan untuk mengetahui apakah suatu strategi dapat berfungsi dengan baik dalam mencapai tujuan perusahaan. Tiga macam aktivitas yang mendasar untuk mengevaluasi strategi yaitu meninjau faktor-faktor internal dan eksternal perusahaan yang menjadi dasar dalam strategi sekarang, mengukur prestasi dan mengambil tindakan perbaikan (korektif).

23

Formulasi Implementasi Evaluasi

Strategi Strategi Strategi

Gambar 2. Model Proses Manajemen Strategi

Sumber : David (2006)

Menurut David (2006) formulasi strategi terdiri dari tiga tahap yaitu tahap input, tahap pencocokkan dan tahap keputusan. Akan tetapi di dalam penelitian ini hanya dua tahapan saja yang digunakan yaitu tahap input dan tahap pencocokan. Hal tersebut untuk menghindari bias hasil penelitian karena untuk pengisian matriks IFE, EFE, IE dan QSPM dilakukan oleh pihak KRB yaitu Kepala Bidang

Konservasi ex-situ, Kepala Bagian Tata Usaha dan Koordinator Jabatan

Fungsional, dimana sudut pandang pihak KRB lebih menitikberatkan fungsi KRB

Melakukan Audit Eksternal

Mengembangkan Pernyataan Visi dan Misi

Melakukan Audit Internal Menetapkan Tujuan Jangka Panjang Merumuskan, Mengevaluasi dan Memilih Strategi Implementasi Strategi-Isu Manajemen Implementasi Strategi-Isu Pemasaran, Keuangan, Akuntansi, Penelitian dan Pengembangan, serta Sistem Informasi Manajemen Mengukur dan Mengevaluasi Kinerja

(39)

24 sebagai kawasan konservasi. Akan tetapi, didalam visinya dinyatakan bahwa KRB digunakan untuk pariwisata. Penjelasan dari kedua tahap tersebut sebagai berikut : 1. Tahap Input (Input Stage)

Tahap ini mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal. Faktor-faktor lingkungan internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam suatu perusahaan, yang terdiri dari kekuatan dan kelemahan perusahaan. Adapun faktor-faktor lingkungan eksternal adalah faktor-faktor yang berasal dari luar suatu perusahaan, yang terdiri dari peluang dan ancaman perusahaan.

2. Tahap Pencocokkan (Matching Stage)

Faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal yang telah diperoleh,

kemudian dilakukan pencocokkan dengan menggunakan matriks Strengths,

Weaknesses, Opportunities and Threats (SWOT). Matriks SWOT digunakan untuk mengidentifikasi dari faktor-faktor internal dan eksternal perusahaan untuk menetapkan strategi yang sesuai diantara berbagai alternatif strategi yang ada.

3.1.3 Analisis Faktor Lingkungan Internal

Menurut David (2006), semua perusahaan memiliki kekuatan dan kelemahan dalam area fungsional bisnis. Lingkungan internal merupakan kondisi yang ada didalam suatu perusahaan dengan memantau pelaku-pelaku dalam lingkungan internal yang dapat mempengaruhi kinerja perusahaan agar mencapai tujuan perusahaan. Setiap unit usaha perlu memiliki keahlian yang dibutuhkan untuk berhasil memanfaatkan dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan secara periodik. Kekuatan adalah kemampuan atau keunggulan yang dimiliki oleh perusahaan dibandingkan dengan pesaingnya. Kelemahan adalah keterbatasan atau kekurangan perusahaan dalam sumberdaya, keterampilan, dan kapabilitas yang secara serius menghambat kinerja efektif perusahaan.

Proses lingkungan internal memberikan lebih banyak peluang untuk pihak yang berpatisipasi guna memahami bagaimana pekerjaan, departemen, dan divisi mereka merupakan bagian dari perusahaan secara keseluruhan. Hal ini merupakan manfaat yang besar karena manajer dan karyawan bekerja dengan lebih baik ketika mereka mengerti bagaimana pekerjaan mereka mempengaruhi aktivitas dan area lain didalam perusahaan. Aspek-aspek internal perusahaan pada umumnya

(40)

25 terbagi dalam beberapa bagian yaitu manajemen, keuangan, produksi dan operasi, penelitian dan pengembangan, dan pemasaran.

1. Manajemen

Fungsi manajemen bertujuan untuk memperbaiki kinerja suatu perusahaan dalam memperbaiki kualitas keputusan yang terdiri atas lima aktivitas dasar diantaranya adalah perencanaan, pengorganisasian, pemberi motivasi, pengelolaan staf, dan pengendalian. Perencanaan terdiri dari semua akitivitas manajerial yang berkaitan dengan persiapan menghadapi masa depan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Pengorganisasian bertujuan untuk mencapai usaha yang terkoordinasi dengan menetapkan tugas dan hubungan wewenang. Pemberi motivasi adalah suatu proses mempengaruhi orang untuk mencapai sasaran. Fungsi pengelolaan staf dapat disebut sebagai manajemen personalia atau manajemen sumberdaya manusia. Fungsi pengendalian manajemen termasuk semua aktivitas yang dilakukan untuk memastikan bahwa operasi yang terjadi sesuai dengan yang direncanakan.

2. Keuangan

Kondisi keuangan sering dianggap sebagai satu ukuran terbaik untuk posisi kompetitif dan daya tarik keseluruhan suatu perusahaan. Menentukan kekuatan dan kelemahan suatu organisasi merupakan hal yang penting untuk merumuskan strategi yang efektif. Fungsi keuangan terdiri atas tiga keputusan, yaitu keputusan investasi sebagai alokasi dan realisasi modal, keputusan pendanaan (pembiayaan) sebagai penentu struktur modal terbaik bagi perusahaan, dan keputusan dividen sebagai penentu jumlah dana yang akan ditahan dalam perusahaan dibandingkan dengan jumlah yang dibayarkan kepada pemegang saham.

3. Produksi dan operasi

Fungsi produksi dan operasi dari suatu bisnis terdiri atas semua aktivitas yang mengubah input menjadi barang dan jasa. Manajemen produksi berhubungan dengan input, transformasi, dan output yang bervariasi antar industri dan pasar. Manajemen produksi dan operasi terdiri atas beberapa fungsi yaitu proses, kapasitas, persediaan, tenaga kerja dan kualitas.

(41)

26

4. Pemasaran

Pemasaran dapat digambarkan sebagai proses mendefinisikan, mengantisipasi, menciptakan, serta memenuhi kebutuhan pelanggan atas barang dan jasa. Pemasaran bertujuan untuk mengetahui kondisi pasar dengan baik, sehingga produk dan jasa yang dipasarkan sesuai dengan keinginan konsumen yang dituju.

5. Penelitian dan pengembangan

Penelitian dan pengembangan bertujuan untuk mengembangkan produk melalui penelitian sehingga dapat menarik konsumen untuk memperbaiki mutu produk. Banyak perusahaan saat ini tidak menjalankan penelitian dan pengembangan, akan tetapi banyak juga perusahaan yang mengandalkan aktivitas penelitian dan pengembangan untuk bertahan hidup. Perusahaan yang menjalankan strategi pengembangan produk khususnya harus memiliki orientasi penelitian dan pengembangan yang kuat.

3.1.4 Analisis Faktor Lingkungan Eksternal

Lingkungan eksternal merupakan kondisi diluar perusahaan yang bersifat dinamis dan tidak dapat dikendalikan. Suatu perusahaan harus memiliki sistem intelijen pemasaran untuk mengikuti kecenderungan dan perkembangan penting yang terjadi dengan mengidentifikasi peluang dan ancaman yang terkait. Lingkungan eksternal mengungkapkan peluang dan ancaman utama yang dihadapi perusahaan sehingga perusahaan dapat memformulasi strategi untuk mengambil keuntungan dari peluang dan menghindari atau mengurangi dampak dari ancaman.

Tujuan utama pengamatan lingkungan eksternal adalah untuk mengembangkan daftar yang terbatas tentang peluang yang dapat memberi manfaat dan ancaman yang harus dihindari. Peluang pemasaran adalah wilayah kebutuhan pembeli dimana perusahaan dapat beroperasi secara menguntungkan (Kotler, 2005). Lingkungan eksternal selain memberikan peluang bagi perusahaan juga dapat menjadi ancaman bagi perusahaan. Ancaman lingkungan adalah tantangan akibat dari trend atau perkembangan yang tidak menguntungkan dengan memburuknya penjualan dan laba jika tidak dilakukan tindakan pemasaran

(42)

27 bertahan. Menurut David (2006), kekuatan eksternal dapat dibedakan menjadi lima kategori besar yaitu :

1. Kekuatan ekonomi

Faktor ekonomi mempunyai dampak langsung pada daya tarik potensial dari suatu perusahaan. Kondisi ekonomi yang baik akan berdampak baik bagi suatu usaha, begitu juga sebaliknya. Suatu negara hendaknya dapat membantu dengan mempertahankan dan meningkatkan kondisi perekonomian negara guna membantu masyarakat dalam menjalankan bisnis. Dampak yang dihasilkan dari kondisi ekonomi dapat terjadi apabila suku bunga, inflasi, harga-harga produk, produktivitas, dan tenaga kerja. Sebagai pemasar yang harus diperhatikan adalah penghasilan dan pola pembelanjaan konsumen.

2. Kekuatan sosial, budaya, demografi, dan lingkungan

Perubahan sosial, budaya, demografi dan lingkungan memiliki pengaruh besar terhadap hampir semua produk, jasa, pasar, dan pelanggan. Suatu organisasi kecil dan besar yang berorientasi laba dan nirlaba dalam semua industri telah dikejutkan dan ditantang oleh peluang dan ancaman yang berasal dari perubahan variabel sosial, budaya, demografi, dan lingkungan. Variabel demografi dan lingkungan dalam pemasaran dapat dilihat dari ukuran dan tingkat pertumbuhan populasi di kota, wilayah dan negara yang berbeda, distribusi umur, bauran etnis, level pendidikan, pola rumah tangga, karakteristik, dan pergerakan regional. Sosial dan budaya dapat mempengaruhi masyarakat membentuk keyakinan, nilai dan norma.

3. Kekuatan politik, pemerintah, dan hukum

Pemerintahan dalam suatu negara adalah pembuat peraturan utama, pemberi subsidi, dan pelanggan organisasi. Sejumlah keputusan pemasaran sangat dipengaruhi oleh perkembangan lingkungan politik dan hukum. Lingkungan itu dibentuk oleh hukum, badan pemerintah, dan kelompok penekan yang mempengaruhi dan membatasi beragam organisasi dan individu. Walaupun kadang-kadang peraturan hukum dapat menciptakan peluang baru bagi dunia bisnis.

Gambar

Tabel 1. Statistik  Kunjungan  Wisatawan  Mancanegara  di  Indonesia                Tahun 2001-2008
Tabel 2. Statistik Kunjungan Wisatawan Nusantara Tahun 2003-2008
Tabel 4.  Jumlah  Kunjungan  Wisatawan  ke  Kebun  Raya  Bogor                            Tahun 2004 – 2008
Gambar 2. Model Proses Manajemen Strategi
+7

Referensi

Dokumen terkait

dilakukan dengan menyusun peringkat nilai total dari NUN dengan bobot 40% dan Nilai Tes Potensi Akademik dengan bobot 60%. 2) Calon peserta didik baru SMPN dari Luar

Medan magnet dari masing-masing atom dalam bahan ferromagnetik sangat kuat, sehingga interaksi diantara atom-atom tetangganya menyebabkan sebagian besar atom akan mensejajarkan

[r]

Judul skripsi : Penggunaan Media Benda Manipulatif Untuk Meningkatkan Hasil belajar Matematika Materi Penjumlahan Bilangan Pecahan (PTK Pada Siswa Kelas IV SD

Disini peran dari pemerintah juga dituntut untuk sigap dalam memberikan pembinaan bahkan sanksi yang tegas tanpa sikap diskriminasi terhadap rumah sakit yang diduga

Sesuai dengan siklusnya, setelah selesai pelaksanaan tahun anggaran 2018, Kecamatan Randuagung menyusun LKjIP Tahun 2018 yang merupakan laporan kinerja tahunan yang

Selanjutnya Kidder (dalam Soegikono, 2008), menyatakan bahwa variabel adalah suatu kualitas dimana peneliti mempelajari dan menarik kesimpulan darinya. Dari sini dapat

Dan makna yang terkandung dalam tari Mapak ini adalah sebagai rasa hormat dan bahagia atas kedatangan tamu – tamu besar yang berkunjung ke Kabupaten Empat Lawang dan