BAB III
KERANGKA PENELITIAN
3.1 Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pola
asuh orang tua terhadap perkembangan sosial remaja di SMK Bistek Palembang.Penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel independen dan variabel dependen.Variabel independen, yaitu pola asuh orang tua dan
variabel dependen, yaitu perkembangan sosial remaja. Kedua variabel ini akan diteliti secara korelasi untuk mengetahui hubungan dari kedua variabel tersebut. Variabel Independen Variabel Dependen
Faktor-faktor yang mempengaruhi antara lain :
- Lingkungan keluarga - Lingkungan masyarakat - Lingkungan sekolah
: Diteliti
: Tidak diteliti
: Berpengaruh
Skema 3.1 Kerangka konsep hubungan pola asuh orang tua terhadap perkembangan sosial remaja.
Pola Asuh Orang Tua :
- kuatnya pengaruh
kelompok teman sebaya - perubahan dalam
perilaku sosial
- pengelompokan sosial baru
- nilai baru dalam memilih teman
- nilai baru dalam penerimaan sosial - nilai baru dalam memilih
3.2 Definisi Operasional 3.2.1 Variabel Independen
Variabel independen dari penelitian ini adalah tipe pola asuh orang tua, meliputi pola asuh otoriter, demokratis, dan permisif.
Tabel 3.2.1 Definisi Operasional Variabel Independen
Variabel Definisi Operasional
Pola asuh otoriter adalah pola asuh yang diterapkan oleh orang tua remaja di SMK Bistek Palembang yang menekankan pada pengawasan orang tua atau kontrol yang pola asuh yang diterapkan oleh orang tua remaja di SMK Bistek Palembang yang bercirikan adanya hak dan kewajiban orang tua dan anak
c. Permisif
adalah sama. Anak dilatih untuk yang positif, dan pemberian pertanyaan.
d. Campuran Pola asuh
campuran adalah pola asuh yang diterapkan oleh orang tua remaja di SMK Bistek Palembang yang bercirikan orang tua tidak konsisten dalam mengasuh anak mereka dimana orang tua menerapkan pola asuh antara tipe demokratis, otoriter, dan permisif, orang tua tidak selamanya memberikan alternatif seperti halnya pola asuh demokratis, akan tetapi juga tidak selamanya melarang seperti halnya orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter dan juga tidak secara terus menerus
membiarkan anak seperti pada penerapan pola asuh permisif
3.2.2 Variabel Dependen
Variabel dependen dari penelitian ini adalah perkembangan sosial remaja. Tabel 3.2.2 Definisi Operasional Variabel Dependen
Variabel Definisi Operasional
Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Perkembangan Sosial
3.3 Hipotesa Penelitian
Hipotesa dalam penelitian ini, yaitu :
1. Ada hubungan antara pola asuh orangtua otoriter terhadap perkembangan sosial remaja;
2. Ada hubungan antara pola asuh orang tua demokratis terhadap perkembangan sosial remaja;
3. Ada hubungan antara pola asuh orang tua permisif terhadap
perkembangan sosial remaja;
4. Ada hubungan antara pola asuh orang tua campuran terhadap
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasiyang
bertujuan untuk melihat pola asuh orang tua dan perkembangan sosial remaja di SMK Bistek Palembang serta untuk mengetahui hubungan pola asuh orang tua
otoriter, demokratis, dan permisif terhadap perkembangan sosial remaja. 4.2 Populasi dan Sampel Penelitian
4.2.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo, 2012).Adapun yang menjadi populasi dari penelitian ini adalah
siswa remaja pria dan wanita usia 15-18 tahun yang duduk di bangku kelas 1 dan 2 SMK Bistek Palembang dimana jumlah siswa kelas 1 adalah 112 orang dan jumlah siswa kelas 2 adalah 76 orang. Jadi, totalnya berjumlah 188 orang.
4.2.2 Sampel
Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi
(Notoatmodjo, 2012).Adapun sampel dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik proportionalrandom sampling.Teknik ini digunakan karena populasinya mempunyai anggota atau unsur yang tidak homogen dan berstrata secara
Jumlah anggota sampel total ditentukan melalui rumus Slovin. Adapun rumus tersebut adalah sebagai berikut:
n = N
1 + N (�2) Keterangan :
N = Jumlah populasi n = Jumlah sampel
d = Ketetapan relatif yang ditetapkan oleh peneliti (0,05)
Jadi, sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Diketahui :
N = 188 d = 0,05
n =N 1 + N (�2)
n = 188 1 + 188 (0,052)
n = 188 1,47 n = 128 orang
Jumlah anggota sampel bertingkat (berstrata) dilakukan dengan cara pengambilan sampel secara proportionalrandom sampling, yaitu menggunakan
rumus proportional :
��
=
��
Keterangan :
ni = Jumlah anggota sampel menurut strata n = Jumlah anggota sampel seluruhnya
Ni = Jumlah anggota populasi menurut strata N = Jumlah anggota populasi seluruhnya
Maka jumlah anggota sampel adalah sebagai berikut.
1) Kelas 1 = 112
188× 128 = 76
2) Kelas 2 = 76
188× 128 = 52
Penentuan anggota sampel dilakukan secara acak, yaitu dengan cara mengundi nomor urut daftar hadir siswa pada setiap kelas sehingga diperoleh
sesuai jumlah sampel yang dibutuhkan. 4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMK Bistek Palembang yang beralamat di Jalan Sukabangun II No.1446 B Km.6, Palembang.Alasan peneliti memilih lokasi ini adalah belum pernah dilakukan penelitian tentang hubungan pola asuh orang tua
dengan perkembangan sosial remaja dan adanya populasi yang mencukupi untuk dijadikan responden.Pembuatan proposal hingga laporan penelitian dilaksanakan
dimulai dari bulan Oktober 2016 sampai Juni 2017. 4.4 Pertimbangan Etik
Penelitian ini dilakukan setelah mendapat izin dari Fakultas Keperawatan
SMK Bistek Palembang, maka dilakukan pendekatan kepada responden dan menjelaskan maksud dan tujuan penelitian.
Kemudian, Polit & Beck (2010) menjelaskan bahwa dalam melakukan penelitian perlu diperhatikan prinsip etik penelitian, yaitu: beneficence, non-maleficence, autonomy, anonimity, confidentiality, dan informed concent.
Beneficence, penelitian yang dilakukan harus mempunyai keuntungan baik bagi peneliti maupun responden.Non-maleficence, penelitian ini tidak menimbulkan
bahaya bagi resonden.Autonomy, penelitian ini memberikan kebebasan bagi responden menentukan keputusan sendiri bersedia ikut atau tidak untuk menjadi
responden dalam penelitian ini tanpa adanya unsur paksaan atau pengaruh dari peneliti atau siapapun.Anonimity, demi menjaga kerahasiaan peneliti tidak akan mencantumkan nama responden tetapi diganti dengan nomor responden.
Kemudian, confidentiality, yaitu kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti dan hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan. Informed concent, lembar persetujuan ini diberikan kepada responden yang akan diteliti
dengan memberikan penjelasan tentang judul penelitian dan manfaat penelitian ini, responden dapat menandatangani informed concent jika responden setuju
namun jika responden tidak setuju penulis tidak memaksa dan menghormati keputusan yang telah diambil.
4.5 Instrumen Penelitian
4.5.1 Kuesioner Data Demografi
Kuesioner data demografi memberikan data mengenai umur, jenis kelamin,
agama, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua dan pendapatan orang tua per bulan.
4.5.2 Kuesioner Pola Asuh Orang Tua
Kuesioner ini bertujuan untuk melihat gambaran pola asuh yang digunakan orang tua.Kuesioner disusun berdasarkan literatur (Wong, 2008).Kuesioner
disusun dalam bentuk tertutup dengan menggunakan skala Guttman, yaitu jawaban responden telah termuat dalam dua option skala.Opsi yang digunakan
adalah “Ya”, yang bernilai 1 (satu) atau “Tidak”, yang bernilai 0 (nol).Kuesioner pola asuh terdiri dari 30 pernyataan. Kuesioner ini terbagi atas tiga kategori pola asuh orang tua meliputi :
a. Kuesioner tentang pola asuh otoriter berisi 10 pernyataan dimulai dari pernyataan nomor 1 sampai 10
b. Kuesioner tentang pola asuh demokratis berisi 10 pernyataan dimulai dari pernyataan nomor 11 sampai 20
c. Kuesioner tentang pola asuh permisif berisi 10 pernyataan dimulai dari
pernyataan nomor 21 sampai 30
4.5.3 Kuesioner Perkembangan Sosial Remaja
Kuesioner ini menggunakan skala Likert. Artinya, jawaban responden telah termuat dalam lima pilihan jawaban. Opsi yang digunakan adalah sangat setuju (SS) dengan skor 4 (empat), setuju (S) dengan skor 3 (tiga), tidak setuju (TS)
Pengembangan kuesioner dikembangkan dalam bentuk item-item. Item-item tersebut lah yang diberikan kepada responden. Banyaknya sebaran item tentang
sosial remaja adalah 25 item, yaitu empat pernyataan untuk menilai kuatnya pengaruh kelompok teman sebaya, lima pernyataan untuk menilai perubahan
dalam perilaku sosial, empat pernyataan untuk menilai pengelompokan sosial baru, tiga pernyataan untuk menilai pemilihan teman, lima pernyataan untuk menilai penerimaan sosial, dan empat pernyataan untuk menilai pemilihan
pemimpin.
Untuk melihat gambaran umum tentang perkembangan sosial remaja,
dilakukan dengan mencari panjang kelas (p) berdasarkan rumus statistik (Wahyuni, 2008) yaitu :
p = Range
i
Berdasarkan rumus statistik tersebut, maka didapat panjang kelas untuk
sosial remaja adalah :
25-58 = Buruk (Sosial Buruk) 59 – 92 = Cukup (Sosial Cukup)
93 – 125 = Baik (Sosial Baik)
4.6 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen 4.6.1 Uji Validitas Instrumen
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar
Kuesioner ini divalidasi dengan menggunakan validitas isi (content validity) yang dilakukan oleh dosen ahli dalam topik penelitian ini.Hal ini dilakukan dengan
mengajukan kuesioner dan proposal penelitian kepada penguji validitas.Ahli diminta untuk mengamati secara cermat semua item dalam tes yang hendak
divalidasi.Kemudian mengoreksi semua item yang telah dibuat. Pada akhir perbaikan, ahli diminta untuk memberikan pertimbangan tentang bagaimana tes tersebut menggambarkan cakupan isi yang akan diukur. Pertimbangan ahli
tersebut juga menyangkut apakah semua aspek yang hendak diukur telah dicakup melalui item pertanyaan dalam tes (Sukardi, 2009 dalam Arikunto,
2010).Pernyataan yang tidak valid langsung diganti oleh peneliti berdasarkan saran dari penguji validitas.Uji validitas ini dilakukan pada tanggal 20 Maret 2017.Maka, dapat disimpulkan bahwa instrumen kuesioner pola asuh orang tua
dan kuesioner perkembangan sosial remaja valid serta layak digunakan untuk penelitian.
4.6.2 Uji Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan.Hal ini berarti menunjukkan
sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten atau tetap asas (ajeg) bila digunakan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan
tersebut diolah dengan menggunakan program komputerisasi, yaitu Cronbach Alpha.
Alasan digunakannya Cronbach Alpha karena dapat digunakan untuk menguji reliabilitas instrumen skala likert untuk kuesioner perkembangan sosial remaja (Dahlan, 2008).Jika koefisiensi alpha lebih besar dari 0,7, maka dinyatakan
bahwa instrumen pengukuran yang digunakan dalam penelitian adalah reliabel (Riwidikdo, 2008). Setelah dilakukan uji reliabilitas, didapatkan nilai r=0,830.
Nilai ini lebih tinggi dari nilai standar minimal Cronbach Alpha (0,7) sehingga dapat disimpulkan bahwa instrument kuesioner sosial remaja yang digunakan
reliabel dan layak digunakan untuk penelitian.
Kemudian, kuesioner pola asuh orang tua diuji reliabilitasnya dengan menggunakan uji K-R 21 karena mempunyai jumlah pernyataan yang genap, yaitu
30 pernyataan (Arikunto, 2010). Hasil uji reliabilitas instrumen terhadap 30 orang responden menghasilkan nilai “r” sebesar 1,0. Suatu instrumen dikatakan reliabel
jika memiliki koefisien sebesar 0,7 atau lebih sehingga dapat disimpulkan bahwa instrumen kuesioner pola asuh orang tua yang digunakan reliabel dan layak digunakan untuk penelitian.
4.7 Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data, peneliti terlebih dahulu mengajukan permohonan
sekolah, peneliti melaksanakan pengumpulan data penelitian.Peneliti menentukan responden sesuai dengan kriteria responden yang telah ditentukan sebelumnya.
Setelah didapatkan data responden dari seluruh siswa yang ada di SMK Bistek Palembang, peneliti memperkenalkan diri, menjelaskan tujuan, manfaat, dan cara
mengisi kuesioner yang diberikan kepada responden untuk diisi. Peneliti mendampingi responden pada saat mengisi kuesioner tersebut.Responden diberi waktu 15 menit untuk mengisi kuesioner.Setelah semua data terkumpul, maka
peneliti memeriksa kembali semua kuesioner satu per satu, yaitu identitas peserta penelitian dan memastikan semua jawaban telah di isi sesuai dengan
petunjuk.Kemudian data yang telah terkumpul itu dianalisa oleh peneliti. 4.8Pengolahan Data
Proses pengolahan data dilakukan secara komputerisasi. Pertama, editing,
yaitu kegiatan melakukan pemeriksaan kembali kuesioner yang telah diisi oleh responden, meliputi kelengkapan isian dan kejelasan jawaban dan tulisan. Kedua, coding, yaitu proses merubah data yang berbentuk huruf menjadi data yang
berbentuk angka. Hal utama yang harus dilakukan pada kegiatan ini adalah memberikan kode untuk jawaban yang diberikan responden penelitian.Penilaian
pola asuh orang tua untuk jawaban “Ya” diberi nilai 1 dan jawaban “Tidak” diberi nilai 0. Penilaian sosial remaja :“Sangat setuju” diberi kode 4, “Setuju” diberi
kode 3, “Tidak setuju” diberi kode 2, dan “Sangat tidak setuju” diberi kode 1. Ketiga, processing,yaitu memasukkan data ke dalam komputer untuk diproses, Keempat, cleaning, yaitu melakukan pembersihan dan pengecekan
apakah ada kesalahan ketika memasukkan data.Kelima, komputerisasi digunakan untuk mengolah data dengan komputer.
4.9 Analisa Data
Data yang telah diperoleh kemudian dilakukan analisis untuk mendapatkan
hubungan pola asuh orang tua dengan perkembangan sosial remaja. Proses pengolahan data dilakukan dengan cara analisa univariat dan analisa bivariat. Pertama, analisa univariat.Analisa univariat ini bertujuan untuk menjelaskan atau
mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian.Bentuk analisis univariat tergantung dari jenis datanya. Untuk data numerik digunakan nilai mean atau
rata-rata, median, dan standar deviasi. Pada umumnya, dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2012).Pada penelitian ini, frekuensi yang dilihat adalah variabel pola asuh orang
tua, yaitu otoriter, demokratis, permisif sedangkan variabel perkembangan sosial remaja, yaitu perkembangan sosial baik dan buruk.
Kedua, analisa bivariat.Analisa bivariat merupakan metode analisa data untuk menganalisa antara dua variabel. Untuk mengetahui apakah ada hubungan pola asuh orang tua dengan perkembangan sosial remaja, maka uji yang
digunakan dalam penelitian ini adalah uji statistik spearman rank dengan nilai signifikan α = 0,05. Analisis dilakukan secara komputerisasi untuk melihat
hubungan pola asuh orang tua dengan perkembangan sosial remaja.Hasil analisa diperoleh signifikan α = 0,05 nilai p. Jika nilai p<0,05 maka Ho ditolak, ini berarti ada hubungan pola asuh orang tua otoriter, demokratis, dan permisif terhadap
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian
Dalam bab ini akan diuraikan hasil penelitian hubungan pola asuh orang tua
terhadap perkembangan sosial remaja di SMK Bistek Palembang yang diperoleh melalui proses pengumpulan data yang dilakukan pada bulan April 2017 terhadap
128 orang responden dari kelas 1 dan 2 di SMK Bistek Palembang. Penyajian data hasil penelitian meliputi deskripsi data demografi, tipe pola asuh orang tua, perkembangan sosial remaja dan hubungan pola asuh orang tua dengan
perkembangan sosial remaja di SMK Bistek Palembang. 5.1.1 Deskripsi Karakteristik Responden
Deskripsi karakteristik responden terdiri dari usia, jenis kelamin, agama, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua dan pendapatan orang tua per bulan. Data karakteristik ditampilkan hanya untuk melihat distribusi demografi dari
responden saja dan tidak dianalisis terhadap hubungan pola asuh orang tua dengan perkembangan sosial remaja di SMK Bistek Palembang.
Dari hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden berusia 16 tahun, yaitu 46 orang (35,9%), mayoritas responden berjenis kelamin laki-laki, yaitu 109 orang (85,2%), dan mayoritas responden beragama Islam sebanyak 124
orang (96,9%). Kemudian, sebagian besar pendidikan orang tua terakhir sebanyak 55 responden (43%) adalah lulusan SMA dan 73 orang tua responden (57%)
Tabel 5.1.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Karakteristik Responden di SMK Bistek Palembang (N=128)
Data Demografi Karakteristik Frekuensi Persentase (%)
Usia 15 tahun Jenis Kelamin Laki-Laki
Perempuan
< Rp. 2.388.000,00 Rp. 2.388.000,00-Rp. 4.000.000,00 > Rp. 4.000.000,00
5.1.2 Tipe Pola Asuh Orang Tua
Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 128 responden, tipe pola asuh
orang tua terbanyak yang digunakan adalah tipe pola asuh demokratis, yaitu sebanyak 118 responden (92,2%), diikuti dengan pola asuh campuran sebanyak 9
responden (7,0%) dan pola asuh permisif sebanyak 1 responden (0,8%). Sedangkan tipe pola asuh otoriter tidak ditemukan dari hasil penelitian di SMK Bistek Palembang.
Tabel 5.1.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Tipe Pola Asuh Orang Tua di SMK Bistek Palembang
Tipe Pola Asuh Orang Tua Frekuensi Persentase (%)
Demokratis 118 92,2
Permisif 1 0,8
Campuran 9 7,0
5.1.3 Perkembangan Sosial Remaja di SMK Bistek Palembang
Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 128 responden sebanyak 80 responden (62,5%) memiliki perkembangan sosial baik, 47 responden (36,7%) memiliki perkembangan sosial cukup dan 1 responden (0,8%) memiliki
perkembangan sosial buruk.
Tabel 5.1.3 Distribusi Frekuensi dan Persentase Perkembangan Sosial Remaja di SMK Bistek Palembang
Perkembangan Sosial Remaja Frekuensi Persentase (%)
Baik 80 62,5
Cukup Buruk
47 1
5.1.4 Hubungan Tipe Pola Asuh Orang Tua Terhadap Perkembangan Sosial Remaja di SMK Bistek Palembang
Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 128 responden, tipe pola asuh orang tua terbanyak yang digunakan, yaitu tipe pola asuh demokratis sebanyak
118 responden (92,2%) dengan perkembangan sosial baik, yaitu 75 responden (58,6%), perkembangan sosial cukup sebanyak 42 responden (32,8%) dan perkembangan sosial buruk sebanyak 1 responden (0,8%). Sedangkan orang tua
responden yang menggunakan pola asuh permisif sebanyak 1 responden (0,8%) dengan perkembangan sosial cukup, yaitu 1 responden (0,8%). Selanjutnya, orang
tua responden yang menggunakan pola asuh campuran sebanyak 9 responden (7,0%) dengan perkembangan sosial baik, yaitu 5responden (3,9%) dan perkembangan sosial cukup sebanyak 4 responden (3,1%).
Tabel 5.1.4 Distribusi Frekuensi dan Persentase Pola Asuh Orang Tua dengan Perkembangan Sosial Remaja di SMK Bistek Palembang
Tipe Pola Asuh
Perkembangan Sosial Remaja Frekuensi
Baik Persentase Cukup Persentase Buruk Persentase
Demokratis 75 58,6% 42 32,8% 1 0,8% 118
Permisif 0 0% 1 0,8% 0 0% 1
Campuran 5 3,9% 4 3,1% 0 0% 9
Analisa statistik diperoleh nilai significance (p value) sebesar 0,000. Nilai (p
Dari tabel 5.1.5, hasil penelitian menunjukan bahwa tipe pola asuh orang tua yang demokratis memiliki hubungan yang signifikan terhadap perkembangan sosial
remaja di SMK Bistek Palembang dengan nilai Spearman Rank (ρ) sebesar 0,000 dan hasil koefisien korelasi (r) sebesar 0,319. Hal ini menunjukan bahwa terdapat
hubungan antara tipe pola asuh demokratis terhadap perkembangan sosial remaja di SMK Bistek Palembang dengan arah hubungan positif. Artinya, semakin sering orang tua menerapkan pola asuh demokratis, maka semakin baik pula
perkembangan sosial remaja dan memiliki kekuatan hubungan cukup yang bermakna besarnya kekuatan hubungan antara pola asuh demokratis terhadap
perkembangan sosial remaja di SMK Bistek Palembang termasuk dalam kategori cukup yang berarti pola asuh demokratis cukup besar berhubungan dan mempengaruhi perkembangan sosial remaja di SMK Bistek Palembang.
Tabel 5.1.5 Hubungan Tipe Pola Asuh Demokratis Terhadap Perkembangan Sosial Remaja di SMK Bistek Palembang
Tipe Pola Asuh Demokratis
Perkembangan Sosial Remaja Tipe Pola Asuh
Demokratis
Analisa statistik diperoleh nilai significance (ρ value) untuk hubungan pola asuh permisif dengan perkembangan sosial remaja di SMK Bistek Palembang
Dari tabel 5.1.6, hasil penelitian menunjukkan bahwa tipe pola asuh orang tua yang permisif tidak memiliki hubungan terhadap perkembangan sosial remaja di
SMK Bistek Palembang dengan nilai Spearman Rank(ρ) sebesar 0,085 dan hasil koefisien korelasi sebesar -0,153. Ini berarti tidak terdapat hubungan antara tipe
pola asuh permisif terhadap perkembangan sosial remaja dengan arah hubungan negatif. Artinya, semakin sering orang tua menerapkan pola asuh permisif, maka semakin buruk perkembangan sosial remaja dan memiliki kekuatan hubungan
sangat lemah yang bermakna besarnya kekuatan hubungan antara pola asuh permisif terhadap perkembangan sosial remaja di SMK Bistek Palembang
termasuk dalam kategori sangat lemah yang berarti pola asuh permisif sangat lemah berhubungan dan mempengaruhi perkembangan sosial remaja di SMK Bistek Palembang.
Tabel 5.1.6 Hubungan Tipe Pola Asuh Permisif Terhadap Perkembangan Sosial Remaja Di SMK Bistek Palembang
Tipe Pola Asuh Permisif
Perkembangan Sosial Remaja Tipe Pola Asuh
Permisif
Analisa statistik diperoleh nilai significance (ρ value) untuk hubungan pola asuh
Dari tabel 5.1.7, hasil penelitian menunjukkan bahwa tipe pola asuh orang tua yang campuran tidak memiliki hubungan terhadap perkembangan sosial remaja di
SMK Bistek Palembang dengan nilai Spearman Rank(ρ) sebesar 0,988 dan hasil koefisien korelasi sebesar 0,001. Ini berarti tidak terdapat hubungan antara tipe
pola asuh campuran terhadap perkembangan sosial remaja dengan arah hubungan positif. Artinya, semakin sering orang tua menerapkan pola asuh campuran, maka semakin baik pula perkembangan sosial remaja dan memiliki kekuatan hubungan
sangat lemah yang bermakna besarnya kekuatan hubungan antara pola asuh campuran terhadap perkembangan sosial remaja di SMK Bistek Palembang
termasuk dalam kategori sangat lemah yang berarti pola asuh campuran sangat lemah berhubungan dan mempengaruhi perkembangan sosial remaja di SMK Bistek Palembang.
Tabel 5.1.7 Hubungan Tipe Pola Asuh Campuran Terhadap Perkembangan Sosial Remaja Di SMK Bistek Palembang
Tipe Pola Asuh Campuran
Perkembangan Sosial Remaja Tipe Pola Asuh
Campuran
Pembahasan dilakukan untuk menjawab pertanyaan penelitian tentang
5.2.1 Tipe Pola Asuh Orang Tua
Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat 118 responden
(92,2%) memiliki orang tua dengan pola asuh demokratis. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Pertiwi (2016), dimana 29 orang tua responden
(52,7%) menerapkan pola asuh demokratis kepada anaknya. Jadi, dari hasil penelitiannya menunjukkan bahwa lebih banyak orang tua yang menerapkan pola asuh demokratis dibandingkan dengan tipe pola asuh yang lain, seperti otoriter
dan permisif.Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian Hapsari (2006) yang menemukan pola asuh yang diterapkan oleh orang tua di SMA
Negeri 1 Ungaran sebagian besar adalah masuk dalam kategori demokratis, yaitu sebanyak 92,5%.Pola asuh demokratis yang dilakukan oleh orang tua ditunjukkan dengan memberikan kebebasan terhadap anak tetapi orang tua tetap memberikan
batasan-batasan untuk mengendalikan sikap dan tindakan-tindakan anak agar tetap pada aturan yang benar.
Orang tua yang menerapkan pola asuh demokratis selalu memperhatikan dan menghargai kebebasan anak, namun kebebasan itu tidak mutlak dan dengan bimbingan yang penuh perhatian antara orang tua dan anak.Orang tua juga
mendorong terjadinya memberi dan menerima secara verbal, memberikan alasan atas keputusan yang diambil dan memperhitungkan pendapat anak (Setiono,
Selain itu, orang tua biasa memberikan pujian apabila anak melakukan hal yang baik.Orang tua dengan pola asuh demokratis mengajarkan anak agar melakukan
segala sesuatu secara mandiri dengan rasa tanggung jawab dan mencerminkan rasa kasih sayang (Santrock, 2007).
Pada hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas orang tua responden menerapkan pola asuh demokratis.Maccoby & Mc Loby (2000)mengatakan bahwa biasanya yang menerapkan pola asuh demokratis adalah orang tua yang
berpendidikan tinggi dan menengah. Orang tua akan lebih siap dalam mengasuh anak karena memiliki pemahaman yang lebih luas. Sedangkan orang tua yang
berpendidikan rendah, memiliki pemahaman yang kurang mengenai kebutuhan dan perkembangan anak.Orang tua yang mempunyai pendidikan rendah cenderung menggunakan pola asuh otoriter. Lestari (2012) juga mengatakan
bahwa orang tua yang memiliki tingkat pendidikan tinggi atau menengah, berbeda gaya pengasuhannya dengan orang tua yang hanya memiliki tingkat pendidikan
yang rendah. Menurut Kharmina (2011), tingkat pendidikan orang tua yang berbeda, jelas dapat mempengaruhi pengasuhan pada anaknya. Perbedaan pendidikan yang dimiliki orang tua akan dapat terlihat pada kualitas hasil proses
pengasuhan. Namun, hal tersebut bertolak belakang dengan hasil penelitian Eka (2004) yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan orang tua tidak mempengaruhi
Tabel 5.1.1 dapat dilihat bahwa mayoritas pekerjaan orang tua responden adalah buruh/petani, yaitu sebanyak 73 reponden (57,1%). Menurut Sartika
(2012), apapun pekerjaan orang tua, jika orang tua memiliki waktu yang cukup untuk berinteraksi dengan anak dan mengajarkan banyak hal, maka anak
cenderung akan memiliki perkembangan sosial yang baik. Waktu yang ada dapat digunakan orang tua untuk saling bertukar pikiran, bertukar cerita, maupun untuk melakukan hal-hal yang kemungkinan dapat dilakukan bersama dengan anak
mereka.Hal ini lah yang membuat pola asuh yang cenderung digunakan dalam penelitian ini adalah pola asuh demokratis dimana adanya komunikasi yang
dialogis antara anak dan orang tua dan adanya kehangatan yang membuat anak remaja merasa diterima oleh orang tuanya.
Disamping itu, menurut Hurlock (2007), faktor lain yang dapat
mempengaruhi pola asuh orang tua demokratis adalah faktor nilai yang dianut orang tua, yaitu nilai budaya mengenai cara terbaik memperlakukan anak, secara
otoriter, secara demokratis maupun realistis, akan mempengaruhi sikap orang tua dan cara mereka memperlakukan anak mereka sendiri. Selanjutnya adalah faktor kepribadian.Faktor kepribadian, yaitu cara anak bereaksi terhadap orang tua
dimana hal tersebut mempengaruhi sikap orang tua terhadapnya dan juga berperan terhadap digunakannya pola asuh tertentu. Apabila anak memiliki sikap yang
terbuka terhadap rangsangan yang datang padanya, maka hal ini akan mempengaruhi pemilihan pola asuh yang diterapkan orang tua pada anaknya.
Selanjutnya, hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 1 responden
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Safitri & Hidayati (2013) bahwa remaja yang mendapat pola asuh permisif dari orang tuanya hanya 1 orang
(0,8%). Hasil penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Murtiyani (2011) yang menunjukkan bahwa remaja yang mendapatkan pola
asuh permisif hanya 2 remaja (5%). Orang tua yang permisif tidak pernah memberikan hukuman dan menerima apa yang dilakukan anak tanpa memberikan intervensi. Orang tua tipe ini memberikan respon pada anak dengan cara
menerima apapun tindakan anak. Orang tua memberikan tuntutan sedikit terhadap anak sehingga anak juga kurang memiliki rasa tanggung jawab.Orang tua permisif
tidak menegakkan aturan secara ketat dan cenderung untuk mengacuhkan serta memaafkan tingkah laku bermasalah (Setiono, 2011).
Ciri khas dari pola asuh permisif adalah orang tua tidak mempedulikan apa
saja yang dilakukan anak, orang tua jarang sekali mengajak berbicara apalagi berdiskusi tentang masalah anak, serta orang tua selalu memberikan apa saja yang
diinginkan anak tanpa banyak bertanya. Pola asuh permisif menjadikan anak berperilaku sesuai dengan keinginannya karena orang tua tidak pernah memberikan aturan ataupun arahan kepada anak sehingga anak tidak tahu apakah
perilakunya benar atau salah karena sangat minimnya pengarahan dan aturan dari orang tua (Santrock, 2007).Hal ini yang mungkin menjadi alasan sangat sedikit
orang tua yang menerapkan pola asuh permisif dalam mengasuh anaknya.
Hal ini juga sesuai dengan hasil penelitian Husaini (2013) bahwa orang tua yang menerapkan pola asuh orang tua campuran sebanyak 6 orang (6,4%). Pada pola
asuh ini, orang tua tidak konsisten dalam mengasuh anak mereka.Orang tua menerapkan pola asuh antara tipe demokratis, otoriter, dan permisif. Pada pola
asuh campuran, orang tua tidak selamanya memberikan alternatif seperti halnya pola asuh demokratis, akan tetapi juga tidak selamanya melarang seperti halnya orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter dan juga tidak secara terus menerus
membiarkan anak seperti pada penerapan pola asuh permisif. Pada pola asuh campuran, orang tua memberikan larangan jika tindakan anak menurut orang tua
membahayakan.Lalu, membiarkan anak, jika tindakan anak masih dalam batas wajar dan memberikan alternatif jika anak paham tentang alternatif yang ditawarkan.Anak yang diasuh orang tua dengan metode semacam ini nantinya bisa
berkembang menjadi anak yang tidak mempunyai pendirian tetap karena orang tua yang tidak konsisten dalam mengasuh anaknya (Drew, 2006).Hal ini yang
mungkin menjadi alasan tidak terlalu banyak orang tua yang menerapkan pola asuh campuran dalam mengasuh anaknya.
5.2.2 Perkembangan Sosial Remaja
Perkembangan sosial adalah berkembangnya tingkat hubungan antar
Remaja memilih teman yang memiliki kualitas psikologis yang relatif sama dengan dirinya, baik menyangkut interest, sikap, nilai, dan kepribadian (Marliani,
2016). Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 128 responden, tipe pola asuh orang tua terbanyak yang digunakan, yaitu tipe pola asuh demokratis sebanyak
118 responden (92,2%) dengan perkembangan sosial baik, yaitu 75 responden (58,6%), perkembangan sosial cukup sebanyak 42 responden (32,8%) dan perkembangan sosial buruk sebanyak 1 responden (0,8%). Sedangkan orang tua
responden yang menggunakan pola asuh permisif sebanyak 1 responden (0,8%) dengan perkembangan sosial cukup, yaitu 1 responden (0,8%). Selanjutnya, orang
tua responden yang menggunakan pola asuh campuran sebanyak 9 responden (7,0%) dengan perkembangan sosial baik, yaitu 5 responden (3,9%) dan perkembangan sosial cukup sebanyak 4 responden (3,1%). Data tersebut
menunjukkan bahwa sebagian besar remaja di SMK Bistek Palembang sudah dapat melakukan tugas perkembangan sosial pada masa remaja denganbaik. Hasil
penelitian tersebut didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Suharsono, dkk (2009) yang menunjukkan bahwa anak yang mempunyai perkembangan sosial baik, yaitu 32 (42,1 %), sedangkan anak yang mempunyai perkembangan
sosial cukup sebanyak 20 (26,3%), dan anak yang mempunyai perkembangan sosial buruk adalah24 anak (31,6 %).Hasil penelitian di SMK Bistek Palembang
menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki perkembangan sosial remaja yang baik karena kuatnya pengaruh kelompok teman sebaya dalam sikap, pembicaraan, minat, penampilan, dan perilaku.Pengaruh kelompok teman sebaya
Pengaruh teman sebaya pada kelompok remaja di SMK Bistek Palembang ini memiliki dampak yang baik.Hal ini dapat terlihat dari perkembangan sosial yang
baik dengan tidak adanya tingkat sosial yang buruk (Hurlock, 2007).
Selanjutnya, latar belakang ekonomi menjadi salah satu hal yang dinilai
remaja dalam pemilihan teman.Remaja yang latar belakang sosial, agama, atau ekonominya yang berbeda dianggap kurang disenangi dibandingkan dengan remaja dengan latar belakang yang sama. Pada hasil penelitian, status ekonomi
orang tua responden sebagian besar masuk ke dalam kategori menengah sebanyak 88 orang (68,8%). Hal inilah yang memungkinkan remaja di SMK Bistek
Palembang memiliki perkembangan sosial yang baik karena mereka memiliki latar belakang ekonomi yang relatif sama yang merupakan salah satu faktor dalam penerimaan pada masa remaja.
Perkembangan sosial pada masa remaja lebih melibatkan kelompok teman sebaya dibanding orang tua.Maka dari itu, remaja di SMK Bistek Palembang lebih
banyak melakukan kegiatan di luar rumah, seperti kegiatan sekolah, ekstrakurikuler dan bermain dengan teman.Dengan demikian, pada masa remaja, peran kelompok teman sebaya mempunyai pengaruh yang besar.Selain itu,
kelompok geng juga mempunyai pengaruh yang besar pada masa remaja.Remaja yang tidak termasuk dalam kelompok besar dan yang merasa tidak puas dengan
Walaupun remaja telah mencapai tahap perkembangan kognitif yang memadai untuk menentukan tindakannya sendiri, namun penentuan diri remaja dalam
berperilaku banyak dipengaruhi oleh tekanan dari kelompok teman sebaya.Kelompok teman sebaya diakui dapat mempengaruhi pertimbangan dan
keputusan seorang remaja tentang perilakunya (Jahja, 2011).
Kemudian, salah satu aspek penting bagi perkembangan sosial remaja adalah adanya perubahan dalam perilaku sosial, yaitu terjadinya perubahan di
bidang hubungan heterososial. Dalam waktu yang singkat, remaja mengadakan perubahan radikal, yaitu dari tidak menyukai lawan jenis sebagai teman menjadi
lebih menyukai teman dari lawan jenisnya daripada teman sejenis.Berbagai kegiatan sosial, baik kegiatan dengan sesama jenis atau lawan jenis biasanya mencapai puncaknya selama tahun-tahun tingkat sekolah menengah atas.Dengan
meluasnya kesempatan untuk melibatkankan diri dalam berbagai kegiatan sosial, maka wawasan sosial semakin membaik pada remaja yang lebih besar.Sekarang
remaja dapat menilai teman-temannya dengan lebih baik, sehingga penyesuaian diri dalam situasi sosial bertambah baik dan pertengkaran menjadi berkurang (Hurlock, 2007).Maka, hal inilah yang menjadi faktor penguat terciptanya
perkembangan sosial yang baik di kalangan remaja SMK Bistek Palembang.
5.2.3 Hubungan Tipe Pola Asuh Orang Tua Terhadap Perkembangan Sosial
Remaja di SMK Bistek Palembang
Peneliti menggunakan uji Spearman Rank untuk mengetahui ada atau tidak adanya hubungan pola asuh (otoriter, demokratis, dan permisif) terhadap
perkembangan sosial remaja di SMK Bistek Palembang.Dari analisa statistika diperoleh nilai significance (p value) sebesar 0,000 untuk tipe pola asuh demokratis. Nilai ini lebih kecil dari level of significance (α) sebesar 0,05 yang
berarti terdapat hubungan antara pola asuh demokratis terhadap perkembangan sosial remaja. Hal ini menunjukan bahwa hipotesis pertama dalam penelitian ini
diterima, yaitu terdapat hubungan antara pola asuh demokratis terhadap perkembangan sosial remaja di SMK Bistek Palembang.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Pertiwi,dkk (2016) yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pola asuh orang tua terhadap perkembangan sosial remaja di SMA Negeri 7 Manado dengan
didapati nilai significancy (p) = 0,000. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Widiana (2006) dengan hasil penelitian, remaja yang mempersepsikan pola asuh orang tua authoritative/demokratis akan
lebih kompeten dalam bersosialisasi, lebih bertanggung jawab dan percaya diri. Dalam hal ini, peneliti berpendapat bahwa orang tua yang memberikan peraturan
disertai penjelasan kepada anak dan memberikan kesempatan remaja untuk mengambil keputusan sendiri namun disertai bimbingan yang jelas dari orang tua
Pola asuh demokratis bisa mengendalikan diri dan memiliki hubungan yang ramah dengan teman sebaya serta mampu mengatasi stress dengan baik sehingga
akan menciptakan perkembangan sosial yang baik.
Analisa statistika diperoleh nilai significance (p value) sebesar 0,085 untuk tipe pola asuh permisif. Nilai ini lebih besar dari level of significance (α) sebesar
0,05 yang berarti tidak terdapat hubungan antara pola asuh permisif terhadap perkembangan sosial remaja. Hal ini menunjukan bahwa hipotesis kedua dalam
penelitian ini ditolak, yaitu tidak ada hubungan antara pola asuh permisif terhadap perkembangan sosial remaja di SMK Bistek Palembang.Hasil penelitian ini
sejalan dengan hasil penelitian Sartika (2012) bahwa tidak ada hubungan antara pola asuh permisif terhadap perkembangan sosial remaja.
Menurut Shochib (2010), anak dengan pola asuh permisif akan lebih
mungkin terlibat dalam kenakalan remaja dan memiliki prestasi yang rendah di sekolah karena anak tidak mengetahui norma-norma sosial yang harus dipatuhinya
sehingga akan menciptakan perkembangan sosial yang buruk. Dalam penelitian ini, persentase orang tua yang menerapkan pola asuh permisif sangat sedikit, yaitu hanya 1 orang (0,8%). Karakteristik orang tua responden yang menerapkan pola
asuh permisif ini dilihat dari pendidikan orang tuanya adalah tidak sekolah dan pekerjaan orang tua responden adalah buruh/petani.Walaupun demikian,
perkembangan sosial remaja dengan pola asuh permisif termasuk dalam kategori cukup baik.Hal ini terlihat dari responden yang memiliki perkembangan sosialnya cukup baik.Ini menunjukkan bahwa perkembangan sosial tidak selalu dipengaruhi
Setiap pola asuh pasti memiliki kelebihan dan kekurangan, tergantung bagaimana orang tua menerapkannya sesuai dengan kondisi dan kebutuhan anak.
Nilai significance (p value) untuk pola asuh campuran adalah sebesar 0,988. Nilai ini lebih besar dari level of significance (α) sebesar 0,05. Hal ini berarti tidak
terdapat hubungan antara pola asuh campuran terhadap perkembangan sosial remaja.Hal ini menunjukan bahwa hipotesis ketiga dalam penelitian ini ditolak, yaitu tidak ada hubungan antara pola asuh campuran terhadap perkembangan
sosial remaja di SMK Bistek Palembang.
Pada pola asuh campuran, orang tua tidak konsisten dalam mengasuh anak
mereka.Orang tua menerapkan pola asuh antara tipe demokratis, otoriter, dan permisif. Orang tua tidak selamanya memberikan alternatif seperti halnya pola asuh demokratis, akan tetapi juga tidak selamanya melarang seperti halnya orang
tua yang menerapkan pola asuh otoriter dan juga tidak secara terus menerus membiarkan anak seperti pada penerapan pola asuh permisif. Pada pola asuh
campuran, orang tua memberikan larangan jika tindakan anak menurut orang tua membahayakan.Lalu, membiarkan anak, jika tindakan anak masih dalam batas wajar dan memberikan alternatif jika anak paham tentang alternatif yang
ditawarkan.Anak yang diasuh orang tua dengan metode semacam ini nantinya bisa berkembang menjadi anak yang tidak mempunyai pendirian tetap karena orang
Hubungan variabel-variabel dalam penelitian ini memberikan informasi kepada kita bahwa keempat pola asuh (otoriter, demokratis, permisif, campuran)
memiliki nilai hubungan yang berbeda-beda terhadap perkembangan sosial remaja.Selain tipe pola asuh yang diterapkan orang tua dalam mendidik anaknya,
tentu masih banyak lagi faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial pada masa remaja.Menurut Hurlock, (2007) bahwa faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial yang penting pada masa remaja adalah meningkatnya pengaruh
kelompok sebaya, pola perilaku sosial yang lebih matang, pengelompokkan sosial
baru dan nilai-nilai baru dalam pemilihan teman dan pemimpin, dan dalam dukungan
sosial (dukungan keluarga dan lingkungan). Dukungan sosial dalam perkembangan
sosialisasi remaja berkaitan dengan hubungan yang baik dengan anggota-anggota
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan
Penelitian yang dilakukan terhadap 128 responden siswa SMK Bistek
Palembang menggambarkan bahwa 118 responden (92,2%) memiliki tipe pola asuh orang tua yang demokratis, 1 responden (0,8%) memiliki tipe pola asuh
permisif, 9 responden (7,0%) memiliki tipe pola asuh campuran dan 0% yang memiliki tipe pola asuh otoriter. Kemudian, sebanyak 80 responden (62,5%) memiliki perkembangan sosial yang baik, 47 responden (36,7%) memiliki
perkembangan sosial cukup dan hanya 1 responden (0,8%) yang memiliki perkembangan sosial buruk.
Data hasil penelitian menggambarkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan pada pola asuh demokratis terhadap perkembangan sosial remaja (p value = 0,000). Kemudian, untuk pola asuh permisif didapatkan bahwa tidak ada
hubungan antara pola asuh permisif terhadap perkembangan sosial remaja (p value = 0,085) dan untuk pola asuh campuran didapatkan juga bahwa tidak ada
6.2 Saran
6.2.1 Pendidikan Keperawatan
Dalam pendidikan keperawatan khususnya keperawatan jiwa dan keluarga perlu diadakan penekanan materi tentang tahapan perkembangan pada remaja dan
ciri-ciri pola asuh yang baik yang dapat diterapkan dalam mengasuh remaja sehingga dapat memberi informasi kepada keluarga, khususnya orang tua di lingkungan masyarakat.
6.2.2 Pelayanan Keperawatan
Dalam pelayanan keperawatan anak perlu diadakan penyuluhan kepada
orang tua tentang perkembangan sosial anak khususnya anak remaja. Informasi yang diberikan akan menambah pengetahuan orang tua dalam mengahadapi berbagai masalah perkembangan sosial remaja dan memberikan pemahaman yang
baik kepada orang tua tentang perkembangan sosial remaja. 6.2.3 Penelitian Selanjutnya
Untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan judul penelitian ini, disarankan untuk meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi pola asuh orang tua terhadap perkembangan sosial remaja.
6.2.4 Orang Tua
Orang tua berperan sebagai wakil masyarakat yang harus mengajarkan
anaknya bagaimana berperilaku yang sesuai dalam segala situasi kehidupan sehari-hari sehingga remaja memiliki perkembangan sosial yang baik.Hal inilah yang menjadikan setiap orang tua harus memahami setiap pola asuh sehingga