• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Kesehatan Reproduksi Remaja di Kecamatan Gunungsitoli Chapter III VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Kesehatan Reproduksi Remaja di Kecamatan Gunungsitoli Chapter III VI"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 3

KERANGKA KONSEP

3.1. Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi bagaimana hubungan pola asuh orang tua dengan tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi di Kecamatan Gunungsitoli. Berdasarkan tujuan penelitian yang telah diuraikan pada BAB sebelumnya maka kerangka konsep penelitian sebagai berikut :

Skema 3.1. Kerangka konsep Pola asuh orang tua

- Otoriter - Demokrasi - Permisif

Pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi remaja

1. Pengetahuan tentang pubertas 2. Pengetahuan tentang konsep

kehamilan

(2)

3.2. Defenisi Operasional

Definisi operasional variable yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2. Definisi Operasional

Variabel Definisi

Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala Pola asuh

orang t/ua

Gambaran dalam mengasuh remaja yang dilakukan oleh orang tua baik secara otoriter, salah satu tipe pola asuh lebih banyak atau b.dominan pola

asuh masing tipe pola asuh adalah 24 Nilai minimum untuk masing-masing tipe pola asuh adalah 6 kehamilan dan

(3)

Variabel Definisi

operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala reproduksi

(4)

Variabel Definisi

operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala c. responden 2-3

penyakit yang cara penularannya

melalui hubungan seksual dan dapat juga terjadi dengan cara yang lain.

Kuesioner

(5)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan rencana penelitian yang disusun sedemikian rupa sehingga peneliti dapat memperoleh jawaban terhadap pertanyaan penelitian ( Setiadi, 2007).

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel. Desain korelasional dalam penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan pola asuh orang tua dengan tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi remaja di Kecamatan Gunungsitoli.

4.2. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling 4.2.1. Populasi

Populasi adalah sekumpulan unit penelitian. Unit penelitian dari populasi ini bisa berbentuk orang, objek tertentu, atau kejadian (Zaluchu, 2011). Populasi dalam penelitian ini adalah remaja di Kecamatan Gunungsitoli yang berjumlah 22.029 remaja (BPS, 2015).

4.2.2. Sampel dan Teknik Sampling

Sampel merupakan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2012).

(6)

Keterangan : n = besar sampel N = besar populasi

d = tingkat signifikansi / ketepatan yang diinginkan (0,1) maka banyak sampel untuk menjadi responden :

.

Proses pemilihan sampel menggunakan non probability sampling yaitu teknik purposive sampling. Pengambilan sampel secara purposive sampling didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti (Notoatmodjo, 2012). Adapun kriterian yang menjadi sampel yaitu: remaja yang berusia 11-21 tahun dan remaja yang tinggal bersama orang tua.

Sampel pada penelitian ini adalah remaja di Kecamatan Gunungsitoli dan bersedia menjadi responden dengan menandatangani surat persetujuan penelitian. 4.3. Lokasi dan waktu penelitian

(7)

4.4. Pertimbangan Etik

Sebelum melakukan pengumpulan data, peneliti terlebih dahulu telah memperoleh surat ethical clearance dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Selanjutnya peneliti mencari responden sesuai dengan kriteria sampel yang telah ditentukan, memperkenalkan diri, dan menjelaskan tujuan serta prosedur pelaksanaan penelitian. Setelah calon responden bersedia untuk berpatisipasi dalam penelitian, maka responden dipersilahkan untuk menandatangani lembar persetujuan (lampiran 1) dan kemudian mengisi kuesioner. Peneliti menghormati hak-hak responden dalam penelitian ini. Peneliti tidak memaksa jika responden menolak dan mengundurkan diri untuk berpartisipasi dalam penelitian. Peneliti juga menjaga kerahasiaan (confidentiality) responden dengan tidak mencantumkan nama (anonymity) responden pada lembar pengumpulan data tetapi dengan memberi kode pada masing-masing lembar tersebut. Kerahasiaan (confidentiality) informasi responden dijamin oleh peneliti dan hanya digunakan dalam penelitian ini.

4.5. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dalam bentuk kuesioner yang didasarkan pada tinjauan pustaka. Kuesioner dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:

4.5.1. Kuesioner Demografi

(8)

4.5.2. Kuesioner Pola Asuh Orang Tua

Peneliti menggunakan kuesioner dari penelitian hubungan pola asuh orang tua dengan kecerdasan emosional remaja di SMK Katolik Trisakti Medan yang dibuat oleh Melina Gultom (2016). Kuesioner pola asuh orang tua menggunakan skala likert, artinya jawaban responden telah termuat dalam empat pilihan jawaban. Pilihan yang digunakan yaitu tidak pernah (TP), jarang (JR), sering (SR), dan selalu (SL). Kuesioner berisi 18 pernyataan dimana pola asuh otoriter sebanyak 6 pernyataan, pola asuh demokratis sebanyak 6 pernyataan, dan pola asuh permisif sebanyak 6 pernyataan. Skor terendah adalah 6 dan skor tertinggi adalah 24, maka jawaban selalu (SL) bernilai 4, sering (SR) bernilai 3, jarang (JR) bernilai 2, dan tidak pernah (TP) bernilai 1. Jika jumlah skor yang didapatkan salah satu pola asuh lebih banyak/ dominan dari tipe pola asuh lainnya, maka dapat dikelompokkan menjadi : dominan pola asuh otoriter, dominan pola asuh demokratis, dominan pola asuh permisif. Misalnya, skor untuk pola asuh otoriter adalah 24, skor demokratis 20, dan permisif 18, maka pola asuh responden adalah dominan otoriter, begitu seterusnya. Tetapi jika jumlah skor untuk ketiga pola asuh mempunyai skor yang sama maka pola asuh yang diterapkan responden kepada anaknya lebih dari satu tipe pola asuh.

4.5.3. Kuesioner Pengetahuan Remaja Tentang Kesehatan Reproduksi Remaja

(9)

pertanyaan. Kuesioner nomor 1-6 tentang pengetahuan tentang pubertas, nomor 7-11 tentang pengetahuan konsep kehamilan, nomor 12-15 tentang pengetahuan penyakit menular seksual. Jawaban benar diberi nilai 1 dan jawaban salah diberi nilai 0. Apabila responden menjawab pertanyaan sebanyak 12-15 dengan benar dikategorikan tingkat pengetahuan responden baik, apabila responden menjawab pertanyaan sebanyak 6-11 dengan benar dikategorikan tingkat pengetahuan responden sedang, apabila responden menjawab pertanyaan sebanyak 0-5 dengan benar dikategorikan tingkat pengetahuan responden buruk.

4.6. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas 4.6.1. Uji validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksud. Suatu instrumen yang valid mempunyai validitas yang tinggi (Arikunto, 2013).

Kuesioner penelitian divalidasi dengan menggunakan validitas isi (content validity index) yang diuji oleh ahli di bidang pola asuh dan tingkat pengetahuan

(10)

kesehatan reproduksi. Perubahan redaksi kalimat pertanyaan nomor 7 yaitu “Bagaimanakah terjadinya proses kehamilan” dan perubahan redaksi kalimat pertanyaan nomor 12 yaitu “PMS / penyakit menular seksual. Apa yang dimaksud dengan penyakit menular seksual?”. Perubahan tanda baca nomor 8 yaitu : “Di bawah ini yang merupakan tanda utama kehamilan pada perempuan adalah : “.

Menurut Polit & Beck (2012) suatu alat ukur dianggap valid jika content validity index (CVI) lebih dari 0,6. Hasil uji validitas instrumen adalah 1, maka

dapat dikatakan instrumen ini sudah valid. 4.6.2. Uji reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoatmodjo, 2012).

Uji reliabilitas dilakukan peneliti kepada 30 remaja di Gunungsitoli Utara pada tanggal 12 April 2017 dengan kriteria remaja yang berumur 11-21 tahun dan tinggal bersama orang tua. Data tersebut diolah dengan menggunakan program komput erisasi. Kuesioner pola asuh orang tua menggunakan uji reliabilitas Cronbach Alfa dengan hasil uji 0,744 dan kuesioner pengetahuan remaja tentang

kesehatan reproduksi menggunakan uji KR-20 dengan hasil 0,714.

(11)

kedua kuesioner memiliki nilai koefisien lebih besar dari 0,7, sehingga kuesioner tersebut dikatakan reliabel.

4.7. Pengumpulan data

Prosedur yang dilakukan dalam pengumpulan data yaitu, pada tahap awal peneliti mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian kepada Institusi Pendidikan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang digunakan sebagai lokasi penelitian. Setelah mendapat rekomendasi maka peneliti melaksanakan pengumpulan data penelitian. Peneliti mendatangi rumah masyarakat yang memiliki remaja dan sesuai dengan kriteria sampel penelitian.

Selanjutnya, peneliti menjelaskan kepada remaja tentang maksud, tujuan, dan prosedur penelitian. Bagi remaja yang bersedia menjadi responden diminta untuk menandatangani informed consent. Kemudian peneliti membagikan kuesioner penelitian kepada remaja dan meminta untuk mengisi seluruh pertanyaan yang tersedia. Peneliti menjelaskan hal-hal yang kurang dipahami oleh remaja terkait pertanyaan yang tersedia dalam kuesioner dengan menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Daerah Nias. Remaja mengisi seluruh pertanyaan selama 20 menit. Pengumpulan data yang dilakukan peneliti selama 5 hari dimana dalam 1 hari remaja yang menjadi responden sebanyak 20 orang.

4.8. Analisa data

(12)

peneliti dalam melakukan tabulasi dan analisa data. Kemudian data dimasukkan ke komputer dan dilakukan pengolahan data dengan menggunakan program komputerisasi. Data dianalisis dengan menggunakan analisis univariat, bivariat dan multivariat.

4.8.1. Analisis Univariat

Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian (Notoatmodjo, 2012). Analisis data demografi bertujuan untuk menggambarkan karakteristik responden. Analisis data variabel pola asuh orang tua bertujuan untuk mengidentifikasi pola asuh orang tua tentang kesehatan reproduksi remaja di Kecamatan Gunungsitoli. Analisis data variabel tingkat pengetahuan bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi remaja di Kecamatan Gunungsitoli. Hasil disajikan dalam bentuk frekuensi dan persentase.

4.8.2. Analisis Bivariat

Peneliti melakukan analisis bivariat yang bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan pola asuh orang tua dengan tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi remaja di Kecamatan Gunungsitoli. Penulis menggunakan teknik statistik analisa chi-square dengan nilai kemaknaan (α = 0,05). Apabila

nilai x2 hitung > x2 tabel atau nilai probabilitas (p) < 0,05, maka Ho ditolak,

yaitu ada hubungan antara variabel bebas dan terikat. Apabila nilai x2 hitung <

(13)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian

Bab ini menguraikan tentang hasil penelitian dan pembahasan mengenai karakteristik remaja, variabel pola asuh orang tua, variabel tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi remaja, dan hubungan pola asuh orang tua dengan tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi remaja di Kecamatan Gunungsitoli. Penelitian ini dilakukan pada bulan April-Mei 2017, dengan jumlah remaja sebanyak 100 orang.

5.1.1. Analisis Univariat

1. Karakteristik Remaja di Kecamatan Gunungsitoli

Deskripsi karakteristik remaja terdiri dari usia responden, jenis kelamin, agama, suku, pendidikan terakhir orang tua, pekerjaan orang tua, status orang tua. Data karakteristik ditampilkan hanya untuk melihat distribusi demografi dari remaja saja dan tidak akan dianalisis.

(14)

(36%). Status orang tua remaja adalah kandung (100%) dapat dilihat pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Remaja (n=100) Karakteristik Frekuensi (f) Persentase (%) Usia Pendidikan terakhir orang tua

Tamat SD Pekerjaan orang tua

Pegawai Negeri/Swasta Status Orang Tua

(15)

2. Pola Asuh Orang Tua

Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang tua remaja di Kecamatan Gunungsitoli mayoritas menerapkan pola asuh demokratis sebanyak 74 remaja (74%) dapat dilihat pada Tabel 5.2.

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi dan Persentase Pola Asuh Orang Tua di Kecamatan Gunungsitoli (n=100)

Tipe Pola Asuh Orang Tua Frekuensi (f) Persentase(%)

Otoriter 15 15

Demokratis 74 74

Permisif 11 11

3. Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Kesehatan Reproduksi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa remaja di Kecamatan Gunungsitoli mayoritas memiliki tingkat pengetahuan sedang tentang kesehatan reproduksi sebanyak 60 remaja (60%) dapat dilihat pada Tabel 5.3.

Tabel 5.3.Distribusi Frekuensi dan Persentase Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Kesehatan Reproduksi di Kecamatan Gunungsitoli (n=100)

Tingkat Pengetahuan Frekuensi (f) Persentase (%)

Pengetahuan buruk 9 9

Pengetahuan sedang 60 60

(16)

a. Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Pubertas

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas remaja di Kecamatan Gunungsitoli memiliki tingkat pengetahuan sedang tentang pubertas sebanyak 73 remaja (73%) dapat dilihat pada Tabel 5.4.

Tabel 5.4.Distribusi Frekuensi dan Persentase Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Pubertas di Kecamatan Gunungsitoli (n=100) Tingkat Pengetahuan Frekuensi (f) Persentase (%)

Pengetahuan buruk 8 8

Pengetahuan sedang 73 73

Pengetahuan baik 19 19

b. Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Kehamilan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas remaja di Kecamatan Gunungsitoli memiliki tingkat pengetahuan baik tentang kehamilan sebanyak 67 remaja (67%) dapat dilihat pada Tabel 5.5.

Tabel 5.5.Distribusi Frekuensi dan Persentase Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Kehamilan di Kecamatan Gunungsitoli (n=100) Tingkat Pengetahuan Frekuensi (f) Persentase (%)

Pengetahuan buruk 3 3

Pengetahuan sedang 30 30

Pengetahuan baik 67 67

(17)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas remaja di Kecamatan Gunungsitoli memiliki tingkat pengetahuan sedang tentang penyakit menular seksual sebanyak 69 remaja (69%) dapat dilihat pada Tabel 5.6.

Tabel 5.6.Distribusi Frekuensi dan Persentase Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Penyakit Menular Seksual di Kecamatan Gunungsitoli (n=100)

Tingkat Pengetahuan Frekuensi (f) Persentase (%)

Pengetahuan buruk 20 20

Pengetahuan sedang 69 69

Pengetahuan baik 11 11

5.1.2. Analisis Bivariat

1. Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Kesehatan Reproduksi Remaja di Kecamatan Gunungsitoli

(18)

baik tentang kesehatan reproduksi sebanyak 31 remaja (31%). Remaja dengan pola asuh permisif sebanyak 11 remaja (11%) mempunyai tingkat pengetahuan buruk tentang kesehatan reproduksi sebanyak 6 remaja (6%) dan pengetahuan sedang tentang kesehatan reproduksi sebanyak 5 remaja (5%). Hasil uji statistik dengan analisa chi-square diperoleh nilai ρ=0,000, ini berarti ada hubungan pola asuh orang tua dengan tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi remaja, sehingga hipotesis dalam penelitian ini Ho ditolak. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5.7. Tabulasi Silang Pola Asuh Orang Tua dengan Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Kesehatan Reproduksi Remaja Pola Asuh Orang

Tua

Tingkat Pengetahuan

Total Pengetahuan

buruk

Pengetahuan sedang

Pengetahuan Baik

F % F % F %

Otoriter 3 3 12 12 0 0 15

Demokratis 0 0 43 43 31 31 74

Permisif 6 6 5 5 0 0 11

Total 9 9 60 60 31 31 100

Tabel 5.8. Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Kesehatan Reproduksi

Pearson Chi-Square Sig Hubungan pola asuh orang tua dengan

tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi remaja

46.354 a .000

(19)

5.2. Pembahasan

5.2.1. Pola Asuh Orang Tua

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa mayoritas remaja dengan pola asuh demokratis sebanyak 74 remaja (74%). Hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa pola asuh orang tua demokratis sangat menolong remaja untuk memiliki pengetahuan tentang kesehatan reproduksinya. Menurut Dariyo (2011 dalam Anggraini, 2014) pola asuh demokratis adalah gabungan antara pola asuh permisif dan otoriter dengan tujuan untuk menyeimbangkan pemikiran, sikap dan tindakan antara anak dan orang tua. Pola asuh demokratis merupakan suatu bentuk pola asuh yang memperhatikan dan menghargai kebebasan anak, namun kebebasan itu tidak mutlak dan dengan bimbingan yang penuh pengertian antara orang tua dan anak.

Menurut Agustiwati (2014) pola asuh demokratis memberikan kebebasan kepada anak untuk mengemukakan pendapat, melakukan apa yang diinginkannya dengan tidak melewati batas-batas atau aturan-aturan yang telah ditetapkan orang tua. Dalam pola asuh ini ditandai sikap terbuka antara orang tua dengan anak. Mereka membuat aturan-aturan yang telah disetujui bersama. Anak diberi kebebasan untuk mengemukakan pendapat, perasaan dan keinginannya. Pola asuh demokratis terdapat komunikasi yang baik antara orang tua dengan anak.

(20)

kebebasan mengeluarkan pendapat. Selain itu juga menggunakan hukuman dan penghargaan dengan penekanan yang lebih besar pada penghargaan. Hukuman tidak pernah keras dan biasanya tidak berbentuk hukuman badan. Hukuman hanya digunakan bila terbukti anak-anak secara sadar menolak melakukan apa yang diharapkan oleh orang tua. Sebaliknya jika perilaku anak memenuhi standar yang diharapkan orang tua mereka diberikan penghargaan dengan bentuk pujian atau pernyataan persetujuan lain.

Hasil penelitian Kholikun (2017) menyatakan bahwa pola asuh orang tua yang demokratis tidak memaksakan anak untuk sesuatu yang melebihi kemampuan anaknya. Orang tua bersikap rasional dan selalu mendasari tindakannya pada rasio atau pemikiran-pemikiran. Selain itu juga, orang tua memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih dan melakukan suatu tindakan dan pendekatannya kepada anak sangat hangat. Akan tetapi, orang tua tidak ragu-ragu untuk mengendalikan anaknya.

Orang tua dengan pola asuh demokratis memberikan kepercayaan kepada anak untuk melakukan sesuatu dengan caranya sendiri agar anak tersebut mandiri. Misalnya orang tua memberi izi kepada anaknya memiliki hubungan dekat dengan lawan jenis. Namun, orang tua memberikan bimbingan dan mempunyai aturan agar anak dapat bertanggung jawab dan memiliki kepribadian yang matang. Pola asuh demokratis harus didukung pola komunikasi yang baik yang dikembangan oleh orang tua dengan anaknya. (Safitri dan Hidayati, 2013).

(21)

dari tiga tipe pola asuh yang ada. Akan tetapi, hanya ada satu pola asuh yang lebih sering diterapkan orang tua kepada anaknya.

5.2.2. Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Kesehatan Reproduksi Remaja

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa mayoritas remaja memiliki tingkat pengetahuan sedang tentang kesehatan reproduksi sebanyak 60 remaja (60%), dimana pengetahuan remaja tentang pubertas mayoritas pada tingkat pengetahuan sedang sebanyak 73 remaja (73%), pengetahuan remaja tentang kehamilan mayoritas pada tingkat pengetahuan baik sebanyak 67 remaja (67%) dan pengetahuan remaja tentang penyakit menular seksual pada tingkat pengetahuan sedang seksual sebanyak 69 remaja (69%).

(22)

membaca buku, orang tua, lingkungan pergaulan dan sebagainya. Pengetahuan seseorang terhadap sesuatu mempengaruhi sikapnya, sikap kemudian mempengaruhi adanya niat untuk mewujudkannya dalam bentuk tindakan. (Notoatmodjo, 2010).

Menurut Dhafir dan Agustin (2014) untuk mencapai kesehatan reproduksi bagi remaja, hal utama yang harus dimiliki adalah pengetahuan yang cukup mengenai kesehatan reproduksi itu sendiri. Untuk itu, pengetahuan remaja mengenai kesehatan reproduksi perlu ditingkatkan demi mencapai kehidupan reproduksi yang sehat dan berkualitas. Ada beberapa pengetahuan dasar yang harus dimiliki seorang remaja, yaitu pengertian kesehatan reproduksi, bentuk anatomi, fungsi serta cara perawatan alat reproduksi, kehamilan dan akibat dari seks bebas dan NAPZA serta penyakit yang ditimbulkan.

Penelitian yang dilakukan oleh Maolinda, Sriati, Maryati (2012) menyatakan bahwa remaja yang memiliki pengetahuan yang baik tentang kesehatan reproduksi dikarenakan remaja telah menerima pendidikan tentang sistem reproduksi yang terdapat dalam kurikulum pelajaran biologi SMP yang mencakup topik sistem reproduksi pria, sistem reproduksi wanita, siklus menstruasi, pertumbuhan dan perkembangan embrio, dan kelainan dan penyakit pada sistem reproduksi.

(23)

suatu yang wajar, mengingat semakin mudahnya akses informasi tentang kesehatan, baik yang diperoleh dari sekolah atau dari media cetak maupun elektronik. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden sudah pernah mendapatkan informasi tentang kesehatan reproduksi dan seks bebas.

Menurut Nasution (2015) Pendidikan mengenai kesehatan reproduksi perlu diberikan sejak dini, agar para remaja mendapatkan informasi yang benar dan akurat. Pendidik dan orang tua membicarakan masalah reproduksi dan seksualitas secara jujur, terbuka dan profesional. Pendidikan seksual berbasis sekolah tidak menyebabkan terjadinya hubungan seksual lebih dini, juga tidak menyebabkan bertambahnya kegiatan seksual remaja. Sebaliknya justru berdampak pada penundaan kegiatan seks dini. Pendidikan seksual membantu remaja memiliki pengetahuan menenai kesehatan reproduksinya.

5.2.3. Hubungan Pola Asuh Orangtua dengan Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Kesehatan Reproduksi Remaja

(24)

asuh permisif, terdapa 6 remaja (6%) yang mempunyai tingkat pengetahuan buruk tentang kesehatan reproduksi dan 5 remaja (%) yang memiliki tingkat pengetahuan sedang tentang kesehatan reproduksi remaja.

(25)

Penelitian ini juga didukung oleh penelitian Julianti (2011) tentang hubungan pola asuh orang tua dengan sikap remaja tentang kesehatan reproduksi di SMA Negeri 18 Medan diperoleh hasil adanya hubungan pola asuh dengan sikap remaja tentang kesehatan reproduksi. Pola asuh yang paling kondusif yang diterapkan orang tua terhadap sikap remaja tentang kesehatan reproduksi adalah pola asuh demokratis. Pola asuh demokratis memperlihatkan emosional positif, sikap positif, sosial dan pengembangan kognitif.

Menurut Aguma, dkk (2014) pola asuh orang tua demokratis dapat mengurangi perilaku seksual remaja. Orang tua dengan pola asuh demokrasi bersikap rasional, selalu mendasari tindakannya pada rasio atau pemikiran-pemikiran. Orang tua pada tipe ini juga bersifat realistis terhadap kemampuan anak, tidak berharap yang berlebihan yang melampaui kemampuan anak. Orang tua tipe ini juga memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih dan melakukan suatu tindakan dan pendekatan kepada anaknya bersikap hangat. Karakteristik anak-anak dengan pola asuh demokrasi akan menghasilkan anak dengan karakteristik mandiri, dapat mengontrol diri, mempunyai hubungan baik dengan teman, mampu menghadap stress, mempunyai minat terhadap hal-hal baru dan dapat kooperatif terhadap orang lain

(26)

remaja. Apabila pola asuh demokratis diterapkan dengan baik maka tingkat perilaku seksual remaja akan rendah.

Dari hasil penelitian menunjukkan adanya kecenderungan perbedaan tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi disetiap pola asuh orang tua yang diterapkan kepada remaja. Pola asuh orang tua yang demokratis cenderung memiliki remaja yang mempunyai tingkat pengetahuan yang sedang dan baik tentang kesehatan reproduksi remaja. Hal ini semakin nyata melalui hasil uji statistik dengan analisa chi-square diperoleh nilai ρ=0,000 (Ho ditolak), ini berarti terdapat hubungan pola asuh orang tua dengan tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi remaja.

(27)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada uraian bab 5 terhadap 100 remaja di Kecamatan Gunungsitoli dapat disimpulkan:

1. Pola asuh orang tua pada remaja di Kecamatan Gunungsitoli mayoritas menerapkan pola asuh demokratis sebanyak 74 remaja (74%), 15 remaja (15%) diterapkan pola asuh otoriter dan 11 remaja (11%) diterapkan pola asuh permisif.

2. Tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi remaja di Kecamatan Gunungsitoli mayoritas remaja memiliki pengetahuan sedang sebanyak 60 remaja (60%), pengetahuan baik sebanyak 31 remaja (31%), dan sebanyak 9 remaja (9%) memiliki pengetahuan buruk.

3. Terdapat hubungan yang signifikan antara pola asuh orang tua dengan tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi remaja di Kecamatan Gunungsitoli (p =0,000< 0,05; X2= 46,354a

6.2. Saran

), maka hipotesis dalam penelitian ini diterima (Ha diterima) dan Ho ditolak.

(28)

6.2.1. Bagi Pendidikan Keperawatan

Pendidikan keperawatan mengajarkan calon perawat tentang pola asuh orang tua dalam membantu orang tua membekali remaja tenatang kesehatan reproduksi remaja dan dapat diterapkan dalam mengasuh anak.

6.2.2. Bagi Pelayanan Keperawatan

Dalam pelayanan keperawatan keluarga perlu diadakan penyuluhan kepada orang tua tentang tahapan perkembangan remaja dan mengenai pola asuh orang tua dalam membantu remaja memiliki pengetahuan tentang kesehatan reproduksi.

6.2.3. Bagi Penelitian Keperawatan

Gambar

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Remaja (n=100)
Tabel 5.2. Distribusi  Frekuensi  dan  Persentase  Pola  Asuh  Orang  Tua  di
Tabel 5.4.Distribusi  Frekuensi  dan  Persentase  Tingkat Pengetahuan
Tabel 5.6.Distribusi  Frekuensi  dan  Persentase  Tingkat Pengetahuan

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara perilaku bullying pada remaja dengan pola asuh otoriter orangtua, serta untuk mengetahui perbedaan perilaku

Mengetahui hubungan antara pola asuh orang tua dengan sikap remaja. tentang seks bebas di SMA N

Hubungan Pola Asuh Otoriter Dengan Perilaku Agresif Pada Remaja..

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi dan pola asuh orang tua dengan sikap remaja tentang

Hasil penelitian yang diperoleh yaitu: 1 Pola asuh otoriter menjadi kecenderungan pola asuh paling banyak yang diterima oleh remaja dugem sebanyak 86%, pola asuh ke dua

campuran adalah pola asuh yang diterapkan oleh orang tua remaja di SMK Bistek Palembang yang bercirikan orang tua tidak konsisten dalam mengasuh anak mereka dimana orang tua

Analisa statistik bivariat diperoleh bahwa terdapat hubungan yabg signifikan antara dua pola asuh, yaitu tipe pola asuh otoriter dengan perkembangan sosialisasi remaja (p value

Analisa statistik bivariat diperoleh bahwa terdapat hubungan yabg signifikan antara dua pola asuh, yaitu tipe pola asuh otoriter dengan perkembangan sosialisasi remaja (p value