• Tidak ada hasil yang ditemukan

Yang Sakral antara Kabah dan Salib menur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Yang Sakral antara Kabah dan Salib menur"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

YANG SAKRAL ANTARA

KA

BAH DAN SALIB MENURUT

MIRCEA ELIADE

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas

Mata Kuliah Antropologi Agama 2

Disusun oleh:

Anan Bahrul Khoir (1121020005)

JURUSAN PERBANDINGAN AGAMA

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG

2014

(2)

KATA PENGANTAR

Salam Sejahtera,

Puji Tuhan Penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan kasih karunia-Nya, sehingga Penyusun dapat menyelesaikan

makalah ini sesuai dengan waktunya. Tidak lupa, semoga salam dan pujian tetap tercurahkan kepada Nabi Kita, beserta keluarganya, para sahabatnya, hingga umatnya sampai akhir jaman nanti.

Penyusun ucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Penyusun tidak dapat menyebutkan-nya satu persatu, oleh karena keterbatasan waktu dan tempat.

Juga, Penyusun merasa bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, Penyusun memohon kritik dan saran membangun supaya dapat memperbaiki kekurangan dari makalah ini.

Akhirnya, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat, khususnya untuk Penyusun dan masyarakat pada umumnya.

Bandung, 31 Mei 2014

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 2

1.3. Tujuan Masalah ... 2

BAB II PEMBAHASAN ... 3

2.1. Biografi Mircea Eliade ... 3

2.2. Konsep Yang Sakral dan Yang Profan ... 5

2.3. Agama Islam ... 8

2.4. Agama Kristen ... 11

2.5. Yang Sakral antara Ka’bah dan Salib ... 19

2.6. Hasil Studi ... 26

BAB III PENUTUP ... 29

3.1. Kesimpulan ... 29

3.2. Saran ... 29

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Kehidupan masyarakat atau sosial mengikat kehidupan pribadi dan kehidupan sosialnya. Ia tak mungkin hidup sendiri tanpa mempelajari dan

bergabung dengan lingkungan sekitarnya. Hidup bergaul dengan orang lain adalah aktifitas yang biasa terjadi dalam suatu masyarakat, seperti bertatap wajah, berbicara satu sama lain, ataupun saling menyapa misalnya. Namun, ada batasan-batasan yang menyebabkan mereka tak bisa terlalu bebas bertingkah laku di masyarakat tersebut, yaitu Yang Sakral.

Yang Sakral harus diketahui oleh anggota masyarakat, ia harus dihormati, dimuliakan, dan diberikan perlakuan berbeda dengan yang lainnya. Selain dari ini adalah wilayah Yang Profan. Yang Profan tak harus dipelajari karena ketika seseorang mempelajari Yang Sakral maka ia tahu batas-batas Yang Profan. Tempat keramat, pohon angker, atau batu “berisi” menyebabkan seseorang tak bisa bertindak sesuka hatinya terhadap tempat ataupun benda-benda tersebut.

(5)

1.2. Rumusan Masalah

a. Bagaimana konsep Yang Sakral dan Yang Profan menurut Mircea Eliade? b. Bagaimana hubungan Ka’bah dan Salib dengan konsep Yang Sakralnya

Eliade?

1.3. Tujuan Masalah

a. Untuk mengetahui konsep Yang Sakral dan Yang Profan menurut Mircea Eliade

(6)

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Biografi Mircea Eliade

Mircea Eliade dilahirkan di Bucharest, Rumania, pada tanggal 9 Maret 1907, anak seorang pegawai kemiliteran Rumania. di masa kecilnya, Eliade suka

menyendiri, menyenangi sains, sejarah dan menulis. Karena keseriusannya dalam menulis sehingga pada usia 18 tahun dia merayakan penerbitan artikelnya yang keseratus. Oleh karena itu dia diminta oleh penerbit Surat Kabar setempat untuk menulis kolom fiktif dan meresensi buku.1

Eliade menjalankan studinya di Universitas Bukharest dan Italia. Eliade mempelajari pikiran-pikiran mistik Platonis dari tokoh-tokoh Renesainse Italia, di saat mempelajari pemikiran ini dia bertemu dengan pemikiran Hindu dan yang menitik beratkan penyatuan spiritual dengan Roh Agung (supreme soul) di luar dunia ini, selanjutnya dia melanjutkan studinya ke India dibawah bimbingan ilmuwan Surandath Dasgupta. Di penghujung tahun 1928, Eliade diterima di Universitas Calcuta dengan bekerja di rumah Dasgupta. Namun karena pergaulannya dengan Dagupta begitu dekat dengan berat ia dan pembimbingnya itu beralih mendalami ajaran yoga di Himalaya. Di akhir pengalamannya di India dia menyatakan bahwa pengalamannya di India telah memberi kesan yang sangat mendalam bagi hidupnya. Terutama karena dia telah menemukan tiga hal:

pertama, bahwa jalan hidup bisa berubah dikarenakan sebuah pengalaman

sakramental; kedua, simbol merupakan kunci membuka dunia spiritual; ketiga, semua itu dapat ditemukan dan digali di anak benua India.2

Pada tahun 1931, setelah tiga tahun menetap di India, Eliade kembali ke Rumania untuk menunaikan tugas militerdi Rumania kemudian dia meneruskan

1Daniel L. Pals, Seven Theories of Religion, (Yogyakarta: IRCiSoD, 2012), cet. 2, hlm. 227.

(7)

bakat menulisnya sampai tahun 1933 dalam usia yang sangat muda 26 tahun, dia telah menjadi seorang selebritis dengan terbitnya novel yang berjudul Maiberayl (Bengal night) yang diilhami oleh kisah cintanya dengan putri Dasgupta.3

Pada tahun 1936 dia mempublikasikan sebuah karya yang merupakan disertasi doktoralnya yang berjudul “Yoga: an Essays on the originas of India Mystical Theology” . Studi yang dimuat dalam disertasinya ini merupakan salah satu karyanya dibidang itu. setelah mendapat title doctor ia kemudian mengajari di universitas Bucharest sebagai asisten salah seorang filosof berpengaruh bernama

Nae Ionesco yang dikenal sebagai pemimpin organisasi Nasionalis Rumania.4 Pada masa perang dunia II, Eliade diangkat pemerintah Rumania sebagai seorang diplomat dan bertugas di Lisbon, Portugal. setelah perang usai dia memilih untuk tidak kembali ke negerinya akan tetapi dia memilih untuk menetap di Paris, dan kemudian mendapat kesempatan untuk emngajar di Ecole des Houtes Etudes. disana dia berhasil menyelesaikan dua buku penting yang berisi wacana pemikiran yang berpengaruh yaitu Patern in Compartive Religion (1949) dan The

Myth of eternal Return (1949).5

Pada tahun 1950-an setelah memberikan kuliah-kuliah di Universitas Chicago dia memperoleh gelar professor dari Divinity School dan pada tahun 1962 dia menjadi professor yang ternama, dan seorang ahli agama India, kemudian ia menjadi seorang penasehat bagi generasi muda yang bersemangat untuk meneliti hal-hal mistik terutama yang berasal dari India, dengan bimbingannya itu kemudian setelah 20 tahun kemudian lahirlah 30 orang profesor dibidang perbandingan agama dari yang asalnya hanya 3 orang dengan demikian Mircea Eliade telah melakukan perjalanan studinya sekaligus rohaninya dari mulai India sampai Amerika yang berarti telah mempertemukan dua kutub yang berbeda yaitu Timur dan Barat.6

3Ibid., hlm. 228. 4Ibid., hlm. 228-9. 5

Ibid., hlm. 229.

6Husni Mubarok, “Mircea Eliade”, Ilmu Perbandingan Agama: Ilmu adalah Akhlak yang

(8)

2.2. Konsep Yang Sakral dan Yang Profan

Pembahasan masyhur mengenai yang sakral dan yang profan mungkin hanya ada pandangan Durkheim dan Eliade saja. Studi kali ini tidak akan melihat definisi dan uraiannya dari sudut pandang Durkheim, tetapi dari Eliade. Sebutan yang sakral kiranya tepat dalam memberikan penjelasan apa yang dimaksud dengan beragama. Menurutnya, beragama adalah sebuah pengalaman pada apa yang disebut dengan Yang Sakral. Yang Sakral ini menjadi begitu penting dalam kehidupan beragama masyarakat yang benar-benar mengalami sebuah

pengalaman sebagai orang yang beragama.

Eliade tak bermaksud mereduksi tentang Yang Sakral, hanya saja ia yakin bahwa setiap agama memiliki konsep tentang Yang Sakral dan Yang Profan. Tambahnya, Yang Sakral adalah wilayah yang supernatural, sesuatu yang ekstraordinasi, tidak mudah dilupakan dan teramat penting. Setiap agama meskipun ditinjau dari realitas agama yang plural, memiliki iden tentang Yang Sakral. Yang Sakral, dalam arti yang lebih luas, tidak selalu berhubungan dengan agama, ia bisa saja sebagai tindakan-tindakan, tempat, kebiasaan-kebiasaan, dan gagasan-gagasan yang dianggap kudus.

Dunia ini, dalam pandangan keagamaan, dibagi menjadi dua, pertama adalah wilayah Yang Sakral dan kedua adalah wilayah Yang Profan. Yang Profan biasanya tidak dihiraukan, menjadi yang biasa-biasa saja, wilayahnya bukan sebagai sesuatu yang sakral. Namun di sisi lain, apa yang biasa kita anggap Profan menjadi begitu sakral dalam suatu agama, dan memang ini tidak masalah, karena universalitas ini ada di dalam diri manusia walau contoh-contoh konkretnya berbeda dari apa yang selama ini anggap biasa-biasa saja (profan).

Yang Sakral ini harus dipahami kalau ia tidak terbatas pada Tuhan personal saja yang diyakini oleh agama-agama pada umumnya. Bahkan sebuah batu saja, seperti yang akan kita akan lihat nanti, bisa menjadi batu yang berbeda–dari yang mungkin sebagian orang memahami- sebagai batu yang biasa, dan batu-batu

lainnya hanya batu Yang Profan.

(9)

menjadi bernilai dalam kehidupan masyarakat karena memang esensi manusia tidak bisa jauh dari sesuatu benar-benar wholly other. Inilah sebabnya, dari masyarakat arkais hingga masyarakat zaman modern, Yang Sakral adalah aspek paling penting bagi manusia. Sifat dasariah manusialah yang mencari nilai-nilai non-kumulatif dalam hidupnya, ia menjadi tergila-gila pada sebuah nilai, entah apapun bentuknya, tapi yang paling penting dan mendasar adalah Yang Sakral tetap menjadi esensial di perasaan manusia.

Perasaan religius ini, dalam kajian Rudolf Otto, memang irrasional, sulit

dipahami, terlebih lagi sangat berbeda dengan konsep-konsep rasional yang berkembang di zaman modern. Ia menamakan perasaan religius ini dengan

Numinous. Perasaan ini adalah dasar dari agama, lalu mendahului rasa tentang

asal-muasal alam semesta dan menemukan landasan bagi beretika. Tapi kita juga harus mengetahui bahwa perasaan religius ini (numinous) memiliki objek kesakralan. Objek ini bukan objek biasa karena dalam dirinya terdapat mysterium

tremendum et fasnisans.

Mungkin dari sinilah kita mengetahui satu hal, bahwa praktik religius pada asal mulanya adalah sebuah penghayatan terhadap kekuatan esensial yang berbentuk perasaan dalam diri manusia. Manusia sebagai homo religius memiliki simbol ataupun narasi tentang yang sakral (mitologi). Hal ini dapat diterima ketika simbol dan mitos menjadi bagian terpenting dalam praktik religius, karena Yang Sakral tidak tergambarkan dalam pikiran.

Yang Sakral Yang Dihayati

Kita telah ketahui bahwa common aspect pada seluruh praktek religius adalah perasaan yang mendalam tentang Yang Sakral. Selain tak terpahami, kesakralan bisa juga seperti sesuatu yang berupa benda materi, aktifitas, seorang tokoh, dan lain sebagainya. Artinya, dalam praktik religius ada tanda-tanda yang menjadi petunjuk tentang Yang Sakral. Dalam hal ini kita mendapat poin penting, yaitu bagaimana simbol menjadi salah satu unsur penting dalam praktik religus.

(10)

bagaimana ia memberikan deskripsi kepada kita ketika menghayati Yang Sakral. praktik religius ini biasa disebut Ritus . Seperti biasa, ketika ada aktifitas yang bernilai Sakral ada pula yang bernilai Profan. Bisa jadi hal yang biasa kita kerjakan bersifat profan, bagi suatu agama lain memiliki sakralitas tersendiri.

Hal lain yang menjadi spesifik dalam deskripsi Yang Sakral adalah Tuhan-Tuhan personal. Hal ini, dalam sejarah agama adalah suatu hal yang sangat penting. Yang Sakral, sebagai sesuatu yang absolut, ekuivalen dengan Tuhan Yang Personal. Meskipun Tuhan personal menjadi absolut dalam sakralitasnya,

namun, di tempat yang lain, praktik religius seringpula menganggap hal yang materi berupa epifani Yang Sakral.

Simbol-simbol dalam religius, misalnya tumpukan batu Ka’bah, menjadi sesuatu yang begitu penting dalam masyarakat Muslim. Ka’bah menggambarkan kepada kita bagaimana bangunan tersebut adalah batu yang tersusun. Sebagai sebuah batu ia hanyalah sebuah batu, tidak lebih dan tidak kurang. Saat ini yang patut dipertanyakan adalah mengapa Ka’bah bisa menjadi sebuah batu Yang Sakral, yang begitu diagungkan oleh kaum muslim? Dalam penghayatan mereka terhadap Yang Sakral batu di kota Mekkah itu menjadi objek ciuman dari ribuan bahkan ratusan ribu atau bisa lebih orang yang mengunjungi Mekkah.

Selain simbol, praktik religius, misalnya ritus, juga bermakna sakral dalam agama yang spesifik. Dalam ritus ini, kita diperlihatkan sebuah aktifitas dan begitupun sebuah benda menjadi sangat kudus. Contoh dari hal ini adalah dalam malam Nishfu Sya’ban, 23 juni 2013, kaum Muslim datang ke masjid untuk melakukan ritual di malam sakral tersebut. Berbondong-bondong membawa air dalam botol. Mereka meyakini bahwa air tersebut dapat menjadi berkah jika telah dido’akan di malam tersebut. Penampakan ini persis seperti batu Ka’bah yang begitu sakralnya dalam pandangan kaum Muslim.

Berbagai ‘bentuk’ praktek religius dapat ditemukan sesuai ajaran agama tersebut. Pengalaman religius, didefinisikan oleh Joachim Wach, adalah sebagai

(11)

Ide tentang Yang Sakral memenuhi seluruh keberadaan manusia serta sejarahnya. Dari zaman masyarakat arkais hingga masa kini ide tentang Yang Sakral belum runtuh. Mari kita melihat bagaimana masyarakat Tikopia melakukan ritus.

“Mengayam tikar-tikar suci adalah satu ritus penting. Para perempuan itu harus mengarahkan punggung mereka ke panta, bukan ke danau. Alasannya, kalau mengarahkan punggung ke danau maka mereka tidak menunjukan rasa hormat kepada daerah suci Uta, yang terletak di sebrangnya… Ketika mulai mengayam benar-benar, peraturan untuk diam dijalankan: perempuan-perempuan itu tidak boleh bicara satu sama lain, kaum laki-laki juga tidak boleh berbicara kepada mereka. Semua percakapan biasa dilarang. Para pekerja itu juga tidak boleh didekati orang lain. seorang anak, cucu dari kepala suku, ketika akan menyebrangi “marae” (daerah terbuka yang digunakan untuk upacara religius) diminta untuk pergi ke pedalama, oleh penjaga, dan tidak boleh mendekati perempuan itu.”

Kita dapat melihat betapa banyaknya objek yang dianggap sakral oleh masyarakat Tikopia tersebut. Dalam sebuah ritus itu Yang Sakral bukanlah sesuatu yang biasa kita anggap Sakral. Tikar-tikar, danau, arah tubuh, adalah, bagi saya pribadi, bukan sesuatu Yang Sakral. Tapi bagi mereka itu adalah Sakralitas yang semuanya adalah derivasi dari perasaan tentang Yang Sakral.

Dalam kajian Eliade terdapat kasus bagaimana Yang Profan menjadi sesuatu Yang Sakral. saya kira, masalah itu bisa dijelaskan dalam tulisan yang lain. Di awal, saya sudah katakan bahwa tulisan ini adalah tentang universalitas perasaan dan ide tentang Yang Sakral dan dilanjutkan bagaimana Yang Sakral dihayati oleh orang-orang beragama.7

2.3. Agama Islam

Islam (Arab: al-islām, م ﻼ ﺳ ﻹ ا, yang berarti "berserah diri kepada Tuhan,

patuh, taat, tunduk") adalah agama yang mengimani satu Tuhan, yaitu Allah.

Dengan lebih dari satu seperempat miliar orang pengikut di seluruh dunia, menjadikan Islam sebagai agama terbesar kedua di dunia setelah agama Kristen. Islam memiliki arti "penyerahan", ataupenyerahan diri” sepenuhnya kepada

7 Rainhard, Sakral dan Profan, Jerit Raiso,

(12)

Tuhan (Arab: ﷲ , Allāh). Pengikut ajaran Islam dikenal dengan sebutan Muslim yang berarti "seorang yang tunduk kepada Tuhan", atau lebih lengkapnya adalah

Muslimin bagi laki-laki dan Muslimat bagi perempuan. Islam mengajarkan bahwa

Allah menurunkan firman-Nya kepada manusia melalui para nabi dan rasul utusan-Nya, dan meyakini dengan sungguh-sungguh bahwa Muhammad adalah nabi dan rasul terakhir yang diutus ke dunia oleh Allah.

Secara bahasa, Islam berasal dari kata Arab, aslama-yuslimu-islaman, yang secara berarti “menyelamatkan.”Islam/Islaman adalah masdar/kata benda sebagai

bahasa penunjuk dari fi'il/kata kerja yaitu 'aslama' yang berarti telah selamat (Past Tense) dan 'yuslimu' yang berarti menyelamatkan (past continous tense).8

Kata triliteral semitik 'S-L-M' menurunkan beberapa istilah terpenting dalam pemahaman mengenai ke-Islaman, yaitu Islam dan Muslim. Kesemuanya berakar dari kata salam yang berarti kedamaian. Kata Islam lebih spesifik lagi didapat dari bahasa Arab aslama, yang bermakna "untuk menerima, menyerah atau tunduk" dan dalam pengertian yang lebih jauh kepada Tuhan.

Dengan demikian, Islam berarti penerimaan dari dan penyerahan diri kepada Tuhan, dan penganutnya harus menunjukkan ini dengan menyembah-Nya, menuruti perintah-Nya, dan menghindari politheisme. Perkataan ini memberikan beberapa maksud dari al-Qur’an. Dalam beberapa ayat, kualitas Islam sebagai kepercayaan ditegaskan: "Barangsiapa yang Allah menghendaki akan

memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam..." Ayat lain menghubungkan Islām dan dīn (lazimnya diterjemahkan sebagai "agama"): "...Pada hari ini telah Ku-sempurnakan

untukmu agamamu, dan telah cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu." Namun masih ada yang lain yang

menggambarkan Islam itu sebagai perbuatan kembali kepada Tuhan lebih dari hanya penyataan pengesahan keimanan.

Kepercayaan dasar Islam dapat ditemukan pada dua kalimah shahādatāin

("dua kalimat persaksian"), yaitu "asyhadu an-laa ilaaha illallaah, wa asyhadu

8Wahyuddin dkk., Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta: Grasindo,

(13)

anna muhammadan rasuulullaah" –yang berarti "Saya bersaksi bahwa tiada

Tuhan selain Allah, dan saya bersaksi bahwa Muhammad saw. adalah utusan Allah". Esensinya adalah prinsip keesaan Tuhan dan pengakuan terhadap kenabian

Muhammad. Adapun bila seseorang meyakini dan kemudian mengucapkan dua kalimat persaksian ini, ia dapat dianggap telah menjadi seorang muslim dalam status sebagai mualaf (orang yang baru masuk Islam dari kepercayaan lamanya). Syahadat adalah dua perkataan pengakuan yang diucapkan dengan lisan dan dibenarkan oleh hati untuk menjadikan diri orang Islam.9

Kaum Muslim percaya bahwa Allah mengutus Muhammad sebagai Nabi terakhir setelah diutusnya Nabi Isa enam abad sebelumnya. Agama Islam mempercayai bahwa al-Qur'an dan Sunnah (setiap perkataan dan perbuatan Muhammad) sebagai sumber hukum dan peraturan hidup yang fundamental. Mereka tidak menganggap Muhammad sebagai pengasas agama baru, melainkan sebagai penerus dan pembaharu kepercayaan monoteistik yang diturunkan kepada Ibrahim, Musa, Isa, dan nabi oleh Tuhan yang sama. Islam menegaskan bahwa agama Yahudi dan Kristen belakangan setelah kepergian para nabinya telah membelokkan wahyu yang Tuhan berikan kepada nabi-nabi ini dengan mengubah teks dalam kitab suci, memperkenalkan intepretasi palsu, ataupun kedua-duanya.

Umat Islam juga meyakini al-Qur'an yang disampaikan oleh Allah kepada Muhammad. melalui perantara Malaikat Jibril adalah sempurna dan tidak ada keraguan di dalamnya (Al-Baqarah: 2). Di dalam al-Qur'an Allah juga telah berjanji akan menjaga keotentikan al-Qur'an hingga akhir zaman.

Adapun sebagaimana dinyatakan dalam al-Qur'an, umat Islam juga diwajibkan untuk beriman dan meyakini kebenaran kitab suci dan firman-Nya yang diturunkan sebelum al-Qur'an (Zabur, Taurat, Injil dan suhuf para nabi-nabi yang lain) melalui nabi dan rasul terdahulu sebelum Muhammad. Umat Islam juga percaya bahwa selain al-Qur'an, seluruh firman Allah terdahulu telah mengalami perubahan oleh manusia. Mengacu pada kalimat di atas, maka umat Islam

9Beni Kurniawan, Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta: Grasindo,

2009), hlm. 27; Tim Penceramah Jakarta Islamic Centre (JIC), Islam Rahmat bagi Alam Semesta:

(14)

meyakini bahwa al-Qur'an adalah satu-satunya kitab Allah yang benar-benar asli dan sebagai penyempurna kitab-kitab sebelumnya.10

Umat Islam meyakini bahwa agama yang dianut oleh seluruh nabi dan rasul utusan Allah sejak masa Adam adalah satu agama yang sama dengan (tauhid, satu Tuhan yang sama), dengan demikian tentu saja Ibrahim juga menganut ketauhidan secara hanif (murni) yang menjadikannya seorang muslim. Pandangan ini meletakkan Islam bersama agama Yahudi dan Kristen dalam rumpun agama yang mempercayai Nabi Ibrahim as. Di dalam al-Qur'an, penganut Yahudi dan Kristen

sering direferensikan sebagai Ahli Kitab atau orang-orang yang diberi kitab.11

2.4. Agama Kristen

Agama Kristen adalah sebuah kepercayaan monoteistik yang berdasar pada ajaran, hidup, sengsara, wafat, dan kebangkitan Yesus Kristus menurut Perjanjian Baru. Agama ini meyakini Yesus Kristus adalah Tuhan dan Mesias yang diramalkan dalam Perjanjian Lama, juruselamat bagi seluruh umat manusia, yang menebus manusia dari dosa. Pengikutnya beribadah di gereja dan Kitab Suci mereka adalah Alkitab. Murid-murid Yesus Kristus pertama kali dipanggil Kristen di Antiokhia (Kis 11: 26b).12

Agama Kristen termasuk salah satu dari agama Abrahamik yang berdasarkan hidup, ajaran, kematian dengan penyaliban, kebangkitan, dan kenaikan Yesus dari Nazaret ke surga,13sebagaimana dijelaskan dalam Perjanjian Baru, umat Kristen meyakini bahwa Yesus adalah Mesias yang dinubuatkan dalam dari Perjanjian Lama (atau Kitab suci Yahudi). Kekristenan adalah

10Udo Yamin Efendi Majdi, Quranic Quotient: Menggali dan Melejitkan Potensi Diri

melalui al-Qur’an, (Jakarta: QultumMedia, 2007) , hlm. 28-31; Harun Hadiwijono, Inilah

Sahadatku, (Jakarta: Gunung Mulia, 2006), cet. 11, hlm. 19.

11Wikipedia, “Islam”, Wikipedia: Ensiklopedia Bebas, http://id.wikipedia.org/wiki/Islam,

diakses pada tanggal 31 Mei 2014, pukul 14.59; Mahmoud Muhammad Thaha, Maknai Terus

Shalatmu: Risalah Kebebasan Individu dan Keadilan Sosial, (Yogyakarta: LKiS, 2007), cet. 2,

hlm. 43; Agus Haryo Sudarmojo, Benarkah Adam Manusia Pertama? Interpretasi Baru Ras Adam

menurut al-Qur’an, (Yogyakarta: Bunyan, 2013), hlm. 69; Tijani Abd. Qadir Hamid, Pemikiran

Politik dalam al-Qur’an, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), hlm. 140.

12Justin Taylor, Asal Usul Agama Kristen, (Yogyakarta: Kanisius, 2012), cet. 5, hlm. 170,

283; Arend van Leeuwen, Agama Kristen dalam Sejarah Dunia, (Jakarta: Gunung Mulia, 2007), cet. 9, hlm. 46-7.

13Eko Riyadi, Yesus Kristus Tuhan Kita: Mengenal Yesus Kristus dalam Warta Perjanjian

(15)

monoteisme, yang percaya akan tiga pribadi (secara teknis dalam bahasa Yunani,

hypostasis14) Tuhan atau Tritunggal. Tritunggal dipertegas pertama kali pada Konsili Nicea I pada tahun 325 yang dihimpun oleh Kaisar Romawi Konstantin I.15

Pemeluk agama Kristen mengimani bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juru Selamat, dan memegang ajaran yang disampaikan Yesus Kristus. Dalam kepercayaan Kristen, Yesus Kristus adalah pendiri jemaat (gereja) dan kepemimpinan gereja yang abadi (Injil Mat 16: 18-19)

Umat Kristen juga percaya bahwa Yesus Kristus akan datang untuk kedua kalinya sebagai Raja dan Hakim akan dunia ini. Sebagaimana agama Yahudi, mereka menjunjung ajaran moral yang tertulis dalam Sepuluh Perintah Tuhan.

Kata Kristen sendiri memiliki arti "pengikut Kristus”atau "pengikut Yesus." Murid-murid Yesus Kristus untuk pertama kalinya disebut Kristen ketika mereka berkumpul di Antiokia (Kis 11: 26b).

Sepeninggal Yesus, kepemimpinan orang Kristen diteruskan berdasarkan penunjukan Petrus oleh Yesus. Setelah Petrus meninggal kepemimpinan dilanjutkan oleh para uskup yang dipimpin oleh uskup Roma. Pengakuan iman mereka menyebutkan kepercayaan akan Allah Tritunggal yang Mahakudus, yakni Bapa, Anak (Yesus Kristus), Roh kudus, Gereja yang satu, kudus, katolik, apostolik; pengampunan dosa, kebangkitan badan, kehidupan kekal.

Setelah itu, Gereja Kristen mengalami dua kali perpecahan yang besar: yang pertama terjadi pada tahun 1054 antara Gereja Barat yang berpusat di Roma (Gereja Katolik Roma) dengan Gereja Timur (Gereja Ortodoks Timur) yang berpusat di Konstantinopel (sekarang Turki). Yang kedua terjadi antara Gereja Katolik dengan Gereja Protestan pada tahun 1517 ketika Martin Luther memprotes ajaran Gereja yang dianggapnya telah menyimpang dari kebenaran.

14Para Bapa Gereja sudah mulai menggunakan istilah Latin persona dan padanannya dalam

bahasa Yunani prosopon serta istilah tambahan Yunani hypotasis untuk mengidentifikasi ketigaan dari Trinitas itu. Linwood Urban, Sejarah Ringkas Pemikiran Kristen, (Jakarta: Gunung Mulia, 2006), cet. 2, hlm. 75.

15 Pembahasan lebih lanjut silakan lihat Bernhard Lohse, Pengantar Sejarah Dogma

(16)

Banyak denominasi Gereja kini menyadari bahwa perpecahan itu justru menyimpang dari pesan Yesus yang mendoakan kesatuan di antara para pengikutnya.

Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka; supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.”(Yoh 17:20-21)

Doa ini kemudian menjadi dasar dari gerakan ekumenisme yang dimulai pada awal abad ke-20.

Contoh benda-benda yang digunakan umat Kristen dan Katolik untuk beribadah seperti Alkitab, sebuah Salib, and sebuah Rosario. Adapun peribadatan dalam agama Kristen yaitu:

a. Liturgi

Justin Martyr menggambarkan liturgi (tata cara urutan ibadah) Kristen di

First Apology (c. 150) kepada Penguasa Antoninus Pius pada abad ke-2, dan

penggambarannya masih relevan untuk menggambarkan struktur dasar dari liturgi ibadah Kristen. Justin menggambarkan, orang Kristen berkumpul untuk ibadah bersama pada hari Minggu, yaitu hari Yesus bangkit dari kubur. Pembacaan Firman Tuhan diambil dari Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, tapi terutama dari Injil. Pada akhir dari liturgi ibadah, diadakan Perjamuan Kudus, untuk

memperingati pengorbanan Yesus.

Namun gereja pada saat ini juga ada yang mengadakan ibadah selain hari Minggu. Gereja Advent Hari Ketujuh berkumpul pada hari Sabtu. Gereja Pentakosta atau Karismatik mengikuti "tuntunan Roh Kudus" dan tidak memiliki liturgi yang tertulis, walaupun ada tata cara urutan umum kebiasaan ibadah yang biasanya dari minggu ke minggu mirip. Gereja Evangelical menggabungkan Pop dan Rock ke dalam ibadahnya, sementara beberapa Gereja yang lain melarang sama sekali penggunaan alat musik dalam ibadah, seperti Gereja Ortodoks.

(17)

b. Sakramen

Sakramen adalah ritus Agama Kristen yang menjadi perantara (menyalurkan) rahmat ilahi. Kata 'sakramen' berasal dari Bahasa Latin sacramentum yang secara harfiah berarti "menjadikan suci.” Salah satu contoh penggunaan kata

sacramentum adalah sebagai sebutan untuk sumpah bakti yang diikrarkan para

prajurit Romawi; istilah ini kemudian digunakan oleh Gereja dalam pengertian harfiahnya dan bukan dalam pengertian sumpah tadi.16

c. Kalender Liturgis

Komunitas Katolik Roma, Anglikan, dan Kristen Protestan mengatur ibadah dalam jadwal kalender liturgis. Hal ini termasuk hari-hari suci, misalnya Hari Perenungan yang memperingati sebuah kejadian di dalam hidup Yesus Kristus, hari-hari puasa, atau perayaan-perayaan biasa seperti hari memperingati orang-orang kudus. Komunitas Kristen yang tidak mengikuti tradisi kalender liturgis biasanya masih tetap merayakan perayaan-perayaan tertentu, seperti Natal, Paskah, dan Kenaikan Yesus ke Surga. Beberapa Gereja sama sekali tidak memakai kalender liturgis.

d. Simbol

Salib, yang saat ini adalah simbol Kekristenan yang paling mudah dikenali di seluruh dunia, telah digunakan sebagai simbol Kristen pada zaman sangat awal. Lambang ikan juga nampaknya berada di urutan teratas lambang favorit setelah salib. Lambang ikan dipakai oleh karena kemiripan 5 huruf konsonan yang membentuk kata ikan (Ichthys), yang mana dapat dipakai sebagai singkatan untuk menggambarkan Yesus: Iesous Christos Theou Yios Soter, artinya Yesus Kristus, Anak Allah, Penyelamat.

Orang Kristen awal mula suka untuk menghiasi makam-makam mereka dengan ukir-ukiran dan gambar mengenai Yesus, orang-orang kudus, kejadian dari Alkitab, dan perlambang-perlambang yang lain. Orang-orang Kristen awal

16Gereja Katolik dan Ortodoks menerima tujuh sakramen: baptisan, penguatan, ekaristi,

perkawinan, tahbisan, pengurapan orang sakit, dan tobat. Orang-orang Kristiani Timur menyebut

mysterion (Yunani: Realitas tersembunyi). Orang-orang Protestan hanya mengakui adanya dua

(18)

tidak memiliki pemikiran negatif menganai gambar, ukiran, maupun patung. Simbol-simbol yang lain meliputi burung merpati (simbol Roh Kudus), anak domba (simbol pengorbanan Yesus), pohon anggur beserta ranting-rantingnya (simbol bahwa orang Kristen harus memiliki hubungan secara pribadi dengan Yesus) dan banyak yang lain. Semua ini diambil dari ayat-ayat Alkitab Perjanjian Baru.

e. Baptisan

Baptisan merupakan sebuah ritual dan sakramen menggunakan air, yang

menandakan seseorang berkomitmen menjadi seorang Kristen dan tergabung menjadi anggota Gereja. Ada gereja yang memperbolehkan baptisan dengan air yang dipercikkan (misalnya Gereja Kristen Protestan, Gereja Katolik dan Ortodoks), ada gereja yang mengharuskan baptisan dilakukan dengan diselamkan ke dalam air seperti Yesus (misalnya Gereja Pantekosta dan Karismatik).

f. Doa

Pengajaran Yesus tentang doa pada Khotbah di Bukit17 menggambarkan bahwa doa secara Kristiani hanya memakai sedikit faktor eksternal, atau tidak ada sama sekali, seperti misalnya harus menggambar simbol-simbol tertentu atau harus menyembelih hewan-hewan tertentu terlebih dahulu sebelum berdoa. Dalam doa secara Kristiani, semua perilaku-perilaku yang menekankan kepada "teknik-teknik berdoa" yang menggunakan faktor eksternal seperti yang tadi disebutkan biasanya dituduh sebagai "pagan" (paganisme, penyembahan berhala). Karena itu, dalam doa secara Kristiani, yang ditekankan adalah cukup hanya perlu percaya kepada kebaikan Tuhan ketika berdoa. Di seluruh Perjanjian Baru, penekanan terhadap kebebasan untuk datang kepada Tuhan ini pun ditekankan. Keyakinan ini harus dilihat dari sudut pandang kepercayaan Kristen terhadap hubungan yang unik antara orang percaya dengan Yesus, lewat Roh Kudus.

Dalam tradisi lanjutan, beberapa gerakan sebelum berdoa dianjurkan, seperti misalnya membuat tanda salib, berlutut, atau membungkuk. Kebiasaan melipat

17

(19)

tangan, menyatukan kedua tangan di depan dada, atau mengangkat tangan pun terkadang sering dilakukan untuk meningkatkan konsentrasi ketika berdoa dan mengekspresikan isi doa.

Sejarah agama Kristen

Agama Kristen bermula dari pengajaran Yesus Kristus sebagai tokoh utama agama ini. Yesus lahir di kota Betlehem yang terletak di Palestina sekitar tahun 4-8 SM, pada masa kekuasaan raja Herodes. Yesus lahir dari rahim seorang wanita

perawan, Maria, yang dikandung oleh Roh Kudus. Ia dibesarkan di Nazaret secara adat Yahudi. Sejak usia tiga puluh tahun, selama tiga tahun Yesus berkhotbah dan berbuat mukjizat pada banyak orang, bersama keduabelas muridnya. Yesus yang semakin populer dibenci oleh para pemimpin orang Yahudi, yang kemudian berkomplot untuk menyalibkan Yesus. Yesus disalib pada usia 33 tahun dan bangkit dari kubur pada hari yang ketiga setelah kematiannya. Setelah kebangkitannya, Yesus masih tinggal di dunia selama empat puluh hari, sebelum kemudian naik ke surga.

Setelah naiknya Yesus Kristus ke surga, Rasul-rasul mulai menyebarkan ajaran Yesus ke mana-mana, dan sebagai hasilnya, jemaat pertama Kristen, sejumlah sekitar tiga ribu orang, dibaptis. Namun, pada masa-masa awal berdirinya, agama Kristen cenderung dianggap sebagai ancaman hingga terus-menerus dikejar dan dianiaya oleh pemerintah Romawi saat itu. Banyak pendiri gereja mula-mula yang menjadi korban kekejaman kekaisaran Romawi dengan menjadi martir, yaitu rela disiksa maupun dihukum mati demi mempertahankan imannya, salah satu contohnya adalah Ignatius dari Antiokia yang dihukum mati dengan dijadikan makanan singa.

Saat itu, kepercayaan yang berkembang di Romawi adalah paganisme, di mana terdapat konsep ‘balas jasa langsung’. Namun dengan gencarnya para rasul menyebarkan ajaran Kristen, perlahan agama ini mulai berkembang jumlahnya, sehingga pemerintah Romawi semakin terancam oleh keberadaan agama Kristen.

(20)

kekuasaan Romawi. Selain itu, paganisme dan ramalan-ramalan yang sejak zaman Republik sudah dipakai sebagai alat-alat propaganda dan pembenaran segala tingkah laku penguasa atau alasan kegagalan penguasa, sudah tidak efektif lagi dengan keberadaan agama Kristen. Maka, pada masa-masa ini, banyak umat Kristen yang dibunuh sebagai usaha pemerintah Romawi untuk menumpas agama Kristen. Penyebar utama agama Kristen pada masa itu adalah Rasul Paulus, yang paling gencar menyebarkan ajaran Kristen ke berbagai pelosok dunia.

Pada masa inilah, datang masa-masa kegelapan (192-284), mulai dari Kaisar

Commodus hingga Kaisar Diocletian. Pada masa inilah orang-orang masa itu kehilangan kepercayaan terhadap konsep balas jasa langsung yang dianut di Paganisme, sehingga agama Kristen pun semakin diminati. Hingga akhirnya pada tahun 313, Kaisar Konstantinus melegalkan agama Kristen dan bahkan minta untuk dipermandikan, dan 80 tahun setelahnya, Kaisar Theodosius melarang segala bentuk paganisme dan menetapkan agama Kristen sebagai agama negara.

Sebagai agama resmi negara Kekristenan menyebar dengan sangat cepat. Namun Gereja juga mulai terpecah-pecah dengan munculnya berbagai aliran (bidat). Salah satu upaya untuk menekan bidaah adalah dengan diadakannya Konsili Nicea yang pertama pada tahun 325 M. Konsili Nicea mencetuskan pengakuan iman umat Kristen keseluruhan pertama kali, sebagai tanda persatuan Kristen universal yang dibedakan dari umat-umat Kristen yang bidaah. Salah satu contohnya adalah bidaah Arianisme, yang merupakan salah satu krisis bidaah terbesar saat itu yang menjadi alasan utama diadakannya Konsili Nicea yang pertama.

Ketika Kerajaan Romawi runtuh dan tercerai-berai, Gereja Kristen tetap bertahan. Pada abad ke-11 terjadilah Perang Salib, di mana kekezaman prajurit perang salib menjadi sejarah kelam Kristen yang hingga kini masih banyak disesali. Perang Salib adalah perang agama antara Kristen dan Islam. Dicetuskan pertama kali oleh Paus Urbanus II, Perang Salib I bertujuan merebut kembali kota

(21)

Sementara itu, bagian timur dari Kerajaan Romawi, bertahan sebagai Gereja yang disebut Yunani atau Ortodoks, yang mewartakan kabar gembira di Rusia dan memisahkan diri dari belahan barat yang berada di bawah pimpinan Gereja Roma. Pemisahan ini terjadi pada tahun 1054.

Sementara itu, pada tahun 1460 penemuan percetakan oleh Gutenberg membuat Kitab Suci terjangkau bagi semua orang. Sebelumnya, Kitab Suci dibatasi oleh Gereja kepada umat dengan tujuan untuk menekan bidaah yang merupakan salah satu krisis besar dalam tubuh Gereja saat itu. Kitab Suci hanya

dibacakan di Gereja dan menjadi sumber kotbah.

Saat itu, banyak pihak-pihak tidak bertanggungjawab memanfaatkan kedudukan di dalam Gereja Barat (Katolik) sebagai sumber kekuasaan, sehingga secara tidak langsung mencoreng nama baik Gereja. Pejabat-pejabat tinggi di dalam Gereja semakin terpengaruh untuk mementingkan kepentingan duniawi sehingga semakin menyeleweng dari ajaran dasar Gereja Katolik. Banyak oknum yang menduduki posisi penting di dalam Gereja menggunakan kekuasaannya secara semena-mena sehingga merugikan banyak umat saat itu. Hal ini membuat banyak umat Kristen kecewa dan memprotes serta menuntut pembaharuan. Banyak umat yang berpikir bahwa salah satu cara mendatangkan pembaharuan di dalam Gereja ialah dengan memberikan Kitab Suci kepada semua orang.

Puncak dari penyalahgunaan ajaran Gereja diawali dengan penjualan surat penebusan dosa (indulgensia) oleh gereja kepada masyarakat. Praktik ini sendiri sebenarnya bertentangan dengan ajaran iman Gereja Katolik. Martin Luther, seorang rahib, memutuskan untuk melakukan pembaharuan dengan melakukan pemberontakan terhadap Gereja Katolik dengan memakukan 95 dalil Luther di pintu Gereja Kastil di Wittenberg, Jerman, 31 Oktober 1517, dan membangun gereja tandingan baru. Sedangkan Ignatius Loyola, pendiri ordo Jesuit dalam Gereja Katolik, berusaha melakukan pembaharuan dari dalam, salah satunya adalah dengan memberikan pendidikan teologi Kristen yang ketat kepada para

(22)

mana reformasi Martin Luther dianggap oleh Gereja Katolik sebagai tindakan yang memperparah kondisi kekristenan. Dalam Konsili Trente-lah ajaran iman Gereja Katolik dipertegas (termasuk kanonisasi terakhir Alkitab Katolik) demi menekan dan mengurangi berbagai macam penyalahgunaan yang sewenang-wenang dalam tubuh Gereja.18

Ketika Martin Luther menerjemahkan Kitab Suci menjadi bahasa Jerman, pengikut-pengikutnya mulai memiliki pandangan yang berbeda-beda akan Kitab Suci tersebut, lalu terjadilah pertentangan penafsiran antara umat satu dengan

yang lain, salah satu kasusnya adalah pertentangan antara denominasi protestan reformednya Zwingli dan denominasi anabaptis, reformed-nya Calvinis dengan Arminian, dan masih banyak lagi. Inilah yang membuat agama Kristen Protestan sekarang banyak terbagi-bagi lagi menjadi denominasi-denominasi lagi.19

2.5. Yang Sakral antara Ka’bah dan Salib

Penting rasanya untuk mengkaji Ka’bah dan Salib secara historis terlebih dahulu supaya bisa mendapatkan gambaran pada pembahasan selanjutnya.

Ka’bah

Ka’bah (bahasa Arab: ﺔ ﺑ ﻌ ﻛ ﻟ ا, transliterasi: Ka'bah) adalah sebuah bangunan mendekati bentuk kubus yang terletak di tengah Masjidil Haram di Mekah. Bangunan ini adalah monumen suci bagi kaum muslim (umat Islam). Merupakan bangunan yang dijadikan patokan arah kiblat atau arah patokan untuk hal hal yang bersifat ibadah bagi umat Islam di seluruh dunia seperti salat. Selain itu, merupakan bangunan yang wajib dikunjungi atau diziarahi pada saat musim haji dan umrah.

Syeikh Ibnu Madzur mengatakan bahwa makna asalnya adalah sesuatu yang agung yang ditempatkan di atas kaki manusia. (Kitab Mukhtar Shohah jilid I

halaman 27). Imam Lihyani mengatakan dalam Kitab Lisan al-‘Arab bahwa

18Nana Supriatna, Mamat Ruhimat, dan Kosim, Ilmu Pengetahuan Sosial (Geografi,

Sejarah, Sosiologi, Ekonomi) untuk Kelas VIII Sekolah Menengah Pertama, (Jakarta: Grafindo

Media Pratama, t.t.), hlm. 98.

19 Wikipedia, Kekristenan, Wikipedia: Ensiklopedia Bebas,

(23)

orang Arab mengatakan setiap rumah yang berbentu persegi empat disebut Ka’bah.

Dengan demikian dapat disimpulkan, Baitullah disebut Ka’bah karena dua alasan: pertama, karena bentuknya yang persegi empat, kedua, karena ditinggikannya bangunan itu. Sedangkan arti Ka’bah secara istilah adalah rumah Allah yang suci.20

Syeikh Muhammad Mutawalli al-Sya’rawi menafsirkan Ka’bah sebagai berikut:

Kata al-Ka’b bermakna sesuatu yang jelas atau menonjol, keluar dari batas

datar. Sebagai contoh, kata al-Ka’b di kaki bermakna “mata kaki,” karena ia menonjol. Selain itu, bocah perempuan yang belum balig disebut thiflah. Tetapi, setelah memiliki payudara, ia disebut Ka’ab dan Ka’ib, karena buah dadanya

sudah menonjol. Jadi, Ka’bah itu sesuatu yang menonjol. Sesuatu yang menonjol berarti tinggi. Dan, ketinggian itu menjadi ciri al-Bait. Jadi, al-Bait itu adalah sebuah area, sedangkan ketinggian menentukan ukuran.21

Sejarahwan, narator dan lainnya memiliki pendapat berbeda tentang siapa yang telah membangun Ka’bah. Beberapa pendapat itu ada yang mengatakan Malaikat, Adam dan Syits. Dimensi struktur bangunan Ka’bah lebih kurang berukuran 13,10m tinggi dengan sisi 11,03m kali 12,62 meter. Juga disebut dengan nama Baitullah.

Ka’bah yang juga dinamakan Bayt al-`Atiq (Arab: , Rumah Tua) adalah bangunan yang dipugar pada masa Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail setelah Nabi Ismail berada di Mekkah atas perintah Allah SWT. Dalam Al-Qur'an, Surat 14: 37 tersirat bahwa situs suci Ka’bah telah ada sewaktu Nabi Ibrahim menempatkan Hajar dan bayi Ismail di lokasi tersebut.

Pada masa Nabi Muhammad saw. berusia 30 tahun (sekitar 600 M sebelum diangkat menjadi Rasul), bangunan ini direnovasi kembali akibat banjir bandang yang melanda kota Mekkah pada saat itu. Sempat terjadi perselisihan antar kepala

20

Zainurrofieq, Mukjizat Ka’bah: Mengungkap Keagungan Baitullah, (Jakarta: QultumMedia, 2008), hlm. 50.

21Muhammad Abdul Hamid asy-Syarqaqi dan Muhammad Rajai Ath-Thahlawi, Kabah

(24)

suku atau kabilah ketika hendak meletakkan kembali batu Hajar Aswad pada salah satu sudut Ka’bah, namun berkat penyelesaian Muhammad saw. perselisihan itu berhasil diselesaikan tanpa pertumpahan darah dan tanpa ada pihak yang dirugikan.

Pada saat menjelang Muhammad saw. diangkat menjadi Nabi sampai kepindahannya ke kota Madinah, bangunan Ka’bah yang semula rumah ibadah agama monotheisme (Tauhid) ajaran Nabi Ibrahim telah berubah menjadi kuil pemujaan bangsa Arab yang di dalamnya diletakkan sekitar 360 berhala/patung

yang merupakan perwujudan tuhan-tuhan politheisme bangsa Arab ketika masa kegelapan pemikiran (jahilliyah) padahal sebagaimana ajaran Nabi Ibrahim yang merupakan nenek moyang bangsa Arab dan bangsa Yahudi serta ajaran Nabi Musa terhadap kaum Yahudi, Allah Sang Maha Pencipta tidak boleh dipersekutukan dan disembah bersamaan dengan benda atau makhluk apapun jua dan tidak memiliki perantara untuk menyembahNya serta tunggal tidak ada yang menyerupaiNya dan tidak beranak dan tidak diperanakkan (Surah al-Ikhlas dalam Al-Qur'an). Ka’bah akhirnya dibersihkan dari patung-patung agama politheisme ketika Nabi Muhammad membebaskan kota Mekkah tanpa pertumpahan darah dan dikembalikan sebagai rumah ibadah agama Tauhid (Islam).

Selanjutnya bangunan ini diurus dan dipelihara oleh Bani Sya'ibah sebagai pemegang kunci Ka’bah dan administrasi serta pelayanan haji diatur oleh pemerintahan baik pemerintahan khalifah Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Muawiyah bin Abu Sufyan, Dinasti Ummayyah, Dinasti Abbasiyyah, Dinasti Usmaniyah Turki, sampai saat ini yakni pemerintah kerajaan Arab Saudi yang bertindak sebagai pelayan dua kota suci, Mekkah dan Madinah.

Pada awalnya bangunan Ka’bah terdiri atas dua pintu serta letak pintu Ka’bah terletak di atas tanah, tidak seperti sekarang yang pintunya terletak agak tinggi. Pada saat Muhammad saw berusia 30 tahun dan belum diangkat menjadi

(25)

Hijir Ismail, yang diberi tanda setengah lingkaran pada salah satu sisi Ka’bah. Saat itu pintunya dibuat tinggi letaknya agar hanya pemuka suku Quraisy yang bisa memasukinya, karena suku Quraisy merupakan suku atau kabilah yang dimuliakan oleh bangsa Arab saat itu.

Nabi Muhammad saw pernah mengurungkan niatnya untuk merenovasi kembali Ka’bah karena kaumnya baru saja masuk Islam, sebagaiman tertulis dalam sebuah hadits perkataannya: "Andaikata kaumku bukan baru saja meninggalkan kekafiran, akan aku turunkan pintu Ka’bah dan dibuat dua

pintunya serta dimasukkan Hijir Ismail ke dalam Ka’bah", sebagaimana pondasi

yang dibangun oleh Nabi Ibrahim.

Ketika masa Abdullah bin Zubair memerintah daerah Hijaz, bangunan itu dibangun kembali menurut perkataan Nabi Muhammad saw, yaitu diatas pondasi Nabi Ibrahim. Namun ketika terjadi peperangan dengan Abdul Malik bin Marwan penguasa daerah Syam (Suriah, Yordania dan Lebanon sekarang) dan Palestina, terjadi kebakaran pada Ka’bah akibat tembakan peluru pelontar (onager) yang dimiliki pasukan Syam. Abdul Malik bin Marwan yang kemudian menjadi khalifah, melakukan renovasi kembali Ka’bah berdasarkan bangunan di masa Nabi Muhammad saw dan bukan berdasarkan pondasi Nabi Ibrahim. Ka’bah dalam sejarah selanjutnya beberapa kali mengalami kerusakan sebagai akibat dari

peperangan dan karena umur bangunan.

(26)

penguasa sesudah beliau. Sehingga bangunan Ka’bah tetap sesuai masa renovasi khalifah Abdul Malik bin Marwan sampai sekarang.22

Sebagai tambahan, ibadah haji yang merupakan rukun Islam yang kelima diwajibkan oleh Allah swt. pada tahun 4 H (625 M). Allah menetapkan syari’at haji dari Nabi Ibrahim as wajib dilaksanakan umat Islam dengan turunnya al-Qur’an surat ali-Imran 97.23

Salib

Salib, sejak zaman dulu sampai sekarang, merupakan lambang Kekristenan yang paling mudah dikenal di seluruh dunia. Sudah diindikasikan dalam pandangan-pandangan anti-Kristen yang dikutip dalam tulisan berjudul Octavius karya Minucius Felix, bab IX dan XXIX, yang dibuat di akhir abad ke-2 M (197 M) atau permulaan abad berikutnya.24

Seperti yang telah dipaparkan pada subbab Agama Kristen, awalnya Kristen menggunakan simbol ikan sebagai tanda bahwa ia beragama Kristen. Namun, beberapa tahun kemudian mengalami perubahan yang menjadikan salib sebagai simbolnya. Salib yang digunakan oleh Kristen sebenarnya bukanlah simbol khas Kristen, karena jauh sebelumnya telah ada bangsa-bangsa, kepercayaan-kepercayaan yang menggunakan simbol ini.25

Dalam budaya Mesir kuno, salib dalam bentuk T (Ankh) menjadi sebuah simbol kehidupan dari Dewa Matahari. Dalam budaya Yunani kuno, bentuk salib merupakan lambang dari empat unsur ciptaan yang tidak dapat hancur, yaitu udara,

22Wikipedia, http://id.wikipedia.org/wiki/Kakbah, Wikipedia: Ensiklopedia Bebas, diakses

pada tanggal 31 Mei 14, pukul 17.22

23Anonim,Sejarah Ibadah Haji, Kajian Ilmu: Robb, Bimbinglah hamba-Mu yang hina ini

agar tidak mempunyai perilaku yang dapat mengecewakan-Mu, http://e-kajianilmu.blogspot.com/2010/09/sejarah-ibadah-haji.html, diakses pada tanggal 31 Mei 2014, pukul 18.28

24Wikipedia, op.cit.,Simbol Kristen

25Anonim,Sejarah Salib, Akhir Zaman: Munculnya Yajuj wa Majuj dan al-Masih

ad-Dajjal,

http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=11&cad=rja&uact=8&ved

=0CFYQFjAK&url=http%3A%2F%2Fwww.akhirzaman.info%2Fnashrani%2F49-cat-

(27)

bumi, api, dan air.26 Dalam Kristen sendiri, Salib merupakan lambang dari kemenangan Kristus atas kejahatan dan kematian. Dengan tanda salib inilah Gereja membaptis orang, menerima sakramen, dan memberikan berkat, sehingga seolah-olah tak ada tempat tanpa salib (gereja, rumah, kamar, rumah sakit, kuburan, dan seterusnya).27

Pada awal abad ke-3, salib telah sedemikian dikaitkan dengan Kristus sehingga Clement dari Alexandria, yang meninggal antara tahun 211 dan 216, tanpa takut disalahartikan menggunakan frasa τ ὸκ υ ρ ι α κ ὸν σ η μ ε ῖο ν (tanda Tuhan)

yang berarti "salib", ketika dia mengulangi ide yang baru berkembang sejak munculnya Surat Barnabas, bahwa angka 318 (dalam penulisan angka Yunani menggunakan huruf-huruf Τ Ι Η ) dalam Kejadian 14:14 adalah suatu ramalan perlambang semacam salib (T, garis tegak dengan garis melintang, melambangkan nilai 300) dan Yesus (Ι Η , dua hurud pertama nama-Nya dalam bahasa Yunani,Ι Η Σ Ο Υ Σ , melambangkan nilai 18).

Tokoh Kristen yang hidup sezaman, Tertullian dapat mengistilahkan kelompok orang Kristen yang percaya sebagai crucis religiosi, artinya "pengikut Salib". Dalam bukunya De Corona, ditulis tahun 204, Tertullian menceritakan sudah adanya tradisi orang-orang Kristen berulang kali menggerakkan tangan membuat tanda salib di kening mereka. Meskipun salib telah dikenal sejak awal mula Kekristenan, krusifiks baru muncul pada abad ke-5. Pakar dan sejarawan Medieval Perancis M. M. Davy telah menjabarkan secara rinci "Simbolisme Romawi" (Romanesque Symbolism) berkaitan kemunculan krusifiks ini dalam perkembangan Abad Pertengahan di Eropa Barat.28

Menurut sejarawan Roma Herodotus, salib adalah kebiasaan Persia dan Media. Cara penghukuman ini dipilih mungkin agar tidak mengotori bumi yang sudah dipersembahkan kepada Ahuramazda (atau Ormuz) yang merupakan dewa tertinggi Persia.

26Indra Sanjaya, hlm. 85.

27

I. Marsana Windhu, Bina Iman Liturgi 3: Mengenal 30 Lambang atau Simbol Kristiani, (Yogyakarta: Kanisius, t.t.), hlm. 39.

28 Wikipedia, Simbol Kristen, Wikipedia: Ensiklopedia Bebas,

(28)

Dari sana berkembang juga kepada Aleksander Agung dan terutama ke Carthago di Afrika Utara. Kemudian, peperangan antara Carthago dengan Roma secara tidak langsung membawa salib ke Roma. Di provinsi-provinsi Roma penyaliban menjadi sarana penting untuk memelihara keteraturan dan keamanan daerah. Falvius Yosephus menceritakan banyak penyaliban yang dilaksanakan oleh penguasa Roma sehingga menghabiskan kayu untuk penyaliban.29 Hanya saja di Roma, penyaliban tidak boleh dilaksanakan untuk warga negara Roma, dan dengan demikian hanya diperuntukkan bagi warga kelas bawah saja, seperti para

budak. Penyaliban tampaknya dianggap sebagai suatu cara menghukum yang mengerikan dan merendahkan sehingga seorang orator Romawi yang terkenal, Markus Tullius Cicero mengatakan, “Bahkan kata ‘salib,’ harus dijauhkan tidak hanya dari bibir setiap warga negara Roma, tetapi juga dari pikiran, penglihatan, dan pendengaran mereka.” Menurut informasi Alexander Janneus (penguasa Yudea 103-76) pernah menyalibkan 800 orang tawanannya, kendati penyaliban tidak pernah dimasukkan dalam hukum Yahudi sebagai sara untuk menghukum orang.

Banyak gereja dibangun berbentuk salib. Ada dua macam salib: salib dengan corpus yang populer dalam Gereja Katolik dan salib tanpa corpus lebih populer dalam Gereja Protestan.30Selain berfungsi sebagai cara menghukum para penjahat, namun lebih dari itu, salib telah digunakan sebagai objek penyembahan dari agama-agama kafir pada waktu itu.31Namun tidak bagi Katolik yang telah mempromosikan tanda salib di lingkungan Kristen. Baginya, tanda salib mengandung arti yang sangat mendalam, yaitu:

a. Kemanunggalan dari Allah Trinitas;

b. Salib menunjukkan keadilan Allah, yang menunjukkan betapa kejamnya akibat dosa kita, sehingga Allah sendiri yang menebusnya dengan wafat-Nya di salib itu. Salib menunjukkan kasih Allah yang terbesar, yaitu bahwa

29Lihat juga Windhu, op.cit., hlm. 39-40.

30V. Indra Sanjaya, Yesus, Orang Nazaret, Raja Orang Yahudi, (Yogyakarta: Kanisius,

2008), cet. 5, hlm. 85-6.

31Rudy Lee, Salib bukan Simbolnya Orang Kristen, e-Artikel: Situs Artikel Kristen

(29)

Ia menyerahkan nyawa-Nya bagi kita, agar kita dapat diselamatkan dan memperoleh hidup yang kekal, salib merupakan tanda keselamatan dan kemenangan orang-orang Kristen, yang disebabkan oleh kemenangan Kristus atas dosa dan maut.

Jadi menurut Katolik, salib itu adalah lambang yang berdasarkan Alkitab dan bukanlah sesuatu yang bertentangan dengan ajaran Yesus. Bahkan Rasul Paulus sendiri bermegah dengan pewartaan salib Kristus (Gal 6:14), seingga wajarlah jika kita sebagai pengikut Kristus membawa makna tanda salib ini

kemanapun kita berada.32

Dalam Islam, pembagian wilayah antara yang sakral dan yang profan biasanya muncul dalam kategori agama–dunia–negara (Dîn–Dunyâ–Dawlah).

Hubungan ketiganya sering kali menimbulkan masalah dan menjadi tema pokok dalam berbagai diskusi. Meskipun banyak kalangan yang menyatakan bahwa ketiganya tersebut merupakan satu kesatuan, kenyataannya, menurut Arkoun, lebih bersifat sloganistik karena sering digunakan untuk tujuan mobilisasi massa demi tujuan politik serta untuk menolak berbagai analisis ilmu-ilmu sosial modern.33

2.6. Hasil Studi

Setelah mendeskripsikan konsep Yang Sakral dan Yang Profan menurut Eliade disertai dengan objek kajian yang diambil penulis, maka penulis mencoba menganalisisnya sebisanya. Eliade tampaknya menggunakan pendekatan perbandingan untuk menganalisis Yang Sakral di suatu tempat dengan di tempat lainnya. Ia tak menggunakan pendekatan historis seperti Karen Armstrong dalam bukunya, The History of God, tetapi menggunakan metode perbandingan yang sama. Oleh karena itu penulis hendak menggunakan metode yang sama yaitu metode perbandingan.

Eliade berpijak kepada sebuah konsep kesamaan umum dengan mengambil contoh teorema geometrinya Euclid. Menurutnya, sekalipun ruang dan waktu

32

Stefanus Tay dan Ingrid Tay,“Dalamnya Makna Tanda Salib”, katolisitas.org: Mengenal dan Mengasihi Iman Katolik, http://katolisitas.org/3245/dalamnya-makna-tanda-salib, diakses pada tanggal 31 Mei 2014, pukul 18.08.

(30)

orang yang mempela-jarinya berbeda-beda tetapi orang tetap bisa mempelajarinya karena menurutnya konsepnya adalah sama. Manusia bisa saja bersifat historis, tetapi teorema tidak mengenal batas waktu.34

Ka’bah dan Salib merupakan simbol Yang Sakral. Yang Sakral tak mesti bersifat personal saja; ia bisa berupa tempat atau benda yang disucikan, dihormati, dimuliakan, dikuduskan, ataupun disakralkan. Ka’bah, selain sebagai benda yang disakralkan juga tempat ia berada menjadi tempat yang dikuduskan sehingga umat agama lain dilarang memasukinya karena bisa mencemari kesucian tempat sakral

tersebut. Padahal tempat tersebut sama seperti tempat lain dan Ka’bah pun sama seperti tumpukan batu lainnya.

Sebagai bahan perbandingan terdapat beberapa tempat di dunia ini yang sama, tetapi mengapa harus mensucikan tempat tersebut atau mengapa tempat tersebut harus suci? Setelah diuraikan secara historis, maka pendekatan teologis yang diusung Eliade pun harus digunakan. Seperti yang sudah dibahas, secara historis Ka’bah termasuk ke dalam cerita-cerita suci tiga agama besar: Yahudi, Kristen, dan Islam. Pensucian tempat ini tidak saja di Mekah, tetapi juga di Yerusalem misalnya, yang disucikan oleh bangsa Yahudi dan Kristen. Bahkan tempat penyimpanan tubuh Yesus di dalam Gereja Katolik begitu disucikan sehingga hanya orang setingkat imam saja atau lebih yang diperbolehkan memasukinya.

Allah swt memerintahkan pendirian Ka’bah tersebut kepada Ibrahim dan anaknya. Ia dibangun di atas tanah gersang yang bahkan tak pernah terpikirkan oleh masyarakat Arab sebelumnya sebagai tanah yang akan disucikan nantinya. Tetapi, pengalaman keagamaan Ibrahim dan perintah Tuhan yang membuat Ka’bah menjadi sakral dan tempatnya menjadi suci.

Maka banyak orang-orang dari masing-masing suku berdatangan ke Mekah untuk melaksanakan ibadah haji dan Ka’bah mulai disimpan seorang penjaga. Ka’bah akhirnya disucikan oleh masyarakat setempat dan disakralkan. Beberapa

orang yang tak melihat kesak-ralan ini, memanfaatkannya dengan meletakkan 360 patung di dalamnya yang selanjutnya dihancurkan oleh Nabi Muhammad saw

(31)

dengan tuduhan pencemaran sesuatu Yang Disucikan, Yang Disakralkan, dan sebagainya. Bahkan penggunaan kata seperti yang penulis gunakan tampak seperti mencemarkan Yang Sakral.

Selanjutnya adalah salib yang digunakan oleh Kristen, baik Kristen Katolik maupun Protestan hingga Ortodoks menggunakan simbol ini sebagai simbol yang sentral, walaupun satu ayat dalam Alkitab justru mencelanya, “Terkutuklah orang yang tergantung di tiang salib,…”(Gal).

Sebelum digunakannya salib, orang Kristen menggunakan simbol ikan

sebagai simbol sucinya. Namun, beberapa tahun kemudian digantikan menjadi salib. Mengapa sesuatu yang profan berubah menjadi yang sakral dan mengapa terjadi sebaliknya? Kini, salib mendapatkan tempat yang sentral dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari dan tempat-tempat pelayanan, namun simbol ikan kini bahkan tak bisa dilihat sebagai simbol sakral Kristen.

Lambang salib telah digunakan dulu sebelum kedatangan Kristen. Ia digunakan oleh masyarakat Mesir sebagai sumber kehidupan dewa Matahari, dan di beberapa tempat ia merupakan simbol sesuatu yang dilekatkan kepada dewa-dewa tertentu. Dan dalam Kristen sendiri, ia dilambangkan sebagai simbol penderitaan dan penyaliban Yesus sehingga umat-Nya harus menggunakan simbol tersebut.

Salib sangat disakralkan oleh umat Kristen. Ia diletakkan di mana saja untuk mensucikan suatu tempat atau memberikan perlindungan terhadapnya. Di depan Ka’bah, seseorang mungkin akan merasakan suatu pengalaman keagamaan yang tak dirasakan oleh orang lain. Dan seseorang yang berdoa di depan salib Yesus mungkin akan mengalami pengalaman keagamaan juga seperti halnya orang Islam yang sedang berlari-lari mengelilingi Ka’bah. Pengalaman-pengalaman ini akan muncul, menurut Eliade, di tempat-tempat yang sakral tersebut dan terjadi dengan konsentrasi yang jarang.

Karena terdapat Ka’bah di Mekkah, orang-orang berlomba-lomba

(32)

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Mircea Eliade dilahirkan di Bucharest, Rumania, pada tanggal 9 Maret 1907, anak seorang pegawai kemiliteran Rumania. di masa kecilnya, Eliade suka

menyendiri, menyenangi sains, sejarah dan menulis. Karena keseriusannya dalam menulis sehingga pada usia 18 tahun dia merayakan penerbitan artikelnya yang keseratus. Oleh karena itu dia diminta oleh penerbit Surat Kabar setempat untuk menulis kolom fiktif dan meresensi buku.

Sebutan yang sakral kiranya tepat dalam memberikan penjelasan apa yang dimaksud dengan beragama. Menurutnya, beragama adalah sebuah pengalaman pada apa yang disebut dengan Yang Sakral. Yang Sakral ini menjadi begitu penting dalam kehidupan beragama masyarakat yang benar-benar mengalami sebuah pengalaman sebagai orang yang beragama.

Eliade tak bermaksud mereduksi tentang Yang Sakral, hanya saja ia yakin bahwa setiap agama memiliki konsep tentang Yang Sakral dan Yang Profan. Tambahnya, Yang Sakral adalah wilayah yang supernatural, sesuatu yang ekstraordinasi, tidak mudah dilupakan dan teramat penting. Setiap agama meskipun ditinjau dari realitas agama yang plural, memiliki iden tentang Yang Sakral. Yang Sakral, dalam arti yang lebih luas, tidak selalu berhubungan dengan agama, ia bisa saja sebagai tindakan-tindakan, tempat, kebiasaan-kebiasaan, dan gagasan-gagasan yang dianggap kudus

3.2. Saran

Penulis rasa makalah ini sangat jauh dari kata baik. Hal ini karena kurangnya referensi yang Penulis temukan. Beberapa buku sejarah hanya

(33)

mengenainya. Pun beberapa buku menjelaskannya namun tidak lebih dari dua lembar yang membahas dinasti ini.

(34)

DAFTAR PUSTAKA

a. Buku

asy-Syarqaqi, Muhammad Abdul Hamid dan Ath-Thahlawi, Muhammad Raja’i. 2009.

Ka’bah Rahasia Kiblat Dunia. Bandung: Mizan.

Baedhowi. 2009.

Antropologi al-Qur’an. Yogyakarta: LKiS.

Drane, John. 2005.

Memahami Perjanjian Baru: Pengantar Historis dan Teologis. Cet. 6.

Jakarta: Gunung Mulia.

Hadiwijono, Harun. 2006.

Inilah Sahadatku. Cet. 11. Jakarta: Gunung Mulia.

Hamid, Tijani Abd. Qadir. 2001.

Pemikiran Politik dalam al-Qur’an. Jakarta: Gema Insani Press.

Kurniawan, Beni. 2009.

Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Grasindo.

Leeuwen, Arend van. 2007.

Agama Kristen dalam Sejarah Dunia. Cet. 9. Jakarta: Gunung Mulia.

Lohse, Bernhard. 2008.

Pengantar Sejarah Dogma Kristen. Cet. 6. Jakarta: Gunung Mulia.

Majdi, Udo Yamin Efendi. 2007.

Quranic Quotient: Menggali dan Melejitkan Potensi Diri melalui al-Qur’an.

Jakarta: QultumMedia.

O’Collins, Gerald dan Farrugia, Edward G. 2006.

Kamus Teologi. Cet. 9. Yogyakarta: Kanisius.

Pals, Daniel L. 2012.

(35)

Riyadi, Eko. 2011.

Yesus Kristus Tuhan Kita: Mengenal Yesus Kristus dalam Warta Perjanjian Baru. Yogyakarta: Kanisius.

Sanjaya, V. Indra. 2008

Yesus, Orang Nazaret, Raja Orang Yahudi. Cet. 5. Yogyakarta: Kanisius.

Sudarmojo, Agus Haryo. 2013.

Benarkah Adam Manusia Pertama? Interpretasi Baru Ras Adam menurut

al-Qur’an. (Yogyakarta: Bunyan.

Supriatna, Nana dkk. t.t.

Ilmu Pengetahuan Sosial (Geografi, Sejarah, Sosiologi, Ekonomi) untuk Kelas VIII Sekolah Menengah Pertama. Jakarta: Grafindo Media Pratama.

Taylor, Justin. 2012.

Asal Usul Agama Kristen. Cet. 5. Yogyakarta: Kanisius, 2012.

Thaha, Mahmoud Muhammad. 2007.

Maknai Terus Shalatmu: Risalah Kebebasan Individu dan Keadilan Sosial.

Cet. 2. Yogyakarta: LKiS.

Tim Penceramah Jakarta Islamic Centre (JIC). 2005.

Islam Rahmat bagi Alam Semesta: Untaian Ceramah Penyejuk Hati. Jakarta:

Anggota IKAPI.

Urban, Linwood. 2006.

Sejarah Ringkas Pemikiran Kristen. Cet. 2. Jakarta: Gunung Mulia.

Verkuyl, Drane. J. 2002.

Khotbah di Bukit. Cet. 9. Jakarta: Gunung Mulia.

Wahyuddin, dkk. 2009.

Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Grasindo.

Windhu, Marsana. t.t.

Bina Iman Liturgi 3: Mengenal 30 Lambang atau Simbol Kristiani.

Yogyakarta: Kanisius.

Zainurrofieq. 2008.

Mukjizat Ka’bah: Mengungkap Keagungan Baitullah. Jakarta:

(36)

b. Website

Anonim.

“Sejarah Ibadah Haji”. Kajian Ilmu: Robb, Bimbinglah hamba-Mu yang hina ini agar tidak mempunyai perilaku yang dapat mengecewakan-Mu. http://e-kajianilmu.blogspot.com/2010/09/sejarah-ibadah-haji.html. Diakses pada tanggal 31 Mei 2014, pukul 18.28.

Anonim.

“Sejarah Salib”. Akhir Zaman: Munculnya Ya’juj wa Ma’juj dan al-Masih ad-Dajjal. 720277,d.dGc. Diakses pada tanggal 31 Mei 2014, pukul 17.34.

Lee, Rudy.

“Salib bukan Simbolnya Orang Kristen”. e-Artikel: Situs Artikel Kristen Indonesia. http://artikel.sabda.org/salib_bukan_simbolnya_orang_kristen. Diakses pada tanggal 31 Mei 2014, pukul 17.59.

Mubarok, Husni.

“Mircea Eliade”. Ilmu Perbandingan Agama: Ilmu adalah Akhlak yang

Mulia. http://husnie85.blogspot.com/2011/02/mircea-eliade-riwayat-hidup-mircea.html. Diakses pada tanggal 31 Mei 2014, pukul 14.28.

Rainhard.

“Sakral dan Profan”. Jerit Raiso.

rainhardvidiansyah.wordpress.com/2013/07/14/sakral-dan-profan/. Diakses pada tanggal 31 Mei 2014, pukul 16.47.

Tay, Stefanus dan Tay, Ingrid.

“Dalamnya Makna Tanda Salib”. katolisitas.org: Mengenal dan Mengasihi Iman Katolik. http://katolisitas.org/3245/dalamnya-makna-tanda-salib, diakses pada tanggal 31 Mei 2014, pukul 18.08.

Wikipedia.

“Kakbah”. Wikipedia: Ensiklopedia Bebas.

(37)

Wikipedia.

“Kekristenan”. Wikipedia: Ensiklopedia Bebas.

http://id.wikipedia.org/wiki/Kekristenan. Diakses pada tanggal 31 Mei 2014, pukul 15.38.

Wikipedia.

“Simbol Kristen”. Wikipedia: Ensiklopedia Bebas.

http://id.wikipedia.org/wiki/Simbol_Kristen/. Diakses pada tanggal 31 Mei 2014, pukul 17.28.

Wikipedia.

Referensi

Dokumen terkait

Secara lebih lanjut Yusgiantoro (2000) mengungkapkan bahwa suatu industri kelistrikan yang memipunyai sifat monopoli alamiah membutuhkan intervensi dari pemerintah

“Konsep pemasaran menegaskan bahwa kunci untuk mencapai sasaran organisasi adalah perusahaan harus menjadi lebih efektif dibandingkan para pesaing dalam menciptakan,

Terdapat dua hasil optimal dalam penyelesaian problem transportasi di atas dengan Assignment method, VAM and MODI, Northwest Corner rule and Stepping-Stone method,

Tidak jarang diskriminasi yang seringkali kami orang papua dapat- kan dalam pergaulan adalah masih banyak orang yang beranggapan bahwa orang hitam dianggap sebagian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mengetahui jenis pohon, kerapatan stomata dalam ukuran 1 cm², proporsi penutupan kanopi dan kandungan air dalam

Perbedaan ini pula mengakibatkan transfer data switch lebih cepat daripada hub karena switch langsung mengirim paket data ke komputer tujuan, tidak mengirim ke seluruh port yang

c) Mengembangkan Kawasan DANAU TANJUNG BUNGA menjadi KAWASAN WISATA PUBLIK dan Kawasan Olahraga Air berstandar Internasional serta menjadi Kawasan PUSAT JAJAN DAN

yang mempengaruhi terjadinya financial distress yaitu struktur tata kelola perusahaan yang baik dengan indikatornya terdiri dari kepemilikan institusional,