• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan Peran Pemangku Kepentingan P

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Peningkatan Peran Pemangku Kepentingan P"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

Artikel Kerja Praktik

2017

2017

Peningkatan Peran Pemangku Kepentingan dalam Pengembangan

Kawasan Permukiman Pedesaan

Zaqiyyah Salsabila Bilqis, 08211440000083

Pemenuhan hak warga negara atas tempat tinggal yang layak dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi, dan teratur serta menjamin kepastian bermukim yang diamanatkan dalam Undang Undang Nomor 1 tahun 2011, wajib dilaksanakan sesuai dengan arahan pengembangan kawasan permukiman yang terpadu dan berkelanjutan. Untuk itu, pembangunan kawasan permukiman sebagai bagian dari pembangunan nasional perlu terus ditingkatkan dan dikembangkan secara terpadu, terarah, dan terencana. Dalam pembangunan kawasan permukiman tersebut tidak terlepas dari kesinambungan dan keseimbangan pembangunan antara kawasan perkotaan dan perdesaan. Permasalahan pembangunan yang terjadi pada kawasan perdesaan akan berimbas pada munculnya permasalahan di kawasan perkotaan dan begitu pula sebaliknya. Untuk mengurangi kesenjangan pertumbuhan dan perkembangan antara kawasan perkotaan dan perdesaan dikembangkan pendekatan yang komprehensif, baik dalam aspek ekonomi, sosial dan lingkungan. Kesenjangan tersebut salah satunya diakibatkan oleh penyelenggaraan pembangunan kawasan permukiman perdesaan belum mampu untuk memenuhi kebutuhan dan standar pelayanan minimal serta tidak dapat meningkatan potensi sumber daya yang dimiliki oleh kawasan perdesaan.

Dalam mewujudkan kawasan permukiman perdesaan yang dapat menjawab isu strategis dan kebutuhan berbasis potensi sumber daya lokal, diperlukan peran dari semua pemangku kepentingan baik dari unsur pemerintah, akademisi, swasta, dan masyarakat. Perlu adanya suatu wadah yang dapat mempertemukan semua pemangku kepentingan terkait pengembangan kawasan permukiman dimana semua pemangku kepentingan dapat menuangkan pemikiran, ide, konsep sehingga didapatkan pendekatan yang paling sesuai untuk mengembangkan kawasan permukiman perdesaan. Kolaborasi antarpemangku kepentingan dalam berbagai bidang pembangunan semakin dinilai penting.

Dengan “Penyusunan Peningkatan Peran Pemangku Kepentingan Dalam Pengembangan Kawasan Permukiman Perdesaan” menjadi suatu sarana agar pengetahuan dan informasi yang dimiliki individu maupun kelompok yang selama ini terlibat dalam pembangunan kawasan permukiman perdesaan dapat disampaikan dan didiskusikan, yang selanjutnya didokumentasikan untuk kemudian diimplementasikan. Hasil dari pekerjaan ini diharapkan menjadi suatu referensi pendekatan pengembangan kawasan permukiman perdesaan dan bermanfaat dapat meningkatkan kualitas kebijakan serta program dan upaya yang dilakukan khususnya oleh Direktorat Pengembangan Kawasan Permukiman.

Dengan maksud untuk memperkuat peran masing-masing pemangku kepentingan dalam upaya turut serta membangun kawasan permukiman perdesaan yang layak huni dan berkelanjutan, kegiatan ini memiliki beberapa tujuan, antara lain:

(2)

Artikel Kerja Praktik

2017

2017

2. Memberikan wadah untuk pemangku kepentingan dalam menyalurkan pemikiran dalam pengembangan kawasan permukiman perdesaan;

3. Mengembangkan jejaring kemitraan antar para pemangku kepentingan dalam pengembangan kawasan permukiman perdesaan.

Dalam prosesnya, dipilihlah beberapa lokasi yang akan menjadi studi kasus untuk menggali praktik pengembangan kawasan permukiman perdesaan yang dapat dijadikan pelajaran (best practice) bagi pengembangan kawasan permukiman perdesaan secara nasional. Sebagai studi kasus dipilih lokasi yang berada di Provinsi Bali dan Provinsi Sulawesi Selatan. Kedua lokasi ini dipilih berdasarkan kriteria:

a. merupakan Kawasan Perdesaan Prioritas Nasional;

b. memiliki potensi kawasan yang dapat dikembangkan berbasi agropolitan, minapolitan, dan pariwisata;

c. berhasil mewujudkan jejaring kemitraan dengan pihak swasta melalui dana CSR; dan

d. memiliki pemerintah daerah yang berkomitmen kuat dalam pengembangan kawasan permukiman perdesaan.

Dari kedua provinsi tersebut selanjutnya dipilih kabupaten yang mewakili masing-masing provinsi sebagai daerah kajian. Kabupaten terpilih berdasarkan kriteria diatas adalah Kabupaten Tabanan di Provinsi Bali dan Kabupaten Barru di Sulawesi Selatan. Kemudian akan dilakukan eksplorasi terhadap isu-isu strategis yang berkembang di daerah, kebijakan dan program yang dilakukan, faktor-faktor yang memengaruhi keberhasilan pemerintah daerah, serta peran dari berbagai pemangku kepentingan.

Sebagai salah satu studi kasus, Kabupaten Tabanan dengan potensinya sebagai penghasil produksi pertanian yang berlimpah meliputi produksi lahan pertanian dan perkebunan menjadikannya sebagai lumpung pangan Provinsi Bali. Dengan didukung oleh bentang alam yang indah dan warisan budaya Bali yang masih sangat dijaga oleh masyarakatnya dapat menjadi modal untuk pengembangan kawasan permukiman perdesaan Tabanan. Potensi-potensi tersebut dapat dikembangkan sebagai kawasan agropolitan Tabanan agar optimal.

(3)

Artikel Kerja Praktik

2017

2017

pengolahan hasil pertanian. Tidak hanya secara fisik diperlukan, sarana prasarana tersebut perlu hirarki keruangan yang direalisasikan dalam kegiatan agropolitan agar berjalan dengan semestinya.

Diperlukan rencana pengembangan yang menentukan letak dan fungsi dari setiap elemen agropolitan, seperti penghasil bahan baku atau hasil pertanian unggulan tertentu, pengumpulan bahan baku, sentra produksi, dan tempat pemasaran (outlet), yang tentunya kesemua elemen memiliki kriteria tertentu dan perlu ditelusuri lebih lanjut wilayah mana yang sesuai dengan kriteria tersebut. Selain itu, hal yang tak kalah pentingnya adalah pengadaan program-program yang mendukung kegiatan pertanian dan agropolitan. Pemerintah Tabanan cukup proaktif dalam hal ini dibuktikan dengan adanya program-program tematik terkait infrastruktur yang dapat mendukung agropolitan, seperti Gerbang Indah Serasi, Partisipatif Infrastruktur, Pembangunan Sarana dan Prasarana Desa, Program Inovasi Kecamatan, dan Program Gerbang Pangan. Dengan adanya organisasi masyarakat, seperti Subak, Gapoktan, dan BUMDes, pemerintah dapat bekerjasama dalam menyukseskan program-program tersebut bahkan perencanaan pembangunan kawasan perdesaan berkonsep agropolitan yang tentunya memerlukan peran semua pihak pemangku kepentingan.

Gambar 1 SWOT Keseluruhan Aspek Kawasan Agropolitan Tabanan

(4)

Artikel Kerja Praktik

2017

2017

Gambar

Gambar 1 SWOT Keseluruhan Aspek Kawasan Agropolitan Tabanan
Gambar 2 Strategi Utama Peran Pemangku Kepentingan Berdasarkan Kebutuhan Kawasan Agropolitan Tabanan

Referensi

Dokumen terkait

Bab ini berisi Tinjauan tentang Penegakan Hukum, yang terdiri dari Subjek dan Objek Penegakan Hukum, Kepolisian sebagai Aparat Penegak Hukum dan Peran Polisi sebagai Penyidik

PENGARUH BUDAYA KERJA, MOTIVASI KERJA, DAN KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN INDUSTRI UMKM DENGAN PEMAHAMAN ETIKA KERJA ISLAM SEBAGAI VARIABEL MODERATING (STUDI

Konsumsi untuk peserta, disediakan oleh masing-masing kontingen. Pelayanan untuk panitia, pimpinan kontingen dan pembina-pendamping ditangani oleh Panitia Pelaksana de-

Dimensi atau ukuran endapan dijadikan faktor yang harus diperhatikan dalam pemilihan metode penambangan bawah tanah, karena dengan mengetahui ukuran

Tujuan penelitian ini adalah membahas sikap dan perilaku pembaca surat kabar terhadap iklan susu kedelai dimana fungsi iklan itu sendiri sangat penting dalam pemasaran, selain sebagai

Kedua kalimat tersebut termasuk dalam deiksis sosial karena menunjukan adanya bentuk merendahkan berupa frasa MAFIA PSSI JANCOK.. Jika dilihat dari segi deiksis sosialnya, kata

Berdasarkan hasil analisis uji t dengan menggunakan data primer dapat dijelaskan bahwa variabel jumlah tanggungan keluarga dengan nilai koefisien variabel

Film yang di simpan pada suhu ruang (25±3 o C), secara visual berubah dari warna merah menjadi kuning dalam waktu kurang dari satu hari sehingga dilakukan