• Tidak ada hasil yang ditemukan

DIFFERENT CONCENTRATION OFRUBBER SEED EXTRACT (Hevea brasiliensi) FOR ANESTHETIC TO THE SURVIVAL OF PROSPECTIVE BROODSTOCK MILKFISH BY USING CLOSED TRANSPORTATION

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "DIFFERENT CONCENTRATION OFRUBBER SEED EXTRACT (Hevea brasiliensi) FOR ANESTHETIC TO THE SURVIVAL OF PROSPECTIVE BROODSTOCK MILKFISH BY USING CLOSED TRANSPORTATION"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

KONSENTRASI PEMBERIAN EKSTRAK BIJI KARET (Hevea

brasiliensis) YANG BERBEDA UNTUK ANESTESI TERHADAP

KELANGSUNGAN HIDUP CALON INDUK IKAN BANDENG (Chanos

chanos

Forskal) DENGAN METODE TRANSPORTASI TERTUTUP

DIFFERENT CONCENTRATION OFRUBBER SEED EXTRACT (Hevea brasiliensi)

FOR ANESTHETIC TO THE SURVIVAL OF PROSPECTIVE BROODSTOCK

MILKFISH BY USING CLOSED TRANSPORTATION

Hastiadi Hasan

1

, Farida

2

, Guruh Ertiyasa

3

1. Staff Pengajar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Muhammadiyah Pontianak

2. Staff Pengajar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Muhammadiyah Pontianak

3. Alumni Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Muhammadiyah Pontianak

hasiadi.hasanbasri@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan mengetahui konsentrasi ekstrak biji karet untuk anestesi calon induk ikan bandeng. Rancangan percobaan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Perlakuan yang dilakukan terdiri dari empat perlakuan ke dalaman air yaitu A (kontrol), B (5 mL/L), C (10 mL/L) dan D (15 mL/L)dengan tiga kali ulangan. Analisis statistic menggunakan ANAVA (Analysis of Varians) dan untuk mengetahui perbedaan antara perlakuan satu dengan perlakuan yang lainnya dilakukan Uji Lanjutan yaitu Uji Beda Nyata jujur (BNJ) dan Uji Beda NyataTerkecil (BNT). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan ekstrak biji karet yang berbeda memberikan pengaruh terhadap kelangsungan hidup calon induk ikan bandeng yang berbeda sangat nyata.Dari hasil penelitian diperoleh data konsentrasi ekstrak biji karet untuk kelangsungan hidup yang terbaik pada perlakuan B (5 mL/L) yaitukelangsungan hidupsebesar100 %.

Kata Kunci :Ekstrak biji karet, KelangsunganHidup, ikan bandeng

ABSTRACT

This study aimed at determining the concentration of rubber seed extract for anesthetic broodstock milkfish. Using Completely Randomized Design, this study employed four water depth treatments (A:control, B:5 mL/mL, C: 10 mL/L, D: 15 mL/L) with three repetitions. The data were statistically analyzed by using ANAVA (Analysis of Varian). To find out the difference of the treatments, this study used Honest Significance Difference test and Least Significant Difference test. The study revealed that the different rubber seed extract treatments significantly influenced the survival of the prospective brood stock milkfish. The data indicated that the best survival was at treatment B (5mL/L) with the survival level of 100%.

(2)

PENDAHULUAN

Ikan bandeng (Chanos chanos Forskal) merupakan salah satu jenis ikan air payau yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Jenis ikan ini sudah dikenal oleh masyarakat luas karena merupakan salah satu sumber protein hewani yang memiliki nilai gizi yang cukup tinggi serta ditunjang dengan rasanya yang enak dan memiliki kandungan kolesterol yang rendah sehingga aman untuk kesehatan. Permintaan pasar akan ikan bandeng akhir-akhir ini terus meningkat, terutama produk olahan ikan bandeng seperti bandeng presto. Kondisi ini memberikan peluang kepada pembudidaya untuk mengembangkan usaha budidaya bandeng di seluruh wilayah Indonesia yang berpotensi sehingga dapat memenuhi ketersediaan pasokan ikan bandeng.

Salah satu kendala dalam pemasaran benih ikan bandeng adalah permintaan benih yang banyak namun persediaan c a l o n indukdari ikan bandeng itu masih sangat kurang memadai. Persediaan calon induk yang hanya mengandalkan dari alam merupakan salah satu permasalahan untuk memenuhi permintaan benih ikan bandeng tersebut.

Pada saat diangkutakan mengalami kesulitan dikarenakan caloni nduk dari alam masih memiliki sifat alami yang sangat mudah stress dan akan mengalami kematian pada saat ditransportasikan. Kematian ikan disebabkan karena calon indukdari alam yang stress pada saat diangkut mengalami peningkatan metabolisme yang tinggi di dalam tubuh y a n g d i s e b a b k a n calon induk mengalami goncangan pada saat di transportasikan. Salah satu usaha untuk mengurangi kematian calon induk bandeng yang disebabkan stress adalah dengan upaya pembiusan atau anestesi pada ikan selama transportasi.

Tujuan dari penelitian adalah untuk memperoleh konsentrasi ekstrak biji karet yang tepat sebagai anestesi calon induk ikan bandeng dengan metode transportasi tertutup. Sedangkan manfaat dari penelitiaan ini ialah Sebagai informasi bagi pembudidaya dalam menurunkan tingkat mortalitas selama pengirimanikan.

Metode Penelitian

Penelitian ini ditransportasikandari Sambas-Pontianak dengan membawa calon induk ikan bandeng pada bulan Febuari 2016.

Alat yang digunakan selama penelitian ini adalah: untuk mengukur kualitas air terdiri dari Thermometer, pH indikator, water testkit untuk mengukur oksigen terlarut. Sedangkan alat penunjang dipergunakan seperti timbangan, serokan kecil, ember,

akuarium, plastik packing. Wadah yang digunakan dalam penelitian ini adalah kantong plastik berukuran 50cm x 35cm yang diisi dengan 2 liter air. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah etanol, biji karet dilepaskan dari kulit bagian kerasnya, biji karet yang telah dilepas dari kulit kerasnya kemudian di potong kecil-kecil dan digiling dengan blender ± 10 menit. Sebanyak 250 gram bubur biji karet tersebut kemudian ditambah etanol sebanyak 500ml,setelah itu di rendam selama 24 jam, kemudian diekstrak dengan proses destilasi selama 1 jam, setelah selesai diekstraksi ekstrak biji karet tersebut disaring dengan menggunakan kain blacu dan kertas saring untuk memperoleh filtrat yang terbebas dari kotoran danampas, setelah proses tersebut ekstrak biji karet bisa digunakan sebagai bahan anestesi pada ikan uji

(Suherman 2013).

Pemberokan

Pemberokan adalah pemeliharaan ikan tanpa diberi makanan selama 24 jam sebelum ikan ditransportasikan, pemberokan bermaksud untuk mengurangi kotoran yang ada didalam perut ikan sehingga pada saat ikan diangkut tidak banyak mengeluarkan kotoran yang dapat menurunkan kualitas air.

Pemberokan dilakukan pada bak pemberokan dengan air yang mengalir sehingga ikan memperoleh oksigen yang cukup dan ikan tetap pada kondisi baik.

Pelaksanaan

Setelah dilakukan pemberokan selama 24jam, kemudian perhitungan konsentrasi Ekstrak biji karet berdasarkan banyak air dalam plastik. Sehingga bila percobaan ini menggunakan air sebanyak 2 liter, maka konsentrasi Ekstrak biji karet dikalikan dengan jumlah liter air dalam wadah. Setelah itu memasukan ikan uji kedalam wadah plastik (Suherman, 2013).

Ekstark biji karet yang sudah disiapkan sesuai dengan dosis perlakuan kemudian dimasukan kedalam plastik packing yang berisi 2 liter air, kemudian ikan uji sebanyak 2 ekor perunit perlakuan dimasukan kedalam plastik packing yang telah berisi ekstrak biji karet kemudian ditransportasikan dari Sambas ke Pontianak selama 7 jam, pengamatan tingkah laku ikan pada saat pembiusan sekali diangkut menggunakan mobil.pengamatan ini dilakukan untuk melihat seberapa jauh respon tingkah laku ikan dari setiap perlakuan yang digunakan.

(3)

• Perlakuan B = 5 mL/L

• Perlakuan C = 10 mL/L

• Perlakuan D = 15 mL/L

Parameter Pengamatan

Tingkah Laku Ikan

Pengamatan tingkah laku ikan selama pembiusan dimulai dari setelah pemberian ekstrak biji karet sampai ikan pingsan (induksi) dan waktu yang diamati sejak ikan pingsan sampai ikan sadar kembali (sedatif).

Pengamatan tingkah laku bertujuan untuk melihat reaksi ikan dan ketahanan ikan selama pembiusan menggunakan ekstrak biji karet yang berbeda.

Masa Induksi

Waktu induksi merupakan waktu yang diamati sejak ikan diberi Ekstrak Biji Karet sampai ikan pingsan.

Masa Sedatif

Waktu sedatif adalah waktu yang diamati sejak ikan akan disadarkan sampai sampai ikan sadar kembali.

Kelangsungan Hidup

Kelangsungan hidup di amati selama masa pemeliharaan dan dilakukan penghitungan pada akhir penelitian dengan cara mempersentasekan.

Kualitas Air

Sebagai data pendukung pengukuran kualitas dilakukan seperti pengukuran suhu dengan thermometer, pengukuran pH air dengan menggunakan pH indikator, dan oksigen terlarut dengan DO meter. Pengamatan pH, suhu, amoniak dan oksigen terlarut dalam air dilakukan sebanyak 2 kali sebelum dan sesudah penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, diperoleh data yang meliputi tingkah laku ikan, masa induksi, masa sedatif, kelangsungan hidup serta pengukuran kualitas air sebagai data penunjang penelitian.

Tingkah laku ikan

Hasil penelitian menunjukan bahwa, ikan bandeng yang dimasukan kedalam kantong plastik yang berisi media air yang telah dicampur ekstrak biji karet yang berbeda, memperlihatkan tingkah laku yang sama pada setiap perlakuan kecuali perlakuan kontrol. Pada perlakuan A ( kontrol) ikan bandeng sampai menit ke60 tingkah laku ikan masih tetap sama

ditandai dengan pergerakan overculum normal,respon terhadap rangsangan dari luar cukup tinggi dan gerak renang aktif. Untuk perlakuan B dengan konsentrasi 5mL/L pada kisaran menit ke 0-10 ikan masih menunjukan tingkah laku normal di tandai dengan pergerakan overculum normal. Respon terhadap rangsangan dari luar cukup tinggi dan gerak renang aktif, namun pada kisaran menit ke 11-20 terjadi perubahan tingkah laku ikan yang ditandai dengan ikan kelihatan mulai panik, sering muncul kepermukaan dan respon ikan mulai melemah.Terlihat ekstrak biji karet yang diberikan telah berpengaruh terhadap anestesi ikan bandeng pada menit 21- 30 aktifitas ikan mulai melambat,pergerakan overculum melambat, ikan masih sering muncul ke permukaan dan keseimbangan renang ikan mulai hilang. Pada menit 31-35 aktifitas ikan sangat lambat, pergerakan overculum sangat lemah dan keseimbangan renang ikan hilang total atau ikan sudah pingsan semua.

Perlakuan Cdengan konsentrasi 10 mL/L pada kisaran 0-10 menit tingkah laku ikan normal, namun pada menit 11-18 biji karet mulai berpengaruh terhadap ikan, terlihat ikan mulai panik dengan overculum yang agak cepat, ikan sering muncul ke permukaan dan keseimbangan renang hilang sebagian. Padamenit 19-25ikantelahmengalami fase pingsan yaitu ditandai dengan overkulum sangat lambat keseimbangan renang ikan mulai hilang total dan ikan tidak merespon rangsangan dari luar. Perlakuan Dkonsentrsi 15mL/L, pada waktu 0-10 menit langsung mengalami perubahan yang di tandai ikan kelihatan mulai panik dengan gerak overculum yang agak cepat. Selanjutnya pada menit ke11-19 gerak overculum sangat lambat, ikan sering melompat ke permukaan, keseimbangan ikan hilang total dan sebagian ikankelihatan mulai pingsan. Perbedaan antara perlakuan yang diberiekstrak biji karet hanya pada waktu induksi yang merupakan lamanya waktu sampai pingsan, perlakuan yang memiliki konsentrasi ekstrak biji karet tinggi cenderung memiliki waktu induksi yangcepat.

Masa Induksi

(4)

0,00±0,00

31,67±1,53

23,67±1,53

17,33±1,53

0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 30,00 35,00

A (Kontrol) B (5 mL/L) C (10 mL/L) D (15 mL/L)

W

a

k

tu

I

n

d

u

k

si

(m

e

n

it

)

Konsentrasi Ekstrak Biji Karet

Tabel 1. Rata–Rata Simpangan Baku Waktu Induksi (menit) Ikan Bandeng Selama Penelitian

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukan tidak berbeda nyata pada taraf kepercayaan 5 %

Gambar 1. Hubungan antara konsentrasi ekstrak biji karet dan waktu induksi

Gambar 1 menunjukkan bahwa konsentrasi ekstrak biji karet, pada perlakuan D 15mL/L memberikan hasil yang tercepat dalam kurun waktu 19 menit ikan bandeng sudah pingsan. Diikuti dengan perlakuan C 10 mL/L pada kurun waktu 25 menit ikan sudah pingsan, kemudian pada perlakuan B 5 mL/L menunjukkan waktu terlama dengan kurun waktu 33 menit ikan bandeng baru pingsan. Perlakuan A

(kontrol) sampai waktu 60 menit ikan bandeng tidak ada yang pingsan.

Masa Sedatif

Hasil dari penelitian masa sedatif menunjukkan bahwa konsentrasi 15 mL/L memiliki waktu penyadaran yang cukup lama yaitu 42 menit, sedangkan konsentrasi 10 mL/L memiliki waktu penyadaran 35 menit. Pada konsentrasi 5 mL/L memiliki waktu penyadaran yang cepat yaitu 25 menit.

Tabel 2. Rata–Rata Simpangan Baku Waktu Sedatif Ikan Bandeng Selama Penelitian Perlakuan Ratarata waktu induksi

sebelum di transformasi ± SD

Ratarata waktu induksi setelah di transformasi ± SD

A ( kontrol ) 0,00 ± 0 0,71 ± 0 (a)

B ( 5 mL/L ) 31,67 ± 1,53 5,67 ± 0,13 (b)

C ( 10 mL/L ) 23,67 ± 1,53 4,91 ± 0,15 (c)

D ( 15 mL/L ) 17,33 ± 1,53 4,22 ± 0,18 (d)

Perlakuan Rata–rata waktu sedatif sebelum di transformasi ± SD

Rata–rata waktu sedatif setelah di transformasi ± SD

A ( kontrol ) 0,00 ± 0 0,71 ± 0 (a)

B ( 5 mL/L ) 26,33 ± 1,53 5,18 ± 0,15 (b)

C ( 10 mL/L) 33,33 ± 2,08 5,81 ± 0,18 (c)

(5)

Gambar 2. Hubungan antara konsentrasi ekstrak biji karet dan waktu sedatif

Tingkah laku ikan bandeng pada saat proses penyadaran memperlihatkan tingkah laku yang sama pada setiap perlakuan. Untuk perlakuan B dengan konsentrasi 5 mL/L pada kisaran menit 0-10 ikan memperlihatkan tingkah laku yaitu mulut, sirip dan overculum bergerak menuju normal, namun pada kisaran menit 11-20 ikan mulai bergerak dengan sangat lambat, pada menit ke 21-28 ikan mulai aktif bergerak dengan normal. Pada perlakuan C dengan konsentrasi 10 mL/L memperlihatkan tingkah laku yaitu pada kisaran menit 0-9 tingkah laku ikan sama pada konsentrasi sebelumnya ditandai dengan mulut, sirip dan overkulum bergerak menuju normal, pada menit 10-18 ikan mulai memperlihatkan tingkah laku

dengan mulai bergerak dengan sangat lambat, pada menit 19-29 ikan bergerak namun dengan gerakan yang masih belum stabil, pada menit 30-35 ikan sudah mulai aktif berenang dengan normal. Pada perlakuan D dengan konsentrasi 15 mL/L kisaran menit 0-15 tingkah laku ikan masih sama dengan tingkah laku konsentrasi–konsentrasi sebelumnya yaitu dengan memperlihatkan mulut, sirip dan overculum mulai bergerak menuju normal, pada menit 16-30 ikan mulai bergerak dengan gerakan yang sangat lambat, pada menit 31-36 ikan bergerak dengan gerakan yang tidak stabil, menit ke 37-42 ikan mulai aktif berenang dan memberikan respon dari luar.

Kelangsungan Hidup

Kelangsungan hidup dinyatakan sebagai persentase jumlah ikan yang hidupselama jangka waktu pemeliharaan dibagi dengan jumlah yang ditebar (Effendi, 1997), dan tingkat kelangsungan hidup merupakan kebalikan dari tingkat mortalitas.

Tingkat kelangsungan hidup ikan bandeng di

pengaruhi oleh konsentrasi ekstrak bijikaret. Kelangsungan hidup ikan terendah dihasilkan oleh media transportasi yaitu pada perlakuan A control 0,00%, namun hampir sarna dengan perlakuan Ddengan konsentrasi 15 mL/L dengan persentasi 16,67 %,dan persentasiyang tertinggi 100 % dihasilkan oleh campuran ekstrak biji karet 5 mL/L.

Tabel 3. Rata–Rata Simpangan Baku Kelangsungan Hidup (SR) Ikan Bandeng Selama Penelitian

0,00±0,00

26,33±1,53

33,33±1,53

40,67±1,53

0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00

A(Kontrol) B(5 mL/L) C(10 mL/L) D(15 mL/L)

W

a

k

tu

S

e

d

a

tif

(

m

e

n

it

)

Konsentrasi Ekstrak Biji Karet

Perlakuan Tingkat kelangsungan hidup (%) sebelum di transformasi ± SD

Tingkat kelangsungan hidup setelah di transformasi ± SD

A ( kontrol ) 0,00 ± 0 0,71 ± 0,00 (a)

B ( 5 mL/L ) 100,0 ± 0,00 10,02 ± 0,00 (b)

C ( 10 mL/L ) 66,76 ± 28,87 8,08 ± 1,68 (c)

(6)

Gambar 3. Hubungan antara konsentrasi ekstrak biji karet dan kelangsungan hidup

Gambar 3 menunjukan bahwa tingkat kelangsungan hidup tertinggi yaitu padadosis 5 mL/L dan kelangsungan hidup terendah pada perlakuan kontrol (0) mL/L. Konsentrasi 5 mL/L memberikan tingkat kelangsungan hidup mencapai 100%. Pada konsentrasi 10 mL/L mencapai 66,67 % dan pada konsentrasi 15 mL/L tingkat kelangsungan hidup hanya mencapai 33,33%. Hal ini menunjukan bahwa semakin rendah konsentrasi ekstrak biji karet yang digunakan maka kelangsungan hidup hewan uji akan tinggi. S emakin tinggi konsentrasi ekstrak biji karet yang digunakan maka kelangsungan hidup ikan uji semakin rendah. Konsentrasi ekstrak biji karet yang terbaik untuk transportasi selama 7 jam calon induk ikan bandeng adalah 5 mL/L.

Semakin tinggi konsentrasi ekstrak biji karet yang digunakan maka tingkat kelangsungan hidup ikan akan semakin kecil,hal ini dikarenakan ikan uji tidak mampu mentoleransi kandungan senyawa lina marin pada ekstrak biji karet yang terlalu tinggi, karena kematian ikan terutama pada perlakuan kontrol diakibatkan karena tingginya konsentrasi NH3,

perubahan kualitas air dan tingkat stress yang terjadi

pada saat pengangkutan disebabkan pengaruh goncangan karena ikan dalam keadaan sadar selama transportasi. Sumartini et al(2009) menyatakan bahwastress pada ikan menyebabkan respirasi dan metabolisme meningkat. Peningkatan metabolisme menyebabkan hipoksia pada ikan. Hipoksia adalah kondisi dimana terjadi kekurangan oksigen pada jaringan tubuh. Hipoksia dapat menyebabkan hormon katekolamin merangsang peningkatan membukadan menutupnya overculum dan meningkatnya gerakan peristaltik usus pada ikan (Sumartiniet al. ,2009).

Kualitas Air

Hasil pengukuran kualitas air sesudah pengangkutan dibandingkan sebelum pengangkutan mengalami perubahan untuk semua variabel, perubahan tersebut diakibatkan oleh bahan pembius ekstrak bijin karet dimedia air dan sisa metabolisme ikan sebagai akibat aktivitasnya selama transportasi (Clucal dan Ward 1996 dalam Yanto 2008). H asil pengukuran kualitas air sebelum dan sesudah proses transportasi ikan bandeng selama 7 jam

.

Tabel 9. Data Parameter Kualitas Air Induksi

0,00±0,00

100,00±0,00

66,67±28,87

33,33±28,87

0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 120,00

A(Kontrol) B(5 mL/L) C(10 mL/L) D(15 mL/L)

Konsentrasi Ekstrak Biji Karet

Parameter kualitas air

Perlakuan

A B C D

Suhu 31oC 31oC 31oC 31oC

pH 6 6 6 5,5

DO 3 ppm 3,5 ppm 3,5 ppm 4 ppm

(7)

Tabel 10. Data Parameter Kualitas Air Sedatif

Berdasarkan hasil pengamatan suhu, terjadi kenaikan peningkatan suhu pada kontrol maupun perlakuan dengan ekstrak biji karet setelah transportasi. Hasil pengamatan suhu selama penelitian berkisar 30°C pada saat masa induksi sedangkan pada masa sedatif suhu berkisar 31°C, derajat keasaman atau pH air pada waktu induksi berkisar 6 sedangkan pada masa sedatif berkisar 5,5, terjadi penurunan pada perlakuan D, penurunan pH berkaitan dengan peningkatan hasil eksresi ikan dan penambahan konsenstrasi ekstrak biji karet kedalam media transportasi. Ada kecenderungan semakin tinggi obat bius yang diberikan semakin rendah pH air. Oksigen terlarut mengalami penurunan setelah transportasi dibandingkan sebelum transportasi, DO sebelum transportasi masih berkisar 6 ppm, sedangkan setelah tranportasi DO berkisar 3 sampai dengan 4 ppm. Penurunan oksigen terlarut disebabkan terbatasnya

oksigen didalam plastik, kurangnya difusi dari udara dan permukaan air karena sempitnya luas permukaan dan tekanan parsial yang rendah serta tingginya suhu yang membuat kelarutan oksigen rendah (Haryantoet al., 2008). Untuk ikan bandeng suhu air o p t i ma l untuk hidup normal dan turnbuh baik, ikan ini memerlukan suhu 30-32,5oC dan oksigen terlarut 5-7

ppm dan pH air 7,0-7,5. Nilai pH optimal untuk transportasi ikan hidup adalah 6-7 sedangkan nilai pH yang lebih rendah dari 4 dan lebih besar dari 9 dapat mematikan ikan (Praseno,1990). Berdasarkan hasil penelitian kondisi air selama pengangkutan cukup layak dan mendukung, sehingga kondisi ikan tetap stabil walaupun masih terdapat ikan mati, hal ini dikarenakan dosis bahan pembiusan yang tinggi, untuk ikan yang pingsan hal tersebut menunjukan bahwa penyebab ikan bandeng pingsan didugadari bahan anestesi ekstrak biji karet yang ditambahkan.

Kesimpulan

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ekstrak biji karet cukup efektif untuk memingsankan ikan bandeng, dalam pengangkutan sistem tertutup. Konsentrasi tercepat untuk memingsankan ikan bandeng adalah perlakuan D menggunakan dosis 15mL/L denganlamawaktuinduksi19menit.sedangkan waktusedatiftercepatpada perlakuan B menggunakandosis5 mL/L dengan waktu25menit. Konsentrasi ekstrak biji karet 5 mL/L adalah konsentrasi yang terbaik dalam anestesi ikan bandeng,

dengan kelangsungan hidup 100 %. Ekstrak biji karet berpengaruh terhadap kualitas air seperti peningkatan suhu, penurunan pH, penurunan DO dan amoniak.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat disarankan pengangkutan ikan dengan sistem basah sebaiknya menggunakan konsentrasi ekstrak biji karet 5 mL/L karena memberikan tingkat kelangsungan hidup yg tinggi. Dalam pengangkutan ikan bandeng yang perlu diperhatikan terlebih dahulu adalah kualitas air.

DAFTAR PUSTAKA

Anonimus. 1993. Pedoman Teknis Pembenihan Ikan Bandeng. Departemen Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Perikanan Jakarta. Jakarta. hal 37.

Berka, R . 1986. The Transportation of Live Fish. A Review. FAO of the United Nations. Roma,52p.

Effendie, H. 2008. Telaah Kualitas Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Kansius. Yogyakarta.

Gaffar, A. K. Dan Nasution.1990. Upaya Domestikasi Ikan Perairan Umum Indonesia.

Hanafiah. K.A. 2012. Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasi. Rajawali Pers. Jakarta. xiv, 260 hlm. 21cm.

Hariyanto, S,E. Pranata. F.S. Aida.Y. 2008. Pemanfaatan Daun Kecubung

(DaturaMetelL.) Sebagai Pembius Ikan

Mas koi (Cyprinus carpio L) pada Saat pengangkutan. Universitas AtmaJaya Yogyakarta.

(8)

(Hevea brasiliensis Muell,Arg) Sebagai Bahan Pemingsan dalam Transportasi IkanNila GIFT (Oreochromissp) Hidup Sistem Kering. Institut Pertanian Bogor. Pramono,V. 2002. Penggunaan Ekstrak (Caulerpa

racemosa) Sebagai Bahan Pembiusan

pada Pra Transportasi Ikan Nila (Oreocrhomis niloticus) Hidup. Institut Pertanian Bogor. Dalam Skripsi hal. 1-50.

Purnomowati, I., Hidayati, D., dan Saparinto, C. 2007. Ragam Olahan Bandeng. Kanisius. Yogyakarta.

Suherman, A. 2013, Respon Pemberian Ekstrak Biji Karet (Hevea brasiliensis) Untuk Anastesi Calon Induk Ikan Jelawat (Leptobarsus hoevani) Dengan Metode Transportasi Tertutup. Universitas Muhhammadiyah Pontianak. Pontianak. 1-7.

Sukmiwati. Ira. 2007. Pengaruh Kosentrasi Ekstrak Biji Karet(Havae brancilliensis)Sebagai Pembius Terhadap Aktivitas Dan Kelangsungan Hidup Ikan Mas(Cprynus carpio, L) Selama Transportasi. UNRI. Riau. 23-29.

Syauqi, A. 2009. Kelangsungan Hidup Benih Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum) Cuvier. Pada Sistem Pengangkutan Tertutup dengan Padat Penebaran 43, 83, dan 129 Ekor/Liter. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Yanto, H. 2008. Penggunaan MS-222 dan Larutan

Garam pada Transportasi Ikan Jelawat (Leptobarbushoevenii Blkr.) Ukuran

Sejari. Jumal Ilmu-ilmu Perairan dan

Gambar

Tabel 2. Rata – Rata Simpangan Baku Waktu Sedatif Ikan Bandeng Selama Penelitian
Gambar 2. Hubungan antara konsentrasi ekstrak biji karet  dan waktu sedatif
Gambar 3. Hubungan antara konsentrasi ekstrak biji karet dan kelangsungan hidup

Referensi

Dokumen terkait

Pokja Pengadaan Barang, Jasa Konsultansi dan Jasa Lainnya Unit Layanan Pengadaan

Kabupaten/Kota Batam bersama-sama membentuk organisasi profesi yang diberi nama KELOMPOK KERJA GURU MATA PELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN KOTA

kerja ditinjau dari shift kerja pagi dan malam pada karyawan PT.PLN, rumusan. masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan

menunjukkan skala nyeri. c) Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring. Rasional: menghilangkan nyeri dan mengurangi dekstruksi pada send. kaki. d) Jelaskan

Berdasarkan hasil analisis data mengenai pengaruh kepemimpinan, kepuasan kerja dan lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan, maka dapat diambil kesimpulan sebai berikut:

SISTEM INFORMASI GEOGRAFI (SIG) UNTUK PEMETAAN FASILITAS PENDIDIKAN BERBASIS ANDROID DENGAN GOOGLE MAPS API V2 DI KABUPATEN

Berdasarkan uraian dari beberapa ahli di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa Role Playing merupakan model pembelajaran bermain peran yang dapat melibatkan anak

Jika dosis obat yang diberikan terlalu rendah untuk menghasilkan respon yang diharapkan, kadar obat dalam darah pasien berada di bawah kisaran terapi,