• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN METODE MAKE A MATCH DENGAN PENDEKATAN KECERDASAN GANDA DALAM PEMBELAJARAN IPS UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA KELAS VIII DI SMP MUHAMMADIYAH 3 DEPOK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENERAPAN METODE MAKE A MATCH DENGAN PENDEKATAN KECERDASAN GANDA DALAM PEMBELAJARAN IPS UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA KELAS VIII DI SMP MUHAMMADIYAH 3 DEPOK"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

25

PENDEKATAN KECERDASAN GANDA DALAM

PEMBELAJARAN IPS UNTUK MENINGKATKAN

MINAT BELAJAR SISWA KELAS VIII DI SMP

MUHAMMADIYAH 3 DEPOK

Oleh: Iin Khirunnisa,S.Pd

Guru SMP Muhammadiyah 3 Depok E-mail: en_cha07@yahoo.co.id

ABSTRAK

Tulisan ini membahas penerapan metode make a match dengan pendekatan kecerdasan ganda dalam pembelajaran IPS untuk meningkatkan minat belajar siswa kelas VIII di SMP Muhammadiyah 3 Depok. Penelitian ini merupakan jenis penelitian tidakan kelas (Classroom Action Research). Penelitian ini dilaksanakan di kelas VIIIC karena kelas tersebut memiliki minat belajar IPS paling rendah dibandingkan kelas VIII yang lain. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus yang masing-masing terdiri dari dua kali pertemuan. Penerapan metode make a match dengan pendekatan kecerdasan ganda terbukti dapat meningkatkan minat belajar siswa di kelas VIII di SMP Muhammadiyah 3 Depok. Hal ini ditunjukkan dengan hasil di lapangan berupa peningkatan minat siswa. Pada Siklus 1 hasil angket minat siswa terbesar berada pada kategori sedang yaitu sebanyak 70,59%, siklus 2 meningkat pada kategori tinggi sebanyak 75%. Sementara itu, dari hasil observasi, pada siklus 1 terbesar berada pada kategori sedang 58.82%, untuk siklus 2 berada pada kategori tinggi 77,78%.

(2)

A. Pendahuluan

Kecerdasan merupakan salah satu anugerah besar dari Allah SWT ke-pada manusia dan menjadikannya se-bagai salah satu kelebihan manusia dibandingkan dengan makhluk lain-nya. Dengan kecerdasannya, manusia dapat terus menerus mempertahankan dan meningkatkan kualitas hidupnya yang semakin kompleks, melalui pro-ses berfikir dan belajar secara terus menerus.

Selama ini pendidikan di Indone-sia menilai kecerdasan manuIndone-sia ter-lalu sempit, manusia dianggap hanya memiliki satu kecerdasan yang dapat diukur yang disebut kecerdasan logi-ka-matematika, sedangkan alat yang digunakan untuk mengukur kecerdas-an tersebut adalah tes IQ. Padahal se-tiap orang mempunyai cara yang unik untuk menyelesaikan persoalan yang dihadapinya. “Kecerdasan merupakan kemampuan yang dimiliki oleh seseo-rang untuk melihat suatu masalah, lalu menyelesaikan masalah tersebut atau membuat sesuatu yang dapat berguna bagi orang lain” (Gardner, 2003:19).

Pola pemikiran tradisional yang menekankan pada kemampuan logika-matematika dan linguistik memang sudah mengakar dengan kuat pada diri setiap guru dalam menjalankan proses belajar. Kenyataannya pendidikan se-jak dini pun telah menekankan pada kecerdasan akademik, tanpa meny-eimbanginya dengan kecerdasan lain. Hal ini berarti pula bahwa pembelajar-an ypembelajar-ang dilakspembelajar-anakpembelajar-an oleh guru-guru masih tetap mementingkan akan ke-mampuan logika-matematika dan

lin-guistik.

Program pendidikan dan pembela-jaran seperti yang berlangsung saat ini oleh karenanya harus lebih diarahkan atau lebih berorientasi kepada indi-vidu peserta didik. Kenyataan menun-jukkan bahwa program pendidikan yang berlangsung saat ini lebih ba-nyak dilaksanakan dengan cara mem-buat generalisasi terhadap potensi dan kemampuan siswa. Hal ini disebabkan karena kurangnya pemahaman pen-didik tentang karakteristik individu. Pendekatan dalam pembelajaran yang sangat mementingkan aspek-aspek akademik cenderung memberikan te-kanan pada perkembangan intelegen-si hanya terbatas pada aspek kognitif, sehingga manusia telah dipersempit menjadi sekedar memiliki kecerdasan kognitif atau yang sering disebut IQ.

Gardner memetakan kecerdasan manusia menjadi sembilan katagori kecerdasan dalam Thomas Amsrtong (2002: 2-5), yaitu; a) Kecerdasan verbal/bahasa (verbal linguistic intel-ligence); b) Kecerdasan logis-mate-matis (logical-mathematical intelli-gence); c) Kecerdasan visual spasial; d) Kecerdasan musikal (musical in-telligence); e) Kecerdasan kinestetik-jasmani; f) Kecerdasan antarpribadi (interpersonal); g) Kecerdasan intrap-ribadi (intrapersonal); h) Kecerdasan naturalis (lingkungan); i) Kecerdasan eksistensial

Beberapa poin tentang model ke-cerdasan perspektif keke-cerdasan ganda yang perlu diperhatikan menurut Tho-mas Amstrong (2002: 16-19), sebagai berikut:

(3)

kecer-27

dasan; 2) Orang pada umumnya dapat mengembangkan setiap kecerdasan sampai pada tingkat penguasaan yang memadai; 3) Kecerdasan-kecerdasan umumnya bekerja bersamaan dengan cara yang kompleks; 4) Ada banyak cara untuk menjadi cerdas dalam seti-ap kategori.

Untuk memperbaiki pemasalahan tersebut perlu disusun suatu pende-katan dalam pembelajaran yang lebih komprehensip dan dapat mengaitkan materi teori dengan kenyataan yang ada di lingkungan sekitarnya. Atas da-sar itulah peneliti mencoba mengem-bangkan pendekatan kecerdasan ganda (multiple intelligence)melalui model kooperatif dalam pembelajaran dengan metode make a match. Mo-del pembelajaran kooperatif bukanlah hal yang sama sekali baru bagi guru. Model pembelajaran kooperatif me-rupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelom-pok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai ting-kat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang dan rendah) dan jika memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kese-taraan gender. Model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.

Model pembelajaran kooperatif didasarkan atas falsafah homo homini socius, falsafah ini menekankan bah-wa manusia adalah mahluk sosial (Lie, 2003:27). Sedangkan menurut Ibrahim

(2000:2) model pembelajaran koope-ratif merupakan model pembelajaran yang membantu siswa mempelaja-ri isi akademik dan hubungan sosial. Ciri khusus pembelajaran kooperatif mencakup lima unsur yang harus di-terapkan, yang meliputi; saling ke-tergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota dan evaluasi proses ke-lompok (Lie, 2003:30).

Metode make a match atau menca-ri pasangan merupakan salah satu al-ternatif yang dapat diterapkan kepada siswa. Penerapan metode ini dimulai dari teknik yaitu siswa disuruh menca-ri pasangan kartu yang merupakan ja-waban/soal sebelum batas waktunya, siswa yang dapat mencocokkan kartu-nya diberi poin.

Metode pembelajaran make a match atau mencari pasangan dikem-bangkan oleh Lorna Curran (1994). Salah satu keunggulan tehnik ini ada-lah siswa mencari pasangan sambil be-lajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Langkah-langkah penerapan metode make a match sebagai berikut:

1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi re-view, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban. 2. Setiap siswa mendapatkan sebuah

kartu yang bertuliskan soal/jawa-ban.

3. Tiap siswa memikirkan jawaban/ soal dari kartu yang dipegang. 4. Setiap siswa mencari pasangan

(4)

yang bertuliskan nama tumbuhan dalam bahasa Indonesia akan ber-pasangan dengan nama tumbuhan dalam bahasa latin (ilmiah). 5. Setiap siswa yang dapat

menco-cokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.

6. Jika siswa tidak dapat mencocok-kan kartunya dengan kartu teman-nya (tidak dapat menemukan kar-tu soal atau karkar-tu jawaban) akan mendapatkan hukuman, yang te-lah disepakati bersama.

7. Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kar-tu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya.

8. Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang meme-gang kartu yang cocok.

9. Guru bersama-sama dengan sis-wa membuat kesimpulan terhadap materi pelajaran

Berdasarkan pengalaman penu-lis sebagai guru IPS di SMP muham-madiyah 3 Depok kurang lebih selama dua tahun, pembelajaran yang terjadi selama ini masih satu arah dan fokus hanya pada kemampuan siswa yang cerdas dalam hal matematis-logis dan linguistik, sehingga tidak dapat di-pungkiri bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran IPS di sekolah siswa sering beranggapan bahwa IPS ada-lah pembelajaran yang tidak menarik dan membosankan bahkan diremeh-kan karena hanya bersifat hafalan. Hal ini tentu saja sangat berpengaruh pada minat belajar siswa dalam pembelajar-an IPS.

Minat merupakan faktor yang sa-ngat penting dalam proses dalam

bela-jar mengabela-jar karena minat pendorong dalam melaksanakan setiap aktivitas. Slameto, (2010: 180) menyatakan bahwa.

Minat adalah satu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah peneri-maan suatu hubungan antara diri sen-diri dan sesuatu di luar sen-diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat.

Sedangkan menurut Sardiman A. M (2007:76). minat diartikan seba-gai suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau ke-butuhan-kebutuhannya sendiri.

Berdasarkan uraian pengertian mi-nat di atas yang dimaksud mimi-nat siswa terhadap mata pelajaran IPS adalah ge-jala praktis yang menunjukan kekuat-an sebagai pendorong siswa tkekuat-anpa ada yang menyuruh untuk memusatkan perhatian dalam rangka mempelaja-ri, mengetahui dan memahami materi pelajaran IPS dengan disertai perasaan senang.

Menurut Slameto (2010: 58) siswa yang berminat dalam belajar mempu-nyai ciri-ciri sebagai berikut.

1) Mempunyai kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang sesuatu yang dipelaja-ri secara terus menerus.

2) Ada rasa suka dan senang pada se-suatu yang diminati.

(5)

29

pada sesuatu aktivitas-aktivitas yang diminati.

4) Lebih menyukai suatu hal yang menjadi minatnya dari pada yang lainnya.

5) Dimanifestasikan melalui partisi-pasi pada aktivitas dan kegiatan. Berdasarkan hal tersebut jelas bahwa minat dapat diinvestasikan me-lalui partisipasi seseorang dalam suatu kegiatan. Siswa yang memiliki minat yang tinggi terhadap materi pelajaran tertentu akan cenderung untuk mem-berikan perhatian lebih besar, sebalik-nya siswa yang memiliki minat yang rendah akan cenderung tidak memper-hatikan. Minat siswa yang tinggi atau rendah tersebut diamati pada aktivitas belajar siswa selama proses pembela-jaran.

Hal ini terbukti dari sebagian siswa yang cenderung ramai dan tidak mem-perhatikan materi yang disampaikan saat pembelajaran berlangsung. Selain ittu, pada mata pelajaran IPS di SMP Muhammadiyah 3 Depok prestasi sis-wanya masih sangat rendah, berda-sarkan hasil ulangan harian 87,50 % siswa masih dibawah KKM yaitu 75. Metode Make a macth dengan pende-katan kecerdasan ganda merupakan variasi pertama yang sangat berman-faat jika diterapkan dalam memberikan pembelajaran IPS di sekolah, sehingga siswa dapat lebih berminat terhadap pe-lajaran IPS, karena guru tidak konsisten dengan satu metode dalam mengajar dan guru menyadari tentang keceradas-an gkeceradas-anda (multiple intelligence) ykeceradas-ang dimiliki oleh anak didiknya.

Dari pemaparan peneliti mene-mukan permasalah yang akan di kaji

dalam penelitian ini adalah, Apakah penerapan metode make a match de-ngan pendekatan kecerdasan ganda dalam pembelajaran IPS dapat me-ningkatkan minat belajar siswa kelas VIII di SMP Muhammadiyah 3 Depok

B. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis pe-nelitian tindakan dengan pendekatan tindakan kelas. Penelitian tindakan ke-las berasal dari istilah bahasa Inggris Classroom Action Research. Menurut Supardi dalam Suharsimi (2006: 104) dapat didefinisikan “PTK sebagai sua -tu ben-tuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan ra-sional dari tindakan-tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memper-dalam pemahaman terhadap tinda-kan-tindakan yang dilakukan, serta memperbaiki kondisi dimana praktek-praktek pembelajaran tersebut dilaku-kan”. Karakteristik dalam penelitian tindakan kelas (Tim Pelatih Proyek PGSM, 1999: 8) yaitu.

1. Kolaboratif 2. Inkuiri reflektatif 3. Reflektif

Banyak model penelitian tindakan kelas (PTK) yang dapat diadopsi dan diimplementasikan dalam pendidikan. Namun secara singkat, pada dasarnya PTK terdiri dari siklus-siklus, yang se-tiap siklusnya memuat empat tahapan dasar yang saling terkait dan berkesi-nambungan terdiri dari; perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi.

(6)

(Suharsimi, 2010: 132) yang dapat di-gambarkan sebagai berikut.

Keterangan : 1. Perenungan 2. Perencanaan

3. Tindakan dan Obeservasi I 4. Refleksi I

5. Rencana Terevisi I

6. Tindakan dan Obeservasi II 7. Refleksi II

Gambar 1. Siklus PTK menurut Kemmis dan Tanggart

1. Perencanaan Tindakan

Dalam perencanaan ini peneliti melakukan persiapan untuk pelaksa-naan tindakan kelas, antara lain. a. Peneliti melakukan analisis

kuri-kulum untuk mengetahui kompe-tensi dasar yang akan disampaikan kepada siswa.

b. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

c. Menyiapkan skenario pembelajar-an untuk melakspembelajar-anakpembelajar-an tindakpembelajar-an dengan menggunakan penerapan metode Make a match berbasis multiple intelligence.

d. Membuat instrument yang digu-nakan untuk setiap siklus

e. Menyusun alat evaluasi pembela-jaran

2. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan dilaksana-kan untuk menerapdilaksana-kan rencana pelak-sanaan pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya yaitu penerapan metode Make a match dengan pendekatan ke-cerdasan ganda (multiple intelligence) dalam pembelajaran IPS.

3. Pengamatan

Peneliti melakukan pengamatan pelaksanaan proses pembelajaran. Da-lam penelitian ini minat siswa dilihat dari tingkah laku yang muncul selama proses pembelajaran yang diamati de-ngan lembar pengamatan dan angket minat siswa yang diambil pada saat se-belum tindakan dan sesudah tindakan.

4. Refleksi

Tahap reflektif dilaksanakan sete-lah selesai pelaksanaan tindakan untuk melihat apakah dengan tindakan yang telah dilakukan dapat meningkatkan minat belajar siswa. Untuk memper-oleh informasi tentang kelebihan dan kekurangan pada siklus sebelumnya kemudian hasil refleksi ini digunakan sebagai pedoman untuk peneliti untuk merencanakan siklus berikutnya.

C. Hasil Penelitian dan Pembahasan

1. Deskripsi Pra Penelitian Tinda-kan

(7)

pendahu-31

luan. kegiatan pra penelitian tindakan kelas ini dilakukan untuk mengetahui permasalahan yang biasanya dihadapi guru saat melaksanakan pembelajaran. Kegiatan observasi pra penelitian ini, peneliti melakukan analisis kondisi dengan salah satu guru mata pelajaran IPS yaitu Samsin, S.Pd. kondisi pem-. kondisi pem-kondisi pem-belajaran yang dianalisis menyangkut, apa saja metode yang biasa digunakan dalam pembelajaran IPS, di SMP Mu-IPS, di SMP Mu-di SMP Mu-SMP Mu-hammadiyah 3 Depok, bagaimana sarana dan prasarana dalam proses KBM, bagaimana perangkat pembe-lajaran IPS (KTSP, Silabus dan RPP) dan bagaimana kondisi siswa pada saat proses pembelajaran. Dari hasil analisis kondisi tersebut ditemukan beberapa masalah sebagai berikut. a. Metode pembelajaran yang digu-Metode pembelajaran yang

digu-nakan di SMP Muhamadiyah 3 Depok masih belum optimal da- masih belum optimal da-masih belum optimal da-belum optimal da-lam mengembangkan kecerdasan ganda yang dimiliki siswa.

b. Kelas VIII C merupakan kelas yang masih rendah minat belajar-nya.

c. Minat belajar siswa yang masih rendah, hal ini tercermin dari seba-gian siswa yang cenderung ramai dan tidak memperhatikan materi yang disampaikan saat pembela-jaran berlangsung.

Alasan peneliti memilih kelas VIII C yang dijadikan tempat peneli- yang dijadikan tempat peneli-tian karena kondisi siswanya cende-rung ramai saat pembelajaran, terlebih lagi siswa laki-laki cenderung asyik ngobrol dan ramai saat pembelajaran. Untuk mengatasi masalah tersebut, pe-neliti menggunakan metode baru yang dapat mengembangkan kecerdasan

ganda yang dimiliki siswa dan lebih banyak melibatkan siswa dalam pem-belajaran.

2. Deskripsi Hasil Penelitian Tin-dakan

Penelitian tindakan kelas ini dila-kukan pada bulan Oktober-November 2013 dimulai tanggal 15 Oktober 2013 di kelas VIII C SMP Muhammadiyah 3 Depok semester gasal tahun ajaran 2013-2014, setelah peneliti mendapat-kan izin penelitian dari pembimbing. Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari dua siklus kegiatan sebagai beri-kut.

a. Siklus 1

1) Perencanaan Tindakan Siklus 1 a) Pada tahap ini peneliti

mem-persiapkan materi dengan melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui kompetensi dasar yang akan disampaikan kepada siswa, untuk siklus 1 ini peneliti mempersiapkan materi dengan standar komtensi memahami masalah pe-nyimpangan sosial.

b) Menyusun rencana pelak-sanaan pembelajaran (RPP) yang akan digunakan guru se-bagai acuan dalam melaksana-kan pembelajaran.

(8)

yang sedang melakukan PPL di sekolah, kemudian observer menginterprestasikan minat belajar siswa selama proses pembelajaran.

d) Membuat kartu nama siswa untuk memudahkan peneliti dalam mengamati aktivitas sis-wa yang jumlahnya cukup ba-nyak, maka peneliti membuat kartu nama yang berisikan nama dan nomor absen siswa kemudian kartu nama terse-but diletakan di depan meja masing-masing siswa, supaya observer sebagai pengamat da-pat mengamati kegiatan siswa selama proses kegiatan pem-belajaran berlangsung.

2) Pelaksanaan Tindakan Siklus 1 Pelaksanaan pembelajaran siklus 1 ini dilakukan pada hari Jumat tanggal 15 Oktober 2013, pada jam pelajaran ke- 7 dan 8 yaitu pukul 12.45-14.05 WIB. Penelitian ini dilakukan oleh peneliti sendiri sebagai guru. Kegiat-an pembelajarKegiat-an diawali dengKegiat-an sa-lam yang dijawab serentak oleh siswa, kemudian guru memimpin doa. Lalu setelah itu guru mengabsen siswa, menyampaikan topik materi, tujuan pembelajaran dan kemudian dilanjut-kan dengan penjelasan singkat tentang metode Make a match dengan pen-dekatan kecerdasan ganda, kemudian pembelajaran dilanjutkan dengan ke-giatan inti. Guru menjelaskan penyim-pangan sosial, jenis penyimpenyim-pangan sosial, kemuadian guru meminta siswa untuk mengungkapkan gagasannya tentang contoh perilaku menyimpang

yang sering terjadi di lingkungan se-kitar yang pernah mereka alami. Se- Se-lanjutnya membagi siswa ke dalam beberapa kelompok dan membagikan kepada masing-masing kelompok sebuah penugasan untuk didiskusi-kan yaitu menjodohdidiskusi-kan kartu jenis penyimpangan sosial dan pengertian-nya serta contohpengertian-nya. Masing-masing kelompok harus bisa menyelesaikan tugas tersebut dalam waktu 30 me-nit dan sifatnya adu cepat, akan tetapi mengutamakan ketekunan, keuletan, kerja keras dan ketelitian. Untuk ke-lompok yang mampu menyelesaikan dalam waktu yang ditentukan akan mendapatkan reward, kemudian guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mendiskusikan. Pada tahap se- Pada tahap se-lanjutnya, peneliti mengakhiri proses dengan meminta siswa untuk memba-cakan hasil diskusi.

Secara keseluruhan, pelaksanan pembelajaran siklus 1 ini kurang mak-simal. Hal ini dikarenakan suasana kelas yang kurang kondusif, terlihat masih banyak siswa yang ramai saat guru menerangkan ataupun pada saat para siswa sedang berdiskusi, sehing-ga suara guru tidak terdensehing-gar keras dari bangku belakang dan siswa be-lum terbiasa dalam menggunakan me-tode make a match dengan pendekatan kecerdasan ganda ini sehingga tidak tahu apa yang harus dikerjakan, hal ini membuat banyak waktu terbuang.

(9)

33

hasil pelaksanaan tindakan siklus 1 di-mana peneliti mengadakan observasi saat pembelajaran berlangsung. Pada siklus pertama ini dalam pembelajar-an IPS siswa ypembelajar-ang hadir sebpembelajar-anyak 34 siswa. Berdasarkan hasil pengamatan dapat dilihat minat belajar siswa seba-gai berikut.

Tabel 1. Hasil Angket Minat Belajar Siswa

Kategori Siklus 1

F %

Tinggi 10 29.41

Sedang 24 70.59

Rendah 0 0

Jumlah 34 100

Sumber: diolah dari data prime

Berikut ini disajikan dalam bentuk diagrama.

Gambar 2. Diagram Hasil Angket Minat Belajar Siswa

Sedangkan hasil pengamatan ob-pengamatan ob- ob-servasi dari dua observer berdasarkan indikator-indikator minat belajar sis-wa dapat dilihat sebagai berikut.

Tabel 2. Hasil Observasi Minat Belajar Siswa

K Observer 1 Observer 2 Rata-Rata

F % F % F %

T 14 41.18 13 38.24 14 41.18

S 20 58.82 21 61.76 20 58.82

R 0 0 0 0 0 0

J 34 100 34 100 34 100

Sumber: diolah dari data primer

Agar lebih mudah melihat minat belajar siswa berdasarkan 2 orang ob-server, maka akan dilihat dalam dia-gram dibawah ini.

0 20 40 60 80

Tinggi Sedang Rendah 41.18

Gambar.3 Diagram Hasil Observasi Mi-nat Belajar Siswa

4) Analisis dan refleksi siklus 1 Dari paparan data di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran de-ngan metode Make a match dede-ngan pendekatan kecerdasan ganda pada siklus 1 masih dalam kategori sedang untuk minat belajar siswa. Oleh ka-rena itu, masih memerlukan berbagai macam perbaikan dan pembenahan. Adapun kendala-kendala yang diha-dapi dalam pelaksanaan siklus 1 ini antara lain.

(10)

b) Siswa tidak terbiasa mengungkap-kan pendapat, sehingga kelas ku-rang aktif walaupun sudah diarah-kan guru.

c) Siswa tidak mempersiapkan atau belum membaca materi

d) Keterbatasan waktu dalam metode Make a match dengan pendekatan kecerdasan ganda.

e) Sarana prasarana yang kurang me-nunjang

Selain kendala-kendala di atas, ter-dapat juga sisi positif yang bisa diam-bil dari pelaksanaan siklus 1 dengan metode Make a match dengan pen-dekatan kecerdasan ganda ini, yaitu siswa memperoleh pengalaman baru dalam belajar, selain itu mereka juga memiliki kesempatan yang lebih ba-nyak untuk aktif dan ekspresif dalam proses pembelajaran. Hal ini rikan inovasi baru dan lebih membe-rikan motivasi pada siswa untuk terus meningkatkan minat belajar khusus-nya dalam pembelajaran IPS. Berda-sarkan deskripsi data di atas, pembe-lajaran dengan metode Make a match dengan pendekatan kecerdasan ganda, belum berhasil. Mengingat pembela-jaran dengan menggunakan metode Make a match dengan pendekatan kecerdasan ganda ini baru pertama kali di kelas VIII C di SMP Muham-madiyah 3 Depok. Peneliti juga akan melanjutkan dengan tindakan siklus 2 dengan memperbaiki kelemahan-kele-mahan yang terjadi. Diantaranya de-ngan melengkapi rancade-ngan program pembelajaran, memaksimalkan peran guru dalam proses pembelajaran seba-gai tindak lanjut.

b. Siklus 2

1) Perencanaan Siklus 2

Pada pembelajaran siklus 2 ini, pokok pembahasannya adalah Me-mahami kegiatan pelaku ekonomi masyarakat. Merujuk kepada hasil pembelajaran siklus 1, maka sebe-lum melakukan tindakan di siklus 2 peneliti terlebih dahulu melakukan perbaikan-perbaikan. Baik dari ren-cana pelaksanaan pembelajaran mau-pun dalam lembar kerja siswa. Pada pelaksanaan siklus 2 ini peneliti lebih menfokuskan kegiatan kepada siswa dengan metode menjodohkan (make a match) sehingga diharapkan siswa le-bih aktif secara kognitif maupun fisik. Selain itu pembelajaran juga diharap-kan bisa mengembangdiharap-kan sifat tole-ransi, kerjasama dan ketelitian. Lebih dari itu siswa juga akan dikembang-kan kemampuannya mengemukadikembang-kan pendapat, menghargai dan menerima pendapat orang lain.

(11)

35

metode Make a match dengan pende-katan kecerdasan ganda.

Sebelum melanjutkan pada kegiat-an inti, guru membuat kontrak kerja untuk mengkondusifkan kelas lalu membagikan kartu tiap siswa (kartu terlampir), tiap siswa memikirkan ja-waban/soal dari kartu yang dipegang-nya kemudian setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (soal/jawaban) Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin/reward. Selanjutnya guru mem-beri kesempatan pada kelompok yang terlebih dahulu selesai untuk mempre-sentasikan hasil kerja kelompoknya. Setiap selesai presentasi guru mengak-tivasi siswa untuk menyikapi presen-tasi untuk dibahas bersama-sama.

Pada akhir pembelajaran guru memberikan kesempatan kepada sis-wa untuk menanyakan hal-hal yang masih kurang jelas. Kemudian dilan-jutkan dengan guru mengaktivasi sis-wa untuk membuat suatu kesimpulan atas apa yang sudah dipelajari. Pada saat proses pembelajaran ini berlang-sung siswa sangat senang mengikuti kegiatan yang ada dan siswa terlihat serius dalam mengerjakan tugasnya dengan baik.

3) Pengamatan Tindakan Siklus 2 Pada siklus 2 ini, siswa terlihat lebih siap dan mulai terbiasa dengan menggunakan metode Make a match dengan pendekatan kecerdasan gan-da. Semua siswa nampak bersemangat dan antusias dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan selama proses pem-belajaran. Dari hasil pelaksanaan

tin-dakan siklus 2 dimana peneliti men-gadakan observasi saat pembelajaran berlangsung. Pada siklus kedua ini dalam pembelajaran IPS siswa yang hadir sebanyak 36 siswa. Berdasarkan hasil pengamatan dapat dilihat minat belajar siswa sebagai berikut.

Dapat dilihat hasil minat belajar siswa berdasarkan hasil angket yang dibagikan kepada siswa dan hasil pen-gamatan atau observer, dapat dilihat sebagai berikut.

Tabel 3. Hasil Angket Minat Belajar Siswa

Kategori Siklus 2

F %

Tinggi 27 75

Sedang 9 25

Rendah 0 0

Jumlah 36 100

Sumber: diolah dari data primer

Agar lebih mudah melihat minat belajar siswa, maka akan dilihat dalam diagram dibawah ini.

0 20 40 60 80

Tinggi Sedang 75

Pe

rse

nt

ase

Kategori Sedang Rendah

25 0

Kategori

(12)

Sedangkan hasil pengamatan dari dua observer berdasarkan indikator-indikator minat belajar siswa pada siklus 2 dapat dilihat sebagai berikut.

Tabel 4. Hasil Observasi Minat Belajar Siswa

K Observer 1

Observer

2 Rata-Rata

F % F % F %

T 29 80.56 27 75.00 28 77.78

S 7 19.44 9 25.00 8 22.22

R 0 0 0 0 0 0

J 36 100 36 100 36 100

Sumber: diolah dari data primer

Agar lebih mudah melihat minat belajar siswa berdasarkan 2 orang ob-server, maka akan dilihat dalam dia-gram dibawah ini.

0 20 40 60 80 100 80.56

19.44 0 75

25 0 77.78

22.22 0

Per

se

nt

ase

Kategori

Observer 1 Observer 2 Rata-Rata

Gambar 5. Diagram Hasil Observer Minat Belajar Siswa

Secara keseluruhan, pelaksanan pembelajaran siklus 2 ini lebih baik. Hal ini dikarenakan siswa yang mulai terbiasa dengan menggunakan metode Make a match dengan pendekatan ke-cerdasan ganda. Dari data di atas dapat diketahui bahwa 75 % dari jumlah

sis-wa yang hadir memiliki minat belajar yang tinggi ditambah dengan dari hasil observer rata-rata 77,78% dari jumlah siswa memiliki minat dengan katego-ri tinggi, hal ini menunjukan siklus 2 meningkat dibanding dengan siklus 1. Dengan demikian dapat disimpulkan pembelajaran dengan menggunakan metode Make a match dengan pende-katan kecerdasan ganda pada siklus 2 ini lebih baik dari siklus 1 dan masuk dalam kategori tinggi.

4) Analisis dan Refleksi siklus 2 Dari paparan data di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran de-ngan menggunakan metode Make a match dengan pendekatan kecerdas-an gkecerdas-anda yang dimiliki siswa pada siklus 2 sudah mengalami peningkat-an. Namun demikian masih terdapat beberapa kendala yang dihadapi pene-liti. Adapun kendala-kendala yang di-hadapi dalam pelaksanaan siklus 2 ini antara lain.

a) Kebiasaan pada siswa tidak mem-persiapkan materi atau belum membaca materi terlebih dahulu di rumah.

b) Kurangnya referensi bacaan

(hanya dari 1 sumber) c) Keterbatasan waktu

(13)

Pem-37

belajaran yang sistematis dan unsur games sangat menarik bagi siswa se-hingga menimbulkan minat belajar yang lebih baik. Hal ini terlihat sangat menonjol ketika proses pembelajar-an make a mach secara berkelompok untuk dibuat games. Hampir seluruh siswa di kelas aktif dan sibuk mencari referensi untuk menemukan pasangan soal dan jawaban dari setiap kartu un-tuk dicocokkan. Guru juga menum-buhkan keberanian untuk berpartisipa-si dalam diskuberpartisipa-si kelas bagi berpartisipa-siswa yang aktif mengemukakan pendapat.

3. Pembahasan

a. Peningkatan Minat Belajar menggunakan metode make a

match dengan pendekatan

ke-cerdasan ganda

Guru sebagai kunci penerapan pembelajaran dengan pendekatan ke-cerdasan ganda dalam melakukan pembelajaran di kelas memiliki ber-bagai cara atau teknik dalam manaje-men kelas ketika manaje-menerapkan strate-gi pembelajaran. Dalam hal ini guru menyadari adanya berbagai macam intelegensi pada setiap siswa yang membutuhkan fasilitas. Fasilitas yang dibutuhkan adalah suatu konsep pem-belajaran yang memberikan kesempa-tan kepada siswa untuk mengembang-kan potensinya.

Pembelajaran menggunakan me-tode make a match pendekatan ke-cerdasan ganda ini, siswa merasa ter-fasilitasi untuk diberikan kesempatan supaya menikmati gaya belajar me-reka masing-masing, sehingga siswa merasa enjoy menerima pelajaran.

Hal ini sesuai dengan ungkapan oleh Slameto (2010: 58) bahwa salah satu ciri seseorang memiliki minat belajar yaitu ada rasa suka dan senang pada sesuatu yang diminati. Peningkatan minat belajar tersebut ditunjukan de-ngan hasil observasi dan angket untuk setiap siklusnya.

Pada siklus 1, menggunakan me-tode make a mach dengan pendekatan kecerdasan yang dapat dikembangkan kecerdasan interpersonal, logis mate-matis, linguistik dan kinestetik siswa dapat berkembang. Kemudian siklus 2 dengan kecerdasan ganda yang di-kembangkan berupa kecerdasan vi-sual-spasial, musikal dan kinestetik ketika siswa membentuk kelompok dengan membagi 1 kelompok 5 orang dan kartu yang berwarna-warni. Se-lain itu, kecerdasan intrapersonal dan kinestetik juga dapat berkembang ke-tika siswa mencari pasangan kartu dan membacakan kartu yang tersusun. Hal ini membuat siswa semakin antusias dengan mengikuti pembelajaran.

(14)

minat belajar siswa hasil angket pada siklus 1 dan siklus 2 di bawah ini.

Tabel 5. Hasil Angket Minat Siklus 1 dan Siklus 2

Kategori

Siklus 1 Siklus 2

F % F %

Tinggi 20 58.82 27 75

Sedang 24 70.59 9 25

Rendah 0 0 0 0

Jumlah 34 100 36 100

Sumber: diolah dari data primer

Untuk lebih jelas berikut ini da-pat dilihat diagram minat belajar sis-wa yang mengalami peningkatan dari siklus 1 sampai siklus 2.

0.00 100.00

Tinggi Sedang 41.1877.78

SIKLUS 1

Sedang Rendah 58.82

0

22.22 0

SIKLUS 2

Gambar 6. Diagram Hasil Angket Minat Siklus 1 dan Siklus 2

Adapun hasil pengamatan dengan meminta bantuan dua orang observer yang mengamati siswa selama pembe-lajaran berlangsung. Berdasarkan pen-gamatan sesuai dengan indikator-indi-kator minat belajar siswa dari siklus 1 sampai siklus 2 menunjukan adanya peningkatan berikut disajikan dalam bentuk tabel di bawah ini.

Tabel 6. Hasil Observasi Minat Belajar Siklus 1 dan Siklus 2

Kategori Siklus 1 Siklus 2

% %

Tinggi 41.18 77.78

Sedang 58.82 22.22

Rendah 0 0

Jumlah 100 100

Sumber: diolah dari data primer

Untuk mempermudah dalam pem-bacaan tabel berikut disajikan dalam bentuk diagram di bawah ini.

0.00 100.00

Tinggi Sedang 41.1877.78

SIKLUS 1

Sedang Rendah 58.82

0

22.22 0

SIKLUS 2

Gambar 7. Diagram Hasil Observasi Minat Belajar Siklus 1 dan Siklus 2

Terbukti dengan hasil wawancara peneliti yang dilakukan pada tanggal 1 November 2013 pada jam 14.00 WIB yang dikatakan oleh salah satu siswa yang bernama Dias Puspitasari, ketika ditanya bagaimana perasaanmu sete-lah belajar IPS dengan metode make a mach dengan pendekatan kecer-dasan ganda? Dia menjawab, “waaa-ah….seneng banget bu, jarang-jarang malah gak pernah kita belajar kayak gini. Diseringin aja belajar kaya gini, anak-anak lain juga seneng bu, jadi gak ngatuk….”.

(15)

39

pendekatan kecerdasan ganda ini, ter-nyata sangat mampu menjadikan kelas lebih hidup, meskipun agak ramai, karena dari setiap kecerdasan indi-vidu berbeda dan memiliki kelebihan masing-masing. Meskipun seperti itu, siswa antusias dan tetap semangat ser-ta kreatif dalam belajarnya serser-ta dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberi-kan oleh guru. Selain itu mereka juga bisa meningkatkan kemampuanya se-suai dengan taraf kemampuannya sen-diri, mereka bisa belajar tanpa paksaan dari siapapun serta mereka bisa belajar dengan mandiri dan dari pembelajaran dengan metode make a mach tersebut minat belajar dapat meningkat.

Dengan adanya peningkatan per-sentase minat belajar siswa pada pem-belajaran IPS dari siklus 1 dan siklus 2 ini, membuktikan penerapan meto-de make a macth meto-dengan penmeto-dekatan kecerdasan ganda dapat meningkatkan minat. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilaksanakan oleh Shely (2012) menyimpulkan bahwa implementa-si model cooperative learning teknik make a match meningkatkan motivasi belajar siswa.

b. Kendala dalam Penerapan me-tode Make a mach dengan pen-dekatan kecerdasan ganda

Berdasarkan hasil penelitian siklus 1 dan siklus 2 terdapat kendala dalam penerapan metode make a mach de-ngan pendekatan kecerdasan ganda dalam pembelajaran IPS untuk me-ningkatkan minat belajar siswa kelas VIII di SMP Muhammadiyah 3 De-pok. Adapun kendala-kendala tersebut antara lain.

1) Siswa belum terbiasa dengan Pem-belajaran metode make a mach Dalam pembelajaran IPS, meto-de ceramah dan sejenisnya yang paling sering dipergunakan. Oleh karenanya, pembelajaran dengan metode make a mach ini menja-di hal baru bagi siswa menja-di VIII C. Oleh karena itu, siswa masih ter-lihat canggung dan kurang respon-sif terhadap metode pembelajaran ini dengan penerapan kecerdasan ganda.

2) Kesulitan dalam pengelolaan wak-tu dalam pembelajaran, sedangkan banyak kegiatan yang harus dilak-sanakan.

Dalam penerapan metode make a mach, terdapat berbagai kegiatan yang harus dilakukan siswa dan pembelajaran IPS ini dilaksana-kan antara waktu ISHOMA, hal ini terkadang membuat para siswa kurang konsentrasi dikarenakan setelah ISHOMA para siswa ma-sih terbawa suasana ISHOMA, sehingga para siswa membutuh-kan waktu yang lebih lama, untuk dapat berkonsentrasi kembali pada pelajaran. Oleh karena itu, jam pe-lajaran yang minim ini mengaki-batkan pembelajaran kurang mak-simal.

3) Siswa tidak mempersiapkan atau belum membaca materi

(16)

belum siap karena memang baru mengenal materi. Akhirnya guru harus bekerja keras untuk membe-rikan penjelasan kepada mereka. 4) Terbatasnya fasilitas penunjang

pembelajaran (khususnya di dalam kelas)

Di sekolah ini sarana dan prasa-rana masih terbilang belum memadai, hal ini terlihat pada keadaan kelas yang tidak dilengkapi dengan fasili-tas penunjang pembelajaran seperti LCD, gambar-gambar, dan video. Se-hingga, pelaksanaan pembelajaran de-ngan penerapan metode make a mach sedikit terhambat. Karena guru perlu mempersiapkan media pembelajaran-nya terlebih dahulu, sehingga menga-biskan waktu. Pada dasarnya teori ini memerlukan banyak sarana dan prasa-rana untuk mencapai tujuan pembela-jaran yang maksimal.

D. Kesimpulan

Berdasarkan observasi dan anali-sis data di lapangan, maka dapat dita-rik kesimpulan sebagai bedita-rikut.

1. Metode make a match dengan pendekatan kecerdasan ganda dapat meningkatkan minat be-lajar siswa kelas VIII SMP Mu-hammadiyah 3 Depok. Dari hasil pengamatan selama pembelajaran berlangsung terbukti minat belajar siswa pada siklus 1 dari hasil data angket dalam kategori sedang 24 siswa (70,59%) sedangkan untuk siklus 2 meningkat pada kategori tinggi sebanyak 27 siswa (75%) dan hasil observasi pada siklus 1 dengan persentase terbesar berada

pada kategori sedang 58.82%, se-dangkan pada siklus 2 berada pada kategori tinggi dengan persentase 77,78%.

2. Metode make a match dengan pendekatan kecerdasan ganda ter-bukti dapat meningkatkan prestasi belajar siswa di kelas VIII SMP Muhammadiyah 3 Depok. Hal ini ditunjukkan dengan hasil di lapa-ngan yang menunjukkan adanya peningkatan prestasi belajar dari siklus 1 jumlah siswa yang tuntas dalam belajar sebanyak 10 siswa atau sebesar 29,41%, siklus 2 ju-mlah siswa yang tuntas belajar mengalami peningkatan menjadi 83,33% atau sebanyak 30 siswa. 3. Adapun kendala-kendala yang

di-hadapi selama pelaksanaan pem-belajaran dengan menggunakan metode make a match dengan pen-dekatan kecerdasan ganda ini ada-lah; Siswa belum terbiasa dengan pembelajaran dengan pendekatan kecerdasan ganda, Alokasi waktu dalam pembelajaran yang tidak cukup, sedangkan banyak kegiat-an ykegiat-ang harus dilakskegiat-anakkegiat-an, siswa tidak mempersiapkan atau belum membaca materi dan terbatasnya fasilitas penunjang pembelajaran (khususnya di dalam kelas).

DAFTARPUSTAKA

Hamzah B. Uno. 2009. Mengelola Ke-cerdasan dalam Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

(17)

41

Pendidikan Penabur - No.04/ Th.IV/ Juli 2005.

Howard Gardner. 2003. Multiple Intel-ligences : Kecerdasan Majemuk, Kecerdasan Perspektif dalam Praktek. Terj. Alexander Sindo-ro. Batam: Interaksara.

May Lwin, dkk. 2004. How to Multip-le Your Cild’s Intelligence (Cara Mengambangkan Berbagai Kom-ponen Kecerdasan). Yogyakarta: PT Indeks.

Ngalim Purwanto, MP. 1990. Psikolo-gi Pendidikan. Bandung: PT Re-maja Rosdakarya.

Paul A. Samoelson. 1975. Teori IPS. Edisi Kedelapan. Terj. Paul Sito-hang. Jakarta: Kanisius.

Sardiman A.M. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Ja-karta: Rajawali Press.

Schimidt Lourel. 2002. Jalan Pintas Menjadi 7 Kali Lebih Cerdas. Terj. Lala Herawati dan Rahmani Astuti. Bandung: Mizan Media Utama.

Septiyati Purwandari. 2007. Imple-mentasi Teori Multiple Intelli-gence untuk Meningkatkan Mi-nat Belajar Geografi di SMAN 1 Mlati Sleman. Skripsi.Yogya-karta: UNY.

Shely. 2012. Implementasi model cooperative learning teknik make a match untuk meningkatkan mo-tivasi belajar IPS pada kelas VIII A SMP N WEDI Klaten. Skripsi. Yogyakarta : UNY

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sugihartono, dkk. 2007. Psikologi Pendidikan.Yogyakarta: UNY Press.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: ALFABETA.

Suharsimi Arikunto. 2006. Dasar-das-ar Evaluasi Pendidikan. Edisi Revisi. Jakarta: Bumi Aksara. Suharsimi Arikunto. 2010. Prosedur

Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Suparlan. (2004). Mencerdaskan

Ke-hidupan Bangsa. Yogyakarta: Hikayat.

Suparman Ali. 2009. Upaya Guru da-lam Meningkatkan Minat Belajar Siswa. dalam Jurnal Ilmiah Pen-didikan Akuntansi-Vol III-No 1/ Januari 2009.

Suryosubroto. 2002. Proses Belajar Mengajar Di Sekolah. Jakarta : Rineka Cipta

Thomas Amstrong. 2002. Sekolah Para Juara Menerapkan Multip-le Intelligences di Dunia Pendi-dikan. Terj.Yudhi Murtanto. Ban-dung: Kaifa.

Tim Pelatih Proyek PGSM. 1999. Pe-nelitian Tindakan Kelas (Clas-sroom Action Research). DEP-DIKBUD.

(18)

Gambar

Tabel 4. Hasil Observasi Minat Belajar

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Berdasarkan hasil penelitian, strategi yang digunakan Paguyuban Drumblek Salatiga dalam mengembangkan kesenian drumblek terdapat dua konsep, yaitu kerja sama

PEMEGANG SAHAM PENGENDALI PEMEGANG SAHAM PENGENDALI PEMEGANG SAHAM PENGENDALI PEMEGANG SAHAM PENGENDALI DEWAN PENGAWAS SYARIAH. DEWAN PENGAWAS SYARIAH DEWAN

Maka dari itu diharapkan sekolah mampu mengembangkan program Rebo Nyunda, salah satunya dengan berinisiatif membuat tata tertib dan sangsi bagi siswa yang tidak

menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya ilmiah yang berjudul “ Analisis Pengaruh Variasi Densitas Eceng Gondok (Eichornia Crassipes (Mart.) Solm) Pada Fitoremediasi

Ketelitian dalam membuat hubungan antara tinggi muka air dengan debit berdasar hasil pengukuran alat papan duga tunggal.. Kecermatan dalam menjelaskan alat papan duga bertingkat untuk

Dalam rangka memberikan arah dan tujuan dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan pembangunan daerah sesuai dengan visi misi Gubernur berdasarkan Undang-Undang Nomor

[r]