• Tidak ada hasil yang ditemukan

The Turmeric Decoction Effect on the Concentration of Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase (SGOT), Serum Glutamic Pyruvic Transaminase (SGPT), and Total Bilirubin of Serum

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "The Turmeric Decoction Effect on the Concentration of Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase (SGOT), Serum Glutamic Pyruvic Transaminase (SGPT), and Total Bilirubin of Serum"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Pengaruh Air Perasan Kunyit terhadap Kadar

Serum Glutamic

Oxaloacetic Transaminase

(SGOT),

Serum Glutamic Pyruvic

Transaminase

(SGPT), dan Bilirubin Total Serum

Studi Eksperimental pada Tikus yang Diinduksi Parasetamol

The Turmeric Decoction Effect on the Concentration of Serum Glutamic

Oxaloacetic Transaminase (SGOT), Serum Glutamic Pyruvic Transaminase

(SGPT), and Total Bilirubin of Serum

Experimental Study on Paracetamol-Induced Rats

Edijanti Goenarwo1, Chodidjah2, Muhammad Syukri Alimi3, Wigia Primanandika3, Agus

Muttaqien3

ABSTRACT

Background: High dose paracetamol consumption may cause liver’s damage, indicated by increasing of SGOT, SGPT, and total bilirubin of serum concentration. Turmeric (Curcuma domestica Val.) has been medically used for liver damage. The experimental study was conducted to find out the turmeric decoction effect on SGOT, SGPT, and total bilirubin of serum concentration of high dose paracetamol-induced rats.

Design and Method: Pre - posttest randomized control group design was used in this study. 24 rats were divided into 4 groups: Group I (the control group given aquadest for 7 days continued with paracetamol); Group II, III and IV (treated- group given turmeric decoction with concentration 50%, 75% and 100% respectively for 7 days continued with paracetamol). The One Way Anova was used to analyze the differences between SGOT, SGPT and total bilirubin of serum concentration and the differences between groups were analyzed by Tukey test.

Result: The means differences of SGOT for the four groups were 38.66 (U/l); -12.33 (U/l); -15.5 (U/l); -39.83 (U/ l), respectively. The means differences of SGPT were 78.83 (U/l), -12.84 (U/l); 20.5 (U/l); -72.17 (U/l), respectively. The means differences of total bilirubin of serum were 1.00 (mg/dl); -0.25 (mg/dl); -0.46 (mg/dl); -0.90 (mg/ dl), respectively. There was significant differences in SGOT, SGPT and total bilirubin of serum concentration among the groups (p=0.000), and there was significant differences among groups, except between group II and III which showing no significant difference.

Conclusion: The turmericdecoction can decrease SGOT, SGPT and total bilirubin of serum concentration in rats and there were differences among the groups, (Sains Medika, 1 (1) : 16-23).

Keywords: Curcuma domestica Val., hepatoprotector, paracetamol, SGOT, SGPT, total bilirubin of serum

ABSTRAK

Pendahuluan: Konsumsi parasetamol dosis tinggi dapat menyebabkan kerusakan hati yang ditandai dengan peningkatan kadar SGOT, SGPT, dan bilirubin total serum. Kunyit (Curcuma domestica Val.) telah digunakan untuk mengatasi kerusakan hati. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian air perasan kunyit terhadap kadar SGOT, SGPT, dan bilirubin total serum pada tikus putih galur wistar yang diinduksi parasetamol.

Metode Penelitian: Desain penelitian ini adalah pre - posttest randomized control group design menggunakan hewan uji tikus sebanyak 24 ekor yang dibagi dalam 4 kelompok: Kelompok I (kelompok kontrol yang diberi aquades kemudian diberi parasetamol); Kelompok II, III, dan IV (kelompok perlakuan yang diberi air perasan kunyit dengan konsentrasi berturut-turut 50%, 75%, dan 100% selama 7 hari kemudian diberi parasetamol). Data kadar SGOT, SGPT, dan total bilirubin serum yang diperoleh diolah secara statistik menggunakan uji One Way Anova, kemudian dilakukan uji Tukey untuk mengetahui perbedaan antar kelompok.

Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang Bagian Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang, (chodiab@yahoo.com)

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang 1

2

(2)

Hasil Penelitian: Selisih rata-rata kadar SGOT pre dan post test pada 4 kelompok berturut-turut adalah 38,66 (U/l); -12,33 (U/l); -15,5 (U/l); dan -39,83 (U/l). Selisih rata-rata kadar SGPT berturut-turut adalah 78,83 (U/l); -12,84 (U/l); -20,5 (U/l); dan -72,17 (U/l). Selisih rata-rata kadar bilirubin total serum berturut-turut adalah 1,00 (mg/dl); -0,25 (mg/dl); -0,46 (mg/dl); dan -0,90 (mg/dl). Perlakuan pemberian perasan kunyit menyebabkan kadar SGOT, SGPT dan bilirubin total serum pada tiap kelompok berbeda secara signifikan (p=0,000). Pemberian perasan kunyit dengan konsentrasi yang berbeda-beda menunjukkan perbedaan yang bermakna antara tiap kelompok, kecuali pada kelompok II dan III tidak terdapat perbedaan yang bermakna.

Kesimpulan: Air perasan kunyit dapat mencegah kenaikan kadar SGOT, kadar SGPT, dan kadar Bilirubin Total Serum tikus putih yang diinduksi parasetamol dosis tinggi, (Sains Medika, 1 (1) : 16-23).

Kata Kunci: Curcuma domestica Val., bilirubin total serum, hepatoprotektor, parasetamol,SGOT, SGPT

PENDAHULUAN

Penggunaan parasetamol sebagai analgetik dan antipiretik telah dikenal oleh

masyarakat umum dan banyak dijual bebas di pasaran. Obat ini bersifat aman jika

dipergunakan dalam dosis yang tepat, akan tetapi penggunaan dalam dosis yang

berlebihan dapat menyebabkan nekrosis hati, bahkan dapat berakibat fatal. Parasetamol

dilaporkan mampu menyebabkan hepatotoksisitas langsung pada sel hepar. Seseorang

yang makan 7,5 gram parasetamol sekaligus akan menyebabkan kerusakan hati, dan bila

makan lebih dari 15 gram akan timbul kematian. Parasetamol (N-acetyl para aminophenol)

mempunyai efek analgetik – antipiretik, yang ditimbulkan oleh gugus aminobenzen.

Parasetamol dengan dosis 10 gram dilaporkan dapat menimbulkan nekrosis hati

(hepatotoksisitas), yang ditandai dengan kenaikan kadar Serum Glutamic Oxaloacetic

Transaminase (SGOT), Serum Glutamic Pyruvic Transaminase (SGPT), kadar bilirubin

serum, enzim laktat dehidrogenase, serta perpanjangan masa protrombin (Wilmana

dalam Nurrochmad & Murwanti, 2000).

Transaminase adalah sekelompok enzim yang bekerja sebagai biokatalisator dalam

proses pemindahan gugusan amino antara suatu asam alfa amino dengan asam alfa keto

(Husadha, 1999). Alanin amino transaminase (ALT) atau Serum Glutamic Pyruvic

Transaminase (SGPT) dan Aspartat amino transaminase (AST) atau Serum Glutamic

Oxaloacetic Transaminase (SGOT) terdapat dalam jumlah besar di hepatosit (Latu, 1991).

Serum transaminase adalah indikator yang peka pada kerusakan sel-sel hati. SGOT atau

AST adalah enzim sitosolik, sedangkan SGPT atau ALT adalah enzim mikrosomal, kenaikan

enzim-enzim tersebut meliputi kerusakan sel-sel hati oleh virus, obat-obatan atau toksin

yang menyebabkan hepatitis, karsinoma metastatik, kegagalan jantung, dan penyakit

(3)

Bilirubin adalah komponen dari empedu yang berwarna jingga. Bagian terbesar

bilirubin berasal dari hemoglobin (Baron, 1990). Hiperbilirubinemia mempunyai makna

terjadinya peningkatan kadar bilirubin dalam darah, ini bisa berupa peningkatan kadar

bilirubin tidak terkonyugasi, maupun bilirubin yang terkonyugasi (Handoko, 2004).

Beberapa faktor yang menyebabkan kenaikan kadar bilirubin serum adalah: untuk

kenaikan kadar bilirubin tak terkonyugasi bisa dikarenakan produksi yang berlebihan,

gangguan pengambilan dan gangguan konyugasi; untuk kenaikan kadar bilirubin yang

terkonyugasi karena gangguan ekskresi intrahepatik dan ekstrahepatik; kenaikan kadar

kedua jenis diatas akibat kebocoran bilirubin dari dalam sel-sel duktuli kembali ke dalam

darah.

Pada penyakit hati faktor-faktor tadi dapat timbul sekaligus (Husadha, 1998).

Didalam hati terjadi proses penyimpanan energi, pembentukan protein dan asam

empedu, pengaturan metabolisme kolesterol dan penetralan racun/obat yang masuk

dalam tubuh, sehingga dapat dibayangkan akibat yang timbul karena kerusakan hati

(Handoko, 2004). Hepatitis toksik merupakan peradangan hepar yang disebabkan

zat-zat yang toksik untuk hepar terutama obat-obatan (Suparman, 1996). Oleh karena itu,

perlu dikembangkan obat-obatan tradisional untuk membantu penanganan medis pada

berbagai gangguan hati terutama untuk pasien kategori kelas ekonomi menengah ke

bawah dan tidak memiliki asuransi kesehatan.

Tanaman herbal yang sering dimanfaatkan oleh masyarakat luas sebagai obat

tradisional untuk mengobati berbagai macam penyakit termasuk penyakit hati adalah

tumbuhan dari golongan curcuma, diantaranya adalah temulawak (Curcuma xanthorriza

roxb) dan kunyit (Curcuma domestica Val.) (Hadi, 2000). Kunyit memiliki efek farmakologi

melancarkan darah dan vital energi, emmenagogue, anti inflamasi, mempermudah

persalinan, carminative, antibakteri, kolagogum, adstringent (Winarto & Lentera, 2003).

Kurkumin pada kunyit mempunyai efek anti peradangan, antioksidan, antibakteri,

imunostimulan, kolagogum, hipolipidemik, hepatoprotektor, dan tonikum.

Kandungan kimia dari rimpang kunyit yang telah diketahui yaitu minyak atsiri

sebanyak 6% yang terdiri dari golongan senyawa monoterpen dan sesquiterpen (meliputi

zingiberen, alfa dan beta-turmerone), zat warna kuning kurkuminoid sebanyak 5%

(4)

protein, fosfor, kalium, besi dan vitamin C (Sumiati & Adnyana, 2004). Kurkuminoid yang

terkandung di dalam kunyit mempunyai sifat anti hepatotoksik yang sinergik dan terbukti

sangat bermanfaat untuk penyakit hati. Hal ini disebabkan karena kedua senyawa tersebut

mempunyai sifat menghambat peroksidase lipid di dalam sel membran, melindungi sel

Kuffer, dan merangsang RNA untuk meningkatkan kapasitas sintesis dari sel hati (Hadi,

2000).

Penggunaan rimpang kunyit sebagai obat untuk kepentingan pencegahan maupun

pengobatan penyakit sudah terbukti secara nyata, efektif, aman, dan berkhasiat (Winarto

& Lentera, 2003). Hembing (2005) melaporkan bahwa kurkumin yang terdapat di dalam

kunyit mempunyai efek anti peradangan, antioksidan, imunostimulan, yang dapat

berfungsi sebagai hepatoprotektor. Efek hepatoprotektor kurkumin dalam kunyit diduga

dapat mencegah kerusakan fungsi hati akibat pemberian parasetamol. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui pengaruh air perasan kunyit (Curcuma domestica Val.)

dengan konsentrasi yang berbeda terhadap kadar SGOT, SGPT, dan bilirubin total serum

pada tikus putih galur wistar yang diinduksi parasetamol.

METODE PENELITIAN

Penelitian eksperimental ini menggunakan rancangan penelitian pre - posttest

randomized control group design. Subyek penelitian adalah tikus putih jantan galur wistar,

umur 3 bulan, dan berat badan 180 – 200 gram. Kunyit (Curcuma domestica Val.) dibuat

dalam bentuk perasan seperti yang umum di masyarakat. Kadar SGOT, SGPT, dan kadar

bilirubin total serum diukur menggunakan spektrofotometer.

Tikus putih sebanyak 24 ekor dibagi menjadi 4 kelompok perlakuan,

masing-masing terdiri dari 6 ekor. Sebelum penelitian, terlebih dahulu dilakukan pengukuran

kadar SGOT, kadar SGPT dan kadar bilirubin total serum pada masing-masing tikus untuk

mengetahui kadarnya sebelum perlakuan (pretest). Kelompok I adalah kelompok kontrol

parasetamol, dimana tikus diberi aquadest selama 7 hari kemudian dilanjutkan dengan

pemberian parasetamol 1 mg/ gram BB dosis tunggal. Kelompok II, III, dan IV merupakan

kelompok perlakuan, yaitu diberi air perasan kunyit dengan konsentrasi masing-masing

secara berurutan 50%, 75%, dan 100% sebanyak 1 ml per 200 gram berat badan selama

(5)

Pada hari ke 10 dilakukan pengambilan sampel darah untuk pengukuran kadar SGOT,

SGPT dan kadar bilirubin total serum sesudah perlakuan (posttest).

Data yang diperoleh berupa selisih masing-masing kadar antara hasil pengukuran

pre-test dan post-test dianalisis dengan uji Kolmogorov-Smirnov untuk mengetahui apakah

data terdistribusi normal dan varian datanya homogen. Apabila distribusi datanya normal

dan varian datanya homogen, maka data dianalisa dengan uji ANOVA. Namun jika

sebaliknya, maka data dianalisa secara non-parametrik dengan uji Kruskall-Wallis. Apabila

terdapat perbedaan yang bermakna, kemudian data dianalisa dengan uji lanjut dengan

uji Tukey untuk mencari letak perbedaannya. Analisis data menggunakan program statistik

SPSS 11.5 for Windows.

HASIL PENELITIAN

Kadar SGOT, SGPT dan kadar bilirubin total serum pada tikus yang diinduksi

parasetamol sebelum perlakuan (pre-test) berbeda dengan sesudah perlakuan (post-test),

sebagaimana disajikan pada Tabel 1. Selisih rata-rata masing-masing kadar antara

pre-test dan post-test menunjukkan distribusi normal (p>0,05) dan varian data homogen

(p>0,05 ). Hasil uji ANOVA dengan tingkat kepercayaan 95% (á<0,05) menunjukkan kadar

SGOT, SGPT dan bilirubin total serum pada masing-masing kelompok perlakuan berbeda

secara signifikan.

Hasil uji Tukey menunjukkan adanya perbedaan bermakna pada masing-masing

konsentrasi, dengan signifikansi < 0,05. Hal ini berarti bahwa perbedaan konsentrasi

perasan kunyit memberikan pengaruh yang berbeda secara bermakna terhadap kadar

SGOT, SGPT, dan kadar bilirubin total serum. Ringkasan nilai signifikansi hasil uji lanjut

Tukey dapat dilihat pada Tabel 2.

Hasil uji Tukey dari perlakuan kontrol (I) dengan konsentrasi 50% (II), konsentrasi

75% (III), dan konsentrasi 100% (IV) pada masing-masing kadar baik SGOT, SGPT, dan

bilirubin total memiliki nilai signifikansi 0,000 yang berarti baahwa perlakuan antar

kelompok berbeda secara bermakna. Perlakuan konsentrasi 50% (II) dan konsentrasi 75%

(III) menunjukkan perbedaan yang bermakna baik terhadap kadar SGOT dan SGPT

(6)

Tabel 1. Rerata kadar SGOT, SGPT, dan bilirubin total serum pada masing-masing kelompok sebelum perlakuan (pre-test), sesudah perlakuan (post-test) dan selisih antara pre-test dan post-test

Tabel 2. Ringkasan nilai signifikansi hasil uji Tukey antar kelompok untuk rerata kadar SGOT, SGPT dan bilirubin total serum

Ket: * tidak berbeda secara bermakna (p>0,05)

PEMBAHASAN

Selisih rerata kadar SGOT, SGPT, dan bilirubin total serum pada kelompok kontrol

(tidak diberi air perasan kunyit) menunjukkan nilai positif berarti bahwa pemberian

parasetamol dosis 1 mg/kg BB mampu memberikan efek kerusakan hepar tikus putih.

Pemberian parasetamol dosis tinggi akan mengakibatkan peningkatan pembentukan

N-acetyl-para-benzoquinoneimine (NAPQI), dan simpanan glutathion hati menjadi

berkurang. Terbentuknya metabolit antara NAPQI dalam jumlah yang banyak dan

penurunan jumlah glutathion hati, akan berakibat terjadi nekrosis atau kerusakan hati.

Sel-sel hati yang rusak akan melepaskan enzim-enzim yang menandai kerusakan tersebut

diantaranya SGOT, SGPT dan bilirubin total serum (Husadha, 1999).

Efek hepatoprotektor air perasan kunyit ditunjukkan dari perbedaan selisih kadar

rata-rata SGOT, SGPT, dan bilirubin total serum antara kelompok I dan kelompok II, antara

(7)

rata-rata SGOT, SGPT, dan Bilirubin total serum kelompok II, kelompok III dan kelompok

IV lebih rendah dari kadar rata-rata SGOT, SGPT dan bilirubin total serum kelompok I.

Hasil analisa statistik dengan uji ANOVA yang dilanjutkan dengan uji Tukey

menunjukkan bahwa tikus putih yang diberikan air perasan kunyit sebelum pemberian

parasetamol, kadar rata-rata SGOT, SGPT dan bilirubin total serum lebih rendah dibanding

kelompok tikus yang tanpa pemberian air perasan kunyit namun diberi parasetamol. Hal

ini menunjukkan bahwa air perasan kunyit mampu mencegah kenaikan kadar SGOT, SGPT

dan bilirubin total serum, akibat pemberian parasetamol dosis toksik.

Rimpang kunyit mengandung senyawa yang berkhasiat obat yaitu kurkuminoid,

yang terdiri atas kurkumin, desmetoksikurkumin dan bisdesmetoksikurkumin. Senyawa

kurkumin ini yang diduga mampu melindungi sel-sel hati dari bahan toksik (Hadi, 2000).

Dengan dilakukannya penelitian ini maka dapat memperkuat penelitian yang telah

dilakukan oleh Hartono et al. (2004) yang telah menyatakan bahwa kunyit (Curcuma

domestica Val.) dapat melindungi sel-sel hati dari zat-zat toksik.

KESIMPULAN

Air perasan kunyit (Curcuma domestica Val.) berpotensi melindungi sel-sel hati

dari zat-zat toksik, yang ditandai dengan menurunnya kadar SGOT, SGPT dan bilirubin

total pada tikus yang diinduksi parasetamol.

SARAN

Diperlukan penelitian lanjutan tentang penggunaan air perasan kunyit ( Curcuma

domestica Val. ) sebagai obat penyakit hati.

DAFTAR PUSTAKA

Baron, D.N., 1990, Kapita Selekta Patologi Klinik , Edisi 4. EGC, Jakarta.

Hadi, S., 2000, Hepatologi, Mandar Maju, Bandung.

Handoko, I.S., 2004, Hiperbilirubinaemia,http :// www.klinikku.com/ pustaka/ klinis/ hati/ hiperbilirubinaemia.html, Dikutip tanggal 21.02.2008.

Hembing Wijayakusuma, H.M., 2005, Kunyit dan Temulawak untuk Mencegah Flu Burung,

(8)

Husadha, Y., 1999, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam; Jilid I, Gaya Baru, Jakarta, hal. 226-227.

Latu, J., 1991, Gastroenterologi Hepatologi, Infomedia, Jakarta.

Nurrochmad, A. dan R. Murwanti, 2000, Efek hepatoprotektif ekstrak alkohol rimpang temu putih (Curcuma zedoaria Rosc) pada tikus putih jantan, Pharmacon 1 (1):31-36.

Sumiati, T. dan Adnyana, I.K., 2004, Kunyit, si Kuning yang Kaya Manfaat,

http://www.pikiran-rakyat.com, Dikutip tanggal 26.06.2008.

Suparman,1996, Ilmu Penyakit Dalam, Balai Penerbit FK. UI., Jakarta, hal. 224-226.

Gambar

Tabel 1.Rerata kadar SGOT, SGPT, dan bilirubin total serum pada masing-masingkelompok sebelum perlakuan (pre-test), sesudah perlakuan (post-test) danselisih antara pre-test dan post-test

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui Karakteristik dan motivasi buruh “Home Industri ” Batik di Desa Gumelem Wetan Kecamatan Susukan

Individu yang stabil, baik secara mental dan fisik, sabar, teliti, daya ingat kuat ( mendukung semua deskripsi

sampai tanggal tersebut belum setor, maka kami akan melaiukan pencairan bagi lembag a yangsudah setor LpJ BOS triwulan 4 2016.. Demikian atas perhatiannya disampaikan

In this research, we perform a quantitative analysis about multi-image triangulation using NAC images with consideration of convergent angle and image matching

Based on the analysis, it can be concluded that al-Kawākib al-Lammā‘ah emerged in the midst of the massive expansion of Wahhabi teachings and the intense debate among modernist

Seiring dengan kelangkaan kayu atau material kapal yang digunakan, diharapkan dengan dilakukannya pengembangan desain dan studi titik kritis analisis tegangan pada

Hasil analisa kelayakan investasi pembangunan Embung Bajul di Kabupaten Buleleng yang dilakukan pada penelitian ini menunjukan layak untuk diteruskan pada semua

Mahasiswa angkatan 2012 merupakan responden yang dipilih dalam penelitian ini karena telah memasuki usia 20 tahun yang dianggap lebih dewasa dan mampu untuk menanggapi