iv
Aldora Jesslyn O., 2012; Pembimbing I : Penny Setyawati M, dr., Sp.PK, M.Kes. Pembimbing II : Sijani Prahastuti, dr., M.Kes.
Manfaat statin sebagai upaya primer dan sekunder dislipidemia telah terbukti dengan semakin sering penggunaan statin dalam praktek klinik. Salah satu efek samping statin adalah fenomena transaminitis, ditandai oleh peningkatan enzim transaminase, seperti Serum Glutamic Pyruvic Transaminase (SGPT) dan Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase (SGOT). Akhir.akhir ini insidensi dislipidemia cenderung meningkat. Konsumsi belimbing wuluh secara rutin telah dilaporkan dapat mengontrol profil lipid oleh beberapa masyarakat, tetapi efek samping belimbing wuluh terhadap fungsi hepar belum diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak belimbing wuluh terhadap fungsi hepar dan dibandingkan dengan efek simvastatin dengan mengukur kadar SGPT tikus Wistar jantan model dislipidemia.
Penelitian Eksperimental Laboratorik Sungguhan dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) terhadap 30 tikus Wistar jantan yang dikelompokkan secara acak menjadi 5 kelompok (n=6). Kelompok I, II, dan III diberi jus buah belimbing wuluh secara berulang 14 hari perlakuan, masing.masing 11,61 gr/kgBB, 23,22 gr/kgBB, dan 46,44 gr/kgBB, kontrol positif diberi simvastatin 0,9 mg/kgBB dan kontrol negatif diberi akuades. Data persentase rerata peningkatan kadar SGPT dianalisis dengan ANAVA satu arah, dilanjutkan dengan Post Hoc Test Tukey HSD, α = 0,05.
Persentase peningkatan kadar SGPT pasca perlakuan pemberian jus buah belimbing wuluh pada kelompok I (28.17% ± 7.61), II (28.63% ± 13.29), dan III (30.89% ± 4.60) berbeda sangat signifikan dibandingkan dengan kelompok IV (15.94% ± 11.48) dan V (11.18 ± 4.92), p = 0,002 (p < 0,01).
Konsumsi rutin jus belimbing wuluh berdampak meningkatkan kadar SGPT lebih tinggi dibandingkan Simvastatin.
v
The beneficial role of statins in primary and secondary dyslipidemia prevention have result in their frequent use in clinical practice. One of statins side effect is transaminitis phenomenon that show by tramsaminase enzyme elevation such as Alanin Aminotransferase (ALT) and Aspartate Aminotransferase (AST) levels. NowadaysO the incidence of dyslipidemia tend to increase. Routine Averrhoa bilimbi consumption has reported can be use to control lipid profile by some peopleO but it side effect to hepatic function is unknown. The aims of this study are to describe the Averrhoa bilimbi impact to liver function and compare with simvastatin effect by accessing ALT levels of male Wistar rats dyslipidemia model. This study is true laboratory experimental study with complete randomized design using 30 male Wistar ratsO divided into 5 groups (n=6). Group IO IIO and III are treatment with Averrhoa bilimbi juice respectively for 14 daysO 11O16 g/kgO bilimbi are very significantO group I (28.17% ± 7.61)O II (28.63% ± 13.29)O and III (30.89% ± 4.60) compare with group IV (15.94 ± 11.48) and V (11.18 ± 4.92), p = 0O002 (p<0O01).
Routine bilimbi juice consumption has side effect to elevate ALT levels higher than Simvastatin.
viii
2.2.1 Serum Glutamic Pyruvic Transaminase (SGPT) ... 7
2.3 Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) ... 8
2.3.1 Manfaat Buah Belimbing Wuluh ... 10
ix
2.3.2.1 Saponin ... 11
2.3.2.2 Flavonoid ... 12
2.3.2.3 Tanin ... 13
2.4 Pengaruh Pemberian Jus Buah Belimbing Wuluh Terhadap Hepar ... 15
2.5 Toksisitas ... 15
2.6 Simvastatin ... 16
2.6.1 Farmakodinamik Simvastatin ... 17
2.6.2 Farmakokinetik Simvastatin ... 18
2.6.3 Toksisitas Simvastatin ... 18
2.6.4 Efek Samping Simvastatin ... 18
3.1 Bahan, Alat, dan Subyek Penelitian ... 20
3.1.1 Alat.alat yang Digunakan ... 20
3.1.2 Bahan.bahan yang Digunakan ... 20
3.1.3 Subyek Penelitian ... 20
3.2 Alur Penelitian ... 21
3.3 Metode Penelitian ... 22
3.3.1 Desain Penelitian ... 22
3.3.2 Variabel Penelitian ... 22
3.3.3 Perhitungan Besar Sampel ... 23
3.4 Prosedur Kerja ... 23
3.4.1 Persiapan Sediaan Jus Belimbing Wuluh ... 23
3.4.2 Persiapan Bahan Pakan Tinggi Kolesterol ... 23
3.4.3 Penentuan Dosis Jus Belimbing Wuluh ... 24
3.4.4 Penentuan Dosis Simvastatin ... 25
3.4.5 Persiapan Hewan Coba ... 25
3.4.6 Pelaksanaan Penelitian ... 25
3.4.7 Prosedur Pengambilan Sampel dan Pemeriksaan SGPT ... 26
3.5 Metode Analisis ... 26
x
3.5.2 Kriteria Uji ... 27
3.6 Aspek Etik Penelitian ... 27
" 4.1 Hasil Penelitian ... 28
4.1.1 Kadar SGPT Pra dan Paca Induksi Pakan Tinggi Kolesterol ... 28
4.1.2 Kadar SGPT Pasca Perlakuan ... 31
4.2 Pembahasan ... 34
4.3 Pengujian Hipotesis Penelitian ... 35
" 5.1 Simpulan ... 37
5.2 Saran ... 37
... 38
... 42
xi
Halaman
Tabel 2.1 Kandungan Saponin, Flavonoid, dan Tanin buah Belimbing Wuluh .... 11
Tabel 2.2 Derajat Toksisitas ... 16
Tabel 2.3 Efek Samping Simvastatin pada Hepar, Gastrointestinal, Otot, dan Ginjal ... 19
Tabel 4.1 Hasil Uji “t” Berpasangan Rerata Kadar SGPT Sebelum dan Sesudah Induksi ... 29
Tabel 4.2 Uji Normalitas dengan Metode Saphiro.Wilk ... 29
Tabel 4.3 Uji ANAVA Rerata Kadar SGPT Antar Kelompok ... 30
Tabel 4.4 Rerata Kadar SGPT Setelah Pemberian Jus Belimbing Wuluh ... 31
xii
Halaman
Gambar 2.1 Pembagian Regio Abdomen dan Letak Hepar ... 5
Gambar 2.2 Tanaman Buah Belimbing Wuluh ... 11
Gambar 2.3 Struktur Kimia Flavonoid ... 13
Gambar 2.4 Struktur Kimia Tanin ... 14
Gambar 2.5 Struktur Kimia Fenol ... 15
Gambar 2.6 Struktur Kimia Simvastatin ... 16
xiii
Halaman
xiv
Halaman
Lampiran 1 Perhitungan Dosis Bahan Uji dan Pembanding ... 42
Lampiran 2 Data Hasil Pengujian Kadar SGPT ... 43
Lampiran 3 Hasil Uji “t” Berpasangan Rerata Kadar SGPT Sebelum dan Sesudah
Induksi ... 44
Lampiran 4 Hasil Uji Normalitas dengan Metode Saphoro.Wilk ... 45
Lampiran 5 Data Kadar SGPT Sesudah Perlakuan ... 46
Lampiran 6 Hasil ANAVA % Peningkatan Kadar SGPT Setelah Perlakuan dan
Hasil Uji Tukey HSD ... 47
Lampiran 7 Dokumentasi ... 50
!"
#
$ # % &
' ( )
%* + %& !"
% & $ %* # , %
% % - $ # %% % , , ( .
, , ( .
, , ( .
/ (
-% ( $ %* # %*
.
)
$ &* %
/ ;=
/ : 9 / "
&
% ! "
" % /
> 0
/ 9 #
" . %
> 0 9 %%"%*%)
> %."& ) %."& )
= % *"%)
= *"
= "*&.
/ " "*&% " .
9 B "
.
3
%
! 4 " % 5 6 * 7 %
! 4 % "
.%
! )4 7 *
! +4 1
.
! 34 " % 8%
! 94 $ " %
.
9
! " # #
# ! ! # ! $ %&
!
'
( ) * " ! " # # # +
( *, ) * " ! " # # # - &
( * ) * " ! " # # # - .
( * " ! " # # #
-( / # ) 0 1 ) " ! # "
1
Kesibukan kerja dan efisiensi waktu di era modern menyebabkan masyarakat
cenderung menganut pola hidup yaitu mengkonsumsi dan
yang umumnya mengandung tinggi kadar karbohidrat, lemak, dan
protein serta rendah nutrien. Hal ini menyebabkan tinginya resiko penyakit
kardiovaskular. Salah satu kasus yang tinggi insidensi nya adalah dislipidemia
yang merupakan pembunuh penyakit non infeksi. Hal paling utama untuk
mengatasi dislipidemia adalah dengan pola makan gizi cukup
dan seimbang dan juga diimbangi olahraga yang rutin minimal 30 menit per hari
dan seminggu 3"5 kali (Sudijanto Kamso dkk., 2007).
Masyarakat sulit menganut pola hidup sehat disebabkan kesibukan kerja dan
lain"lain cenderung menggunakan obat hipolipemik yang relatif mahal yaitu
golongan statin dan fibrat. Statin memiliki efek samping peningkatan 3 kali serum
enzim transaminase di atas normal, nyeri otot, gagal ginjal, sampai dengan
(Heba , 2006; Katzung, 2010). Akhir"akhir ini masyarakat
cenderung mencari terapi alternatif atau suplementari, salah satu nya adalah herbal.
Saat ini masyarakat banyak menggunakan belimbing wuluh yang dikatakan
memiliki khasiat menurunkan glukosa darah, kolesterol, dan tekanan darah. Selain
itu dapat juga digunakan untuk mengobati batuk, sariawan, dan banyak
dimanfaatkan sebagai obat pelangsing. Manfaaat belimbing wuluh sudah mulai
diteliti oleh beberapa peneliti, tetapi efek samping buah nya belum pernah
dilaporkan (Dalimartha dan Soedibto, 2008; Rahmawansa dan Sany, 2009).
Mengenai efek toksisitas konsumsi ekstrak buah belimbing wuluh pernah
dilaporkan oleh Raden Enen Rosi Manggung dengan penelitiannya yang berjudul
Pengujian Toksisitas Akut (LD 50) Ekstrak Etanol Buah Belimbing
Wuluh pada Mencit. Dilaporkan bahwa ekstrak belimbing wuluh dosis 11,72
2
Setiap obat dan zat lain yang masuk ke dalam tubuh akan mengalami proses
absorbsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresi. Demikian pula belimbing wuluh
akan diabsorbsi usus lalu dimetabolisme di hepar, sehingga peluang terjadinya
kerusakan hepar sangatlah besar. Salah satu parameter laboratorium untuk
mengetahui gangguan metabolisme hepar yaitu aktivitas enzim
(SGPT) yang menunjukkan kerusakan atau destruksi
hepatosit (Takate , 2010).
1. Apakah jus buah belimbing wuluh ( L.) meningkatkan
kadar SGPT tikus Wistar jantan model dislipidemia.
2. Apakah jus buah belimbing wuluh memiliki potensi yang lebih tinggi dalam
meningkatkan kadar SGPT dibandingkan Simvastatin.
Maksud penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah tanaman herbal
khusunya belimbing wuluh dapat menginduksi kerusakan hepar.
Tujuan penelitian ini adalah melakukan pengukuran kadar SGPT plasma darah
subjek penelitian tikus Wistar jantan model dislipidemia pra dan pasca perlakuan
pemberian jus buah belimbing wuluh secara rutin selama 14 hari untuk
mengetahui efek konsumsi rutin jus buah belimbing wuluh ( L.)
terhadap kadar SGPT.
! " # $
Manfaat akademis penelitian ini adalah menambah pengetahuan dan wawasan
farmakologi tanaman obat, yaitu efek buah belimbing wuluh terhadap hepar.
Manfaat praktis penelitian ini yaitu memberi informasi kepada masyarakat
tentang manfaat suplementari herba buah belimbing wuluh untuk mengontrol lipid
3
% " $
Hepar memiliki peranan penting dalam metabolisme tubuh. Proses
biotransformasi senyawa endogen maupun eksogen, seperti obat, toksin, amonia,
dan hormon steroid berlangsung di dalam hepatosit. Hepar adalah organ tempat
berlangsungnya sintesis, esterifikasi, dan ekskresi kolesterol (Ganong, 2005).
Belimbing wuluh adalah herba yang dapat digunakan sebagai suplementari
untuk mencegah dislipidemia. Buahnya mengandung saponin yang bersifat
meningkatkan absorbsi diuretik dan menghambat reabsorbsi asam empedu,
sehingga akan terjadi penurunan kadar kolesterol dalam darah. Flavonoid
memiliki mekanisme kerja seperti statin, dapat menurunkan kadar kolesterol total,
trigliserida, dan kolesterol"LDL, serta meningkatkan kadar kolesterol"HDL
dengan cara menghambat enzim ! yang bekerja di hepar
sehingga menurunkan sintesis kolesterol dalam tubuh. Kandungan lainnya adalah
tanin yang mempunyai efek astringen sehingga dapat mengurangi penyerapan
makanan dengan cara mengendapkan mukosa protein pada permukaan usus.
Namun, tanin berikatan dengan polisakarida dan mengakibatkan rusaknya
membran sel hepar jika terpapar dalam jangka waktu yang lama karena
mengganggu metabolisme energi yang terjadi di dalam dengan cara
menghambat sistem transpor elektron dan produksi ATP sehingga terjadi
penurunan pemakaian oksigen oleh mitokondria dan terjadilah lisis sel
(Bayupurnama Putut, 2006). Metabolit aktif dari tanin adalah fenol. Fenol
menyebabkan denaturasi protein sehingga hepatosit tidak berfungsi lagi. Selain itu
fenol juga mengurangi tegangan permukaan sehingga terjadi kebocoran membran
hepatosit (Bull S, 2007; Varley & Reddish, 2008).
Suplai darah traktus gastrointestinal melalui vena porta, kemudian akan masuk
ke hepar menyebabkan hepatosit akan kontak dan terpapar oleh bahan"bahan
potensial toksik yang konsentrasinya lebih tinggi daripada jaringan lainnya. Zat
toksik akan mengalami detoksifikasi di hepar sebelum akhirnya dieksresikan
keluar dari tubuh bersama dengan empedu. Maka hepar merupakan organ yang
4
Aktivitas enzim (SGPT) adalah salah
satu parameter laboratorium spesifik untuk mengetahui adanya destruksi
hepatoseluler. SGPT merupakan enzim untuk mengevaluasi fungsi hepar, dimana
jika terjadi peningkatan kadar"nya menunjukkan adanya kerusakan parenkim
hepar akut (H. Hardjoeno dkk, 2003; Ashok, 2011).
& '(
1. Jus buah belimbing wuluh meningkatkan kadar SGPT tikus Wistar jantan
model dislipidemia.
2. Jus buah belimbing wuluh memiliki potensi meningkatkan kadar SGPT
lebih tinggi dibandingkan Simvastatin.
) ( ( (
Penelitian eksperimental laboratorium sungguhan terhadap kadar SGPT tikus
jantan Wistar model dislipidemia.
Data yang diukur adalah kadar SGPT (U/L) plasma darah tikus Wistar jantan
pra dan pasca perlakuan pemberian jus buah belimbing wuluh.
Analisis data prosentase peningkatan SGPT menggunakan ANAVA satu arah
dilanjutkan Tukey dengan α = 0,05; kemaknaan ditentukan
berdasarkan nilai "< 0,05 menggunakan perangkat lunak komputer.
* ( +
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmakologi, Patologi Klinik
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha Bandung, dan Laboratorium
Farmakologi Klinik Fakultas Kedokteran Umum Universitas Padjadjaran/Rumah
!
!
" # $ %
& !
" "
# $ "
$
&
" $
#
$ $ $
'
3 +%4 5056& 676" 8 3&"" 4
$ 7$ & 5 '5 C '555
(% & $ . - (
3$! $ 9 #.
) ,: ''. & . 0 0 0 %