• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi pengembangan usaha peternakan kelinci pada kampoeng kelinci di desa gunung mulya kecamatan tenjolaya kabupaten Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi pengembangan usaha peternakan kelinci pada kampoeng kelinci di desa gunung mulya kecamatan tenjolaya kabupaten Bogor"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHAPETERNAKAN

KELINCI PADA KAMPOENG KELINCI DI DESA GUNUNG

MULYAKECAMATAN TENJOLAYA KABUPATEN BOGOR

HELMA HENDRIETTE

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)
(4)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Strategi Pengembangan Usaha Peternakan Kelinci pada Kampoeng Kelinci di Desa Gunung Mulya Kecamatan Tenjolaya Kabupaten Bogoradalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(5)

ABSTRAK

HELMA HENDRIETTE. Strategi Pengembangan Usaha Peternakan Kelinci pada Kampoeng Kelinci di Desa Gunung Mulya Kecamatan TenjolayaKabupaten Bogor. Dibimbing oleh JOKO PURWONO.

Usaha peternakan kelinci merupakan usaha yang memiliki potensi untuk dikembangkan, karena ternak kelinci menghasilkan daging, kulit-bulu dan limbah yang bernilai ekonomis tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manajemen usaha, mengidentifikasi dan menganalisis pengaruh faktor internal dan eksternal pada usaha peternakan kelinci pada Kampoeng Kelinci di Desa Gunung Mulya, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor serta merumuskan strategi pengembangannya.Hasil penelitian berdasarkan analisis SWOT menunjukan bahwa strategi yang perlu dikembangkan adalah meningkatkan kapasitas produksi, diferensiasi produk, meningkatkan manajemen pemeliharaan, memanfaatkan kelembagaan peternak dan meningkatkan fungsi kelembagaan dan jaringannya. Berdasarkan perhitungan dengan matriks QSP, maka prioritas strategi pengembangan paling baik adalah meningkatkan kapasitas produksi.

.

Kata kunci: Kelinci, Usaha, Strategi pengembangan

ABSTRACT

HELMA HENDRIETTE. Business Development Strategies at Kampoeng Kelinci in Gunung Mulya Village Tenjolaya Subdistrict Bogor Regency. Supervised by JOKO PURWONO.

The rabbit farm is the potensial businnees to develop because the rabbit has a high economies value of flesh, skim-fur and compost produk. The goal of these research are to identify farm trade management, to identify and analyze the internal and external factor impact of the rabbit farm and to formulate the business development strategies at Kampoeng Kelinci in Gunung Mulya village, Tenjolaya subdistrict, Bogor Regency. Result of the reasearch based on SWOT analysis indicate out of the relevant strategy for the rabbit farm trade developmant. The strategies are to increase production capacity, to differnces the product, to develop the safeguarding of the rabbit farm management, to utilize the farmer institusional benefits and to develop the fuction of institusion and network of the rabbit farm trade. Based on calculation of matrix QSP, strategies that can be implied are to to increase production capacity.

(6)

\

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Agribisnis

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHAPETERNAKAN

KELINCIPADA KAMPOENG KELINCI DI DESA GUNUNG

MULYAKECAMATAN TENJOLAYA KABUPATEN BOGOR

KABUPATEN BOGOR

HELMA HENDRIETTE

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(7)
(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, hanya oleh kasih karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Tema yang dipilih dalam skripsi iniialah strategi pengembangan usaha, dengan judul “Strategi Pengembangan Usaha Peternakan Kelinci pada Kampoeng Kelinci di Desa Gunung Mulya Kecamatan Tenjolaya Kabupaten Bogor”.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Ir Joko Purwono, MS selaku Dosen Pembimbing, yang telah memberikan arahan, saran, waktu, motivasi dan kesabaran selama penulisan karya ilmiah ini.Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr Ir Amzul Rifin, MA selaku dosen penguji utama dan Ibu Ir Narni Farmayanti, MSc selaku dosen penguji Komdik Departemen Agribisnis yang telah memberikan saran dan kritikan pada skripsi ini. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Wahyu Darsono (Ketua KOPNAKCI), Bapak Dedi Kurniadi (Kepala Seksi Bidang Produksi Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor), Bapak Umar Wirahadikusuma (Kepala UPT PUSKSESWAN)dan Bapak Aris Rizal (Ketua Gapoktan Kampoeng Kelinci) serta para peternak kelinci pada Kampoeng Kelinci di Desa Gunung Mulya yang telah membantu selama pengumpulan data penelitian. Terima kasih kepada Bapak dan Mama serta seluruh keluarga dan sahabat, atas kasih dan doanya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI vi

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR LAMPIRAN ix

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 5

Tujuan Penelitian 7

Manfaat Penelitian 7

Ruang Lingkup Penelitian 7

TINJAUAN PUSTAKA 8

Kelinci 9

Budidaya Kelinci 13

Usaha Peternakan Kelinci 13

Penelitian Terdahulu 14

KERANGKA PEMIKIRAN 21

Kerangka Pemikiran Teoritis 21

Konsep Strategi 21

Strategi Pengembangan Usaha 22

Konsep Manajemen Strategi 24

Analisis Lingkungan 25

Analisis Matriks EFE, IFE, dan IE 25

Analisis Matriks SWOT 26

Analisis QSPM 26

Kerangka Pemikiran Opersional 27

METODE 29

Lokasi dan Waktu Penelitian 29

Jenis dan Sumber Data 29

Metode Pengumpulan Data 30

Metode Penarikan Responden 30

Metode Pegolahan Data 31

Analisis Deskriptif 31

Analisis Perumusan Strategi 31

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 37

Keadaan Umum 37

Kondisi Teknis 39

Usaha Peternakan Kelinci 39

HASIL DAN PEMBAHASAN 40

Analisis Lingkungan Usaha Peternakan Kelinci 40

Analisis Lingkungan Internal 40

Analisis Lingkungan Eksternal 44

Analisis Lingkungan Kompetitif 46

Perumusan Strategi Pengembangan Usaha Peternakan Kelinci 48

(10)

Identifikasi Peluang dan Ancaman Eksternal 50

Analisis Matriks IFE 53

Analisis Matriks EFE 55

Analisis Matriks IE 56

Analisis Matriks SWOT 57

Analisis QSPM 61

SIMPULAN DAN SARAN 62

Simpulan 62

Saran 63

DAFTAR PUSTAKA 63

LAMPIRAN 65

(11)

DAFTAR TABEL

1 Persentase pengeluaran rata-rata per kapita sebulan menurut kelompok

barang di Indonesia tahun 2010-2013 1

2 Rata-rata konsumsi protein penduduk Indonesia menuerut kelompok

makanan tahun 2010-2013 2

3 Tingkat pertumbuhan kelinci di Kabupaten Bogor 3

4 Populasi kelinci di Kabupaten Bogor 5

5 Penelitian terdahulu 19

6 Penilaian bobot faktor strategis internal maupun eksternal usaha 32

7 Matriks IFE 33

8Matrisk EFE 33

9 Matriks SWOT 35

10 Matriks QSPM 37

11 Jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur 38

12 Kekuatan dan kelemahan lingkungan internal usaha peternakan

kelinci 50

13 Peluang dan ancaman lingkungan eksternal usaha peternakan kelinci 52

14 Hasil analisis matriks IFE 54

15Hasil analisis matriks EFE 56

16Hasil analisis matriks SWOT 61

DAFTAR GAMBAR

1 Model komperhensif manajemen strategi 24

2 Alur kerangka pemikiran operasional usaha peternakan kelinci 28

3Matriks Internal Eksternal 34

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

1 Hasil analisis QSPM untuk penilaian alternatif strategi 1 65 2 Hasil analisis QSPM untuk penilaian alternatif strategi 2 66 3 Hasil analisis QSPM untuk penilaian alternatif strategi 3 67 4 Hasil analisis QSPM untuk penilaian alternatif strategi 4 68 5 Hasil analisis QSPM untuk penilaian alternatif strategi 5 69

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Jumlah penduduk Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2009 adalah 206 264 595 jiwa dan tahun 2010 meningkat menjadi 237 641 326 jiwa. Peningkatan jumlah penduduk juga diiringi dengan peningkatan pendapatan masyarakat baik pedesaan maupun perkotaan. Populasi penduduk yang terus bertambah dan pendapatan masyarakat yang terus meningkat tersebut mengakibatkan adanya peningkatan kebutuhan konsumsi rumah tangga masyarakat.

Data BPS (2010-2013) menggambarkan persentase pengeluaran per kapita sebulan menurut kelompok barang Indonesia, jumlah pengeluaran untuk makanan relatif lebih tinggi dari jumlah pengeluaran bukan makanan (Tabel 1). Pada tahun 2010, pengeluaran rata-rata per kapita sebulan untuk kelompok makanan sebesar 51.43 persen. Pada tahun 2011 menurun menjadi 49.25 persen. Akan tetapi pada tahun 2008, pengeluaran terhadap makanan meningkat kembali menjadi 52.08 persen dan menurun pada tahun 2013 menjadi 50.66 persen. Sedangkan pengeluaran bukan makanan tahun 2010, 2012 dan 2013 berada dibawahnya, sebesar 48.57 persen, 48.92 persen dan 49.34 persen. Dan pada tahun 2011 pengeluaran bukan makanan menjadi lebih tinggi yaitu sebesar 50.55 persen.Paparan ini menunjukkan bahwa kebutuhan akan pangan merupakan kebutuhan terbesar masyarakat Indonesia.

Tabel 1 Persentase pengeluaran rata-rata per kapita sebulan menurut kelompok barang tahun 2010-2013

Kelompok Barang 2010 2011 2012 2013

Makanan 51.43 49.25 52.08 50.66

Bukan makanan 48.57 50.55 48.92 49.34

Sumber : Badan Pusat Statistik (2013)

(14)

2

Akan tetapi, menurut Ditjen Peternakandan Kesehatan Hewan (2012), jumlah konsumsi protein di Indonesia belum mencapai jumlah konsumsi normal yang dianjurkan, yaitu sekitar 6 gram perhari untuk konsumsi protein hewani. Penyebab rendahnya konsumsi protein hewani ini antara lain masih rendahnya pemenuhan gizi masyarakat yang hanya mengandalkan sapi potong dan ayam ras. Dimana ketersediaannya juga terbatas. Sementara ternak kambing, domba dan itik belum diperlakukan seperti peran sapi potong dan ayam ras, karena marketnya yang khas pada hari-hari besar dan pesta serta konsumen terbatas pada orang tertentu. Untuk mengatasi hal tersebut, solusi yang ditawarkan oleh pemerintah adalah penyediaan alternatif daging dengan harga terjangkau.

Tabel 2 Rata-rata konsumsi protein penduduk indonesia menurut kelompok makanan tahun 2010-2013 (g/kapita/hari)

No Komoditas 2010 2011 2012 2013

1 Padi-padian 21.76 21.26 20.9 20.49

2 Umbi-umbian 0.32 0.33 0.28 0.28

3 Ikan 7.63 7.84 7.67 7.45

4 Daging 2.55 2.76 3.18 2.43

5 Telur dan susu 3.27 3.15 2.98 3.08

6 Sayur-sayuran 2.52 2.39 2.38 2.29

7 Kacang-kacangan 5.17 5.01 5.14 4.72

8 Buah-buahan 0.47 0.40 0.41 0.37

9 Minyak dan lemak 0.34 0.30 0.27 0.49

10 Bahan minuman 1.05 1.06 0.86 1.04

11 Bumbu-bumbuan 0.69 0.69 0.59 0.63

12 Konsumsi lainnya 1.21 1.16 1.05 1.07

13 Makanan jadi 8.03 8.36 7.96 8.69

14 Minuman beralkohol - - - -

15 Tembakau dan sirih 0 0 0 0

Jumlah 55.01 54.71 53.76 53.03

Sumber : Badan Pusat Statistik (2013)

Daging kelinci merupakan alternatif yang dianjurkan karena memiliki keunggulan dalam hal komposisi dagingnya.Menurut Masanto dan Agus (2013), jika dibandingkan dengan daging ayam, daging sapi, daging domba dan daging babi; daging kelinci memiliki kandungan lemak dan kolesterol lebih rendah, tetapi proteinnya lebih tinggi. Kandungan lemak kelinci hanya sebesar 8 persen; sedangkan daging ayam, daging sapi, daging domba dan daging babi masing-masing 12 persen, 24 persen, 14 persen dan 21 persen. Kadar kolesterolnya juga hanya sekitar 164mg/100g. smentara daging ayam, daging sapi, domba dan babi berkisar 220-250 mg/100g. untuk kandungan protein, daging kelinci mencapai 21 persen sedangkan ternak lain hanya 17-20 persen.

(15)

3 Kelinci juga memiliki banyak kegunaan lain yaitu sebagai penghasil kulit-bulu dan kotoran yang memiliki nilai ekonomis, serta berguna sebagai hewan peliharaan ataupun hewan percobaan.

Berbagai potensi kelinci tersebut sudah mulai dimanfaatkan dan dikembangkan. Sarwono (2001)menyatakan bahwa adanya kritikan dari para aktivis pecinta lingkungan seperti Greenpeace terhadap maraknya perburuan dan pembantaian satwa liar. Dengan demikian penggunaan kulit bulu kelinci sebagai alternatif bahan baku untuk memenuhi kebutuhan industri kerajinan kulit menjadi alasan terjadinya peningkatan. Agustian (2011) melaporkan bahwa konsumen kota Bogor memberikan persepsi yang baik terhadap daging kelinci, sehingga dapat dikatakan sudah ketersediaan pasar daging kelinci. Selain itu, pengolahan produk turunan dari daging dan kotoran kelinci juga sudah semakin berkembang. Hal ini mendorong terjadinya peningkatan populasi kelinci di Kabupaten Bogor.

Berdasarkan data Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, terjadi peningkatan populasi kelinci di Jawa Barat per tahun selama tahun 2007-2010.Tabel 4 menunjukkan bahwa Kabupaten Bogor memiliki tingkat pertumbuhan populasi kelinci yang cukup besar, rata-rata pertambahan populasinya mencapai sekitar 6400 ekor per tahun. Pertambahan populasi paling tinggi terjadi pada tahun 2010 dan tahun 2011, pertambahan populasi kelincinya lebih dari 10 ribu ekor. Tingkat populasi tertinggi yaitu pada tahun 2011 sebesar 37 892 ekor kelinci. Sehingga diduga akan terjadi peningkatan jumlah populasi kelinci di Kabupaten Bogor pada tahun-tahun selanjutnya.

Tabel 3 Tingkat pertumbuhan kelinci di Kabupaten Bogor

No Tahun Jumlah (ekor)

1 2007 5 756

2 2008 11 362

3 2009 14 165

4 2010 25 324

5 2011 37 892

Sumber:Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor (2011)

(16)

4

Berdasarkan hasil survei dan analisis dari Ditjennak, Desa Gunung Mulya yang terletak di Kecamatan Tenjolaya merupakan desa yang layak ditetapkan sebagai Kampoeng Kelinci, karena telah memenuhi persyaratan-persyaratan yang ditetapkan. Pertimbangan lain yang mendukung penetapan Desa Gunung Mulya sebagai Kampoeng Kelinci adalah latar belakang masyarakatnya yang telah membudidayakan dan memasarkan kelinci secara turun-temurun sejak tahun 1990-an sampai sekarang. Indikator lainnya adalah jumlah populasi kelinci yang terdapat di desa tersebut. Desa Gunung Mulya juga merupakan desa dengan jumlah populasi kelinci terbesar di Kecamatan Tenjolaya.

Penetapan Desa Gunung Mulya sebagai Kampoeng Kelinci oleh Direktur Budidaya Ternak dan Kesehatan Hewan Depertemen Pertanian republik Indonesia adalah pada tanggal 24 Sepetember 2011. Pola Kampoeng Kelinci pada Desa Gunung Mulya diarahkan untuk menjadi pusat kegiatan integrasi usaha ternak kelinci yang merupakan titik utama pengembangan dan penyedia semua kebutuhan usaha tani ternak kelinci. Kegiatan integrasi tersebut dijalankan melalui peran kelompok-kelompok peternak dan koperasi petenak kelinci.

Pengembangan Kampoeng Kelinci sebagai sentra produksi peternakan kelinci yang berpusat di Desa Gunung Mulya, Kecamatan Tenjolaya juga didukung oleh beberapa kecamatan disekitarnya, meliputi Kecamatan Cibungbulang, Kecamatan Pamijahan, Kecamatan Tamansari, Kecamatan Ciampea, Kecamatan Dramaga, Kecamatan Ciomas dan Kecamatan Cijeruk. Beberapa kawasan tersebut merupakan kawasan penyangga yang merupakan tempat penyebaran hasil produksi dari pusat Kampoeng Kelinci. Hasil produksi disebarkan kepada 22 kelompok peternak yang berperan dalam kegiatan pemasaran/holding ground, pengolahan kulit, pengolah daging dan budidaya pembesaran kelinci pedaging. Adapun 22 kelompok tersebut yaitu Binatani Rabbitry, Asy-Syabab 2, Big Rabbit, Agribuana, SK2R, Tryas, Mandiri Rabbit, Rea Kelinci, Tegalwaru, Family Umam, Fajar Rabbitry, Bina Mandiri, Maju Jaya, Muara Jaya, Raja Nanggrang, Mitra Makmur, Binatani Lestari, Binatani Mandiri, dan Utari. Kelompok Binatani Rabbitry, Binatani Mandiri dan Fajar Rabbitry memiliki kegiatan utama selain kegiatan budidaya sebagai sarana prasarana yang berfokus untuk mendukung pengembangan Kampoeng Kelinci. Kelompok Bintani Rabbitry atau Dapur Kebita merupakan sarana prasarana utama kelompok yang mengolah daging kelinci menjadi berbagai produk olahan dalam bentuk beku. Kelompok Binatani Mandiri merupakan kelompok peternak pengolah kulit, dan Kelompok Fajar rabbitry sebagai kelompok peternak holding graund. Sedangkan Kelompok Utari Rabbitry dan 16 kelompok lainya melakukan budidaya pembesaran kelinci sebagai kegiatan utama. Semua kelompok dengan berbagai kegiatannya dalam pengembangan Kampoeng Kelinci diwadahi oleh Koperasi Peternak Kelinci (KOPNAKCI). Koperasi ini merupakan koperasi peternak kelinci pertama di Indonesia, yang dirintis oleh para sarjana dengan tujuan untuk membangun desa di Wilayah Bogor.

(17)

5 kelinci di wilayah Kecamatan Tenjolaya. Kecamatan Tenjolaya memiliki jumlah populasi kelinci tertinggi dibandingkan dengan kecamatan lainnya di KabupatenBogor mencapai 9 551 ekor (Tabel 4). Oleh karena itu, pemerintah Kabupaten Bogor mencanangkan kecamatan tersebut sebagai sentra penghasil kelinci.

Tabel 4 Populasi kelinci di Kabupaten Bogor per kecamatan

No Kecamatan Populasi (Ekor)

1 Tenjolaya 9 551

2 Pamijahan 8 026

3 Cibungbulang 3 241

4 Megamendung 2 980

5 Cisarua 2 845

6 Ciawi 1 476

7 Tamansari 1 241

8 Dramaga 1 196

9 Leuwiliang 1 190

Sumber:Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor (2011

Melihat keunggulan-keunggulan usaha peternakan kelinci sebagai alternatif sumber protein hewani dan pendapatan masyarakat pedesaan, adanya ketersediaan sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang memadai serta adanya dukungan kebijakan Pemerintah Kabupaten Bogor, maka penelitian strategi pengembangan usaha peternakan kelinci pada Kampoeng Kelinci di Desa Gunung Mulya, Kecamatan Tenjolaya sangat penting untuk segera dilakukan.

Perumusan Masalah

Desa Gunung Mulya yang terletak di Kecamatan Tenjolaya Kabupaten Bogor merupakan salah satu daerah penghasil kelinci di Kabupaten Bogor. Jenis kelinci yang umum dibudidayakan oleh peternak di desa ini adalah jenis kelinci hias lokal, kelinci hias jenis luar, dan kelinci pedaging. Umumya usaha kelinci dilakukan sebagai usaha sampingan untuk memperoleh pendapatan tambahan, sehingga skala usahanya kecil dan pemeliharaan dilakukan masih secara intensif.

(18)

6

dari adanya pencanangan Kecamatan Tenjolaya sebagai sentra pengahasil kelinci dan pola Kampoeng Kelinci yang dipusatkan di Desa Gunung Mulya.

Akan tetapi, tingginya tingkat populasi kelinci Desa Gunung Mulya dan adanya kebijakan pola pengembangan Kampoeng Kelinci yang berpusat di desa tersebut masih belum bisa meningkatkan produktifitas peternak untuk memenuhi permintaan konsumen. Hal ini disebabkan adanya kendala atau masalah yang menghambat perkembangan usaha. Permasalahan yang dihadapi oleh peternak kelinci Desa Gunung Mulya adalah harga pakan yang tinggi. Hal ini menyebabkan biaya produksi menjadi lebih tinggi dan tidak sebanding dengan penerimaan yang diperoleh dari penjualan, sehingga tingkat perolehan pendapatan peternak menjadi lebih rendah. Akibatnya, kebanyakkan peternak memilih beternak kelinci hias atau menjual anakkan kelinci yang menghasilkan keuntungan lebih besar dibanding melakukan kegiatan pembesaran ternak kelinci. Sedangkan pemotongan kelinci untuk menghasilkan daging, umumnya dilakukan hanya pada kelinci afkir atau sakit, sehingga ketersediaan daging kelinci masih kurang dalam memenuhi permintaan yang ada. Rendahnya tingkat pemotongan kelinci pedaging juga berpengaruh pada ketersediaan kulit dan bulu kelinci, semakin sedikit kelinci yang dipotong semakin sedikit pula kulit-bulu kelinci yang bisa dihasilkan.

Kurangnya ketersediaan bibit yang berkualitas juga merupakan permasalahan yang dihadapi oleh peternak dalam meningkatkan produktifitas ternak. Penyebabnya adalah masih minimnya pengetahuan peternak dalam hal reproduksi dan masih kurangnya sumber pembibitan kelinci yang menghasilkan bibit yang bermutu dan terjamin. Selain itu, permasalahan lain yang menjadi kendala pengembangan usaha peternakan kelinci di Desa Gunung Mulya terkait dengan skala usaha, investasi, permodalan, harga jual, dan ketersediaan pasar.

Dalam mengatasi berbagai permasalahan yang ada dibutuhkan strategi pengembangan yang tepat. Untuk itu perlu dilakukan identifikasi faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi pengembangan usaha peternakan kelinci pada Kampoeng Kelinci di Desa Gunung Mulya Kecamatan Tenjolaya. Analisis lingkungan berguna untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan dalam lingkungan internal usaha serta mengetahui peluang dan ancaman dari lingkungan eksternal usaha. Kekuatan dan peluang yang ada dapat dimanfaatkan untuk mencapai keuntungan maksimal. Sedangkan kelemahan dan ancaman yang ada dapat diminimumkan dan diatasi. Dengan demikian dapat diperoleh strategi dan prioritas strategi yang tepat untuk pengembangan usaha peternakan kelinci pada Kampoeng Kelinci di Desa Gunung Mulya, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Berdasarkan latar belakang dan uraian permasalahan yang ada maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana gambaran usaha peternakan kelinci pada Kampoeng Kelinci di Desa Gunung Mulya, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor?

(19)

7 3. Strategi pengembangan usaha apakah yang tepat untuk diterapkan sesuai dengan hasil analisis lingkungan usaha peternakan kelinci pada Kampoeng Kelinci di Desa Gunung Mulya, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi permasalahan serta perumusan permasalahan yang telah diuraikan, maka tujuan dari penelitian dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Mempelajari dan memahami manajemen usaha peternakan kelinci pada Kampoeng Kelinci di Desa Gunung Mulya, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor.

2. Mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal yang mempengaruhi perkembangan usaha peternakan kelinci pada Kampoeng Kelinci di Desa Gunung Mulya, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor.

3. Merumuskan strategi pengembangan usaha apakah yang tepat untuk diterapkan sesuai dengan hasil analisis lingkungan usaha peternakan kelinci pada Kampoeng Kelinci di Desa Gunung Mulya, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor.

Manfaat Penelitian

Adapun hasil penelitian ini diharapkan berguna sebagai:

1. Masukan dan petunjuk strategis bagi peternak atau pelaku usaha ternak kelinci dalam mengembangkan usahanya.

2. Sumber informasi dan bahan acuan bagi penelitian selanjutnya yang sejenis.

3. Sumber informasi dan pertimbangan bagi pemerintah daerah maupun pemerintah pusat dalam setiap pengambilan keputusan arah kebijakan pengembangan usaha peternakan.

4. Media bagi penulis untuk memahami, terampil dalam pengelolaan strategi usaha pengembangan.

Ruang Lingkup Penelitian

(20)

8

TINJAUAN PUSTAKA

Kelinci

Penelitian Menurut Hustamin (2006), kelinci merupakan hewan mamalia yang termasuk dalam ordo Lagomorpha, famili Leporidae dan terklasifikasikan ke delapan genus yaitu (Bunolagus, Nesolagus, Romelagus, Brachylagus, Sylvilagus, Oryctolagus, dan Poelagus).

Karakteristik Kelinci

Kelinci adalah hewan yang sangat jinak, rakus, aktif pada malam hari dan menyukai tempat sejuk serta hidup berkelompok. Kelinci memiliki panjang sekitar 40-50 cm dan berat sekitar 3 kg. Berbeda dengan tikus dan hamster yang memiliki dua pasang gigi seri, kelinci hanya memiliki sepasang gigi seri (gigi depan) untuk mengerat. Jenis kelamin kelinci mulai bisa dikenali setelah berumur tujuh hari dengan cara memeriksa „tonjolan‟ alat kelaminnya. Alat kelamin jantan bentuknya menonjol, panjang dan bulat serta terdapat lekukan bulat ditengah. Sementara itu, alat kelamin betina tonjolannya agak pendek, berwarna merah muda dan ditengahnya terdapat vulva atau celah memanjang.

Manfaat Kelinci

Pemeliharaan kelinci sebagai ternak memiliki banyak manfaatnya. Tidak hanya sebagai hewan penghasil daging dan hewan hias/kesayangan, kelinci juga memiliki kulit-bulu dan kotoran sebagai hasil sampingan yang memilki nilai jual tinggi. Selain itu, daging kelinci juga dapat dijadikan aneka hidangan siap saji sama seperti daging sapi dan ayam.

1. Sebagai sumber pangan.

Kandungan kolesterol dalam daging kelinci lebih rendah dibandingkan dengan daging sapi, domba, kambing, dan babi. Sebaliknya kandungan protein dalam daging kelinci tinggi. Oleh karena itu, daging kelinci biasa disebut dengan “daging sehat” yang dapat dikonsumsi oleh semua orang dan sangat dianjurkan bagi konsumen tertentu yang perlu atau ingin mengurangi kadar kolesterolnya.

Karakteristik daging kelinci hampir mirip daging ayam yang lembut, gurih, lezat, dan aman dikonsumsimenjadi alasan pengembangan berbagai produk olahan atau aneka hidangan siap saji (frozen food), seperti nugget, sosis, siomai, hot stick, bakso dan dendeng. Daging kelinci yang sudah diolah menjadi lebih tahan disimpan. Jika disimpan dalam freezer, produk olahan tersebut dapat bertahan kira-kira sampai dua bulan.Cara pembuatan aneka olahan makanan daging kelinci sangat mudah dan sederhana. Pertama, daging kelinci digiling sampai hancur kemudian dibumbui dengan mengunakan bumbu-bumbu alami. Selanjutnya, pembuatan beberapa variasi olahan daging akan dibedakan dari komposisi bumbu dan bahan yang dicampur.

(21)

9 Kulit dan bulu kelinci juga memilki nilai jual sebagai alternatif bahan baku untuk kebutuhan industri kerajinan dan kulit. Nilai jual kulit bulu bervariasi tergantung pada jenis kelinci, ukuran, dan kualitasnya. Umumnya,harga jual fur tertinggi berasal dari kelinci jenis Rex dan Satin. Kelinci jenis ini memiliki kulit yang sangat kuat, lentur, dan tidak kaku serta rambut yang tidak mudah rontok, sehingga sangat cocok untuk digunakan sebagai bahan pembuatan jaket, tas, dan dompet. Umur minimum kelinci yang dapat dimanfaatkan kulit atau bulunya yaitu antara 6-7 bulan.

3. Sebagai pupuk organik dan pakan ternak.

Feses atau kotoran dan urine kelinci dapat diolah menjadi pupuk organik. Kandungan unsur hara N, P, K yang cukup tinggi dalam feses dan urine kelinci menghasilkan pupuk organik yang baik dalam membantu meningkatkan kesuburan tanah serta meningkatkan produktifitas tanaman.Pada umumnya, semua jenis kelinci bisa menjadi penghasil pupuk organik. Kotoran kelinci juga dapat diolah sebagai pakan ternak karena memiliki kandungan protein yang cukup tinggi mencapai 18 persen dari berat kering.

4. Sebagai hewan hias/kesayangan dan hewan percobaan.

Jenis kelinci yang dipelihara sebagai hewan kesayangan umumnya memiliki bentuk dan ukuran tubuh kecil, lucu, serta berbulu indah, tebal, dan lembut. Jenis kelinci yang termasuk dalam kelinci hias antara lain angora, lops, yersey woolies, fuzzy dan mini rex.Sedangkan ras kelinci New Zealand White banyak digunakan sebagai hewan percobaan oleh perguruan tinggi, farmasi, dan lembaga-lembaga penelitian.

Budidaya Kelinci

Dalam menjalankan usaha peternakan kelinci, diperlukan pengetahuan tentang hal-hal yang terkait dengan budidaya kelinci. Menurut Kementrian Riset dan Teknologi dalam Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan, hal yang terkait dalam budidaya kelinci adalah persyaratan lokasi, penyiapan sarana dan perlengkapan, pembibitan, pemeliharaan,hama dan penyakit, panen dan pasca panen.

Persyaratan Lokasi

Persyaratan lokasi dalam budidaya kelinci adalah dekat sumber air, jauh dari tempat kediaman, bebas gangguan asap, bau-bauan, suara bising dan terlindung dari predator.

Penyiapan Sarana dan Perlengkapan

(22)

10

ekor jantan. Kandang anak (kotak beranak) ukuran 50x30x45 cm. Menurut bentuknya kandang kelinci dibagi menjadi:

1. Kandang sistem postal, tanpa halaman pengumbaran, ditempatkan dalam ruangan dan cocok untuk kelinci muda.

2. Kandang sistem ranch: dilengkapi dengan halaman pengumbaran.

3. Kandang battery: mirip sangkar berderet dimana satu sangkar untuk satu ekor dengan konstruksi flatdech battery (berjajar), tier battery (bertingkat),dan pyramidal battery (susun piramid). Perlengkapan kandang yang diperlukan adalah tempat pakan dan minum yang tahan pecah dan mudah dibersihkan.

Pembibitan

Syarat pemilihan bibit kelinci tergantung dari tujuan utama pemeliharaan kelinci tersebut. Untuk tujuan jenis bulu maka jenis Angora, American Chinchilla dan Rex merupakan ternak yang cocok. Sedangkan untuk tujuan daging maka jenis Belgian, Californian, Flemish Giant, Havana, Himalayan dan New Zealand merupakan ternak yang cocok dipelihara.

1. Pemilihan bibit dan calon indukan.

Bila peternakan bertujuan untuk daging, dipilih jenis kelinci yang berbobot badan dan tinggi dengan perdagingan yang baik, sedangkan untuk tujuan bulu jelas memilih bibit-bibit yang punya potensi genetik pertumbuhan bulu yang baik. Secara spesifik untuk keduanya harus punya sifat fertilitas tinggi, tidak mudah nervous, tidak cacat, mata bersih dan terawat, bulu tidak kusam, lincah/aktif bergerak.

2. Perawatan bibit dan calon indukan.

Perawatan bibit menentukan kualitas induk yang baik pula, oleh karena itu perawatan utama yang perlu perhatian adalah pemberian pakan yang cukup, pengaturan dan sanitasi kandang yang baik serta mencegah kandang dari gangguan luar.

3. Sistem Pemuliabiakkan.

Untuk mendapat keturunan yang lebih baik dan mempertahankan sifat yang spesifik maka pembiakan dibedakan dalam 3 kategori yaitu:

1. In breeding (silang dalam), untuk mempertahankan dan menonjolkan sifat spesifik misalnya bulu, proporsi daging.

2. Cross breeding (silang luar), untuk mendapatkan keturunan lebih baik/menambah sifat-sifat unggul.

3. Pure line breeding (silang antara bibit murai), untuk mendapat bangsa/jenis baru yang diharapkan memiliki penampilan yang merupakan perpaduan 2 keunggulan bibit.

4. Reproduksi dan Perkawinan

Kelinci betina segera dikawinkan ketika mencapai dewasa pada umur 5 bulan (betina dan jantan). Bila terlalu muda kesehatan terganggu dan mortalitas anak tinggi. Bila pejantan pertama kali mengawini, sebaiknya kawinkan dengan betina yang sudah pernah beranak. Waktu kawin pagi atau sore hari dikandang pejantan dan biarkan hingga terjadi 2 kali perkawinan, setelah itu pejantan dipisahkan.

(23)

11 Setelah perkawinan kelinci akan mengalami kebuntingan selama 30-32 hari. Kebuntingan pada kelinci dapat dideteksi dengan meraba perut kelinci betina 12-14 hari setelah perkawinan, bila terasa ada bola-bola kecil berarti terjadi kebuntingan. Lima hari menjelang kelahiran induk dipindah ke kandang beranak untuk memberi kesempatan menyiapkan penghangat dengan cara merontokkan bulunya. Kelahiran kelinci yang sering terjadi malam hari dengan kondisi anak lemah, mata tertutup dan tidak berbulu. Jumlah anak yang dilahirkan bervariasi sekitar 6-10 ekor.

Pemeliharaan

1. Sanitasi dan tindakan preventif.

Tempat pemeliharaan diusahakan selalu kering agar tidak jadi sarang penyakit. Tempat yang lembab dan basah menyebabkan kelinci mudah pilek dan terserang penyakit kulit.

2. Pengontrolan penyakit.

Kelinci yang terserang penyakit umumnya punya gejala lesu, nafsu makan turun, suhu badan naik dan mata sayu. Bila kelinci menunjukkan hal ini segera dikarantinakan dan benda pencemar juga segera disingkirkan untuk mencegah wabah penyakit.

3. Perawatan ternak.

Penyapihan anak kelinci dilakukan setelah umur 7-8 minggu. Anak sapihkan ditempatkan kandang tersendiri dengan isi 2-3 ekor/kandang dan disediakan pakan yang cukup dan berkualitas. Pemisahan berdasar kelamin perlu untuk mencegah dewasa yang terlalu dini. Pengebirian dapat dilakukan saat menjelang dewasa. Umumnya dilakukan pada kelinci jantan dengan membuang testisnya.

4. Pemberian pakan.

Jenis pakan yang diberikan meliputi hijauan (rumput lapangan dan rumput gajah), sayuran (kol, sawi, kangkung, daun kacang, daun turi, dan daun kacang panjang), biji-bijian/pakan penguat (jagung, kacang hijau, padi, kacang tanah, sorghum, dedak, dan bungkil-bungkilan). Untuk memenuhi pakan ini perlu pakan tambahan berupa konsentrat yang dapat dibeli di toko pakan ternak. Pakan dan minum diberikan dipagi hari sekitar pukul 10.00 dankelinci diberi pakan dedak yang dicampur sedikit air,pukul 13.00 diberi rumput sedikit/secukupnya, dan pukul 18.00 pakan berupa rumput diberikan dalam jumlah yang lebih banyak. Pemberian air minum perlu disediakan di kandang untuk mencukupi kebutuhan cairan tubuhnya.

5. Pemeliharaan kandang.

Lantai/alas kandang, tempat pakan dan minum, serta sisa pakan dan kotoran kelinci setiap hari harus dibersihkan untuk menghindari timbulnya penyakit. Sinar matahari pagi harus masuk ke kandang untuk membunuh bibit penyakit. Dinding kandang dicat dengan kapur/ter. Kandang bekas kelinci sakit dibersihkan dengan kreolin/lysol.

Hama dan Penyakit

(24)

12

2. Kudis, disebabkan oleh Darcoptes scabiei. Gejala penyakit ini ditandai dengan koreng di tubuh. Penyakit ini dikendalikan dengan antibiotik salep.

3. Eksim, terjadi akibat kotoran yang menempel di kulit. Penyakit ini dikendalikan dengan menggunakan salep/bedak salicyl.

4. Penyakit telinga, disebabkan oleh kutu. Penyakit ini dikendalikan meneteskan minyak nabati.

5. Penyakit kulit kepala, disebabkan oleh jamur. Gejalanya berupa timbul semacam sisik pada kepala. Penyakit ini dikendalikandengan bubuk belerang.

6. Penyakit mata, disebabkan oleh bakteri dan debu.Gejalanya yaitu mata basah dan berair terus. Pengendalian dapat dilakukan dengan pemberian salep mata.

7. Mastitis, terjadi akibat susu yang keluar sedikit/tak dapat keluar.Gejalanya yaitu puting mengeras dan panas bila dipegang.Pengendalian dapat dilakukan dengan tidak menyapih anak terlalu mendadak.

8. Pilek, disebabkan oleh virus. Gejalanya berupa hidung berair terus.Pengendalian dapat dilakukan dengan penyemprotan antiseptik pada hidung.

9. Radang paru-paru, disebabkan oleh bakteri Pasteurella multocida.Gejalanya berupa napas sesak, mata dan telinga kebiruan.Pengendalian dapat dilakukan denganmemberikan minuman Sul-Q-nox.

10.Berak darah, disebabkan oleh protozoa Eimeira. Gejalanya yaitu nafsu makan hilang, tubuh kurus, perut membesar, dan mencret darah.Pengendalian dapat dilakukan dengan memberikan minuman sulfaquinxalin dosis 12 ml dalam 1 liter air.

11.Hama pada kelinci umumnya merupakan predator dari kelinci seperti anjing dan tikus. Pada umumnya pencegahan dan pengendalianhama dan penyakit dilakukan dengan menjaga kebersihan lingkungan kandang, pemberian pakan yang sesuai dan memenuhi gizi dan penyingkiran sesegera mungkin ternak yang sakit.

Panen dan Pasca Panen

(25)

13 jangan sampai pecah karena dapat mempengaruhi kualitas karkas(5) pemotongan karkas, kelinci dipotong menjadi 8 bagian, 2 potong kaki depan, 2 potong kaki belakang, 2 potong bagian dada, dan 2 potong bagian belakang. Persentase karkas yang baik adalah 49-52 persen.

Usaha Peternakan Kelinci

Usaha peternakan merupakan suatu lapangan hidup, tempat seseorang dapat menanam modal untuk keperluan hidup keluarganya atau sekelompok masyarakat. Menurut Surat Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia No. 362/Kpts/TN.120/5/1990, usaha peternakan dapat diselenggarakan dalam bentuk perusahaan peternakan atau peternakan rakyat. Perusahaan peternakan adalah suatu usaha yang dijalankan secara teratur dan terus-menerus pada suatu waktu dan dalam jangka waktu tertentu untuk tujuan komersial yang meliputi kegiatan menghasilkan ternak (ternak bibit, ternak potong), usaha menggemukkan termasuk mengumpulkan dan mengedarkan, dan memasarkan yang jumlahnya melebihi dari jumlah yang ditetapkan tiap jenis ternak pada peternakan rakyat. Peternakan rakyat adalah usaha peternakkan kelinci yang diselenggarakan sebagai usaha sampingan yang jumlah maksimum kegiatannya untuk setiap jenis ternak ditetapkan oleh surat keputusan ini. Selanjutnya dalam penjelasan Surat Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia tersebut dinyatakan bahwa jumlah ternak kelinci yang dapat dimiliki atau dipelihara oleh setiap perusahaan peternakkan adalah sebanyak 1500 ekor campuran atau lebih. Bila jumlah ternak campuran yang dimiliki kurang dari 1 500 ekor, maka digolongkan ke dalam usaha peternakan rakyat.

Rahardi dan Hartono (2003) menyatakan tipologi usaha ternak dibagi berdasarkan skala usaha, tingkatan pendapatan peternak dan diklasifikasikan kedalam 4 kelompok berikut (1) peternak sebagi usaha sambilan (2) peternakan sebagi cabang usaha (3) peternakan sebagi usaha pokok (4) peternakan sebagai usaha industri. Usaha ternak kelinci di Indonesia umumnya diusahakan oleh masyarakat pedesaaan sebagai usaha sampingan. Jumlah kelinci yang diusahakan relatif sedikit dan dipelihara secara sederhana. Pada umumnya usaha ternak kelinci dilakukan dengan memanfaatkan lahan sempit yang ada dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan protein hewani keluarga dan sebagai sumber pendapatan keluarga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

(26)

14

mudah dibudidayakan, tidak membutuhkan lahan luas, dapat memanfaatkan limbah pertanian dan limbah industri pangan, menghasilakan daging sehat dan halal secara efisien, menghasilkan beragam produk seperti daging, kulit-bulu, pupuk organik, kelinci hias, kualitas daging mengandung protein tinggi dan rendah kolesterol. Untuk itu strategi pengembangan usaha kelinci kedepan perlu diatur guna dapat meningkatkan sistim agribisnis dengan menjalin keterkaitan dan keterikatan pra produksi (bibit, pakan, alat, dan obat-obatan), proses produksi (sistim budidaya) dan pasca produksi (pengolahan dan pemasaran hasil). Strategi usaha peternakkan kelinci yang berorientasi agribisnis tersebut memerlukan kerjasama yang harmonis antara peternak, organisasi, swasta dan lembaga/institusi pemerintah terkait.

Penelitian Terdahulu

Penelitian yang terkait dengan strategi pengembangan usaha telah banyak dilakukan, beberapa diantaranya adalah penelitian Sasongko (2006), Karyadi (2008), Santoso (2008), Sirait (2009), Ikhsan (2009) dan Sembara (2011). Penelitian Sasongko (2006) berjudul Analisis Strategi Pengembangan Usaha Peternakkan Kambing dan Domba pada MT Farm, Ciampea, Bogor. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) menganalisis faktor eksternal dan internal yang menjadi peluang, ancaman, kekuatan, dan kelemahan (2) merekomendasikan alternatif strategi yang paling sesuai bagi perusahaan untuk mengembangkan usahanya. Metode pengolahan data yang digunakan yaitu dengan menggunakan Analisis Deskriptif, Matriks IFE dan EFE, Matriks IE, Matriks SWOT, dan Analisis Hirarkhi Proses (AHP). Metode AHP merupakan metode penentuan prioritas strategi yang tepat dengan menggunakan program komputer Expert Choice Version 2000 untuk mengetahui nilai-nilai skala prioritas.

Dari hasil analisis dengan menggunakan matriks IFE dan EFE diperoleh bahwa kondisi internal perusahaan tergolong kuat dan perusahaan mampu memanfaatkan kekuatan untuk mengatasi kelemahan yang dimiliki. Selain itu, perusahaan berada dalam kondisi eksternal yang kuat dan dapat menghindari ancaman dengan memanfaatkan peluang yang ada. Berdasarkan analisis yang dilakukan dengan matriks IE, terlihat bahwa perusahaan berada dalam kondisi grow and build atau tumbuh dan membangun. Strategi yang paling tepat dilakukan adalah strategi intensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar, atau pengembangan produk) dan strategi integratif (integrasi ke belakang, integrasi ke depan, atau integrasi horisontal).

(27)

15 yang akan melakukan pembelian ternak secara kredit (6) mengembangkan dan memanfaatkan teknologi informasi berbasis internet (7) mulai memperkenalkan Salamah Aqiqah sebagai lembaga aqiqah baru yang saat ini masih dibawah manajemen MT Farm.

Laksana (2007) melakukan penelitian yang berjudul “Formulasi Strategi Pengembangan Usaha Ternak Kambing Melalui Pendekatan Participatory Action Research (Studi Kasus Pada Kelompok Tani Harapan Mekar, Desa Situ Gede, Kabupaten Bogor)”. Tujuan dari penelitiannya adalah untuk merumuskan strategi yang tepat melalui identifikasi kondisi usaha dan indentifikasi faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi usaha ternak kambing tersebut. Alat analisis yang digunakan terdiri dari matriks IFE, EFE, SWOT, dan Benchmarking. Benchmarking merupakan suatu cara untuk melakukan perbandingan antara keadaan dan posisi yang ada saat ini dengan pesaing atau pemain utama pada usaha ini. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa prioritas staretgi yang dipilih adalah perluasan kandang, penyediaan obat-obatan dan makanan tambahan serta strategi pemasaran diluar Idul Adha.

Karyadi (2008) meneliti tentang “Strategi Pengembangan Usaha Peternakkan Domba Rakyat (Kasus: Desa Cigudeg, Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor)”. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari manajemen usaha ternak domba rakyat di Desa Cigudeg, Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor dan menganalisis faktor-faktor internal dan eksternal yang terdapat pada usaha tersebut serta merumuskan alternatif strategi pengembangan usaha yang cocok untuk Desa Cigudeg, Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah matriks EFE, IFE, SWOT, dan QSP.

Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan matriks IFE, faktor internal yang menjadi kekuatan utama usaha adalah pengalaman beternak yang lama. Sedangkan kelemahan utama yang dimiliki oleh usaha ternak ini adalah manajemen pemeliharaan yang masih sederhana. Selanjutnya faktor eksternal yang menjadi peluang utama adalah pangsa pasar luas dan faktor yang menjadi ancaman utama adalah banyaknya pesaing usaha ternak domba. Dari total skor matriks IFE sebesar 2.214 dan total skor matriks EFE 2.713 menempatkan usaha ini pada sel V (kelompok Hold and Maitain) matriks IE dengan strategi yang paling cocok untuk diterapkan adalah strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk.

Hasil dari matriks IE tersebut dikembangkan lagi menggunakan analisis SWOT sehingga didapatkan enam alternatif strategi, yang kemudian ditentukan prioritasnya dengan menggunakan matriks QSP. Berdasarkan perhitungan dengan matriks QSP, maka prioritas strategi pengembangan yang paling baik untuk usaha ternak adalah perbaikan manajemen usaha untuk menghadapi pesaing. Kemudian memanfaatkan kemajuan teknologi, usaha pembibitan melalui peningkatan peran kelompok ternak bahkan koperasi peternak domba, menambah modal usaha untuk meningkatkan skala usaha, menjaga skala loyalitas dengan konsumen dan menerapkan strategi harga bersaing.

(28)

16

Cikarawang, Kecamtaan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)” bertujuan merumuskan strategi pengembangan bisnis yang tepat bagi usaha melalui identifikasi faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan eksternal (peluang dan ancaman) usaha. Alat analisis yang digunakan untuk mengindentifikasi faktor internal dan eksternal usaha adalah matriks IFE dan EFE. Selanjutnya dianalisis dengan matrik IE untuk mengetahui posisi usaha saat ini. Dari matriks IE diketahui posisi usaha dalam kategori sedang, yaitu dengan strategi hold and maintenance (strategi stabilitasi). Berdasarkan posisi usaha tersebut, analisis dilanjutkan dengan matriks SWOT untuk mengetahui alternatif strategi yang sesuai bagi usaha, dengan QSPM diperoleh kesimpulan strategi yang tepat bagi usaha adalah melakukan promosi dan melakukan pencatatan keuangan dan administrasi.

Sirait (2009) meneliti tentang strategi pengembangan usaha peternakan kambing perah pada PT.CAPRITO A.P di Kecamatan Cariu, Kabupaten Bogor. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan alat analisis berupa matriks EFE, IFE, SWOT, dan QSP. Dari hasil penelitian disimpulkan posisi perusahan berada pada daerah II, yaitu pada tahap tumbuh dan berkembang sesuai dengan pemetaan matriks IE. Alternatif strategi yang digunakan adalah strategi intensif dan strategi integratif.

Analisis dengan menggunakan matriks SWOT menghasilkan delapan alternatif strategi. Selanjutanya matriks QSP menghasilkan urutan prioritas strategi yaitu membuka agen pemasaran milik perusahaan sendiri, mencari dan memperbanyak jumlah agen baru, menambah jumlah populasi kambing untuk meningkatkan produksi susu, meningkatkan kemitraan dan menjalin kerjasama yang baik dengan pemasok rumput dan dinas peternakan (penyuluh), bekerjasama dengan perusahaan pengolah, melakukan evaluasi terhadap kinerja perusahaan saat ini dan mulai menyusun rencana serta target perusahaan ke depan, mengoptimalkan kegiatan promosi dengan mengambil alih pengelolaan website, membuka jalan untuk kerjasama baru dengan agen lama.

Penelitian Ikhsan (2009) yang berjudul “Strategi Pengembangan Usaha Peternakan Domba Agrifarm Desa Cihideung Udik, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat” bertujuan untuk menganalisis lingkungan internal dan eksternal usaha ternak domba Agrifarm dan merumuskan strategi pengembangan usaha ternak domba Agrifarm. Analisis lingkungan internal dan eksternal dilakukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman yang dimiliki oleh usaha tersebut. Analisis internal dan eksternal dilakukan dengan menggunakan matrik IFE dan EFE. Selanjutnya martriks IE digunakan untuk mengetahui strategi inti perusahaan, matriks SWOT untuk memformulasikan strategi, dan matrik QSP untuk menentukan strategi paling utama yang dapat diterapkan oleh usaha ternak domba Agrifarm.

(29)

17 menghadapi kelemahan internal yang ada. Hasil dari analisis EFE diketahui peluang utama yang harus dimanfaatkan oleh usaha ternak domba Agrifarm yaitu sistem maparoh yang lebih murah dengan skor 0.400, sedangkan yang menjadi ancaman utama adalah masuknya pemain dari luar daerah dengan skor 0.216. Jumlah skor pembobotan matriks EFE adalah sebesar 2.816 yang artinya usaha ternak domba Agrifarm sudah mempunyai strategi yang baik dalam mengantisipasi ancaman eksternal yang ada. Penggabungan matriks IFE dan EFE dipetakan pada matriks IE yang menempatkan usaha ternak domba Agrifarm pada posisi sel V (hold and maintain). Strategi yang cocok digunakan pada posisi tersebut adalah strategi pengembangan produk dan penetrasi pasar.

Hasil analisis menggunakan matriks SWOT dengan mengkombinasikan kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman diperoleh enam alternatif strategi yang kemudian ditentukan prioritasnya dengan menggunakan matriks QSP. Berdasarkan analisis matriks QSP, strategi utama yang harus dilakukan oleh usaha ternak domba Agrifarm adalah menjalin kerjasama dengan pengusaha jasa aqiqah, restoran, maupun penjual sate dengan skor daya tarik (TAS) 7.2965.

Penelitian Sembara (2011) yang berjudul “Analisis Strategi Pengembangan Usaha Ternak Sapi Perah Koperasi Unit Desa (KUD) Bayongbong, Kabupaten Garut, Jawa Barat” bertujuan mengindentifikasi dan menganalisis faktor-faktor eksternal dan internal yang berpengaruh dalam pengembangan usaha ternak sapi perah KUD Bayongbong serta menganalisis dan merekomendasikan alternatif strategi yang bisa diterapkan dalam pengembangan usaha ternak sapi perah yang sesuai dengan KUD Bayongbong. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dan analisis tiga tahap formulasi strategi sebagai metode pengolahan dan analisis data. Alat bantu analisis yang digunakan untuk merumuskan strategi adalah matrisk IFE, EFE, IE, dan SWOT.

(30)

18

dan peningkatan kompetensi pelaku usaha ternak sapi perah dalam membangun sistem informasi manajemen(SIM) untuk meningkatkan kinerja pengelolaan usaha yang dijalankan.

Beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya tersebut memiliki keterkaitan dengan penelitian ini. Keterkaitan itu dapat terlihat dari adanya kesamaan topik yang diangkat, tujuan penelitian dan metode analisis yang digunakan. Secara umum topik yang diangkat yakni mengenai strategi pengembangan usaha melalui pendekatan manajemen strategi pada usaha-usaha di bidang peternakan. Adapun tujuan penelitian pada umumnya adalah untuk perumusan strategi pengembangan usaha yang dilakukan melalui identifikasi lingkungan eksternal dan internal usaha dengan mengkombinasikan peluang, ancaman serta kekuatan dengan kelemahan yang dihadapi perusahaan. Demikian pula, metode analisis yang digunakan juga memiliki persamaan berupa analisis deskriptif, matriks IFE, matriks EFE, mariks IE, matrik SWOT, dan matriks QSP. Selanjutnya, hasil analisis menunjukkan bahwa kondisi perusahaan penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya umumnya berada pada kondisi yang sama. Seperti penelitian Karyadi (2008), Santoso (2008), Sirait (2009), Ikhsan (2009) dan Sembara (2011) menunjukkan posisi perusahaan berada pada daerah hold and maintain dengan strategi yang dijalankan adalah strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk. Kemungkinan hal ini diakibatkan oleh pengaruh pembobotan yang dilakukan oleh masing-masing responden. Responden sebagian besar memberikan besar pembobotan yang hampir sama, yang mampu memelihara dan mempertahankan perusahaan atau untuk tumbuh dan membangun perusahaan. Oleh karena itu, dapat diperkirakan pada penelitian ini, posisi perusahaan kemungkinan berada pada daerah yang sama.

Adapun beberapa perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya yaitu terletak pada objek kajian, tempat penelitian-penelitian dan hasil penelitian. Meski penelitian ini juga dilakukan pada usaha peternakan seperti beberapa penelitian sebelumnya, terdapat perbedan pada objek yang diteliti. Objek penelitian ini adalah kelinci, sedangkan objek beberapa penelitian sebelumnya berupa sapi, kambing, dan domba. Selain itu, terdapat perbedaan pada pemilihan tempat atau lokasi penelitian dan hasil penelitian. Metode analisis penentuan prioritas strategi yang tepat yang digunakan pada penelitian ini juga berbeda dengan metode yang digunakan pada penelitian Sasongko (2006). Sasongko (2006) menggunakan metode AHP dengan menggunakan program komputer Expert Choice Version 2000 untuk mengetahui nilai-nilai skala prioritas, sedangkan penelitian ini menggunakan analisis matriks QSP.

(31)

19 matriks SWOT dan ditentukan prioritasnya dengan menggunakan matriks QSP.

Tabel 5 Penelitian terdahulu

Penulis Judul Metode Analisis Tujuan

(32)
(33)

21

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

Kerangka pemikiran teoritis merupakan suatu kerangka yang menjabarkan tentang teori-teori yang sesuai dan terkait dengan pokok permasalahan penelitian yang dibahas. Penelitian ini membahas strategi apa yang dapat digunakan oleh peternak sehingga dapat membuat usaha peternakan kelinci dapat terus berkembang dan mencapai keberhasilan.

Konsep Strategi

Menurut David (2009), strategi adalah sarana bersama dengan tujuan jangka panjang hendak dicapai atau aksi potensial yang membutuhkan keputusan manajemen puncak dan sumberdaya perusahaan dalam julah besar. Selain itu, strategi mempengaruhi perkembangan jangka panjang perusahaan dan berorientasi ke masa yang akan datang. Strategi juga mempunyai konsekwensi multifungsional atau multidivisional serta perlu mempertimbangkan, baik faktor eksternal maupun internal yang dihadapi perusahaan.

Sedangkan dalam Umar (2010) terdapat berbagai macam pengertian strategis yang diambil dari para ahli, antara lain :

1) Chandler (1962) : Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan perusahaan dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang, program tindak lanjut serta prioritas alokasi sumber daya.

2) Porter (1985) : Strategi adalah alat yang sangat penting untuk mencapai keunggulan bersaing.

3) Stephanie K. Marrus : Strategi didefinisikan sebagai suatu proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai.

4) Hamel dan Prahald (1995) menjelaskan bahwa strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental(senatiasa meningkat) dan terus menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan dimasa depan. Dengan demikian,strategi hampir selalu dimulai dari apa yang dapat terjadi dan bukan dimulai dari apa yang terjadi. Terjadinya kecepatan inovasi pasar yang baru dan perubahan pola konsumen memerlukan kompetensi inti (core competencies). Perusahaan perlu mencari kompetensi inti di dalam bisnis yang dilakukan.

(34)

22

Strategi Pengembangan Usaha

Pearce dan Robinson (2008) menyatakan strategi sebagai suatu rencana yang berskala besar dan berorientasi kepada masa depan untuk berinteraksi dengan lingkungan persaingan guna mencapai sasaran-sasaran perusahan. Startegi merupakan cara-cara yang berkaitan dan digunakan perusahaan untuk mendapatkan keunggulam bersaing dalam usahanya. Adanya strategi dalam suatu usaha memberikan stabilitas dan orientasi yang konsisten dengan memungkinkan fleksibilitas untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Untuk itu strategi yang tepat sangat diperlukan dalam pengembangan suatu usaha atau perusahaan.

Kartasasmita (1996) menjelaskan strategi yang tepat meliputi lima aspek, yaitu:

1. Peningkatan akses kepada aset produktif, terutama modal, di samping itu jugateknologi, manajemen, dan segi-segi lainya yang penting.

2. Peningkatan akses pada pasar yang meliputi suatu spektrum kegiatan yang luas,mulai dari pencadangan usaha sampai pada informasi pasar, bantuan produksi, dan prasaranaserta sarana pemasaran,khususnya bagi usaha kecil di perdesaan, prasarana ekonomi yangdasar, dan akan sangat membantu adalah prasarana perhubungan.

3. Kewirausahaan. Dalam hal ini pelatihan-pelatihanmengenai pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk berusaha teramatpenting. Namun, bersamaan dengan atau dalam pelatihan itu penting pula ditanamkan semangatwirausaha.

4. Kelembagaan. Kelembagaan ekonomi dalam arti luas adalah pasar. Makamemperkuat pasar adalah penting, tetapi hal itu harus disertai dengan pengendalian agar bekerjanyapasar tidak melenceng dan mengakibatkan melebarnya kesenjangan. Untuk itu diperlukanintervensi-intervensi yang tepat, yang tidak bertentangan dengan kaidah-kaidah yang mendasardalam suatu ekonomi bebas, tetapi tetap menjamin tercapainya pemerataan sosial (socialequity).Untuk itu, memang diperlukan pranata-pranata yang dirancang secara tepat dan digunakansecara tepat pula.

(35)

23 (integrasi kedepan, integrasi kebelakang, dan integrasi horizontal), strategi intensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar dan pengembangan produk), strategi diversifikasi (diversifikasi terkait dan diversifikasi tak terkait), dan strategi defensif (penciutan, divestasi dan likuidasi).

Strategi yang umumnya dilakukan dalam pengembangan usaha diantaranya adalah penetrasi pasar, perluasan pasar, diversifikasi produk, dan pengembangan produk.

1. Strategi integrasi, terbagi menjadi strategi integrasi vertikal dan horizontal. Strategi integrasi vertikal terdiri dari integrasi kedepan dan integrasi kebelakang. Jadi, strategi ini merupakan strategi yang memungkinkan sebuah perusahaan memperoleh kendali atas distributor, pemasok, dan/atau pesaing. Sedangkan strategi horizontal merupakan strategi yang mengupayakan kepemilikan atau kendali yang lebih besar atas pesaing perusahaan.

2. Strategi penetrasi pasar, dilakukan dengan menjual jenis produk lama dalam jumlah besar ke pasar yang lama, jika produksi ditingkatkan jumlahnya, produk tersebut dapat diserap oleh pasar yang ada. Jika memang permintaan pasar yang dapat diambil ternyata lebih besar dari produksi, pengelola harus tanggap dan segera memanfaatkannya. Jika tidak, berarti akan memberi peluang bagi pesaing untuk memanfaatkan kesempatan tersebut. Maka dari itu, penelitian pasar perlu dilakukan secara terus-menerus dan teratur. 3. Strategi perluasan pasar, berarti harus mencari wilayah pasar yang

baru untuk jenis produk yang lama. Perluasan pasar dapat merupakan upaya untuk memasarkan kelebihan hasil produksi yang tidak terserap oleh pasar yang lama. Perluasan pasar biasanya dimaksudkan untuk pengembangan perusahaan. Langkah pertama dalam perluasan pasar yaitu menjajaki wilayah pasar yang mungkin dapat dijangkau. Sementara itu semua sistem perusahaan dipersiapkan untuk mendukung strategi tersebut jika dilaksanakan. 4. Staretgi diversifikasi produk, akan menyangkut pasar dan produk

secara langsung. Jika situasi pasar memungkinkan bagi produk yang baru, strategi pengembangan produk dapat dilakukan. Produk yang ditawarkan bukanlah produk yang lama tetapi produk baru atau produk yang diperbaharui. Dalam menetapkanstrategi ini bukan perkembangan hasil penjualan dari tahun ke tahun yang digunakan untuk ramalan permintaan pasar karena termasuk jenis produk baru atau diperbaharui. Semua perkiraan permintaan pasar harus didasarkan atas informasi hasil penelitian pasar.

(36)

24

Konsep Manajemen Strategi

Wheelen dan Hunger (2001) menyatakan manajemen strategi merupakan serangkaian keputusan dan tindakan menejerial yang menentukan keragaan perusahaan dalam jangka panjang. Proses manajemen strategi adalah menentukan cara dan jalan yang mana yang dapat diambil para perencana strategi dalam menentukan sasaran-sasaran, kebijakan, dan kegiatan pengambilan keputusan perusahaan.Proses manajemen strategi merupakan kerangka kerja yang dapat membantu organisasi dalam mengidentifikasi, mengevalusi, dan memilih strategi yang paling tepat.

Menurut David (2009), manajemen strategis didefinisikan sebagai seni dan pengetahuan untuk merumuskan dan mengevaluasi keputusan lintas fungsional yang membuat organisasi mampu mencapai obyektivitasnya. Sedangkan proses manajemen strategis merupakan hal yang dinamis dan berkelanjutan. Proses manajemen strategi adalah suatu pendekatan secara obyektif, logis, dan sistematis dalam penetapan keputusan utama dalam suatu organisasi.

David (2009) membagi proses manajemen strategi terdiri dari tiga tahap pelaksanaan, yaitu perumusan strategi, implementasi strategi, dan evaluasi strategi. Dalam tahap perumusan strategi dilakukan pengembangan visi dan misi, indentifikasi peluang dan ancaman eksternal, identifikasi kekuatan dan kelemahan internal, penetapkan tujuan jangka panjang, pengembangan alternatif strategi, dan pemilihan strategi tertentu untuk dilaksanakan. Tahap implementasi strategi meliputi penetapan tujuan obyektif tahunan dan kebijakan, pemberian motivasi pada karyawan serta pengalokasian sumberdaya. Pada tahap evaluasi strategi dilakukan untuk mengetahui apakah strategi berjalan dengan baik sesuai dengan tujuan perusahaan. Tahap-tahap tersebut sesuai dengan model komperhensif manajemen strategi yang dikembangkan oleh Fred R. David pada gambar dibawah ini.

Perumusan strategi

(37)

25

Analisis Lingkungan

Analisis lingkungan merupakan tahap awal dalam perumusan strategi. Analisis lingkungan usaha terdiri dari analisis lingkungan internal dan analisis lingkungan eksternal.Analisis eksternal merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mengidentifikasi lingkungan eksternal perusahaan mencakup ancaman dan peluang utama yang dihadapi perusahaan, sehingga pihak perusahaan mampu memformulasikan strategi untuk mengambil keuntungan dari peluang dan menghindari atau mengurangi dampak dari ancaman (David 2009).

Analisis lingkungan eksternal mencakup lingkungan jauh dan industri. Lingkungan jauh adalah lingkungan yang secara tidak langsung mempengaruhi keputusan dalam jangka panjang. Lingkungan jauh pada dasarnya dipengaruhi oleh faktor-faktor diluar dan terlepas dari perusahaan yang terdiri dari faktor ekonomi, faktor budaya, faktor politik, dan faktor teknologi. Sedangkan lingkungan industri adalah lingkungan yang mengarah pada aspek persaingan dimana bisnis perusahaan berada. Lingkungan industri terdiri dari pesaing, kreditur, pemasok, dan pelanggan (Umar 2008).

Analisis lingkungan internal merupakan analisis perusahaan yang bertujuan untuk menilai atau mengindentifikasi kekuatan dan kelemahan dari tiap-tiap divisi. Menurut David (2009), analisis internal merupakan analisis yang sangat penting dalam proses perencanaan strategis karena menjadi dasar untuk menentukan letak kekuatan dan kelemahan perusahaan, sehingga perusahaan dapat memanfaatkan peluang dengan cara yang efektif dan dapat menghadapi ancaman di dalam lingkungan. Faktor-faktor dalam lingkungan internal meliputi faktor manajemen, faktor pemasaran, faktor produksi atau operasi, serta faktor penelitan dan pengembangan.

Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa analisis lingkungan eksternal merupakan analisis yang bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang bersumber dari luar perusahaan yang memberi peluang dan ancaman bagi perusahaan. Sebaliknya analisis lingkungan internal adalah analisis yang bertujuan untuk mengidentifikasifaktor-faktor yang dimiliki oleh perusahaan yang dapat menjadi kekuatan atau kelemahannya. Hasil kedua analisis lingkungan tersebut sangat berpengaruh terhadap strategi pengembangan suatu usaha.

Analisis Matriks EFE, IFE, dan IE

(38)

26

dapat dimanfaatkan oleh perusahaan. Proses penggunaan matriks IFE dan EFE dilakukan dengan penentuan bobot, rating dan perhitungan skor bobot dan rating tersebut. Penentuan bobot dilakukan dengan mengajukan identifikasi faktor strategis internal dan eksternal kepada pihak manajemen yang menentukan kebijakan perusahaan atau pakar dengan metode paired comparison.

Matriksinternal eksternal (IE) merupakan penggabungan dari matriks IFE dan EFE. Skor yang telah diperoleh dari matriks IFE dan EFE dipetakan ke dalam matriks IE, total skor IFE pada sumbu horizontal dan total skor EFE pada sumbu vertikal.Kombinasi dari kedua matriks tersebut menghasilkan sembilan macam sel, yang terbagi kedalam tiga kuadran utama dengan implikasi strategi yang berbeda. Kuadran pertama terdiri dari sel I, II, dan IV disebut tumbuh dan bina (grow and build). Kuadran ke dua terdiri dari sel III, V dan VI digambarkan sebagai jaga dan pertahankan (hold and maintain). Kuadran ke tiga terdiri dari sel IV, VII, dan IX yang disebut panen atau divestasi (harvest or divest).

Analisis Matriks SWOT

Analisis Strength Weakness Opportunity Threat(SWOT) adalah indentifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi suatu sistem (perusahaan).Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan dan peluang, secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan dan ancaman. Proses penggunaan analisis SWOT menghendaki adanya suatu survei internal tentang strengths (kekuatan) dan weaknesses (kelemahan), serta survei eksternal atas opportunities (peluang/kesempatan) dan threats (ancaman).

Matriks SWOT merupakan matching tool (alat penyesuaian) yang penting untuk memantu para manajer mengembangkan empat tipe strategi, yaitu strengths opportunities (SO; kekuatan-peluang), weaknesses opportunity(WO; kelemahan-peluang),strength threats(ST; kekuatan-ancaman), dan weakness threats(WT; kelemahan-ancaman). Perumusan strategi-strategi SWOT tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan visi, misi, dan hasil analisis matriks IE (David 2009).

Analisis QSPM

Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM) adalah alat yang memungkinkan penyusun strategi untuk mengevaluasi strategi alternatif secara obyektif berdasarkan faktor-faktor kritis untuk keberhasilan internal dan eksternal yang telah diidentifikasi sebelumnya (David 2009). Matriks QSP digunakan untuk menentukan daya tarik relatif dari berbagai strategi berdasarkan seberapa jauh faktor keberhasilan kunci internal dan eksternal dimanfaatkan atau diperbaiki.

(39)

27 matriks IE dan analisis SWOT, kemudian diurutkan dengan QSPM menurut angka prioritas yang paling besar.

Kerangka Pemikiran Opersional

Kelinci merupakan ternak yang potensial dikembangkan sebagai suatu usaha. Namun potensi untuk mengembangkan kelinci belum dapat direspon secara maksimal oleh para peternak Desa Gunung Mulya karena adanya beberapa masalah dalam perkembangannya. Permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan adalah belum mampu memenuhi seluruh permintaan pasar, keterbatasan modal dan investasi untuk pengembangan usaha, dan areal pemasaran yang masih sempit karena keterbatasan ketersediaan produk, skala usaha yang masih kecil dan ketersedian bibit.

Denganadanya masalah tersebut dan untuk mengembangan usaha peternakan kelinci di Desa Gunung Mulya, maka perlu dirumuskan strategi pengembangan usaha yang tepat. Tahap pertama penelitian ini diawali dengan melakukan analisis faktor internal dan faktor eksternal usaha peternak dengan menggunakan matriks EFE dan IFE. Hasil analisis internal dan eksternal menggambarkan peluang, ancaman, kelemahan, dan kekuatan untuk pengembangan usaha peternak. Tahap analisis kemudian dilanjutkan dengan memetakan kondisi perusahaan saat ini melalui matriks IE. Pemetaan kondisi perusahaan saat ini merupakan hasil pemetaan kombinasi nilai EFE dan IFE. Pemetaan kondisi tersebut memperlihatkan gambaran strategi yang sebaiknya dilakukan oleh peternak.Dalam analisis lingkungan eksternal, aspek yang harus dianalisis mencakup lingkungan politik, ekonomi, kebijakan, hukum, sosial-budaya, demografi, dan lingkungan serta persaingan industri. Analisis lingkungan internal mencakup aspek pemasaran keuangan, produksi dan operasi, manajemen serta penelitian dan pengembangan.

(40)

28

Gambar 2 Alur kerangka pemikiran operasional usaha peternakan kelinci

Usaha Peternakan Kelinci pada Kampoeng Kelinci di Desa Gunung Mulya, Kecamatan Tenjolya, Kabupaten Bogor

Kabupaten Bogor

Faktor Eksternal

Aspek Makro: 1. Ekonomi

2. Sosial budaya, Demografi dan lingkungan

3. Hukum dan Politik 4. Teknologi

Aspek Mikro: 1. Pesaing usaha 2. Produk substitusi 3. Daya tawar pemasok 4. Data tawar pembeli 5. Ancaman pendatang baru

Faktor Internal

1. Karakteristik peternak 2. Pemasaran hasil 3. Modal

4. Tenaga kerja 5. Kepemilikan ternak

kelinci

6. Budidaya ternak kelinci 7. Kelembagaan peternak

Evaluasi Faktor Eksternal (EFE) Evaluasi Faktor Internal (IFE)

IE SWOT

Perumusan Alternatife Strategi Pengembangan Usaha

Quantitative Strategic Planning (QSP)

Pengambilan Keputusan Strategi Pengembangan Usaha Tingkat produksi belum bisa memenuhi permintaan pasar, harga pakan yang tinggi, kurang tersedianya bibit, kesulitan permodalan, skala

Gambar

Tabel 1 Persentase pengeluaran rata-rata per kapita sebulan menurut kelompok  barang  tahun 2010-2013
Tabel 2 Rata-rata konsumsi protein penduduk indonesia menurut kelompok makanan tahun 2010-2013 (g/kapita/hari)
Tabel 3 Tingkat pertumbuhan kelinci di Kabupaten Bogor
Tabel 4 Populasi kelinci di Kabupaten Bogor per kecamatan
+7

Referensi

Dokumen terkait

d.. Jurnal Teknik Mesin S-1, Vol. Hasil perhitungan porositas pada komposit aluminium yang diperkuat SiC menunjukkan nilai porositas tertinggi terdapat pada berat SiC

[r]

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pengaruh properti pertambangan dan variabilitas persediaan terhadap kinerja keuangan perusahaan dan return saham sebagai

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui potensi antiradikal bebas DPPH serta aktivitas antibakteri ekstrak aseton daun bayam

Oleh yang demikian, kajian kes ini ingin melihat kepada pencapaian yang diperolehi oleh anak-anak MDAB (Pra perdagangan) yang telah diberi peluang mengikut pengajian Diploma

1. Sebagai bahan masukan kepada pemerintah dalam mengingkatkan perhatian, memberi dukungan dan membantu organisasi sosial yang membantu pemerintah dalam mencerdaskan

Unjuk kerja adalah cara bekerja, perilaku dan penampilan (Sulchan Yasin, 2000). Unjuk kerja/kinerja adalah cara kerja seseorang dalam melaksanakan tugas dan peran

a) Beban luar dan reaksi-reaksi tumpuan serta semua titik simpul berada dalam keadaan keseimbangan. b) Semua gaya tarik dipikul oleh baja tulangan dengan atau tanpa tendon