• Tidak ada hasil yang ditemukan

7.1. Sektor Pengembangan Kawasan Permukiman 7.1.1. Kondisi Eksisting Kawasan Permukiman Kabupaten Buton Utara - DOCRPIJM 8e76c3e41c BAB VII7. Bab 7 Rencana Pembangunan Infrastruktur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "7.1. Sektor Pengembangan Kawasan Permukiman 7.1.1. Kondisi Eksisting Kawasan Permukiman Kabupaten Buton Utara - DOCRPIJM 8e76c3e41c BAB VII7. Bab 7 Rencana Pembangunan Infrastruktur"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

CIPTA KARYA

7.1. Sektor Pengembangan Kawasan Permukiman

7.1.1. Kondisi Eksisting Kawasan Permukiman Kabupaten Buton Utara

Pola Permukiman dan Perumahan di Kabupaten Buton Utara

Pola tempat tinggal atau perumahan di permukiman ibukota kabupaten dan kecamatan

pada umumnya mempunyai ciri yang kurang teratur, prasarana dan sarana kurang

memenuhi syarat, penduduknya membaur antara penduduk kelas ekonomi atas dan

ekonomi tidak layak. Tingkat ekonomi memiliki spectrum dari yang miskin sampai

menengah. Disamping itu, permukiman di setiap pulau Kabupaten Buton Utara mempunyai

tingkat kepadatan yang sedang atau hanya sekitar 5% saja yang mampu dan mempunyai

minat untuk pindah. Sedangkan 95% karena kemampuan ekonomi yang kurang dan mata

pencaharian yang tergantung pada wilayah kabupaten sehingga mempunyai

kecenderungan untuk tetap bertempat tinggal dekat dengan tempat kerjanya.

Perkembangan Perumahan dan Permukiman

Akhir–akhir ini, walaupun wilayah permukiman penduduk tampak masih dalam kota, namun

ada tanda-tanda bergeser kearah pinggiran kota dengan menggusur lahan pertanian. Pada

kawasan “pinggiran kota” ini di mungkinkan adanya pembangunan perumahan baru. Seiring

dengan perkembangan Kabupaten Buton Utara, maka banyak tumbuh pusat-pusat

perekonomian baru berbentuk “ruko” (rumah toko), khususnya pada Ibukota Kabupaten Buton Utara walaupun masih mempergunakan bangunan lama dan tanah yang ada. Belum

ada pembelian kawasan khusus dari investor untuk pembangunan ruko yang dengan serta

merta menggusur permukimam penduduk.

7.1.1.1.Luas Kawasan Kumuh

Keputusan Bupati Buton Utara Nomor 225 Tahun 2015 menetapkan Lokasi Perumahan Kumuh dan Perumahan Kumuh di Kabupaten mencakup 14 (empat belas) lokasi di 8 (delapan) kecamatan dengan luas total sebesar 143,76 (seratus empat puluh tiga koma

BAB

(2)

tujuh puluh enam) hektar. Lokasi merupakan satuan perumahan dan permukiman dalam lingkup wilayah Kabupaten Buton Utara yang dinilai tidak laik huni karena ketidakteraturan bangunan, tingkat kepadatan bangunan yang tinggi dan kualitas bangunan serta sarana dan prasarana yang tidak memenuhi syarat.

7.1.1.2.Evaluasi Program Sektor Pengembangan Kawasan Permukiman

Penyediaan kawasan permukiman sebagai kebutuhan pokok manusia telah mewajibkan Pemda Kabupaten Buton Utara untuk berkomitmen dalam terus mengalokasikan sebagian anggaran belanja daerahnya bagi penyediaan kawasan bermukim layak melalui berbagai pembangunan bidang pengembangan kawasan permukiman.

7.1.2. Sasaran Program Kawasan Permukiman Kabupaten Buton Utara

Gerakan 100 – 0 – 100 telah mentargetkan bahwa luas kawasan kumuh pada tahun 2019

harus mencapai 0%.

7.1.3. Program Kawasan Permukiman Kabupaten Buton Utara

Untuk mencapai tujuan, kebijakan dan strategi yang telah disepakati maka dirumuskan

program pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan Kabupaten Buton Utara

baik dalam skala kota ataupun skala kawasan. Perumusan program ini merupakan langkah

aplikatif dalam pelaksanaan strategi (skala kota dan kawasan) dengan tetap memperhatikan

implikasi (dampak) dan korelasi dengan pembangunan sektor lainnya.

7.2. Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan

7.2.1. Kondisi Penataan Bangunan dan Lingkungan di Kabupaten Buton Utara

(3)

Saat ini dibentuk Tim Koordinasi Perencanaan, Pelaksanaan, Pengendalian Pembangunan dan Penataan Lingkungan Permukiman yang mempunyai tugas:

1. Melakukan koordinasi dengan dinas terkait dalam rangka pelaksanaan kegiatan pengendalian pembangunan dan penataan lingkungan perkotaan;

2. Menyusun program perencanaan dan pelaksanaan pembangunan prasarana dan sarana lingkungan perkotaan secara lintas sektoral yang terpadu;

3. Melakukan pengendalian terkait dengan perencanaan, pembangunan dan pemanfaatan ruang dan penataan lingkungan permukiman;

4. Merumuskan dan menganalisis pengambilan keputusan strategis sebagai bahan masukan Bupati Buton Utara dan/atau Wakil Bupati Buton Utara, terkait pembangunan lingkungan permukiman yang berkelanjutan;

5. Melakukan rapat koordinasi secara berkala maupun pertemuan-pertemuan setiap bulan sesuai dengan perkembangan pembangunan dan lingkungan perkotaan yang sedang berjalan;

6. Melaporkan hasilnya kepada Bupati Buton Utara dan/atau Wakil Bupati Buton Utara.

Selain itu Peraturan Bupati Buton Utara Nomor 25 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) dan garis SEMPADAN telah diterapkan di Kabupaten Buton Utara sebagai penjabaran dari Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) yang telah diperdakan sekarang ini. Guna lebih menata bangunan di Kabupaten Buton Utara telah ditetapkan rencana pembangunan dan pemanfaatan lahan di kawasan kulisusu dan bonegunu..

Seperti halnya kabupaten-kabupaten lain di Indonesia tentunya permasalahan di bidang penataan bangunan pasti ada, begitu pula di Kabupaten Buton Utara. Adapun permasalahan tersebut yaitu:

1. Masih kurang ditegakkannya aturan keselamatan, keamanan dan kenyamanan bangunan gedung.

2. Masih kurangnya penerapan dan pengawasan aturan garis sempadan jalan, sungai/kali dan laut.

(4)

4. Kurang diperhatikannya aturan pembangunan kawasan dalam pemberian ijin membangun dan ijin usaha, sehingga masih terdapat bangunan yang tidan sesuai dengan peruntukan kawasan.

5. Masih banyak bangunan gedung yang pengembangannya belum berdasarkan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan.

6. Masih banyak bangunan gedung yang belum dilengkapi sarana dan prasarana bagi penyandang cacat, bahaya kebakaran, dan ancaman bencana alam.

7. Kabupaten Buton Utara belum memiliki atau belum membentuk lembaga institusi dan Tim Ahli Bangunan Gedung yang bertugas dalam pembinaan penataan bangunan dan lingkungan.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 06/PRT/M/2007 Penataan bangunan dan lingkungan adalah kegiatan pembangunan untuk merencanakan, melaksanakan, memperbaiki, mengembangkan atau melestarikan bangunan dan lingkungan/kawasan tertentu sesuai dengan prinsip pemanfaatan ruang dan pengendalian bangunan gedung dan lingkungan secara optimal, yang teridiri atas proses perencanaan teknis dan pelaksanaan konstruksi, serta kegiatan pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran bangunan gedung dan lingkungan. Hasil dari proses perencanaan penataan bangunan dan lingkungan yaitu dokumen RTBL yang memuat panduan-panduan dalam penataan bangunan dan lingkungan.

7.2.2. Sasaran Program Penataan Bangunan dan Lingkungan Kabupaten Buton Utara

(5)

7.3. Sektor Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) 7.3.1. Kondisi Sistem Penyediaan Air Minum di Kabupaten Buton Utara

Berdasarkan data jumlah penduduk yang diperoleh dari BPS Kabupaten Buton Utara, diperoleh bahwa sampai pada tahun 2015, jumlah penduduk Kabupaten Buton Utara adalah 59.139 jiwa, yang tersebar di 6 kecamatan. Sampai saat ini belum terbentuk PDAM di Kabupaten Buton Utara namun telah dibentuk UPTD (Unit Pelayan Teknis Daerah) yang membidangi air minum. Selain itu terdapat pula Badan Usaha Milik Swasta (BUS) yang mengelola air minum di Kabupaten Buton Utara, yaitu PT. IDRAP. Beberapa sistem penyediaan air minum telah terbangun di Buton Utara, baik yang didanai oleh APBN, PNPM, PAMSIMAS dan juga Swasta (PT. IDRAP).

Berdasarkan data lapangan, diperoleh bahwa dari 59,139 jiwa penduduk Buton Utara terdapat 14,811 jiwa yang telah terlayani oleh air minum dengan sistem Jaringan Perpipaan atau Tingkat Pelayanan Air Minum adalah 25.04%. Adapun jumlah penduduk yang dilayani Jaringan Perpipaan yang dibangun oleh PNPM, PAMSIMAS Swasta dan Swadaya masing-masing adalah 5,377 jiwa 216 jiwa 8028 jiwa dan 1,190 jiwa.

1. SPAM Kabupaten a. Jaringan Perpipaan

(6)

.Tabel 3. 1. Deskripsi Unit air baku, unit distribusi dan unit pelayanan SPAM Ibu Kota Kabupaten Buton Utara

No Item Penjelasan

1 Unit Air Baku

a. Lokasi Lokasi air baku di kelurahan Burangan, yaitu sungai Buranga

b. Kualitas Secara kulaitis sumber air baku di Buranga cukup baik yang tandai dengan nilai PH = 8.13, warna 14 dan Kekeruhan =17.16

c. Kuantitas

Secara kuantitas sumber air baku di Buranga kurang ideal karena menurut informasi masyarakat debit sungai Buranga pada musim kemarau sangat kecil. Berdasarkan hasil pengukuran debit diperoleh debit Q = 48 liter/det.

d. Pengambilan air yang dijinkan

Berdasarkan pengamatan di lapangan diperoleh bahwa Air Sungai Buranga tidak dimanfaatkan untuk keperluan lainnya, sehingga memungkinkan untuk dijadikan sumber air minum.

e. Cara pengambilan sumber air

Pengambilan air baku dari sungai Buranga dilakukan dengan membauat intake di sisi sungai tanpa melakukan pembendungan sungai.

f. Jenis atau tipe

bangunan Tipe bangunan intake adalah konstruksi beton bertulang

g. Tahun Pembangunan SPAM Ibu Kota Kabupaten Buton Utara di Buranga dibangun pada tahun 2010

h. Kapasitas pengambilan Berdasakan pengamatan lapangan diperoleh bahwa sumber air dari sungai Buranga diambil sekitar 80% untuk rencana air minum

i. Jenis pengaliran

sistem pengaliran air di sumber air Buranga adalah sistem gravitasi dari sumber ke IPA selanjutnya ke penampungan air dari penampungan ke masyarakat menggunakan sistem gravitasi pula. Namun hingga saat ini, belum ada pipa distribusi dari penampungan (reservoir) ke pelanggan. j. Pipa transmisi Pipa transmisi yang digunakan adalah Pipa Galvanis, dengan diameter 8

inchi dari intake ke IPA

k. Pompa SPAM Ibu Kota Kabupaten Buton Utara di Buranga tidak menggunakan pompa, karena sistem pengalirannya adalah sistem gravitasi

2 Unit Produksi

Saat ini telah terbangun unit pengolahan air berupa tangki penjernihan air panjang 15 m, lebar 7 m dan tinggi 5 m. Bak penampung dengan ukuran panjan 12 m, lebar 12 m dan tinggi 3 m. Fasilitas pengolahan air yang telah terbangun adalah kantor, laboratorium, rumah pompa untuk penerangan dan pengolahan air. Namun demikian unit produksi SPAM Kabupaten Buton Utara di Burangan belum beroperasi. Akan tetapi air telah mengalir sampai ke unit pengolahan dan selanjutnya mengalir tanpa diamnfaatkan.

3 Unit Distribusi

Unit distribusi SPAM Ibu Kota Kabupaten Buton Utara memiliki reservoir dengan ukuran 12m panjang, 12 m lebar dan 3 m tinggi atau kapasitas tampungan 432 m3.

4 Unit Pelayanan

(7)

b. Bukan Jaringan Perpipaan

Sebagaimana diketahui pada uraian sebelumya ibu kota Kabupaten Buton Utara terletak di Kecamatan Bonegunu tepatnya di Kelurahan Bonegunu dan Kelurahan Buranga. Berdasarkan hasil survei lapangan diperoleh bahwa SPAM Ibu Kota Kabupaten Buton Utara belum menggunakan jaringan perpipaan (JP). Oleh sebab itu sumber air minum untuk penduduk di Ibu Kota Kabupaten Buton Utara adalah sumur gali atau bukan jaringan perpipaan. Adapun jumlah modul atau sumur gali dan jumlah rumah tangga yang terlayani oleh SPAM bukan jaringan perpipaan di Ibu Kota Kabupaten Buton Utara dapat di lihat pada tabel berikut

Tabel 3. 2. Jumlah rumah tangga yang terlayani SPAM Bukan Jaringan Perpipaan (BJP) di Ibu Kota Kabupaten Buton Utara

No Lokasi

Kecamatan Desa/Kelurahan

Parameter

Modul Jumlah Rumah Tangga Terlayani

Tingkat Pelayanan Jenis Jumlah

1 Bonegunu Kel. Bonegunu Sumur

Gali 63 313 100% 2 Buranga Kel. Buranga Sumur

Gali 10 51 100%

Berdasarkan Tabel 3.2. diperoleh bahwa penduduk Ibu Kota Kabupaten Buton Utara 100 % terlayani oleh SPAM bukan jaringan pepipaan (BJP).

2. SPAM IKK

a. Jaringan Perpipaan

Kabupaten Buton Utara memiliki 3 unit SPAM IKK, yaitu IKK Kambowa di Kecamatan Kambowa, IKK Wakorumba di kecamatan Wakorumba, IKK Kulisusu Utara di kecamatan Kulisusu Utara.

(8)

Sumber air di IKK Wakorumba di kecamatan Wakorumba adalah adalah Mata Air Labuan dengan kapasitas sumber 85 L/s. Sistem pengaliran air baku adalah dengan sistem gravitasi dari sumber ke reservoar lalu kepelanggan selain di gunakan untuk air baku juga digunakan sebagai pembangkit listrik (PLTA).

Sumber air di IKK Kulisusu Utara di kecamatan Kulisusu Utara adalah Mata Air Emokula dengan kapasitas sumber 32 L/s. Sistem pengaliran air baku adalah dengan pompanisasi ke bak penampungan, kemudian dari penampungan dialirkan secara gravitasi ke pelanggan.

Berdasarkan dengan hasil survei di enam Kecamatan yang ada di Kabupaten Buton Utara untuk jaringan perpipaan Ibu kota Kecamatan, ditemukan bahwa jaringan perpipaan yang berfungsi hanya terdapat di tiga Ibu Kota Kecamatan yaitu Ibu Kota Kecamatan Kambowa, Wakorumba dan Kulisusu Utara.

b. IKK Bukan Jaringan Perpipaan

Kabupaten Buton utara terdiri dari 6 Kecamatan,diantara 6 Kecamatan tersebut berdasarkan hasil survei masih ada IKK yang belum menggunakan jaringan perpipaan melainkan menggunakan sumur gali, untuk lebih jelasnya dapat di lihat tabel IKK terlayani bukan jaringan perpipaan berikut.

Tabel 7.1 Jumlah Penduduk IKK yang terlayani SPAM Bukan Jaringan Perpipaan (BJP) di Ibu Kota Kecamatan

Penduduk IKK Terlayani Bukan Jaringan Perpipaan (SR)

Telah terpasang intake dan IPA serta Reservoi namun belum beroperasi karena pipa distribusi dan sambungan rumah belum terpasang. Sumber air baku yang digunakan adalah

(9)

No Desa /

Penduduk IKK Terlayani Bukan Jaringan Perpipaan (SR) Sumber air baku yang digunakan adalah mata air Engkoruru

a. SPAM Pedesaan Jaringan Perpipaan

(10)

SPAM Lakansai dengan kapasitas 200 liter/detik dan sambungan rumah 250 rumah dan SPAM Lamoahi terdapat di Kecamatan Kulisusu Utara dengan kapasitas 8 liter/detik dan jumlah sambungan rumah 71 rumah.

b. SPAM Pedesaan Bukan Jaringan Perpipaan

Kabupaten Buton utara yang terdiri dari enam kecamatan masih memiliki desa-desa yang belum memiliki jaringan perpipaan sebagian besar desa yang ada di buton utara hanya mengandalkan sumur gali untuk pemenuh kebutuhan air minum berdasarkan hasil survei lapangan masyarakat pedesaan yang tidak memiliki jaringan perpipaan menggunakan sumur galian terbuka dan juga sumur galian tertutup desa-desa tersebut tersebar di Kecamatan Buton Utara, di kecamatan Bonegunu desa yang menggunakan sumur gali yaitu Desa Laonipi, Ensumala, Koepisino, Langere, Koboruno, Damai Laborona dan desa Tatombuli, di Kecamatan Kecamatan kambowa desa yang menggunakan sumur gali yaitu Desa Bubu dan Bubu Barat, untuk kecamatan Wakorumba desa yang masih menggunakan sumur gali yaitu Desa Matalagi, Laeya, Labaraga, Lasiwa, Labuan Bajo, Labajaya, Sumapeno, Labuko, Di Kecamatan Kulisusu desa-desa yang menggunakan sumur galian yaitu Desa Rombo, Linsowu, Loji, Kalibu, Elahaji, Jampaka, Tomoahi, Wacu La’ea, Tri Wacu-Wacu, Kadacua, Banua-Banua Jaya, Wasalambose, Walangke, Lemo’Ea, Lantangi, Malalanda, di Kecamatan Kulisusu Barat desa-desa yang masih menggunakan sumur gali adalah Desa Soly Agung, rahmat Baru, Bumi Lapero, Dampala Jaya, Kasulatombi, Karya Bakti, Marga Karya, Lauki, Lambale, Mekar Jaya, Labulanda, Lapandewa, Karya Mulya, dan di Kecamatan Kulisusu Utara desa-desa yang yang masih menggunakan sumur gali adalah desa Ulunambo, Patetea, Torombia, Kurolabu, Eerinere, Labelete dan Bira.

4. Permasalahan SPAM

Berdasarkan pengamatan lapangan pada saat survey, diperoleh permasalahan SPAM di Kabupaten Buton Untara seperti yang diuraikan berikut ini.

a. Aspek Keuangan

(11)

yang dibangun oleh Pemerintah (PNPM). Hal ini dikarenakan SPAM yang dibangun tersebut tidak memiliki petugas yang dipercayakan untuk mengelola SPAM yang telah dibangun.

b. Aspek Pelayanan

Hingga saat ini tingkat pelayanan SPAM Perpipaan di Kabupaten Buton Utara adalah 58.26%. Nilai masih tergelombang snagat rendah, jika dibandingkan dengan target MGDs pada tahun 2019 sebesar 100%.

c. Aspek Operasional

Berdasrakan hasil survey lapangan, baik kunjungan langsung ke sumber-sumber air, pengolahan dan distribusi serta wawancana dengan masyrakatan, diperoleh permasalahan sebagai berikut :

1. Terdapat beberpa bangunan intake, pipa transmisi, bak penliampungan telah mengalami kerusakan yang parah

2. Sumber mata air yang relative keruh pada musim hujan

3. Terdapat sumber mata air yang mengalami kekeringan pada musim kemarau 4. Beberapa pipa yang hilang akibat terseret arus banjir di musim penghujan 5. Terdapat sumber yang nelum berfungsi sampai saat ini dikarenakan reservoir

lebih tinggi dibandingkan sumber, padahal sistem yang digunakan adalah pengaliran secara gravitasi

6. Untuk SPAM yang dibangun oleh Pemerintah, belum dilengkapi dengan meteran ai

7. Belum ada pipa distribusi ke pelanggan misalnya di sumber air sungai Buranga dan sumber air Enkoruru. .

d. Aspek Sumber Daya Manusia

(12)

7.3.2. Sasaran Program

Merupakan tahapan selanjutnya dari identifikasi kondisi eksisting. Sasaran program mengaitkan kondisi eksisting dengan target yang harus dicapai. Terdapat arahan kebijakan yang menjadi acuan penetapan target pembangunan bidang Cipta Karya khususnya sektor pengembangan SPAM baik di tingkat pusat maupun di tingkat Kab/Kota.

7.3.3. Usulan Kebutuhan Program Sistem Penyediaan Air Minum di Kabupaten Buton Utara Berdasarkan hasil perhitungan kebutuhan air untuk masing-masing sistem serta banyaknya sambungan rumah yang diperlukan untuk setiap tahapan pengembangan maka berikut ini disajikan rencana pengembangan SPAM di Kabupaten Buton Utara.

Tabel 7.1. Rencana pengembangan SPAM

No Pengembangan Program Pengembangan

1 Jangka Pendek (2016-2020)

o Pengembangan kapasitas intake menjadi 100 L/det

o Pengembangan kapasitas IPA menjadi 125 L/s

o Pengembangan kapasitas Reservoar menjadi 10.820 m3 o Penambahan sambungan rumah menjadi 15.984 sambungan

dengan cara mengoptimalkan sumber Buranga dan Enkoruru

o Pembentukan pengelola SPAM di Kabupaten Buton Utara

2 Jangka Pendek (2021-2025)

o Pengembangan kapasitas intake menjadi 108 L/det

o Pengembangan kapasitas IPA menjadi 135 L/s

o Pengembangan kapasitas Reservoar menjadi 11.622 m3 o Penambahan sambungan rumah menjadi 17.042 sambungan

dengan cara memanfaatkan sumber-sumber yang telah dipetakan dalam laporan ini

o Mengurangi tingkat kebocoran air

3 Jangka Pendek (2026-2035)

o Pengembangan kapasitas intake menjadi 124 L/det

o Pengembangan kapasitas IPA menjadi 135 L/s

o Pengembangan kapasitas Reservoar menjadi 13.385 m3 o Penambahan sambungan rumah menjadi 19.594 sambungan

dengan cara memanfaatkan sumber-sumber yang telah dipetakan dalam laporan ini

o Mengurangi tingkat kebocoran air

a. Kapasitas Sistem

(13)

Adapun kebutuhan air yang dibutuhkan sesuai dengan pentahapan dan jenis kebutuhan air di Kabupaten Buton Utara dapat dilihat pada Tabel 7.2.

Tabel 7.2. Kapasitas sistem SPAM Buton Utara

KOMPONEN SAPAM

PENGEMBANGAN

2014-2019 2014-2024 2014-2029

INTAKE (L/det)

SPAM Bonegunu 10.90 11.69 13.44 SPAM Kambowa 13.70 14.69 16.89 SPAM Wakorumba 11.51 12.53 14.62 SPAM Kulisusu 44.44 47.65 54.79 SPAM Kulisusu Barat 12.93 13.86 15.94 SPAM Kulisusu Utara 6.71 7.19 8.27

Jumlah 100 108 124

IPA (L/det)

SPAM Bonegunu 14 15 17 SPAM Kambowa 17 18 21 SPAM Wakorumba 14 16 18 SPAM Kulisusu 56 60 68 SPAM Kulisusu Barat 16 17 20 SPAM Kulisusu Utara 8 9 10

Jumlah 125 135 155

RESERVOAR (M3)

SPAM Bonegunu 1,177 1,262 1,451 SPAM Kambowa 1,480 1,587 1,824 SPAM Wakorumba 1,243 1,353 1,579 SPAM Kulisusu 4,800 5,146 5,917 SPAM Kulisusu Barat 1,396 1,497 1,721 SPAM Kulisusu Utara 724 777 893

Jumlah 10,820 11,622 13,385

SR (Unit)

SPAM Bonegunu 1,706 1,830 2,103 SPAM Kambowa 2,369 2,540 2,920 SPAM Wakorumba 2,171 2,328 2,677 SPAM Kulisusu 6,914 7,413 8,523 SPAM Kulisusu Barat 1,684 1,806 2,076 SPAM Kulisusu Utara 1,050 1,126 1,294

(14)

b. Penurunan Tingkat Kebocoran Penurunan Kebocoran Teknis

Untuk dapat mengontrol dan melakukan tindakan untuk mengurangi kehilangan air secara fisik maka diperlukan hal-hal sebagai berikut:

 Peta jaringan perpipaan yang secara akurat memuat informasi: letal, dimensi, jenis, tahun pemasangan, dan aksesoris yang terpasang

 Meteran induk dan meteran di zona distribusi yang berfungsi baik

 Peralatan deteksi kebocoran serta peralatan untuk melakukan perbaikan

 Zona-zona distribusi/pelyanan air yang dilengkapi dengan aksesoris untuk melakukan kontrol kehilangan air serta pelaksanaan perbaikan

 SDM yang memiliki kemampuan berkaitan perbaikan dan pemasangan jaringan perpipaan

 SOP untuk O&M perpipaan Penurunan Kebocoran Non Teknis

Dalam upaya mengurangi kehilangan air secara non fisik maka harus dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

 Inventarisasi pelanggan meliputi: lokasi, tipe/kelas, dimensi meteran dan pemakaian airnya

 Data teknis meteran pelanggan: jenis/tipe, tahun pembuatan, tahun pemasangan, informasi perbaikan/kalibrasi yang pernah dilakukan

 Pembacaan meteran pelanggan secara cermat dan teratur

7.4. Sektor Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman (PLP) 7.4.1. Kondisi Eksisting

7.4.1.1. Pengelolaan Air Limbah

Pada dasarnya pengelolaan air limbah permukiman dapat dilakukan dengan sistem on-site atau sistem off-site atau kombinasi dari kedua sistem ini :

1. Sistem pengelolaan air limbah terpusat (off-site system) adalah sistem penanganan air limbah domestik melalui jaringan pengumpul yang diteruskan ke Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL).

(15)

dari satu atau beberapa bangunan, yang pengolahannya diselesaikan secara setempat atau dilokasi sumber.

Tabel Cakupan Layanan Air Limbah Domestik Yang Ada di Kabupaten Buton Utara

No

layak Sarana Layak

Onsite System Offsite System

Individual Berbasis Komunal Kawasan /

terpusat

Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Buton Utara 2014

 * Yang termasuk BABS: (i) mempunyai jamban keluarga (individual) tanpa tangki septik (black water disalurkan ke badan air atau lingkungan; (ii) BAB langsung di kebun, kolam, laut, sungai, sawah/ladang, dsb.

** Aman: sesuai kriteria SNI

Pengelolaan air limbah domestik yang ada di Kabupaten Buton Utara masih menggunakan sistem on site individual belum menggunakan sistem onsite komunal maupun sistem offsite. Jumlah keluarga yang menggunakan jamban keluarga sendiri yaitu 5563 sedangkan yang menggunakan jamban keluarga umum sebanyak 177.

7.4.1.2. Pengelolaan Persampahan

(16)

meningkatkan emisi gas rumah kaca dan memberikan kontribusi terhadap pemanasan global. Agar timbunan sampah dapat terurai melalui proses alam diperlukan jangka waktu yang lama dan diperlukan penanganan dengan biaya yang besar.

Paradigma pengelolaan sampah yang bertumpu pada pendekatan akhir sudah saatnya ditinggalkan dan diganti dengan paradigma baru pengelolaan sampah. Paradigma baru memandang sampah sebagai sumber daya yang mempunyai nilai ekonomi dan dapat dimanfaatkan, misalnya, untuk energi, kompos, pupuk ataupun untuk bahan baku industri. Pengelolaan sampah dilakukan dengan pendekatan yang komprehensif dari hulu, sejak sebelum dihasilkan suatu produk yang berpotensi menjadi sampah, sampai ke hilir, yaitu pada fase produk sudah digunakan sehingga menjadi sampah, yang kemudian dikembalikan ke media lingkungan secara aman. Pengelolaan sampah dengan paradigma baru tersebut dilakukan dengan kegiatan pengurangan dan penanganan sampah. Pengurangan sampah meliputi kegiatan pembatasan, penggunaan kembali, dan pendauran ulang, sedangkan kegiatan penanganan sampah meliputi pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, dan pemrosesan akhir.

Skala pengelolaan sampah secara berurutan (draft Kriteria Teknis Prasarana dan Sarana Sistem Pengelolaan Persampahan, Kementerian PU, 2006) yang meliputi :

1. Skala individual, yaitu pengelolaan individual yang dilakukan oleh satu sumber atas sampah yang dihasilkan sendiri oleh sumber tersebut.

2. Skala kawasan/lingkungan, yaitu pengelolaan yang dilakukan untuk melayani suatu kelompok masyarakat yang terdiri atas sekurang-kurangnya 100 Kepala Keluarga tetapi tidak lebih dari 1 wilayah kecamatan.

3. Skala kabupaten/kota, yaitu pengelolaan yang dilakukan untuk melayani sebagian masyarakat yang tinggal dalam suatu wilayah tertentu yang karena alasan kelayakan ekonomi dan teknis maka perlu terdiri atas sekurang-kurangnya 10% dari jumlah penduduk permukiman tersebut atau sekurang-kurangnya untuk 1 (satu) wilayah administrasi kecamatan.

4. Skala regional, yaitu pengelolaan yang dilakukan untuk melayani sebagian atau keseluruhan masyarakat yang tinggal di lebih dari satu wilayah kota/kabupaten yang mengadakan kerjasama pengelolaan.

5. Pengelolaan sampah dapat dilaksanakan oleh salah satu atau beberapa bentuk pengelola yang dapat berupa :

a) Pengelola Kebersihan Kota/Kabupaten

(17)

Untuk ini perlu ada unit lain yang berfungsi melaksanakan pengaturan/pengendalian (Regulator).

Status pengelola kebersihan dapat berupa: Perusahaan Daerah, Dinas/Badan (tersendiri), Sub Dinas atau Bidang (di bawah Dinas/Badan gabungan), Badan Layanan Umum (BLU), UPTD atau Seksi di bawah Dinas/Sub Dinas/Kecamatan.

b) Badan Usaha/Swasta

Badan Usaha/Swasta dapat bertindak sebagai pelaksana pelayanan kebersihan (Operator) bila mendapatkan penugasan melalui kontrak kerjasama dengan Pengelola Kebersihan Kota yang dalam hal ini berfungsi melaksanakan pengaturan/pengendalian (Regulator). Kerja sama di pihak swasta dapat dilakukan secara investasi dan/atau manajemen di tahap pengangkutan, Stasiun Peralihan Antara (SPA), Tempat Pemrosesan Akhir (TPA), dll.

c) Lembaga Kemitraan

Lembaga kemitraan yang dibentuk bersama antara Pengelola Kebersihan Kabupaten dan Badan Usaha/Swasta dapat bertindak sebagai pelaksana pelayanan kebersihan (Operator) bila mendapatkan penugasan melalui kontrak kerjasama dengan Pengelola Kebersihan Kabupaten yang dalam hal ini berfungsi melaksanakan pengaturan/pengendalian (Regulator)

Pelayanan pengangkutan sampah merupakan pelayanan yang diberikan oleh Dinas TRKP3K Kabupaten Buton Utara untuk melayani pengangkutan sampah dari masyarakat baik langsung maupun tidak langsung untuk kemudian di teruskan ke TPA. Untuk pelayanan pengangkutan sampah yang ada di Kabupaten Buton Utara terbagi dalam 3 jenis pelayanan pengangkutan yaitu ; 1. Pelayanan Langsung

Pelayanan langsung yang dimaksud adalah pelayanan pengangkutan sampah yang dilaksanakan secara door to door oleh truk sampah milik Dinas TRKP3K dan langsung ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Komala. Untuk pelayanan langsung daerahnya mencakup permukiman penduduk yang berada di jalur pelayanan langsung itu sendiri maupun kawasan-kawasan perdagangan seperti pasar-pasar, permukiman dan lain sebagainya. Pelayanan oleh Dinas TRKP3K hanya pada kawasan Ibukota Kabupaten Buton Utara yakni Kota Wangi-Wangi. Sementara pada kawasan diluar ibukota masih dilaksanakan oleh masyarakat dengan cara dibawa ke kebun, dibuang dipekarangan rumah, dibakar, dibuang dilaut dan dipantai. 2. Pelayanan Tidak Langsung

(18)

ke Tempat Penumpukan Akhir (TPA). Pelayanan tidak langsung ini kebanyakan dilaksanakan untuk wilayah-wilayah permukiman penduduk yang memiliki TPS-TPS.

3. Pelayanan Umum

Pelayanan umum merupakan pelayanan yang dilakukan pada lokasi-lokasi yang menyangkut kepentingan umum baik itu dari pembersihan sampai pengangkutan, kebanyakan dilaksanakan di tempat fasilitas-fasilitas umum seperti jalan, pasar, dan lain sebagainya.

Untuk mengetahui cakupan layanan persampahan yang ada di Kabupaten Buton Utara dapat dilihat pada tabel di bawah ini

Tabel 3.16. Cakupan Layanan Persampahaan Yang Ada di Kabupaten Buton Utara

No Nama Kecamatan/

Kelurahan

Volume Terlayani Tidak Terlayani Jumlah

Penduduk

Timbulan Sampah

3R Institusi Pengelola

TPA

(orang) (M3) (%) (M3) (%) (M3) (%) (M3) (%) (M3)) 1. Kecamatan

Kulisusu

7139 845,9 / hari

- - 20 160 - 80 685,9

1.1 Kelurahan Lipu

Belum Lama Pemekaran (jumlah Penduduk/ Kelurahan/Desa Belum ada Data) 1.2 Desa

Bangkudu 1.3 Desa

Lakonea 1.4 Desa Loji 1.5 Desa

(19)

Tabel 3.17. Kondisi Prasarana dan Sarana Sampah Yang Ada di Kabupaten Buton Utara

4 (Semi) Pengolahan Akhir Terpusat

- TPS 3R unit -

- SPA (stasiun peralihan antara)

unit -

5 TPA/TPA Regional

- Sanitary landfill Ha -

7.4.1.3. Saluran Drainase Permukiman

Sistem saluran drainase di Kabupaten Buton Utara mengikuti kondisi topografi yang mempunyai kecenderungan kemiringan cukup menguntungkan bagi pembuangan kearah kawasan rendahan yang akan disiapkan melalui bak-bak sumur resapan. Sistem pembuangan air hujan dilayani dengan menggunakan sistem pembuangan terbuka yang diperkeras dengan pasangan beton-beton dan baru terdapat di sepanjang jalan utama permukiman. Sedangkan, untuk daerah luar permukiman belum terlayani oleh sistem jaringan utama dan umumnya disetiap desa sistem pembuangan disalurkan ke kali atau saluran alami hujan.

(20)

Tabel 3.27. Kondisi Sarana dan Prasarana Drainase di Kabupaten Buton Utara No Jenis Prasarana /

Sarana

Satuan Jumlah/ Kapasitas

Kondisi Frekuensi

Pemeliharaan (kali/tahun)

Berfungsi Tdk berfungsi

(i) (ii) (iii) (iv) (v) (vi) (vii)

1 Saluran Primer

- S. Primer A m - - - - - S. Primer B m - - - -

2 Saluran Sekunder - Saluran

Sekunder

m 8,115.00 3,500.00 -

3. Bangunan Pelengkap

- Rumah Pompa unit - - - -

- Pintu Air unit - - - -

Berikut ini, akan dijelaskan tentang kondisi genangan yang ada dikelompok sub sistem yang terdapat di Kecamatan di Kabupaten Buton Utara. Sehingga diharapkan, akan diketahui nama-nama sub sistem lengkap beserta datanya.

Tabel 7.1. Kondisi Genangan di Kabupaten Buton Utara N

o

Nama Kecamatan/

Kelurahan

Wilayah Genangan

Luas Ketinggian Lama Frekuensi Penyebab (Ha) (M) (jam/hari) (kali/tahun)

Tidak ada data yang detail

177 - -

-

7.5.Tantangan dan permasalahan pengembangan penyehatan lingkungan permukiman. 7.5.1. Tantangan dan permasalahan bidang air limbah

a. Aspek Pengembangan Sarana Prasarana

1) Adanya potensi pencemaran akibat warga yang masih membuang air besar sembarangan karena tidak memiliki jamban (termasuk warga di wilayah pesisir) 2) Masih terdapat jamban yang tidak sesuai standar teknis/standar kesehatan

3) Adanya potensi pencemaran akibat 100% warga masih membuang grey water (air buangan) ke badan tanah atau badan air tanpa pengolahan

(21)

5) Adanya Potensi Pencemaran Akibat Tangki Septik Yang Bocor/Tidak Sesuai Standar Teknis

6) Kurangnya Sarana Operasional Pengelolaan Air Limbah 7) Belum ada IPLT

b. Aspek Kebijakan

Belum Adanya Kebijakan Mengenai Aturan Umum Dan Aturan Teknis Yang Mengatur Pengelolaan Air Limbah (User Interface Sampai Dengan Pemrosesan Akhir)

c. Aspek Kelembagaan

Masih Kurangnya Sumberdaya Manusia Di Bidang Pengelolaan Air Limbah Domestik d. Aspek Pemberdayaan masyarakat

Masih rendahnya kesadaran masyarakat dalam O & M sarana umum air limbah (MCK, MCK++ dan Septiktank komunal)

e. Aspek Komunikasi dan media

Belum optimalnya kampanye, sosialisasi dan advokasi terkait kesadaran masyarakat mengenai sub sektor air limbah

f. Aspek Pendanaan

Masih rendahnya alokasi dana APBD untuk sub sektor Air limbah

7.5.2. Tantangan dan permasalahan bidang persampahan a. Aspek Pengembangan Sarana Prasarana

a. Masih rendahnya pengurangan timbulan sampah domestik dari sumbernya (rumah tangga)

b. Belum ada percontohan 3R

c. Masih terdapat titik-titik lokasi pembuangan sampah rumah tangga ilegal di permukiman disebabkan masih kurangnya armada pengumpulan setempat (motor sampah/gerobak sampah, dll)

d. Rendahnya kesadaran warga mengenai perlunya membuang sampah pada tempat yang sudah disediakan (TPS)

e. Belum adanya armada pengumpulan setempat yang mendukung 3R b. Aspek Kebijakan

1) Masih perlunya peninjauan kembali kebijakan pengelolaan persampahan 2) Kurangnya sosialisasi kebijakan

(22)

Masih kurangnya sumberdaya manusia di bidang pengelolaan persampahan

7.5.3. Tantangan dan permasalahan bidang drainase a. Aspek Pengembangan Sarana Prasarana

1) Meningkatnya jumlah hunian dan bangunan komersil

2) Sebagian besar warga masih menyalurkan grey water dan air hujan langsung ke drainase

3) Masih rendahnya cakupan layanan drainase

4) Adanya kondisi drainase yang buruk dan tidak sesuai standar teknis dibeberapa titik

5) Menurunnya kapasitas drainase di beberapa titik

6) Teluk sebagai muara akhir dari saluran mengalami pendangkalan dan Penyempitan dan bahkan sudah tidak berfungsi lagi

7) Sebagian Sungai beralih fungsi menjadi lahan permukiman atau sudah tidak berfungsi lagi (telah ditimbun)

8) Adanya perubahan fungsi lahan yang mengakibatkan berubahnya luas wilayah resapan air

b. Aspek pemberdayaan Masyarakat

1) Banyaknya Prilaku masyarakat yang sering buang sampah di Saluran Drainase 2) Kesadaran Masyarakat untuk menyediakan lahan drainase masih Kurang. 3) Partisipasi masyarakat untuk ikut menjaga dan merawat saluran rendah

4) Adanya masyarakat yang memanfaatkan lahan pinggir drainase untuk pemukiman. c. Aspek Kebijakan

Belum adanya Perda yang mengatur pengelolaan Drainase d. Aspek Kelembagaan

1) Masih kurangnya SDM di sub sektor Drainase

2) Belum optimalnya pengawasan, sinkronisasi pembangunan drainase tersier di kawasan permukiman

7.6.Sasaran Program

(23)

Tabel Matriks Sasaran Progam PLP

- Jamban dengan tangki septik

layak 33,90% 35,90% 37,90% 39,90% 41,90% 44,00%

5.995

- Cubluk dan sejenisnya (akses

dasar) 25% 20% 15% 10% 5% 0%

-

B.

Komunal (MCK, tangki septik

komunal < 10 SR) 11% 12% 13% 14% 14% 14%

Cubluk dan sejenisnya (akses

dasar) 8% 6,00% 4,00% 2,00% 1,00% 0,00%

-

3

Komunal (MCK, tangki septik

komunal < 10 SR) 3% 4,00% 5,00% 6,00% 7,00% 8,00%

Volume Lumpur Tinja ke IPLT

(m3/hari) 0% 0% 0% 0% 0% 0%

(24)

7.6.1. Usulan Kebutuhan Program

Berisikan rincian usulan hasil identifikasi kebutuhan program untukpencapaian sasaran program sektor Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman yang dijabarkan setiap tahunnya.

Matriks Usulan Kebutuhan Program Sektor Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman yang dijabarkan setiap tahunnya.

NO KEGIATAN PENGEMBANGAN PENYEHATAN LINGKUNGAN

PERMUKIMAN

SATUAN RENCANA PROGRAM

TAHUN

1 Penyusunan Master Plan Air Limbah

Studi Kelayakan teknis air limbah

Studi tentang kualitas dan kuantitas air limbah Studi Manajemen Pengelolaan Air Limbah

Penyusunan Rencana Usaha (Business Plan) Air Limbah Outsourcing Pengelolaan Air Limbah

Fasilitasi Kerjasama dengan Dunia Usaha/Lembaga

2 Program Penyusunan Kebijakan Air Limbah Skala Kota a Penyusunan Kebijakan Pengelolaan Air Limbah Skala Kota

Kebijakan Mengenai Perencanaan, dan Pengelolaan Sarana Jamban yang sesuai standar teknis bagi masyarakat, pengembang, dan fasilitas umum

Kebijakan Mengenai Perencanaan, dan Pengelolaan Tangki Septik yang sesuai standar teknis bagi masyarakat, pengembang, dan fasilitas umum

Kebijakan Mengenai Perencanaan, dan Pengelolaan grey water (air sisa mandi dan cuci) bagi masyarakat, pengembang, dan fasilitas umum

Kebijakan Mengenai Perencanaan, dan Pengelolaan Air limbah bagi industri rumah tangga dan fasilitas kesehatan

Kebijakan Mengenai standar operasional kegiatan penyedotan dan pengangkutan Tinja bagi masyarakat dan swasta

Kebijakan mengenai Pengelolaan dan Pemeliharaan IPLT Penyusunan Kebijakan Kerjasama Pengelolaan Air Limbah

b Sosialisasi dan Penerapan Kebijakan Pengelolaan Air Limbah Skala kota

3 Peningkatan Kapasitas SDM dalam Pengelolaan Air Limbah

Kampanye/edukasi/Sosialisasi Peningkatan Pengelolaan Air Limbah

4 Infrastruktur Air Limbah Sistem Setempat - Jamban Keluarga

Penyuluhan/Kampanye Bebas BABS, Jamban dan Tangki Septik Sehat

Stimulan Jamban Keluarga dan tangki septik sesuai standar kesehatan Untuk MBR

Stimulan Jamban Keluarga sesuai standar kesehatan Untuk MBR Stimulan tangki septik sesuai standar kesehatan Untuk MBR Pemantauan dan Evaluasi

5 Infrastruktur Air Limbah (Penanganan Grey Water Permukiman)

Penyuluhan dan kampanye mendorong partisipasi masyarakat dalam pengelolaan grey water (air sisa cuci dan mandi)

(25)

NO KEGIATAN PENGEMBANGAN PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN

SATUAN RENCANA PROGRAM

TAHUN Pilot Project kawasan Pembuatan Kolam Penangkap Lemak untuk

pengolahan grey water Pemantauan dan Evaluasi

6 Infrastruktur Air Limbah Sistem Komunal - (Pembangunan IPAL KOMUNAL)

Penyuluhan dan kampanye mendorong partisipasi masyarakat dalam pengelolaan Air Limbah Domestik (pada daerah yang berpotensi untuk dibangun Sistem Komunal)

Sosialisasi Rencana Pembangunan kepada masyarakat oleh Dinas Terkait

Pembentukan Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Pembebasan Lahan/Tanah

Perencanaan Detail (DED) Pembangunan

Pelatihan bagi pengurus KSM, berupa pelatihan di bidang teknis, keuangan, dan manajerial

Sosialisasi kepada masyarakat oleh pengurus KSM Pembangunan IPAL Komunal

Pembangunan Jaringan Perpipaan Pembangunan Sambungan Rumah Pembangunan MCK ++

Supervisi Pelaksanaan Pekerjaan Pembangunan IPAL Komunal dan MCK++

Pelatihan bagi pengguna dan operator Biaya Operasi dan Pemeliharaan Pemantauan dan Evaluasi

7 Penanganan Khusus Pengelolaan Air limbah Kawasan ROB dan Pesisir

Survey Kawasan ROB dan Pesisir kota Kendari

Sosialisasi Rencana Pembangunan kepada masyarakat oleh Dinas Terkait

Pembentukan Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM)

Perencanaan Detail (DED) Pembangunan

Pembangunan pilot Project teknologi kawasan pesisir

Pelatihan bagi pengguna dan operator

Biaya Operasi dan Pemeliharaan Pemantauan dan Evaluasi

8 Pembangunan dan Peningkatan Sarana Septiktank Warga Pembentukan dan Pelatihan tim pengawas pembangunan dan peningkatan mutu tangki septik

Pendataan Kualitas dan Kuantitas tangki septik warga

Penyuluhan dan Kampanye Tangki Septik Yang Sesuai Standar Teknis Dan Aman Bagi Lingkungan

Stimulan Pembangunan/Peningkatan Mutu Tangki Septik Individual Operasional dan Pemeliharaan

Pemantauan dan Evaluasi

9 Pengadaan sarana Operasional Air limbah

Pengadaan Truk Tinja

Pengadaan Motor Tinja Pengadaan Sumur Bor

Pengadaan Mesin Penyedot Lumpur Tinja Pengadaan Mesin Genset

Operasional dan Pemeliharaan Pemantauan dan Evaluasi

(26)

NO KEGIATAN PENGEMBANGAN PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN

SATUAN RENCANA PROGRAM

TAHUN

Supervisi Pelaksanaan Pekerjaan Rehabilitasi IPLT

Pelatihan bagi Pengelola IPLT

Operasi dan Pemeliharaan IPLT

Pengaspalan jalan masuk IPLT

Uji mengenai data buangan limbah dari IPLT Pemanfaatan hasil sedimentasi IPLT Pemantauan dan Evaluasi

12 Infrastruktur Air Limbah Sistem Terpusat (Offsite)-IPAL Terpusat Skala Medium

Studi Pra Kelayakan Sistem Pengelolaan Air Limbah terpusat skala Kota/Kawasan

Studi Kelayakan Sistem Pengelolaan Air Limbah terpusat skala Kota/Kawasan

Preliminary Design Sistem Pengelolaan Air Limbah terpusat skala Kota/Kawasan

Studi AMDAL Sistem Pengelolaan Air Limbah terpusat skala Kota/Kawasan

PERSAMPAHAN

1 Pengembangan Kebijakan dan Kinerja Pengelolaan Persampahan Studi tentang kualitas dan kuantitas sampah Kota

Studi Manajemen Pengelolaan Persampahan

Penyusunan Rencana Usaha (Business Plan) Persampahan Review dan revisi PERDA/PERWALI Pengelolaan Persampahan Skala Kota (dari userface hingga ke pemrosesan akhir)

Penyusunan Kebijakan Kerjasama Pengelolaan Persampahan Outsourcing Pengelolaan Persampahan

Fasilitasi Kerjasama dengan Dunia Usaha/Lembaga

Pemantauan dan Evaluasi Pelaksanaan Pengembangan kebijakan dan kinerja pengelolaan persampahan

2 Sosialisasi dan Penerapan Manajemen pengelolaan persampahan Sosialisasi dan implementasi PERDA/PERWALI tentang Pengelolaan Persampahan

Sosialisasi dan implementasi Masterplan dan manajemen pengelolaan persampahan

Manajemen pengelolaan sampah dari user interface hingga ke pemrosesan akhir

Manajemen Zonasi, sistem dan rute pengangkutan

Pemantauan dan Evaluasi Implementasi penerapan Perda, masterplan dan menejemen persampahan

3 Peningkatan Kapasitas SDM dalam Pengelolaan Persampahan Kampanye/edukasi/Sosialisasi Peningkatan Pengelolaan Persampahan

Pelatihan Teknis Pengelolaan Persampahan Bantek Pengelolaan Persampahan

4 Program Pengelolaan Sampah Dari Sumbernya

Sosialisasi intensif mengenai kewajiban melakukan pemilahan sampah dari sumbernya termasuk Sampah B3

Pembentukan kelompok kebersihan di tingkat RT/RW tentang pengolahan sampah

Pengadaan tempat sampah terpilah untuk rumah tangga

(27)

NO KEGIATAN PENGEMBANGAN PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN

SATUAN RENCANA PROGRAM

TAHUN Pengadaan keranjang sampah komposter dan takakura persampahan

Program Bank Sampah

Promosi penggunaan produk daur ulang sampah

Monitoring dan Evaluasi Pengelolaan sampah dari sumbernya

5 Peningkatan Sarana Prasarana dan Pengelolaan Sampah di Tingkat Basis

Sosialisasi PERDA/PERWALI tentang Pengelolaan Persampahan (tentang Kewajiban Pengumpulan Sampah Setempat kepada Masyarakat)

Pembentukan dan Pelatihan Kelompok pengelola Pengumpulan Sampah setempat(KSM) Tingkat RT/RW

Pengadaan Armada Pengumpulan Setempat

Motor Sampah

Gerobak Sampah

Motor Sampah 3R Gerobak Sampah 3R

Pelatihan Kemitraan/Channeling untuk menyasar CSR khususnya Pengadaan Armada Pengumpulan Setempat

Stimulan Biaya Operasi dan Pemeliharaan Armada Pengangkutan Setempat

Monitoring dan Evaluasi Penerapan dan Pelaksanaan Pengumpulan Sampah Setempat

6 Pengelolaan Sampah di tempat Penampungan Sementara dan sarana penunjang

Peningkatan TPS Biasa menjadi TPS Terpilah Pembangunan TPS baru

Pembangunan TPST baru dan sarana penunjang Pengawasan dan supervisi pembangunan TPST baru Revitalisasi TPST yang ada

Monitoring dan evaluasi Pembangunan & Keberlanjutan TPS dan TPST

7 Pembangunan Stasiun Pengelola Antara (SPA) Penyusunan studi kelayakan SPA

Sosialisasi Pembangunan SPA Pembebasan lahan

Perencanaan Detail (DED) Pembangunan SPA Pembangunan SPA

Pengawasan dan supervisi SPA Pelatihan bagi operator

Biaya Operasi dan Pemeliharaan SPA Monitoring dan evaluasi pengelolaan SPA

8 Peningkatan Pelayanan Pengangkutan Persampahan

Sosialisasi Aturan/Sanksi tentang Penerapan Waktu Pembuangan Sampah ke TPS

Studi/kajian Peningkatan Layanan Pengangkutan Sampah (hubungannya dengan penambahan Armada)

Pengadaan Sarana Armada truk Sampah 3R Pengadaan Sarana Armada truk Sampah non 3R Pengadaan Sarana Armada Compactor Truck

9 Peningkatan Operasi dan Pemeliharaan Prasarana Persampahan Peningkatan Operasi dan Pemeliharaan Prasarana Persampahan 10 Peningkatan dan Pembangunan Fisik Pengolahan Akhir TPA

(28)

NO KEGIATAN PENGEMBANGAN PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN

SATUAN RENCANA PROGRAM

TAHUN Perencanaan Detail (DED) Peningkatan TPA

Pelaksanaan Pekerjaan Peningkatan TPA (termasuk jalan Operasi, Drainase dan Lindi)

Pengawasan dan Supervisi Pelaksanaan Pekerjaan Peningkatan TPA Pengadaan Fasilitas Operasional TPA

a. Pengadaan Jembatan Timbang b. Pengadaan Excavator

c. Pengadaan Landfill Compactor d. Pengadaan Loader (Bechu Loader)

e. Pengadaan Hanggar Kerja dan Mesin Pemilahan Sampah TPA f. Peningkatan fasilitas pengolahan gas metan

Operasi dan Pemeliharaan

a. Pemeliharaan Fasilitas Umum TPA

b. Pemeliharaan Fasilitas Perlindungan Lingkungan TPA, c. Fasilitas Penunjang

d. Operasi dan Pemeliharaan Fasilitas Operasional - Pengadaan dan Penimbunan Tanah Timbunan - O & P Instalasi Pengolah Lindi

- O & P Alat Berat (Excavator, Dozer, Land Compactor, Loader & Dump truck)

Pengembangan Kelembagaan Pengelolaan TPA/Unit Kerja TPA a. Pelatihan Pengelolaan TPA

b. Penyuluhan dan Bimbingan kepada masyarakat disekitar TPA c. Pemantauan dan Evaluasi TPA

DRAINASE

1 PENYUSUNAN MASTERPLAN

Review Masterplan Sistem Drainase yang Berwawasan Lingkungan Penyusunan Data Base Sistem drainase Kota/Kawasan yang Berwawasan Lingkungan

2 PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN DAN PERATURAN

Penyusunan Perda tentang Pengelolaan, Pengawasan dan Pengendalian Sistem Drainase yang Berwawasan Lingkungan Sosialisasi Perda Pengelolaan Sistem Drainase yang Berwawasan Lingkungan

3 PENGEMBANGAN SDM PENGELOLA DRAINASE

Pelatihan Teknis Pengelolaan Drainase Bantek Pengelolaan Drainase

4 PELAKSANAAN PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN

PEMBANGUNAN/PENGELOLAAN DRAINASE Mengoptimalkan unit yang bertugas untuk mengawasi & mengendalikan pembangunan & pengelolan drainase (teknis & operasional)

Melakukan kegiatan-kegiatan dalam rangka penyadaran masyarakat dalam pemanfaatan dan pemeliharaan drainase

Pembentukan Kelompok Masyarakat Pengelola Sistem Drainase Lingkungan Mandiri

Mengintegrasikan sosialisasi mengenai pemeliharaan drainase dengan sosialisasi mengenai persampahan

5 PENGEMBANGAN JARINGAN DRAINASE

a SALURAN DAN GORONG-GORONG DRAINASE PRIMER

Pembangunan Saluran Drainase Primer

(29)

NO KEGIATAN PENGEMBANGAN PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN

SATUAN RENCANA PROGRAM

TAHUN Drainase Primer yang Berwawasan Lingkungan

Pembebasan lahan

Pembangunan Saluran dan Gorong-gorong Drainase Primer yang Berwawasan Lingkungan

Supervisi Pembangunan Saluran dan Gorong-gorong Drainase Primer yang Berwawasan Lingkungan

Monitoring dan evaluasi

Rehabilitasi Saluran Drainase Primer

Perencanaan Teknis Rehabilitasi Saluran dan Gorong-gorong Drainase Primer yang Berwawasan Lingkungan

Pelaksanaan Pekerjaan Rehabilitasi Saluran dan Gorong-gorong Drainase Primer yang Berwawasan Lingkungan

Supervisi Pelaksanaan Pekerjaan Rehabilitasi Saluran dan Gorong-gorong Drainase Primer yang Berwawasan Lingkungan

b SALURAN DAN GORONG-GORONG DRAINASE SEKUNDER

Pembangunan Saluran Drainase Sekunder

Perencanaan Teknis Pembangunan Saluran dan Gorong-gorong Drainase Sekunder yang Berwawasan Lingkungan

Sosialisasi Rencana Pembangunan Saluran dan Gorong-gorong Drainase Sekunder yang Berwawasan Lingkungan

Pembebasan lahan

Pembangunan Saluran dan Gorong-gorong Drainase Sekunder yang Berwawasan Lingkungan

Supervisi Pembangunan Saluran dan Gorong-gorong Drainase Sekunder yang Berwawasan Lingkungan

Monitoring dan evaluasi

Rehabilitasi Saluran Drainase Sekunder

Perencanaan Teknis Rehabilitasi Saluran dan Gorong-gorong Drainase Sekunder yang Berwawasan Lingkungan

Pelaksanaan Pekerjaan Rehabilitasi Saluran dan Gorong-gorong Drainase Sekunder yang Berwawasan Lingkungan

Supervisi Pelaksanaan Pekerjaan Rehabilitasi Saluran dan Gorong-gorong Drainase Sekunder yang Berwawasan Lingkungan

c SALURAN DAN GORONG-GORONG DRAINASE

TERSIER/LINGKUNGAN

Pembangunan Saluran Drainase Tersier/Lingkungan

Perencanaan Teknis Pembangunan Saluran Drainase Lingkungan Pembangunan Saluran Drainase Lingkungan

Supervisi Pembangunan Saluran Drainase Lingkungan Monitoring dan evaluasi

Rehabilitasi Saluran Drainase Tersier/Lingkungan

Perencanaan Teknis Rehabilitasi Saluran Drainase Lingkungan Pelaksanaan Pekerjaan Rehabilitasi Saluran Drainase Lingkungan

Supervisi Pelaksanaan Pekerjaan Rehabilitasi Saluran Drainase Lingkungan

Peningkatan Operasi dan Pemeliharaan Prasarana Drainase Peningkatan Operasi dan Pemeliharaan Prasarana Persampahan

6 PROGRAM PENGENDALIAN BANJIR

PELAKSANAAN PENGENDALIAN, PENGAWASAN DAN

PENGURANGAN BANJIR DAN SUMBER GENANGAN Studi Penanganan Genangan dan banjir

(30)

NO KEGIATAN PENGEMBANGAN PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN

SATUAN RENCANA PROGRAM

TAHUN 2015

TAHUN 2016

TAHUN 2017

TAHUN 2018

TAHUN 2019 banjir dan sumber genangan

Pembangunan sarana & Prasarana Pemeliharaan Sungai/Kali dan Pengendalian banjir

Pembuatan Bozzom dan Kolam Retensi Pembuatan Sumur dan Kolam Resapan Pembuatan Pompa dan Rumah Pompa Pembuatan pintu Air

Pembuatan Bio Pori

Pembuatan Bangunan penangkap pasir

Gambar

Tabel 3. 2. Jumlah rumah tangga yang terlayani SPAM Bukan Jaringan Perpipaan (BJP) di Ibu Kota
Tabel 7.1 Jumlah Penduduk IKK yang terlayani SPAM Bukan Jaringan Perpipaan (BJP) di Ibu Kota Kecamatan
Tabel 7.1. Rencana pengembangan SPAM
Tabel Cakupan Layanan Air Limbah Domestik Yang Ada di Kabupaten Buton Utara
+5

Referensi

Dokumen terkait

Dalam dunia bisnis saat ini, penerapan dari teknologi informasi untuk menentukan strategi perusahaan adalah salah satu cara yang paling efektif untuk

Internet banking atau perbankan internet adalah salah satu fasilitas layanan perbankan yang ditujukan bagi nasabah untuk dapat melakukan transaksi

Perlu dilakukan pengelolaan potensi kawasan ekowisata Danau Linting sehingga dapat dilakukan juga perencanaan program interpretasi lingkungan yang nantinya akan

Fokus penelitian yang peneliti ambil adalah mencari data yang mendalam menegenai teknik pembelajaran Clearest Point dan Student summary dalam meningkatkan

Hipotesis pada penelitian ini adalah: Terdapat hubungan positif antara pola asuh permisif orang tua dengan perilaku seksual pranikah pada mahasiswi artinya semakin

Kesedihan-kesedihan yang mengiringi karena kenyataan bahwa orangtua angkat tersebut tidak dapat memiliki anak sehingga sangat mungkin orangtua angkat terse but akan

Triangulasi diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan triangulasi

Puji dan syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT dan tak lupa juga shalawat serta salam untuk nabi besar Muhammad SAW, karena berkat rahmat dan