• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PUTUSAN TERHADAP ANAK PELAKU TINDAK PIDANA PENGGUNA NARKOTIKA A. Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Putusan Terhadap Anak Pelaku Tindak Pidana Pengguna Narkotika - Peranan Hakim Dalam Menjatuhkan Putusan Terha

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PUTUSAN TERHADAP ANAK PELAKU TINDAK PIDANA PENGGUNA NARKOTIKA A. Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Putusan Terhadap Anak Pelaku Tindak Pidana Pengguna Narkotika - Peranan Hakim Dalam Menjatuhkan Putusan Terha"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PUTUSAN TERHADAP ANAK PELAKU TINDAK PIDANA PENGGUNA NARKOTIKA A.Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Putusan Terhadap Anak Pelaku

Tindak Pidana Pengguna Narkotika

Penggunaan hukum pidana sebagai sarana penanggulangan penyalahgunaan

narkotika pada akhirnya akan bermuara pada persoalan bagaimana hakim dalam

menjatuhkan putusan. Dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan pidana akan

sangat menentukan apakah putusan seorang hakim dianggap adil atau menentukan

apakah putusannya dapat dipertanggungjawabkan atau tidak.44

Dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan dapat digunakan

sebagai bahan analisis tentang orientasi yang dimiliki hakim dalam menjatuhkan

putusan juga sangat penting untuk melihat bagaimana putusan yang dijatuhkan itu

relevan dengan tujuan pemidanaan yang telah ditentukan. Secara umum dapat

44

(2)

dikatakan, bahwa putusan hakim yang tidak didasarkan pada orientasi yang benar,

dalam arti tidak sesuai dengan tujuan pemidanaan yang telah ditentukan, justru akan

berdampak negatif terhadap proses penanggulangan kejahatan itu sendiri dan tidak

akan membawa manfaat bagi terpidana.45

Penjatuhan putusan terhadap pelaku tindak pidana penyalahgunaan narkotika

yang dilakukan anak, hakim membuat pertimbangan-pertimbangan. Menurut

pengamatan dari 5 (Lima) putusan yang berasal dari Pengadilan Negeri Medan,

hakim dalam menjatuhkan pidana terhadap pelaku tindak pidana narkotika cenderung

menggunakan pertimbangan yang bersifat yudiris dibandingkan yang bersifat

non-yudiris.

1. Pertimbangan yuridis

Pertimbangan yang bersifat yuridis adalah pertimbangan hakim yang

didasarkan pada faktor-faktor yang terungkap di dalam persidangan dan oleh

undang-undang telah ditetapkan sebagai hal yang harus dimuat di dalam putusan.

Pertimbangan yang bersifat yuridis di antaranya:46

a. Dakwaan jaksa penuntut umum.

(3)

f. Pasal-pasal dalam Undang-Undang Narkotika.

ad.a. Dakwaan Jaksa Penuntut Umum.

Dakwaan adalah surat atau akte yang memuat rumusan tindak pidana yang

didakwakan kepada terdakwa yang disimpulkan dan ditarik dari hasil pemerikasaan

penyidikan, dan merupakan dasar serta landasan bagi hakim dalam pemeriksaan

dimuka pengadilan.47 Dakwaan merupakan dasar hukum acara pidana karena

berdasarkan itulah pemeriksaan di persidangan dilakukan (Pasal 143 ayat (1)

KUHAP). Dalam menyusun sebuah surat dakwaan, hal-hal yang harus diperhatikan

adalah syarat-syarat formil dan materilnya.48

47

Mohammad Taufik Makarao dan Suhasril, Hukum Acara Pidana Dalam Teori Dan Praktek, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2010), hlm. 65.

Dakwaan berisi identitas terdakwa juga

memuat uraian tindak pidana serta waktu dilakukannya tindak pidana dan memuat

pasal yang dilanggar (Pasal 143 ayat (2) KUHAP). Perumusan dakwaan didasarkan

48

Syarat Formil telah diatur dalam Pasal 143 ayat (2) huruf a Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana yang diantaranya terdiri dari:

a. Nama lengkap, tanggal lahir, umur, jenis kelamin, kebangsaan, tempat tinggal, agama dan pekerjaan tersangka.

b. Uraian secara cermat jelas dan lengkap mengenai Tindak Pidana yang didakwakan dengan waktu dan tempat Tindak Pidana dilakukan.

Sedangkan untuk syarat materil diatur dalam Pasal 143 ayat (2) huruf b Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana, yang menyebutkan surat dakwaan agar:

a. Disusun secara cermat didasarkan kepada ketentuan pidana terkait, tanpa adanya kekurangan / kekeliruan yang menyebabkan surat dakwaan batal demi hukum atau dapat dibatalkan / dinyatakan tidak dapat diterima (niet onvankelijk verklaard). b. Jelas, didasarkan pada uraian yang jelas dan mudah dimengerti dengan cara

menyusun redaksi yang mempertemukan fakta-fakta perbuatan terdakwa dengan unsur tindak pidana yang didakwakan.

c. Disusun secara lengkap, berdasarkan uraian yang bulat dan utuh yang mampu menggambarkan unsur-unsur tindak pidana yang didakwakan beserta waktu dan tempat tindak pidana itu dilakukan, diantaranya:

1. Merumuskan lebih dahulu unsur-unsur tindak pidana yang didakwakan yang kemudian disusul dengan uraian-uraian fakta-fakta perbuatan yang memenuhi unsur-unsur tindak pidana tersebut.

(4)

dari hasil pemeriksaan pendahuluan yang dapat disusun tunggal, kumulatif, alternatif

maupun subsidair.49 Dakwaan disusun secara tunggal apabila seseorang atau lebih

mungkin melakukan satu perbuatan saja, misalnya hanya sebagai pemakai. Namun,

kalau lebih dari satu perbuatan misalnya ketika tertangkap memakai narkotika

ditemukan pula senjata api dalam hal ini dakwaan disusun secara kumulatif. Oleh

karena itu dalam penyusunan dakwaan ini disusun sebagai dakwaan kesatu, kedua,

ketiga dan seterusnya. Selanjutnya dakwaan alternatif disusun apabila penuntut

umum ragu untuk menentukan peraturan hukum pidana yang akan diterapkan atas

suatu perbuatan yang menurut pertimbangannya telah terbukti, surat dakwaan yang

tindak pidananya masing-masing dirumuskan secara saling mengecualikan dan

memberikan pilihan kepada pengadilan untuk menentukan dakwaan mana yang

paling tepat untuk dipertanggungjawabkan oleh terdakwa sehubungan dengan tindak

pidana. Biasanya dalam surat dakwaan ada kata “atau”.50

49

Rusli Muhammad, Potret Lembaga Pengadilan Indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), hal. 125.

Surat dakwaan subsideritas

ialah surat dakwaan yang terdiri atas atau beberapa pasal dakwaan atau

berjenjang-jenjang berurutan mulai dari ancaman hukuman terberat sampai kepada tindak pidana

yang paling ringan. Subsidair disini dimaksudkan sebagai susunan dakwaan

pengganti (Whit the alternative of) dengan maksud dakwaan subsidair menggantikan

yang primair itu tidak terbukti dipersidangan pengadilan. Jadi, jika dalam suatu

(5)

dakwaan terdapat hanya 2 (dua) saja pasal yang didakwakan, maka yang pertama

disebut primair dan kedua disebut subsidair.51

Lima Putusan Pengadilan Negeri Medan yang diteliti dalam penulisan tesis

ini, semuanya menyebutkan bahwa dakwaan penuntut umum sebagai bahan

pertimbangan pengadilan dalam menjatuhkan putusan terhadap anak pelaku tindak

pidana pengguna narkotika .

Ad.b. Tuntutan pidana.

Tuntutan pidana biasanya menyebutkan jenis-jenis dan beratnya pidana atau

jenis-jenis tindakan yang dituntut oleh jaksa penuntut umum untuk dijatuhkan oleh

pengadilan kepada terdakwa, dengan menjelaskan karena telah terbukti melakukan

tindak pidana yang mana, jaksa penuntut umum telah mengajukan tuntutan pidana

tersebut di atas.52

Penyusunan surat tuntutan oleh jaksa penuntut umum disesuaikan dengan

dakwaan jaksa penuntut umum dengan melihat proses pembuktian dalam

persidangan, yang disesuaikan pula dengan bentuk dakwaan yang digunakan oleh

jaksa penuntut umum.53

51

Nikolas Simanjuntak, Acara Pidana Indonesia dalam Sirkus Hukum, (Ghalia, Jakarta,2009), hal. 142.

sebelum sampai pada tuntutannya didalam requisitoir itu

biasanya penuntut umum menjelaskan satu demi satu tentang unsur-unsur tindak

52

Tambah Sembiring, Proses Pemeriksaan Perkara Pidana Di Pengadilan Negeri, (Medan: USU Press, 1993), hlm. 59.

53

(6)

pidana yang ia dakwakan kepada terdakwa, dengan memberikan alasan tentang

anggapannya tersebut.54

ad.c. Keterangan Saksi

keterangan saksi adalah salah satu alat bukti dalam perkara pidana yang

merupakan keterangan dari saksi mengenai suatu peristiwa pidana yang ia dengar

sendiri, ia lihat sendiri, dan ia alami sendiri dengan menyebut alasan dari

pengetahuannya itu.55 Keterangan saksi merupakan alat bukti seperti yang diatur

dalam Pasal 184 ayat (1) KUHAP huruf a. Sepanjang keterangan itu mengenai suatu

peristiwa pidana yang ia dengar sendiri ia lihat sendiri dan alami sendiri, dan harus

disampaikan dalam sidang pengadilan dengan mengangkat sumpah. Keterangan saksi

yang disampaikan di muka sidang pengadilan yang merupakan hasil pemikiran saja

atau hasil rekaan yang diperoleh dari kesaksian orang lain tidak dapat dinilai sebagai

alat bukti yang sah. Kesaksian semacam ini dalam hukum acara pidana disebut

dengan istilah de auditu testimonium.56

54

Tambah sembiring, Op. Cit., hlm. 60.

Kesaksian de auditu dimungkinkan dapat

terjadi di persidangan. Oleh karena itu hakim harus cermat jangan sampai kesaksian

demikian itu menjadi pertimbangan dalam putusannya. Untuk itu sedini mungkin

harus diambil langkah-langkah pencegahan. Yakni dengan bertanya langsung kepada

saksi bahwa apakah yang dia terangkan itu merupakan suatu peristiwa pidana yang

dia dengar, dia lihat dan dia alami sendiri. Apabila ternyata yang diterangkan itu

55

Lilik Mulyadi, Hukum Acara Pidana Normatif, Teoretis, Praktik, Dan Permasalahannya, (Bandung: PT. Alumni, 2007), hlm. 169.

56

SM. Amin,

(7)

suatu peristiwa pidana yang tidak dia lihat, tidak dia dengar, dan tidak di alaminya

sendiri sebaiknya hakim membatalkan status kesaksiannya dan keterangannya tidak

perlu lagi didengar untuk menghindarkan kesaksian de auditu.

Keterangan saksi tampaknya menjadi pertimbangan utama dan selalu

dipertimbangkan hakim dalam putusannya. Dari lima putusan hakim yang diteliti

pada penulisan tesis ini semuanya mempertimbangkan keterangan saksi.

Ad.d. Keterangan Terdakwa

Berdasarkan Pasal 184 ayat (1) KUHAP huruf e. keterangan terdakwa

digolongkan sebagai alat bukti. Keterangan terdakwa adalah apa yang dinyatakan

terdakwa di sidang tentang perbuatan yang dia lakukan atau yang dia ketahui sendiri

atau yang dia alami sendiri, ini diatur dalam Pasal 189 KUHAP.57 Dalam praktek

keterangan terdakwa sering dinyatakan dalam bentuk pengakuan dan penolakan, baik

sebagian maupun keseluruhan terhadap dakwaan penuntut umum dan keterangan

yang disampaikan oleh para saksi. Keterangan terdakwa juga merupakan jawaban

atas pertanyaan baik yang diajukan oleh penuntut umum, hakim maupun penasehat

hukum. Keterangan terdakwa dapat meliputi keterangan yang berupa penolakan dan

keterangan yang berupa pengakuan atas semua yang didakwakan kepadanya. Dengan

demikian, keterangan terdakwa yang dinyatakan dalam bentuk penolakan atau

penyangkalan sebagaimana sering dijumpai dalam praktek persidangan, boleh juga

dinilai sebagai alat bukti.58

57

Kuffal, Penerapan KUHAP Dalam Praktik Hukum, (Malang: UMM Press, 2008), hlm. 25. 58

(8)

Ad.e. Barang-barang Bukti

Barang bukti adalah barang yang dipergunakan oleh terdakwa untuk

melakukan suatu tindak pidana atau barang sebagai hasil dari suatu tindak pidana.59

barang-barang ini disita oleh penyidik untuk dijadikan sebagai bukti dalam sidang

pengadilan. Barang yang digunakan sebagai bukti yang diajukan dalam sidang

pengadilan bertujuan untuk menguatkan keterangan saksi, keterangan ahli, dan

keterangan terdakwa untuk membuktikan kesalahan terdakwa.60

Barang-barang bukti yang dibicarakan di sini adalah semua benda yang

dapat dikenakan penyitaan dan yang diajukan oleh penuntut umum di persidangan

yang meliputi:61

1. Benda atau tagihan tersangka atau terdakwa yang seluruh atau sebagian diduga

atau diperoleh dari tindak pidana atau sebagai hasil dari tindak pidana.

2. Benda yang dipergunakan secara langsung untuk melakukan tindak pidana atau

untuk mempersiapkan tindak pidana.

3. Benda yang dipergunakan untuk menghalang-halangi penyidikan tindak pidana.

4. Benda khusus dibuat atau diperuntukkan melakukan tindak pidana.

5. Benda lain yang mempunyai hubungan langsung dengan tindak pidana.

Barang-barang bukti yang dimaksud di atas tidak termasuk dalam alat bukti

karena menurut KUHAP menetapkan hanya lima macam alat bukti yaitu keterangan

saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk dan keterangan terdakwa. Walaupun barang

bukti bukan sebagai alat bukti namun penuntut umum menyebutkan barang bukti itu

didalam surat dakwaannya yang kemudian mengajukannya kepada hakim dalam

pemeriksaan, baik kepada terdakwa maupun kepada saksi bahkan bila perlu hakim

59

Ansori Sabuan, dkk, Hukum Acara Pidana, (Bandung: Angkasa, 1990), hlm. 182. 60

Jur Andi Hamzah, Terminologi Hukum Pidana, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hlm. 20. 61

(9)

membuktikannya dengan membacakannya atau memperlihatkan surat atau berita

acara kepada terdakwa atau saksi dan selanjutnya minta keterangan seperlunya

tentang hal itu.62

Adanya barang bukti yang diperlihatkan pada persidangan akan menambah

keyakinan hakim dalam menilai benar tidaknya perbuatan yang didakwakan kepada

terdakwa dan sudah barang tentu hakim akan lebih yakin apabila barang bukti itu

dikenal dan diakui oleh terdakwa maupun para saksi.

Ad.f. Pasal-Pasal dalam Undang-Undang Narkotika

Hal yang sering terungkap di persidangan adalah pasal-pasal yang dikenakan

untuk menjatuhkan pidana kepada terdakwa. Pasal-pasal ini bermula dan terlihat

dalam surat dakwaan yang diformulasikan oleh penuntut umum sebagai ketentuan

hukum narkotika yang dilanggar oleh terdakwa. Dalam persidangan, pasal-pasal

dalam undang-undang narkotika itu selalu dihubungkan dengan perbuatan

terdakwa.63Penuntut umum dan hakim berusaha untuk membuktikan dan memeriksa

melalui alat-alat bukti tentang apakah perbuatan terdakwa telah atau tidak memenuhi

unsur-unsur yang dirumuskan dalam pasal undang-undang tentang narkotika. Apabila

ternyata perbuatan terdakwa memenuhi unsur-unsur dari setiap pasal yang dilanggar,

berarti terbuktilah menurut hukum kesalahan terdakwa melakukan perbuatan seperti

dalam pasal yang didakwakan kepadanya.64

62

Lihat Pasal 181 ayat (13) Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana. 63

repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4748/1/09E01948.pdf, diakses Rabu, 12 September 2012.

(10)

Menurut Pasal 197 huruf e KUHAP salah satu yang harus dimuat dalam

surat putusan pemidanaan adalah pasal peraturan perundang-undangan yang menjadi

dasar pemidanaan. Pasal-pasal yang didakwakan oleh penuntut umum menjadi dasar

pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan. Keseluruhan putusan hakim yang

diteliti dalam penulisan tesis ini, memuat pertimbangan tentang pasal-pasal dalam

undang-undang narkotika yang dilanggar oleh terdakwa. Tidak ada satu putusanpun

yang mengabaikannya. Hal ini dikarenakan pada setiap dakwaan penuntut umum,

pasti menyebutkan pasal-pasal yang dilanggar oleh terdakwa, yang berarti fakta

tersebut terungkap di persidangan menjadi fakta hukum.

2. Pertimbangan non yuridis

Di samping pertimbangan yang bersifat yuridis hakim dalam menjatuhkan

putusan membuat pertimbangan yang bersifat non yuridis. Pertimbangan yuridis saja

tidaklah cukup untuk menentukan nilai keadilan dalam pemidanaan anak dibawah

umur, tanpa ditopang dengan pertimbangan non yuridis yang bersifat sosiologis,

psikologis, kriminologis dan filosofis.65

65

Bunadi Hidayat, Pemidanaan Anak Di Bawah Umur, (Bandung: PT. Alumni, 2009), hlm. 93.

Pertimbangan non-yuridis oleh hakim

dibutuhkan oleh karena itu, masalah tanggung jawab hukum yang dilakukan oleh

anak dibawah umur tidaklah cukup kalau hanya didasarkan pada segi normatif, visi

kerugiannya saja, tetapi faktor intern dan ekstern anak yang melatarbelakangi anak

dalam melakukan kenakalan atau kejahatan juga harus ikut dipertimbangkan secara

(11)

belakang social mengapa seorang anak melakukan suatu tindak pidana, aspek

psikologis berguna untuk mengkaji kondisi psikologis anak pada saat anak

melakukan suatu tindak pidana dan setelah menjalani pidana sedangkan aspek

kriminologi diperlukan untuk mengkaji sebab-sebab seorang anak melakukan tindak

pidana dan bagaimana sikap serta prilaku anak yang melakukan tindak pidana,

dengan demikian hakim diharapkan dapat memberikan putusan yang adil sesuai

dengan kebutuhan anak.66

Masalah perilaku, kejiwaan dan kondisi sosial seseorang sangatlah sulit

diukur secara eksak dan diselesaikan secara zakelijk. Untuk itu, sebagai profil hukum

pidana anak yang arif harus mampu mengadakan pendekatan sosial (sosiological

approach) yang sesuai terhadap anak yang telah melakukan tindak pidana untuk

mengetahui kondisi anak yang sebenarnya, misalnya: kelabilan jiwanya, tingkat

pendidikan, sosial ekonominya, sosial budayanya di rumah, di sekolah, dan di

masyarakat. Langkah ini perlu diambil agar hakim dapat membuat keputusan yang

sesuai, tidak merugikan perkembangan jiwa dan masa depan anak.67 Jika hakim

dalam putusannya hanya mendasarkan pada pertimbangan yuridis saja dapat

menyebabkan kerugian terhadap kehidupan anak,68

tetapi juga tindakan hakim itu

67

Bunadi Hidayat, Op.Cit., hlm. 94.

68

(12)

dapat disebut sebagai stigmatic maker's decision for children (pembuat stigma

keputusan untuk anak-anak).69

Sejak adanya sangkaan atau diadakan penyidikan sampai diputuskan

pidananya dan menjalani putusan tersebut, anak harus didampingi oleh petugas sosial

yang membuat Case Study tentang anak dalam sidang. Pembuatan laporan sosial yang

dilakukan oleh sosial worker ini merupakan yang terpenting dalam sidang anak, yang

sudah berjalan ialah pembuatan Case Study oleh petugas Bimbingan Kemasyarakatan

dan Pengentasan Anak.70

Peran BAPAS yang dilakukan oleh Pembimbing Kemasyarkatan (PK) juga

dapat ditemukan pada Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan

Anak Bab IV Pasal 34 ayat 1 yang menyatakan bahwa Pembimbing Kemasyarakatan

bertugas:

a. Membantu memperlancar tugas penyidik, penuntut umum dan Hakim dalam

perkara anak nakal, baik didalam maupun di luar siding anak dengan

membuat laporan hasil penelitian kemasyarakatan (LITMAS).

b. Membimbing, membantu dan mengurus anak nakal berdasarkan putusan

pengadilan yang menjatuhi pidana bersyarat, pidana pengawasan, pidana

denda diserahkan kepada Negara dan harus mengikuti latihan kerja atau

yang memperoleh pembebasan bersyarat dari Lembaga Pemasyarakatan.

tidak cukup didasarkan pada pertimbangan yuridis, tetapi lebih bijaksana apabila didasarkan pada pertimbangan non yuridis, seperti pertumbuhan fisik, mental dan spiritual anak.

69

Op.Cit.

70

(13)

Adapun yang tercantum dalam case study ialah gambaran keadaan si anak,

berupa:71

a. Masalah sosialnya;

b. Kepribadiannya;

c. Latar belakang kehidupannya, misalnya:

1) Riwayat sejak kecil;

2) Pergaulannya diluar dan di dalam rumah;

3) Keadaan rumah tangga si anak;

4) Hubungan antara bapak, ibu dan si anak;

5) Latar belakang saat dilakukannya tindak pidana tersebut.

Laporan hasil penelitian kemasyarakatan tersebut sebagai salah satu bahan

pertimbangan Hakim dalam memutuskan perkara anak. Dalam Pasal 59 ayat (2)

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak Hakim wajib

mempertimbangkan laporan penelitian kemasyarakatan.

Bunyi Pasal 52 ayat (2), yaitu:

“Putusan sebagaiman yang dimaksud dengan ayat (1) wajib

mempertimbangkan laporan penelitian kemasyarakatan”

Hakim wajib mempertimbangkan laporan penelitian kemasyarakatan

tersebut karena dalam menetukan sanksi yang akan dijatuhkan kepada anak nakal,

hakim mempunyai pilihan antara lain menjatuhkan sanksi (Pasal 23) atau mengambil

tindakan (Pasal 24).Secara teoritis pilihan-pilihan sanksi yang dapat dijatuhakan

kepada anak adalah untuk mengambil keputusan yang terbaik untuk anak. Anak yang

berkonflik dengan hukum secara sosiologis tidak dapat dinyatakan salah sendiri

71Ibid

(14)

karena ia belum menyadari akibat dari tindakannya dan belum dapat memilih mana

tindakan yang baik dan mana tindakan yang tidak baik bagi dirinya maupun bagi

orang lain.72

Pelanggaran pidana oleh anak lebih merupakan kegagalan proses sosialisasi

dan lemahnya pengendalian sosial terhadap anak. Oleh karena itu keputusan hakim

dalam perkara anak harus mempertimbangkan keadaan anak yang sesungguhnya atau

realitas sosial anak tersebut, bukan hanya melihat aspek pidananya saja.73

Meskipun Hakim wajib mempertimbangkan Laporan Penelitian

Kemasyarakatan, namun dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tidak

menjelaskan alasan Laporan pembimbing Kemasyarakatan ini diwajibkan untuk

dipertimbangkan Hakim dalam mengambil keputusannya. Hakim tidak terikat penuh

pada laporan penelitian tersebut, hanya merupakan bahan pertimbangan bagi Hakim

untuk mengetahui latar belakang anak melakukan kenakalan. Hakim pengadilan

dalam mengambil keputusan lebih terfokus pada hasil pemeriksaan di depan sidang

pengadilan. Akan tetapi, pada Pasal 60 ayat (3) dan ayat (4) Undang-Undang Nomor

11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak menggantikan Udang-Undang

Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak menjelaskan bahwa hakim wajib

mempertimbangkan laporan penelitian kemasyarakatan apabila laporan penelitian

Sabtu, 11 Agustus 2012.

(15)

kemasyarakatan tidak dipertimbangan dalam putusan hakim, putusan batal demi

hukum.74

Hakim yang menangani perkara pidana anak sedapat mungkin mengambil

tindakan yang tidak memisahkan anak dari orangtuanya, atas pertimbangan bahwa

rumah yang jelek lebih baik dari Lembaga Pemasyarakatan Anak yang baik (a bad

home is better than a good institution/prison). Hakim seyogianya benar-benar teliti

dan mengetahui segala latar belakang anak sebelum sidang dilakukan. Dalam

mengambil putusan, hakim harus benar-benar memperhatikan kedewasaan emosional,

mental, dan intelektual anak. Dihindarkan putusan hakim yang mengakibatkan

penderitaan batin seumur hidup atau dendam pada anak, atas kesadaran bahwa

putusan hakim bermotif perlindungan.75

3. Pertimbangan yang memberatkan dan meringankan

Penjatuhan pidana terhadap anak pelaku tindak pidana pengguna narkotika

di Pengadilan Negeri Medan yang dilakukan oleh hakim memuat hal-hal yang

memberatkan dan meringankan. Hal ini memang sudah ditentukan dalam Pasal 197

ayat (1) KUHAP yang menyebutkan putusan pemidanaan memuat keadaan yang

memberatkan dan yang meringankan terdakwa.

a. Hal-hal yang Memberatkan Pidana dalam KUHP

74

Lihat Pasal 60 ayat (3) dan (4) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.

75

(16)

KUHP hanya mengatur hal-hal yang dijadikan alasan memberatkan pidana,

yaitu sedang memangku suatu jabatan (Pasal 52 KUHP), recidive atau pengulangan,

dan Gabungan atau samenloop (Titel 6 Buku 1 KUHP).

1) Jabatan

Pemberatan karena jabatan ditentukan dalam Pasal 52 KUHP yang

rumusannya sebagai berikut: “ bilamana seseorang pejabat karena melakukan

tindakan pidana, melanggar suatu kewajiban khusus dari jabatannya atau pada waktu

melakukan tindak pidana memakai kekuasaan, kesempatan atau sarana yang

diberikan kepadanya karena jabatannya, pidananya dapat ditambah sepertiganya.”

Dasar pemberatan pidana tersebut dalam Pasal 52 KUHP adalah terletak

pada keadaan jabatan dari kualitas si pembuat (pejabat atau pegawai negeri)

mengenai 4 (empat) hal, ialah:76

a) Melanggar suatu kewajiban khusus dari jabatannya.

Dalam hal ini yang dilanggar oleh pegawai negeri dalam melakukan tindak pidana itu adalah kewajiban khusus dari jabatan dan bukan kewajiban umum. Suatu jabatan public yang dipangku oleh seorang pegawai negeri terdapat satu kewajiban khusus yang merupakan suatu kewajiban yang berhubungan erat dengan tugas pekerjaan tertentu dari suatu jabatan.

b) Melakukan tindak pidana dengan menggunakan kekuasaan dari jabatnnya.

Suatu jabatan, in casu jabatan public di samping membebankan kewajiban khususnya dari kewajiban umum dari jabatannya, juga memiliki status kekuasaan jabatan, suatu kekuasaan yang melekat yang timbul dari jabatan yang dipangku. Kekuasaan yang dimilikinya ini dapat disalahgunakan pemangkunya untuk melakukan suatu kejahatan tertentu yang berhubungan dengan kekuasaan itu.

c) Menggubakan kesempatan karena jabatannya.

Pegawai negeri dalam melaksanakan tugas pekerjaannya berdasarkan hak dan kewajiban jabatan yang dipangkunya, manakala memiliki suatu waktu (timing) yang tepat untuk melakukan perbuatan yang melanggar

76

(17)

undang, apabila kesempatan ini disalahgunakan untuk melakukan tindak pidana itu, maka ia dipidana dengan dapat diperberat 1/3 nya dari ancaman pidana maksimum yang ditentukan dalam pidana yang dilakukannya tersebut.

d) Menggunakan sarana yang diberikan karena jabatannya.

Seorang pegawai negeri dalam menjalankan kewajiban dan tugas jabatannya diberikan sarana-sarana tertentu, dan sarana mana dapat digunakan untuk melakukan tindak pidana tertentu. Di sini dapat diartikan menyalahgunakan

sarana dari jabatannya untuk melakukan suatu tindak pidana.77

2) Pengulangan (Recidive)

Pengulangan tindak pidana dalam KUHP tidak diatur secara umum dalam

“Aturan Umum” Buku I, tetapi diatur secara khusus untuk sekelompok tindak pidana

tertentu baik yang berupa kejahatan didalam Buku II maupun yang berupa

pelanggaran didalam Buku III. Disamping itu KUHP juga mensyaratkan tenggang

waktu pengulangan yang tertentu. Dengan demikian KUHP menganut sistem

Recidive Khusus artinya pemberatan pidana hanya dikenakan pada pengulangan

jenis-jenis tindak pidana (kejahatan/pelanggaran) tertentu saja dan yang dilakukan

dalam tenggang waktu tertentu.78

Seseorang yang sering melakukan perbuatan pidana dan karena dengan

perbuatan-perbuatannya itu telah dijatuhi pidana bahkan telah sering dijatuhi pidana

disebut recidivist. Istilah residive itu menunjuk kepada orang yang melakukan

(18)

Menurut doktrin yang menganut ajaran recidive dilihat dari sudut sifat

pemberatan pidana, itu dapat digolongkan sebagai berikut:79

a) General recidive atau recidive umum, yaitu apabila seseorang melakukan

kejahatan dan kejahatan tersebut telah dijatuhi pidana, maka apabila setelah bebas menjalani pidananya, kemudian ia melakukan kejahatan lagi yang dapat merupakan bentuk kejahatan, semacam apa pun.

b) Speciale recidive atau recidive khusus, yaitu apabila seseorang melakukan

kejahatan dan terhadap kejahatan itu telah dijatuhi pidana ileh hakim, kemudian pelaku melakukan kejahatan yang sama atau sejenis.

c) Tuksen stelsel, yaitu apabila seseorang melakukan kejahatan, misalnya

pencurian, setelah diputus dengan dijatuhi pidana dan bebas menjalani pidananya, pelaku mengulangi perbuatan pidana, yang merupakan golongan tertentu menurut undang-undang, misalnya penggelapan atau penipuan.

3) Penggabungan (Concursus)

Gabungan melakukan tindak pidana sering diistilahkan dengan concursus

atau samenloop. Samenloop adalah satu orang melakukan satu perbuatan pidana. satu

satu orang melakukan beberapa perbuatan kejahatan dan atau pelanggaran dan

bbeberapa delik itu belum dijatuhi hukuman dan keputusan hakim dan beberapa delik

itu akan diadili sekaligus. Titel 6 Buku I mengatur tentang gabungan atau samenloop

atau keebalikan dari deelneming (turut serta). gabungan (samenloop) adalah orang

yang melakukan beberapa peristiwa pidana.80

b. Hal-hal yang memberatkan pada Putusan Pengadilan

Hal-hal yang memberatkan yang dipertimbangkan oleh hakim untuk

menjatuhkan pidana dari lima putusan yang diteliti dalam penulisan tesis ini.

Terhadap anak pelaku tindak pidana pengguna narkotika, yaitu:

79

Marlina, Op.Cit., hlm. 150. 80

(19)

1) Meresahkan mayarakat

1 (satu) dari 5 (lima) putusan yang diteliti dalam penulisan tesis ini memuat hal

yang memberatkan adalah perbuatan terdakwa meresahkan masyarakat, yaitu terdapat

pada putusan dengan nomor register 357/Pid.B/2010/PN.Mdn.

2) Bertentangan dengan program pemerintah memberantas narkotika

Pada 4 (empat) Putusan Pengadilan yang memberatkan terdakwa adalah

perbuatan terdakwa bertentangan dengan program pemerintah untuk memeberantas

narkotika, yaitu: Perkara Nomor 2.278/Pid.B/2010/PN.Mdn, Nomor

2.513/Pid.B/2010/PN.Mdn, Nomor 827/Pid.B/2011/PN.Mdn, Nomor

1.101/Pid.B/2011.

c. Hal-hal yang meringankan

Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) alasan-alasan yang

meringankan pidana adalah:

1) Percobaan (Pasal 53 ayat (2 dan 3).

2) Membantu atau medeplichgqheid (Pasal 57 ayat (1 dan 2)).

3) Belum dewasa atau minderjarigheid (Pasal 47).

Menurut J. E. Sahetapy, hal-hal meringankan dalam persidangan adalah:81

1) Sikap correct dan hormat terdakwa terhadap pengadilan, dan pengakuan

terus terang sehingga memperlancar jalannya persidangan.

2) Pada kejahatannya tersebut tidak ada motif yang berhubungan dengan latar

belakang publik.

3) Dalam persidangan, terdakwa telah menyatakan penyesalan atas

perbuatannya

81

(20)

4) Terdakwa tidak terbukti ikut usaha percobaan beberapa oknum yang akan dengan kekerasan melarikan diri dari penjara.

5) Terdakwa belum pernah dihukum tersangkut perkara kriminal.

Pada 5 (lima) putusan hakim terhadap anak pelaku tindak pidana pengguna

narkotika hal-hal yang meringankan adalah sebagai berikut:

1) Belum pernah dihukum.

2) Menyesali perbuatannya.

3) Mengakui perbuatannya.

4) Usia Muda.

5) Bersikap sopan di pengadilan.

B.Pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan terhadap anak pelaku tindak pidana narkotika Pengadilan Negeri Medan

1. Putusan Pengadilan

a. Putusan Nomor 357/Pid.B/2010/PN.Mdn

1) Menimbang bahwa Jaksa Penuntut Umum dalam tuntutan pidana

terhadap terdakwa pada pokoknya sebagai berikut:

a) Terdakwa I Masriza Fitrano, Terdakwa II Agus Sofyan dan Terdakwa

III Alin Mukdin Mekis terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah

melakukan tindak pidana “penyalahgunaan narkotika Golongan I bagi

diri sendiri secara bersama-sama” melanggar Pasal 127 ayat (1) huruf a

(21)

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak jo Pasal 55

ayat (1) ke-1 KUHP Tentang Narkotika dalam dakwaan kedua.

b) Menghukum Terdakwa I Masriza Fitrano, Terdakwa II Agus Sofyan

dan Terdakwa III Alin Mukdin Mekis dengan pidana penjara

masing-masing selama 10 (sepuluh) bulan dikurangi selama terdakwa berada

dalam tahanan.

c) Menetapkan Barang bukti berupa 1 (satu) tumpukan kecil terdiri dari

daun biji dan batang diduga ganja dan 1 (satu) batang puntungan rokok

Ten Mild berlapis kertas tiktak diduga bercampur ganja seberat 1,10

(satu koma sepuluh) gram dirampas untuk dimusnahkan.

d) Menghukum Terdakwa I Masriza Fitrano, Terdakwa II Agus Sofyan

dan Terdakwa III Alin Mukdin Mekis membayar biaya perkara sebesar

Rp. 1000,- (seribu rupiah).

2) Menimbang, bahwa atas tuntutan pidana tersebut para terdakwa telah

mengajukan permohonan yang pada pokoknya mohon agar dijatuhi

hukuman yang seringan-ringannya;

3) Menimbang bahwa para terdakwa didakwa Jaksa Penuntut Umum

berdasarkan surat dakwaan tanggal 28 Januari 2010 No. Reg. Perkara :

PDM: 187/ Ep.2/01/2010 yang bunyinya sebagai berikut:

a) Bahwa benar para terdakwa melakukan tindak pidana sebagaimana

(22)

4) Menimbang bahwa untuk menguatkan dakwaan tersebut, Jaksa Penuntut

Umum telah mengajukan saksi, yaitu:

a) Zulkarnain.

b) Roto Agustono.

c) Roky Sirait.

Saksi tersebut memberikan keterangan dibawah sumpah yang pada

pokoknya sama dengan keterangan dalam Berita Acara yang dibuat oleh

Penyidik;

5) Menimbang, bahwa para terdakwa dipersidangan telah memberikan

keterangan yang pada pokoknya sama dengan keterangan dalam Berita

Acara yang dibuat oleh Penyidik;

6) Menimbang, bahwa berdasarkan keterangan saksi dan keterangan para

terdakwa dihubungkan dengan barang bukti, hakim berpendapat bahwa

para terdakwa telah melakukan perbuatan yang memenuhi semua unsur

dari Pasal 127 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009

Jo. Pasal 55 (1) ke-1 KUHP.

7) Menimbang bahwa oleh karena itu para terdakwa dinyatakan terbukti

secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana, oleh

karenanya harus dijatuhi pidana sebagaimana disebutkan dalam amar

putusan ini.

8) Menimbang, bahwa hakim dalam persidangan tidak menemukan alasan

(23)

dipertanggungjawabkan atas perbuatan yang dilakukan, karena itu

terdakwa harus dijatuhi pidana;

9) Menimbang, bahwa karena terdakwa berada dalam tahanan, maka masa

penahanan yang telah dijalani para terdakwa dikurangkan seluruhnya dari

pidana yang dijatuhkan dan memerintahkan pula agar terdakwa tetap

berada dalam tahanan.

10) Menimbang, bahwa mengenai barang bukti yang diajukan oleh Jaksa

Penutut Umum dipersidangan akan ditetapkan dalam amar putusan ini.

11) Menimbang, bahwa oleh karena para terdakwa dinyatakan bersalah, maka

para terdakwa dibebani untuk membayar biaya perkara ini.

12) Menimbang, bahwa sebelum para terdakwa dijatuhi pidana perlu

dipertimbangkan hal-hal yang memberatkan dan meringankan:

Hal-hal yang memberatkan:

a) Perbuatan para terdakwa dapat meresahkan masyarakat;

b) Perbuatan para terdakwa menghambat program pemerintah dalam

memberantas narkotika.

Hal-hal yang meringankan:

a) Para terdakwa mengaku terus terang dan berjanji tidak akan

mengulangi perbuatannya dan menyesal.

13) Menimbang, bahwa dengan mempertimbangkan segala sesuatu yang

termuat dalam berita acara persidangan ini dianggap merupakan bagian

(24)

b. Putusan Nomor 2.278/Pid.B/2010/PN.Mdn

1) Menimbang bahwa Jaksa Penuntut Umum dalam tuntutan pidana

terhadap terdakwa pada pokoknya sebagai berikut:

a) Menyatakan Hilman Bahari Pranata Ginting terbukti secara sah dan

meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “secara tanpa hak dan

melawan hukum menggunakan narkotika Golongan I bagi diri sendiri”

sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 127 ayat (1) huruf

a Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika

b) Menghukum terdakwa Hilman Bahari Pranata Ginting selama 9

(sembilan) bulan dikurangi selama masa tahanan.

c) Menetapkan Barang bukti berupa 1 (satu) bungkus plastik klip kecil

berisikan Narkotika jenis shabu-shabu seberat 0.3 (nol koma tiga)

gram dirampas untuk dimusnahkan.

d) Menetapkan agar terdakwa Hilman Bahari Pranata Ginting membayar

biaya perkara sebesar Rp. 1000,- (seribu rupiah).

2) Menimbang, bahwa atas tuntutan pidana tersebut terdakwa telah

mengajukan permohonan yang pada pokoknya mohon agar dijatuhi

hukuman yang seringan-ringannya;

3) Menimbang bahwa terdakwa didakwa Jaksa Penuntut Umum berdasarkan

surat dakwaan tanggal 14 Juli 2010 No. Reg. Perkara : PDM: 1124/

(25)

a) Bahwa benar terdakwa melakukan tindak pidana sebagaimana dalam

dakwaan Jaksa Penuntut Umum.

4) Menimbang bahwa untuk menguatkan dakwaan tersebut, Jaksa Penuntut

Umum telah mengajukan saksi-saksi, yaitu:

a) Suherman.

b) Heryadi.

Saksi-saksi tersebut memberikan keterangan dibawah sumpah yang pada

pokoknya sama dengan keterangan dalam Berita Acara yang dibuat oleh

Penyidik;

5) Menimbang, bahwa terdakwa dipersidangan telah memberikan

keterangan yang pada pokoknya sama dengan keterangan dalam Berita

Acara yang dibuat oleh Penyidik;

6) Menimbang, bahwa berdasarkan keterangan saksi-saksi dan keterangan

terdakwa dihubungkan dengan barang bukti, hakim berpendapat bahwa

terdakwa telah melakukan perbuatan yang memenuhi semua unsur dari

Pasal 127 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009;

7) Menimbang bahwa oleh karena itu terdakwa dinyatakan terbukti secara

sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana, oleh karenanya

harus dijatuhi pidana sebagaimana disebutkan dalam amar putusan ini.

8) Menimbang, bahwa hakim dalam persidangan tidak menemukan alasan

pemaaf atau alasan pembenar dan terdakwa dapat dipertanggungjawabkan

(26)

9) Menimbang, bahwa karena terdakwa berada dalam tahanan, maka masa

penahanan yang telah dijalani para terdakwa dikurangkan seluruhnya dari

pidana yang dijatuhkan dan memerintahkan pula agar terdakwa tetap

berada dalam tahanan.

10) Menimbang, bahwa mengenai barang bukti yang diajukan oleh Jaksa

Penutut Umum dipersidangan akan ditetapkan dalam amar putusan ini.

11) Menimbang bahwa oleh karena para terdakwa dinyatakan bersalah, maka

terdakwa dibebani untuk membayar biaya perkara ini.

12) Menimbang, bahwa sebelum terdakwa dijatuhi pidana perlu pertimbangan

hal-hal yang memberatkan dan meringankan;

Hal yang memberatkan:

a) Bahwa perbuatan terdakwa bertentangan dengan program pemerintah

yang sedang giat-giatnya memberantas peredaran narkotika.

Hal yang meringankan

a) Terdakwa mengakui perbuatannya secara terus terang dan

menyesalinya.

13) Menimbang, bahwa dengan mempertimbangkan segala sesuatu yang

termuat dalam berita acara persidangan ini dianggap merupakan bagian

yang tidak terlepas dari putusan ini.

(27)

1) Menimbang bahwa Jaksa Penuntut Umum dalam tuntutan pidana

terhadap terdakwa pada pokoknya sebagai berikut:

a) Menyatakan terdakwa Hamdani als Budiarto terbukti secara sah dan

meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “penyalahgunaan

narkotika Golongan I bagi diri sendiri” sebagaimana diatur dan

diancam pidana melanggar Pasal 127 ayat (1) huruf a Undang-undang

Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika jo Undang-Undang Nomor

3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak.

b) Menghukum terdakwa Hamdani als Budiarto selama 10 (sepuluh)

bulan dikurangi selama masa tahanan.

c) Menetapkan Barang bukti berupa 1 (satu) puntung yang bercampur

ganja yang telah dibakar, dirampas untuk dimusnahkan.

d) Menetapkan agar terdakwa membayar biaya perkara sebesar Rp.

1000’, (seribu rupiah).

2) Menimbang, bahwa atas tuntutan pidana tersebut terdakwa telah

mengajukan permohonan yang pada pokoknya mohon agar dijatuhi

hukuman yang seringan-ringannya;

3) Menimbang bahwa terdakwa didakwa Jaksa Penuntut Umum berdasarkan

surat dakwaan tanggal 5 Agustus 2010 No. Reg. Perkara : PDM:

503/RP.9/Ep.1/08/2010 yang bunyinya sebagai berikut:

a) Bahwa benar para terdakwa melakukan tindak pidana sebagaimana

(28)

4) Menimbang bahwa untuk menguatkan dakwaan tersebut, Jaksa Penuntut

Umum telah mengajukan saksi-saksi, yaitu:

a) F. Sitanggang.

b) M. Yahya.

c) Azmi Kurnia.

d) A. Butar-Butar.

Saksi-saksi tersebut memberikan keterangan dibawah sumpah yang pada

pokoknya sama dengan keterangan dalam Berita Acara yang dibuat oleh

Penyidik;

5) Menimbang, bahwa terdakwa dipersidangan telah memberikan

keterangan yang pada pokoknya sama dengan keterangan dalam Berita

Acara yang dibuat oleh Penyidik;

6) Menimbang, bahwa berdasarkan keterangan saksi-saksi dan keterangan

terdakwa dihubungkan dengan barang bukti, hakim berpendapat bahwa

para terdakwa telah melakukan perbuatan yang memenuhi semua unsur

dari Pasal 127 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009

Jo. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak.

7) Menimbang bahwa oleh karena itu terdakwa dinyatakan terbukti secara

sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana, oleh karenanya

(29)

8) Menimbang, bahwa hakim dalam persidangan tidak menemukan alasan

pemaaf atau alasan pembenar dan terdakwa dapat dipertanggungjawabkan

atas perbuatan yang dilakukan, karena itu terdakwa harus dijatuhi pidana;

9) Menimbang, bahwa karena terdakwa berada dalam tahanan, maka masa

penahanan yang telah dijalani para terdakwa dikurangkan seluruhnya dari

pidana yang dijatuhkan dan memerintahkan pula agar terdakwa tetap

berada dalam tahanan.

10) Menimbang, bahwa mengenai barang bukti yang diajukan oleh Jaksa

Penutut Umum dipersidangan akan ditetapkan dalam amar putusan ini.

11) Menimbang bahwa oleh karena para terdakwa dinyatakan bersalah, maka

terdakwa dibebani untuk membayar biaya perkara ini.

12) Menimbang, bahwa sebelum terdakwa dijatuhi pidana perlu pertimbangan

hal-hal yang memberatkan dan meringankan;

Hal yang memberatkan:

a) Perbuatan terdakwa bertentangan dengan program pemerintah yang

sedang giat-giatnya memberantas peredaran narkotika.

Hal yang meringankan

a) Terdakwa masih anak-anak;

b) Terdakwa mengakui perbuatannya secara terus terang dan tidak

(30)

13) Menimbang, bahwa dengan mempertimbangkan segala sesuatu yang

termuat dalam berita acara persidangan ini dianggap merupakan bagian

yang tidak terlepas dari putusan ini.

d. Putusan Nomor 827/Pid.B/2011/PN.Mdn

1) Setelah mendengar pembacaan tuntutan pidana dari Penuntut Umum

tertanggal 13 April 2011 yang pada pokoknya adalah sebagai berikut:

a) Menyatakan terdakwa Terdakwa I Rudi Hartono Nainggolangan dan

terdakwa II Agung Prabowo telah terbukti secara sah dan meyakinkan

bersalah melakukan tindak pidana “penyalahgunaan narkotika

Golongan I bagi diri sendiri turut serta” sebagaimana diatur dan

diancam pidana melanggar Pasal 127 ayat (1) huruf a Undang-Undang

Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika Jo Undang-Undang Nomor

3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak jo Pasal 55 ayat (1) ke-1

KUHP.

b) Menghukum Terdakwa I Rudi Hartono Nainggolangan dan terdakwa II

Agung Prabowo dengan pidana penjara masing-masing 4 (empat)

tahun.

c) Menetapkan penahanan yang dijalani para terdakwa dikurangkan

seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan.

(31)

e) Menyatakan Barang bukti berupa ganja seberat 1,4 (satu koma empat)

gram sisa hasil penelitian labkrim POLDA Sumatera Utara (dari 2

(dua) bungkus kecil yang disita) yang dikembalikan kepada penyidik

untuk dijadikan barang bukti dalam perkara ini dirampas untuk

dimusnahkan.

f) Menetapkan agar para membayar biaya perkara masing-masing

sebesar Rp. 1000,- (seribu rupiah).

2) Setelah mendengarkan pembelaan Penasehat Hukum terdakwa yang

disampaikan dipersidangan pada tanggal 20 April 2011 yang pada

pokoknya memohon:

a) Menjatuhkan pidana bersyarat dalam sistem pemidanaan yang terdapat

dalam Pasal 14 huruf a sampai dengan huruf f KUHP Jo Pasal 29

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak

kepada terdakwa Agung Prabowo.

b) Mengembalikan terdakwa Agung Prabowo kepada orang tuanya sesuai

dengan ketentuan Pasal 24 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 3

Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak.

c) Memulihkan hak-hak terdakwa dan atau setidaknya terdakwa

menjalani pemidanaan rehabilitasi.

d) Membebankan biaya perkara kepada Negara.

e) Atau apabila majelis hakim berpendapat lain mohon putusan yang

(32)

3) Setelah memperhatikan replik dari penuntut umum serta secara lisan dan

duplik dari penasihat hukum terdakwa, yang pada pokonya

masing-masing pada pendiriannya semula.

4) Menimbang, bahwa para terdakwa diajukan ke persidangan dengan

dakwaan Penuntut Umum pada tanggal 23 Maret 2011 No. Reg. Perkara :

PDM: 467/Ep.2/Mdn/03/2011, sebagai berikut:

KESATU:

Bahwa mereka terdakwa yaitu Terdakwa I Rudi Hartono Nainggolan dan

Terdakwa II Agung Prabowo pada hari jumat tanggal 11 Pebruari 2011

sekira pukul 13.00 Wib atau setidak-tidaknya pada waktu-waktu lain

didalam tahun 2011 bertempat dijalan Mesjid Taufik Medan atau

setidak-tidaknya disuatu tempat yang termasuk dalam Daerah Hukum Pengadilan

Negeri Medan, terdakwa –terdakwa melakukan percobaan atau

pemufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana narkotika dan prekusor

narkotika sebagaimana dimaksud dalam Padal 111 dan tanpa hak atau

melawan hukum menanam, memelihara, memiliki, menyimpan,

menguasai atau menyediakan Narkotika Golongan I dalam bentuk

tanaman, perbuatan mana dilakukan terdakwa sebagai berikut:

Pada hari jumat tanggal 11 Februari 2011 sekira pukul 13.00 Wib

bertempat dijalan Mesjid Taufik Medan terdakwa I Rudi Hartono

Nainggolangan baru pulang dari sekolah lalu terdakwa I memanggil

(33)

kemudian Rudi Hartono Nainggolangan mengajak Agung Prabowo

menggunakan ganja sebelumnya kedua terdakwa membeli ganja terlebih

dulu dimana terdakwa I mengatakan pada terdakwa II bahwa uangnya ada

sebesar Rp.8.000,- (delapan ribu rupiah) kemudian meminta uang

terdakwa II sebesar Rp.5.000,- (lima ribu rupiah) dan terdakwa II

memberi uang Rp.5.000,- kepada terdakwa I, selanjutnya Terdakwa I dan

Terdakwa II bersama-sama pergi membeli ganja kepada seseorang yang

terdakwa-terdakwa tidak dikenal (dan dikenal oleh masyarakat adalah

Bandar kecil ganja) lalu membeli ganja sebanyak 2 amp atau bungkus

kecil dengan seharga Rp.13.000,- (tiga belas ribu rupiah) di Jl. Mesjid

Taufik Kec. Medan Perjuangan. Setelah selesai membeli ganja lalu

terdakwa I menggenggam bungkusan ganja tersebut dan berjalan

bersama, terdakwa II dipinggir jalan. Pada saat terdakwa-terdakwa sedang

berjalan tiba-tiba sebuah mobil berhenti disamping terdakwa-terdakwa

lalu 3 orang lelaki petugas polisi berpakaian preman turun dari mobil

kemudian mengatakan kepada terdakwa-terdakwa bahwa mereka adalah

petugas dan mendapat informasi dari masyarakat bahwa

terdakwa-terdakwa baru saja membeli ganja kemudian petugas polisi tersebut

mengatakan kepada terdakwa I supaya segera membuka bungkusan yang

ada genggaman tangannya lalu terdakwa I membuka genggaman

tangannya terus membuka kedua bungkusan adalah ganja yang yang

(34)

kemudian ketiga petugas piolisi tersebut menangkap terdakwa-terdakwa

dan membawanya ke Polsekta Medan Timur.

Barang bukti yang disita dari terdakwa-terdakwa adalah 2 bungkus ganja

dengan berat bruto 1,92 (satu koma Sembilan dua) gram, kemudian

diserahkan penyidik kepada ke laboratorium untuk penelitian, lalu

petugas laboratorium melakukan penelitian dan setelah dilakukan

penelitian maka dibuat Berita Acara Analisis Laboratorium dan hasilnya

menerangkan bahwa barang bukti ganja dengan berat 1,92 (satu koma

Sembilan puluh dua) gram, setelah dianalisis ternyata mengandung

Metamfetamina dan terdaftar dalam golongan I nomor urut 8 pada

Lampiran Undang-Undang. No.35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

Perbuatan terdakwa-terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana

melanggar Pasal 111 ayat (1) Jo. Pasal 132 ayat (1) Undang-Undang.

No.35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

ATAU

KEDUA:

Bahwa mereka terdakwa yaitu Terdakwa I Rudi Hartono Nainggolan dan

Terdakwa II Agung Prabowo pada hari jumat tanggal 11 Pebruari 2011

sekira pukul 13.00 Wib atau setidak-tidaknya pada waktu-waktu lain

didalam tahun 2011 bertempat dijalan Mesjid Taufik Medan atau

setidak-tidaknya disuatu tempat yang termasuk dalam Daerah Hukum Pengadilan

(35)

menyalahgunakan narkotika golongan I bagi diri sendiri, perbuatan mana

dilakukan terdakwa dengan cara sebagaimana diuraikan sebelumnya.

Sebagaimana diatur dan diancam pidana melanggar Pasal 127 ayat (1)

huruf a Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika jo

Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.

5) Menimbang, bahwa untuk membuktikan surat dakwaannya Penuntut

Umum telah mengajukan beberapa orang saksi yang telah disumpah

menurut keyakinan agamanya masing-masing pada pokoknya adalah

sebagai berikut:

a) Saksi Sudarso

(1)Bahwa saksi adalah petugas Kepolisian Sektor Medan Timur

(2)Bahwa saksi menangkap terdakwa oleh karena kami patroli, melihat

terdakwa mencurigakan lalu kami pepet.

(3)Bahwa terdakwa ditangkap pada tanggal 11 Februari 2011 sekitar

pukul 15.00 Wib, tepat hari jumat di Jalan Taufik, Gang Saudara.

(4)Bahwa saksi memepet terdakwa dengan menggunakan mobil dan

menemukan 2 (dua) amplop ganja dari terdakwa.

(5)Bahwa terdakwa membeli ganja itu untuk diisap, dan uang Rudi

Hartono Nainggolan Rp.8.000,- dan Agung Prabowo Rp.5.000,- dan

berjumlah Rp. 13.000,-

(6)Bahwa setelah uang tersebut terkumpul dibelikan ganja dua

(36)

6) Menimbang bahwa terdakwa memberikan keterangan pada pokonya:

a) Rudi Hartono Nainggolan

(1)Terdakwa menerangkan bahwa pada hari Jumat tanggal 11 Februari

2011, sekitar pukul 15.00 Wib, bertempat di Jalan Mesjid Taufik,

Kec. Medan Perjuangan, bersama saudara Agung Prabowo,

ditangkap polisi karena memiliki 2 (dua) bungkus ganja.

(2)Bahwa benar terdakwa sepulang sekolah memanggil Agung

Prabowo, kemudian mengajak mengisap ganja dengan cara terlebih

dahulu membeli secara patungan, terdakwa memiliki uang Rp.

8.000,- dan Agung Prabowo Rp. 5000,- digabung menjadi Rp.

13.000,-.

(3)Bahwa setelah membeli ganja, dan mendapatkan dua bungkus kecil,

tiba-tiba terdakwa disergap oleh polisi. Terdakwa ditangkap dan

dibawa ke Polsek Medan Timur.

(4)Bahwa benar terdakwa mengakui sebelumnya juga pernah

menghisap ganja.

b) Agung Prabowo

(1)Terdakwa menerangkan bahwa pada hari Jumat tanggal 11 Februari

2011, sekitar pukul 15.00 Wib, bertempat di Jalan Mesjid Taufik, Kec.

Medan Perjuangan, bersama saudara Rudi Hartono Nainggolan,

(37)

(2)Bahwa benar sepulang sekolah terdakwa dipanggil Rudi Hartono

Nainggolan,

(3)kemudian mengajak mengisap ganja dengan cara terlebih dahulu

membeli secara patungan, terdakwa memiliki uang Rp. 8.000,- dan

Agung Prabowo Rp. 5000,- digabung menjadi Rp. 13.000,-.

(4)Bahwa setelah membeli ganja, dan mendapatkan dua bungkus kecil,

tiba-tiba terdakwa disergap oleh polisi. Terdakwa ditangkap dan

dibawa ke Polsek Medan Timur.

(5)Bahwa benar terdakwa mengakui sebelumnya juga pernah menghisap

ganja.

7) Menimbang, bahwa dipersidangan telah diperhatikan barang bukti

berupa:

a) Hasil Penelitian Kemayarakatan yang dilakukan oleh Balai

Pemasyarakatan Klas I Medan tanggal 21 Februari 2011 atas nama

terdakwa: Rudi Hartono Nainggolan dan Agung Prabowo, yang

dilakukan oleh Restiana telah dibacakan dipersidangan.

b) Berita Acara Pemeriksaan Laboratorium No. 742 /knf/II/201 tanggal

16 pebruari 2011 dan Hasil Laboratorium memeriksa urine atas nama

Rudi Hartono Nainggolan dan Agung Prabowo mengandung positif

Cannabinoid.

(38)

8) Menimbang, bahwa selanjutnya akan mempertimbangkan mengenai fakta

hukum tersebut diatas yang selanjutnya akan dihubungkan dengan

unsur-unsur tindak pidana yang didakwakan terhadap diri terdakwa sejauhmana

dapat dipertanggungjawabkan kepada terdakwa.

9) Menimbang, bahwa terdakwa diajukan kepersidangan dengan dakwaan

alternatif, pertama melanggar 111 ayat (1) Jo. Pasal 132 ayat (1)

Undang-Undang. No.35 Tahun 2009 tentang Narkotika atau Kedua melanggar

Pasal 127 ayat (1) huruf a Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009

Tentang Narkotika jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.

10) Menimbang bahwa selanjtnya majelis hakim sependapat dengan Jaksa

Penuntut Umum bahwa berdasarkan fakta-fakta dipersidangan perbuatan

terdakwa memenuhi unsur dakwaan alternatif kedua oleh karena itu akan

dipertimbangkan alternatif kedua dari dakwaan Jaksa Penuntu Umum

tersebut.

11) Menimbang bahwa unsur-unsur Pasal 127 ayat (1) huruf a

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika jo Pasal 55 ayat (1)

ke-1 KUHP adalah:

a) Unsur setiap penyalah guna

Bahwa yang dimaksud dengan unsur setiap penyalah guna adalah orang

sebagai subjek hukum yang menyalahgunakan narkotika/ganja dan

kepadanya dapat dipertanggungjawabkan perbuatannya baik orang

(39)

pengamatan dipersidangan secara objektif telah menunjukkan

kemampuan mempunyai fisik dan psikis yang sehat, tidak terbukti adanya

alasan pemaaf untuk dapat mempertanggungjawabkan perbuatannya

secara hukum, dengan demikian unsur sebagai penyalahguna telah

terbukti secara sah dan meyakinkan menurut hukum.

b) Unsur secara bersama-sama menyalahgunakan narkotika golongan I

(ganja) bagi diri sendiri.

Bahwa terdakwa I Rudi Hartono Nainggolangan dan terdakwa II Agung

Prabowo secara bersama-sama Pada hari jumat tanggal 11 Februari 2011

sekira pukul 13.00 Wib sepulang sekolah, bertempat dijalan Mesjid

Taufik Kec. Medan Perjuangan Kodya Medan, secara patungan membeli

narkotika jenis ganja 2 (dua) linting seberat 1,92 (satu koma Sembilan

puluh dua) seharga Rp.13.000,- (tiga belas ribu rupiah). Bahwa tujuannya

narkotika/ganja tersebut akan dijadikan rokok kemudian dihisap bersama

antara kedua terdakwa. Selanjutnya pada saat kedua terdakwa telah

membeli ganja tersebut, kedua terdakwa ditangkap oleh saksi Sudarso,

Toner Siahaan dan Hv. Nababan yang merupakan petugas polisi dari

polsek Medan Timur.

Bahwa hasil penelitian Laboratorium No. Lab. : 742 /knf/II/201 tanggal

16 pebruari 2011 narkotika atau ganja yang dibawa oleh terdakwa

tersebut mengandung cannaboid yang terdaftar dalam lampiran

(40)

12) Menimbang bahwa berdasarkan uraian tersebut diatas perbuatan terdakwa

telah memenuhi unsur-unsur dari dakwaan alternatif kedua, dan oleh

karena itu harus dipidana.

13) Menimbang bahwa hakim sependapat dengan penasihat hukum tentang

pemidanaan terhadap yang masih dibawah umur atau anak-anak yaitu

sesuai Pasal 26 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 Tentang

Pengadilan Anak, dan buku II Pedoman Tekhnis Administrasi dan

Tekhnis Peradilan Umum dan Pidana Khusus yang dikeluarkan oleh

Mahkamah Agung Tahun 2007, halaman 86, bahwa penjatuhan pidana

terhadap anak adalah paling lama setengah dari maksimum ancaman

penjara bagi orang dewasa.

14) Menimbang, bahwa hakim tidak sependapat dengan penasihat hukum

agar para terdakwa dijatuhi hukuman bersyarat sebagaimana tersebut

dalam Pasal 14 huruf a sampai huruf f KUHP, tetapi tidak juga

sependapat dengan tuntutan jaksa penuntut umum tentang lama

pemidanaan yang tidak memperhatikan Undang-Undang Nomor 3 Tahun

1997 Tentang Pengadilan Anak.

15) Menimbang, bahwa tidak ada maksud hakim untuk mengadili dan

mempidana anak-anak i.c para terdakwa ataupun mengekang kebebasan

anak-anak i.c para terdakwa, oleh karena itu hakim sangat apresiatif

terhadap saran-saran dari Balai Pemasayarakatan Klas I Medan yang telah

(41)

16) Menimbang bahwa hakim menyatakan bahwa substansi peradilan tidak

terletak pada apa yang dijatuhkan, akan tetapi ketertiban hukum

masyarakat itulah yang menjadi tujuan akhir, mengungkapkan perbuatan

terlarang bagi masyarakat merupakan tugas peradilan, untuk dijadikan

pedoman bagi masyarakat dalam berbuat dan bertingkah laku dalam

kehidupan bermasyarakat.

17) Menimbang bahwa oleh karena para terdakwa dinyatakan bersalah, maka

terdakwa dibebani untuk membayar biaya perkara ini.

18) Menimbang, bahwa sebelum terdakwa dijatuhi pidana perlu pertimbangan

hal-hal yang memberatkan dan meringankan;

Hal yang memberatkan:

a) Bahwa perbuatan terdakwa tidak memperhatikan larangan pemerintah

tentang penyalahgunaan narkotika atau ganja.

Hal yang meringankan

a) Belum pernah dihukum karena melakukan suatu tindak pidana.

b) Terdakwa dipersidangan mengakui kesalahannya dan tidak akan

mengulanginya.

19) Menimbang, bahwa berdasarkan hal-hal tersebut, maka pidana yang

dijatuhkan dipandang cukup pantas dan memenuhi rasa keadilan.

Menginagat

(42)

1) Menimbang bahwa Jaksa Penuntut Umum dalam tuntutan pidana

terhadap terdakwa pada pokoknya sebagai berikut:

a) Menyatakan Terdakwa I Angelina Rosmawaty Manalu dan Terdakwa

II Siti Aisyah bersalah melakukan tindak pidana “secara bersama-sama

tanpa hak dan melawan hukum, penyalahgunaan narkotika Golongan I

bagi diri sendiri” sebagaimana diatur dan diancam pidana melanggar

Pasal 127 ayat (1) huruf a Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009

Tentang Narkotika jo Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 Tentang

Pengadilan Anak jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.

b) Menjatuhkan pidana penjara terhadap Terdakwa I Angelina

Rosmawaty Manalu dan Terdakwa II Siti Aisyah dengan pidana

penjara masing-masing 2 (dua) tahun dikurangi selama terdakwa

berada dalam tahanan.

c) Menyatakan Barang bukti berupa 1 (satu) buah plastik obat kecil yang

berisi shabu-shabu dengan berat 0,2 (nol koma dua) dan 1 (satu) buah

alat untuk menggunakan narkotika (bong) dirampas untuk

dimusnahkan.

d) Menetapkan agar terdakwa membayar biaya perkara masing-masing

sebesar Rp. 1000,- (seribu rupiah).

2) Menimbang, bahwa terdakwa dalam persidangan telah mengaku bersalah

melakukan perbuatan sebagaimana didakwakan kepadanya, dan

(43)

kapan, dimana, dan bagaimana ia melakukan perbuatan-perbuatan

tersebut;

3) Menimbang bahwa terdakwa didakwa Penuntut Umum berdasarkan surat

dakwaan tertanggal 21 April 2011, No. Reg. Perkara : PDM: 622/

Ep.2/Mdn/04/2010, dimana terdakwa melanggar Pasal 127 (1) huruf a

Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika.

4) Menimbang, bahwa berdasarkan pada pengakuan terdakwa atas

kesalahannya dihubungkan dengan keterangan saksi-saksi. Saksi I Mori

Purba, saksi II S. SP. Hutabarat, saksi III Herry Cristian sebagaimana

ternyata di dalam Berita Acara Pemeriksaan Pendahuluan, satu sama lain

duhubungkan maka terdapat cukup bukti, bahwa terdakwa telah

melakukan perbuatan sebagaimana yang didakwakan kepadanya;

5) Menimbang, bahwa Jaksa Penuntut Umum dalam surat tuntutannya pada

akhirnya menyatakan bahwa terdakwa terbukti secara sah dan

meyakinkan telah bersalah melakukan tindak pidana sebagaiman

dimaksud dalam Pasal 127 (1) huruf a Undang-undang Nomor 35 Tahun

2009 Tentang Narkotika sedangkan dalam pembelaannya terdakwa

mengaku bersalah dan hanya memohon keringanan terhadap pidana yang

hendak dijatuhkan.

6) Menimbang, bahwa oleh karena terdakwa didakwa dengan dakwaan

(44)

7) Menimbang bahwa berdasarkan pada perbuatan terdakwa yang terbukti

tersebut bila dihubungkan dengan pasal-pasal yang didakwakan, maka

majelis berpendapat:

Bahwa uraian yuridis Penuntut Umum dalam tuntutannya sudah benar

maka majelis ambil sebagai pertimbangan majelis. Bahwa perbuatan

terdakwa yang terbukti tersebut telah memenuhi unsur-unsur pasal yang

didakwakan kepadanya sebagaimana yang tersebut dalam dakwaan kedua

dengan alasan sebagai berikut:

Bahwa benar terdakwa telah melakukan penyalahgunaan narkotika dan

karenanya terdakwa telah terbukti melakukan tindak pidana sebagaimana

yang akan disebutkan dalam amar putusan ini;

8) Menimbang, bahwa oleh karena terdakwa terbukti melakukan tindak

pidana dan tidak ada alasan pembenar atau pemaaf, maka berdasarkan

Pasal 127 (1) huruf a Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang

Narkotika, terdakwa harus dijatuhi pidana dan memerintahkan terdakwa

tetap dalam tahanan;

9) Menimbang bahwa Pasal 127 (1) huruf a Undang-undang Nomor 35

Tahun 2009 Tentang Narkotika masa penahanan terdakwa dikurangkan

seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan.

10) Menimbang bahwa oleh karena para terdakwa dinyatakan bersalah, maka

terdakwa dibebani untuk membayar biaya perkara ini, yang besarnya

(45)

11) Menimbang, bahwa sebelum terdakwa dijatuhi pidana perlu pertimbangan

hal-hal yang memberatkan dan meringankan;

Hal yang memberatkan:

a) Bahwa perbuatan terdakwa bertentangan dengan program pemerintah

yang sedang giat-giatnya memberantas penyalahgunaan narkotika.

Hal yang meringankan

a) Terdakwa mengakui perbuatannya dan menyesalinya.

b) Belum pernah dihukum karena melakukan suatu tindak pidana.

c) Terdakwa masih anak-anak.

2. Analisis Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Putusan Terhadap Anak Pelaku Tindak Pidana Narkotika Pengadilan Negeri Medan

Dakwaan Jaksa Penuntut Umum terhadap terdakwa pada lima kasus dalam

penelitian tesis ini disusun secara alternatif. Surat dakwaan alternatif ialah surat

dakwaan yang tindak pidananya masing-masing dirumuskan secara saling

mengecualikan dan memberikan pilihan kepada pengadilan untuk menentukan

dakwaan mana yang paling tepat untuk dipertanggungjawabkan oleh terdakwa

sehubungan dengan tindak pidana. Biasanya dalam surat dakwaan ada kata “atau”.

Dalam menyusun sebuah surat dakwaan, hal-hal yang harus diperhatikan adalah

syarat-syarat formil dan materilnya.

Jaksa Penuntut umum dalam kasus tindak pidana narkotika yang dilakukan

(46)

rumusan syarat formil telah terpenuhi dan rumusan syarat materil juga telah disusun

dan menguraikan secara cermat dan jelas tentang uraian peristiwa pidana yang telah

dilakukan oleh terdakwa dalam melakukan tindak pidana narkotika.

Tindak pidana yang dilakukan oleh Terdakwa adalah tindak pidana

sebagaimana yang diatur dalam Pasal 127 ayat (1) huruf a undang-undang Nomor 35

Tahun 2009 Tentang Narkotika. Unsur dalam Pasal ini adalah:

1. Barang siapa

Bahwa yang dimaksud dengan unsur setiap penyalahgunaan adalah sebagai

subjek hukum yang menyalahgunakan narkotika/ganja. subyek tersebut dapat

dimintakan pertanggungjawaban secara pidana atas perbuatan yang dilakukannya

(tidak termasuk kategori pasal 44 KUHP), yakni barang siapa mengerjakan suatu

perbuatan, yang tidak dapat dimintakan pertanggungjawaban kepadanya karena

kurang sempurna akalnya atau karena sakit berubah akal tidak boleh dihukum.

Terdakwa pada 5 (lima) kasus yang menjadi penelitian dalam penulisan tesis ini

tertangkap tangan menggunakan narkotika golongan I baik yang berupa tanaman

(ganja) dan bukan tanaman (shabu-shabu). Hal ini dikuatkan dengan keterangan saksi

dan keterangan terdakwa sendiri, serta ditempat kejadian ditemukan barang bukti

berupa ganja maupun shabu-shabu.

2. Secara tanpa hak dan melawan hukum menyalahgunakan narkotika golongan I

bagi diri sendiri.

Pembuktian unsur ke-2 (dua) dalam Delik menyalahgunakan Narkotika yaitu

(47)

mengenai pengertian tanpa hak dan melawan hukum. Dalam ajaran ilmu hukum

(doktrin), wederrechtelitjk dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu melawan hukum dalam

arti formil dan melawan hukum dalam arti materiil.

Tanpa hak pada umumnya merupakan bagian dari melawan hukum yaitu

setiap perbuatan yang melanggar hukum tertulis (peraturan perundang-undangan) dan

atau asas-asas hukum umum dari hukum tidak tertulis. Lebih khusus yang dimaksud

dengan tanpa hak dalam kaitannya dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009

tentang Narkotika adalah tanpa izin dan atau persetujuan dari pihak yang berwenang

untuk itu, yaitu Menteri atas rekomendasi dari Badan Pengawas Obat dan Makanan

atau pejabat lain yang berwenang berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun

2009 tentang Narkotika dan peraturan perundang-undangan lain yang bersangkutan.82

Walaupun tanpa hak pada umumnya merupakan bagian dari melawan hukum

namun sebagaimana simpulan di atas yang dimaksud tanpa hak dalam kaitannya

dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 adalah tanpa izin dan atau

persetujuan dari Menteri yang berarti elemen tanpa hak dalam unsur ini bersifat

melawan hukum formil sedangkan elemen melawan hukum dapat berarti melawan

hukum formil dan melawan hukum materiil.83

Pada lima kasus yang telah diuraikan sebelumnya, berdasarkan keterangan

saksi-saksi, keterangan terdakwa dan barang bukti maka unsur Secara tanpa hak dan

melawan hukum menyalahgunakan narkotika golongan I bagi diri sendiri telah

(48)

terpenuhi. Terdakwa pada lima kasus yang menjadi penelitian dalam penulisan tesis

ini tertangkap tangan menggunakan narkotika golongan I baik yang berupa tanaman

(ganja) dan bukan tanaman (shabu-shabu). Hal ini dikuatkan dengan keterangan saksi

dan keterangan terdakwa sendiri, serta ditempat kejadian ditemukan barang bukti

berupa ganja maupun shabu-shabu.

Kedudukan pengguna/pecandu sebagai korban peredaran gelap narkotika

dalam sistem penegakan hukum pidana melalui criminal justice system saat ini belum

ditempatkan secara adil bahkan cenderung terlupakan, hal ini dapat dilihat dari

beberapa vonis hakim yang menjatuhkan pemidanaan kepada korban peredaran gelap

narkotika dimana vonis yang diperintahkan bukan merehabilitasi akan tetapi lebih

cenderung menjatuhkan pidana penjara.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hakim dalam

menjatuhkan putusan terhadap anak pelaku tindak pidana pengguna narkotika lebih

cenderung kepada pertimbangan yuridis. Dalam pertimbangan hakim tidak ada

mengurai mengenai pertimbangan non yuridis, hal ini dapat dilihat dari hasil

penelitian kemasyarakatan. Dimana dalam laporan tersebut menguraikan mengenai

latar belakang anak, kepribadiannya, serta latar belakang kehidupannya.Pada lima

putusan pengadilan hanya satu putusan yang dalam pertimbangannya hakim

meyebutkan mengenai penelitian kemasyarakatan.

Proses penegakan hukum pidana penyalahgunaan dan peredaran gelap

narkotika yang muaranya berupa putusan hakim dipengadilan sebagaimana terjadi

(49)

sebagai korban peredaran gelap narkotika terutama anak sebagai pelaku tindak pidana

pengguna narkotika. Para pihak terkait antara lain jaksa penuntut umum dan hakim

melalui alat bukti yang cenderung berfokuskan pada pembuktian atas tuduhan jaksa

penuntut umum terhadap terdakwa. Proses peradilan lebih berkutat pada perbuatan

terdakwa memenuhi rumusan pasal hukum pidana yang dilanggar atau tidak. Dalam

proses seperti ini menunjukkan hukum acara pidana sebagai landasan beracara

dengan tujuan untuk mencari kebenaran materiil sebagai kebenaran yang

selengkap-lengkapnya dan perlindungan hak asasi manusia tidak seluruhnya tercapai.

Putusan hakim menjatuhkan hukuman pidana kepada terdakwa pada lima

kasus tersebut bukan merupakan hukuman rehabilitasi walaupun telah memenuhi

beberapa syarat yang tercantum dalam SEMA Nomor 4 Tahun 2010, walaupun

terdakwa telah menunjukkan Surat Keterangan dan saksi ahli yang menerangkan

bahwa terdakwa dalam tahap pengobatan di Klinik Ketergantungan Narkotika atau

surat yang menyatakan bahwa terdakwa adalah seorang pencandu narkotika dalam

keadaan ketergantungan. Terdakwa tetap dinyatakan bukan seorang pencandu yang

harus direhabilitasi.

Fakta diatas menunjukkan bahwa penyalahgunaan narkotika dapat dihukum

pidana jika dalam proses persidangan walaupun dia dapat menunjukkan alat bukti

yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan hakim sesuai dengan apa yang

disyaratkan oleh SEMA Nomor 4 Tahun 2010, maka dapat dikatakan bahwa

penghukuman pada penyalahgunaan ini masih sesuai dengan teori tujuan pemidanaan

(50)

Teori relatif ini melihat punishment sebagai sarana untuk mencegah atau

mengurangi kejahatan. Menurut pandangan tersebut bahwa pemidanaan sebagai

tindakan yang menyebabkan derita bagi si terpidana hanya dianggap sah apabila

terbukti bahwa dijatuhkannya pidana penderitaan itu menimbulkan akibat lebih baik

dari pada tidak dijatuhkannya pidana, khususnya dalam rangka menimbulkan efek

pencegahan terhadap pihak-pihak terkait.84 Tujuan menakuti atau deterrence dalam

pemidanaan adalah untuk menimbulkan rasa takut melakukan kejahatan.85

Pada putusan-putusan tersebut dapat menjauhkan tujuan dari adanya

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika yang mengutamakan

rehabilitasi bagi para penyalahgunaan narkotika baik bagi pengguna/pecandu

narkotika. Jika terdakwa secara nyata (de facto) adalah seorang pengguna/pecandu

dan dalam persidangan dia dapat memenuhi syarat yang diamanatkan dalam SEMA

Nomor 4 Tahun 2010 tersebut kemudian tetap dijatuhi sanksi pidana, oleh karena itu

tidak akan menyelesaikan masalah. Karena seperti di ketahui bahwa kecanduan tidak

akan sembuh dengan penjatuhan pidana, seorang pengguna/pecandu adalah orang

yang sakit maka dia harus di obati. Seharusnya pemerintah bersama penegak hukum

harus lebih arif untuk mengeluarkan sebuah aturan yang jelas dan tegas sehingga

dapat mengkoordinir hal ini.

Pada kasus ini yang menjadi terdakwa adalah anak yang masih berada

dibawah umur dimana mereka merupakan korban dari maraknya peredaran narkotika,

84

Marlina, Hkukum Penitensier, Op.Cit., hlm.78 85

Referensi

Dokumen terkait

BULU ATAU RAMBUT ??.. VARIATION

terhadap hasil heading kaki sejajar dan 4) untuk mengetahu hasil yang signifikan, antara kelentukan togok, kekuatan otot leher dan kekuatan otot perut terhadap hasil heading

Five of them ( single letters can replace words, single digits can replace words, a single letter or digit can replace a syllable, combinations, and abbreviations ) were the

Oleh karena itu berdasarkan hal yang tertera di atas maka penulis menarik kesimpulan untuk mengambil masalah keperawatan dengan harga diri rendah pada Sdr.P di ruang

Judul Tesis Analisis Pemanfaatan Ruang Kawasan Pesisir Teluk Lampung Propinsi Lampung.. Aminudin 98426

Saran, para guru dapat menggunakan software CNC Bubut KELLER Q plus sebagai media pembelajaran program diklat mesin bubut CNC karena siswa lebih mudah dalam memahami materi

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PADA KEDAI IGA BAKAR MANG OPAN DALAM.. MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN (Pendekatan analisis SWOT pada Kedai iga bakar

ANALISIS KOMPETENSI PEKERJA LULUSAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN SEBAGAI IMPLEMENTASI PROGRAM PRAKTEK KERJA INDUSTRI.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |