BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Situs jejaring sosial merupakan sebuah web berbasis pelayanan yang
memungkinkan penggunanya untuk membuat profil, melihat daftar pengguna yang
tersedia, serta mengundang atau menerima teman untuk bergabung dalam situs
tersebut. Tampilan dasar situs jejaring sosial menampilkan halaman profil pengguna,
yang di dalamnya terdiri dari identitas diri dan foto pengguna. Kemunculan situs
jejaring sosial ini diawali dari adanya inisiatif untuk menghubungkan orang-orang
dari seluruh belahan dunia. Jejaring sosial maya merupakan salah satu cara
membangun struktur sosial yang tidak terikat oleh waktu dan tempat karena melalui
dunia maya atau biasa dikenal dengan internet, seseorang dapat berhubungan dengan
orang – orang yang berada di belahan dunia manapun.
Banyak situs jejaring sosial yang beredar di internet, misalnya Facebook,
Twitter, MySpace, Youtube dan sebagainya. Manfaat positif yang bisa diperoleh
melalui situs jejaring sosial ini, misalnya mulai dari menambah teman baru, bertemu
dengan teman lama, mempererat komunikasi dengan sanak saudara yang berjauhan,
saling bertukar foto, saling bertukar informasi, bahkan bisa juga untuk memulai
bisnis baru atau mempromosikan bisnis yang sedang dijalankan. Ditambah dengan
penyajian beberapa situs jejaring sosial yang terbilang unik, yaitu dengan
menyediakan berbagai macam aplikasi – aplikasi yang menarik seperti mini-game,
dengan situs jejaring – jejaring sosial tersebut, apalagi jika seseorang sudah merasa
senang ketika “bermain” di salah satu situs jejaring sosial yang disukainya.
Jejaring sosial bisa diakses di mana saja dan kapan saja hanya dengan
menggunakan sebuah mobile phone atau smartphone, tidak perlu lagi ke warung
internet atau menghidupkan komputer di rumah untuk mengakses internet. Sehingga
bukan merupakan hal yang asing lagi jika kita melihat anak-anak, remaja, orang
dewasa bahkan orang tua, asik berinternet ria melalui handphone. Apakah mereka
sekedar browsing, mengupload, atau mendownload, atau sekedar mengecek email.
Kegiatan semacam ini sudah lazim kita lihat, semua orang asik dengan handphonenya
saat menunggu antrian, di angkutan umum, di dapur, di ruang makan, bahkan saat
kuliah sekalipun (Mengoptimalkan Aplikasi Dunia Maya Bagi Pengembangan
Potensi Anak dan Orang Tua, Oleh Dra. Mazdalifah, M.Si).
Kemudahan orang dalam mengakses media sosial mengakibatkan terjadinya
fenomena besar terhadap arus informasi tidak hanya di negara-negara maju, tetapi
juga di Indonesia. Kecepatan dari media sosial juga mulai tampak menggantikan
peranan media massa konvensional dalam menyebarkan informasi.
Berdasarkan data yang diperoleh peneliti dari
didapatkan bahwa Indonesia memiliki jumlah pengguna atau pengakses facebook
sebanyak hampir 41 juta pengakses, atau lebih tepatnya 40.829.720. Jumlah ini dibagi
kedalam 2 gender pengakses yaitu pria sebanyak 24.283.600 (59.6%) dan wanita
sebanyak 16.461.740 (40.4%). Sesuai hasil penelusuran, ternyata lebih banyak
pengakses facebook dari kaum pria daripada wanita dengan selisih prosentase yang
cukup jauh yaitu sebesar 19.2%. Indonesia bahkan tidak kalah dengan negara-negara
maju lainnya seperti Amerika Serikat, Brazil, Perancis, Jerman, dan lain sebagainya.
Ada satu hal cukup mengejutkan bagi peneliti yaitu umur 13 – 17 tahun pun sudah
mengakses Facebook. Untuk situs jejaring sosial Twitter, Indonsia berada di
peringkat kelima dengan jumlah pengguna 19,5 juta
Itu berarti bahwa jumlah
Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa pengguna situs jejaring
sosial oleh remaja di Indonesia menunjukkan persentase yang cukup besar. Ini
disebabkan remaja saat ini bisa hampir setiap jam menyempatkan waktunya untuk
setidaknya mengecek akun jejaring sosial mereka.
Remaja adalah anak berusia 13-17 tahun yang sedang mengalami
perkembangan fisik, kognitif (pengetahuan), dan hubungan sosial. Secara fisik remaja
mengalami perubahan dan pertumbuhan secara cepat. Secara kognitif (pengetahuan)
mereka mulai memiliki kemampuan untuk berpikir secara abstrak. Secara sosial,
mereka mulai mencari identitas diri, hubungan mereka dengan orang tua secara
umum dikatakan baik. Dalam kelompok, mereka dapat saling memberi pengaruh
yang positif maupun negatif (Papalia, 2007: 13).
Efek dari jejaring sosial juga dapat memberikan dampak yang cukup buruk
bagi remaja, seperti di dalam dunia pendidikan yaitu waktu belajar remaja menjadi
berkurang, menurunnya motivasi dan prestasi belajar. Tidak hanya itu saja, remaja
menjadi malas belajar berkomunikasi di dunia nyata, remaja lebih mementingkan diri
sendiri, kurang perhatian terhadap keluarga, data diri mereka tersebar, kurang
bersosialisasi dengan lingkungannya dan rawan akan terjadi perselisihan di antara
mereka (Memahami Interaksi Remaja dengan Internet, YPMA 2011: 15). Semua
kegiatan mereka di dalam dunia maya terkadang tidak diketahui oleh orang tua
mereka. Lemahnya pengawasan dan pemahaman orang tua tersebut disebabkan
kesibukan orang tua dalam bekerja, sehingga mereka seperti membiarkan anaknya
bebas mengkonsumsi sebuah media.
Disinilah pengawasan orang tua berperan. Orang tua memiliki tanggung
jawab untuk mendidik, mengasuh dan membimbing anak-anaknya untuk mencapai
tahapan tertentu yang menghantarkan anak untuk siap dalam kehidupan
bermasyarakat. Dari penjabaran mengenai peranan orang tua tersebut, betapa
besarnya peranan orang tua dalam memenuhi kebutuhan, mendidik, mengendalikan,
serta menjadi teladan bagi anaknya. Orang tua memiliki tanggung jawab penuh
terhadap perkembangan dan segala aktivitas anak, serta harus bisa membimbing,
tua cenderung membiarkan anak-anaknya “diasuh” oleh situs-situs internet atau
jejaring sosial tersebut, tanpa memperdulikan seperti apa yang sedang dinikmati buah
hatinya. Orang tua yang merasa bahwa ketidaktahuannya tentang jejaring sosial
karena mereka merasa gagap teknologi juga merasa malu jika dipandang sebagai
orang tua yang terlalu “gaul” dan akrab dengan media baru.
Penanaman pemahaman atau pemilihan situs jejaring sosial menjadi hal yang
disepelekan oleh orang tua. Padahal, pemberian pemahaman tentang hal tersebut akan
menjadikan anak mereka menjadi lebih mengerti maksud dari penggunaan internet
atau jejaring sosial. Pengertian tersebut pada gilirannya akan menuju pada
pemahaman tentang situs seperti apa yang memang patut diakses, patut dipercaya,
atau lebih patut ditinggalkan. Di sinilah dibutuhkan suatu kemampuan yang disebut
dengan literasi media.
Literasi media secara umum dapat diterjemahkan menjadi “melek media”,
yang berarti kemampuan untuk memilah, mengakses, dan menganalisis isi media.
Literasi media dianggap sebagai kemampuan yang sudah semestinya dimiliki oleh
setiap individu konsumen media massa, sehubungan dengan banyaknya media massa
yang ada di tengah-tengah kita. Individu perlu memiliki pengetahuan efek media, isi
media, industri media. Dengan kemampuan literasi media individu akan memiliki
perspektif yang jauh lebih jelas untuk melihat dan membedakan dunia nyata dan
dunia yang diproduksi oleh media. Ketika seseorang dibekali kemampuan literasi
media, ia tidak dapat “disetir” oleh keinginan media.
Peran orang tua yang lebih sangat dibutuhkan untuk mendidik dan
membimbing remaja dalam menggunakan media internet pada masa-masa usia
mereka saat ini. Pemahaman yang baik oleh orang tua dalam penggunaan jejaring
sosial akan dapat melindungi pemikiran anak mereka dari dampak negatif yang
ditimbulkan oleh media yang mereka gunakan. Orang tua dapat memberikan
pengertian kepada para remaja bahwa semua informasi yang mereka butuhkan
terdapat di internet, tinggal bagaimana mereka menyaring mana yang bersifat positif
Lingkungan VII Kelurahan Tanjung Gusta, Kecamatan Medan Helvetia
merupakan salah satu lingkungan yang memiliki jumlah warung internet terbanyak
dari tujuh lingkungan di wilayah tersebut. Dari pengamatan peneliti, remaja dapat
bermain di warung internet hingga larut malam sampai melupakan kewajiban mereka
sebagai pelajar dan sebagai anak di dalam keluarga. Selain itu, peneliti menyadari
sepenuhnya bahwa kemampuan literasi media menjadi sesuatu hal yang bersifat
mendesak untuk dimiliki bagi siapapun, terlebih bagi para orang tua yang memiliki
anak yang masih bersekolah.
Sebelumnya telah ada penelitian sejenis dengan judul “Media Literacy
Tayangan Televisi di Kalangan Remaja” yang diajukan oleh Eli Sukmawati, dan
judul penelitian,” Peran Orang Tua Dalam Peningkatan Pemahaman Terhadap
Tayangan Televisi” yang diajukan oleh Budi Harianti serta Media Literacy dan
Tayangan Reality Show yang diajukan oleh Jeng Karona Sitepu. Berdasarkan
beberapa penelitian diatas ditemukan perbedaan. Perbedaan tersebut terdapat pada
variabel, peneliti meneliti tentang media literacy dalam jejaring sosial sedangkan
penelitian mereka sama-sama meneliti tentang media literacy pada tayangan televisi.
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan, peneliti merasa tertarik untuk
meneliti tentang peran orang tua dalam penggunaan jejaring sosial oleh remaja di
Lingkungan VII Kelurahan Tanjung Gusta, Kecamatan Medan Helvetia.
I.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut, “Bagaimana Peran Orang Tua Dalam Penggunaan
Jejaring Sosial Oleh Remaja Di Lingkungan VII Kelurahan Tanjung Gusta,
Kecamatan Medan Helvetia?”
I.3 Pembatasan Masalah
Sesuai dengan masalah penelitian yang dirumuskan di atas, selanjutnya
peneliti merumuskan pembatasan masalah penelitian. Adapun maksud dari
dan tidak terlalu melebar sehingga terhindar dari salah pengertian tentang masalah
penelitian. Maka pembatasan masalah yang akan diteliti adalah :
1. Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif yaitu suatu bentuk penelitian yang
ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena – fenomena yang ada, baik
fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia.
2. Objek penelitian ini adalah para orang tua dalam hal penelitian ini yang
sebagai responden yaitu ibu yang bertempat tinggal di Lingkungan VII
Kelurahan Tanjung Gusta, Kecamatan Medan Helvetia yang anaknya berusia
13-17 tahun dan menggunakan situs jejaring sosial (Facebook atau Twitter).
3. Penelitian akan dilakukan pada bulan April 2012.
I.4. Tujuan Dan Manfat Penelitian I.4.1 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui literasi media khususnya dalam hal jejaring sosial di
Lingkungan VII Kelurahan Tanjung Gusta, Kecamatan Medan Helvetia.
b. Untuk mengetahui peran orang tua dalam penggunaan jejaring sosial oleh
remaja di Lingkungan VII Kelurahan Tanjung Gusta, Kecamatan Medan
Helvetia.
I.4.2. Manfaat Penelitian
a. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah
penelitian dan sumber bacaan di lingkungan FISIP USU.
b. Secara teoritis, penelitian ini berguna untuk menambah pengetahuan dan
pengalaman dalam melakukan penelitian.
c. Secara praktis, melalui penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
masukan dan menambah cakrawala pengetahuan bagi peneliti, serta para
orang tua, tentang pentingnya pemahaman tentang literasi media bagi mereka