• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metode Pelaksanaan Gedung Pakubuwono Res

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Metode Pelaksanaan Gedung Pakubuwono Res"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

Metode Pelaksanaan

Gedung Tinggi

Posted on November 24, 2011 by MgCO3 - Magnesium Karbonat

8 Votes

Pelaksanaan Pekerjaan

Apartemen Pakubuwono

(2)

A. Pendahuluan

Tahap pelaksanaan merupakan tahapan untuk

mewujudkan setiap rencana yang dibuat oleh pihak perencana. Pelaksanaan pekerjaan merupakan tahap yang sangat penting dan membutuhkan pengaturan serta pengawasan pekerjaan yang baik sehingga diperoleh

hasil yang baik, tepat pada waktunya, dan sesuai dengan apa yang sudah direncanakan sebelumnya.

(3)

dengan teknis pekerjaan, rencana kerja, serta tenaga pelaksana khususnya tenaga ahli yang profesional yang dapat mengatur pekerjaan dengan baik serta dapat

mengambil keputusan-keputusan mengenai masalah-masalah yang ditemui di lapangan.

Dalam pelaksanaan fsik suatu proyek bisa saja timbul masalah-masalah yang tidak terduga dan tidak dapat diatasi oleh satu pihak saja. Untuk itulah diperlukan adanya rapat koordinasi untuk memecahkan dan

menyelesaikan masalah bersama-sama. Dalam rapat koordinasi dihadiri oleh :

 Konsultan proyek

 Koordinator dan para pelaksana

 Pihak pemilik (owner) jika diperlukan

 Pihak perencana / arsitek jika diperlukan

Hal-hal yang dibahas dan diselesaikan dalam rapat koordinasi meliputi :

 Kemajuan ( progress) pekerjaan di lapangan

 Masalah-masalah dan solusinya menyangkut pelaksanaan di lapangan

 Realisasi pelaksanaan pekerjaan yang telah dicapai dibandingkan dengan time schedule yang telah

(4)

 Masalah administrasi yang menyangkut kelengkapan dokumen kontrak

 Sasaran yang akan dicapai untuk jangka waktu ke depan

Dalam tahap pelaksanaan, semua pelaksanaan pekerjaan di lapangan mengikuti rencana yang telah dibuat oleh pihak perencana. Antara lain gambar rencana dan segala detailnya, jenis material, dan dokumen lainnya. Tahap selanjutnya kontraktor mengerjakan shop

drawing sebagai gambar pelaksanaan dengan ruang lingkup serta detail yang lebih sempit kemudian untuk tahap akhir kontraktor membuat as built drawing sebagai gambar akhir sesuai dengan yang ada di lapangan yang digunakan sebagai laporan akhir .

Dalam bab ini, pelaksanaan pekerjaan yang akan penulis uraikan adalah tentang pekerjaan yang dilaksanakan dan dialami penulis selama kerja praktek di proyek

pembangunan Apartemen The Pakubuwono View, pelaksanaan pekerjaan antara lain :

 Pekerjaan dewatering

 Pekerjaan ground anchor

 Pekerjaan Mat Foundation

 Pekerjaan struktur beton Kolom, Balok, Plat dan Cor Wall pada Basement,lantai dasar dan lantai 2.

B. Peralatan

(5)

Supaya dalam penyediaan alat bias berfungsi secara optimal perlu adanya manajem peralatan yang tertib. Dalam manajemen ini diperhatikan masalah pengolahan peralatan proyek terdiri dari penyewaan, pembelian dan masalah perawatan alat. Hal ini untuk mengefektifkan keberadaan alat dilapangan.

Peraalatan pada proyek The Pakubuwono View Jakarta diantaranya termasuk kepemilikan oleh kontraktor tersendiri, tapi untuk alat – alat berat kebanyakan

dengan sewa karena biaya akan lebih murah. Perelatan pada peralatan pada proyek akan diuraikan dibawah ini. 1. Alat – alat Berat

a. Backhoe

Backhoe merupakan suatu alat yang digunakan untuk pekerjaan tanah khususnya

galian. Backhoe termasuk dalam jenis

kendaraan excavator , karena badannya dapat berputar 360o. Keuntungan dari penggunaan Backhoe adalah

(6)

Gambar 4.1 Backhoe b. Conrete Pump Truk

Merupakan alat untuk memompa beton ready mix dari mixer truck ke lokasi pengecoran. Penggunaan concrete pump truck ini untuk meningkatkan kecepatan dan

efsiensi waktu pengecoran. Alat ini digunakan untuk pengecoran balok dan plat lantai.

Alat ini terdiri atas beberapa bagian, yaitu alat utama berupa mesin pompa yang dilengkapi dengan tenaga penggerak berupa mesin diesel, sejumlah pipa

(7)

digunakan di lantai 15 ke atas agar efsiensi biaya berkaitan dengan harga borongan sewanya.

Gambar 4.2 Concrete Pump Truck

c. Tower Crane

Tower rane diperlukan terutama sebagai pengangkut vetikal bahan-bahan untuk pekerjaan struktur, seperti besi beton, bekisting, beton cor, pengangkutan

material/bekas, dan material lainnya. Penempatan tower crane harus direncanakan bisa menjangkau seluruh areal proyek konstruksi bangunan yang akan dikerjakan

dengan manuver yang aman tanpa terhalang. Penggunaan tower crane tersebut juga harus memperhitungkan beban maksimal yang mampu

(8)

beban maksimal yang dapat diangkut 2 ton. Operator TC harus siap untuk mengakomodasi perintah pengangkutan dari mandor atau pengawas di daerah jangkauannya.

Gambar 4.3.Tower Crane d. Concrete Mixer Truck

Merupakan alat untuk memompa beton ready mix dari mixer truck ke lokasi pengecoran. Penggunaan concrete pump truck ini untuk meningkatkan kecepatan dan

efsiensi waktu pengecoran. Alat ini digunakan untuk pengecoran balok dan plat lantai.

Alat ini terdiri atas beberapa bagian, yaitu alat utama berupa mesin pompa yang dilengkapi dengan tenaga penggerak berupa mesin diesel, sejumlah pipa

(9)

klem penyambung pipa-pipa tersebut. Penggunaan mesin pompa kecil masih efsien untuk ketinggian 4-5 lantai, selebihnya menggunakan tower crane. Dan untuk pompa besar dapat menjangkau lebih dari itu, dan biasa

digunakan di lantai 15 ke atas agar efsiensi biaya berkaitan dengan harga borongan sewanya.

Gambar 4.4. Concrete Mixer Truck e. Dum Truck

Dum Truck merupakan suatu alat yang dipergunakan untuk memindahkan atau membuang suatu material hasil galian dari lokasi proyek ke lokasi proyek yang telah

ditetapkan kemana material tersebut itu dibuang / dijual. Pada saat membawa material hasil galian, bagian

(10)

agar material tidak terjatuh dijalan raya dan debunya tidak menggangu pengguna jalan lain.

Gambar 4.5. Dum Truck

Dalam proyek ini kurang lebih dari 20 dum truck yang digunakan pada saat pekerjaan galian dan mobilisasinya pada saat malam hari dengan tujuan agar proses

pemindahan / pengiriman material dapat lebih cepat dan lancar.

2. Alat – alat Survey a. Theodolith

Theodolith merupakan alat bantu dalam proyek untuk menentukan as bangunan dan titik-titik as kolom pada tiap-tiap lantai agar bangunan yang dibuat tidak miring. Alat ini dipergunakan juga untuk menentukan elevasi tanah dan elevasi tanah galian timbunan. Cara

(11)

unting-unting di bawah theodolith. Kemudian

menetapkan salah satu titik sebagai acuan. Setelah itu, menembak titik-titik yang lain dengan patokan titik awal yang ditetapkan tadi.

Gambar 4.6 Theodolith b. Waterpass

(12)

Gambar 4.7 waterpass c. Sipatan ( Marker )

Sipatan merupakan alat yang digunakan untuk memberi tanda setelah pengukuran untuk marking setelah

(13)

Gambar 4.8 Hasil Sipatan 3. Alat – alat fabrikasi

a. Bar Bender

Bar bender Merupakan alat yang digunakan untuk membengkokkan tulangan berdiameter besar, seperti pada pembengkokan tulangan sengkang, pembengkokan pada sambungan/overlap tulangan kolom, juga pada

(14)

Gambar 4.9. Bar Bander b. Bar Cutter

(15)

dioperasikan secara manual dengan menggunakan

tenaga manusia.

Gambar 4.10. Bar Cutter

Bar cutter merupakan alat pemotong besi tulangan sesuai ukuran yangdiinginkan. Menurut tenaga

penggeraknya, bar cutter ada 2 jenis : 1) Bar Cutter manual

Bar Cutter manual adalah alat pemotong baja beton menggunakan penggerak tenaga manusia dengan kapasitas maksimum diameter 16 mm.

2) Bar Cutter listrik

Keuntungan dari Bar Cutter listrik dibandingkan Bar

(16)

pengerjaan. Kemampuannya memotong dapat dilakukan sekaligus seperti tulangan diameter 10 mm dapat

dilakukan pemotongan 6 buah sekaligus, 4 buah

tulangan diameter 16 mm, 2 buah tulangan diameter 19 mm, 1 buah tulangan diameter 25 mm

4. Alat – alat Pelaksanaan Pengecoran a. Vibrator

Pada pengecoran beton dibutuhkan kepadatan yang utuh sehingga tidak terdapat rongga dalam adukan beton, karena rongga tersebut dapat mengurangi mutu dan kekuatan beton. Dalam pelaksanaan pengecoran

dibutuhkan vibrator yang fungsinya untuk memadatkan adukan beton pada saat setelah pengecoran.

Vibrator merupakan alat penggetar mekanik yang digunakan untuk menggetarkan adukan beton yang belum mengeras agar menghilangkan rongga-rongga udara, sehingga beton menjadi lebih padat. Cara

operasionalnya dengan cara memasukkan selang

(17)

Gambar 4.11.Vibrator

Yang perlu diperhatikan dalam penggunaan alat ini adalah :

 Ujung belalai vibrator dimasukkan dalam adukan beton dengna posisi vertikal

 Ujung vibrator diusahakan untuk tidak mengenai tulangan baja.

 Penggetaran dilakukan sekitas 10-15 detik untuk datu posisi titik.

 Penggetaran dilakukan selapis demi selapis untuk mendapatkan pemadatan yang diinginkan.

 Ujung vibrator dicabut perlahan-lahan secara perlahan-lahan dari adukan sehingga bekasnya dapat meutup kembali.

(18)

Concrete Mixer atau yang sering disebut molen berguna untuk mencampur dan mengaduk material beton agar lebih homogen. Adanya sirip – sirip pada bagian dalam drum, memungkinkan teraduknya material dari adukan beton secara merata pada waktu berputar. Alat ini

digunakan khusus untuk volume pekerjaan yang relatif kecil dan non struktural seperti pembuatan lantai kerja, pmasangan batako, plesteran dan lain – lain. Drum

pengaduk mempunyai dua macam kecepatan gerak, yaiti gerak untuk mengatur posisi drum dan gerak untuk

mencampur adukan.

Gambar.4.12. Concrete Mixer

c. Trowel

(19)

menggunakan floor hardener pada lapisan permukaannya. Permukaan beton yang telah

ditaburi flour hardener diratakan dengan ruskam, kemudian trowel digunakan untuk menghaluskan permukaan tersebut.

Gambar 4.13. Trowel. C. Material

Didalam pelaksanaan suatu proyek, diperlukan adanya pengelolaan bahan dan peralatan yang baik untuk

menunjang kelancaran pekerjaan. Penyimpangan terhadap bahan-bahan bangunan perlu mendapat perhatian khusus mengingat adanya bahan-bahan

bangunan yang sangat peka terhadap kondisi lingkungan, seperti semen dan juga baja tulangan yang peka

(20)

penyimpangan bahan-bahan dan peralatan dalam proyek menjadi tanggung jawab bagian logistik dan gudang.

Mengingat rencana pekerjaan Proyek Pembangunan yang dibatasi oleh waktu, diusahakan penempatan material yang tepat dan seefsien mungkin sehingga dapat

mempercepat dan mempermudah pekerjaan. Di samping itu, penempatan material yang baik dan tertata rapi akan mendukung efektiftas kerja dan keselamatan kerja.

1. Pasir (Agregat Halus)

Pasir digunakan untuk pekerjaan non struktural seperti pekerjaan pembuatan lantai kerja, plesteran, dan

digunakan untuk campuran adukan beton yang

dikerjakan di lapangan. Agregat halus yang digunakan sebagai bahan pengisi pada proyek ini harus memenuhi beberapa syarat berikut :

1. Butiran – butiran pasir kasar, tajam dan keras, harus bersifat kekal ( tidak hancur karena pengaruh cuaca ).

1. Pasir terdiri dari butir – butir yang beraneka ragam.

2. Pasir tidak boleh mengandung zat organik terlalu banyak.

(21)

petunjuk dari lembaga pemeriksaan bahan – bahan yang diakui.

2. Mendapat persetujuan dari pengawas lapangan.

Gambar.4.14. Pasir (Agregat halus)

2. Agregat Kasar

Agregat kasar berupa butir – butir yang beraneka ragam besarnya dan apabila diayak harus memenuhi kriteria sisa di atas ayakan 31,5 mm harus 0 % berat, sisa di atas ayakan 4 mm harus berkisar antara 90 % sampai 98 % berat dan selisih antara sisa – sisa kumulatif di atas dua ayakan yang berurutan adalah maksimum 60 % dan minimum 10 % berat.

Adapun syarat – syarat dari agregat kasar adalah sebagai berikut :

 Agregat kasar untuk beton dapat berupa kerikil

(22)

atau berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu.

 Agregat kasar harus terdiri dari butir – butir yang keras dan tidak berpori.

 Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1 %.

 Agregat kasar tidak boleh mengandung

mengandung zat – zat yang dapat merusak beton. 3. Semen

Semen digunakan sebagai bahan pengikat dalam pekerjaan konstruksi, antara lain digunakan untuk pasangan batu bata dan plesteran. Dalam proyek ini digunakan Semen Gresik yang telah disetujui oleh pengawas. Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan persediaan semen :

1. Sebelum diangkut ke lapangan untuk digunakan, semen harus dijaga agar tidak lembab.

2. Dalam pengangkutan semen harus terlindung dari hujan dan zak (kantong) asli dari pabriknya dalam

keadaan tertutup rapat.

(23)

4. Karena penimbunan semen dalam waktu yang lama juga akan mempengaruhi mutu semen, maka diperlukan adanya pengaturan penggunaan semen secara teliti. Sehingga dalam hal ini semen lama harus dipergunakan terlebih dahulu.

4. Air

Air untuk pembuatan dan perawatan beton tidak boleh mengandung minyak, asam, alkali, garam – garam, bahan – bahan organis atau bahan – bahan lain yang merusak beton dan baja tulangan. Dalam hal ini

sebaiknya dipakai air bersih yang dapat diminum. Bilamana mungkin menggunakan air PDAM.

Gambar.4.15. bahan campuran beton D. Kendali mutu

(24)

pengendalian waktu, teknis, biaya serta pengendalian kesehatan keselamatan kerja (K3).

1. 1. Pengendalian Mutu Bahan

Kualitas bahan dalam pekerjaan sangat menentukan untuk bisa mencapai ketentuan dalam spesifkasi yang telah direncanakan, sehingga pengendalian mutu bahan sangatlah penting akan keberhasilan pembangunan

dalam suatu proyek.

Standard yang ditetapkan oleh PT Davy Sukamta selaku konsultan perencana untuk standard mutu bahan dalam pembangunan Apartemen Pakubuwono View,

menggunakan dari American Concrete Institute (ACI), American Standard for Testing and Material (ASTM), Standard Nasional Indonesia (SNI).

a. Agregat

Untuk agregat yang akan digunakan untuk bahan beton dari pihak plant akan dilakukan uji lab apakah memenuhi syarat atau tidak dan dari pihak pelaksana akan meminta hasil tes tersebut. Jika dilakukan secara kasat mata,

untuk mengetahui pasir tersebut bagus dengan cara menggenggam jika menggumpal berarti pasir tersebut tidak bagus.

(25)

Pada semen porland butiran-butiran tidak boleh

mengumpal keras, untuk penyimpanannya tidak boleh dalam keadaan lembab untuk lebih menjaga semen tetap baik maka diberi bantalan kayu sebagai tempat

dibawahnya.

3. Besi

Merupakan material yang sangat penting dalam beton bertulang, sehingga perlu dijaga mutu dan kualitasnya. Dalam hal ini PT Bona Widjaja Gemilang bekerja sama dengan PT Master Steel selaku subkont besi tulangan. Untuk mengetahui mutu besi baik maka harus memenuhi syarat-syarat sebagi berikut :

1. Bebas dari kotoran-kotoran, lapisan minyak, karat, dan tidak retak atau mengelupas.

2. Mempunyai penampang yang sama rata. 3. Ukuran disesuaikan dengan shop drawing.

(26)

Gambar.4.16. Besi tulangan 4. Beton

Untuk pengujian mutu beton dilakukan dengan cara

slump tes untuk pengujian dilapangan dan uji kuat tekan jika hasil slump sesuai spesifkasi. Untuk

pengujian Crushing Test dilakukan oleh PT. PionirBeton Industri selaku subkont untuk beton readymix sedangkan untuk pengujiannya sendiri dilakukan di Concrete

Laboratory-Pulo Gadung Plant. a. Uji Slump

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui kadar air beton yang berhubungan dengan mutu beton. Dalam proyek pembangunan Apartemen Pakubuwono View untuk pondasi. Pengujian dengan menggunakan

kerucut Abrams, sebagai berikut :

(27)

2) Adukan beton yang akan diuji dimasukkan dalam tiga lapis sambil ditusuk 25 kali dengan tongkat baja agar adukan menjadi padat.

3) Setelah kerucut dibuka, kemudian diukur pada 3 tempat kemudian diambil rata-rata

4) Setelah kerucut dibuka, kemudian diukur pada 3 tempat kemudian diambil rata-rata

5) Adukan beton yang tidak sesuai dengan nilai slump rencana akan direject.

b. Uji Kuat Tekan (Crushing Test)

Tes uji kuat tekan ini bertujuan untuk mengetahui kuat tekan beton karakteristik (kuat tekan maksimum yang dapat diterima oleh beton sampai beton mengalami kehancuran). Cara pengujiannya :

1) Menyiapkan silinder berdiameter 15cm dengan tinggi 30 cm, yang telah diolesi pelumas pada bagian dalam.

2) Kemudian adukan beton dimasukkan ke silinder dalam tiga lapis sambil ditusuk-tusuk hingga 30 kali.

(28)

selama 7 hari. Setelah itu barulah diuji dengancrushing

test.

Gambar 4.17. Sampel Siap Uji

2. Pengendalian Mutu

Peralatan

Perawatan akan peralatan merupakan hal yang penting untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan. Peran mekanik akan sangat berguna untuk mencegah tertundanya

pekerjaan akibat dari kerusakan peralatan. Akan tetapi jika kerusakan sudah tidak dapat ditangani oleh para mekanik, maka peralatan tersebut akan dikirim ke bengkel pusat.

(29)

concrete pump yang digunakan sebanyak 4 buah dengan ditambah 1 buah concrete pump dalam keadaan stanby.

3. PengendaliaN TENAGA KERJA

Tenaga kerja dalam suatu proyek merupakan hal yang mutlak. Penempatan tenaga kerja yang sesuai dengan jumlah dan kemampuannya dapat menunjang

tercapainya efsiensi dalam suatu pekerjaan proyek, oleh karena itu diperlukan suatu pengendalian mutu tenaga kerja. Pemilihan mandor untuk melaksanakan pekerjaan secara borongan haruslah tepat. Maka tim pelaksana harus hati-hati dalam pemilihan mandor, sebab akan menentukan mutu sekaligus ketepatan waktu selesai proyek.

Setiap tenaga kerja yang dibawa oleh para mandor haruslah sudah mempunyai pengalaman yang sesuai dengan keahliannya, seperti pembesian, pembobokan, bekisting hingga pengecoran.

4. Pengendalian WAKTU

(30)

dilapangan, manager sebaiknya membuat schedule yang lebih sederhana akan tetapi tetap mengacu pada time schedule yang dikeluarkan oleh engineering sebab tidak semua paham akan pembacaan master schedule. Agar dapat berlangsung tepat waktu, maka time

schedule digunakan sebagai kontrol untuk mengatur tingkat prestasi pekerjaan dengan lamanya

pelaksanaannya. Sehingga pekerjaan apa yang harus dikerjakan lebih dahulu dan kapan harus dimulai dapat terjadwal dengan baik, sehingga kemungkinan

keterlambatan dapat diperkecil.

Manfaat dari time schedule antara lain :

 Sebagai pedoman kerja bagi pelaksana terutama menyangkut batasan waktu dan pelaksanaan tiap pekerjaan yang dilaksanakan.

 Sebagai koordinasi bagi pimpinan proyek terhadap semua pelaksanaan pekerjaan.

 Sebagai tolak ukur kemajuan pekerjaan di setiap harinya, sehingga progress report setiap waktu dapat dilihat.

 Sebagai evaluasi tahap akhir dari setiap pelaksanaan pekerjaan.

Setiap item pekerjaan pada time schedule mempunyai prosentase bobot sendiri-sendiri sedangkan Time

(31)

pekerjaan ini akan membentuk kurve S. Untuk kurva S terdiri dari kurva S rencana dan kurva S realisasi. Fungsi kurva S adalah :

 Menentukan waktu penyelesaian tiap bagian pekerjaan proyek.

 Menentukan besarnya biaya pelaksanaan proyek.

 Mengetahui progress pekerjaan yang dihasilkan dilapangan dengan perencanaan, sehingga dapat menjadi bahan evaluasi.

5. Pengendalian TEKNIS

PEKERJAAN

Pada pelaksanaana dilapangan biasanya akan

mengalami problem pada item pekerjaaan tertentu.

Pengendalian Teknis Pekerjaan menunjukkan tahap untuk pengawasan dan kontrol terhadap kualitas pekerjaan. Hal ini memerlukan suatu menajemen kualitas agar hasil pekerjaan dapat tercapai mutu sesuai rencana proyek. Jika permasalahan yang dihadapi memerlukan

perhitungan teknis maka pihak engineering akan

membuat metode repair yang kemudian akan diajukan terlebih dahulu kepada konsultan perencana . Namun apabilaproblem yang dihadapi tidak memerlukan

perhitungan teknis seperti melendutnya

bekisting, biasanya dari pihak pelaksana dan dibantu oleh konsultan pengawas akan segera

(32)

peran QC (Quality Control) akan sangat berperan, QC akan mendampingi supervisor dalam pelaksanaan dilapangan.

Untuk pengendalian teknis memerlukan analisis permasalahan yang timbul dilapangan sesuai yang

diamati, begitu juga langkah yang akan diambil sebagai penyelesaian dari problem yang ada. Adapaun beberapa problem yang terjadi dapat dijelaskan berikut ini.

a Permasalahan : Bekisting mat foundation melendut ke dalam

Penyebab : Adanya tekanan ke dalam dari tanah urug

Pemecahan : -Urugan diurug kembali

-Bekisting didorong dari dalam kemudian ditahan, jika perlu bekisting dibongkar kembali

(33)

Gambar 4.18. Penggunaan Chain Block

b Permasalahan : Tulangan Pancang < 1 m

Penyebab : Pengangkatan bobok pancang yang salah

Pemecahan : Penambahan tulangan dengan metode Chemset

(34)

Gambar 4.20. Pembersihan lubang

(35)

Gambar 4.22.Pemberian Tulangan

c Permasalahan : Layer atas pembesian turun

Penyebab : Kurang tingginya tulangan cakar ayam

Pemecahan :

(36)

Gambar 4.23. Pengangkatan Pembesian dengan TC d Permasalahan : Tulangan kolom bergeser

Penyebab : Tekanan dari beton saat pengecoran

Pemecahan : Perhitungan dilakukan oleh pihak engineering(Lihat Lampiran)

1. Dengan penambahan dimensi kolom

2.Tulangan di bagian tertentu di bending.

(37)

Pengendalian hasil pekerjaan di lapangan dimaksudkan untuk mengetahui perkembangan dan permasalahan di proyek melalui laporan kemajuan dan koordinasi proyek. Laporan kemajuan proyek dikerjakan secara berkala

untuk mengetahui sejauh mana kemajuan dari proyek itu. a. Laporan Harian

Laporan harian dibuat setiap hari secara tertulis oleh pihak pelaksana proyek dalam melakukan tugasnya dan dalam mempertanggungjawabkan terhadap apa yang telah dilaksanakan serta untuk mengetahui hasil

kemajuan pekerjaannya apakah sesuai dengan rencana atau tidak. Laporan ini dibuat untuk memberikan

informasi bagi pengendali proyek dan pemberi tugas melalui direksi tentang perkembangan proyek. Dengan adanya laporan harian ini, maka segala kegiatan proyek yang dilakukan tiap hari dapat dipantau.

Laporan harian berisikan data – data antara lain :

1) Waktu dan jam kerja

2) Pekerjaan yang telah dilaksanakan maupun yang belum

3) Keadaan cuaca

(38)

5) Peralatan yang tersedia di lapangan

6) Jumlah tenaga kerja di lapangan

7) Hal – hal yang terjadi di lapangan

b. Laporan

Mingguan Laporan mingguan bertujuan untuk memperolah

gambaran kemajuan pekerjaan yang telah dicapai dalam satu minggu yang bersangkutan, disusun berdasarkan laporan harian selama satu minggu tersebut. Laporan mingguan berisikan antara lain :

1) Jenis pekerjaan yang telah diselesaikan.

2) Volume dan prosentase pekerjaan dalam satu minggu itu.

3) Catatan – catatan lain yang diperlukan.

Prosentase pekerjaan yang telah dicapai sampai dengan minggu tersebut dapat diketahui dengan

memperhitungkan semua laporan mingguan yang telah dibuat, ditambah dengan bobot prestasi pekerjaan yang telah diselesaikan pada minggu itu. Dari prosentase

(39)

dibandingkan dengan prosentase pekerjaan yang telah dicapai pada minggu yang bersangkutan, maka akan

diketahui prosentase keterlambatan atau kemajuan yang telah diperoleh. Laporan mingguan tidak dapat

dipisahkan dengan time schedule pelaksanaan pekerjaan yang telah disusun oleh pihak Kontraktor Utama dengan persetujuan Project Manager.

c. Laporan

Bulanan

Laporan bulanan pada prinsipnya sama dengan laporan mingguan, yaitu untuk memberikan gambaran tentang kemajuan proyek. Untuk tujuan itu dibuatlah rekapitulasi laporan mingguan maupun laporan harian dengan

dilengkapi foto – foto pelaksanaan pekerjaan selama bulan yang bersangkutan. Laporan bulanan dilaporkan kepada Pemilik Proyek (Owner).

d. Rapat Koordinasi

Bulanan

Rapat koordinasi bulanan diadakan dengan dihadiri oleh panitia pembangunan, Owner, Konsultan Perencana,

Konsultan Pengawas dan Kontraktor Utama. Dalam rapat ini dibahas hal – hal yang berhubungan dengan

(40)

7. Pengendalian BIAYA

Perlunya pengendalian biaya adalah untuk dapat

mengetahui jumlah biaya dengan realisasi pekerjaan. Fungsi dari pengendalian biaya agar dari Rencana Anggaran Biaya (RAB) tidak membengkak dalam

pelaksanaannya. Jikapun adanya pembengkakan maka perlunya evaluasi biaya.

Salah satu penyebab terjadinya pembengkakan biaya adalah adanya kesalahan dalam pelaksanaan dilapangan sehingga membutuhkan perbaikan yang tentu saja

menambah biaya dari segi biaya material maupun tenaga kerja, maka untuk menghindari adanya pembengkakan biaya yaitu dengan cara melakukan pelaksanaan

dilapangan dengan baik dan hati-hati.

Pengendalian biaya ini biasanya dilakukan dengan membuat rekapitulasi biaya yang telah dikeluarkan. Setiap dilakukan pembelian material, bagian logistic

mencatat jumlah material yang dibeli dan besarnya biaya yang dikeluarkan. Sedangkan pengendalian biaya tenaga kerja dilakukan dengan memeriksa daftar presensi

pekerja selam satu minggu dan besarnya biaya yang dikeluarkan untuk membayar gaji pekerja. Besar total biaya ini yang akan selalu dikontrol dan dievaluasi

(41)

menyusun kurva-S realisasi dan untuk mengestimasi prosentase pekerjaan proyek yang telah dicapai.

8. Pengendalian K3

Jaminan keselamatan dan kesehatan kerja sangat diperlukan untuk melindungi para pekerja dari segala kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja. Perlindungan tenaga kerja dalam suatu proyek dimaksudkan agar tenaga kerja dapat bekerja dengan aman dalam

melakukan pekerjaannya. Target K3 sendiri adalah ‘zero accident’ selama pelakasanaan di lapangan sehingga perlunya penyusunan:

a. Safety Plan

Identifkasi bahaya kerja, dan penanggulangannya,

rencana penempatan alat-alat pengamanan seperti pagar pengaman, jarring pada tangga dan tepi bangunan,

railing serta rambu-rambu K3 serta rencana penempatan alat-alat kebakaran (tabung pemadam api), dan lain-lain. b. Security Plan

Prosedur keluar masuk bahan proyek, prosedur

penerimaan tamu, identifkasi daerah rawan di wilayah sekitar proyek, dan prosedur komunikasi di proyek.

c. House Keeping

(42)

kantor, jalan sementara, gudang, barak pekerja dan lain-lain.

Pada proyek pembangunan Apartemen The Pakubuwono View ini, hal – hal tentang kesejahteraan dan

keselamatan kerja sudah diperhatikan, yaitu dengan adanya alat – alat, perlengkapan, dan fasilitas yang berhubungan dengan masalah kesejahteraan dan

keselamatan kerja. Meskipun masih terjadi pelanggaran-pelanggaran yang dilakukun oleh pekerja meski telah diberi rambu peringatan.

E. Pembahasan Pelaksanaan 1. DEWATERING

a. Pendahuluan

Pada pembangunan gedung bertingkat yang tingginya lebih dari lima lantai biasanya sering dibuat basement dengan alasan untuk menambah ruangan atau sering juga digunakan sebagai lahan parkir. Untuk

(43)

tersebut dilakukan dengandewatering sistem sumur titik ( well point system ).

Dewatering merupakan suatu pekerjaan yang diperlukan untuk mengeringkan lahan galian di bawah muka air

tanah dan untuk mengatasi gaya uplift selama masa konstruksi basement. Pekerjaan dewatering mutlak diperlukan sampai bangunan selesai atau berat

konstruksi bangunan dapat mengimbangi gayauplift. Selain itu, dewatering juga diperlukan untuk

menanggulangi bila terjadi genangan pada

konstruksi basement atau pondasi, baik akibat air hujan ataupun rembesan air tanah. Dewatering dioperasikan selama 24 jam selama pekerjaan basement.

Pada proyek Apartemen The Pakubuwono View Tower B & C ini digunakan enam sumur dewatering, dua

sumur piezometer, dan empat sumur recharging. Masing – masing sumur tersebut dibor sampai pada kedalaman minus 20 meter dengan diameter sumur 8” dan

diameter casing PVC 6” untuk sumurdewatering; diameter sumur 4” dan diameter casing 2,5” untuk sumur piezometer; dan diameter sumur 8” dan

diameter casing 6” untuk sumurrecharging. Penentuan banyaknya jumlah sumur yang digunakan mengacu dari :

 Data spesifkasi teknis rencana bangunan, luas galian, dan kedalaman galian

 Data penelitian tanah dan pumpimg test

(44)

 Pengalaman sejenis yang telah dilakukan

Gambar 4.24. Sumur Dewatering

(45)

Gambar 4.26. Sumur Recharging b. Metode Pelaksanaan

Metode pelaksanaan dan pekerjaan persiapan dewatering system well pointdapat dijelaskan sebagai berikut :

1) Penentuan Titik Dewatering

Semua titik dewatering dibuat berada di dalam area galian, di mana titik – titik tersebut ditentukan oleh

pemberi tugas dengan dibantu team surveyor agar letak sumur dewatering tidak berada pada posisi pondasi

atau pile cap.

2) Penentuan Titik Piezometer

(46)

Gambar 4.27. Lokasi Sumur Dewatering dan Piezometer 3) Pembuatan Pit dan Saluran

Pembuatan pit dan saluran dilakukan di dalam pelaksanaan galian. Dalam hal ini, melihat kondisi

lapangan pada prinsipnya saluran dan pit berguna untuk melokalisir air agar tidak menggenang sehingga tidak mengganggu kontraktor galian dalam bekerja atau pekerjaan lantai kerja. Saluran dibuat disepanjang tepi galian di dalam area galian oleh kontraktor galian.

Kemudian setiap jarak ± 40 meter dibuatkan pit dan standby pompa permukaan.

(47)

Sistem saluran pembuangan dibuang sebagian ke

sumur recharging dan air pemompaan piezometer akan diendapkan di bak penampungan air.

5) Monitoring

Monitoring dilakukan selama 24 jam setiap pagi dan sore, dan dicatat ketinggian air tanahnya. Monitoring dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui ketinggian air tanah, sehingga dapat diketahui apakah terjadi penurunan tanah atau tidak. Selain itu, staf dewatering juga

mengikuti aktiftas pekerjaan galian untuk memindahkan jalur listrik dan jalur pemipaan / selang yang dapat rusak atau mengganggu kegiatan operasional galian, dan

membantu sepenuhnya pekerjaan galian agar tidak terhenti oleh gangguan air tanah.

Gambar 4.28. Form Monitoring c. Metode Teknis

(48)

Data – data teknis pekerjaan dewatering proyek

Apartemen The Pakubuwuno View Tower B & C adalah sebagai berikut:

 Jarak antara sumur dewatering : 40 meter

Dengan menurunkan permukaan air di dalam sumur sampai kedalaman minus 14 meter dengan sistem

pemompaan tersebut di atas akan dapat mengeringkan lahan galian. Apabila di dalam pelaksanaan masih ada genangan air tanah, maka digunakan

sistem dewatering dengan pit pada beberapa lokasi dengan dibuatkan parit – parit yang berfungsi

sebagaisubdrain yang mengalirkan air ke parit – parit tertentu. Parit – parit ini diisi dengan batu kerikil dan

pada saat pengecoran ditutup dengan plastic agar dapat dibuatkan lantai kerja.

2). Konstruksi Sumur Dewatering

(49)

a) Penentuan titik dewatering dan elevasi oleh tim surveyor

b) Pengeboran dengan alat mesin bor dengan sistem wash boringsampai pada kedalaman minus 20 meter dengan diameter 8 inchi

c) Pemasangan casing PVC dengan diameter 6 inchi d) Pengisian grevell antara casing dengan dinding bor yang berfungsi sebagaifilter

e) Instalasi pompa submersible beserta perlengkapan elektroda pipa galvanis dan kabel listrik

f) Instalasi listrik dari PLN ke panel induk dan panel otomatis pompa

(50)

Gambar 4.29. Konstruksi Sumur Dewatering

3) Konstruksi Sumur Piezometer

Tahapan pekerjaan pembuatan sumur piezometer atau sumur pengamatan sama halnya dengan sumur

dewatering, hanya perbedaannya pada

diameterboring dan casing. Sumur piezometer ini memiliki diameter boring 4 inchidengan

diameter casing 2,5 inchi. Adapun fungsi

(51)

Gambar 4.30. Konstruksi Sumur Piezometer 4) Penutupan Sumur Dewatering

Penghentian sumur dewatering dilaksanakan setelah beban uplift akibat air tanah telah seimbang dengan berat konstruksi. Oleh karena itu, penggunaan

sumur dewatering tidak digunakan kembali. Pada saat sumur dewatering tidak digunakan kembali, maka lubang sumur tersebut harus segera ditutup. Adapun konstruksi penutupan sumur sebagai berikut :

(52)

2. PEKERJAAN GROUND ANCHOR a. Pendahuluan

Ground Anchor adalah bangunan yang berfungsi sebagai penahan tanah agar tidak mengalami longsor

atau sliding akibat adanya beban yang bekerja di sekitar tanah tersebut. Pada proyek Apartemen The Pakubuwono View Tower B & C ini diperlukan ground anchor dan

dipasang pada sisi – sisi galian karena letaknya

berbatasan langsung dengan gedung – gedung yang telah ada sebelumnya ( Gedung Simprug

Mobil Showroom pada sisi utara dan SMA 29 Jakarta pada sisi selatan ). Dengan adanya ground Anchor tersebut diharapkan tanah tidak mengalami longsor akibat beban yang berasal dari gedung – gedung sekitar dan tidak

(53)

Gambar 4.32. Ground Anchor

b. Metode Pelaksanaan

Metode pelaksanaan ground anchor dapat dijelaskan sebagai berikut :

1) Penentuan Elevasi dan Marking

Proses ini dilakukan untuk menentukan ground anchor dan posisi capping beam pada posisi yang sesuai dengan gambar shop drawing.

2) Pengecoran Capping Beam

Pengecoran capping beam dilakukan setelah didapat elevasi, marking, dan pemasangan bekisting. Capping beam dibuat tiap jarak 4,2 Meter dengan dimensi 40 x 40 cm. Mutu Beton yang digunakan K – 375.

(54)

Persiapan yang dilakukan adalah menyediakan alat – alat yang digunakan untuk proses drilling, grouting,

maupun stressing.

4) Pekerjaan Drilling Tanah

Jenis pengeboran yang digunakan pada proyek ini

adalah rotary drilling, di mana mesin bor tersebut duduk di atas tanah / platform. Kotoran atau Lumpur hasil

pengeboran dari lubang bor dengan menyemprotkan air ke dalam lubang bor. Diameter pengeboran 20 cm

sampai kedalaman 30 meter dengan kemiringan sudut 45°.

5) Instalasi Tendon Anchor

Strand yang digunakan adalah 7 – wire

strand berdiameter 12,7 mm. perakitan tendon dilakukan di proyek. Tendon dimasukkan ke dalam lubang dengan cara manual. Sebelum instalasi tendon dilakukan, air bertekanan disemprotkan ke dalam lubang untuk mengeluarkan lumpur sisa pengeboran.

6) Grouting Tendon Anchor

Pekerjaan grouting dilakukan setelah pengeboran selesai dan dilakukan pada hari yang sama atau dalam kurun waktu paling lambat satu hari setelah pengeboran selesai. Komposisi material grouting yang digunakan adalah 1 zakportland cement ( 1 zak = 50 kg ) + 20 liter air + 225 gram grout additive ( cebex 100 ),

(55)

Alat yang digunakan untuk penarikan tendon anchor adalah satu unit hydraulic pump dan satu unit Jack

Freyssinet, yang sesuai dengan tipe tendon anchor dan gaya yang bekerja pada tendon tersebut. Operasional penarikan tendon anchordi proyek dicatat dalam suatu lampiran stressing record yang mencatat pressuregaya pada Hydrolick Jack dan panjang elongasi yang terjadi pada strand. Mutugrouting minimal saat stressing adalah 30 MPa. Stressing yang dilakukan untuk setiap ground anchor adalah dua cycle ( 125 % dari gaya yang

bekerja ) dan satu lock of ( 110 % dari gaya yang bekerja ).

Gambar.4.33. Pros es Stresing

c. Pelepasan Kepala Anchor

Setelah semua pekerjaan di atas selesai, maka ground anchor sudah berfungsi seperti yang direncanakan.

(56)

sudah berdiri dan diapraghma wall sudah terhubung dengan struktur. Biasanya head anchor akan

dilepas / direalase pada saat ground anchortidak difungsikan lagi, tapi terkadang owner tidak

menginginkan head anchoruntuk dilepas. Jadi,

pekerjaan realease anchor tergantung pihak owner. 3. MATFOUNDATION TOWER B

a. Pendahuluan

Mat Foundation adalah pondasi dangkal yang memiliki luasan / bentuk menyerupai maras. Pekerjaan mat foundation tower B ini merupkan pekerjaanmass concrete karena pondasi akan dicor memiliki volume 2616 m³. Mass Concrete adalah pengecoran satu area dengan volume yang sangat besar dan dilakukan secara terus – menerus. Mass Concrete merupakan salah satu alternatif pengecoran dengan volume yang sangat besar atau kecil secara terus – menerus untuk mengecor

sejumlah volume beton yang dipengaruhi oleh faktor teknik dan ekonomi.

Pertimbangan utama dalam melaksanakan penngecoran secara besar – besaran adalah kontrol terhadap panas yang dihasilkan dari proses hidrasi akibat Massa beton yang besar yang dapat mengakibat retak dan akibat dari waktu pengecoran yang lama dapat menimbulkan cold joint. Akibat kenaikan temperatur dalam beton tersebut dan juga suhu keseluruhan kontruksi ketika beton

(57)

menimbulkan terjadinya retak. Perubahan suhu

maksimum ( Thermal shock ) yang dapat menyebabkan retak ( Thermal Cracking ) adalah 40º C antara

temperature beton dengan lingkungan dan adanya perbedaan temperature beton lebih dari 20º C.

Sebagai upaya untuk mengantisipasi hal tersebut diatas adalah dengan menghitung faktor – faktor sebagai

berikut :

 Kemampuan produsen ready mixed menyediakan volume beton dalam jumlah besar dan dalam waktu yang cepat, dengan memperhitungakan durasi pelaksanaan dan kesiapan sumberdaya.

 Karakter beton yang dipergunakan, dengan

memperhitungkan kandungan semen, jenis agregat dan kemungkinan pemakaian bahan campuran (admixture ) dan lain – lain.

 Pengendalian temperatur, dengan melakukan perawatan beton (Curing) secara efektif disesuaikan

dengan keadaan cuaca sekitarnya pada saat pengecoran, selain itu perlu pengadaan tulangan distribusi yang

memadai untuk mengontol retak awal. b. Dasar Teori

1) Definisi Mass Concrete

(58)

sehingga perlu pengendalian thermal terhadap panas yang ditimbulkan oleh proses hydrasi semen

2) Retak Thermal

Terjadinya retak thermal karena bagian beton

dipermukaan yang mendingin lebih cepat oleh pelepasan panas di udara mengalami kontraksi dan menjadi

kekangan terhadap pengembangan volume beton bagian dalam yang panas. Perbedaan suhu beton antara lapisan bawah, tengah dan atas ≤ 200 C

Sebagai upaya untuk mengatasi retak thermal tersebut, dalam mass concrete perlu memperhitungkan faktor-faktor berikut :

a) Kontinyuitas supply yaitu kemampuan

produsen readymix menyediakan beton dalam jumlah yang besar dan dalam waktu yang cepat dengan

memperhiungkan durasi pelaksanaan dan kesiapan sumber daya.

Beberapa hal yang mempengaruhi kontinyuitas pengiriman :

1. Persiapan alat, personel dan infrastruktur proyek (jalan akses, lahan parkir dan maneuver truck mixer serta area cuci truck mixer).

(59)

3. Cycle time dari batching plan ke lokasi proyek. Cycle time terdiri dari :

Waktu loading beton

1. Waktu perjalanan berangkat ke lokasi proyek 2. Waktu parker, manuver dan tunggu di proyek 3. Waktu bongkar (COR)

4. Waktu cuci truck mixer di proyek

5. Waktu perjalanan pulang dari proyek menuju batching plan

6. Jumlah kebutuhan minimal truck mixer.

a) Karakter beton yang dipergunakan dengan memperhitungkan, kandungan semen, kandungan fly ash jenis agregat dan kemungkinan pemakaian bahan campuran (admixture), dll.

b) Penggunaan jenis semen tertentu dapat

mempengaruhi karakteristik beton untuk mass concrete, karena itu hanya semen yang cukup sesuai harus

digunakan untuk mendapatkan kekuatan yang dikehendaki. Maka dalam hal ini diusulkan untuk digunakan semen type I dengan fly ash dengan

prosentase sesuai persyaratan dan kebutuhan. Dalam hal ini penggunaan fly ash adalah maksimal 25 % dari jumlah material cementitiuos.

(60)

1. Mutu beton adalah fc. 27,5 Mpa. 2. Prosentase fly ash 23 %

3. Suhu on site ≤ 300 C.

4. Water Cement Ratio = 0.45 5. Slump 14 ± 2 (12 – 16) cm. 6. Initial setting time 7 jam.

c. Metode Pelakasanaan

Metode pelaksanaan Mat Foundation tower B dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. 1. Galian Tanah Area Mat Foundation

Galian tanah area mat foundation dilaksanakan

sesuai shop drawing dengan kedalaman 250 cm dari elevasi lantai dasar basement – 3, akan tetapi pada dasar mat foundation ditambah 5 cm untuk lantai kerja dan pada galian samping masing – masing diberi

penambahan 15 cm yang digunakan untuk bekisting dari pasangan batako, galian pada area ini dilakukan dengan bantuan backhoe, sedangkan untuk area yang sulit

(61)

Gambar 4.34. Galian dengan menggunakan backhoe 2. Bobok dan Pemotongan Kepala Bored Pile Setelah proses pengggalian selesai, maka akan bampak kepala – kepala bore pile yang sudah tertanam

sebelumnya ( pekerjaan bored pile dikerjakan oleh

kontraktor lain ). Kemudian kepala pancang yang tampak tersebut akan dipotong hingga ketinggian besi tulangan minimal satu meter dari dasar. Sebelum proses

pemancangan dilakukan, terlebih dahulu kepala – kepala pancang dilakukan, terlebih dahulu kepala – kepala

(62)

(a)

(b)

Gambar 4.35. (a) Bobok Pancang (b) Pemotongan Pancang dengan TC

3. Penyemprotan Anti Rayap

Penyemprotan anti rayap dilakukan sebelum lantai kerja dibuat. Daerah – daerah yang disemprotkan antara lain seluruh lapisan bawah dan dinding samping mat

foundation. Penyemprotan anti rayap ini dilakukan dengan tujuan untuk memberikan penghalang kimia

atara kontruksi bangunan dan tanah, sehinga melindungi bangunan dari serangan rayap. Material yang digunakan adalah STEDFAST 15 EC dengan komposisi satu liter

stedfast 15 EC dicampur dengan 50 liter air. Aplikasi

(63)

penyemprotan anti rayap ini kondisi tanah harus kering / tidak ada genangan air.

Gambar.4.36 Stedfast penyemprot Anti rayap

4. Pekerjaan Lantai Kerja

Pekerjaan lantai kerja dilaksanakan setelah seluruh lapisan bawah mat foundation diratakan dan

(64)

Gambar.4.37. Pengecoran lantai kerja 5. Pekerjaan Bekisting

Pekerjaan Bekisting dikerjakan pada sisi mat foundation dari material batako setinggi dua meter dan stop cor stinggi 500 mm untuk posisi starter bar bagian

pembesian slab basement – 3. Pemasangan batako untuk dinding bekisting mat foundation ini dikerjakan dalam dua tahap yaitu tahap pertama dinding batako dipasang setinggi 1200 mm, dan tahap kedua dinding batako

(65)

Gambar.4.38. Pemasangan Batako

(66)

Pembesian dilaksanakan setelah seluruh area mat

foundation dibersihakan dari kotoran atau bekas – bekas material yang berserakan dengan menggunakan air

compressor. Mutu besi tulangan yang digunakan adalah U50 ( fy = 5000 kg/ cm ) dan pengikat atar besi

digunakan kawat bendrat.

Pemasangan pembesian terdiri dari beberapa pekerjaan anara lain :

a . Pembesian Layer Bawah

Pembesian layer bawah terdiri dari tulangan menerus pada arah x dan ditambah tulangan extra pada arah x dan y. penggunaan tulangan extra berfunsi sebagai perkuatan didaerah tertentu yang mempunyai bahan lebih besar dari daerah lain, seperti didaerah corewall yang berguna untuk Manahan beban angina ataupun

beban akibat gempa bumi. Penyusunan tulangan tersebut disusun dalam empat lapis . lapis pertama terdiri atas tulangan menerus arah x dan besi D32 – 200 mm; lapis kedua terdiri dari tulangan menerus arah y dengan besi D32 – 200 mm ditambah tulangan sebagian selain

(67)

Gambar 4.40. Pembesian layer bawah 1. b. Pemasangan Kaki ayam

Untuk menghubungkan antara layer atas dengan layer bawah diperlukan kaki ayam. Kaki ayam sendiri

(68)

Gambar 4.41. Pemasangan Kaki ayam

c. Pembesian Layer Atas

Pembesian layer atas pada umumnya sama dengan layer bawah, perbedaanya hanya pada penyusunan lapis

(69)

Gambar 4.42. Pembesian Layer atas

d. Pembesian Overstek kolom bawah dan Core wall

Pembesian Overstek tulangan kolom bawah dan corewall dikerjakan dengan mutu besi U ( fy = 5000kg / cm² ). Sebelum dilakukan pembesian, makan perlu diberi

marking agar tidak terjadi kesalahan letak pemasangan, surveor akan mencari as tiap kolom dengan nalat

theodolith dengan mengacu pada Bench Mark (BM) yangtelah ditentukan. Tinggi penulangan stek kolom adalah 48,5 m dan tinggi penulangan stek carewall 4,5 m, semuanya itu diukur dari TOC mat foundation.

Yang sangat perlu diperlihatkan dalam pelaksanaan pembesian dilapangan adalah

(70)

 Jumlah Besi

 Tipe Besi

Hal tersebut untuk menghindari adanya kesalahan pemasangan yang berakibat pembongkaran ulang sehingga dapat mengganggu schedule kerja.

Gambar 4.43. Pembesian didaerah corewall

7. Separing ME

Sparing ME merupakan pemasangan pipa / plumbing yang dilakukan oleh pihak ME yang berfungsi untuk saluran air. Pemasangan sparing ME pada area mat

(71)

Gambar 4.44. Pemasangan Pipa 8. Pemasangan ThermoCouple

Monitoring temperature beton dalam pengecoran mat foundation adalah sesuatu hal yang sangat penting. Terjadinya perbedaan temperature yang sangat besar akan menimbulkan efek keretakan pada beton yang akan berakibat fatal. Alat yang dipakai untuk memonitor

perbedaan temperature tersebut adalah Thermocouple. Thermocouple dipakai selain untuk memonitor

suhu/perbedaan temperature pada tiap bagian, juga digunakan untuk mengukur perbedaan suhu maximum yang terjadi setelah pengecoran selesai, thermocouple menggunakan 3 layer dan 4 titik, sehingga jumlah

thermocouple 12 buah. Pengukuran thermocouple

(72)

Gambar 445. Thermocouple

9. Pemasangan Kawat Loket / Penahan Longsoran Beton

Berdasarkan pembagian area pengecoran dan setting time beton maka pengecoran mat foundation dibagi dalam beberapa zone, setiap pembagian zone dipasang kawat loket/mesh (20 x 20) mm yang berfungsi untuk menahan supaya beton tidak longsor, diamana longsoran beton tersebut dapat mengakibatkan Could joint pada daerah beton tertentu saat pengecoran dengan valume besar secara terus menerus.

Dengan adanya jumlah beton dengan skala besar maka diperlukan adanya perkuatan pada kaat loket. Untuk

(73)

Gambar 4.46. Pemasangan loket kawat

10. Inspeksi Dan Survey

Dialakukan setelah pengecoran dimulai yang bertujuan mengetahui apakah pembesian yang terpasang sesuai dengan gambar kerja, kegiatan ini akan dilakukan oleh pihak pelaksana dengan pihak manajemen kontruksi. Daftar pembesian / checklist akan dibawa saat inspeksi dilakukan dilapangan, check list untuk pembesian

meliputi :

1. Shop drawing sudah di approval

2. Diameter, jenis jumlah dan jarak besi sesuia shop drawing

3. Overlaping sambungan sesuai dengan gambar 4. Beton decking terpasang dengan jumlah dan

(74)

5. Kaki ayam terpasang,diameter besi dan jarak sesuai dengan persyaratan

6. Ikatan besi ( ikatan silang ) dengan bendrat cukup kuat ( tidak bergetar saat diketok )

7. Besi bersih dari karat, oli, beton kering dan tanah 8. Jarak bersiih pembesian minimal 45 mm

9. Bending / bengkok besi sudah sesuai persyaratan yaitu 5D

10. Elavasi tulangan / pembesisan sudah benar dan kuat Ispeksi merupakan hal yang sangat penting, diharapkan ketika pengecoran telah selesai dilakukan tidak akan ada masalah untuk pekerjaan berikutnya dan juga

menghindari adanya kecurangan yang dilakukan oleh pihak kontraktor.

(75)

11. Pemasangan Stop Cor

Dilakukan pada proses pengecoran dimulai, terdiridari plywood 18 kayu 50/70 dan list kayu 40 x 40 sebagai tempat waterstop. Berfungsi agar tidak ada kebocoran antara pertemuan beton lama dan beton baru bertemu.

Gambar 4.48. Waterstop 12. Pemasangan Tenda

Pada saat pengecoran diperlukan adanya ansipasi oeh pihak pelaksana apabila terjadi hujan yang dapat

(76)

tindakan yang dilakukan dan berfungsi juga menghindar panas sinar matahari secara langsung. Untuk rangka tenda sebagai alternative tindakan yang dilakukan dan berfungsi juga menghindari panas sinar matahari secara langsung. Untuk rangka tenda menggunakan pipa besi ф1 – 1,5. Pipa rangka dimasukan pada tulangan besi

yang telah dilas pada kaki ayam. Untuk ketinggian terpal pada tepi tenda diberi perkuatan berupa ikatan dirangka atas tenda kepasak.

Gambar 4.49. Detail Tenda

(77)

(b)

Gambar 4.50. (a) Rangka tenda (b) Tenda di beri terpal

13. Pekerjaan Waterproofng

Beberapa jam sebelum dilakukan pengecoran, dinding bekisting dan lantai kerja dari mat foundation dilapisi dengan waterproofng. Untuk lantai dengan cara

kristalisasi atau ditabur, sedangkan untuk dinding dengan cara disemprot. Fungsi dari pelaksanaan waterproofng ini adalah agar membuat bikisting menjadi kedap air

sehingga air dari dalam tidak merembes keluar dan begitu juga sebaliknya, air dari luar tidak bisa masuk kedalam

Pada pelaksanaannya untuk penyemprotan waterproofng dinding bekisting menggunakan dua aplikasi. Pada aplikasi pertama dilakukan penaburan Formdexplus 1,5

kg/m2, pelaksanaan 15 menit sebelum cor. Sedangkan

(78)

penyemprotan pada dinding bekisting dalam, aplikasi ini terdiri dari lapisan dari dua lapisan yaitu lapisan pertama dengan komposisi 0,5 kg / m, dan lapisan kedua 1 kg / m.

aplikasi kedua dilaksanakan 3 jam sebelum cor.

(a)

(b)

(79)

14. Pengecoran

Pengecoran mat foundation memerlukan jumlah volume beton yang tidak sedikit dan tentu juga memerlukan

biaya yang sangat besar , sehingga sangat penting untuk persiapan antara lain :

1. Persiapan Insfrastruktur Proyek 1) Jalan Akses Truk Mixer

(80)

Gambar 4.53. Lahan parkir dan manuever Truk

3) Area Cuci truk Mixer ( Washing Bay )

Gambar 4.54. Washing Bay

4) Instalasi Listrik ( adanya genset 150 KVA sebagai backup jika listrik PLN padam )

(81)

6) Concrete Pump ( diperlukan cadangan Concrete Pump apabila adanya masalah pada saat pelaksanaan Cor )

Gambar 4.55. Concrete Pump

1. Persiapan Laboraturium

1) Persiapan di site ( gerobak, kerucut Abrams,

Rojokan, palu, senter, alat Bantu komunikasi, meteran )

(82)

Gambar 4.56. Perlengkapan pengujian 1. Water Supply

Digunakan untuk kebutuhan cuci mixer, washing box dan lain – lain.

1. Kesipan Peralatan

1) 1. Concrete Pump : 4 on site + 1 stand by

2) 2. Vibrator : 4 on site + 1 stand by

(83)

4) 4. Pompa engine : 2 Buah

5) 5. Pompa DAB 1” : 1 Buah

6) 6. Silinder : 115 Buah

7) 7. Troli : 3 Buah

8) 8. Termometer : 2 Buah ( 1 cadangan )

9) 9. Kerucut Abrams : 2 set

1. Kesiapan Material

1) Beton fc’ 27,5 Mpa, fa 23 % pakai es = 216 m³

2) Besi beton 281 ton

3) Plastik sheet 1200 m²

4) Styrofoam 1200 m²

5) Kawat loket 390 m²

Pengecoran Mat Foundation pada proyek The

(84)

1) Tes Slump 14 ± 2 cm

2) Suhu beton 30 ºC

3) Perjalanan Truck Mixer dari Batching Plant ke site proyek ≤ 2,5 jam

(85)

kedatangannya, suhu beton, dan nilainya slumnya. Bila waktu kedatangnya, suhu , dan tes slump tidak

(86)

Area pengecoran pada mat foundation dibagi menjadi 7 zona yang mana setiap zona dibatasi oleh kawat loket. Pada saat pengecoran berlangsung digunakan

(87)

dan halus dapat menyatu, selain itu juga mengalirkan beton.

1. 15. Finishing Trowel

Pekerjaan ini dilakukan pada saat beton

mendekati setting. Finish trowel ini dilakukan dengan tujuan untuk memperhalus permukaan lantai beton yang telah diberi floor hardener. Pelaksanaan floor

hardener sendiri dilakukan setelah 30 menit /

beton setting, dan dilaksanakan dengan system tabor. Komposisi yang digunakan 5 kg / m² dengan dua kali tabur dan dikontrol elevasinya sesuai shop drawing. Proses penaburan dilakukan setelah relag selesai.

Gambar 4.58. Finishing Trowel

1. 16. Pemasangan Steryfoam

(88)

permukaan beton agar perubahan suhunya tetap terjaga. Pemasangan steryfoam ini bertujuan menghindari adanya retak thermal pada permukaan beton akibat perubahan yang dihasilkan oleh suhu dalam beton dengan suhu luar. Dalam hal ini steryfoam berfungsi sebagai filter antara suhu udara luar dengan suhu dalam beton.

(89)
(90)

Gambar

Gambar 4.5. Dum Truck
Gambar 4.6 Theodolith
Gambar 4.7 waterpass
Gambar 4.8 Hasil Sipatan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berbeda dengan kelompok KBZ, pada AVP, terdapat hubungan yang bermakna dosis obat dan lama pemberian obat dengan kadar TSH serum, tetapi tidak berbeda terhadap kadar fT4

1) Kefasihan dalam pemecahan masalah mengacu pada keberagaman (bermacam-macam) jawaban masalah yang dibuat siswa dengan benar, sedang dalam pengajuan masalah

 PT PJB UP Muara Karang tidak bertanggung jawab atas segala tuntutan yang timbul akibat: a) Kerusakan atau kehilangan peralatan dan perlengkapan yang dimiliki oleh penyedia jasa

Supervisi klinis merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan peningkatan mutu proses belajar mengajar di sekolah. Supervisi dipandang sebagai bantuan yang

Dengan demikian telur asin yang dibuat dengan perendaman ekstrak teh hijau selama 5 hari memiliki umur simpan yang paling lama bila dibandingkan dengan telur asin yang dibuat

Pengadilan Negeri sebagai lembaga pelaksana kekuasaan kehakiman yang merupakan ujung tombak dalam menegakan hukum dan keadilan serta menjalankan tugas dan

Selvia, Lena. ‘’ Partisipasi Politik Pemilih Pemula dalam Pilkada bupati Ponorogo tahun 2015 siswa-siswi kelas XII SMA Negeri 1 Ponorogo’’. Skripsi, Pendidikan Pancasila dan

Tetes tebu ( molase ) merupakan hasil samping dari pabrik gula, selain digunakan sebagai bahan baku pembuatan zat additive yang biasa dikenal sebagai fitcin,