• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karya ilmiah jaring laba laba

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Karya ilmiah jaring laba laba"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I Semua jenis Laba-laba digolongkan ke dalam kingdom Animalia, filum Artrophoda, kelas Arachnida, dan ordo Araneae. Bidang studi mengenai laba-laba disebut arachnologi.

Laba-laba hanya memiliki dua segmen. Bagian depan disebut cephalothorax atau prosoma, yang sebetulnya merupakan gabungan dari kepala dan dada (thorax). Sedangkan segmen bagian belakang disebut abdomen (perut) atau opisthosoma. Antara cephalothorax dan abdomen terdapat penghubung tipis yang dinamai pedicle atau pedicellus.

Laba-laba merupakan hewan pemangsa (karnivora), bahkan kadang-kadang kanibal.

Tidak semua laba-laba membuat jaring untuk menangkap mangsa, akan tetapi semuanya mampu menghasilkan benang sutera yakni helaian serat protein yang tipis namun kuat dari kelenjar (disebut spinneret) yang terletak di bagian belakang tubuhnya. Serat sutera ini amat berguna untuk membantu pergerakan laba-laba, berayun dari satu tempat ke tempat lain, menjerat mangsa, membuat kantung telur, melindungi lubang sarang, dan lain-lain.

(2)

Peneliti tinggal di tempat yang banyak terdapat jaring laba-laba. Banyak laba-laba yang merakit jaringnya di pohon asoka dengan bentuk hampir seperti bola, peneliti tertarik untuk meneliti lebih jauh bagaimana laba-laba menghasilkan bahan baku sutra dari tubuhnya sendiri dan bagaimana proses atau cara pembentukan jaring laba-laba sehingga terbentuk jaring yang demikian unik.

Berdasarkan ketertarikan peneliti terhadap jaring laba-laba tersebut, maka lahirlah karya ilmiah yang berjudul “Pembuatan Jaring Laba-Laba Pada Tanaman Asoka”.

1.2 Rumusan Masalah

Bertitik tolak dari latar belakang di atas, maka dalam penelitian ini rumusan masalah yang penulis ajukan adalah :

1. Bagaimanakah proses pembentukan jaring laba-laba pada tanaman asoka, sehingga jaring tersebut tersusun dengan rapi ?

2. Bagaimana proses terbentuknya benang sutra laba-laba didalam tubuhnya? 1.3 Batasan Masalah

Mengingat terbatasnya waktu, tenaga, biaya, pengetahuan, serta keterampilan yang dimiliki oleh penulis, maka penulis membatasi pada hal-hal berikut:

1. Sarang laba-laba yang diteliti terdapat pada tanaman asoka, yang terletak di lingkungan SMA Titian Teras Jambi.

2. Dalam penelitian ini, penulis menunjukan proses pembuatan jaring laba-laba dengan sutra yang dihasilkan oleh tubuhnya sendiri.

3. Laba-laba yang penulis teliti dan dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah Jenis Laba-laba penenun (anggota suku Araneidae).

(3)

Secara umum tujuan penelitian penulis ini adalah untuk mengikuti lomba penelitian ilmiah remaja (LPIR) dan melengkapi tugas Bahasa Indonesia.

Secara khusus tujuan penelitian yang akan dicapai oleh penulis adalah :

1. Mengetahui proses pembentukan jaring laba-laba, sehingga jaring tersebut tersusun dengan rapi pada tanaman asoka.

2. Meneliti proses pembentukan sutra laba-laba di dalam tubuhnya. 1.5 Manfaat Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, penulis mengharapkan agar penelitian ilmiah ini dapat bermanfaat bagi setiap kalangan, diantaranya:

1. Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan bagi masyarakat luas, dan khususnya bagi penulis sendiri.

2. Memberikan informasi bagaimana sistem pembuatan jaring laba-laba.

3. Sebagai sumbangan terhadap dunia pendidikan khususnya dalam bidang ilmu pengetahuan.

1.6 Hipotesis

Dalam penelitian ini penulis mengajukan suatu hipotesis yaitu seekor laba-laba dapat membuat jaringnya sendiri pada tanaman asoka tanpa bantuan hewan lain, dan benang sutra yang digunakan dalam pembuatan sarang laba-laba dapat dihasilkan oleh tubuhnya sendiri. Dalam pembuatan jaring laba-laba, benang sutera tersebut mengandung bahan perekat yang digunakan untuk menangkap mangsanya. Jaring yang telah di buat oleh laba-laba tersebut berfungsi sebagai sarang tempat tinggal, berkembang biak, dan berfungsi sebagai jebakan untuk menangkap mangsa

(4)

KAJIAN PUSTAKA 2.1 Laba-laba

Hingga sekarang, sekitar 40.000 spesies laba-laba telah dipertelakan, dan digolong-golongkan ke dalam 111 suku, akan tetapi mengingat bahwa hewan ini begitu beragam, banyak, di antaranya yang bertubuh amat kecil, seringkali tersembunyi di alam, dan bahkan banyak spesimen di museum yang belum terdeskripsi dengan baik, diyakini bahwa kemungkinan ragam jenis laba-laba seluruhnya dapat mencapai 200.000 spesies.

Ordo laba-laba ini selanjutnya terbagi atas tiga golongan besar pada aras subordo, yakni:

 Mesothelae, yang merupakan laba-laba primitif tak berbisa, dengan ruas-ruas tubuh

yang nampak jelas; memperlihatkan hubungan kekerabatan yang lebih dekat dengan leluhurnya yakni artropoda beruas-ruas.

 Mygalomorphae atau Orthognatha, yalah kelompok laba-laba yang membuat liang

persembunyian, dan juga yang membuat lubang jebakan di tanah. Banyak jenisnya yang bertubuh besar, seperti tarantula dan juga lancah maung.

 Araneomorphae adalah kelompok laba-laba ‘modern’. Kebanyakan laba-laba yang

kita temui termasuk ke dalam subordo ini. Taring dari kelompok ini mengarah agak miring ke depan (dan bukan tegak seperti pada kelompok tarantula) dan digerakkan berlawanan arah seperti capit dalam menggigit mangsanya.

2.2 Indera

Kebanyakan laba-laba memiliki penglihatan yang tidak begitu baik, tidak dapat membedakan warna, atau hanya sensitif pada gelap dan terang. Laba-laba penghuni gua bahkan ada yang buta. Perkecualiannya terdapat pada beberapa jenis laba-laba pemburu yang mempunyai penglihatan tajam dan bagus, termasuk dalam mengenali warna. Untuk menandai kehadiran mangsanya pada umumnya laba-laba mengandalkan getaran, baik pada jaring-jaring suteranya maupun pada tanah, air, atau tempat yang dihinggapinya. Ada pula laba-laba yang mampu merasai perbedaan tekanan udara. Indera peraba laba-laba terletak pada rambut-rambut di kakinya.

(5)

Kebanyakan laba-laba memang merupakan 1predator penyergap, yang menunggu

mangsa lewat di dekatnya sambil bersembunyi di balik daun, lapisan daun bunga, celah bebatuan, atau lubang di tanah yang ditutupi 2kamuflase. Beberapa jenis memiliki pola warna

yang menyamarkan tubuhnya di atas tanah, batu atau pepagan pohon, sehingga tak perlu bersembunyi.

Laba-laba penenun (misalnya anggota suku Araneidae) membuat jaring-jaring sutera berbentuk kurang lebih bulat di udara, di antara dedaunan dan ranting-ranting, di muka rekahan batu, di sudut-sudut bangunan, di antara kawat telepon, dan lain-lain. Jaring ini bersifat lekat, untuk menangkap serangga terbang yang menjadi mangsanya. Begitu serangga terperangkap jaring, laba-laba segera mendekat dan menusukkan taringnya kepada mangsa untuk melumpuhkan dan sekaligus mengirimkan enzim pencerna ke dalam tubuh mangsanya. Sedikit berbeda, laba-laba pemburu biasanya lebih aktif. Laba-laba ini dapat mengejar dan melompat untuk menerkam mangsanya. Berjam-jam laba-laba menyedot cairan itu hingga bangkai mangsanya mengering. Laba-laba yang memiliki rahang (chelicera) kuat, bisa lebih cepat menghabiskan makanannya dengan cara merusak dan meremuk tubuh mangsa dengan rahang dan taringnya itu.

1predator = Pemangsa, 2kamuflase = sampah

2.4 Sang Ahli Pembuat Perangkap

Orang umumnya berpikir bahwa laba-laba adalah makhluk yang menggunakan jaring untuk menangkap mangsa. Namun, spesies yang disebut 1Dinopis ini tidak menunggu

mangsanya terperangkap dalam jaring, tapi ia membuat perangkap bergerak. Ia membuat benang khusus dengan membuat dua ratus gulungan per menitnya. Ia lalu merangkaikan benang-benang ini dengan mengikuti suatu pola yang cerdas.

(6)

1Dinopis = Ahli pembuat perangkap

2.5 Ahli Kimia

Laba-laba menggunakan metode yang unik untuk menarik perhatian mangsanya, yakni 3ngengat jantan. Benang ini terbungkus oleh butiran-butiran lengket. Ia mengulurkan

benangnya dari sebuah pohon layaknya tangkai pancing, melemparkan tali pancing lalu menunggu dengan sabar, persis seperti pemancing. Laba-laba ini memiliki tipuan cerdik untuk menarik perhatian mangsanya. Ngengat betina mengeluarkan hormon feromon untuk menarik ngengat jantan kepadanya. Laba-laba meniru memproduksi aroma ini dan meletakkannya di bagian ujung perangkap. Ngengat jantan tergoda mendekati perangkap tersebut. Ketika ngengat mendekat, laba-laba segera menggerakkan benang layaknya sebuah jerat. Dengan rangcangan perangkap ini, ia berhasil menangkap mangsanya.

3ngengat = laba-laba

2.6 Keunikan sarang laba-laba

Sarang laba-laba dapat mengecoh serangga, terutama serangga pemakan nektar dan serbuk sari bunga. Karena serangga ini tidak bisa melihat sinar ultara violet (UV). Laba-laba memanfaatkan kelemahan serangga ini dengan membuat sarang khusus. Pertama-tama, laba-laba memintal sarang dengan benang yang sedikit memantulkan sinar UV, kemudian pola dibuat lagi dengan benang yang bersinar dibawah sinar UV. Sarang laba-laba ini akan terlihat seperti pola bunga yang dipantulkan oleh sinar UV oleh serangga, sehingga serangga yang lapar akan terkecoh mengira sarang laba-laba sebagai bunga.

(7)

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode penelitian

Metode penelitian merupakan suatu cara yang digunakan oleh penulis untuk meneliti suatu masalah sehingga didapat data yang akurat yang diperlukan. Teknik penelitian yang dilakukan oleh penulis untuk memperoleh data adalah :

1. Metode Kepustakaan (Library Resourch)

Metode kepustakaan adalah metode yang bersifat mencari data dari buku-buku yang berhubungan dengan apa yang akan diteliti oleh penulis mengenai laba-laba.

2. Metode Observasi

Metode Observasi dilakukan dengan meneliti langsung ke lapangan dan mencatat segala kejadian dan prilaku objek yang di teliti, sehingga mendapatkan hasil dan kesimpulan dari penelitian.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Peneltian ini dilakukan selama + 4 bulan tahun 2008-2009 yang dilakukan di lingkungan SMA Titian Teras Jambi. Dengan ketentuan sebagai berikut:

3.2.1 Penelitian 1

Hari, tanggal : Jum’at-Sabtu, 09-22 Januari 2009 Waktu : 04.00-20.00 WIB

Tempat : di Lingkungan SMA Titian Teras Jambi

3.2.2 Penelitian 2

Hari Tanggal : Senin-Kamis, 16-19 Februari 2009 Waktu : 04.30-05.30 WIB

Tempat : di Lingkungan SMA Titian Teras Jambi

3.2.3 Penelitian 3

Hari, tanggal : Selasa-Jum’at, 17-20 Maret 2009 Waktu : 16.00-17.45 WIB

(8)

3.2.4 Penelitian 4

Hari, tanggal : Rabu-Kamis, 7-9 April 2009 Waktu : 16.10-18.00 WIB

Tempat : di Lingkungan SMA Titian Teras Jambi

3.3 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam penelitian ini antara lain: 1. Kamera

Peneliti menggunakan kamera untuk mengambil gambar laba-laba sebagai sampel dalam penelitian ini.

2. Alat-alat tulis

Alat – alat tulis berupa pena, buku dan juga pensil diganakan untuk mencatat kegiatan keseharian laba-laba baik pada saat ia berada di sarangnya, maupun tidak. 3. Kayu

Kayu digunakan untuk peneliti sebagai alat penghancur sarang laba-laba, agar secara langsung laba-laba tidak takut pada saat jaringnya dihancurkan.

4. Serangga / umpan

(9)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Setelah dilakukan penelitian maka berikut ini adalah hasil dan pembahasan tentang penelitian pembentukan jaring laba-laba pada tanaman Asoka. Hasil yang penelti peroleh dalam penelitian ilmiah ini adalah sebagai berikut :

4.1 Peneliti meneliti kehidupan dan kebiasaan yang dilakukan oleh laba-laba. Penelitian 1

Penelitian ini diadakan pada waktu subuh hari sekitar jam 04.00 sampai dengan selesai, untuk melihat perkembangan selanjutnya terhadap pembuatan jaring laba-laba pada tanaman Asoka. Dalam penelitian ini ternyata laba-laba tidak melakukan aktifitas kerja pada siang hari. Laba-laba melakukan aktivitas kerjanya pada keadaan gelap/ malam (18.00-06.00 WIB).

4.2 Peneliti mulai mencari ide agar laba-laba tersebut menunjukan tata cara pembuatan jaringnya.

Penelitian 2

(10)

4.3 Peneliti mulai mengamati jalannya pembuatan jaring laba-laba. Penelitian 3

Dalam tahap ini peneliti memperoleh cara/teknik laba-laba dalam membuat jaring. Laba-laba membuat sarang mulai dari yang sederhana seperti yang sering kita lihat disudut-sudut rumah sampai ke tingkat yang sangat rumit. Ada tiga komponen yang membentuk sarang laba-laba yaitu benang jenis kuat dan tegang yang mengarah ke luar yang berpotongan pada titik pusat sebagai porosnya, benang yang menjadi kerangka bagian luar sarang, dan benang jenis kendur dan lengket berbentuk spiral yang mampu menjebak mangsa. Laba-laba memulai membuat sarang dengan membuat kerangka. Benang sutra yang dikeluarkan laba-laba dilemparkan ke udara, karena tertiup angin, benang sutra akan menempel pada benda yang ada didekatnya.

Benang inilah yang digunakan oleh laba-laba untuk memasang benang-benang lainnya sehingga membentuk kerangka. Setelah kerangka terbentuk, laba-laba mulai memintal benang sutra yang menghubungkan satu sisi dengan sisi lainnya. Laba-laba memintal lebih banyak benang kering sehingga membentuk seperti jari-jari sepeda. Setelah itu laba-laba memasang benang lengket diatas benang kering tersebut. Benang kering dibuang oleh laba-laba dengan cara memakannya.

4.4 Peneliti mulai mengamati jalannya pembuatan benang sutra laba-laba. Penelitian 4

(11)

Dari protein-protein tersebut sutera mentah yang diproduksi dikeluarkan dalam bentuk serat-serat melalui lubang celah yang berfungsi seperti keran yang nantinya menghasilkan sutera kering untuk berpegangan bagi laba-laba saat berjalan di jaringnya atau ketika memanjat naik dan turun, sutera lengket, sutera tipis yang khusus untuk membungkus mangsa setelah tertangkap dan memproduksi zat rekat yang dibutuhkan untuk menempelkan sutera di permukaan lain.

(12)

Berdasarkan penelitian ini dan data-data yang diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa:

1. Ada tiga komponen yang membentuk sarang laba-laba yaitu benang jenis kuat dan tegang yang mengarah ke luar yang berpotongan pada titik pusat sebagai porosnya, benang yang menjadi kerangka bagian luar sarang, dan benang jenis kendur dan lengket berbentuk spiral yang mampu menjebak mangsa. Laba-laba memulai membuat sarang dengan membuat kerangka. Setiap benang yang dihasilkan oleh laba-laba mengandung bahan perekat. Benang sutra yang dikeluarkan laba-laba-laba-laba dilemparkan ke udara, karena tertiup angin, benang sutra akan menempel pada benda yang ada didekatnya. Benang inilah yang digunakan oleh laba-laba untuk memasang benang-benang lainnya sehingga membentuk kerangka. Setelah kerangka terbentuk, laba-laba mulai memintal benang sutra yang menghubungkan satu sisi dengan sisi lainnya. Laba-laba memintal lebih banyak benang kering sehingga membentuk seperti jari-jari sepeda. Setelah itu laba-laba memasang benang lengket diatas benang kering tersebut. Benang kering dibuang oleh laba-laba dengan cara memakannya. Sehingga terbentuklah jaring Laba-laba yang tersusun rapi pada tanaman asoka dalam jangka waktu sampai 4 jam.

2. Laba-laba memperoleh semua bahan mentah suteranya dari sintesis asam-asam amino dari hasil pencernaan mangsanya. Laba-laba juga makan dan mencerna jaringnya sendiri sebagai bahan untuk membuat jaring berikutnya.laba-laba mengeraskan suteranya dengan mengasamkannya. Ketika protein-protein sutera bersentuhan dengan asam tersebut, protein-protein ini melipat dan saling membentuk jembatan-jembatan yang mengeraskan suteranya. Dari protein-protein tersebut sutera mentah yang diproduksi dikeluarkan dalam bentuk serat-serat melalui lubang celah yang berfungsi seperti keran yang nantinya menghasilkan sutera kering untuk berpegangan bagi laba-laba saat berjalan di jaringnya atau ketika memanjat naik dan turun, sutera lengket, sutera tipis yang khusus untuk membungkus mangsa setelah tertangkap dan memproduksi zat rekat yang dibutuhkan untuk menempelkan sutera di permukaan lain.

5.2 Saran

(13)

1. Mari kita lestatarikan lingkungan sekitar kita, untuk menghindari kepunahan hewan-hewan di sekitar kita terutama laba-laba

2. Perhatikanlah sesuatu yang ada di lingkungan sekitar kita, mungkin dari perhatian kita terhadap sesuatu itu nantinya dapat memberikan manfaat bagi diri sendiri dan orang lain.

2. Mulailah untuk berkreasi, karena dengan berkreasi akan memberi sumbangan bagi dunia pendidikan

(14)

Harunyahya. 2004. Keajaiban Laba-laba. Jurnl Ilmu Pendidikan, (Online), (www.harunyahya.com/indo, 22 Januari 2009).

Syamsuri, Istamar, dkk. 2000. Biologi 2000 1b Untuk SMU Kelas X. Jakarta: Erlangga.

Gunawan Susilowarno, Remigius. 2008. Cara Mudah Menghadapi Ujian Nasional 2008. Jakarta. Grasindo.

www // http. Google. Com. Laba-laba.(diakses Jum’at, 20 Maret 2009)

(15)

Gambar 1. Laba-laba sedang menunggu mangsa

(16)

Gambar 3. Jaring yang telah selesai di buat

(17)

BIODATA

Nama Lengkap : Suyono

Tempat/Tanggal Lahir : Jambi, 23 Maret 1992 Jenis Kelamin : Laki-Laki

Nama Sekolah : SMA Titian Teras Jambi

Alamat Lengkap Sekolah : Jl.Lintas Jambi-Ma.Bulian Km.21,Pijoan,

Kecamatan Jaluko,Kabupaten Muaro Jambi,Provinsi Jambi

Kode Pos : 36361

Telp:(0741) 7551162-27900

Alamat Lengkap Rumah : Jl. Suka Damai RT. 11/04 No. 395 Kab.Muaro Jambi Prov. Jambi

Kegemaran/Hobby : Football dan Bermusik

Cita-Cita : Pengusaha sukses

Bidang Ilmu Yang Digemari : Fisika, Komputer Nama Orang Tua

Ayah : Kasimun

Ibu : Misem

Pekerjaan orang tua

Ayah : Tani

(18)

BIODATA

Nama Lengkap : Rio Natanael Ginting

Tempat/Tanggal Lahir : Kuala Tungkal, 13 Desember 1992 Jenis Kelamin : Laki-Laki

Nama Sekolah : SMA Titian Teras Jambi

Alamat Lengkap Sekolah : Jl.Lintas Jambi-Ma.Bulian Km.21,Pijoan,

Kecamatan Jaluko,Kabupaten Muaro Jambi,Provinsi Jambi

Kode Pos : 36361

Telp:(0741) 7551162-27900

Alamat Lengkap Rumah : Jl. Patunas RT 04 Kel. Tungkal IV Kota Kec. Tungkal Ilir

Kegemaran/Hobby : Bermain basket, tenis meja, dan komputer Cita-Cita Pribadi : Menegement

Bidang Ilmu Yang Digemari : Ekonomi, Sosiologi, Matimatika dan Komputer

Nama Orang Tua :

Ayah : S. Ginting

Ibu : Dra. Prisma Barus

Pekerjaan Orang Tua

Ayah : PNS

Ibu : PNS

Gambar

Gambar 1. Laba-laba sedang menunggu mangsa
Gambar 3. Jaring yang telah selesai di buat

Referensi

Dokumen terkait

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah bauran pemasaran secara tidak langsung berpengaruh terhadap loyalitas melalui kepuasan mahasiswa kuliah pada Politenik

Kegiatan ini bertujuan untuk menerapkan atau mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh mahasiswa diperkuliahan sebagai calon pendidik dan memberi pengalaman mengajar

Pemasaran atau Marketing adalah suatu konsep untuk memenangkan pasar dengan cara mengetahui apa yang menjadi kebutuhan dan keinginan konsumen, menentukan pasar

Keterangan : Pengukuran kompleks fosfomolibdenum yang berasal dari larutan Vitamin C konsentrasi 120 µg/ml yang dipipet 0,5 ml dan dicampur dengan 5 ml larutan pereaksi

Berdasarkan data dan informasi penerapan ERP memberikan dampak positif pada komponen kinerja Quantity of Work (jumlah pekerjaan yang diselesaikan dalam satu periode tertentu),

The observation result on the objects of study indicated several points related to application of eco-interior aspect involving room organization, material choices, lighting

Disamping itu, tidak adanya hubungan protein dengan penyembuhan luka pasien disebabkan karena banyak faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka pada pasien bedah,

cukup, penulis merasa masih harus banyak belajar dan yang terpenting adalah tahu bagaimana menerapkan apa yang telah dipelajari dan didapatkan untuk membantu siswa dalam