• Tidak ada hasil yang ditemukan

KELAYAKAN FAKTOR FAKTOR DALAM PEMILIHAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KELAYAKAN FAKTOR FAKTOR DALAM PEMILIHAN"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

“KELAYAKAN FAKTOR

-FAKTOR

DALAM PEMILIHAN LOKASI INDUSTRI

(STUDI KASUS: SURABAYA INDUSTRIAL ESTATE

RUNGKUT)

NAMA ANGGOTA KELOMPOK :

1)

EKA SULIS STYOWATI

(3612100006)

2)

HESTY RISTIANI PUTRI

(3612100007)

3)

HERA WINDY

(3612100023)

4)

VIDYA TRISANDINI

(3612100028)

5)

ICHSANUL KARIM

(3612100032)

6)

KATHON WIRA A.

(3612100040)

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

SURABAYA

(2)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ...ii

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan dan Sasaran ... 2

1.4 Sistematika Pembahasan ... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA / TEORI ... 3

2.1 Teori Kawasan Industri Weber ... 3

2.2 Teori Lokasi Industri Komprehensif... 4

2.3 Diktat Analisis Lokasi dan Keruangan PWK ITS ... 6

2.4. Sintesis Tinjauan Pustaka... 7

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 8

3.1. Variabel Penelitian ... 8

3.2. Sampel dan Populasi ... 8

3.3. Metode Penelitian ... 9

3.3.1. Teknik Pengambilan Data ... 9

3.3.2. Teknik Analisis Data ... 9

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI ... 11

4.1 Letak Administratif ... 11

4.2 Kondisi Eksisting Kawasan Industri SIER ... 11

4.3 Sarana dan Prasarana Penunjang Kegiatan Industri ... 11

4.4 Pengelolaan Lingkungan ... 12

4.7 Upah Buruh ... 13

4.8 Jaminan Keamanan ... 15

4.9 Daya Serap Pasar Lokal ... 15

4.10 Kebijakan Pemerintah ... 15

BAB V ANALISIS ... 17

BAB VI PENUTUP ... 20

5.1. Kesimpulan ... 20

(3)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Sintesis Faktor Penentu Lokasi Kawasan Industri Weber ... 4

Tabel 2 Faktor Penentu Lokasi Kawasan Teori Lokasi Industri Komprehensif... 6

Tabel 3 Faktor Penentu Lokasi Kawasan berdasarkan Diktat Anlok Perencanaan Wilayah dan Kota ITS ... 6

Tabel 4 Tabel Sintesa Tinjauan Pustaka ... 7

Tabel 5 Indikator dan Variabel Penelitian ... 8

Tabel 6 Kriteria dan Stakeholder dalam Penelitian ... 9

Tabel 7 Hasil Kuisioner Mengenai Tingkat Kepentingan Faktor Pemilihan Lokasi Industri .. 17

Tabel 8Hasil Kuisioner Mengenai Kinerja Faktor Pemilihan Lokasi Industri ... 17

Tabel 9 Rekapitulasi Data Nilai Rata-Rata Kinerja dan Tingkat Kepentingan Menurut Responden ... 17

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keberadaan lokasi industri yang tidak tepat akan mempengaruhi potensi, kondisi dan

mutu sumber daya alam dan lingkungan sekitar. Salah satu cara untuk meminimalisir

dampak lokasi industri adalah dengan mengadakan sebuah kawasan industri yang

memadukan antara satu industri dengan industri lain. Keberadaan kawasan industri

memudahkan para investor sektor industri untuk memperoleh lahan dan melakukan

pembangunan industri. Kawasan industri mempunyai tujuan untuk menciptakan iklim

investasi yang baik melalui penyediaan lokasi industri yang telah siap pakai yang didukung

oleh fasilitas dan prasarana yang lengkap. Kawasan industri juga di harapkan dapat

berorientasi untuk mengatasi masalah pengelolaan dampak lingkungan yang ditimbulkan

oleh limbah industri.

Jumlah industri yang meningkat mengakibatkan munculnya teori-teori terkait

penentuan lokasi kawasan industri yang dikemukakan oleh beberapa ahli. Teori terkait

kawasan inudstri pertama kali dikemukakan oleh Marshall. Marshall mengatakan bahwa

lokasi suatu kawasan dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti kedekatan industri; jaringan lokal

antar perusahaan; berlokasi sama antara pemasok dan pembeli; ketersediaan tenaga kerja

yang terampil; kesempatan yang lebih baik untuk berspesialisasi intensif; difusi informasi

dan pengetahuan; faktor sosial, kultural dan politis; kebiasaan bisnis; pertimbangan

kelembagaan dan kedekatan jarak antar para pelaku ekonomi.

Teori kluster merupakan teori yang membahas tentang kawasan industri yang di

ungkapkan oleh Porter. Dalam teori ini Porter mengatakan yang mempengaruhi penentuan

lokasi kawasan industri adalah kondisi faktor; kondisi permintaan; industri pendukung dan

terkait; strategi perusahaan dan pesaing; kesempatan; dan kebijakan pemerintah. Kemudian

muncul teori lokasi industri komprehensif yang mengatakan bahwa faktor yang

mempengaruhi penentuan kawasan industri adalah faktor ketersediaan bahan baku; upah

buruh; jaminan keamanan; fasilitas penunjang; daya serap pasar lokal; dan aksesibiltas.

Teori industri komprehensif inilah yang banyak digunakan di kawasan-kawasan industri saat

ini.

Kawasan industri Rungkut yang terletak di Surabaya merupakan salah satu contoh

kawasan industri yang terletak di Indonesia. Kawasan ini dikelola oleh PT Surabaya

Industrial Estate Rungkut (PT SIER). Dengan luas total sebesar 245 ha, kawasan ini dapat

mengakomodir sekitar 300 perusahaan. Kawasan industri SIER dibangun dengan tujuan

(5)

pembangunan nasional, khususnya di bidang pembangunan dan pengelolaan kawasan

industri. Salah satu misi dari pembangunan kawasan industri SIER ini adalah mewujudkan

industri yang mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya alam dalam memberikan

pelayanan penjualan, penyewaan, fasilitas industri dan penyediaan fasilitas.

1.2 Rumusan Masalah

Kawasan industri SIER telah mengalami perubahan di sekitar penggunaan lahannya, seperti pembangunan kawasan permukiman, sehingga kondisinya sudah tidak ideal lagi. Kawasan SIER yang sudah tidak ideal ini membuat lokasi industri SIER dikaji lagi kelayakannya, sehingga rumusan masalah dalam laporan ini adalah apakah lokasi industri SIER masih layak untuk dipertahankan?

1.3 Tujuan dan Sasaran

Tujuan penulisan laporan ini adalah menganalisis relevansi lokasi kawasan industri

SIER dengan kondisi ideal, sehingga dapat diperoleh evaluasi lokasi industri SIER. Adapun

sasaran dari penulisan laporan ini adalah:

1. Menentukan faktor-faktor dalam pemilihan lokasi industri SIER

2. Menganalisis kinerja dan tingkat kepentingan dari masing-masing faktor

digunakan dalam pemilihan lokasi industri SIER

3. Mengelompokkan dan menetapkan prioritas

4. Evaluasi lokasi SIER

1.4 Sistematika Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN

Berisi latar belakang dilakukan studi, tujuan dan sasaran, dan sistematika pembahasan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Teori yang kemudian akan dikaji berdasarkan literatur serta referensi tersebut.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Membahas tentang pendekatan dan jenis penelitian, metode pengambilan sampel,

metode pengumpulan data, metode analisis, dan tahapan penelitian

BAB IVGAMBARAN UMUM

Membahas tentang pendekatan dan jenis penelitian, metode pengambilan sampel,

metode pengumpulan data, metode analisis.

BAB V ANALISIS

Membahas tentang analisis kelayakan pemilihan lahan PT SIER

BAB VI PENUTUP

Membahas tentang kesimpulan dan lesson learned yang diperoleh berdasarkan hasil

(6)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA / TEORI

2.1 Teori Kawasan Industri Weber

Teori lokasi merupakan sebuah ilmu yang menyelidiki tata ruang kegiatan ekonomi.

Selain itu, Teori Lokasi juga dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang lokasi

secara geografis, serta pengaruhnya terhadap lokasi berbagai macam usaha atau kegiatan

lain. Tidak ada sebuah teori tunggal yang bisa menetapkan di mana lokasi suatu kegiatan

produksi itu sebaiknya dipilih. Untuk menetapkan lokasi suatu industri (skala besar) secara

komprehensif diperlukan gabungan dari berbagai pengetahuan dan disiplin. Berbagai faktor

yang ikut dipertimbangkan dalam menentukan lokasi, antara lain ketersediaan bahan baku,

upah buruh, jaminan keamanan, fasilitas penunjang, daya serap pasar lokal, dan

aksesibilitas dari tempat produksi ke wilayah pemasaran yang dituju (terutama aksesibilitas

pemasaran ke luar negeri), stabilitas politik suatu negara, dan kebijakan daerah (peraturan

daerah).

Teori Weber adalah bahwa penentuan lokasi industri ditempatkan di tempat-tempat

yang resiko biaya atau biayanya paling murah atau minimal (least cost location) yaitu tempat

dimana total biaya transportasi dan tenaga kerja di mana penjumlahan keduanya minimum,

tempat dimana total biaya transportasi dan tenaga kerja yang minimum yang cenderung

identik dengan tingkat keuntungan yang maksimum. Prinsip tersebut didasarkan pada enam

asumsi bersifat prakondisi, yaitu :

1. Wilayah bersifat homogen dalam hal topografi, iklim dan penduduknya (keadaan

penduduk yang dimaksud menyangkut jumlah dan kualitas SDM)

2. Ketersediaan sumber daya bahan mentah.

3. Upah tenaga kerja.

4. Biaya pengangkutan bahan mentah ke lokasi pabrik (biaya sangat ditentukan oleh

bobot bahan mentah dan lokasi bahan mentah)

5. Persaingan antar kegiatan industri.

6. Manusia berpikir secara rasional.

Weber juga menyusun sebuah model yang dikenal dengan istilah segitiga lokasional

(locational triangle), yang didasarkan pada asumsi :

a. Bahwa daerah yang menjadi obyek penelitian adalah daerah yang terisolasi.

Konsumennya terpusat pada pusat-pusat tertentu. Semua unit perusahaan dapat

memasuki pasar yang tidak terbatas dan persaingan sempurna.

(7)

c. Barang-barang lainnya seperti minyak bumi dan mineral adalah sporadik tersedia

secara terbatas pada sejumlah tempat.

d. Tenaga kerja tidak tersedia secara luas, ada yang menetap tetapi ada juga yang

mobilitasnya tinggi.

Dalam menentukan lokasi industri, terdapat tiga faktor penentu, yaitu biaya

transportasi, upah tenaga kerja, dan dampak aglomerasi dan deaglomerasi. Biaya

transportasi diasumsikan berbanding lurus terhadap jarak yang ditempuh dan berat barang,

sehingga titik terendah biaya transportasi menunjukkan biaya minimum untuk angkutan

bahan baku dan distribusi hasil produksi. Biaya transportasi akan bertambah secara

proporsional dengan jarak. titik terendah biaya transportasi adalah titik yang menunjukkan

biaya minimum untuk angkutan bahan baku (input) dan distribusi hasil produksi.

Tabel 1Sintesis Faktor Penentu Lokasi Kawasan Industri Weber

No Sumber Faktor

1. Teori Kawasan Industri

Weber

a) Tenaga kerja

b) Sumber daya alam

c) Jarak antara bahan baku dan pabrik

d) Daya serap pasar

e) Stabilitas politik

f) Kebijakan daerah

2.2 Teori Lokasi Industri Komprehensif

Pada dasarnya tidak ada teori tunggal yang dapat digunakan untuk menetapkan

dimana lokasi industri sebaiknya dipilih. Maka dari itu untuk menetapkan lokasi industri

(skala besar) diperlukan gabungan dari berbagai pengetahuan dan disiplin ilmu secara

komprehensive. Tarigan (2004) mengulas tentang faktor-faktor yang pada umumnya

dipertimbangkan dalam menentukan lokasi industri, yaitu:

 Ketersediaan bahan baku

Beberapa industri yang tergantung pada ketersediaan bahan baku akan cenderung

memilih lokasi yang dekat dengan lokasi bahan baku. Hal tersebut dikarenakan fokus

utama dari industri tersebut adalah bahan baku. Artinya, keuntungan yang lebih

besar dapat diperoleh apabila lokasi industri berada di dekat lokasi bahan baku.

Dengan demikian biaya transportasi yang dikeluarkan akan lebih kecil dan proses

produksi dapat dilakukan dengan lebih cepat karena ketersediaan bahan baku yang

memadai dalam wilayah tersebut.

(8)

Upah buruh antar daerah atau wilayah tentu berbeda-beda. Perbedaan upah

tersebut turut mempengaruhi pemilihan lokasi kegiatan industri karena tujuan utama

dari investor ataupun pengusaha adalah mendapatkan keuntungan yang maksimal.

Pengusaha akan cenderung memilih lokasi yang memiliki biaya upah buruh lebih

rendah karena dengan demikian dapat menekan biaya produksi sehingga

keuntungan yang didapat lebih besar.

 Jaminan keamanan

Jaminan keamanan berbicara mengenai jaminan keamanan secara fisik dan

investasi. Jaminan keamanan secara fisik misalnya memiliki kualitas infrastruktur

yang baik serta relatif aman dan jauh dari ancaman bencana atau bahaya.

Sementara jaminan keamanan dalam berinvestasi berbicara mengenai iklim saham

dan investasi dalam pembangunan kawasan industri di suatu lokasi. Investor atau

pengusaha akan memikirkan keamanan dalam berinvestasi sehingga modal yang

dikeluarkan bisa lebih cepat kembali dan mendatangkan keuntungan bukan

kerugian.

 Fasilitas penunjang

Fasilitas penunjang juga turut mempengaruhi pemilihan lokasi industri. Investor atau

pengusaha akan cenderung memilih lokasi yang memiliki ketersediaan infrastruktur

yang memadai dan beberapa fasilitas penunjang, seperti perumahan untuk

karyawan, fasilitas peribadatan, fasilitas sosial, dan lain sebagainya. Dengan

demikian hal tersebut dapat menunjang kegiatan produksi sehingga dapat

berlangsung dengan lebih efisien.

 Daya serap pasar lokal

Daya serap pasar lokal berbicara mengenai seberapa jauh produk yang akan

dihasilkan dapat diterima di pasar lokal. Pengusaha atau investor akan cenderung

memilih lokasi dimana pasar lokal dari wilayah tersebut diprediksikan dapat

menerima produk yang akan dihasilkan. Hal tersebut dikarenakan daya serap pasar

lokal akan menentukan besar kecilnya permintaan dari suatu produk yang akan

dihasilkan oleh suatu industri. Dalam hal ini, pengusaha umumnya akan memilih

lokasi yang memiliki daya serap pasar lokal tinggi sehingga permintaan yang

dihasilkan juga tinggi.

 Aksesibilitas

Aksesibilitas merupakan kemudahan dalam mencapai suatu lokasi. Aksesibilitas juga

dipengaruhi oleh ketersediaan infrastruktur jaringan jalan yang memadai. Pengusaha

atau investor akan cenderung memilih lokasi yang memiliki aksesibilitas yang baik.

(9)

pergerakan dalam pengambilan bahan baku maupun pemasaran dapat dilakukan

dengan mudah dan cepat pula.

Berdasarkan teori lokasi industri komprehensif tersebut, maka berikut tabel

faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penentuan lokasi kawasan industri.

Tabel 2 Faktor Penentu Lokasi Kawasan Teori Lokasi Industri Komprehensif

No Sumber Faktor

1. Teori Lokasi Industri Komprehensif

a) Ketersediaan Bahan Baku b) Upah Buruh

c) Jaminan Keamanan d) Fasilitas Penunjang e) Daya Serap Pasar Lokal f) Aksesibilitas

2.3 Diktat Analisis Lokasi dan Keruangan PWK ITS

Faktor penentu lokasi dibagi dua, yakni faktor lokasi makro dan mikro. Faktor lokasi

dari sisi makro dipengaruhi oleh transportasi, tenaga kerja, iklim, dan pajak, sedangkan dari

sisi mikro dipengaruhi oleh:

Lahan

Layanan Transportasi

Penyediaan Energi

 Kelistrikan (tegangan, kinerja, gardu induk, biayasambungan)

 Gas (jenis pelayanan, jaring distribusi, harga, biaya sambungan)

 Batubara

Penyediaan air bersih

 Layanan jaringan PDAM (sambungan, kinerja, sumber air, harga jual)

 Penggunaan air tanah (kualitas, kuantitas)

Penyediaan limbah cair

Pengelolaan limbah padat

Kegiatan usaha yang berdekatan

Tabel 3Faktor Penentu Lokasi Kawasan berdasarkan Diktat Anlok Perencanaan Wilayah dan Kota ITS

No Sumber Faktor

(10)

2.4. Sintesis Tinjauan Pustaka

Berdasarkan tinjauan pustaka diatas, didapatkan sebuah tabel yang berisi sintesis tinjauan pustaka dengan luaran berupa variabel, yakni:

Tabel 4Tabel Sintesa Tinjauan Pustaka

No Sumber Indikator Variabel

1. Teori Kawasan Industri Weber

Teori Industri Komprehensif (Tarigan, 2004)

Ekonomi a) Tenaga kerja b) Ketersedian bahan

baku

c) Daya serap pasar 2. Diktat Analisis Lokasi dan

Keruangan Jurusan Perencaan Wilayah dan Kota ITS (Santoso dkk, 2012)

Fisik a) Aksebilitas b) Jaringan

keamanan c) Infrastruktur d) Traspotasi

Berdasarkan tinjauan teori yang dilakukan diatas, teori komprehensif pada dasarnya

telah mewakili dari 2 teori sebelumnya yang dijelaskan dan juga teori tersebut telah cukup

memenuhi faktor-faktor yang digunakan oleh suatu kawasan industry dalam menentukan

lokasi, hanya saja pada makalah ini dari keenam teori komprehensif yang telah dipaparkan

akan ditambahkan faktor lainnya yaitu kelembagaan atau kebijakan pemerintah yang tidak

dibahas dalam teori komprehensif . Karena faktor kelembagaan cukup berpengaruh

(11)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah faktor dasar yang dihasilkan dari sintesa tinjauan pustaka

yang memiliki ukuran, baik kualitatif ataupun kuantitatif. Variabel penelitian adalah dasar dari

suatu penelitian, juga dapat menjadi gambaran awal dari hasil penelitian. Adapun variabel

yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat di tabel di bawah ini

Tabel 5 Indikator dan Variabel Penelitian

No Sumber Indikator Variabel

1. Teori Kawasan Industri

Weber

2. Diktat Analisis Lokasi dan

Keruangan Jurusan

Populasi diartikan sebagai keseluruhan satuan analisis yang merupakan sasaran

penelitan. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi penelitian adalah stakeholder

pengambil keputusan dalam penentuan lokas industri SIER, yakni pemerintah (Bappeda dan

PU), swasta, dan praktisi.

Sampel merupakan bagianbagian dari keseluruhan atau populasi, yang menjadi

obyek sesungguhnya dari suatu penelitian. Metodologi untuk menyeleksi individu-individu

masuk ke dalam sampel yang representatif disebut sebagai sampling.

Guna menentukan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan teknik purposive

(12)

1. Stakeholder yang akan terkena dampak dari suatu rogram (dampak positif

maupun negatif)

2. Stakeholder yang dapat mempengaruhi program tersebut (positif maupun

negatif)

3. Individu atau kelompok yang perlu dilibatkan dalam program tersebut

4. Bagaimana caranya serta kapasitas siapa yang perlu dibangun untuk

memberdayakan mereka dalam berpartisipasi

Tabel 6Kriteria dan Stakeholder dalam Penelitian

No Kriteria Informan

1 Pihak swasta yang memiliki lahan dan

beroperasi di SIER

PT. Nestle (Perusahaan yang beroperasi

di SIER)

2 Pemerintah yang ikut berperan dalam

pengarahan penggunaan lahan di

Surabaya

Badan Perencanaan dan Pembangunan

Kota Surabaya

Dinas Pekerjaan Umum Kota Surabaya

3 Akademisi dan praktisi perencanaan

kota yang memahami tentang

penggunaan lahan di Surabaya

Ahli Perencana Utama Perencanaan

Wilayah dan Kota Jawa Timur

3.3. Metode Penelitian

3.3.1. Teknik Pengambilan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan menggunakan survey

primer dan sekunder. Survey primer diperoleh dengan menggunakan kuisioner, dimana para

stakeholder menilai tingkat kinerja menggunakan skala 1-4 dengan nilai (1) sangat tidak baik

dan nilai (4) sangat baik. Tingkat prioritas juga menggunakan penilaian dengan skala (1)

sangat tidak penting dan nilai (4) sangat penting.

Survey sekunder merupakan pengumpulan data dan informasi terkait lokasi PT SIER

kepada instansi dan literatur terkait. Survey yang dilakukan merupakan survey literatur

berupa peninjauan isi literature yang bersangkutan, seperti buku, hasil penelitian, dokumen

rencana tata ruang, serta media massa.

3.3.2. Teknik Analisis Data

Data terhadap variabel yang telah didapat dalam penelitian ini kemudian

dikelompokkan dengan menggunakan teknik analisis Importance-Performance Analysis

(13)

wilayah terkait. Berdasarkan teknik analisis IPA ini didapatkan pemetaan variabel dalam

empat kuadran, yakni:

1. Kuadran I: Variabel dengan tingkat kepentingan tinggi dan tingkat performa tinggi

2. Kuadran II: Variabel dengan tingkat kepentingan rendah, namun tingkat

performanya tinggi

3. Kuadran III: Variabel dengan tingkat kepentingan rendah dan tingkat performa

rendah

4. Kuadran IV: Variabel dengan tingkat kepentingan tinggi namun tingkat

(14)

BAB IV

GAMBARAN UMUM LOKASI

4.1 Letak Administratif

Kawasan industri PT SIER berlokasi di Surabaya tepatnya di jalan Rungkut Raya

Industri No.10. PT. SIER, termasuk dalam administrasi Kecamatan Rungkut, Tenggilis

Mejoyo dan Gunung Anyar dengan batas-batas administrasi sebagai berikut:

Sebelah Utara :Kelurahan Kendangsari dan Kali Rungkut

Sebelah Barat :Kecamatan Tenggilis Mejoyo (Kelurahan Kutisari dan Kendangsari)

Sebelah Selataan :Kabupaten Sidoarjo

Sebelah Timur :Kecamatan Rungkut (Rungkut Kidul dan Rungkut Tengah) dan

Kecamatan Gunung Anyar (Rungkut Menanggal)

4.2 Kondisi Eksisting Kawasan Industri SIER

PT. SIER (Surabaya Industrial Estate Rungkut) merupakan instansi milik BUMN yang

didirikan untuk membangun dan mengembangkan kawasan industri di Surabaya. PT

Surabaya Industrial Estate Rungkut (Persero) didirikan pada tanggal 28 Februari 1974 untuk

mengelola dan mengembangkan Kawasan Industri.Luas lahan industri Surabaya Industrial

Estate Rungkut seluas 289,3 Ha, dan telah ditempati oleh hampir 300 perusahaan yang

menampung puluhan ribu pekerja. Dalam pembagian sahamnya, proporsi saham 50%

dimiliki oleh pemerintah pusat, 25 % pemerintah daerah tingkat I Jawa Timur, dan 25%

pemerintah tingkat II Surabaya. Kawasan industri ini merupakan salah satu dari kawasan

industri yang dapat menyelesaikan pembebasan tanahnya.

Di kawasan industri SIER Jenis-jenis industri yang boleh beroprasi adalah jenis

industri ringan dengan tingkat industri besar, menengah dan kecil. Untuk mengoprasikan

industri harus terlebih dahulu mendapatkan izin persetujuan dari instansi berwenang (dinas

perindustrian dan perdagangan, BKPM, Pemda, dsb) sera memenuhi syarat-syarat dan

ketentuan yang ditetapkan oleh PT SIER.

4.3 Sarana dan Prasarana Penunjang Kegiatan Industri

Fasilitas penunjang kegiatan industri di kawasan SIER, ditunjang oleh beberapa

fasilitas yang mendukung kegiatan industri SIER. Fasilitas pendukung berfungsi untuk

menunjang keberlangsungan kegiatan industri SIER, terutama untuk pekerja maupun

masyarakat yang berada disekitar industri SIER. Menurut pengelola, fasilitas

pendukungsebagai berikut.

(15)

pemadam kebakaran yang ada di kawasan industri kalirungkut masih satu wilayah

dengan UPTD Surabaya III yang ada di Kecamatan Rungkut. Untuk fungsi pemadam

kebakaran menurut peraturan walikota surabaya nomor 32 tahun 2006 yaitu pelaksanaan

pemadaman, penanggulangan, dan penyelamatan jiwa / harta benda.

b. PLN / Jaringan Listrik

Penyediaan tenaga listrik sebagai sumber tenaga untuk menjalankan industri. Selama

ini, tenaga listrik disediakan oleh PLN, namun dengan keterbatasan penyediaan dari PLN

dan perencanaan listrik yang tidak terpadu dengan arah pengembangan kawasan industri,

maka pada beberapa kawasan industri penyediaan listrik dikembangkan sendiri oleh

pengembang.

c. Jaringan Telepon

Penyediaan jaringan telepon untuk penunjang kawasan industri yang ada di SIER ini di

sediakan oleh PT Telkom Indonesia.

d. Masjid

Fasilitas pendukung peribadatan yaitu masjid yang ada di kawasan industri SIER

surabaya adalah masjid Baituurrazaq SIER, yang berada di jalan rungkut industri raya.

e. Fasilitas Olahraga

Fasilitas penunjang olahraga industri kalirungkut berupa lapangan futsal, lapangan

tennis, lapangan sepak bola dan club house.

4.4 Pengelolaan Lingkungan

a) Pusat Pengelolaan air limbah

Sistem pengelolaan air limbah, PT. SIER (Persero) menggunakan system

pengolahan secara fisika-biologis. Dalam hal ini tanpa menggunakan atau menambahkan

bahan kimia. Pembuangan air limbah industri (waste water disposal) dialirkan melalui pipa

dari pabrik ke saluran pipa bawah tanah yang dipasang sepanjang jalan di depan kavling

pabrik yang terletak di kawasan Industri Rungkut, volume limbah yang masuk IPAL PT.

SIER 7000 – 8000 m3/hari dari 350 industri.

Pengelolaan pertama yang dilakukan yaitu proses pengendapan yang terjadi secara

gravitasi pada bak equalisasi atau sumur pengumpula dengan ketinggian 9 meter dari

permukaan tanah dan diameter 5 meter. Proses ini disebut primary treatment dengan tujuan

(16)

– 45 % dan padatan 50 – 60 % dengan waktu tinggal 2 – 5 jam. Kemudian dialirkan masuk ke dalam kolam oksidasi disebut pengolahan kedua. Proses biologis bertujuan untuk

mengurangi bahan-bahan organik melalui mikroorganisme yang ada di dalamnya.

b) Pembuangan Sampah

Pembuangan sampah industri SIER terpusat pada satu-satunya TPA yang ada di

Kota Surabaya yaitu TPA Benowo yang ada di Kecamatan Benowo Surabaya barat, dengan

perkiraan timbulan sampah total yaitu 9.099,28 m3

4.5 Pemasaran dan Distribusi

Akses jalan utama kawasan SIER dapat dicapai dari tiga arah sehingga lebih mudah

untuk dicapai.Untuk menuju kawasan ini dapat melalui Jalan Ir Soekarno-Hatta MERR,

Jalan Ahmad Yani, dan Jalan Tol Waru-Rungkut. Akses jalan tol memudahkan dalam

pendistribusian barang karena jalan tol ini terhubung langsung dengan Pelabuhan Tanjung

Perak di Surabaya Utara dan berbagai kabupaten di sekitar Kota Surabaya. Selain itu akses

Jalan Ir Soekarno-Hatta MERR dan Jalan Ahmad Yani memudahkan pendistribusian barang

di dalam Kota Surabaya.

Pola sirkulasi jalan yang dipergunakan dalam Kawasan Industri SIER adalah pola

Grid Irondimana denganpola ini akan diperoleh alignment jalan yang lurus sehingga lebih

memudahkan sirkulasi kendaraan berat seperti truk (Kwanda, 2000). Selain itu, pola ini akan

bentuk kapling empat persegi yang sederhana sehingga akan didapatkan luas kapling yang

efektif untuk bangunan.

4.6KetersediaanBahan Baku

Proses produksi merupakan usaha untuk mentransformasikan bahan kedalam hasil

akhir yang memiliki nilai lebih tinggi. Jarak antara lokasi dengan ketersediaan bahan baku

mempengaruhi biaya pengangkutan, PT. SIER yang berlokasi di Kota Surabaya

mendapatkan bahan baku pokok dari luar Kota Surabaya, bahan baku untuk industri SIER

digolongkan dengan jenis industri.

4.7Upah Buruh

Mengacu pada PeraturanGubernur (Pergub) Nomor 72 tahun 2012 tentang UMK di

JawaTimurtahun 2013, upah buruh di Kota Surabaya tahun 2013 adalah Rp 1.740.000

(Andriansyah, 2012). Jumlah ini melebihi rata-rata upah buruh di Indonesia yang hanya

mencapai Rp 1.550.700 pada kuartal IV-2012 (Purwanto, 2013).Upah ini juga merupakan

(17)

Sebagai bandingan rata-rata upah buruh di Jawa Timur hanya berjumlah Rp

1.070.875. Sedangkan dibandingkan dengan wilayah Gerbangkertosusila Plus (Gresik,

Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, Lamongan, Tuban, Bojonegoro,

JombangdanPasuruan), upah buruh di Surabaya merupakan upah tertinggi bersamaan

dengan Kabupaten Gresik.Rata-rata upah buruh di wilayah Gerbangkertosusila adalah Rp

1.314.356. Lebih jelas mengenai perbandingan upah buruh Surabaya dengan wilayah

lainnya dapat dilihat pada gambar 3.1 dan 3.2.

Gambar 3.1 Grafik Perbandingan Upah Buruh Kota Surabaya

Sumber: PeraturanGubernur (Pergub) Nomor 72 tahun 2012

Gambar. 3.2 Grafik Perbandingan Upah Buruh Kota Surabaya dalam

GerbangkertaSusila Plus

Sumber: PeraturanGubernur (Pergub) Nomor 72 tahun 2012

0 500,000 1,000,000 1,500,000 2,000,000

Perbandingan Upah Buruh Kota

Surabaya

Upah Buruh

0 500,000 1,000,000 1,500,000 2,000,000

Perbandingan Upah Buruh Kota

Surabaya dalam Gerbangkertasusila Plus

(18)

4.8 Jaminan Keamanan

Jaminan keamanan industri SIER berupa pos-pos keamanan yang berada di

gerbang masuk industri, termasuk juga petugas keamanan dan prosedur masuk ke dalam

industri yang cukup ketat. Dari segi keamanan investasi, lokiasi industri SIER berada di kota

surabaya yang memudahkan distribusi pemasaran produk industri.

4.9Daya Serap Pasar Lokal

Dayaserappasarlokalberbicaramengenaiseberapajauhproduk yang

akandihasilkandapatditerima di pasarlokal. Dalam hal ini penggambaran mengenai daya

serap pasar lokal ditinjau dari pertumbuhan ekonomi, pendapatan per kapita, dan daya beli

masyarakat yang bersumber dari RPJMD Kota Surabaya Tahun 2006-2010.

Perkembangan ekonomi Surabaya relatif tinggi dibanding pertumbuhan rata-rata

Nasional (5,74%) maupun Jawa Timur (5,90%) pada tahun 2006 – 2010. Pertumbuhan ekonomi ini lebih didorong oleh pertumbuhan sektor terSIER khususnya pertumbuhan di

sektor perdagangan, jasa dan komunikasi yang pertumbuhan rata-ratanya berkisar antara

6% hingga 7% per tahun. Pada tahun 2010 pertumbuhan ekonomi Surabaya mencapai

7,09% dan pertumbuhan positif pada sub sektor pengangkutan dan komunikasi (9,41%) dan

sub sektor perdagangan, hotel dan restoran (8,47%). Dari segi pendapatan per kapita, pada

tahun 2010 nilai PDRB perkapita Kota Surabaya adalah sebesar Rp 70.032.261,- atau

meningkat 8,55 % dari tahun 2009.Sedangkan ditinjau dari paritas daya beli masyarakat,

Kota Surabaya dalam rentang tahun 2006-2011 pun mengalami peningkatan walaupun

relatif kecil yaitu dari 1.810 ribu per kapita per tahun pada tahun 2006 menjadi 1.823,54 ribu

kapita per tahun pada tahun 2011. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan daya beli

masyarakat Kota Surabaya semakin meningkat pula seiring dengan inflasi barang dan

jasa.Berdasarkan variabel-variabel tersebut,mengindikasikan bahwa daya serap pasar lokal

Kota Surabaya pada umumnya baik/ positif. Sehingga pada umumnya produk-produk yang

dipasaran di Kota Surabaya dapatditerima di pasarlokal.

4.10Kebijakan Pemerintah

Ditinjau dari kebijakan pemerintah terkait legalitas kawasan, legalitas Perseroan

Terbatas Surabaya Industrial Estate Rungkut (PT. SIER)adalah Perseroan Terbatas yang

didirikan berdasarkan Akta Notaris Abdul Latief Nomor 166 tanggal 28 Pebruari 1974 yang

disahkan dengan Keputusan Menteri Kehakiman Nomor Y.A.5/341/18 tanggal 17 September

1974 sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Akta Notaris Wachid Hasyim,

SH Nomor 13 tanggal 14 Maret 2006 yang disahkan dengan Keputusan Menteri Hukum dan

Hak Asasi Manusia Nomor C-08927 HT.01.04.TH.2006 tanggal 27 Maret 2006. Selain itu,

(19)

Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Surabaya, kawasan industri ditetapkan pada Unit

Pengembangan yang terdapat lokasi pengembangan industri yaitu di Unit Pengembangan

(UP) I Rungkut di sekitar Surabaya Industrial Estate Rungkut (SIER), Kalirungkut, Kedung

Baruk, di wilayah UP. X Wiyung di kawasan Karangpilang, dan di wilayah UP. XI Tambak

Osowilangon di sekitar Margomulyo.

Selain peraturan mengenai legalitas kawasan industri SIER, pada umumnya telah

banyak kebijakan pemerintah kota maupun provinsi yang mengatur tentang industri. Pada

dasarnya regulasi mengenai industri dirumuskan untuk mengatur perkembangan industri di

Kota Surabaya. Beberapa kebijakan tentang industri yang dikeluarkan oleh pemerintah

daerah memberatkan pihak industri dan terdapat pula kebijakan yang memudahkan pihak

industri. Beberapa kebijakan pemerintah mengenai industri antara lain Peraturan Daerah

Kota Surabaya Nomor 3 Tahun 2002 tentang Retribusi Pelayanan di Bidang Perindustrian,

Perdagangan, dan Penanaman Modal; Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 1 Tahun

2004 tentang Izin Gangguan; Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 2 Tahun 2004

tentang Izin Gangguan tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air;

dan Peraturan Gubernur Jawa Timur tentang Upah Minimum Kabupaten/ Kota di Jawa

(20)

BAB V

ANALISIS

Berikut merupakan hasil kuisioner yang telah disebar kepada stakeholder-stakeholder terkait tentang tingkat kepentingan dan kinerja dari faktor pemilihan industri:

Tabel 7Hasil Kuisioner Mengenai Tingkat Kepentingan Faktor Pemilihan Lokasi Industri

Tabel 8Hasil Kuisioner Mengenai Kinerja Faktor Pemilihan Lokasi Industri

Responden Jaminan

Tabel 9 Rekapitulasi Data Nilai Rata-Rata Kinerja dan Tingkat Kepentingan Menurut Responden

No Variabel Performance Importance 1 tenaga kerja 2.75 2.5

(21)

Gambar 1 : Kuadran Hasil Importance-Performance Analysis

1. kuadran II (Concentrate Here):

Atribut 6 (infrastruktur) harus sangat diprioritaskan karena memiliki tingkat kepentingan

tinggi namun kinerja yang kurang memuaskan, padahal suatu kawasan industri harus

ditunjang oleh infrastruktur yang baik. Contoh dari infrastruktur yang dibutuhkan di kawasan

SIER adalah seperti penyediaan jaringan jalan dan jaringan listrik yang mampu menunjang

kawasan industri tersebut

2. kuadran I (Keep Up The Good Work):

Atribut 5 (daya serap pasar), atribut 2 (aksesibilitas) dan atribut 7 (transportasi) perlu

dipertahankan karena tingkat kepentingannya yang tinggi telah diimbangi dengan kinerja

yang baik. Daya serap pasar merupakan distribusi produk yang akan dihasilkan dapat

diterima di pasar sehingga proses produksi dari kawasan industri tersebut dapat terus

berjalan. sedangkan aksesibilitas dan transportasi perlu dipertahankan karena dapat

memudahkan proses pendistribusian barang hasil produksi,sehingga produk yang dihasilkan

dapat terdistribusikan dengan baik dan cepat.

3. kuadran III (Low Priority):

Atribut 3 (ketersediaan bahan baku) dan atribut 1 (tenaga kerja) tidak begitu penting

karena ketersediaan bahan baku disini tidak begitu penting karena bahan baku untuk

(22)

didapatkan dari luar kota Surabaya seperti expor dan lain sebagainya. sedangkan untuk

tenaga kerja tidak begitu penting karena di jaman teknologi yang canggih ini tenaga kerja

yang dibutuhkan bukan dari tenaga kerja manusia sebagai tenaga utamanya melainkan

tenaga kerja yang bisa mengoperasikan jalannya proses produksi seperti mesin dan lain

sebagainya.

4. kuadran IV (Possible Overkill):

Atribut 4 (jaminan keamanan)tidak berpengaruh karena jaminan keamanan dapat

(23)

BAB VI

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

1. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pemilihan lokasi lahan industri, yakni:

a. Tenaga kerja

b. Ketersedian bahan baku

c. Daya serap pasar

d. Aksebilitas

e. Jaringan keamanan

f. Infrastruktur

g. Transportasi

2. Berdasarkan analisis stakeholder dan importance-performance analysis, diketahui

bahwa faktor yang perlu diprioritaskan pembangunan/perbaikannya adalah faktor

infrastruktur, karena tingkat kepentingannya tinggi namun masih tingkat kinerjanya

masih rendah.

3. Faktor dengan tingkat kepentingan tinggi yang kinerjanya sudah baik adalah daya

serap pasar, aksesibilitas, dan transportasi, sehingga patut dipertahankan.

4. Faktor jaminan keamanan bukanlah sebuah prioritas dalam evaluasi pemilihan

lokasi, karena walaupun kinerjanya rendah, tingkat kebutuhannya juga rendah.

5.2. Lesson Learned

Pemilihan lokasi industri dipengaruhi oleh banyak faktor, dengan faktor yang paling

berpengaruh menurut para stakeholder adalah infrastruktur, daya serap pasar, aksesibilitas,

dan transportasi. Hal ini konsisten dengan teori lokasi komprehensif oleh Tarigan (2004),

dan mereduksi faktor kebijakan seperti stabilitas politik dan kebijakan daerah dari teori lokasi

Weber. Faktor yang perlu diprioritaskan adalah infrastruktur, karena masih adanya

gangguan-gangguan infrastruktur yang menyebabkan lokasi industri SIER menjadi kurang

layak untuk dipertahankan.

Guna mempertahankan kelayakan lokasi industri SIER, diperlukan peningkatan

terutama dalam aspek infrastruktur seperti air, listrik, persampahan, pematusan, dan

drainase. Prioritas perbaikan adalah infrastruktur saluran drainase karena pada musim

hujan, kawasan SIER bisa menjadi kawasan dengan genangan air yang tinggi (biasanya

mencapai ±30 cm) dan memicu kemacetan, sehingga menyebabkan transportasi menjadi

Gambar

Tabel 1Sintesis Faktor Penentu Lokasi Kawasan Industri Weber
Tabel 3Faktor Penentu Lokasi Kawasan berdasarkan Diktat Anlok Perencanaan
Tabel 4Tabel Sintesa Tinjauan Pustaka
Tabel 5 Indikator dan Variabel Penelitian
+5

Referensi

Dokumen terkait

Adapun dosa-dosa besar lainnya yang tidak tercantum dalam hadis di atas, tetapi menjadi kriteria dosa besar dalam hadis yang lain, di antaranya adalah

Hal ini terjadi disebabkan kebutuhan kalsium yang tinggi pada batang tanaman dan rendahnya kebutuhan magnesium untuk batang sebagaimana telah dijelaskan pada sub

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa persentase penggunaan susu full cream dan minyak sawit merah berpengaruh nyata terhadap overrun es krim ubi jalar ungu

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan, maka dalam penelitian ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: persepsi pengembangan

dan dalam mengajar guru selalu menggunakan metode ceramah sehingga membuat peserta didik menjadi tidak tertarik dalam belajar IPS. Pada saat sebelum penelitian

Pada akhir pengajaran dan pembelajaran setiap bidang dalam Pendidikan Islam Sekolah Rendah, murid akan dipastikan dapat mencapai beberapa standard penguasaan

Coming to be the member to constantly see just what up-to-date from this publication Think Well, Live Well Now By Benay Behnke website will certainly make you feel appropriate to

Oleh karena itu bagi lembaga pendidikan yang mengembangkan pendidikan vokasi tidak perlu minder dan kemudian mengubah menjadi pendidikan akademik, karena akan