“KELAYAKAN FAKTOR
-FAKTOR
DALAM PEMILIHAN LOKASI INDUSTRI
(STUDI KASUS: SURABAYA INDUSTRIAL ESTATE
RUNGKUT)
”
NAMA ANGGOTA KELOMPOK :
1)
EKA SULIS STYOWATI
(3612100006)
2)
HESTY RISTIANI PUTRI
(3612100007)
3)
HERA WINDY
(3612100023)
4)
VIDYA TRISANDINI
(3612100028)
5)
ICHSANUL KARIM
(3612100032)
6)
KATHON WIRA A.
(3612100040)
PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ...ii
DAFTAR TABEL ... iii
DAFTAR GAMBAR ... iii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 2
1.3 Tujuan dan Sasaran ... 2
1.4 Sistematika Pembahasan ... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA / TEORI ... 3
2.1 Teori Kawasan Industri Weber ... 3
2.2 Teori Lokasi Industri Komprehensif... 4
2.3 Diktat Analisis Lokasi dan Keruangan PWK ITS ... 6
2.4. Sintesis Tinjauan Pustaka... 7
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 8
3.1. Variabel Penelitian ... 8
3.2. Sampel dan Populasi ... 8
3.3. Metode Penelitian ... 9
3.3.1. Teknik Pengambilan Data ... 9
3.3.2. Teknik Analisis Data ... 9
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI ... 11
4.1 Letak Administratif ... 11
4.2 Kondisi Eksisting Kawasan Industri SIER ... 11
4.3 Sarana dan Prasarana Penunjang Kegiatan Industri ... 11
4.4 Pengelolaan Lingkungan ... 12
4.7 Upah Buruh ... 13
4.8 Jaminan Keamanan ... 15
4.9 Daya Serap Pasar Lokal ... 15
4.10 Kebijakan Pemerintah ... 15
BAB V ANALISIS ... 17
BAB VI PENUTUP ... 20
5.1. Kesimpulan ... 20
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Sintesis Faktor Penentu Lokasi Kawasan Industri Weber ... 4
Tabel 2 Faktor Penentu Lokasi Kawasan Teori Lokasi Industri Komprehensif... 6
Tabel 3 Faktor Penentu Lokasi Kawasan berdasarkan Diktat Anlok Perencanaan Wilayah dan Kota ITS ... 6
Tabel 4 Tabel Sintesa Tinjauan Pustaka ... 7
Tabel 5 Indikator dan Variabel Penelitian ... 8
Tabel 6 Kriteria dan Stakeholder dalam Penelitian ... 9
Tabel 7 Hasil Kuisioner Mengenai Tingkat Kepentingan Faktor Pemilihan Lokasi Industri .. 17
Tabel 8Hasil Kuisioner Mengenai Kinerja Faktor Pemilihan Lokasi Industri ... 17
Tabel 9 Rekapitulasi Data Nilai Rata-Rata Kinerja dan Tingkat Kepentingan Menurut Responden ... 17
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keberadaan lokasi industri yang tidak tepat akan mempengaruhi potensi, kondisi dan
mutu sumber daya alam dan lingkungan sekitar. Salah satu cara untuk meminimalisir
dampak lokasi industri adalah dengan mengadakan sebuah kawasan industri yang
memadukan antara satu industri dengan industri lain. Keberadaan kawasan industri
memudahkan para investor sektor industri untuk memperoleh lahan dan melakukan
pembangunan industri. Kawasan industri mempunyai tujuan untuk menciptakan iklim
investasi yang baik melalui penyediaan lokasi industri yang telah siap pakai yang didukung
oleh fasilitas dan prasarana yang lengkap. Kawasan industri juga di harapkan dapat
berorientasi untuk mengatasi masalah pengelolaan dampak lingkungan yang ditimbulkan
oleh limbah industri.
Jumlah industri yang meningkat mengakibatkan munculnya teori-teori terkait
penentuan lokasi kawasan industri yang dikemukakan oleh beberapa ahli. Teori terkait
kawasan inudstri pertama kali dikemukakan oleh Marshall. Marshall mengatakan bahwa
lokasi suatu kawasan dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti kedekatan industri; jaringan lokal
antar perusahaan; berlokasi sama antara pemasok dan pembeli; ketersediaan tenaga kerja
yang terampil; kesempatan yang lebih baik untuk berspesialisasi intensif; difusi informasi
dan pengetahuan; faktor sosial, kultural dan politis; kebiasaan bisnis; pertimbangan
kelembagaan dan kedekatan jarak antar para pelaku ekonomi.
Teori kluster merupakan teori yang membahas tentang kawasan industri yang di
ungkapkan oleh Porter. Dalam teori ini Porter mengatakan yang mempengaruhi penentuan
lokasi kawasan industri adalah kondisi faktor; kondisi permintaan; industri pendukung dan
terkait; strategi perusahaan dan pesaing; kesempatan; dan kebijakan pemerintah. Kemudian
muncul teori lokasi industri komprehensif yang mengatakan bahwa faktor yang
mempengaruhi penentuan kawasan industri adalah faktor ketersediaan bahan baku; upah
buruh; jaminan keamanan; fasilitas penunjang; daya serap pasar lokal; dan aksesibiltas.
Teori industri komprehensif inilah yang banyak digunakan di kawasan-kawasan industri saat
ini.
Kawasan industri Rungkut yang terletak di Surabaya merupakan salah satu contoh
kawasan industri yang terletak di Indonesia. Kawasan ini dikelola oleh PT Surabaya
Industrial Estate Rungkut (PT SIER). Dengan luas total sebesar 245 ha, kawasan ini dapat
mengakomodir sekitar 300 perusahaan. Kawasan industri SIER dibangun dengan tujuan
pembangunan nasional, khususnya di bidang pembangunan dan pengelolaan kawasan
industri. Salah satu misi dari pembangunan kawasan industri SIER ini adalah mewujudkan
industri yang mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya alam dalam memberikan
pelayanan penjualan, penyewaan, fasilitas industri dan penyediaan fasilitas.
1.2 Rumusan Masalah
Kawasan industri SIER telah mengalami perubahan di sekitar penggunaan lahannya, seperti pembangunan kawasan permukiman, sehingga kondisinya sudah tidak ideal lagi. Kawasan SIER yang sudah tidak ideal ini membuat lokasi industri SIER dikaji lagi kelayakannya, sehingga rumusan masalah dalam laporan ini adalah apakah lokasi industri SIER masih layak untuk dipertahankan?
1.3 Tujuan dan Sasaran
Tujuan penulisan laporan ini adalah menganalisis relevansi lokasi kawasan industri
SIER dengan kondisi ideal, sehingga dapat diperoleh evaluasi lokasi industri SIER. Adapun
sasaran dari penulisan laporan ini adalah:
1. Menentukan faktor-faktor dalam pemilihan lokasi industri SIER
2. Menganalisis kinerja dan tingkat kepentingan dari masing-masing faktor
digunakan dalam pemilihan lokasi industri SIER
3. Mengelompokkan dan menetapkan prioritas
4. Evaluasi lokasi SIER
1.4 Sistematika Pembahasan
BAB I PENDAHULUAN
Berisi latar belakang dilakukan studi, tujuan dan sasaran, dan sistematika pembahasan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Teori yang kemudian akan dikaji berdasarkan literatur serta referensi tersebut.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Membahas tentang pendekatan dan jenis penelitian, metode pengambilan sampel,
metode pengumpulan data, metode analisis, dan tahapan penelitian
BAB IVGAMBARAN UMUM
Membahas tentang pendekatan dan jenis penelitian, metode pengambilan sampel,
metode pengumpulan data, metode analisis.
BAB V ANALISIS
Membahas tentang analisis kelayakan pemilihan lahan PT SIER
BAB VI PENUTUP
Membahas tentang kesimpulan dan lesson learned yang diperoleh berdasarkan hasil
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA / TEORI
2.1 Teori Kawasan Industri Weber
Teori lokasi merupakan sebuah ilmu yang menyelidiki tata ruang kegiatan ekonomi.
Selain itu, Teori Lokasi juga dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang lokasi
secara geografis, serta pengaruhnya terhadap lokasi berbagai macam usaha atau kegiatan
lain. Tidak ada sebuah teori tunggal yang bisa menetapkan di mana lokasi suatu kegiatan
produksi itu sebaiknya dipilih. Untuk menetapkan lokasi suatu industri (skala besar) secara
komprehensif diperlukan gabungan dari berbagai pengetahuan dan disiplin. Berbagai faktor
yang ikut dipertimbangkan dalam menentukan lokasi, antara lain ketersediaan bahan baku,
upah buruh, jaminan keamanan, fasilitas penunjang, daya serap pasar lokal, dan
aksesibilitas dari tempat produksi ke wilayah pemasaran yang dituju (terutama aksesibilitas
pemasaran ke luar negeri), stabilitas politik suatu negara, dan kebijakan daerah (peraturan
daerah).
Teori Weber adalah bahwa penentuan lokasi industri ditempatkan di tempat-tempat
yang resiko biaya atau biayanya paling murah atau minimal (least cost location) yaitu tempat
dimana total biaya transportasi dan tenaga kerja di mana penjumlahan keduanya minimum,
tempat dimana total biaya transportasi dan tenaga kerja yang minimum yang cenderung
identik dengan tingkat keuntungan yang maksimum. Prinsip tersebut didasarkan pada enam
asumsi bersifat prakondisi, yaitu :
1. Wilayah bersifat homogen dalam hal topografi, iklim dan penduduknya (keadaan
penduduk yang dimaksud menyangkut jumlah dan kualitas SDM)
2. Ketersediaan sumber daya bahan mentah.
3. Upah tenaga kerja.
4. Biaya pengangkutan bahan mentah ke lokasi pabrik (biaya sangat ditentukan oleh
bobot bahan mentah dan lokasi bahan mentah)
5. Persaingan antar kegiatan industri.
6. Manusia berpikir secara rasional.
Weber juga menyusun sebuah model yang dikenal dengan istilah segitiga lokasional
(locational triangle), yang didasarkan pada asumsi :
a. Bahwa daerah yang menjadi obyek penelitian adalah daerah yang terisolasi.
Konsumennya terpusat pada pusat-pusat tertentu. Semua unit perusahaan dapat
memasuki pasar yang tidak terbatas dan persaingan sempurna.
c. Barang-barang lainnya seperti minyak bumi dan mineral adalah sporadik tersedia
secara terbatas pada sejumlah tempat.
d. Tenaga kerja tidak tersedia secara luas, ada yang menetap tetapi ada juga yang
mobilitasnya tinggi.
Dalam menentukan lokasi industri, terdapat tiga faktor penentu, yaitu biaya
transportasi, upah tenaga kerja, dan dampak aglomerasi dan deaglomerasi. Biaya
transportasi diasumsikan berbanding lurus terhadap jarak yang ditempuh dan berat barang,
sehingga titik terendah biaya transportasi menunjukkan biaya minimum untuk angkutan
bahan baku dan distribusi hasil produksi. Biaya transportasi akan bertambah secara
proporsional dengan jarak. titik terendah biaya transportasi adalah titik yang menunjukkan
biaya minimum untuk angkutan bahan baku (input) dan distribusi hasil produksi.
Tabel 1Sintesis Faktor Penentu Lokasi Kawasan Industri Weber
No Sumber Faktor
1. Teori Kawasan Industri
Weber
a) Tenaga kerja
b) Sumber daya alam
c) Jarak antara bahan baku dan pabrik
d) Daya serap pasar
e) Stabilitas politik
f) Kebijakan daerah
2.2 Teori Lokasi Industri Komprehensif
Pada dasarnya tidak ada teori tunggal yang dapat digunakan untuk menetapkan
dimana lokasi industri sebaiknya dipilih. Maka dari itu untuk menetapkan lokasi industri
(skala besar) diperlukan gabungan dari berbagai pengetahuan dan disiplin ilmu secara
komprehensive. Tarigan (2004) mengulas tentang faktor-faktor yang pada umumnya
dipertimbangkan dalam menentukan lokasi industri, yaitu:
Ketersediaan bahan baku
Beberapa industri yang tergantung pada ketersediaan bahan baku akan cenderung
memilih lokasi yang dekat dengan lokasi bahan baku. Hal tersebut dikarenakan fokus
utama dari industri tersebut adalah bahan baku. Artinya, keuntungan yang lebih
besar dapat diperoleh apabila lokasi industri berada di dekat lokasi bahan baku.
Dengan demikian biaya transportasi yang dikeluarkan akan lebih kecil dan proses
produksi dapat dilakukan dengan lebih cepat karena ketersediaan bahan baku yang
memadai dalam wilayah tersebut.
Upah buruh antar daerah atau wilayah tentu berbeda-beda. Perbedaan upah
tersebut turut mempengaruhi pemilihan lokasi kegiatan industri karena tujuan utama
dari investor ataupun pengusaha adalah mendapatkan keuntungan yang maksimal.
Pengusaha akan cenderung memilih lokasi yang memiliki biaya upah buruh lebih
rendah karena dengan demikian dapat menekan biaya produksi sehingga
keuntungan yang didapat lebih besar.
Jaminan keamanan
Jaminan keamanan berbicara mengenai jaminan keamanan secara fisik dan
investasi. Jaminan keamanan secara fisik misalnya memiliki kualitas infrastruktur
yang baik serta relatif aman dan jauh dari ancaman bencana atau bahaya.
Sementara jaminan keamanan dalam berinvestasi berbicara mengenai iklim saham
dan investasi dalam pembangunan kawasan industri di suatu lokasi. Investor atau
pengusaha akan memikirkan keamanan dalam berinvestasi sehingga modal yang
dikeluarkan bisa lebih cepat kembali dan mendatangkan keuntungan bukan
kerugian.
Fasilitas penunjang
Fasilitas penunjang juga turut mempengaruhi pemilihan lokasi industri. Investor atau
pengusaha akan cenderung memilih lokasi yang memiliki ketersediaan infrastruktur
yang memadai dan beberapa fasilitas penunjang, seperti perumahan untuk
karyawan, fasilitas peribadatan, fasilitas sosial, dan lain sebagainya. Dengan
demikian hal tersebut dapat menunjang kegiatan produksi sehingga dapat
berlangsung dengan lebih efisien.
Daya serap pasar lokal
Daya serap pasar lokal berbicara mengenai seberapa jauh produk yang akan
dihasilkan dapat diterima di pasar lokal. Pengusaha atau investor akan cenderung
memilih lokasi dimana pasar lokal dari wilayah tersebut diprediksikan dapat
menerima produk yang akan dihasilkan. Hal tersebut dikarenakan daya serap pasar
lokal akan menentukan besar kecilnya permintaan dari suatu produk yang akan
dihasilkan oleh suatu industri. Dalam hal ini, pengusaha umumnya akan memilih
lokasi yang memiliki daya serap pasar lokal tinggi sehingga permintaan yang
dihasilkan juga tinggi.
Aksesibilitas
Aksesibilitas merupakan kemudahan dalam mencapai suatu lokasi. Aksesibilitas juga
dipengaruhi oleh ketersediaan infrastruktur jaringan jalan yang memadai. Pengusaha
atau investor akan cenderung memilih lokasi yang memiliki aksesibilitas yang baik.
pergerakan dalam pengambilan bahan baku maupun pemasaran dapat dilakukan
dengan mudah dan cepat pula.
Berdasarkan teori lokasi industri komprehensif tersebut, maka berikut tabel
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penentuan lokasi kawasan industri.
Tabel 2 Faktor Penentu Lokasi Kawasan Teori Lokasi Industri Komprehensif
No Sumber Faktor
1. Teori Lokasi Industri Komprehensif
a) Ketersediaan Bahan Baku b) Upah Buruh
c) Jaminan Keamanan d) Fasilitas Penunjang e) Daya Serap Pasar Lokal f) Aksesibilitas
2.3 Diktat Analisis Lokasi dan Keruangan PWK ITS
Faktor penentu lokasi dibagi dua, yakni faktor lokasi makro dan mikro. Faktor lokasi
dari sisi makro dipengaruhi oleh transportasi, tenaga kerja, iklim, dan pajak, sedangkan dari
sisi mikro dipengaruhi oleh:
Lahan
Layanan Transportasi
Penyediaan Energi
Kelistrikan (tegangan, kinerja, gardu induk, biayasambungan)
Gas (jenis pelayanan, jaring distribusi, harga, biaya sambungan)
Batubara
Penyediaan air bersih
Layanan jaringan PDAM (sambungan, kinerja, sumber air, harga jual)
Penggunaan air tanah (kualitas, kuantitas)
Penyediaan limbah cair
Pengelolaan limbah padat
Kegiatan usaha yang berdekatan
Tabel 3Faktor Penentu Lokasi Kawasan berdasarkan Diktat Anlok Perencanaan Wilayah dan Kota ITS
No Sumber Faktor
2.4. Sintesis Tinjauan Pustaka
Berdasarkan tinjauan pustaka diatas, didapatkan sebuah tabel yang berisi sintesis tinjauan pustaka dengan luaran berupa variabel, yakni:
Tabel 4Tabel Sintesa Tinjauan Pustaka
No Sumber Indikator Variabel
1. Teori Kawasan Industri Weber
Teori Industri Komprehensif (Tarigan, 2004)
Ekonomi a) Tenaga kerja b) Ketersedian bahan
baku
c) Daya serap pasar 2. Diktat Analisis Lokasi dan
Keruangan Jurusan Perencaan Wilayah dan Kota ITS (Santoso dkk, 2012)
Fisik a) Aksebilitas b) Jaringan
keamanan c) Infrastruktur d) Traspotasi
Berdasarkan tinjauan teori yang dilakukan diatas, teori komprehensif pada dasarnya
telah mewakili dari 2 teori sebelumnya yang dijelaskan dan juga teori tersebut telah cukup
memenuhi faktor-faktor yang digunakan oleh suatu kawasan industry dalam menentukan
lokasi, hanya saja pada makalah ini dari keenam teori komprehensif yang telah dipaparkan
akan ditambahkan faktor lainnya yaitu kelembagaan atau kebijakan pemerintah yang tidak
dibahas dalam teori komprehensif . Karena faktor kelembagaan cukup berpengaruh
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah faktor dasar yang dihasilkan dari sintesa tinjauan pustaka
yang memiliki ukuran, baik kualitatif ataupun kuantitatif. Variabel penelitian adalah dasar dari
suatu penelitian, juga dapat menjadi gambaran awal dari hasil penelitian. Adapun variabel
yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat di tabel di bawah ini
Tabel 5 Indikator dan Variabel Penelitian
No Sumber Indikator Variabel
1. Teori Kawasan Industri
Weber
2. Diktat Analisis Lokasi dan
Keruangan Jurusan
Populasi diartikan sebagai keseluruhan satuan analisis yang merupakan sasaran
penelitan. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi penelitian adalah stakeholder
pengambil keputusan dalam penentuan lokas industri SIER, yakni pemerintah (Bappeda dan
PU), swasta, dan praktisi.
Sampel merupakan bagianbagian dari keseluruhan atau populasi, yang menjadi
obyek sesungguhnya dari suatu penelitian. Metodologi untuk menyeleksi individu-individu
masuk ke dalam sampel yang representatif disebut sebagai sampling.
Guna menentukan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan teknik purposive
1. Stakeholder yang akan terkena dampak dari suatu rogram (dampak positif
maupun negatif)
2. Stakeholder yang dapat mempengaruhi program tersebut (positif maupun
negatif)
3. Individu atau kelompok yang perlu dilibatkan dalam program tersebut
4. Bagaimana caranya serta kapasitas siapa yang perlu dibangun untuk
memberdayakan mereka dalam berpartisipasi
Tabel 6Kriteria dan Stakeholder dalam Penelitian
No Kriteria Informan
1 Pihak swasta yang memiliki lahan dan
beroperasi di SIER
PT. Nestle (Perusahaan yang beroperasi
di SIER)
2 Pemerintah yang ikut berperan dalam
pengarahan penggunaan lahan di
Surabaya
Badan Perencanaan dan Pembangunan
Kota Surabaya
Dinas Pekerjaan Umum Kota Surabaya
3 Akademisi dan praktisi perencanaan
kota yang memahami tentang
penggunaan lahan di Surabaya
Ahli Perencana Utama Perencanaan
Wilayah dan Kota Jawa Timur
3.3. Metode Penelitian
3.3.1. Teknik Pengambilan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan menggunakan survey
primer dan sekunder. Survey primer diperoleh dengan menggunakan kuisioner, dimana para
stakeholder menilai tingkat kinerja menggunakan skala 1-4 dengan nilai (1) sangat tidak baik
dan nilai (4) sangat baik. Tingkat prioritas juga menggunakan penilaian dengan skala (1)
sangat tidak penting dan nilai (4) sangat penting.
Survey sekunder merupakan pengumpulan data dan informasi terkait lokasi PT SIER
kepada instansi dan literatur terkait. Survey yang dilakukan merupakan survey literatur
berupa peninjauan isi literature yang bersangkutan, seperti buku, hasil penelitian, dokumen
rencana tata ruang, serta media massa.
3.3.2. Teknik Analisis Data
Data terhadap variabel yang telah didapat dalam penelitian ini kemudian
dikelompokkan dengan menggunakan teknik analisis Importance-Performance Analysis
wilayah terkait. Berdasarkan teknik analisis IPA ini didapatkan pemetaan variabel dalam
empat kuadran, yakni:
1. Kuadran I: Variabel dengan tingkat kepentingan tinggi dan tingkat performa tinggi
2. Kuadran II: Variabel dengan tingkat kepentingan rendah, namun tingkat
performanya tinggi
3. Kuadran III: Variabel dengan tingkat kepentingan rendah dan tingkat performa
rendah
4. Kuadran IV: Variabel dengan tingkat kepentingan tinggi namun tingkat
BAB IV
GAMBARAN UMUM LOKASI
4.1 Letak Administratif
Kawasan industri PT SIER berlokasi di Surabaya tepatnya di jalan Rungkut Raya
Industri No.10. PT. SIER, termasuk dalam administrasi Kecamatan Rungkut, Tenggilis
Mejoyo dan Gunung Anyar dengan batas-batas administrasi sebagai berikut:
Sebelah Utara :Kelurahan Kendangsari dan Kali Rungkut
Sebelah Barat :Kecamatan Tenggilis Mejoyo (Kelurahan Kutisari dan Kendangsari)
Sebelah Selataan :Kabupaten Sidoarjo
Sebelah Timur :Kecamatan Rungkut (Rungkut Kidul dan Rungkut Tengah) dan
Kecamatan Gunung Anyar (Rungkut Menanggal)
4.2 Kondisi Eksisting Kawasan Industri SIER
PT. SIER (Surabaya Industrial Estate Rungkut) merupakan instansi milik BUMN yang
didirikan untuk membangun dan mengembangkan kawasan industri di Surabaya. PT
Surabaya Industrial Estate Rungkut (Persero) didirikan pada tanggal 28 Februari 1974 untuk
mengelola dan mengembangkan Kawasan Industri.Luas lahan industri Surabaya Industrial
Estate Rungkut seluas 289,3 Ha, dan telah ditempati oleh hampir 300 perusahaan yang
menampung puluhan ribu pekerja. Dalam pembagian sahamnya, proporsi saham 50%
dimiliki oleh pemerintah pusat, 25 % pemerintah daerah tingkat I Jawa Timur, dan 25%
pemerintah tingkat II Surabaya. Kawasan industri ini merupakan salah satu dari kawasan
industri yang dapat menyelesaikan pembebasan tanahnya.
Di kawasan industri SIER Jenis-jenis industri yang boleh beroprasi adalah jenis
industri ringan dengan tingkat industri besar, menengah dan kecil. Untuk mengoprasikan
industri harus terlebih dahulu mendapatkan izin persetujuan dari instansi berwenang (dinas
perindustrian dan perdagangan, BKPM, Pemda, dsb) sera memenuhi syarat-syarat dan
ketentuan yang ditetapkan oleh PT SIER.
4.3 Sarana dan Prasarana Penunjang Kegiatan Industri
Fasilitas penunjang kegiatan industri di kawasan SIER, ditunjang oleh beberapa
fasilitas yang mendukung kegiatan industri SIER. Fasilitas pendukung berfungsi untuk
menunjang keberlangsungan kegiatan industri SIER, terutama untuk pekerja maupun
masyarakat yang berada disekitar industri SIER. Menurut pengelola, fasilitas
pendukungsebagai berikut.
pemadam kebakaran yang ada di kawasan industri kalirungkut masih satu wilayah
dengan UPTD Surabaya III yang ada di Kecamatan Rungkut. Untuk fungsi pemadam
kebakaran menurut peraturan walikota surabaya nomor 32 tahun 2006 yaitu pelaksanaan
pemadaman, penanggulangan, dan penyelamatan jiwa / harta benda.
b. PLN / Jaringan Listrik
Penyediaan tenaga listrik sebagai sumber tenaga untuk menjalankan industri. Selama
ini, tenaga listrik disediakan oleh PLN, namun dengan keterbatasan penyediaan dari PLN
dan perencanaan listrik yang tidak terpadu dengan arah pengembangan kawasan industri,
maka pada beberapa kawasan industri penyediaan listrik dikembangkan sendiri oleh
pengembang.
c. Jaringan Telepon
Penyediaan jaringan telepon untuk penunjang kawasan industri yang ada di SIER ini di
sediakan oleh PT Telkom Indonesia.
d. Masjid
Fasilitas pendukung peribadatan yaitu masjid yang ada di kawasan industri SIER
surabaya adalah masjid Baituurrazaq SIER, yang berada di jalan rungkut industri raya.
e. Fasilitas Olahraga
Fasilitas penunjang olahraga industri kalirungkut berupa lapangan futsal, lapangan
tennis, lapangan sepak bola dan club house.
4.4 Pengelolaan Lingkungan
a) Pusat Pengelolaan air limbah
Sistem pengelolaan air limbah, PT. SIER (Persero) menggunakan system
pengolahan secara fisika-biologis. Dalam hal ini tanpa menggunakan atau menambahkan
bahan kimia. Pembuangan air limbah industri (waste water disposal) dialirkan melalui pipa
dari pabrik ke saluran pipa bawah tanah yang dipasang sepanjang jalan di depan kavling
pabrik yang terletak di kawasan Industri Rungkut, volume limbah yang masuk IPAL PT.
SIER 7000 – 8000 m3/hari dari 350 industri.
Pengelolaan pertama yang dilakukan yaitu proses pengendapan yang terjadi secara
gravitasi pada bak equalisasi atau sumur pengumpula dengan ketinggian 9 meter dari
permukaan tanah dan diameter 5 meter. Proses ini disebut primary treatment dengan tujuan
– 45 % dan padatan 50 – 60 % dengan waktu tinggal 2 – 5 jam. Kemudian dialirkan masuk ke dalam kolam oksidasi disebut pengolahan kedua. Proses biologis bertujuan untuk
mengurangi bahan-bahan organik melalui mikroorganisme yang ada di dalamnya.
b) Pembuangan Sampah
Pembuangan sampah industri SIER terpusat pada satu-satunya TPA yang ada di
Kota Surabaya yaitu TPA Benowo yang ada di Kecamatan Benowo Surabaya barat, dengan
perkiraan timbulan sampah total yaitu 9.099,28 m3
4.5 Pemasaran dan Distribusi
Akses jalan utama kawasan SIER dapat dicapai dari tiga arah sehingga lebih mudah
untuk dicapai.Untuk menuju kawasan ini dapat melalui Jalan Ir Soekarno-Hatta MERR,
Jalan Ahmad Yani, dan Jalan Tol Waru-Rungkut. Akses jalan tol memudahkan dalam
pendistribusian barang karena jalan tol ini terhubung langsung dengan Pelabuhan Tanjung
Perak di Surabaya Utara dan berbagai kabupaten di sekitar Kota Surabaya. Selain itu akses
Jalan Ir Soekarno-Hatta MERR dan Jalan Ahmad Yani memudahkan pendistribusian barang
di dalam Kota Surabaya.
Pola sirkulasi jalan yang dipergunakan dalam Kawasan Industri SIER adalah pola
Grid Irondimana denganpola ini akan diperoleh alignment jalan yang lurus sehingga lebih
memudahkan sirkulasi kendaraan berat seperti truk (Kwanda, 2000). Selain itu, pola ini akan
bentuk kapling empat persegi yang sederhana sehingga akan didapatkan luas kapling yang
efektif untuk bangunan.
4.6KetersediaanBahan Baku
Proses produksi merupakan usaha untuk mentransformasikan bahan kedalam hasil
akhir yang memiliki nilai lebih tinggi. Jarak antara lokasi dengan ketersediaan bahan baku
mempengaruhi biaya pengangkutan, PT. SIER yang berlokasi di Kota Surabaya
mendapatkan bahan baku pokok dari luar Kota Surabaya, bahan baku untuk industri SIER
digolongkan dengan jenis industri.
4.7Upah Buruh
Mengacu pada PeraturanGubernur (Pergub) Nomor 72 tahun 2012 tentang UMK di
JawaTimurtahun 2013, upah buruh di Kota Surabaya tahun 2013 adalah Rp 1.740.000
(Andriansyah, 2012). Jumlah ini melebihi rata-rata upah buruh di Indonesia yang hanya
mencapai Rp 1.550.700 pada kuartal IV-2012 (Purwanto, 2013).Upah ini juga merupakan
Sebagai bandingan rata-rata upah buruh di Jawa Timur hanya berjumlah Rp
1.070.875. Sedangkan dibandingkan dengan wilayah Gerbangkertosusila Plus (Gresik,
Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, Lamongan, Tuban, Bojonegoro,
JombangdanPasuruan), upah buruh di Surabaya merupakan upah tertinggi bersamaan
dengan Kabupaten Gresik.Rata-rata upah buruh di wilayah Gerbangkertosusila adalah Rp
1.314.356. Lebih jelas mengenai perbandingan upah buruh Surabaya dengan wilayah
lainnya dapat dilihat pada gambar 3.1 dan 3.2.
Gambar 3.1 Grafik Perbandingan Upah Buruh Kota Surabaya
Sumber: PeraturanGubernur (Pergub) Nomor 72 tahun 2012
Gambar. 3.2 Grafik Perbandingan Upah Buruh Kota Surabaya dalam
GerbangkertaSusila Plus
Sumber: PeraturanGubernur (Pergub) Nomor 72 tahun 2012
0 500,000 1,000,000 1,500,000 2,000,000
Perbandingan Upah Buruh Kota
Surabaya
Upah Buruh
0 500,000 1,000,000 1,500,000 2,000,000
Perbandingan Upah Buruh Kota
Surabaya dalam Gerbangkertasusila Plus
4.8 Jaminan Keamanan
Jaminan keamanan industri SIER berupa pos-pos keamanan yang berada di
gerbang masuk industri, termasuk juga petugas keamanan dan prosedur masuk ke dalam
industri yang cukup ketat. Dari segi keamanan investasi, lokiasi industri SIER berada di kota
surabaya yang memudahkan distribusi pemasaran produk industri.
4.9Daya Serap Pasar Lokal
Dayaserappasarlokalberbicaramengenaiseberapajauhproduk yang
akandihasilkandapatditerima di pasarlokal. Dalam hal ini penggambaran mengenai daya
serap pasar lokal ditinjau dari pertumbuhan ekonomi, pendapatan per kapita, dan daya beli
masyarakat yang bersumber dari RPJMD Kota Surabaya Tahun 2006-2010.
Perkembangan ekonomi Surabaya relatif tinggi dibanding pertumbuhan rata-rata
Nasional (5,74%) maupun Jawa Timur (5,90%) pada tahun 2006 – 2010. Pertumbuhan ekonomi ini lebih didorong oleh pertumbuhan sektor terSIER khususnya pertumbuhan di
sektor perdagangan, jasa dan komunikasi yang pertumbuhan rata-ratanya berkisar antara
6% hingga 7% per tahun. Pada tahun 2010 pertumbuhan ekonomi Surabaya mencapai
7,09% dan pertumbuhan positif pada sub sektor pengangkutan dan komunikasi (9,41%) dan
sub sektor perdagangan, hotel dan restoran (8,47%). Dari segi pendapatan per kapita, pada
tahun 2010 nilai PDRB perkapita Kota Surabaya adalah sebesar Rp 70.032.261,- atau
meningkat 8,55 % dari tahun 2009.Sedangkan ditinjau dari paritas daya beli masyarakat,
Kota Surabaya dalam rentang tahun 2006-2011 pun mengalami peningkatan walaupun
relatif kecil yaitu dari 1.810 ribu per kapita per tahun pada tahun 2006 menjadi 1.823,54 ribu
kapita per tahun pada tahun 2011. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan daya beli
masyarakat Kota Surabaya semakin meningkat pula seiring dengan inflasi barang dan
jasa.Berdasarkan variabel-variabel tersebut,mengindikasikan bahwa daya serap pasar lokal
Kota Surabaya pada umumnya baik/ positif. Sehingga pada umumnya produk-produk yang
dipasaran di Kota Surabaya dapatditerima di pasarlokal.
4.10Kebijakan Pemerintah
Ditinjau dari kebijakan pemerintah terkait legalitas kawasan, legalitas Perseroan
Terbatas Surabaya Industrial Estate Rungkut (PT. SIER)adalah Perseroan Terbatas yang
didirikan berdasarkan Akta Notaris Abdul Latief Nomor 166 tanggal 28 Pebruari 1974 yang
disahkan dengan Keputusan Menteri Kehakiman Nomor Y.A.5/341/18 tanggal 17 September
1974 sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Akta Notaris Wachid Hasyim,
SH Nomor 13 tanggal 14 Maret 2006 yang disahkan dengan Keputusan Menteri Hukum dan
Hak Asasi Manusia Nomor C-08927 HT.01.04.TH.2006 tanggal 27 Maret 2006. Selain itu,
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Surabaya, kawasan industri ditetapkan pada Unit
Pengembangan yang terdapat lokasi pengembangan industri yaitu di Unit Pengembangan
(UP) I Rungkut di sekitar Surabaya Industrial Estate Rungkut (SIER), Kalirungkut, Kedung
Baruk, di wilayah UP. X Wiyung di kawasan Karangpilang, dan di wilayah UP. XI Tambak
Osowilangon di sekitar Margomulyo.
Selain peraturan mengenai legalitas kawasan industri SIER, pada umumnya telah
banyak kebijakan pemerintah kota maupun provinsi yang mengatur tentang industri. Pada
dasarnya regulasi mengenai industri dirumuskan untuk mengatur perkembangan industri di
Kota Surabaya. Beberapa kebijakan tentang industri yang dikeluarkan oleh pemerintah
daerah memberatkan pihak industri dan terdapat pula kebijakan yang memudahkan pihak
industri. Beberapa kebijakan pemerintah mengenai industri antara lain Peraturan Daerah
Kota Surabaya Nomor 3 Tahun 2002 tentang Retribusi Pelayanan di Bidang Perindustrian,
Perdagangan, dan Penanaman Modal; Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 1 Tahun
2004 tentang Izin Gangguan; Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 2 Tahun 2004
tentang Izin Gangguan tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air;
dan Peraturan Gubernur Jawa Timur tentang Upah Minimum Kabupaten/ Kota di Jawa
BAB V
ANALISIS
Berikut merupakan hasil kuisioner yang telah disebar kepada stakeholder-stakeholder terkait tentang tingkat kepentingan dan kinerja dari faktor pemilihan industri:
Tabel 7Hasil Kuisioner Mengenai Tingkat Kepentingan Faktor Pemilihan Lokasi Industri
Tabel 8Hasil Kuisioner Mengenai Kinerja Faktor Pemilihan Lokasi Industri
Responden Jaminan
Tabel 9 Rekapitulasi Data Nilai Rata-Rata Kinerja dan Tingkat Kepentingan Menurut Responden
No Variabel Performance Importance 1 tenaga kerja 2.75 2.5
Gambar 1 : Kuadran Hasil Importance-Performance Analysis
1. kuadran II (Concentrate Here):
Atribut 6 (infrastruktur) harus sangat diprioritaskan karena memiliki tingkat kepentingan
tinggi namun kinerja yang kurang memuaskan, padahal suatu kawasan industri harus
ditunjang oleh infrastruktur yang baik. Contoh dari infrastruktur yang dibutuhkan di kawasan
SIER adalah seperti penyediaan jaringan jalan dan jaringan listrik yang mampu menunjang
kawasan industri tersebut
2. kuadran I (Keep Up The Good Work):
Atribut 5 (daya serap pasar), atribut 2 (aksesibilitas) dan atribut 7 (transportasi) perlu
dipertahankan karena tingkat kepentingannya yang tinggi telah diimbangi dengan kinerja
yang baik. Daya serap pasar merupakan distribusi produk yang akan dihasilkan dapat
diterima di pasar sehingga proses produksi dari kawasan industri tersebut dapat terus
berjalan. sedangkan aksesibilitas dan transportasi perlu dipertahankan karena dapat
memudahkan proses pendistribusian barang hasil produksi,sehingga produk yang dihasilkan
dapat terdistribusikan dengan baik dan cepat.
3. kuadran III (Low Priority):
Atribut 3 (ketersediaan bahan baku) dan atribut 1 (tenaga kerja) tidak begitu penting
karena ketersediaan bahan baku disini tidak begitu penting karena bahan baku untuk
didapatkan dari luar kota Surabaya seperti expor dan lain sebagainya. sedangkan untuk
tenaga kerja tidak begitu penting karena di jaman teknologi yang canggih ini tenaga kerja
yang dibutuhkan bukan dari tenaga kerja manusia sebagai tenaga utamanya melainkan
tenaga kerja yang bisa mengoperasikan jalannya proses produksi seperti mesin dan lain
sebagainya.
4. kuadran IV (Possible Overkill):
Atribut 4 (jaminan keamanan)tidak berpengaruh karena jaminan keamanan dapat
BAB VI
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
1. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pemilihan lokasi lahan industri, yakni:
a. Tenaga kerja
b. Ketersedian bahan baku
c. Daya serap pasar
d. Aksebilitas
e. Jaringan keamanan
f. Infrastruktur
g. Transportasi
2. Berdasarkan analisis stakeholder dan importance-performance analysis, diketahui
bahwa faktor yang perlu diprioritaskan pembangunan/perbaikannya adalah faktor
infrastruktur, karena tingkat kepentingannya tinggi namun masih tingkat kinerjanya
masih rendah.
3. Faktor dengan tingkat kepentingan tinggi yang kinerjanya sudah baik adalah daya
serap pasar, aksesibilitas, dan transportasi, sehingga patut dipertahankan.
4. Faktor jaminan keamanan bukanlah sebuah prioritas dalam evaluasi pemilihan
lokasi, karena walaupun kinerjanya rendah, tingkat kebutuhannya juga rendah.
5.2. Lesson Learned
Pemilihan lokasi industri dipengaruhi oleh banyak faktor, dengan faktor yang paling
berpengaruh menurut para stakeholder adalah infrastruktur, daya serap pasar, aksesibilitas,
dan transportasi. Hal ini konsisten dengan teori lokasi komprehensif oleh Tarigan (2004),
dan mereduksi faktor kebijakan seperti stabilitas politik dan kebijakan daerah dari teori lokasi
Weber. Faktor yang perlu diprioritaskan adalah infrastruktur, karena masih adanya
gangguan-gangguan infrastruktur yang menyebabkan lokasi industri SIER menjadi kurang
layak untuk dipertahankan.
Guna mempertahankan kelayakan lokasi industri SIER, diperlukan peningkatan
terutama dalam aspek infrastruktur seperti air, listrik, persampahan, pematusan, dan
drainase. Prioritas perbaikan adalah infrastruktur saluran drainase karena pada musim
hujan, kawasan SIER bisa menjadi kawasan dengan genangan air yang tinggi (biasanya
mencapai ±30 cm) dan memicu kemacetan, sehingga menyebabkan transportasi menjadi