• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Praktikum Performa Mesin Industri Pertani

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Laporan Praktikum Performa Mesin Industri Pertani"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGARUH TIMING PENGAPIAN TERHADAP KONSUMSI

BAHAN BAKAR PREMIUM DAN PERTALITE

Oleh:

1. Kholifatur Rohmah 5212412071

2. Rais Alhakim 5212413004

3. Muhammad Faadhil 5212413014

4. Rifki Imanudin Ilham 5212413060

JURUSAN TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

(2)

ii

B. Saat Pengapian (Timing Ignition) dan Pembakaran... 5

C. Karakteristik Bahan Bakar... 10

D. Konsumsi Bahan Bakar... 10

BAB III PROSES EKSPERIMEN... 14

A. Mesin, Alat, dan Bahan yang Digunakan... 14

B. Prosedur Eksperimen... 15

C. Diagram Alir Penelitian... 17

D. Instalasi Alat Uji... 18

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 19

A. Pengukuran Konsumsi Bahan Bakar Premium dengan Variasi Timing Pengapian... 19

B. Pengukuran Konsumsi Bahan Bakar Pertalite dengan Variasi Timing Pengapian... 20

C. Perbandingan Konsumsi Bahan Bakar... 21

BAB V PENUTUP... 26

A. Simpulan... 26

B. Saran... 26

DAFTAR PUSTAKA... 27

(3)

iii

Gambar 3. Tekanan Maksimal Pembakaran... 9

Gambar 6. Diagram alir... 17

Gambar 2. Instalasi Alat Uji... 18

Gambar 7. Grafik rerata konsumsi bahan bakar premium dengan variasi timing pengapian... 19

Gambar 8. Grafik rerata konsumsi bahan bakar pertalite dengan variasi timing pengapian... 20

Gambar 9. Grafik perbandingan konsumsi premium dan pertalite pada timing pengapian 8° BDTC... 21

Gambar 10. Grafik perbandingan konsumsi premium dan pertalite pada timing pengapian 0° BDTC………... 22

Gambar 11. Grafik perbandingan konsumsi premium dan pertalite pada timing pengapian 5° BDTC... 22

Gambar 12. Grafik perbandingan konsumsi premium dan pertalite pada timing pengapian 10° BDTC………... 23

(4)

iv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Rerata konsumsi bahan bakar premium dengan variasi timing

pengapian... 15

Tabel 2. Rerata konsumsi bahan bakar pertalite dengan variasi timing

(5)

v

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Pengukuran konsumsi bahan bakar premium dengan variasi timing

pengapian... 24

Lampiran 2. Pengukuran konsumsi bahan bakar pertalite dengan variasi timing

(6)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mesin mobil atau engine merupakan sumber atau pembangkit tenaga mekanis yaitu

mesin yang merubah tenaga kimia bahan bakar menjadi tenaga mekanis. Bahan bakar yang

baik adalah bahan bakar yang apabila dibakar dapat meningkatkan daya, hemat, serta dapat

mengurai pencemaran udara (emisi gas buang).

Salah satu bagian penting dalam proses pembakaran adalah sistem pengapian (ignition).

Pada motor bensin, terdapat busi pada celah ruang bakar yang dapat memercikkan bunga api

yang kemudian membakar campuran bahan bakar dan udara pada suatu titik tertentu yang

diinginkan dalam suatu siklus pembakaran. Penempatan titik penyalaan yang tepat, dapat

meningkatkan efisiensi pembakaran dan mengoptimalkan energi dari pembakaran. Waktu

penyalaan adalah saat dimana bunga api dipercikkan oleh busi untuk membakar campuran

udara dan bahan bakar yang dikompresi oleh piston, kemudian menghasilkan tekanan

sehingga digunakan untuk menghasilkan langkah kerja. Gerakan piston terhadap waktu

penyalaan dapat dianalisa melalui derajat pengapian.

Derajat pengapian yang sesuai adalah salah satu faktor penting dalam memaksimalkan

tekanan dalam ruang bakar. Sehingga sistem ini merupakan salah satu faktor penting untuk

menghasilkan efisiensi mesin dan daya mesin yang baik(Syahril Machmud, dkk).

Penelitian tentang pengaruh variasi derajat pengapian terhadap efisiensi termal dan

konsumsi bahan bakar telah dilakukan oleh Nanlohy, 2012. Penelitian menggunakan mesin

125 cc Honda Kharisma SI dan dilakukan pada kondisi setengah bukaan katup dengan variasi

derajat pengapian dari 9o, 12o, dan 15o sebelum TMA. Dari penelitian ini diketahui bahwa

efisiensi termal tertinggi diperoleh pada derajat pengapian 9o sebelum TMA.Sedangkan SFC

terendah juga diperoleh pada derajat pengapian 9o sebelum TMA.

Praktikum ini direncanakan sebagai praktikum yang mempunyai tujuan utama untuk

mengetahui pengaruh penyetelan waktu pengapian (timing ignition) terhadap konsumsi bahan

bakar premium dan pertalite pada mesin Toyota 5K yang menggunakan sistem bahan bakar

(7)

2

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah di atas, selanjutnya dirumuskan pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pengaruh penyetelan waktu pengapian (ignition timing) terhadap

konsumsi bahan bakar premium?

2. Bagaimanakah pengaruh penyetelan waktu pengapian (ignition timing) terhadap

konsumsi bahan bakar pertalite?

C. Tujuan

Tujuan utama eksperimen ini adalah untuk mengetahui pengaruh penyetelan waktu

pengapian terhadap konsumsi bahan bakar pada mesin Toyota 5K.Secara rinci tujuan

penelitian eksperimen ini adalah:

1. Mengetahui efisiensi konsumsi bahan bakar premium dengan cara mengetahui

waktu pengapian yang paling tepat.

2. Mengetahui efisiensi konsumsi bahan bakar pertalite dengan cara mengetahui waktu

(8)

3 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Salah satu bagian penting dalam proses pembakaran adalah sistem pengapian (ignition).

Pada motor bensin, terdapat busi pada celah ruang bakar yang dapat memercikkan bunga api

yang kemudian membakar campuran bahan bakar dan udara pada suatu titik tertentu yang

diinginkan dalam suatu siklus pembakaran. Penempatan titik penyalaan yang tepat, dapat

meningkatkan efisiensi pembakaran dan mengoptimalkan energi dari pembakaran.

Waktu penyalaan adalah saat dimana bunga api dipercikkan oleh busi untuk membakar

campuran udara dan bahan bakar yang dikompresi oleh piston, kemudian menghasilkan

tekanan sehingga digunakan untuk menghasilkan langkah kerja. Gerakan piston terhadap

waktu penyalaan, dapat dianalisisa melalui derajat pengapian. Derajat pengapian yang sesuai

adalah salah satu faktor penting dalam memaksimalkan tekanan dalam ruang bakar.Sehingga

sistem ini merupakan salah satu faktor penting untuk menghasilkan efisiensi mesin dan daya

mesin yang baik.

Gambar 1. Sistem Pengapian

2

1

3

5

(9)

4 Keterangan:

1. Kontak Pemutus

2. Baterai

3. Koil

4. Distributor

5. Busi (spark plug)

A. Sistem Pengapian

Sistem pengapian merupakan sistem yang digunakan untuk menghasilkan bunga api,

guna melakukan pembakaran terhadap campuran bahan bakar-udara yang ada di dalam ruang

pembakaran dengan waktu pengapian (timing ignition) yang telah ditentukan. Untuk

tercapainya loncatan bunga api pada busi, maka harus ada tegangan listrik yang cukup tinggi

yang berkisar antara 5000 volt sampai lebih dari 10.000 volt. Sistem pengapian ini memiliki

beberapa komponen yang sangat penting untuk terciptanya bunga api pada saat pembakaran,

diantaranya adalah :

1. Kontak Pemutus

Menguhubungkan dan memutuskan arus primer agar terjadi induksi tegangan tinggi pada sirkuit sekunder sistem pengapian

(10)

5 2. Busi (spark plug)

Busi merupakan suatu komponen yang berfungsi untuk menciptakan loncatan bunga

api saat dialiri arus listrik tegangan tinggi. Kedua elektroda pada busi dipisahkan oleh

isolator agar loncatan listrik hanya terjadi diantara ujung elektroda.Bahan isolator itu

sendiri haruslah memiliki tahanan listrik yang tinggi, tidak rapuh terhadap kejutan

mekanik dan panas.Isolator ini juga harus merupakan konduktor panas yang baik serta

tidak bereaksi kimia dengan gas pembakaran.

Gambar 2. Busi

3. Koil pengapian (ignition coil)

Koil pengapian mengubah sumber tegangan rendah dari baterai atau koil sumber (12

volt) menjadi sumber tegangan tinggi (10000 volt atau lebih) yang diperlukan untuk

(11)

6

Gambar 4. Koil

4. Baterai

Kegunaan baterai sebagai penyedia atau sumber arus listrik

Gambar 5. Baterai

5. Distributor

Secara umum distributor berfungsi membagi-bagikan arus yang bertegangan tinggi

dari koil pengapian ke busi-busi yang terdapat pada setiap silinder. Secara khusus fungsi

distributor dapat dibagi menjadi :

(12)

7

Breaker point yang berfungsi memutuskan arus listrik dan menghubungkannya dari kumparan primer koil ke massa agar terjadi induksi pada kumparan

sekunder koil.

 Nok yang berfungsi mengungkit breker point agar dapat memutus dan

menghubungkan arus listik pada kumparan primer koil.

 Kondensor yang berfungsi menghilangkan atau mencegah terjadinya loncatan

bunga api pada breker point.

b. Bagian distributor yang terdiri dari tutup distributor dan rotor.

c. Bagian governor advancer yang berfungsi memajukan saat pengapian sesuai dengan

pertambahan putaran mesin.

d. Bagian vacum advancer yang berfungsi memundurkan atau memajukan saat

pengapian saat beban mesin bertambah atau berkurang. Vacum advancer terdiri atas

breaker plate dan vacum advancer yang bekerja berdasarkan kevakuman yang

terjadi dalam intake manifold.

(13)

8

B. Saat Pengapian (Ignition Timing) dan Pembakaran

Setelah campuran bahan bakar dibakar oleh bunga api, maka diperlukan waktu tertentu

bagi bunga api untuk merambat di dalam ruang bakar. Oleh sebab itu akan terjadi sedikit

kelambatan antara awal pembakaran dengan pencapaian tekanan pembakaran maksimum.

Dengan demikian, agar diperoleh output maksimum pada engine dengan tekanan pembakaran

mencapai titik tertinggi, periode perlambatan api harus diperhitungkan pada saat menentukan

saat pengapian (ignition timing) untuk memperoleh output mesin yang semaksimal mungkin.

Akan tetapi karena diperlukan waktu untuk perambatan api, maka campuran udara-bahan

bakar harus dibakar sebelum TMA. Saat ini disebut dengan saat pengapian (ignition timing).

Loncatan bunga api terjadi sesaat torak mencapai titik mati atas (TMA) sewaktu langkah

kompresi. Saat loncatan api biasanya dinyatakan dalam derajat sudut engkol sebelum torak

mencapai TMA. Pada pembakaran sempurna setelah penyalaan dimulai, api menjalar dari

busi dan menyebar ke seluruh arah dalam waktu yang sebanding dengan 20 derajat sudut

engkol atau lebih untuk membakar campuran sampai mencapai tekanan maksimum.

Kecepatan api umumnya kurang dari 10 – 30 m/ detik. Panas pembakaran dari TMA diubah dalam bentuk kerja dengan efisiensi yang tinggi. Kelambatan waktu akan menurunkan

efisiensi. Hal ini disebabkan rendahnya tekanan akibat pertambahan volume dan waktu

penyebaran api yang terlalu lambat.

Gambar 7. Proses pengapian

Pada gambar tujuh menunjukan posisi piston sebelum dan setelah proses pembakaran.

(14)

9

perambatan penyalaan bahan bakar sampai melewati titik TMA. Pada titik sebelum TMA

pada titik tersebut derajat pengapian disetting, proses penyetingan tersebut disesuaikan

dengan bahan bakar yang digunakan. Semakin besar derajat pengapian sebuah mesin maka

menggunakan bahan bakar yang sulit terbakan dan begitu pula sebaliknya. Untuk mengetahui

seberapa besar derajat pada tekanan maksimal dapat dilihat digambar delapan.

Gambar 8.Tekanan maksimal pembakaran

Untuk memperoleh daya yang maksimal maka posisi ø mempunyai besar sudut sebesar

10o. Pada posisi sebesar 10omaka pada saat itulah mempunyai torsi yang besar karena posisi l

dan a membentuk sudut 90o. Pada saat itu pula tekanan pembakaran mencapai titik tertinggi

karena pada titik tersebut gaya putarnya maksimal. Untuk membentuk sudut ø sebesar

10omaka perlu penyetingan pada derajat pengapian motor.

Pada proses pembakaran dimulai dari awal sebelum TMA (menjauhi TMA), tekanan

hasil pembakaran meningkat, sehingga gaya dorong piston meningkat (kerja piston menuju

(15)

10

tekanan hasil pembakaran maksimum lebih rendah, bila dibandingkan tekanan hasil

pembakaran maksimum, bila sudut penyalaan dimulai normal. Hal ini dikarenakan, pada saat

sudut penyalaan terlalu dekat dengan TMA, pada saat busi memercikkan bunga api dan api

mulai merambat, gerakan piston sudah melewati TMA sehingga volume ruang bakar mulai

membesar. Sehingga walaupun terjadi kenaikan tekanan hasil pembakaran, sebagian telah

diubah menjadi perubahan volume ruang bakar.Efek yang terjadi adalah kecilnya kerja

ekspansi yang diterima oleh piston.

Berbeda ketika saat pengapian terlalu maju atau terlalu awal, yang tentunya akan

membuat daya mesin tidak optimal dan bisa berakibat terjadinya engine knocking, ini terjadi

karena tekanan pembakaran maksimum terjadi pada saat piston belum melewati titik mati

atas. Engine knocking merupakan suara ketukan yang terjadi pada mesin. Timbulnya suara ini

disebabkan karena ketika piston akan naik keatas, sebelum sampai ke titik mati atas sudah

ditekan kembali ke bawah oleh tekanan hasil pembakaran. Jika terlalu sering terjadi knocking

ini tentu akan memperpendek umur daripada komponen-komponen mesin ring piston,

bantala, dll).

Ketika pengapian terlalu mundur atau awal, maka tidak akan didapat tenaga yang

maksimal. Karena tekanan pembakaran maksimum terjadi jauh setelah piston melewati TMA,

dimana ini akan menyebabkan terjadinya kerugian langkah usaha. Tidak hanya itu campuran

udara dan bahan bakar juga tidak terbakar dengan sempurna, bisa dikatakan bahan bakar

boros karena terbuang sia-sia.Ini juga akan menghasilkan emisi yang tidak standar. Terutama

kandungan HC yang akan meningkat. Kita tahu bahwa HC (Hidrokarbon) merupakan uap

bahan bakar yang tidak terbakar, ciri yang paling mudah dirasakan adalah terasa pedih

dimata.Jadi jika kita berdekatan dengan knalpot dan mata terasa pedih, menunjukan

kandungan HC pada emisi gas buang tersebut tinggi.HC berbahaya bagi manusia jika

menghirupnya, salah satunya bisa menyebabkan gangguan pernafasan.

C. Karakteristik Bahan Bakar

Bensin berasal dari kata benzana, lazim sebenarnya zat ini berasal dari gas tambang yang

mempunyai sifat beracun dan merupakan persenyawaan dari hidrokarbon tak jenuh, artinya

(16)

11

gasoline. Bensin pada dasarnya adalah persenyawaan jenuh dari hidro karbon, dan

merupakan komposisi isooctanedengan normal-heptana. Serta senyawa molekulnya tergolong

dalam kelompok senyawa hidrokarbon alkana. Kualitas bensin dinyatakan dengan angka

oktan, atau octane number.

Angka oktan adalah presentase volume isooctane di dalam campuran antara isooctane

dengan normal heptana yang menghasilkan intensitas knocking atau daya ketokan dalam

proses pembakaran ledakan dari bahan bakar yang sama dengan bensin yang bersangkutan.

Isooctanesangat tahan terhadap ketokan atau dentuman yang kita beri angka oktan 100,

heptane yang sangat sedikit tahan terhadap dentuman di beri bilangan 0. Pada motor

percobaan, bermacam–macam bensin di bandingkan dengan campuran isooctane dan normal heptana tersebut. Bilangan oktan untuk bensin adalah sama dengan banyaknya prosen

isooctanedalam campuran itu. Semakin tinggi ON bahan bakar menunjukkan daya bakarnya

semakin tinggi. Adapun karakteristik dari bensin adalah,

1. Kecepatan Penguapan Bensin

Kecepatan penguapan bensin menyatakan mudah tidaknya bensin itu menguap

pada kondisi tertentu, kondisi ini akan terjadi sempurna apabila terdapat oksigen yang

cukup. Proses penguapan merupakan akibat dari suatu reaksi yang terjadi pada setiap

temperature. Pada saat penguapan molekul-molekul bensin melepaskan diri dari

permukaan, makin tinggi temperature, makin banyak molekul yang lepas dari

permukaan bensin. (Kamajaya : 1978 : 133)

Kecepatan penguapan bensin dipengaruhi beberapa hal, yaitu konsentrasi, suhu,

tekanan dan luas penampang.

2. Kualitas Berdetonasi Bensin

Kecenderungan bensin untuk berdentonasi dinilai dari bilangan oktana.

Bilangan oktana bensin ialah bilangan bulat yang terdekat pada persen campuran

volume iso-oktana (iso-oktana murni diberi indek 100) dengan heptana normal

(heptana normal murni diberi indek nol) yang menyamai sifat-sifat berdetonasi dari

bensin yang ingin diketahui bilangan oktannya. Jadi bensin dengan bilangan oktana

80 artinya bensin tersebut mempunyai kecenderungan berdetonasi sama dengan

campuran yang terdiri dari 80% volume iso-oktana dan 20% volume heptana normal.

Kecenderungan berdetonasi mempunyai peran penting bagi bensin. Pada akhir

kompresi, campuran udara bahan bakar di dalam tangki silinder dinyalakan oleh

(17)

12

bergerak menyembur ke semua arah dan campuran yang disinggung api segera

terbakar. Makin banyak bagian campuran yang terbakar, makin banyak panas

terbentuk maka tekanan dan suhu akan naik. Kenaikan suhu dari bagian campuran

yang belum dicapai oleh nyala atau permukaan api, pada suatu saat dapat mencapai

keadaan kritis dan dapat terbakar sendiri, sehingga mengalami detonasi. Detonasi ini

dapat merusak motor terutama torak, batang penggerak, pena engkol dan sebagainya.

Untuk mengurangi kecenderungan berdetonasi, di dalam bensin diberi bahan anti

ketukan yaitu tetraethyleade.

3. Kadar Belerang Bensin

Kadar belerang dalam bensin tidak boleh lebih dari 2% bahkan jika mungkin

harus rendah dari 0,7 %.

4. Kadar Damar Bensin

a. Kadar damar pada bensin dapat menimbulkan berbagai kerusakan diantaranya:

Dapat menempel kuat diberbagai tempat di dalam motor, misalnya pada

katup-katup, saluran pembuangan dan torak.

b. Menurunkan bilangan oktana pada waktu masih di dalam tangki penyimpanan.

Makin lama bensin disimpan makin banyak pembentukan damar. Kadar damar

maksimum 10 mg tiap 100 cm3 bensin.

5. Titik Beku Bensin

Suhu pada bensin mulai membeku dinamakan titik beku bensin. Bila di dalam

bensin terdapat kadar aromat yang tinggi, maka pada suhu tertentu aromat-aromat itu

mengkristal dan saluran-saluran bensin bisa tersumbat. Karena itu motor-motor yang

bekerja pada cuaca dingin titik beku bensin harus rendah sekitar -50oC. (Anonim :

1996 : 1-41)

6. Titik Embun Bensin

Suhu pada saat uap bensin mulai mengembun dinamakan titik embun bensin.

Penguapan lengkap tetesan bensin dalam saluran isap tergantung pada tinggi rendahya

titik embun. Bila titik embun terlalu tinggi, maka tetesan bensin yang belum menguap

dalam saluran isap dapat turut masuk ke dalam silinder sehingga pemakaian bahan

bakar menjadi boros, karena di dalam silinder terdapat campuran dengan kondisi yang

tidak homogen. Hal ini menyebabkan pembakaran berlangsung dengan tidak baik.

Banyaknya bensin yang menetes ke dalam ruang engkol melalui cicin torak

tergantung titik rendahnya embun ini. Pada umumnya, titik embun bensin motor tidak

(18)

13 7. Titik Nyala Bensin

Titik nyala bensin berkisar antara -10oC s/d -15oC. Titik nyala bensin

merupakan uap bensin terendah yang membentuk campuran sehingga dapat menyala

dengan udara apabila terkena percikan api. Titik nyala yang rendah menyulitkan

penyimpanan dan pengangkutan. (Anonim : 1996 : 1-42)

8. Berat Jenis Bensin

Berat jenis sering dinyatakan dengan skala baume atau skala API. Masing-masing

skala ini dapat dinyatakan sebagai fungsi dari berat jenis pada suhu 60oF. Berat jenis

bensin yang dipakai sebagai bahan baker berkisar dari 0.71-0.76 atau 67-54 oBe atau

67.8-54.7 oAPI

Salah satu bahan bakar yang digunakan di Indonesia adalah premium dan pertalite.

Pada dasarnya kedua jenis bahan bakar tersebut mempunyai struktur kimia yang sama

yaitu hidro karbon. Pada premium oktan number sebesar 88 sedangkan pertalite sebesar

90. Angka oktan ini mempengaruhi cepat atau tidaknya suatu bahan bakar dapat terbakar

karena kompresi dari piston. Semakin tinggi bilangan oktan maka semakin sulit pula suatu

bahan bakar tersebut.

D. Konsumsi Bahan Bakar

Salah satu yang diukur dalam prestasi mesin atau unjuk kerja mesin adalah konsumsi

bahan bakar.Konsumsi bahan bakar merupakan perbandingan antara bahan bakar yang

terpakai sebagai input energi dengan daya yang dihasilkan sebagai output. Semakin tinggi

nilai konsumsi bahan bakar, maka semakin banyak energi bahan bakar yang tidak terkonversi

menjadi daya.Hal ini disebabkan karena bahan bakar yang masuk ke dalam silinder tidak

terbakar dengan sempurna.

Konsumsi bahan bakar spesifik merupakan parameter prestasi mesin yang digunakan

untuk mengukur nilai ekonomis suatu mesin, karena dengan mengetahui konsumsi bahan

bakar spesifik maka dapat dihitung jumlah bahan bakar yang dibutuhkan per jam untuk

menghasilkan sejumlah daya. Prosedur perhitungan konsumsi bahan bakar berikut dapat

dilaksanakan bila untuk pemakaian bahan bakar sebesar volume (ml) tertentu dibutuhkan

(19)

14 BAB III

PROSES EKSPERIMEN

A. Mesin, Alat, dan Bahan yang Digunakan

1. Mesin : Engine Stand Toyota seri 5K dengan spesifikasi sebagai berikut :

a. Tipe mesin : Toyota 5K 1486 cc

b. Diameter x langkah : 72,00 mm x 79,7 mm

c. Daya maksimum : 92 Ps / 6000 rpm

d. Bahan bakar : Premium

e. Pengisian : Alternator

f. Pendingin : Radiator pendingin air

g. Katup : 8 katup OHV

h. Susunan silinder : 4 silinder segaris

i. Torsi maksimum : 12,2 kgm / 4400 rpm

2. Alat :

a. Satu set toolbox yang berisi kunci pas, kunci ring, dan kunci T

b. Hidrometer

c. Multitester merk Krisbow KW 06-276

d. Tachometer merk Krisbow KW 06-303

e. Kunci busi

a. Premium sebanyak 4 liter dari lab. Uji performa mesin

(20)

15

B. Prosedur Eksperimen

1. Menyiapkan dan memeriksa peralatan yang akan digunakan dalam eksperimen

2. Menyiapkan engine stand Toyota 5K dan bahan bakar (premium dan pertalite) yang

akan digunakan dalam eksperimen

3. Pemeriksaan baterai secara visual

Periksa kemungkinan penyangga dan terminal baterai berkarat, hubungan

terminal longgar, dan baterai bocor.

4. Pengukuran berat jenis elektrolit baterai

Periksa berat jenis elektrolit menggunakan hidrometer. Berat jenis baterai yang

baik antara 1,25 - 1,27 pada 20°C. Periksa juga banyaknya elektrolit pada setiap sel.

Jika tidak berada pada ketinggian yang seharusnya, isilah dengan air suling.

5. Pemasangan baterai pada mesin

Hubungkan kabel positif dengan terminal positif baterai terlebih dahulu,

kemudian dilanjutkan dengan kabel negatif dengan terminal negatif baterai.

Kencangkan dengan tang agar kabel terpasang dengan baik.

6. Pemeriksaan ketinggian dan kualitas oli mesin

Tinggi oli harus berada pada tanda antara L dan F. Periksa juga kemungkinan

oli sudah kotor, kemasukan air, atau berubah warna.

7. Pemeriksaan kabel tegangan tinggi

Lepas kabel tegangan tinggi dari busi dan periksa kemungkinan adanya

kerusakan. Periksa tahanan kabel menggunakan multitester (kurang dari 25 kΩ per kabel).

8. Pemeriksaan busi

Lepas busi menggunakan kunci busi, kemudian bersihkan menggunakan majun.

Periksa kemungkinan adanya retak pada ulir dan isolator, keausan elektroda, atau

elektroda terbakar. Amplas elektroda agar menghilangkan kotoran yang menempel

pada ujung elektroda.

9. Setel celah busi

Menggunakan feeler gauge, stel celah busi.jika perlu, bengkokkan bagian yang

menonjol dari elektroda. Celah busi standar 0,8 mm. Setelah menyetel semua busi,

pasang kembali semua busi pada blok mesin. Kencangkan dengan kunci busi.

10.Pemeriksaan distributor

Buka tutup distributor, periksa kemungkinan adanya retak atau terbakar.

(21)

16

platina. Kencangkan baut pengikat bodi distributor pada posisi ini.

12.Periksa waktu pengapian

Nyalakan mesin dan pasangkan timing light pada kabel busi n0. 1 kemudian

arahkan pada puli poros engkol. Kalau perlu cocokkan tanda-tanda timing pengapian

dengan memutar body distributor. Setel timing pengapian pada 5° sebelum TMA.

13.Setel putaran mesin dengan memutar sekrup pengatur menggunakan obeng -.

Periksa putaran mesin dengan cara mengarahkan sensor tachometer pada tanda yang

ada di flywheel.

14.Mengukur konsumsi bahan bakar premium berdasarkan variasi timing pengapian.

Setelah mesin dihidupkan dan putaran mesin diatur pada 1000 rpm, maka

pengukuran jumlah bahan bakar premium yang terpakai dimulai dengan

menggunakan stopwatch. Lihat buret dan catat berapa waktu yang diperlukan untuk

menghabiskan 20 ml premium. Pengambilan data dilakukan sebanyak 3 kali sesuai

putaran mesin dan catat hasil pengukuran. Tiap uji dilakukan pengulangan sebanyak

2 kali.

15.Mengukur konsumsi bahan bakar pertalite berdasarkan variasi timing pengapian.

Setelah mesin dihidupkan dan putaran mesin diatur pada 1000 rpm, maka

pengukuran jumlah bahan bakar pertalite yang terpakai dimulai dengan

menggunakan stopwatch. Lihat buret dan catat berapa waktu yang diperlukan untuk

menghabiskan 20 ml pertalite. Pengambilan data dilakukan sebanyak 3 kali sesuai

putaran mesin dan catat hasil pengukuran. Tiap uji dilakukan pengulangan sebanyak

2 kali.

16.Apabila pengambilan data sudah selesai, maka kondisikan kembali mesin pada

kondisi standar.

(22)

17

C. Diagram Alir Penelitian

Gambar 9. Diagram Alir Mulai

Persiapan Alat dan Bahan

Melakukan Tune Up Mesin

Proses Pengujian

Pengukuran Konsumsi Premium dengan Variasi Timing Pengapian

Pengukuran Konsumsi Pertalite dengan Variasi Timing Pengapian

Pengambilan Data

Pengolahan Data

Analisis Data

(23)

18

D. Instalasi Alat Uji

Gambar 10. Skema Pengambilan Data

Keterangan Gambar 10

1. Buret bahan bakar, mengalir menuju karburator. Buret digunakan untuk

mengetahui berapa banyak bahan bakar yang dikonsumsi dalam sejumlah

waktu.

2. Karburator, tempat mengabutkan bahan bakar. Pada karburator juga terdapat

screw untuk menyetel berapa putaran mesin yang diperlukan.

3. Distributor, merupakan tempat pembagi aliran arus sebelum ke busi. Pada

distributor terdapat beberapa komponen, salah satunya platina dimana pada

pengujian ini akan di ubah berbagai variasi kerenggangannya.

4. Exhaust manifold, merupakan saluran gas buang.

(24)

19 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pengukuran Konsumsi Bahan Bakar Premium dengan Variasi Timing Pengapian

Tabel 1. Rerata konsumsi bahan bakar premium dengan variasi timing pengapian

IG Timing

Gambar 11. Grafik rerata konsumsi bahan bakar premium dengan variasi timing

(25)

20

B. Pengukuran Konsumsi Bahan Bakar Pertalite dengan Variasi Timing Pengapian

Tabel 2. Rerata konsumsi bahan bakar pertalite dengan variasi timing pengapian

IG Timing

Gambar 12. Grafik rerata konsumsi bahan bakar pertalite dengan variasi timing

pengapian

Dapat kita lihat dalam gambar 12 dan gambar 13 bahwa pada timing pengapian 0°

(26)

21

pembakaran dan penutupan katup masuk bahan bakar lebih lama. Penutupan katup intake

yang terlalu lama ini menyebabkan banyak bahan bakar yang terpakai banyak namun daya

dorong yang dihasilkan rendah. Pada timing pengapian ini dorongan yang dihasilkan lebih

sedikit karena piston sudah terlalu turun dan sudut antara batang torak dan poros engkol juga

menjadi lebih kecil.

Pada timing pengapian 15° sebelum TMA konsumsi bahan bakar yang paling irit

karena pada langkah hisap bahan bakar yang masuk lebih sedikit. Hal ini juga dipengaruhi

penutupan katup masuk yang lebih lebih awal. Dalam timing pengapian ini pembakaran juga

terlalu awal yang dapat menimbulkan terjadinya engine knocking sehingga pada timing

pengapian ini tidak cocok digunakan karena mesin cepat mengalami kerusakan yang

disebabkan knocking tersebut.

C. Perbandingan Konsumsi Bahan Bakar

Pada tabel 1 dan 2 dapat dilihat ada perbedaan dalam hal konsumsi bahan bakar antara

premium dan pertalite. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 11 dibawah ini.

Gambar 13. Grafik perbandingan konsumsi premium dan pertalite pada timing pengapian

(27)

22

Dalam keadaan timing pengapian standar ( 8° sebelum TMA ) terdapat perbedaan

konsumsi bahan bakar sekitar 0,05 ml/ detik. Terlihat bahwa penggunaan bahan bakar

pertalite sedikit lebih irit dibandingkan bahan bakar premium.Konsumsi bahan bakar pada

timing ini pun terbilang ideal karena bahan bakar dapat terbakar secara sempurna.

Pada timing pengapian ini putaran mesin juga lebih stabil dibanding saat pengapian

dimajukan atau dimundurkan. Hal ini disebabkan karena tekanan pembakaran maksimum

saat pengapian yang tepat berada sekitar 10° setelah TMA, sehingga dapat menekan secara

optimal torak dimana sudut engkolnya 90o maka dorongan yang dihasilkan tegak lurus untuk

bergerak ke TMB.

Sedangkan pada timing pengapian 0° dan 5° perbedaan konsumsi bahan bakar dapat

dilihat pada gambar 14 dan 15.

Gambar 14. Perbandingan konsumsi premium dan pertalite pada timing pengapian 0°

BDTC

Perbandingan Konsumsi Premium dan Pertalite pada

Timing Pengapian 0°BDTC

premium

(28)

23

Gambar 15. Perbandingan konsumsi premium dan pertalite pada timing pengapian 5°

BDTC

Pada gambar 14 yaitu timing pengapian 0° sebelum TMA hanya terdapat sedikit

perbedaan antara konsumsi premium dan pertalite yaitu sekitar 0,01 sampai 0,02 ml/detik.

Pada timing ini konsumsi bahan bakar lebih boros dan putaran mesin tidak stabil. Bahkan

saat start, mesin tersendal-sendal dan susah dinyalakan. Hal ini diakibatkan karena timing

pengapian yang terlambat sehingga tidak didapat tenaga yang maksimum. Karena tekanan

pembakaran maksimum terjadi jauh setelah piston melewati TMA, dimana ini akan

menyebabkan terjadinya kerugian langkah usaha. Tidak hanya itu campuran udara dan bahan

bakar juga tidak terbakar dengan sempurna, bisa dikatakan bahan bakar boros karena

terbuang sia-sia.

Sedangkan pada gambar 15 yaitu timing pengapian 5° sebelum TMA juga hanya terdapat

sedikit perbedaan antara konsumsi premium dan pertalite yaitu sekitar 0,01 ml/detik. Untuk

konsumsi bahan bakar, pada timing ini hampir sama dengan timing pengapian standar (8°

sebelum TMA) dan putaran mesin pun cukup stabil.

Untuk perbandingan konsumsi bahan bakar pada timing 10° dan 15° sebelum TMA

dapat dilihat pada gambar 16 dan 17. 0

Perbandingan Konsumsi Premium dan Pertalite pada

Timing Pengapian 5°BDTC

premium

(29)

24

Gambar 16. Perbandingan konsumsi premium dan pertalite pada timing pengapian 10°

(30)

25

Gambar 17. Perbandingan konsumsi premium dan pertalite pada timing pengapian 15°

BDTC

Pada gambar 16 yaitu timing pengapian 10° sebelum TMA, konsumsi bahan bakar

premium dan pertalite hampir sama pada putaran mesin 1000 dan 1500 rpm. Namun pada

putaran mesin 2000 rpm terdapat perbedaan konsumsi bahan bakar yang cukup signifikan

yaitu sebesar 0,05 ml/detik. Pemakaian pertalite sedikit lebih boros daripada premium. Hal

ini mungkin dapat disebabkan human error saat pengambilan data. Pada timing ini, konsumsi

bahan bakar sedikit lebih irit dibandingkan timing pengapian standar dan putaran mesin yang

dihasilkan pun cenderung stabil. Untuk memperoleh daya yang maksimal maka posisi batang

torak harus mempunyai besar sudut sebesar 10o. Pada posisi sebesar 10o ini mempunyai torsi

yang besar karena posisi sudut engkol membentuk sudut 90o. Pada saat itu pula tekanan

pembakaran mencapai titik tertinggi karena pada titik tersebut gaya putarnya maksimal.

Untuk membentuk sudut batang torak sebesar 10o maka perlu penyetingan pada derajat

pengapian motor. Pada timing pengapian inilah dapat dikatakan bahwa konsumsi bakar bakar

lebih efisien baik untuk bahan bakar premium maupun pertalite.

Sedangkan pada gambar 17 yaitu timing pengapian 15° sebelum TMA, konsumsi

premium dan pertalite hanya terdapat perbedaan 0,01 sampai 0,02 ml/detik. Pada timing

inilah konsumsi bahan bakar yang paling irit namun putaran mesin sangat tidak tidak stabil

terutama pada putaran mesin 2000 rpm. Putaran mesin sedikit tersendal-sendal (pincang) dan

timbul suara ketukan pada mesin (engine knocking).Timbulnya suara ini disebabkan karena

ketika piston akan naik keatas, sebelum sampai ke titik mati atas sudah ditekan kembali ke

bawah oleh tekanan hasil pembakaran.

Perbedaan variasi timing pengapian dapat berpengaruh terhadap konsumsi bahan bakar

premium maupun pertalite. Hal ini di sebabkan karena kemajuan saat pengapian

mempengaruhi kecepatan pembakaran. Semakin bertambah derajat pengapian maka

pembakarannya semakin cepat, sehingga kebutuhan bahan bakar semakin cepat. Semakin

(31)

26 BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Dari percobaan yang telah dilakukan dapat di simpulkan bahwa :

1. Waktu pengapian yang paling tepat dan efisien untuk konsumsi bahan bakar

premium adalah 10° sebelum TMA.

2. Waktu pengapian yang paling tepat dan efisien untuk konsumsi bahan bakar pertalite

adalah 10° sebelum TMA.

3. Secara umum konsumsi bahan bakar pertalite lebih irit dibandingkan bahan bakar

premium.

B. Saran

1. Gunakan timing pengapian 10° sebelum TMA untuk mendapatkan konsumsi bahan

bakar yang ideal baik bahan bakar premium ataupun pertalite.

2. Gunakan bahan bakar pertalite untuk memperoleh konsumsi bahan bakar yang lebih

(32)

27

DAFTAR PUSTAKA

Mahmud, Syahril, 2013, Analisis Variasi Derajat Pengapian Terhadap Kinerja Mesin, Jurnal

Teknik Mesin Universitas Janabadra Yogyakarta.

Endrantoro, Hennu Pradipta dan Siregar, Indra Herlamba, 2013,Variasi Waktu Pengapian

Terhadap Performa dan Emisi Mesin 1 Silinder dengan Pemanas, Volume 01 Nomor

02 : 221-230, Jurnal Teknik Mesin Universitas Surabaya.

Gunadi, 2010, Pengaruh Waktu Pengapian (Ignition Timing) Terhadap Emisi Gas Buang

pada Mobil dengan Sistem Bahan Bakar Injeksi (EFI), Penelitian Fakultas Teknik

Universitas Negeri Yogyakarta.

Nanlohy, H.Y., 2012, Perbandingan Variasi Derajat Pengapian terhadap Efisiensi Termal

dan Konsumsi Bahan Bakar Otto Engine Be50, Jurnal Dinamika Vol. 3 No. 2 Mei

2012, Fakultas Teknik Haluoleo, Kendari.

(33)

28 LAMPIRAN

1. Tabel konsumsi bahan bakar premium dan pertalte

Lampiran 1. Tabel Pengukuran konsumsi bahan bakar premium

IG Timing

(°BTDC)

1000 rpm 1500 rpm 2000 rpm

uji 1 uji 2 rerata uji 1 uji 2 rerata uji 1 uji 2 rerata

15 0,35 0,3 0,325 0,51 0,47 0,49 0,71 0,64 0,675

10 0,36 0,32 0,34 0,55 0,51 0,53 0,66 0,68 0,67

8 0,43 0,35 0,39 0,62 0,54 0,58 0,86 0,74 0,8

5 0,4 0,36 0,38 0,58 0,55 0,565 0,8 0,76 0,78

0 0,38 0,4 0,39 0,55 0,64 0,595 0,8 0,83 0,815

Lampiran 2. Tabel Pengukuran konsumsi bahan bakar pertalite

IG Timing

(°BTDC)

1000 rpm 1500 rpm 2000 rpm

uji 1 uji 2 rerata uji 1 uji 2 rerata uji 1 uji 2 rerata

15 0,32 0,31 0,315 0,5 0,47 0,485 0,66 0,62 0,64

10 0,37 0,32 0,345 0,52 0,52 0,52 0,74 0,71 0,725

8 0,36 0,33 0,345 0,52 0,54 0,53 0,74 0,74 0,74

5 0,43 0,4 0,415 0,58 0,58 0,58 0,74 0,8 0,77

(34)

29 2. Pertanyaan dan Jawaban

A. Pertanyaan

1. Mengapa pada derajat pengapian 5o konsumsi bahan bakar pertalite lebih

tinggi dibandingkan dengan premium? (Adolvin Arnol Mahadiputra

5212412017)

2. Mengapa pada simpulan menyatakan bahwa bahan bakaryang paling irit

adalah pertalite sedangkan pada derjat pengapian 5o konsumsi bahan bakar

pertalite lebih tinggi dibandingkan dengan premium? (Arinda Nur Susanto

5212412013)

3. Sesuai dengan hasil preaktikum saya pada derajat pengapian 10o merupakan

timing pengapian yang paling cocok dibandingkan dengan timing 5-8o,

Bagaimana menurut anda?. (Lutfi Heri Setiawan 5212412023)

4. Kapan tekanan maksimum pembakaran terjadi? (Wim Widyo Baskoro

5212413053)

B. Jawaban

1. Pada derajat pengapian 5o konsumsi bahan bakar pertalite lebih tinggi

dibandingkan dengan premium padahal tidak ada teori dan penjelasan yang

menyatakan bahwa konsumsi bahan bakar lebih tinggi. Kami

mengindikasikan bahwa pada saat praktikum pada penyetelan timing

pengapian 5o terjadi kealahan. Ketika sebelum mencatat konsumsi bahan

bakar yang terjadi julah putaran mesin sudah dinaikkan, sehingga terjadi

konsumsi bahan bakar yang boros pada bahan bakar pertalite pada derajat

pengapian 5o. Untuk menghilangkan kesaahan tersebut maka harus ada

koordinasi yang baik diantara orang yang mencatat dan setter mesin.

2. Pada simpulan yang kami berikan bahwa pertalite lebih irit dibandingkan

dengan premum merupakan simpulan secara umum terlepas pada derajat

pengapian 5o konsumsi bahan bakar pertalite lebih boros. Pada derajat

pengapian 0-15o konsumsi bahan bakar pertalite lebih irit dbandingkan

dengan premium, sehingga kami sepakat bahwa konsumsi bahan bakar

pertalite lebih irit dibandingkan dengan dengan premium.

3. Setelah menganalisa kenbali hasil praktikum kami, pada derjat pengapian 10o

(35)

30

pertalite. Pada timing mesin pengapian tersebut mesinpun dapat beroperasi

dengan baik, tidak pincang, dan tetap stabil. Maka dari itu kami sepakat

untuk merevisi simpulan kami yang menyatakan derajat pengapian yang baik

pada 3-8o menjadi 10o, baik untuk bahan bakar premium maupun pertalite.

4. Tekanan maksimal yang terjadi pada proses pembakaran adalah 10o setelah

TMA. Pada posisi tersebut sudut engkol membentuk sudut 90o dimana pada

Gambar

Gambar 1. Sistem Pengapian
Gambar 2. Busi
Gambar 5. Baterai
Gambar 6. Distributor
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil pengamatan menandakan bahwa besarnya presentase saham yang dimiliki oleh pihak institusional akan menambah tingkat pengendalian terhadap perusahaan sehingga

developers yang benar-benar membawa bangsa kita menuju Indonesia yang jauh lebih maju pada tahun 2045 dan Indonesia menjadi negara maju, the real developed country pada abad ke-21

Hamzah (ء) bahasa Arab dideskripsikan = /Farpharyngal/ letupan/ bersuara/ sedangkan Hamzah bahasa Indonesia dideskripsikan =/Glottal /letupan /antara/ Diprediksikan

Ada pun soal yang digunakan dalam tes awal (pretest) ini merupakan tes awal yang sama dengan tes akhir (posttest) yang diberikan setelah perlakuan. 2) Memberikan perlakuan

Pembakaran bahan bakar pada motor bensin dimulai dengan pemasukan campuran udara dan bahan bakar dari karburator menuju ruang bakar lewat katup masuk yang

Di dalam pemindahan novel ke film Habibie dan Ainun terdapat juga perubahan bervariasi alur. Perubahan bervariasi alur tersebut terjadi pada saat Rudy berkunjung

Bapak dan Ibu Dosen S1 Non-Reguler Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah banyak memberikan ilmu dan

Strategi komunikasi yang dilakukan oleh Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Bandung dalam mensosialisasikan program Gerakan Sejuta Biopori sudah cukup baik dan