• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS ILMU DAN PENDIDIKAN MAKALAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "TUGAS ILMU DAN PENDIDIKAN MAKALAH"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS ILMU PENDIDIKAN LANDASAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN

Pembimbing: Dra.Siti Chotijah,M.Pd

Disusun oleh:

1. Puji Lestari (K8412063) 2. Singgih Bayu P. (K8412076) 3. Umi Hani A. (K8412080) 4. Vina Oktaviani (K8412081)

5.

PENDIDIKAN SOSIOLOGI ANTROPOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN PENDIDIKAN

(2)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

Pendidikan kita sekarang belum banyak memperhatikan minat dan kebutuhan anak didik. Pendidikan kita masih banyak digumuli dengan masalah-masalah kompetensi lembaga pendidikan serta pemenuhan kebutuhan dunia kerja akan tenaga kerja. Dari kenyataan tersebut, maka sudah tiba masanya sekarang pendidikan lebih melayani kebutuhan dan hakikat psikologis anak didik. Pendidikan seharusnya mempunyai kreasi-kreasi baru dengan berorientasi kepada sifat dan hakikat anak didik. Berdasarkan uraian diatas , pengetahuan psikologis tentang anak didik menjadi suatu hal yang sangat penting dalam pendidikan , karena pengetahuan tentang psikologi pendidikan menjadi kebutuhan bagi para pendidik, bahkan bagi setiap orang yang merasa dirinya seorang pendidik. Sehubungan dengan pentingnya mengetahui tentang landasan psikologis dalam pendidikan maka pembahasan yang dilakukan sangat perlu dibincangkan. Pendidikan selalu melibatkan kejiwaan manusia, sehingga landasan psikologi merupakan salah satu landasan yang penting dalam bidang pendidikan. Sementara itu keberhasilan pendidik dalam melaksanaan berbagai peranannya akan dipengaruhi oleh pemahamannya tentang seluk beluk landasan pendidikan termasuk landasan psikologis dalam pendidikan.

(3)

1.2 Rumusan Masalah

Permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah: 1. Apakah pengertian Pendidikan ?

2. Apakah pengertian Psikologi?

3. Apakah Pengertian Psikologi Pendidikan?

4. Bagaimanakah landasan psikologi dalam pendidikan? 5. Apa sajakah Bantuan Psikologi dalam dunia pendidikan? 6. Bagaimanakah kedudukan psikologi dalam pendidikan? 7. Bagaimanakah aplikasi psikologi dalam pendidikan?

1.3Tujuan

Tujuan pembuatan makalah ini sesuai dengan permasalahan yang akan dibahas, yaitu: 1. Untuk Mengetahui pengertian pendidikan

2. Untuk Mengetahui pengertian psikologi

(4)

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pendidikan

Pengertian Pendidikan Menurut Bahasa (etimologi) Pengertian Pendidikan Menurut Bahasa Yunani : berasal dari kata pedagogi yaitu dari kata “paid” artinya anak dan “agogos” artinya membimbing.Itulah sebabnya istilah pedagogi dapat diartikan sebagai “ilmu dan seni mengajar anak.

Pengertian Pendidikan Menurut Kamus besar Bahasa Indonesia : “pendidikan proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang di usahakan mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan;proses,cara,pembuatan mendidik”.

 Definisi Maha Luas Pengertian Pendidikan

Pendidikan adalah hidup (segala pengalaman belajar yg berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu, suatu proses pertumbuhan dan perkembangan, sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisik, berlangsung sepanjang hayat sejak manusia lahir).

 Definisi Sempit Pengertian Pendidikan

Pendidikan adalah sekolah (pengajaran yang di selenggarakan disekolah sebagai lembaga pendidikan formal, segala pengaruh yang di upayakan sekolah terhadap anak dan remaja yang diserahkan kepadanya agar mempunyai kemampuan yang sempurna dan kesadaran penuh terhadap hubungan-hubungan dan tugas-tugas sosial mereka).

 Definisi alternatif atau luas terbatas Pengertian Pendidikan

Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan pemerintahan. Melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan, yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat. Untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup. Secara tepat di masa yang akan datang.

(5)

kemampuan-kemampuan individu. Agar di kemudian hari dapat memainkan peranan hidup secara tepat.

Pengertian Pendidikan Menurut Undang-Undang

1. Pengertian Pendidikan Menurut UU SISDIKNAS No.2 tahun 1989

Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan,pengajaran,latihan bagi peranannya di masa yang akan datang.

2. Pengertian Pendidikan Menurut UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangakan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,pengendalian diri,kepribadian,kedewasaan,akhlak mulia,serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

Pengertian Pendidikan Menurut para ahli pendidikan : 1. Heageveld

Mendidik adalah membantu anak dalam mencapai kedewasaan. 2. Bojonegoro

Mendidik adalah memberi tuntunan kepada manusia yang belum dewasa dalam pertumbuhan dan perkembangannya sampai tercapai kedewasaanya.

3. Ki Hajar Dewantara

Pendidikan adalah segala daya upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran serta jasmani anak, agar dapat memajukan kesempurnaan hidup yaitu hidup dan menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan masyarakatnya.

4. Rosseau

Mendidik adalah memberikan pembekalan yang tidak ada pada masa anak- anak, tapi dibutuhkan pada masa dewasa.

5. Darmaningtyas

Pendidikan adalah usaha dasar dan sistematis untuk mencapai taraf hidup dan kemajuan yang ledih baik.

6. Paulo Freire

(6)

mereka, yang melalui praksis mengubah keadaan itu. Tahap kedua dibangun atas tahap yang pertama, dan merupakan sebuah proses tindakan kultural yang membebaskan.

7. John Dewey

Pendidikan adalah suatu proses pembaharuan makna pengalaman, hal ini mungkin akan terjadi di dalam pergaulan biasa atau pergaulan orang dewasa dengan orang muda, mungkin pula terjadi secara sengaja dan dilembagakan untuk menghasilkan kesinambungan social. Proses ini melibatkan pengawasan dan perkembangan dari orang yang belum dewasa dan kelompok di mana dia hidup.

8. H. Horne

Pendidikan adalah proses yang terus-menerus (abadi) dari penyesuaian yang lebih tinggi bagi makhluk manusia yang telah berkembang secara fisik dan mental, yang bebas dan sadar kepada tuhan, seperti termanifestasi dalam alam sekitar intelektual, emosional dan kemanusiaan dari manusia.

9. Frederick J. Mc Donald dan M.J. Langeveld

pendidikan adalah suatu proses atau kegiatan yang diarahkan untuk merubah tabiat (behavior) manusia. Yang dimaksud dengan behavior adalah setiap tanggapan atau perbuatan seseorang, sesuatu yang dilakukan oleh seseorang. Pendidikan merupakan setiap pergaulan yang terjadi adalah setiap pergaulan yang terjadi antara orang dewasa dengan anak-anak merupakan lapangan atau suatu keadaan dimana pekerjaan mendidik itu berlangsung.

10. Edgar Dalle

(7)

2.2 Pengertian Psikologi

Pengertian Psikologi Menurut Beberapa Ahli,Ada banyak ahli yang mengemukakan pendapat tentang pengertian psikologi, diantaranya:

Pengertian Psikologi menurut Ensiklopedi Nasional Indonesia Jilid 13 (1990), Psikologi

adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dan binatang baik yang dapat dilihat secara langsung maupun yang tidak dapat dilihat secara langsung.

Pengertian Psikologi menurut Dakir (1993), psikologi membahas tingkah laku manusia dalam hubungannya dengan lingkungannya.

Pengertian Psikologi menurut Muhibbin Syah (2001), psikologi adalah ilmu pengetahuan

yang mempelajari tingkah laku terbuka dan tertutup pada manusia baik selaku individu maupun kelompok, dalam hubungannya dengan lingkungan. Tingkah laku terbuka adalah tingkah laku yang bersifat psikomotor yang meliputi perbuatan berbicara, duduk , berjalan dan lain sebgainya, sedangkan tingkah laku tertutup meliputi berfikir, berkeyakinan, berperasaan dan lain sebagainya.

 Dari beberapa definisi tersebut diatas dapat disimpulzkan bahwa pengertian psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia, baik sebagai individu maupun dalam hubungannya dengan lingkungannya. Tingkah laku tersebut berupa tingkah laku yang tampak maupun tidak tampak, tingkah laku yang disadari maupun yang tidak disadari.

 Dr. Singgih Dirgagunarsa:Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia.  Plato dan Aristoteles:Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang

hakikat jiwa serta prosesnya sampai akhir.

 John Broadus Watson:Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku tampak ( lahiriah ) dengan menggunakan metode observasi yang objektif terhadap rangsangan dan jawaban ( respon ).

(8)

 Woodworth dan Marquis:Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari aktivitas individu sejak dari dalam kandungan sampai meninggal dunia dalam hubungannya dengan alam sekitar.

 Knight and Knight :Psikologi adalah ilmu yang mempelajari secara sistematis tentang pengalaman dan tingkah laku manusia dan hewan, normal dan abnormal, individu atau social.

 Hilgert :Psikologi adalah mempelajari tingkah laku manusia dan hewan lainnya.

 Clifford T Morgan:Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dan hewan.

 Garden Murphy:Psikologi adalah Ilmu yang mempelajari respon yang diberikan oleh mahluk hidup terhadap lingkungannya.

 Rene Descartes:Psikologi adalah ilmu tentang kesadaran.

 George Berkeley:Psikologi adalah ilmu tentang penginderaan (persepsi).

2.3 Pengertian psikologi Pendidikan

 Artur S. Reber seorang guru besar psikologi pada Brooklyn College, University of New York City, University of British Columbia Canada, dan juga pada University of Insbruck Austria, dalam pandangannya, psikologi pendidikan adalah sebuah subdisiplin ilmu pendidikan yang berkaitan denagan teori dan masalah kependidikan.

 Barlow dalam Muhibbin Syah mendefinisikan psikologi pendidikan adalah sebuah pengetahuan berdasarkan riset psikologis yang menyediakan serangkaian sumber untuk membantu anda melaksanakan tugas sebagai seorang guru dalam proses pembelajaran secara lebih efektif.

 Sultan Muhammad dalam Sudarwan Danim mendefinisikan psikologi pendidikan adalah aplikasi dari temuan psikologis di bidang pendidikan. Dengan demikian psikologi pendidikan adalah studi sistematis tentang perkembangan individu dalam lingkungan pendidikan.

(9)

 The American People of Encyclopedia dalam Abdul Hadis dan Nurhayati bahwa psikologi pendidikan adalah cabang dari psikologi yang berusaha untuk mengaplikasikan  Bimo Walgito dengan jelas menguraikan bahwa psikologi pendidikan adalah psikologi yang khusus menguraikan aktivitas-aktivitas atau kegiatan-kegiatan manusia dalam hubungannya dengan situasi pendidikan, misalnya bagaimana cara menarik minat atau perhatian peserta didik agar pelajaran dapat dengan mudah diterima, bagaimana cara belajar, dan sebagainya.

 (Borich & Tombari, 1997)

Pengertian Psikologi pendidikan ialah satu disiplin yang memfokuskan kajiannya kepada pengetahuan teoretikal dan pengetahuan empirikal mengenai pengajaran dan pembelajaran dalam bilik darah

 (Whiterington, 1982:10)

Pengertian Psikologi pendidikan adalah studi yang sistematis terhadap proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan. Sedangkan pendidikan adalah proses pertumbuhan yang berlangsung melalui tindakan-tindakan belajar. Dari batasan di atas terlihat adanya kaitan yang sangat kuat antara psikologi pendidikan dengan tindakan belajar. Karena itu, tidak mengherankan apabila beberapa ahli psikologi pendidikan menyebutkan bahwa lapangan utama studi psikologi pendidikan adalah soal belajar. Dengan kata lain, psikologi pendidikan memusatkan perhatian pada persoalan-persoalan yang berkenaan dengan proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan tindakan belajar.Karena konsentrasinya pada persoalan belajar, yakni persoalan-persoalan yang senantiasa melekat pada subjek didik, maka konsumen utama psikologi pendidikan ini pada umumnya adalah pada pendidik. Mereka memang dituntut untuk menguasai bidang ilmu ini agar mereka, dalam menjalankan fungsinya, dapat menciptakan kondisi-kondisi yang memiliki daya dorong yang besar terhadap berlangsungnya tindakan-tindakan belajar secara efektif.

 (Banks & Thompson, 1995)

Pengertian Psikologi pendidikan adalah Kajian tentang perlakuan atau tingkah laku manusia dalam proses pengajaran dan pembelajaran dalam bilik darjah.

(10)

efektif. Dengan kata lain, psikologi pendidikan adalah sebuah disiplin ilmu yang berupaya menggunakan konsep atau prinsip-prinsip psikologis dalam memecahkan masalah-masalah yang terjadi dalam dunia pendidikan.

2. 4 Pengertian Landasan Psikologis dalam Pendidikan

Menurut Pidarta (2007:194) Psikologi atau ilmu jiwa adalah ilmu yang mempelajari jiwa manusia. Jiwa itu sendiri adalah roh dalam keadaan mengendalikan jasmani, yang dapat dipengaruhi oleh alam sekitar. Jiwa manusia berkembang sejajar dengan pertumbuhan jasmani. Pendidikan selalu melibatkan aspek kejiwaan manusia, sehingga landasan psikologis pendidikan merupakan suatu landasan dalam proses pendidikan yang membahas berbagai informasi tentang kehidupan manusia pada umumnya serta gejala-gejala yang berkaitan dengan aspek pribadi manusia pada setiap tahapan usia perkembangan tertentu untuk mengenali dan menyikapi manusia sesuai dengan tahapan usia perkembangannya yang bertujuan untuk memudahkan proses pendidikan.Perkembangn anak didik menyangkut seluruh aspek jiwa yang perkembanganya tidak akan dan tejadiberhenti seumur hidup

Psikologi Perkembangan dan Pertumbuhan

Manusia hidup tidaklah secara permanen, melainkan terus berubah – ubah. Mulai dari pembuahan, menjadi janin, bayi, lahir, dewasa, dan akhirnya mati. Saat bayi lahir, belum memiliki kemampuan apapun kecuali menangis. Dengan cara berinteraksi secara terus – menerus dengan lingkungan sekitar, bayi akan lebih menyempurnakan diri, hingga bayi tersebut mengalami perubahan fisik sampai menjadi lebih seimbang.

(11)

1. Perubahan bersifat terpola, teratur, terorganisasi dan dapat diprediksi atau dapat diperkirakan, bahkan juga dapat diketahui. Misal, pada usia sekitar 11 – 12 bulan anak sudah bisa berjalan. (Bjorklund & Bjorkund, 1992; Santrock & Yussen, 1992 ).

2. Perkembangan bersifat unik. Santrock & Yussen ( 1992:7 ) menyatakan ” Each of us develops in certain ways like all other individuals, like some other individuals, and like no other individuals “. Yang artinya, masing – masing kita berkembang dalam cara – cara tertentu, seperti semua individu yang lain, seperti beberapa individu yang lain, dan seperti tidak ada individu yang lain. Selain kesamaan – kesamaan umum dalam pola – pola perkembangan yang dialami oleh setiap individu, variasi individual dalam perkembangan anak juga bisa terjadi karena suatu proses perubahan yang kompleks, dan melibatkan unsur – unsur yang saling terpengaruh satu sama lain. (Bjorklund & Bjorkund, 1992; Santrock & Yussen, 1992 ).

3. Perubahan terjadi secara bertahap dalam suatu proses yang berkelanjutan dan dalam jangka waktu yang relatif lama.

4. Perubahan berlangsung sepanjang hayat. Perubahan ini juga tidak hanya meliputi proses pertumbuhan, pematangan dan penyempurnaan. Tetapi juga meliputi proses penurunan dan perusakan.

Dari beberapa penjelasan tersebut di atas, dapat kita simpulkan bahwa perkembangan merupakan perubahan individu baik fisik maupun psikis yang berlangsung sepanjang hayat dan terjadi secara teratur dan terpola. Sedangkan pertumbuhan merupakan perubahan yang terbatas pada pola fisik yang dialami oleh individu.Perkembangan tidak hanya mencakup evolusi, tetapi juga mencakup involusi atau penurunan dan perusakan ke arah kematian. Sedangkan pertumbuhan terbatas pada perubahan yang bersifat evolusi atau perubahan yang menuju ke arah yang lebih maju.

Ada tiga teori atau pendekatan tentang perkembangan. Pendekatan-pendekatan yang dimaksud adalah (Nana Syaodih, 1989).

(12)

2. Pendekatan diferensial. Pendekatan ini dipandang individu-individu itu memiliki kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan. Atas dasar ini lalu orang-orang membuat kelompok–kelompok. Anak-anak yang memiliki kesamaan dijadikan satu kelompok. Maka terjadilah kelompok berdasarkan jenis kelamin, kemampuan intelek, bakat, ras, status sosial ekonomi, dan sebagainya.

3. Pendekatan ipsatif. Pendekatan ini berusaha melihat karakteristik setiap individu, dapat saja disebut sebagai pendekatan individual. Melihat perkembangan seseorang secara individual.

Dari ketiga pendekatan ini, yang paling dilaksanakan adalah pendekatan pentahapan. Pendekatan pentahapan ada 2 macam yaitu bersifat menyeluruh dan yang bersifat khusus. Yang menyeluruh akan mencakup segala aspek perkembangan sebagai faktor yang diperhitungkan dalam menyusun tahap-tahap perkembangan, sedangkan yang bersifat khusus hanya mempertimbang faktor tertentu saja sebagai dasar menyusun tahap-tahap perkembangan anak, misalnya pentahap-tahapan Piaget, Koglberg, dan Erikson.

Psikologi perkembangan menurut Rouseau membagi masa perkembangan anak atas empat tahap yaitu :

1) Masa bayi dari 0 – 2 tahun sebagian besar merupakan perkembangan fisik.

2) Masa anak dari 2 – 12 tahun yang dinyatakan perkembangannya baru seperti hidup manusia primitif.

3) Masa pubertas dari 12 – 15 tahun, ditandai dengan perkembangan pikiran dan kemauan untuk berpetualang.

(13)

Hukum Perkembangan

Suatu konsepsi yang biasanya bersifat deduktif dan menunjukkan adanya hubungan yang ajeg(continue) serta dapat diramalkan sebelumnya antara variabel-variabel yang empirik, hal itu lazimnya disebut sebagai hokum perkembangan. Hukum-hukum perkembangan tersebut antara lain :

1. Hukum Tempo Perkembangan.

Bahwa perkembangan jiwa tiap-tiap anak itu berlainan,menurut temponya masing-masing perkembangan anak yang ada. Ada yang cepat (tempo singkat) adapula yang lambat. Suatu saat ditemukan seorang anak yang cepat sekali menguasai ketrampilan berjalan, berbicara,tetapi pada saat yang lain ditemukan seorang anak yang berjalan dan berbicaranya lambat dikuasai. Mereka memiliki tempo sendiri-sendiri.

2. Hukum Irama Perkembangan.

Hukum ini mengungkapkan bukan lagi cepat atau lambatnya perkembangan anak, akan tetapi tentang irama atau rythme perkembangan. Jadi perkembangan anak tersebut mengalami gelombang “pasang surut”. Mulai lahir hingga dewasa, kadangkala anak tersebut mengalami juga kemunduran dalam suatu bidang tertentu. Misalnya , akan mudah sekali diperhatikan jika mengamati perkembangan pada anak-anak menjelang remaja. Ada anak yang menampakkan kegoncangan yang hebat, tetapi adapula anak yang melewati masa tersebut dengan tenang tanpa menunjukkan gejala-gejala yang serius. 3. Hukum Konvergensi Perkembangan.

Pandangan pendidikan tradisional di masa lalu berpendapat bahwa hasil pendidikan yang dicapai anak selalu di hubung-hubungkan dengan status pendidikan orang tuanya. Menurut kenyataan yang ada sekarang ternyata bahwa pendapat lama itu tidak sesuai lagi dengan keadaan. Pandangan lama ini dikuasai oleh aliran nativisme yang dipelopori Schopen Hauer yang berpendapat bahwa manusia adalah hasil bentukan dari pembawaan. 4. Hukum Kesatuan Organ.

Tiap-tiap anak itu terdiri dari organ-organ tubuh , yang merupakan satu kesatuan diantara organ-organ tersebut antara fungsi dan bentuknya, tidak dapat dipisahkan berdiri integral. Contoh : perkembangan kaki yang semakin besar dan panjang , mesti diiringi oleh perkembangan otak, kepala, tangan dan lain-lainnya.

(14)

Bahwa perkembangan anak itu tidak mungkin akan mencapai suatu phase tertentu dengan spontan, akan tetapi harus melalui tingkat-tingkat atau tahapan tertentu yang tersusun sedemikian rupa sehingga perkembangan diri seorang menyerupai derajat perkembangan. Contoh : perkembangannya pikiran anak, mesti didahului dengan perkembangan pengenalan dan pengamatan.

6. Hukum Masa Peka.

Masa peka ialah suatu masa yang paling tepat untuk berkembang suatu fungsi kejiwaan atau fisik seseorang naka. Sebab perkembangan suatu fungsi tersebut tidak berjalan secara serempak antara satu dengan lainnya. Contoh : masa peka untuk berjalan bagi seorang anak itu pada awal tahun kedua dan untuk berbicara sekitar tahun pertama. Istilah peka pertama kali ditampilkan oleh seorang ahli biologi dari Belanda bernama Hugo de Vries (1848-1935), kemudian istilah tersebut dibawa kedalam dunia pendidikan, khussusnya psikologi oleh Maria Montessori (Italia 1870-1952).

7. Hukum Mengembangkan Diri.

Dorongan yang pertama adalah dorongan mempertahankan diri, kemudian disusul dengan dorongan mengembangkan diri. Dorongan mempertahankan diri terwujud misalnya dorongan makan dan menjaga keselamatan diri sendiri. Contoh : * Anak menyatakan perasaan lapar, haus , sakit dalam bentuk menangis maka tangisan itu dianggap sebagai dorongan mempertahankan diri.* Seorang anak yang ingin menjadi juara, pandai dan sukses.

8. Hukum Rekapitulasi.

Perkembangan jiwa anak adalah ulangan kembali secara singkat dari perkembangan manusia di dunia dari masa berburu hingga masa industri. Teori ini berlangsung dengan lambat secara berabad-abad. Jika pengertian rekapitulasi ini ditransfer ke psikologi perkembangan, dapat dikatakan bahwa perkembangan jiwa anak mengalami ulangan ringkas dari sejarah kehidupan umat manusia.

Anak Sebagai Suatu Totalitas

(15)

satu sama lain. Sebagai contoh, anak yang sedang sakit bisa tidak berselera makan; anak yang sedang ketakutan bisa kesulitan untuk tidur; anak yang sedang semangat dan aktif melakukan sesuatu akan menjadi aktif pula mentalnya. Segala aktivitas yang melibatkan fisik anak selalu mempengaruhi psikis anak, begitu juga sebaliknya.

Perbedaan antara anak dan orang dewasa tidaklah terbatas pada fisiknya, melainkan secara keseluruhan. Sebagai contoh, pertumbuhan anak lebih pesat dibandingkan orang dewasa. Anak cenderung lebih bersifat egosentrik ( sifat yang berpusat / berstandar pada diri sendiri ), sedangkan orang dewasa lebih bersikap sosial dan empatik ( menempatkan dirinya pada posisi orang lain dan ikut merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain ). Daya pikir anak juga masih terbatas pada hal – hal yang konkrit, sedangkan orang dewasa sudah mampu berfikir secara abstrak dan universal.

Perkembangan Sebagai Proses Holistik Seluruh Aspek Perkembangan

Perkembangan merupakan suatu proses yang melibatkan keseluruhan aspek yang saling keterkaitan satu dengan yang lain.

Proses perkembangan individu dikelompokkan menjadi tiga, yaitu proses biologis, kognitif dan psikososial.

1. Proses biologis, mencakup perubahan – perubahan fisik individu yang bersifat alami, bukan karena kecelakaan, sakit atau peristiwa – peristiwa lainnya. Misal, pertumbuhan otak, sistem syaraf, hormone, keterampilan motorik, perkembangan seksual, perubahan penglihatan dan lain sebagainya.

2. Proses kognitif, melibatkan perubahan – perubahan kemampuan berfikir, berbahasa dan cara memperoleh pengetahuan dari lingkungan. Perkembangan kognitif dan pengalaman belajar sangat berkaitan dan saling mempengaruhi. Perkembangan kognitif anak akan menfasilitasi dan membatasi kemampuan belajar anak, begitu juga sebaliknya.

(16)

Proses pertumbuhan biologis, kognitif dan psikososial saling berkaitan antara yang satu dengan yang lainnya. Sebagai contoh, anak yang mengalami gangguan pada otaknya, akan mengalami keterlambatan dalam berfikir, yang kemudian bisa mempengaruhi perkembangan psikososialnya..

Kematangan dan Pengalaman dalam Perkembangan Anak

Kematangan adalah perubahan yang terjadi pada individu dikarenakan adanya pertumbuhan fisik dan biologis, misalnya seorang anak yang beranjak menjadi dewasa akan mengalami perubahan pada fisik dan mentalnya.

Kematangan merupakan fase perubahan yang dialami oleh individu karena pengaruh genetic dan berlangsung secara bertahab.Pengalaman merupakan peristiwa – peristiwa yang dialami oleh individu dalam kehidupannya sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya.Para ahli berpendapat bahwa perkembangan anak dipengaruhi oleh genetik atau warisan biologis.Para ahli lain mengatakan bahwa pengalaman lingkunganlah yang paling berperan dalam perkembangan anak.Ada pula ahli yang mengatakan bahwa faktor yang mempengaruhi perkembangan anak adalah faktor genetik dan faktor lingkungan pergaulan.Sebagai contoh, kecerdasan seseorang bisa merupakan warisan yang diturunkan dari orang tuanya, bisa pula karena diperoleh dari lingkungan tempat ia tumbuh dan berkembang.

Kontinuitas dan Diskontinuitas dalam Perkembangan

(17)

( kontinuitas ) dari masa konsepsi dampai akhir hayat.Dalam proses perkembangan yang kontinuitas, terjadi perbaikan, penambahan dan atau penurunan sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan.Emde dan Harmon ( Vasta, Haith & Miller, 1992 ) mengatakan bahwa persoalan kontinuitas dan diskontinuitas melibatkan dua komponen. 1. Pola – Pola Perkembangan

Para ahli kontinuitas beranggapan bahwa perkembangan itu terjadi secara halus dan stabil melalui penambahan dan atau peningkatan yang bertahap dalam hal abilitas ( kemampuan, kepandaian, kecakapan ), keterampilan dan atau pengetahuan baru pada suatu langkah yang relatif sama. Sedangkan ahli diskontinuitas beranggapan bahwa perkembangan terjadi pada periode – periode kecepatan yang berbeda, antara yang sedikit perubahannya dengan yang tajam dan cepat perubahannya.

2. Keterkaitan Perkembangan

Para ahli kontinuitas berpendapat bahwa perkembangan – perkembangan yang terjadi saling berkaitan. Perilaku – perilaku awal akan berpengaruh dan membentuk perilaku – perilaku selanjutnya.Sebaliknya, para ahli diskontinuitas berpendapat bahwa perkembangan yang terjadi muncul secara independent ( berdiri sendiri ) dari yang sebelumnya dan tidak dapat diprediksi dari perilaku – perilaku sebelumnya.

Psikologi Belajar

(18)

Dari pengertian belajar di atas, maka kegiatan dan usaha untuk mencapai perubahan tingkah laku itu dipandang sebagai Proses belajar, sedangkan perubahan tingkah laku itu sendiri dipandang sebagai Hasil belajar. Hal ini berarti, belajar pada hakikatnya menyangkut dua hal yaitu proses belajar dan hasil belajar.

Para ahli psikologi cenderung untuk menggunakan pola-pola tingkah laku manusia sebagai suatu model yang menjadi prinsip-prinsip belajar. Prinsip-prinsip belajar ini selanjutnya lazim disebut dengan Teori Belajar.

1. Teori belajar klasik masih tetap dapat dimanfaatkan, antara lain untuk menghapal perkalian dan melatih soal-soal (Disiplin Mental). Teori Naturalis bisa dipakai dalam pendidikan luar sekolah terutama pendidikan seumur hidup.

2. Teori belajar behaviorisme bermanfaat dalam mengembangkan perilaku-perilaku nyata, seperti rajin, mendapat skor tinggi, tidak berkelahi dan sebagainya.

3. Teori-teori belajar kognisi berguna dalam mempelajari materi-materi yang rumit yang membutuhkan pemahaman, untuk memecahkan masalah dan untuk mengembangkan ide (Pidarta, 2007:218).

 Proses dan fase belajar terdiri dari:

1. Fase motivasi.

2. Fase konsentrasi.

3. Fase mengolah.

4. Fase dimasukan dalam ingatan.

5. Fase mengenali dlam ingatan.

6. Fase generalisasi.

7. Fase memberikan perstasi.

8. Fase umpan balik  Psikologi Sosial

(19)

ilmu sosial untuk mempelajari pengaruh masyarakat terhadap individu dan antar individu (dikutip Pidarta, 2007:219).

Pembentukan kesan pertama terhadap orang lain memilki tiga kunci utama yaitu.

1. Kepribadian orang itu. Mungkin kita pernah mendengar tentang orang itu sebelumnya atau cerita-cerita yang mirip dengan orang itu, terutama tentang kepribadiannya.

2. Perilaku orang itu. Ketika melihat perilaku orang itu setelah berhadapan, maka hubungkan dengan cerita-cerita yang pernah didengar.

3. Latar belakang situasi. Kedua data di atas kemudian dikaitkan dengan situasi pada waktu itu, maka dari kombinasi ketiga data itu akan keluarlah kesan pertama tentang orang itu.

Dalam dunia pendidikan, kesan pertama yang positif yang dibangkitkan pendidik akan memberikan kemauan dan semangat belajar anak-anak. Motivasi juga merupakan aspek psikologis sosial, sebab tanpa motivasi tertentu seseorang sulit untuk bersosialisasi dalam masyarakat. Sehubungan dengan itu, pendidik punya kewajiban untuk menggali motivasi anak-anak agar muncul, sehingga mereka dengan senang hati belajar di sekolah.

Menurut Klinger (dikutip Pidarta, 2007:222) faktor-faktor yang menentukan motivasi belajar adalah.

1. Minat dan kebutuhan individu. 2. Persepsi kesulitan akan tugas-tugas. 3. Harapan sukses.

Kesiapan Belajar dan Aspek-aspek Individu

(20)

1. Watak, ialah sifat yang dibawa sejak lahir yang hampir tidak dapat diubah. Misalnya watak pemarah, pendiam, menyendiri, suka berbicara, dan sebagainya.

2. Kemampuan umum (IQ), ialah kecerdasan yang bersifat umum. Kemampuan ini dapat dijadikan ramalan tentang keberhasilan seseorang menyelesaikan suatu pekerjaan atau tingkat pendidikan yang dijalani.

3. Kemampuan khusus atau bakat, ialah kemampuan tertentu yang dibawa sejak lahir. Kemampuan ini pada umumnya memberi arah kepada cita-cita seseorang terutama bila bakatnya terlayani dalam pendidikan.

4. Kepribadian, ialah penampilan seseorang secara umum, seperti sikap, besarnya motivasi, kuatnya kemauan, tabahnya menghadapi rintangan, penghargaannya terhadap orang lain, kesopanannya, toleransinya dan sebagainya.

5. Latar belakang, ialah lingkungan tempat dibesarkan terutamam lingkungan keluarga. Lingkungan ini sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan jiwa bayi dan kanak-kanak.

a. Bantuan Psikologi dalam Pendidikan Pebedaan Individu

Dalam dunia pendidikan terdapat berbagai macam faktor yang lain dengan satunya memiliki andil dalam pendidikan. Salah satu tugas yang diemban oleh para pendidik adalah memahami akan berbagai faktor pendukung pendidikan tersebut. Diantara berbagai faktor tersebut adalah bagaimana para pendidik bisa memahami akan situasi dan kondisi, baik lingkungan maupun peserta didik itu sendiri.

Peserta didik sebagai obyek dari pendidikan sangat urgen untuk diperhatikan dari berbagai faktor. Faktor tersebut yang harus diperhatikan adalah tahap perkembangan dari peserta didik tersebut. Diantara perkembangan perserta didik tersebut adalah bagaimana dari individu dan karakteriststiknya

(21)

dunia pendidikan kita perlu untuk mengetahui segala perkembangan peserta didik termasuk dari individu-individu dan karakteristik peserta didik tersebut.

A. Pengertian Individu

Manusia adalah mahluk yang dapat dipandang dari berbagai sudut pandang . Sejak ratusan tahun sebelum masehi, manusia telah menjadi obyek filsafat, baik obyek formal yang mempersoalkan hakikat manusia maupun obyek material yang mempersoalkan manusia sebagai apa adanya manusia dengan berbagai kondisinya. Sebagaimana dikenal adanya manusia sebagai mahluk yang berpikir atau homo sapiens, mahluk yang berbuat atau homo faber, mahluk yang dapat dididik atau homo educandum dan seterusnya.

Dalam kamus echols & shadaly (1975), individu adalah kata benda dari individual yang berarti orang, perseorangan, dan oknum. Berdasarkan pengertian di atas dapat dibentuk suatu lingkungan untuk anak yang dapat merangsang perkembangan potensi-potensi yang dimilikinya dan akan membawaperubahan-perubahan apa saja yang diinginkan dalam kebiasaan dan sikap-sikapnya.

Dalam pertumbuhan dan perkembangannya, manusia mempunyai kebutuhan-kebutuhan. . Pada awal kehidupannya bagi seorang bayi mementingkan kebutuhan jasmaninya, ia belum peduli dengan apa saja yang terjadi diluar dirinya. Ia sudah senang bila kebutuhan fisiknya sudah terpenuhi. Dalam perkembangan selanjutnya maka ia akan mulai mengenal lingkungannya, membutuhkan alat komunikasi (bahasa), membutuhkan teman, keamanan dan seterusnya. Semakin besar anak tersebut semakin banyak kebutuhan non fisik atau psikologis yang dibutuhkannya.

B. Karakteristik Individu

(22)

(individu) merupakan ha sil diri perpduan antara factor biologis sebagaimana unsure bawaan dan pengaruh lingkungan.

Natur dan nature merupakan istilah yang biasa digunakan untuk menjelaskan karakteristik-karakteristik individu dalam hal fisik, mental, dan emosional pada setiap tingkat perkembangan. Seorang bayi yang baru lahir merupakan hasil dari dua garis keluarga, yaitu garis keturunan ayah dan garis keturunan ibu. Sejak terjadinya pembuahan atau konsepsi kehidupan yang baru, maka secara berkesinambungan dipengaruhi oelh bermacam-macam faktor lingkungan yang merangsang.

C. Perbedaan Individu

Dalam aspek perkembangan individu, dikenal ada dua fakta yang menonjol, yaitu:

i. semua diri manusia mempunyai unsur-unsur kesamaan didalam pola perkembangannya, ii. di dalam pola yang bersifat umum dari apa yang membentuk warisan manusia – secara

biologis dan sosial – tiap-tiap individu mempunyai kecenderungan berbeda. Perbedaan-perbedaan tersebut secara keseluruhan lebih banyak bersifat kuantitatif dan bukan kualitatif.

Makna “perbedaan” dan “perbedaan individual” menurut lindgren (1980) menyangkut variasi yang terjadi, baik variasi pada aspek fisik maupun psikologis.

Adapun bidang-bidang dari perbedaannya yakni: a) Perbedaan Kognitif

(23)

b) Perbedaan Kecakapan Bahasa

Bahasa merupakan salah satu kemampuan individu yang sangat penting dalam kehidupan. Kemampuan tiap individu dalam berbahasa berbeda-beda. Kemampuan berbahasa merupakan kemampuan seseorang untuk menyatakan buah pikirannya dalam bentuk ungkapan kata dan kalimat yang penuh makna, logis dan sistematis. Kemampuan berbaha sangat dipengaruhi oleh faktor kecerdasan dan faktor lingkungan serta faktor fisik (organ bicara).

c) Perbedaan Kecakapan Motorik

Kecakapan motorik atau kemampuan psiko-motorik merupakan kemampuan untuk melakukan koordinasi gerakan syarat motorik yang dilakukan oleh syaraf pusat untuk melakukan kegiatan.

d) Perbedaan Latar Belakang

Perbedaaan latar belakang dan pengalaman mereka masing-masing dapat memperlancar atau menghambat prestasinya, terlepas dari potensi individu untuk menguasai bahan.

e) Perbedaan Bakat

Bakat merupakan kemampuan khusus yang dibawa sejak lahir. Kemampuan tersebut akan berkembang dengan baik apabila mendapatkan rangsangan dan pemupukan secara tepat sebaliknya bakat tidak berkembang sama, manakala lingkungan tidak memberi kesempatan untuk berkembang, dalam arti tidak ada rangsangan dan pemupukan yang menyentuhnya.

f) Perbedaan Kesiapan Belajar

(24)

Perbedaan Individual dalam Intelegensi

Seperti yang telah kita ketahui bahwa setiap individu memiliki tingkat intelegensi yang berbeda. Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi inteligensi sehingga mengakibatkan adanya perbedaan inteligensi seseorang dengan yang lainnya yaitu :

1) Pengaruh Faktor Bawaan / Keturunan

Seberapa besar korelasi antara IQ orangtua dan IQ anak? Konsep heritabilitas berusaha memilah pengaruh keturunan dan lingkungan dalam suatu populasi. Heritabilitas (heritability) adalah bagian dari variansi dalam suatu populasi yang dikaitkan dengan faktor genetik. Indeks heritabilitas dihitung dengan menggunakan teknik statistik korelasi. Jadi, indeks heritabilitas tertinggi adalah 1,00, sehingga korelasi 0,70 keatas menunjukkan adanya pengaruh genetika yang kuat. Sebuah komite, yang terdiri dari peneliti-peneliti yang dihimpun American Psychological Association, menyimpulkan bahwa pada tahap remaja akhir, indeks heritabilitas kecerdasan kira-kira 0,75 mengindikasikan adanya pengaruh genetik yang kuat.

Menariknya, para peneliti menemukan bahwa indeks heritabilitas kecerdasan meningkat dari 0,45 pada bayi hingga 0.80 pada masa dewasa. Mengapa pengaruh heritabilitas terhadap kecerdasan meningkat seiring pertambahan usia? Mungkin, ketika kita bertambah dewasa, pengaruh lingkungan dan oranglain atas diri kita semakin berkurang, dan kita lebih mampu memilih lingkungan yang sesuai dengan keunggulan genetik kita. Contohnya, anak-anak atau remaja kadang didorong orangtua mereka untuk memasuki lingkungan yang tidak sesuai dengan warisan genetik mereka (anak ingin menjadi pemusik tetapi di dorong menjadi dokter, misalnya). Ketika dewasa, individu-individu ini memiliki lebih banyak keleluasaan memilih lingkungan karier mereka sendiri.

Arthur Jensen (1969) berpendapat bahwa kecerdasan pada umumnya diwariskan dan bahwa lingkungan hanya berperan minimal dalam mempengaruhi kecerdasan. Jensen meninjau riset tentang kecerdasan, yang kebanyakan melibatkan perbandingan-perbandingan skor tes IQ pada anak kembar identik dan kembar tidak identik. Anak kembar identik memiliki susunan gen yang serupa, jadi jika kecerdasan diturunkan secara genetik, skor IQ dari anak kembar identik haruslah lebih serupa satu sama lain dibandingkan skor IQ dari anak kembar tidak identik.

(25)

anak-anak kembar identik yang dibesarkan bersama-sama dan yang dibesarkan terpisah. Nilai korelasi untuk anak kembar identik yang dibesarkan bersama-sama adalah 0.89 dan yang dibesarkan terpisah 0,78. Jensen berpendapat bahwa jika faktor-faktor lingkungan lebih penting daripada faktor genetik, maka perbedaannya akan lebih besar.

Tingkat pendidikan orangtua kandung juga menjadi tolak ukur dalam memprediksi skor-skor IQ sang anak ketimbang IQ orangtua angkatnya. Akan tetapi, studi-studi adopsi juga mendokumentaskan pengaruh lingkungan. Perpindahan anak dari keluarga lama ke keluarga baru, yang mengakomodasi lingkungan yang lebih baik, meningkatkan IQ anak sekitar 12 poin. Namun, banyak penelitian menunjukkan bahwa individu-individu yang berasal dari suatu keluarga, atau bersanak saudara, nilai dalam tes IQ mereka berkorelasi tinggi (± 0,50). Di antara kembar identik korelasi sangat tinggi (± 0,90), sedangkan di antara individu-individu yang tidak bersanak saudara korelasinya rendah sekali (± 0,20). Bukti lain dari adanya pengaruh bawaan adalah hasil-hasil penelitian terhadap anak-anak yang diadopsi. IQ mereka ternyata masih biokorelasi tinggi dengan ayah/ibu yang sesungguhnya bergerak antara (±0,40 sampai ±0,50). Sedang korelasi dengan orangtua angkatnya sangat rendah (± 0,10 sampai ± 0,20). Selanjutnya, studi terhadap kembar yang diasuh secara terpisah juga menunjukkan bahwa IQ mereka tetap berkorelasi sangat tinggi walaupun mereka tidak pernah saling kenal. Ini menunjukkan bahwa walau lingkungan berpengaruh terhadap taraf kecerdasan seseorang, tetapi banyak hal dalam kecerdasan itu yang tetap tak berpengaruh.

2) Pengaruh Faktor Lingkungan

Sementara faktor keturunan genetika memberi kontribusi pada IQ, kebanyakan peneliti sepakat bahwa untuk kebanyakan orang, memodifikasi dalam lingkungan dapat mengubah skor IQ seseorang. Memperkaya lingkungan dapat meningkatkan prestasi di sekolah dan keterampilan yang dibutuhkan untuk mendapatkan pekerjaan. Walaupun faktor keturunan genetika mungkin selalu mempengaruhi kemampuan intelektual, faktor-faktor lingkungan dan kesempatan juga dapat menimbulkan perbedaan.

(26)

lingkungan yang lebih baik dibandingkan keluarga sebelumnya mengalami peningkatan IQ hingga 12 poin. Dalam penelitian lain, para peneliti pergi ke rumah-rumah dan mengamati bagaimana orangtua dari keluarga berada dan keluarga dengan penghasilan menengah berbicara dan berkomunikasi dengan anak-anak mereka. Mereka menemukan bahwa keluarga yang berpenghasilan sedang lebih cenderung untuk berbicara dan berkomunikasi dengan anak-anak mereka dibandingkan dengan orangtua yang berada. Seberapa sering orangtua berbicara dan berkomunikasi dengan anak pada 3 tahun pertama perkembangan seorang anak ditemukan berkorelasi dengan skor IQ anak dengan tes Stanford-Binet pada usia 3 tahun. Semakin sering orangtua berkomunikasi dan berbicara dengan anak mereka, semakin tinggi IQ anak-anak tersebut.

Sekolah juga mempengaruhi kecerdasan. Pengaruh terbesar telah ditemukan pada anak-anak yang tidak mendapatkan pendidikan formal dalam jangka waktu lama. Anak-anak ini mengalami penurunan kecerdasan. Sebuah studi terhadap anak-anak di Afrika Selatan mengalami penundaan bersekolah selama 4 tahun (karena tidak ada guru) menemukan adanya penurunan IQ sebesar 5 poin pada setiap tahun penundaan.

(27)

yang lebih tinggi dari adik-adiknya. Olehnya ini dijelaskan karena anak pertama untuk jangka waktu yang cukup lama hanya dikelilingi oleh orang-orang dewasa, suatu lingkungan yang memberinya keuntungan intelektual.

Car menghitung IQ :Ma\Ca*100 Ma : Mental Age (hasil tes) Ca : Corologi Age (umur)

Indeks kecerdasan dapat diklasifikasikan sbb: 140-keatas termasuk klasisifikasi genius 130-139 termasuk klasisifikasi sangat pandai 120-129 termasuk klasisifikasi pandai

110-119 termasuk klasisifikasi diatas normal 90-109 termasuk klasisifikasi normal

80-89 termasuk klasisifikasi dibawah normal 70-79 termasuk klasisifikasi bodoh

50-59 termasuk klasisifikasi feeble mendet 49-kebawah termasuk klasisifikasi imbicil, idiot

Dari anak yang memiliki IQ 50-69 dan 49 kebawah dapat digolongkan sebagai berikut dalam kaitannya dengan pendidikan

1. Educable and trainable ini adalah untuk anak yang tergolongkan moron bias dilatih dan bias di didik dalam taraf yang lebih rendah dibandingkan dengan anak yang normal. Dan biasanya anak yang tergolong moron ini akan mengalami kelambatan dalam mengikuti pelajaran disekolah umum dan pada umumnyan mereka hanya mampu menamatkan pelajran sampai SD.

2. Trainable but uneducable( dapat dilatih tetapi tidak bias di didik)

Dalam hal ini termasuk anak yang mempunyai IQ 49 kebawahyang termasukimbicile. Mereka hanya mampu dilatih deangan ketrampilan praktis terutama yang berkaitan dengan aktivitas sehari-hari. Pada anak ini walaupun dilatih dengan pengalaman yang praktis toh mereka juga masih banyak mengalami hambatan, hal ini karena dipengaruhi oleh keadaan mentalnya.

(28)

Yang termasuk ini asalah anak yang tergolong idiot. Disamping itu anak idiot tidak mampu mengintegrasikan dirinya sendiri dan tidak bias mengontrol terhadap gerakan gerakannya, misalnya mereka berak, mereka tidak tau atau yang lain.

Dengan adanya keunikan dan kekompleksan organusme manusia dan juga keunikan masing-masing individumanusia perlulah disadari pendidik Dengan adanya kesadaran ini maka seorang pendidik harus mengetahui psikologi pendidikan. Karena psikologi berusaha menerangkan bagaimana cara individu dan kelompok pada tingkat usia yang berbeda dapat memberikan sambutan yang baik terhadap stimuli yang datang dari lingkungan.

b. Kedudukan Psikologi dalam Pendidikan

• Psikologi memiliki kedudukan yang sangat pentingdidalam kerangka pendidikan. Dengan mempelajari psikologi kita dapat mengenal:

1. Aspek-aspek perkembangan anak didik 2. Kepribadian anak didik

3. Bagaimana aspek-aspek perkembangan itu mengalami proses perkembangan.

4. Bagaimana cara bergaul dengan anak didik,agar pergaulan dapat memberikemungkinan yang seluas-luasnyauntuk melaksanakan pendidikan dan pelajaran.

5. Bagaimana mengarahkan dan memacu atau mempengaruhi perkembangan itu. 6. Bagaimana mengidentifikasi hasil pendidikan dan pengajaran.

2.7 Aplikasi Psikologi dalam Dunia Pendidikan

Penerapan Psikologi dalam Pendidikan

(29)

-penemuan terbaru yang penting dalam psikologi pendidikan telah menjadi sesuatu yang dapat membantu anak - anak mendapatkan keuntungan lebih dari waktu mereka di sekolah, mendapatkan pendekatan pembelajaran secara menyeluruh, metode efektif dalam mendidik anak - anak yang kurang mampu, perkembangan dari tes - tes yang lebih berarti, dan juga penerapan anak - anak dengan tantangan psikologi dan fisik nya menjadi mempunyai lingkungan kelas yang normal, yang dikenal sebagai belajar secara menyeluruh.

1. Pembelajaran secara menyeluruh dan Sistem pengajaran yang menarik

Seorang psikolog pendidikan, Benjamin Bloom memulai prinsip program pembelajaran secara menyeluruh (Mastery Learning) . Adapun program pembelajaran secara menyeluruh ini secara sederhana menyatakan bahwa anak - anak tidak boleh melangkah ke tahap pembelajaran selanjutnya sebelum mereka benar - benar menguasai program pembelajaran yang pertama. Contoh studi kasusnya, misalnya dalam sebuah ruangan kelas terdapat satu kelompok murid di mana mereka dilibatkan dalam suatu pembelajaran mengenai mekanik otomatis. Kemudian, pelajaran ini dibagi dalam delapan unit yang berbeda. Kemudian, setengah dari murid - murid ini diarahkan untuk belajar menurut jadwal. Sedangkan kelompok lainnya, yang merupakan kelompok yang diarahkan untuk menerapkan ilmu belajar secara menyeluruh ini, belajar menurut kemampuan mereka di mana mereka tidak boleh lanjut ke tahap pembelajaran selanjutnya sebelum mereka benar - benar menguasai unit sebelumnya. Setelah percobaan ini dilaksanakan, akhirnya didapatkan hasil bahwa kelompok yang menerapkan program pembelajaran secara menyeluruh atau mastery learning group inilah yang mendapatkan hasil lebih baik dalam waktu bersamaan.

Meskipun demikian, Bloom menyarankan bahwa program pembelajaran secara menyeluruh ini lebih efektif untuk anak - anak dengan kemapuan belajar lebih lambat.

(30)

pembelajar untuk melanjutkan ke tahap selanjutnya tanpa penguasaan sepenuhnya dari tahap sebelumnya

2. Perintah langsung (Direct Instruction)

Pendekatan dengan menggunakan perintah langsung ini didasari oleh ide yang hampir sama dan menarik dengan yang ada pada sistem pembelajaran secara menyeluruh (mastery learning) . Prinsip perintah langsung (direct instruction) ini didasari oleh beberapa strategi -strategi sebagai berikut :

 Anak-anak yang dibimbing selama dalam proses belajar mengajarnya akan mempunyai kemampuan lebih untuk menemukan konsep - konsep dan ide - ide pada diri mereka sendiri.  Informasi - informasi baru dan juga kemampuan - kemampuan yang penting diharapkan

dapat ditandai oleh murid - muridnya.

 Informasi baru dipresentasikan kepada murid -murid dengan mennggunakan kalimat yang mudah dimengerti.

 Anak - anak biasanya sering diajak untuk menjelaskan apa yang mereka pelajari, misalnya saja membaca atau menyelesaikan suatu permasalahan, bertujuan agar si guru dapat mengevaluasi hasil belajar mereka secara langsung daripada hanya secara tes atau tulisan.

 Guru dapat juga secara berkala mendukung perkembangan yang positif untuk hasil belajar yang baik atau perbaikan secara lembut untuk hasil belajar yang dirasakan kurang baik.

Pada pertengahan tahun 1960, sebuah penelitian besar yang diadakan oleh Pusat Pendidikan di Amerika bertujuan untuk menguji kelayakan sistem pengajaran bagi anak yang kurang mampu. Sembilan grup peneliti dibiayai untuk mendisain dan menerapkan apa yang menurut mereka sebagai program pendidikan yang ideal dan beberapa grup penelitian yang diambil secara acak diajak untuk menguji kelayakan program belajar itu. Penelitian pendidikan besar ini yang melibatkan lebih dari sepuluh ribu anak - anak dari berbagai negara dinamakan Project Follow Through . Sembilan projek ini sebenarnya sangat berbeda dalam konteks filosofi pendidikan yang sebenarnya dan juga merupakan projek yang tidak berhasil dalam mengembangkan program pendidikan. Adapun projek yang paling berhasil adalah dengan menggunakan perintah langsung untuk mengembangkan anak-anak kurang mampu.

(31)

Pembelajaran secara memotivasi ini menggunakan pendekatan secara ekstrinsik dan intrinsik. Pendekatan secara ekstrinsik, misalnya saja dengan menggunakan pujian atau motivasi dari guru. Pendekatan secara intrinsik, misalnya ketika guru menjelaskan apa fungsi belajar daripada hanya menekankan kepada nilai bagus yang akan dicapai murid jika mereka dapat belajar dengan baik. Dengan menggunakan pendekatan secara intrinsik ini, tentunya para murid dapat belajar dengan hasil yang lebih baik. Persamaannya, murid - murid yang diijinkan untuk memilih mata pelajaran mereka sendiri diantara beberapa mata pelajaran pilihan mendapatkan ilmu lebih banyak dari proses pembelajaran mereka sendiri. Kesimpulannya, program - program pendidikan yang dapat menyeimbangkan motivasi ekstrinsik dan intrinsik ini mempunyai keefektifan yang baik di dalam kelas.

4. Pengujian dengan kriteria dan referensi ( Criterion - Referenced Testing )

Pada pendekatan tradisional untuk menguji program pendidikan, anak - anak biasanya dibandingkan dengan anak lainnya. Misalnya saja, suatu tes bersifat tradisional dalam pelajaran aritmatika yang membutuhkan anak - anak untuk menghadapi banyak soal menggunakan angka. Kemudian, anak - anak yang mampu menyelesaikan program tersebut dikategorikan sebagai anak - anak yang berada dalam level “mampu”. Tujuan dari program pengujian dengan kriteria dan referensi ini adalah bukan untuk membandingkan seorang anak dengan anak lainnya, namun lebih kepada untuk menentukan apakah seorang anak dapat memenuhi kriteria minimum untuk suatu program edukasi yang bersifat spesifik. Biasanya, program - program ini dapat dipraktekkan secara langsung. Misalnya saja, dalam suatu pengujian, seorang anak diberikan kesempatan untuk mengisi formulir lamaran kerja seperti yang biasanya dibutuhkan oleh seorang pelamar kerja. Tujuan dari pengujian ini bukanlah hanya semata - mata membandingkan kemampuan si anak dengan kemampuan anak lain, namun tujuan nya adalah lebih untuk mengetahui sampai di mana kemampuan si anak dalam hal ini. Apabila si anak belum mengetahui cara mengisi formulir ini dengan tepat, maka tentu guru yang bertanggung jawab akan mengajarinya hingga ia mampu mengisi formulir lamaran kerja dengan sendirinya.

(32)

Program pengujian ini di kemudian hari pun mulai dipikirkan sebagai bahan pengujian untuk menentukan apakah seorang anak dapat dipromosi kan dari level yang satu ke level berikutnya. Ada dua pendapat di dalam menentukan kelayakan sistem pengujian ini, di antaranya adalah :

Anak - anak ataupun pelajar yang berasal dari luar wilayah Amerika Serikat kemungkinan hanya mendapatkan sedikit info mengenai sistem pengujian ini. Sistem pengujian ini tidak selalu adil bagi anak - anak yang datang dari berbagai budaya di Amerika Serikat.

Sistem pengujian ini memungkinkan anak - anak yang mempunyai tingkat intelijensi lebih tinggi dapat lebih memahami pertanyaan - pertanyaan dan mendapatkan nilai yang lebih baik. Hal ini berarti bahwa sitem penilaian ini cenderung menyudutkan anak - anak yang mempunyai tingkat intelijensi yang lebih rendah.

5. Pendidikan untuk orang - orang berkebutuhan khusus ( Mainstreaming )

Pada periode tahun 1970 - an, kebijakan pendidikan yang diumumkan oleh legislasi federal atau yang lebih dikenal sebagai Public Law 94 - 142 menyatakan bahwa setiap anak mempunyai hak untuk mendapatkan pendidikan secara umum tanpa melihat kebutuhan khusus nya. Ini berarti bahwa sekarang, anak - anak yang berkebutuhan khusus dapat mengakses pendidikan umum dalam kualitas yang lebih baik dari masa sebelumnya.

Kemudian, Public Law 94 - 142 dan pendukungnya, program IDEA atau yang lebih dikenal sebagai program pendidikan bagi anak yang berkebutuhan khusus, menyatakan bahwa anak - anak yang memiliki kebutuhan khusus harus menerima bantuan edukasi dan psikologi di dalam lingkungannya yang menyerupai program pendidikan yang biasanya diterima oleh anak -anak normal lain dalam lingkungannya. Oleh karena itu, -anak - -anak yang berkebutuhan khusus tidak boleh lagi diisolasi sebab mereka mempunyai hak untuk mendapatkan pendidikan tersebut dalam sekolah - sekolah normal biasanya dan memungkinkan mereka untuk berinteraksi satu sama lainnya dengan baik. Kemudian, jika memungkinkan, anak - anak yang berkebutuhan khusus harus ditempatkan di dalam sebuah ruangan kelas untuk belajar dengan anak - anak normal lainnya dan hanya akan dipindahkan atau dibantu jika hal ini benar - benar dibutuhkan. Program pembelajaran ini dinamakan Mainstreaming.

(33)

merasakan bahwa anak - anak berkebutuhan khusus juga berhak untuk mendapatkan pendidikan yang baik selayaknya mereka dan anak - anak berkebutuhan khusus ini juga manusia dan mereka sudah selayaknya diperlakukan sebagai teman yang baik.

Jadi psikologi pendidikan adalah sebuah sub disiplin ilmu psikologiyang berkaitan dengan teori-teori dann masalah kependidikan yang berguna dalam hal-hal seebagai berikut:

1. Penerapan prinsip belajar dikelas.

2. Pengembangan dan pembaharuan kurikulum. 3. Ujian dan evaluasi bakat kemampuan

4. Sosialisasi proses dan interaksi proses-proses tersebut dengan pendayagunaan ranah kognitif.

(34)

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan

Dari uraian pembahasan landasan psikologis dalam pendidikan, dapat disimpulkan bahwa: 1. Landasan Psikologi dalam pendidikan adalah suatu landasan dalam proses pendidikan

yang membahas berbagai informasi tentang kehidupan manusia pada umumnya serta gejala-gejala yang berkaitan dengan aspek pribadi manusia pada setiap tahapan usia perkembangan tertentu untuk mengenali dan menyikapi manusia sesuai dengan tahapan usia perkembangannya yang bertujuan untuk memudahkan proses pendidikan.

2. Landasan psikologi pendidikan merupakan salah satu landasan yang penting dalam pelaksanaan pendidikan karena keberhasilan pendidik dalam menjalankan tugasnya sangat dipengaruhi oleh pemahamannya tentang peserta didik. Oleh karena itu pendidik harus mengetahui apa yang harus dilakukan kepada peserta didik dalam setiap tahap perkembangan yang berbeda dari bayi hingga dewasa

3. Implikasi landasan psikologi dalam pendidikan adalah:

Seorang pendidik dalam proses pebelajarannya memberikan kemungkinan untuk membentuk kepribadian individu sesuai yang diharapkan akan tetapi tetap memperhatikan faktor-faktor hereditas yang ada pada individu.

Seorang pendidik dalam proses pebelajarannya harus memperhatikan tugas perkembangan pada setiap masa perkembangan anak.

(35)

Karena begitu pentingnnya landasan psikologi dalam pendidikan maka seluruh calon pendidik dan para pendidik diharapkan mampu mempelajari serta mengaplikasikan landasan psikologi dalam pendidikan agar proses pendidikan berjalan dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Pidarta Made ( 2007 ). Landasan Pendidikan : Stimulus ilmu Pendidikan Becorak Indonesia: Rineka Cipta

Suryabrata, Sumadi. Psikologi Pendidikan.1984.CV. Rajawali Jakarta Djatun,Rahmad,Dkk.2009.Pengantar Ilmu Pendidikan.Surakarta:UNS Press Tirtaraharja, Umar .2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta Supardan,Dadang.2007.Pengantar Ilmu Sosial. Jakarta: Bumi Aksara

Trimanjuniarso. 2008. Teori Belajar Behavioristik. http:// trimanjuniarso .files.wordpress. com / 2008/02/teori-belajar- behavioristik.doc. di akses tanggal 4 Oktober 2011

Referensi

Dokumen terkait

1) Tujuan kebijakan akuntansi belanja adalah untuk mengatur perlakuan akuntansi atas belanja dan informasi lainnya dalam rangka memenuhi tujuan akuntabilitas sebagaimana

pertentangannya adalah tidak memberikan kesempatan kepada Pemohon yang mana hak tersebut berisifat spesifik (khusus) dan aktual atau setidak-tidaknya potensial menurut penalaran

itu strategi permainan dalam praktiknya menggunakan berbagai teknik dan media bermain untuk pelaksanaan bimbingan karir. Akhir-akhir ini muncul pemikiran dan paradigma baru

Kebutuhan nonfungsional dari segi ECONOMY-nya adalah sistem dapat mengurangi waktu bagi pengunjung ataupun peminjam buku dalam mengakses buku-buku

Studi observasional potong lintang pada bayi risiko tinggi yang tercatat di Bagian Neonatologi Rumah Sakit Anak dan Bunda (RSAB) Harapan Kita dari Januari sampai Desember

Ketua Tim Penyusun Panduan Praktik Klinis terkait dengan format teknik penulisan panduan yang sudah disepakati setelah adanya pelatihan , diantaranya adalah : Pengertian yang

Muhammad Amjad, Mahasiswa Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga, tahun 2008, “Konflik Lumpur Porong (Studi Deskriptif tentang

The Maritime Authorities of the Paris and the Tokyo Memoranda of Understanding (MoU) on Port State Control will launch a joint Concentrated Inspection Campaign (CIC) with the