• Tidak ada hasil yang ditemukan

makalah id filsafat pendidikan di

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "makalah id filsafat pendidikan di "

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Ilmu Pengetahuan

Ilmu pengetahuan berasal dari kata bahasa Inggris yakni science, yang berasal dari bahasa latinscientia dari bentuk kata kerja scire yangberarti mempelajari, mengetahui. Pertumbuhan selanjutnya pengertian ilmu pengetahuan mengalami perluasan arti sehingga menunjuk pada segenap pengetahuan sistematik.Dalam bahasa Jerman dikenal wissenschaft.1

The Liang Gie (1987) memberikan pengertian ilmu adalah rangkaian aktivitas penelaahan yang mencari penjelasan suatu metode untuk memperoleh pemahaman secara rasional empiris mengenai dunia ini dalam berbagai seginya, dan keseluruhan pengetahuan sistematis yang menjelaskan berbagai gejala yang ingin di mengerti manusia.2

Ilmu menunjuk pada masing-masing bidang pengetahuan ilmiah yang mempelajari suatu pokok soal tertentu. Dalam arti ini ilmu berarti suatu cabang ilmu khusus, seperti misalnya antropologi, biologi, geografi, atau sosiologi.Istilah inggris science kadang-kadang diberi arti sebagai ilmu khusus yang lebih terbatas lagi, yakni sebagai pengetahuan sistemastis mengenai dunia fisis atau material (syintematic knowledge of the physical or material world.3

Istilah science juga sering dipakai untuk menunjuk gugusan ilmu-ilmu kealaman atau natural science. Natural science inilah yang tampaknya dalam pendidikan Indonesia diterjemahkan menjadi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Natural sciences terjemahannya yang lebih tepat adalah ilmu-ilmu kealaman. Tidaklah sama dengan ilmu alam dalam arti fisika (istilah inggrisnya physics), melainkan memiliki cakupan yang lebih luas dari pada fisika.

Dari segi maknanya, pengertian ilmu sepanjang yang terbaca dalam pustaka menunjuk pada sekurang-sekurangnya tiga hal, yakni pengetahuan, aktivitas dan metode. Dalam hal yang pertama dan ini yang terumum, ilmu senantiasa berarti pengetahuan (knowledge). Di antara para filsuf dari berbagai 1Farid Fuad Ismail, , Cepat Menguasai Ilmu Filsafat, (Jogjakarta : IRCiSoD, 2003), 197

(2)

dalam aliran terdapat pemahaman umum bahwa ilmu adalah suatu kumpulan yang sistematis dari pengetahuan ( any systematic body of knowledge ). Seorang filsuf yang meninjau ilmu, Jhon G. Kemeny juga memakai istilah ilmu dalam arti semua pengetahuan yang dihimpun dengan perantaraan metode ilmiah ( all knowledge collected by means of the scientific method ).4

Ilmu adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.

Ilmu bukan sekadar pengetahuan ( knowledge ), tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya.Ilmu pengetahuan adalah produk dari epistemologi.5

Sedangkan pengetahuan (knowledge) yang dapat dikenali (identify), dapat diterangkan (explain), dapat dilukiskan (describe), dapat diperkirakan (predict), dapat dianalisis (diagnosis), dan dapat diawasi (control) akan menjadi suatu ilmu (science) .6

Menurut Drs. Sidi Gazalba pengetahuan adalah apa yang diketahui atau hasil pekerjaan tahu. Pekerjaan hasil tahu tersebut adalah hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti dan pandai. Pengetahuan itu adalah semua milik atau isi pikiran, dengan demikian pengetahuan merupakan hasil proses dari usaha manusia untuk tahu.

Dalam kamus filsafat dijelaskan bahwa pengetahuan (knowledge) adalah proses kehidupan yang diketahui manusia secara langsung dari kesadarannya sendiri. Dalam peristiwa ini yang mengetahui (subjek) memiliki yang diketahui (objek) di dalam dirinya sendiri sedemikian aktif sehingga yang mengetahui itu menyusun yang diketahui pada dirinya sendiri dalam kesatuan aktif.Kemudian 4Muhammad Hatta, Pengantar ke Jalan Ilmu Pengetahuan (Jakarta: t.p. 1954), 39-40.

(3)

dalam artian luas adalah semua kehadiran internasional objek dalam subjek. Namun dalam arti sempit dan berbeda dengan imajinasi atau pemikiran belaka, pengetahuan hanya berarti putusan yang benar dan pasti (kebenaran, kepastian). Di sini subjek sadar akan hubungan objek dengan eksistensi. Pada umumnya, adalah tepat kalau mengatakan pengetahuan hanya merupakan pengalaman “sadar”. Karna sangat sulit melihat bagaimana persisnya suatu pribadi dapat sadar akan suatu eksisten tanpa kehadiran eksisten itu di dalam dirinya.

Orang pragmatis, terutama John Dewey tidak membedakan pengetahuan dengan kebenaran (antara knowledge dengan truth). Jadi pengetahuan itu harus benar, kalau tidak benar adalah kontradiksi.7

Dari pendapat diatas, maka setiap ilmu sudah pasti pengetahuan, tetapi setiap pengetahuan belum tentu sebagai ilmu. Kemudian syarat yang paling penting untuk keberadaan suatu pengetahuan disebut ilmu adalah adanya objek. Pengetahuan yang bukan ilmu dapat saja berupa pengetahuan tentang seni dan moral.

1. Syarat-syarat Ilmu Pengetahuan

Ada persyaratan ilmiah sesuatu dapat disebut sebagai ilmu pengetahuan diantaranya :

a. Objektif

Ilmu pengetahuan harus memiliki objek kajian yang terdiri dari satu golongan masalah yang sama sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun bentuknya dari dalam. Objeknya dapat bersifat ada, atau mungkin ada karena masih harus diuji keberadaannya. Dalam mengkaji objek, yang dicari adalah kebenaran, yakni persesuaian antara tahu dengan objek, sehingga disebut kebenaran objektif; bukan subjektif berdasarkan subjek peneliti atau subjek penunjang penelitian. b. Metodis

Upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan terjadinya penyimpangan dalam mencari kebenaran. Konsekuensinya, harus ada cara tertentu untuk menjamin kepastian kebenaran. Metodis berasal dari bahasa Yunani “Metodos” yang berarti: cara, jalan. Secara

7Jujun S. Suriasumantri, ,Ilmu dalam Perspektif, (Jakarta : Gramedia, 1978), 99. Lihat juga

(4)

umum metodis berarti metode tertentu yang digunakan dan umumnya merujuk pada metode ilmiah

c. Sistematis

Upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan terjadinya penyimpangan dalam mencari kebenaran. Konsekuensinya, harus ada cara tertentu untuk menjamin kepastian kebenaran. Metodis berasal dari bahasa Yunani “Metodos” yang berarti: cara, jalan. Secara umum metodis berarti metode tertentu yang digunakan dan umumnya merujuk pada metode ilmiah

d. Universal

Kebenaran yang hendak dicapai adalah kebenaran universal yang bersifat umum (tidak bersifat tertentu). Belakangan ilmu-ilmu sosial menyadari kadar ke-umum-an (universal) yang dikandungnya berbeda dengan ilmu-ilmu alam mengingat objeknya adalah tindakan manusia. Karena itu untuk mencapai tingkat universalitas dalam ilmu-ilmu sosial, harus tersedia konteks dan tertentu pula.8

2. Sifat-sifat Ilmu Pengetahuan

Selama manusia mempunyai rasa ingin tahu, selama itulah pengetahuan akan terus berkembang. Akan tetapi, tidak semua pengetahuan dapat disebut sebagai ilmu. Ada beberapa sifat/kriteria yang mesti dipenuhi agar sebuah pengetahuan layak dikategorikan sebagai ilmu pengetahuan, yaitu :

a. Rasional

Ilmu pengetahuan didasarkan atas kegiatan berpikir secara logis dengan menggunakan rasa (nalar) dan hasilnya dapat diterima oleh nalar manusia.

b. Objektif

8Burhanuddin Salam, Logika Materiil; Filsafat lmu Pengetahuan, (Jakarta:

(5)

Kebenaran yang dihasilkan suatu ilmu merupakan kebenaran pengetahuan yang jujur, apa adanya sesuai dengan kenyataan objeknya, serta tidak tergantung pada suasana hati, prasangka atau pertimbangan nilai pribadi. Objek dan metode ilmu tersebut dapat dipelajari dan diikuti secara umum. Kebenaran itu dapat diselidiki dan dibenarkan oleh ahli lain dalam bidang ilmu tersebut melalui pengujian secara terbuka yang dilakukan dari pengamatan dan penalaran fenomena.

c. Akumulatif

Ilmu dibentuk dengan dasar teori lama yang disempurnakan, ditambah, dan diperbaiki sehingga semakin sempurna. Ilmu yang dikenal sekarang merupakan kelanjutan dari ilmu yang dikembangkan sebelumnya. Oleh karenanya, ilmu pengetahuan bersifat relatif dan temporal, tidak pernah mutlak dan final. Dengan demikian, ilmu pengetahuan bersifat dinamis dan terbuka.

d. Empiris

Kesimpulan yang diambil harus dapat dibuktikan melalui pemeriksaan dan pembuktian pancaindra, serta dapat diuji kebenarannya dengan fakta. Hal ini yang membedakan antara ilmu pengetahuan dengan agama.

e. Andal dan Dirancang

Ilmu pengetahuan dapat diuji kembali secara terbuka menurut persyaratan dengan hasil yang dapat diandalkan. Selain itu, ilmu pengetahuan dikembangkan menurut suatu rancangan yang menerapkan metode ilmiah.9

3. Teori-teori tentang Ilmu Pengetahuan

Ada teori-teori ilmu pengetahuan yang perlu kita kenal, yakni : a. Rasionalisme

9A. Sony Keraf & Mikhael Dua, Ilmu Pengetahuan ‘Sebuah Tinjauan Filosofss,

(6)

Kaum rasionalis mulai dengan suatu pertanyaan yang sudah pasti. Aksioma dasar yang dipakai membangun sistem pemikirannya diturunkan dari ide yang menurut anggapannya sudah jelas, tegas, dan pasti dalam pikiran manusia. Pikiran manusia mempunyai kemampuan untuk mengetahui ide tersebut, namun manusia tidak menciptakannya, maupun tidak mempelajari lewat pengalaman.

a. Empirisme

Kaum empiris memegang teguh pendapat bahwa pengetahuan manusia dapat diperoleh lewat pengalaman. Jika kita sedang berusaha untuk meyakinkan seorang empiris bahwa sesuatu itu ada, maka ia akan berkata “ tunjukkan hal itu ada”. Jadi, secara khusus kaum empiris mendasarkan teori pengetahuannya kepada pengalamannya yang ditangkap oleh panca indera kita.

Secara sederhana, dapat dikatakan bahwa metode keilmuan adalah satu cara dalam memperoleh pengetahuan. Metode ini merupakan kombinasi antara rasionalisme dan empirisme. Dalam metode ini, para ilmuwan memulai dari kerangka dasar yakni, perumusan masalah, penyusunan atau klasifikasi data , perumusan hipotesis, penarikan deduksi dari hipotesis, tes dan pengujian kebenaran (verifikasi) dari hipotesa.

B. Pengertian Nilai

Nilai adalah standar atau ukuran (norma) yang kita gunakan untuk mengukur segala sesuatu. Menurut Scheler, nilai merupakan kualitas yang tidak tergantung pada benda. Benda adalah sesuatu yang bernilai. Ketidaktertgantungan ini mencakup setiap bentuk empiris, nilai adalah kualitas a priori. Ketergantungan tidak hanya mengacu pada objek yang ada di dunia seperti lukisan, patung, tindakan, manusia, dan sebagainya, namun juga reaksi kita terhadap benda dan nilai.10

10Risieri Frondizi, , Pengantar Filsafat Nilai, (Yogjakarta : Pustaka Pelajar,

(7)

Dalam EncNilai secara singkat dapat dikatakan, ‘perkataan nilai ‘ kiranya mempunyai macam makna seperti berikut mengandung nilai (berguna bagi kehidupan baik dalam masyarakat maupun kehidupan sehari- hari) merupakan nilai (baik, benar, indah, dapat membedakan apa-apa yang kita lihat rasa, dll) mempunyai nilai (merupakan obyek keinginan, mempunyai kualitas yang dapat menyebabkan orang mengambil sikap ‘setuju’ atau mempunyai nilai tertentu. Dan memberi nilai (menggapai sesuatu hal yang diinginkan atau sebagai hal yang menggambarkan nilai tertentu).

Suatu benda atau perbuatan dapat mempunyai nilai, dan berhubungan dengan itu, dapat dinilai. Hal- hal tersebut dapat mempunyai nilai karena mengandung nilai atau menggambarkan suatu nilai. Pernyataan nilai mempunyai nilai kebenaran, dan karena itu bernilai untuk pemberitahuan. Suatu lukisan mempunyai nilai keindahan, dan berhubung dengan itu, bernilai bagi mereka yang menghargai seni, seorang seniman memberi nilai kepada pernyataan- pernyataan yang benar dan pecinta keindahan memberi nilai kepada karya- karya seni.

1. Sifat-sifat Nilai

Menurut Max Scheler, ada dua sifat yang terdapat pada nilai (material dan apriori), yaitu :

a. Nilai Material

Nilai itu material. Material di sini bukanlah dalam arti “ada kaitan dengan materi” melainkan sebagai lawan dari formal, materi sebagai “berisi”. Ber-isi itu berarti kualitas nilai tidak berubah dengan adanya perubahan pada barang atau pada pembawanya. Misalnya nilai itu selalu mempunyai isi “jujur”, “enak”, “kudus”, ”benar”, “sehat”, “adil”, yang semuanya itu berbeda dan masing-masing memiliki nilai. Contoh lain, misalnya: pengkhianatan seorang teman tidak mengubah nilai persahabatan. Nilai persahabatn tetap merupakan nilai persahabatan, tidak terpengaruh jika temanku berbalik mengkhianatiku.

b. Nilai Apriori

(8)

tertentu enak atau tidak, harus kita coba dulu. Akan tetapi, bahwa “yang enak” merupakan sesuatu yang positif, sebuah nilai, dan bahwa yang bernilai “yang enak” dan bukan “yang enak’ itu tidak perlu kita coba dulu. Begitu juga kejujuran, keadilan; bahwa kejujuran, keadilan sendiri merupakan sebuah nilai yang kita ketahui secara langsung begitu kita menyadari apa itu kejujuran dan keadilan. maka, kejujuran dan keadilan pertama-tama bukanlah sebuah konsep mengenai kejujuran dan keadilan melainkan nilai kejujuran dan nilai keadilan.

2. Kriteria Nilai

Ada lima kriteria yang akan dibahas setidaknya dapat dilihat “semacam pengantar” untuk menunjukkan dan mengarahkan kita kepada hierarki nilai. a. keabadian nilai.

Scheler melihat bahwa benda yang lebih bertahan lama (abadi) senantiasa lebih disukai dari pada yang sifatnya sementara dan mudah berubah.Keabadian tentunya tidak harus mengacu pada pengemban nilai. Misalnya, karya seni sastra yang bisa dikatakan memiliki nilai yang abadi, akan tetapi dengan sebatang korek api akan menghancurkan karya seni sastra.

b. Sifat dapat dibagi-bagi

Ketinggian yang dicapai nilai berbanding terbalik dengan sifatnya yang dapat dibagi-bagi, yakni semakin tinggi derajatnya semakin kecil sifatnya untuk dapat dibagi-bagi. Dengan perbedaan derajat dan berdampak lanjut pada sifat nilai, maka dapat dikatakan bahwa benda material memisahkan orang, karena benda harus dimiliki, sedangkan benda spiritual menyatukan orang karena menjadi milik bersama. Hal ini mau mengatakan bahwa benda material dengan tingkat kederajatannya yang rendah sehingga memiliki sifat mudah dibagi akan berdampak juga pada personayang berada disekitar benda material tersebut, demikianpun sebaliknya dengan bendaspiritual yang memiliki kederajatannya tinggi sehingga sifatnya yang mudah dibagi-bagi dimimalisir maka benda spiritual dapat dinikmati bersama-sama.

(9)

Jika suatu nilai menjadi dasar bagi nilai yang lain, nilai tersebut lebih tinggi daripada nilai yang lain. Dan bagi Scheler dasar nilai yang lebih tinggi dari nilai yang lain adalah nilai keagamaan

d. Kedalaman kepuasan

Semakin dalam kepuasan dihasilkan semakin tinggilah nilai tersebut. Tetapi kepuasan bukan berarti suatu rasa nikmat melainkan merupakan pengalaman akan kepenuhan batin. Di samping itu juga kepuasan di sini tidak dihubungkan dengan kehendak. Kepuasan berbeda dengan pengalaman akan terwujudnya apa yang diinginkan dan diharapkan. Maka bentuk yang paling murni darikepuasan diberikan dalam perasaan penuh kedamaian dan dalam suatu perasaan yangsecara penuh memiliki suatu hal yang bernilai.

e. Relativitas

Nilai terhadap suatu nilai yang absolut.Semakin kurang relatif suatu nilai, tingkatannya dalan hierariki semakin tinggi.Nilai yang tertinggi dari semua nilai adalah nilai mutlak.11

3. Jenis-jenis Nilai

Meskipun nilai-nilai tersebut kadang terlihat oleh kita sebagai sesuatu yang beragam sesuai dengan beragamnya perhatian kita, namun sesungguhnya itu dapat dikelompokkan dalam Tiga Nilai Besar, yang secara umum dijadikan manusia sebagai standar (norma) bagi perilaku mereka, yaitu :

a. Nilai Kebenaran, dimana setiap orang dalam masyarakat manapun selalu mencari kebenaran dan menolak kepalsuan, kesalahan, dan kebohongan. b. Nilai Kebaikan, dimana setiap manusia mencintai kebaikan. Jika nilai

kebaikan itu tidak orang lain, maka pertama-tama untuk dirinya sendiri. Manusia juga membenci keburukan, baik untuk dirinya maupun untuk orang yang dicintainya.

c. Nilai Keindahan, bahwa setiap manusia dapat merasakan keindahan dan bahagia dengan keindahan itu. Manusia mempunyai sensasi terhadap keindahan saat mereka bertemu dengan sesuatu yang indah tersebut.

(10)

Jadi ketiga nilai tersebut ada dalam diri manusia seluruhnya, karena manusia bersatu dalam sebuah karakter, yaitu karakter kemanusiaan. Kemanusiaan mengisyaratkan adanya penggabungan antara akal dan sensasi secara bersama.12

C. Hubungan Antara Ilmu Pengetahuan dengan Nilai

Ilmu pengetahuan berupaya mengungkapkan realitas sebagaimana adanya, sedangkan moral pada dasarnya adalah petunjuk tentang apa yang seharusnya dilakukan manusia. Hasil –hasil kegiatan keilmuan memberikan alternatif untuk membuat keputusan politik dengan berkiblat pertimbangan moral

Persoalannya disini adalah ilmu-ilmu yang berkembang dengan pesat apakah bebas nilai atau tidak ?.Bebas nilai disini sebagaimana dinyatakan oleh Josep Situmorang (1996) menyatakan bahwa bebas nilai artinya tuntutan terhadap setiap kegiatan ilmiah agar didasarkan pada hakikat ilmu pengetahuan itu sendiri.Ilmu pengetahuan menolak campur tangan faktor eksternal yang tidak secara hakiki menentukan ilmu pengetahuan itu sendiri. Paling tidak ada 3 faktor sebagai indikator bahwa ilmu pengetahuan itu bebas nilai, yaitu :

a. Ilmu harus bebas dari berbagai pengandaian, yakni bebas dari pengaruh eksternal seperti faktor politis, ideologi, agama, budaya, dan unsur kemasyarakatan lainnya.

b. b.Perlunya kebebasan usaha ilmiah agar otonomi ilmu pengetahuan terjamin.

c. c.Penelitian ilmiah tidak luput dari pertimbangan etis yang sering dituding menghambat kemajuan ilmu, karena nilai etis itu sendiri bersifat universal.

Referensi

Dokumen terkait

partisipasi kelas secara keseluruhan dan secara individual, sehingga dapat memberi kesempatan kepada setiap peserta didik untuk berperan sebagai guru bagi

TABLE OF CONTENTS ... Background ofStudy ... Problems of Study ... Review of previous studies... Objectives of the Study ... Significances of the study ... Limitations of study

Judul : Peningkatan Nilai Tambah Susu Sapi Segar Menjadi Susu Dengan Rasa Variasi di Kelurahan nongko Sawit Kecamatan Gunung Pati - Semarang. Program : Peningkatan Ketrampilan

[r]

Protagonis yang selalu dibangun oleh Jeunet adalah seseorang yang innocent dan polos, pribadi mereka saat dewasa terbentuk kuat lewat masa kecil mereka yang

Karakter Nobita yang pemalas dan takut, tidak terdapat pada ciri – ciri shio maupun unsur elemen yang sudah penulis cantumkan, namun adanya kemungkinan Nobita menjadi

[r]

Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) adalah semua kegiatan kuriuler yang harus dilakukan oleh mahasiswa praktikan, sebagai pelatihan untuk menerapkan teori yang diperoleh dalam