PENGARUH AKTIVITAS BELAJAR SISWA DALAM
PEMBELAJARAN
PROBLEM BASED LEARNING
TERHADAP
KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA MATERI
PENCEMARAN LINGKUNGAN DI SMAN 1 KANDANGHAUR
INDRAMAYU
SKRIPSI
Diajukan guna Memenuhi sebagian dari syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Biologi
Oleh:
Bahiyatul Firdausy Assayidiyah NPM: 842050110014
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS WIRALODRA
Motto
“Aku hanya akan hidup hari in
i karena itu, aku selalu berusaha
membunuh setiap waktu kosong dengan pisau kesibukan”
“
Ya Allah, kepada-Mu kuadukan lemahnya kekuatanku, kekurangan siasatku, dan
ketidakberdayaanku menghadapi manusia. Wahai Dzat Yang Maha diantara para
pengasih, Rabb orang-orang yang lemah. Engkau Rabb-ku. Kepada siapa hendak Kau
serahkan diriku? Kepada saudaraku yang bermuka masam padaku? Atau kepada
musuh yang Kau kuasakan urusanku padanya? Jika Engkau tidak marah kepadaku,
maka aku tidak peduli (apa pun sikap orang kepadaku). Hanya saja ampunan-Mu lebih
luas bagi diriku. Aku berlindung dengan cahaya wajah-Mu yang menyinari kegelapan ,
sehingga dengannya menjadi baik urusan dunia dan akhirat, dari kemarahan-Mu
kepadaku atau tidak terima-Mu atas diriku. Milik-Mulah keridhaan hingga Kamu
ridha. Tidak ada daya dan upaya selain dengan-Mu
”
(Rasulullah, di lembah Naklah)
Skripsi ini ku persembahkan untuk kedua
orang tua, kakak dan adik tercinta sebagai motivator yang selalu
ii
ABSTRAK
Bahiyatul Firdausy Assayidiyah. 842050110014. Pengaruh Aktivitas Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Problem Based Learning Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Pada Materi Pencemaran Lingkungan Di SMA Negeri 1 Kandanghaur Indramayu. Skripsi. 2014. Indramayu: Program Studi Pendidikan Biologi. Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan. Universitas Wiralodra Indramayu
Kemampuan pemecahan masalah siswa dalam proses pembelajaran masih kurang, oleh karena itu telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran problem based learning terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa pada materi pencemaran lingkungan di SMAN 1 Kandanghaur Indramayu. Jenis penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif dan desain penelitian yang digunakan yaitu desain penelitian kausal dengan teknik analisis regresi dan korelasi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 1 Kandanghaur Indramayu yang berjumlah 287 siswa dengan sampel satu kelas yaitu kelas X SSN-1 yang berjumlah 32 siswa dengan teknik cluster random sampling. Instrumen yang digunakan teknik tes tertulis berupa 6 soal essai terbuka, dan lembar pengamatan aktivitas siswa. Setelah dilakukan pengolahan dan analisis data diperoleh persamaan regresi Ŷ = 06747 + 3,0288X dengan nilai rxy == 0,694 dan nilai thitung = 27,961 ttabel(0,05)(29) =2,045. Karena thitung > ttabel maka terima Ha, artinya aktivitas belajar siswa dalam pembelajarn problem based learning berpengaruh terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa pada materi pencemaran lingkungan di SMAN 1 Kandanghaur Indramayu. Saran untuk penelitian selanjutnya mengenai kemampuan pemecahan masalah agar menggunakan strategi pembelajaran dan materi serta jenjang yang berbeda seperti startegi inquiri dengan materi sistem respirasi pada tingkat SMP.
iii
ABSTRACT
Bahiyatul Firdausy Assayidiyah. 842050110014. The Influence Of Students Learning Activity in Based Learning Model Toward Problem Solving Ability On Environmental Pollution Materials In SMA Negeri 1 Kandanghaur Indramayu. Skripsi. 2014. Indramayu: Program Studi Pendidikan Biologi. Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan. Universitas Wiralodra Indramayu
The ability of students problem solving in the learning process was still lacking. Therefore, this research aims to know the influence of students learning activity in based learning model towards problem solving ability on environmental pollution material in SMAN 1 Kandanghaur Indramayu. The type of this research is a quantitative method and used causal research design with regression analysis and correlation techniques. The population in this research were all students of class X SMA Negeri 1 Kandanghaur Indramayu, amounting to 287 students with a sample of the class X class SSN-1, amounting to 32 students with cluster random sampling technique. Technique instruments of this research are written test about 6 essays, and sheets of students' activities observation. After processing and analysing of the data obtained by the regression equation Y = 06 747 + 3,0288X with rxy = 0.694 and t = 27,961 t table (0.025) (29) = 2.045. Because tcount> ttable then accept Ha. That's why this learning activity students of problem based learning model is influence for students' problem solving ability on environmental pollution material in SMA 1 Kandanghaur Indramayu. Suggestions for further research on the problem-solving ability to use instructional strategies and materials as well as different levels such as the inquiry strategy with material respiratory system at junior level.
iv
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil„alamiin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan segala kenikmatan, kesehatan, rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: “Pengaruh Aktivitas Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Problem Based Learning Terhadap
Kemampuan Pemecahan Masalah Pada Materi Pencemaran Lingkungan Di SMA
Negeri 1 Kandanghaur Indramayu”.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Wiralodra Indramayu. Dalam proses penyusunan skripsi ini. Penlis tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, baik materil maupun moril. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua yang tersebut berikut ini,
v
dan sebagai Penguji III pada sidang skripsi yang telah memberikan saran serta solusi kepada penulis. Keluarga yang telah memberikan dukungan.
Kepada Bapak Dr. H. Ahmad, M.Ag., selaku kepala SMA Negeri 1 Kandanghaur, yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk mengadakan pembelajaran sebagai aplikasi dari penelitian ini. Bapak Mohammad Fatikhin, S.T., selaku guru bidang studi biologi yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk mengajar dikelas X SSN-1, serta kepada siswa-siswa kelas X SSN-1 yang mau bekerja sama dalam penelitian ini.
Kepada seluruh dosen Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Wiralodra Indramayu yang telah memberikan pengetahuan akademis dan non akademis kepada penulis baik secara langsung maupun tidak langsung. Bapak Santoso Eureka selaku staf TU yang telah memberikan kemudahan pada penulis untuk melengkapi administrasi yang dibutuhkan dalam penelitian. Rekan-rekan seperjuangan Program Studi Pendidikan Biologi angkatan 2010 yang saling membantu dan memberikan motivasi. Serta Semua pihak tidak bisa saya sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat konstruktif sangat penulis harapkan. Teriring doa semoga Allah SWT, memberikan balasan yang terbaik bagi semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian Skripsi ini,. Amin
Indramayu, Juli 2014
vi
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
ABSTRACT ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 4
1.3 Batasan Masalah ... 5
1.4 Rumusan Masalah ... 6
1.5 Tujuan Penelitian ... 6
1.6 Manfaat Penelitian ... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8
2.1 Kemampuan Pemecahan Masalah ... 8
2.2 Aktivitas Belajar Siswa Dalam Pembelajaran ... 11
Problem Based Learning 2.2.1. Aktivitas Belajar Siswa ... 11
2.2.2. Pengertian Model Problem Based Learning ... 13
vii
2.2.4. Langkah Proses Problem Based Learning ... 15
2.2.5. Keunggulan Problem Based Learning ... 17
2.3 Pencemaran ... 17
2.3.1. Definisi Pencemaran Lingkungan ... 17
2.3.2. Macam-macam Pencemaran ... 18
2.3.3. Pencemaran Air ... 18
2.4 Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 22
2.5 Kerangka Berpikir ... 23
2.6 Definisi Operasional ... 25
2.7 Hipotesis Penelitian ... 26
BAB III METODE PENELITIAN ... 27
3.1 Jenis Penelitian ... 27
3.2 Desain Penelitian ... 31
3.3 Populasi dan Sampel ... 28
3.2.1. Populasi ... 28
3.2.2. Sampel ... 28
3.2.3. Teknik Penarikan Sampel ... 29
3.4 Waktu dan Tempat Penelitian ... 29
3.5 Instrumen Penelitian ... 30
3.5.1. Jenis Instrumen ... 30
3.5.2. Uji Coba Instrumen ... 31
viii
3.7 Teknik Analisis Data ... 36
3.7.1. Analisis Deskriptif ... 36
3.7.2. Uji Prasyarat Analisis ... 37
3.7.3. Uji Hipotesis ... 41
3.8 Prosedur Penelitian ... 43
BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENGAMATAN ... 46
4.1. Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian ... 46
4.1.1. Hasil Uji Validitas Instrumen ... 46
4.1.2. Hasil Uji Reliabilitas ... 47
4.2. Hasil Penelitian ... 47
4.2.1.Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran Problem ... 48
Based Learning 4.2.2.Hasil Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa ... 51
4.2.3.Hasil Uji Hipotesis ... 55
4.3. Pembahasan ... 58
4.3.1.Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran Problem ... 58
Based Learning 4.3.2.Hasil Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa ... 61
4.3.3.Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based ... 65
Learning Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah SiswaPada Materi Pencemaran Lingkungan Di SMA Negeri 1 Kandanghaur Indramayu BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 69
5.1. Simpulan ... 69
5.2. Saran ... 69
ix
x
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 2.1 Sintaks Problem Based Learning 15
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian 29
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Soal Kemampuan Pemecahan Masalah 31
Tabel 3.3 Contoh Ringkasan ANAVA 41
Tabel 3.4 Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r 42
Tabel 4.1 Hasil Uji Coba Instrumen 46
Tabel 4.2 Hasil Uji Coba Reliabilitas Instrumen 47
Tabel 4.3 Hasil Pengolahan Aktivitas Siswa 48
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Aktivitas Siswa 49
Tabel 4.5 Frekuensi Perolehan Skor Total Tingkat Keaktifan 49
Tabel 4.6 Rata-rata Skor Total Aspek Kegiatan dan Indikator Aktivitas Siswa
50
Tabel 4.7 Hasil Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa 52
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Kemampuan Pemecahan
Masalah Siswa 52
Tabel 4.9 Frekuensi Perolehan Skor totaltingkat kemampuan
pemecahan masalah 53
Tabel 4.10 Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Tiap
Indikator
54
Tabel 4.11 Hasil Perhitungan Persamaan Regresi 55
Tabel 4.12 Hasil Uji Linieritas 56
xi
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar 2.1 Pencemaran air oleh limbah domestik 19
Gambar 2.2 Pencemaran saluran drainase oleh limbah cair pabrik kerupuk di Desa Kenanga Indramayu
20
Gambar 2.3 Pencemaran saluran drainase oleh limbah domestik di Desa Kenanga Indramayu
20
Gambar 2.4 Contoh eutrofikasi pada danau 21
Gambar 2.5 Kerangka berpikir 24
Gambar 3.1 Desain analisis 28
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
Lampiran A Perangkat Pembelajaran 74
Lampiran B Instrumen Penelitian 86
Lampiran C Hasil Uji Instrumen 106
Lampiran D Hasil Analisis Data 136
Lampiran E Dokumentasi 150
Lampiran F Surat-surat 153
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Penelitian
Biologi bagian dari Sains, dan dalam pendidikan Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada tingkat sekolah menengah atas. Materi dan konsep-konsep pembelajaran biologi banyak berhubungan dengan gejala dan fenomena-fenomena yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk mata pelajaran biologi SMA-MA, Mata Pelajaran Biologi dikembangkan melalui kemampuan berpikir analistis, induktif, dan deduktif untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan peristiwa alam sekitar.
Pada dasarnya tujuan akhir pembelajaran adalah menghasilkan siswa yang memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam memecahkan masalah yang dihadapi kelak di masyarakat, seperti yang dikatakan secara ringkas oleh Made Wena (2011:53) bahwa kemampuan pemecahan masalah sangat penting artinya bagi siswa dan masa depannya. Menurut Utami Dewi dkk
(2014:3), “Kemampuan pemecahan masalah adalah kemampuan individu
dalam menggunakan proses berpikirnya untuk memecahkan permasalahan melalui pengumpulan fakta-fakta, analisis informasi, menyusun berbagai alternatif pemecahan, dan memilih pemecahan yang paling efektif”.
“Kemampuan pemecahan masalah siswa pada mata pelajaran biologi
di SMAN 24 Bandung pada tahun 2009 tergolong kategori cukup yaitu
sebesar 66,95 %” (Rhida, 68:2009). Sedangkan penelitian di Indramayu
mengenai kemampuan pemecahan masalah siswa dalam mata pelajaran biologi belum banyak dilakukan. Realita yang mendasari alasan tersebut adalah adanya pengalaman penulis pada waktu PPL, masih ditemukannya penilaian yang dilakukan oleh guru hanya mengukur kognitif siswa pada tingkat ingatan dan pemahaman belum mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi terutama kemampuan memecahkan masalah. Model pembelajaran yang digunakan beberapa guru belum mengarah pada pembelajaran yang meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa karena masih menggunakan pembelajaran klasik atau ceramah.
Guru menjadi sumber informasi dan pengetahuan sehingga membuat proses belajar lebih banyak menekan siswa ke arah pemahaman konsep. Guru juga jarang mengajak siswa untuk aktif dalam bertanya atau berpendapat di dalam kelas, hal ini terlihat pada saat diberikan pertanyaan, hanya beberapa siswa saja yang menjawab pertanyaan dari guru.
“Keaktifan siswa selama kegiatan pembelajaran merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar” (Ahmad Fauzan, 2013:9), tetapi peran serta siswa dalam proses pembelajaran di sekolah masih kurang yakni hanya sedikit siswa yang menunjukkan keaktifan berpendapat dan bertanya.. Pendapat dan pertanyaan yang dibuat siswa juga belum mengarah kepada pemecahan masalah yang berkaitan dengan materi yang dipelajari.
Kurangnya kemampuan pemecahan masalah siswa dan aktivitas belajar dalam proses pembelajaran, dikarenakan guru belum menggunakan pembelajaran berbasis masalah untuk melatih siswa dalam memecahkan masalah pada kehidupan sehari-hari.
Menurut Wina Sanjaya (2008:15-16) secara ringkas, sebagai perencana guru dituntut untuk memahami secara benar kurikulum yang berlaku, karakteristik siswa, fasilitas dan sumber daya yang ada, sehingga semuanya dijadikan komponen-komponen dalam menyusun rencana dan desain pembelajaran. Selain itu, harus bisa memilih model pembelajaran yang dapat memacu semangat setiap siswa untuk secara aktif ikut terlibat dalam pengalaman belajarnya. “Salah satu alternatif model pembelajaran yang memungkinkan dikembangnya keterampilan berpikir siswa (penalaran, komunikasi, dan koneksi) dalam memecahkan masalah adalah pembelajaran berbasis masalah atau Problem Based Learning” (Rusman: 2013:229).
Pemilihan materi pencemaran lingkungan merupakan salah satu materi yang membahas mengenai masalah yang ada pada lingkungan terutama masalah pembuangan limbah oleh beberapa pabrik kerupuk dan pabrik tahu di wilayah Indramayu. Melihat kondisi demikian perlu adanya penerapan materi pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa dalam memberikan solusi untuk menunjang hasil belajar dan menjadikan proses belajar mengajar optimal agar tujuan pembelajaran tercapai.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis akan melakukan penelitian
yang berjudul “Pengaruh Aktivitas Belajar Siswa Dalam Pembelajaran
Problem Based Learning Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Pada Materi Pencemaran Lingkungan Di SMAN 1 Kandanghaur Indramayu”.
1.2.Identifikasi Masalah
Dari latar belakang yang dikemukakan di atas, dapat diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut:
1) Masih ditemukan penilaian mata pelajaran biologi yang bersifat kognitif pada tingkat ingatan dan pemahaman.
3) Belum banyak dilakukan penelitian mengenai kemampuan pemecahan masalah siswa pada mata pelajaran biologi di Indramayu.
4) Proses belajar banyak menekan siswa ke arah pemahaman konsep, siswa belum dihadapkan dengan permasalahan pada kehidupan sehari-hari untuk memecahkan masalah.
5) Peran serta siswa dalam proses pembelajaran kurang menunjukan keaktifan berpendapat dan bertanya.
6) Pendapat dan pertanyaan yang dikemukakan siswa dalam pembelajaran belum mengarah kepada pemecahan masalah.
7) Belum ada proses pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa pada konsep pencemaran lingkungan di SMA Negeri 1 Kandanghaur Indramayu.
1.3.Batasasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, agar penelitian ini dapat terarah dan dipahami perlu adanya batasan masalah dalam penelitian ini yaitu:
1) Aktivitas belajar yang diukur dalam penelitian ini dibatasi pada dimensi visual activities, motor activities, emotional activities, listening activities, oral activities, writing activities, mental activities dengan menggunakan Problem Based Learning (PBL) sebagai model pembelajaran.
masalah, merumuskan alternatif strategi, menentukan dan menerapkan strategi serta mengevaluasi keberhasilan strategi
3) Materi biologi pada penelitian ini dibatasi pada materi pencemaran lingkungan air khususnya pada sumber, dampak, dan cara menanggulanginya yang sesuai dengan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD)
4) Subjek pada penelitian ini adalah siswa kelas X semester genap Tahun Ajaran 2013/2014 di SMA Negeri 1 Kandanghaur Indramayu
1.4.Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah yang telah dikemukakan
di atas, maka rumusan masalahnya adalah “Apakah aktivitas siswa dalam pembelajaran Problem Based Learning (PBL) berpengaruh terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa pada materi pencemaran di SMAN 1
Kandanghaur Indramayu?”
1.5.Tujuan Penelitian
1.6.Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu terdiri dari, manfaat teoritis dan manfaat praktis. Manfaat teoritis dari hasil penelitian ini yaitu diharapkan dapat memberikan sumbangan berupa informasi bahwa Problem Based Learning dapat dijadikan salah satu inovasi pembelajaran bagi perkembangan ilmu pendidikan, terutama pada pengembangan ilmu pengetahuan dan proses pembelajaran untuk mengukur pengetahuan dan ketrampilan-ketrampilan berpikir siswa.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1.Kemampuan Pemecahan Masalah
Menurut W. Gulo (2008:113) dan Wina Sanjaya (2011:216) secara ringkas, hakikat masalah ialah gap atau kesenjangan antara situasi nyata dengan kondisi yang diinginkan, atau antara kenyataan dengan apa yang
diharapkan. “Masalah dapat mendorong keseriusan, inquiry, dan berpikir
dengan cara yang bermakna dan sangat kuat atau powerful” (Rusman, 2013:230).
Penyelesaian masalah didefinisikan secara ringkas oleh W.Gulo (2008:113) adalah proses memikirkan dan mencari jalan keluar bagi masalah tersebut. Sedangkan menurut Paidi (2010:2) secara ringkas, adalah proses penghilangan perbedaan atau ketidaksesuaian yang terjadi antara hasil yang diperoleh dan hasil yang diinginkan. Salah satu bagian dari proses pemecahan masalah adalah pengambilan keputusan (decision making), yang didefinisikan sebagai memilih solusi terbaik dari sejumlah alternatif yang tersedia.
“Menyelesaikan masalah dilakukan dengan berpikir” (Tabrani Gani
dkk, 2011:2). Menurut Devi (2012:22) secara ringkas, ada empat ketrampilan berpikir, yaitu menyelesaikan masalah (problem solving), membuat keputusan (decision making), berpikir kritis, dan berpikir kreatif. Semuanya bermuara pada ketrampilan berpikir tingkat tinggi yang meliputi aktivitas seperti analisis, sintesis dan evaluasi.
Hakikat kemampuan pemecahan masalah menurut Made Wena
(2011:52) adalah “Melakukan operasi prosedural urutan tindakan, tahap demi
tahap secara sistematis, sebagai seorang pemula (novice) memecahkan suatu
masalah”. Menurut Paidi (2010:2-3) secara ringkas, kemampuan untuk melakukan pemecahan masalah bukan saja terkait dengan ketepatan solusi yang diperoleh, melainkan kemampuan yang ditunjukkan sejak mengenali masalah, menemukan alternatif-alternatif solusi, serta mengevaluasi jawaban yang telah diperoleh. Ada banyak langkah pendekatan dalam memecahkan masalah.
Abdul Majid (2013:213) mengemukakan secara ringkas bahwa langkah yang digunakan dalam pemecahan masalah adalah merumuskan masalah, merumuskan jawaban sementara (hipotesis), mengumpulkan dan mencari data/fakta, menarik kesimpulan atau melakukan generalisasi, dan mengaplikasikan temuan ke dalam situasi baru. Sedangkan Wina Sanjaya (2011:217) secara ringkas mengemukakan lima langkah penyelesaian masalah melalui kegiatan kelompok, yaitu mendefinisikan masalah, mendiagnosis masalah, merumuskan alternatif strategi, menentukan dan menerapkan strategi pilihan, dan melakukan evaluasi keberhasilan strategi.
“Mendefinisikan masalah, yaitu merumuskan masalah dari peristiwa tertentu yang mengandung isu konflik, hingga siswa menjadi jelas
masalah apa yang dikaji” (Wina Sanjaya, 2011:217). Menurut W.Gulo
dari suatu peristiwa bukanlah pekerjaan yang mudah dan penyelesaian masalah sangat tergantung pada pemahaman terhadap masalah itu sendiri.
“Mendiagnosis masalah, yaitu menentukan sebab-sebab terjadinya masalah, serta menganalisis berbagai faktor” (Wina Sanjaya, 2011:218).
Menurut W. Gulo (2008:117), “Suatu masalah muncul karena dua faktor baik
faktor yang bisa menghambat maupun faktor yang dapat mendukung dalam
penyelesaian masalah”.
“Merumuskan alternatif strategi, yaitu menguji setiap tindakan
yang telah dirumuskan melalui diskusi kelas” (Wina Sanjaya, 2011:218).
Untuk itu menurut W. Gulo (2008:120) secara ringkas dalam merumuskan alternatif strategi harus kreatif, berpikir secara divergen, memahami pertentangan di antara berbagai ide, dan memiliki daya temu yang tinggi. Setiap alternatif harus dapat diperinci dengan jelas.
“Menentukan dan menerpakan strategi pilihan, yaitu
pengambilan keputusan tentang strategi mana yang dapat dilakukan” (Wina
Melakukan evaluasi keberhasilan strategi, menurut Wina Sanjaya
(2011:218), “Terdapat dua evaluasi dalam tahap ini yaitu evaluasi proses dan evaluasi hasil. Evaluasi proses adalah evaluasi terhadap seluruh kegiatan pelaksanaan kegiatan; sedangkan evaluasi hasil adalah evaluasi terhadap
akibat dari penerapan strategi yang diterapkan”.
Berdasarkan uraian dari beberapa ahli di atas, langkah penyelesaian
masalah seperti mendefinisikan masalah, mendiagnosis masalah,
merumuskan alternatif strategi, menentukan dan menerapkan strategi pilihan, serta melakukan evaluasi keberhasilan strategi adalah langkah-langkah yang digunakan penulis sebagai indikator pemecahan masalah.
2.2.Aktivitas Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Problem Based Learning
2.2.1.Aktivitas Belajar Siswa
Menurut Hamdani (2011:47) secara ringkas, pembelajaran pasti mempunyai tujuan yaitu membantu siswa agar memperoleh berbagai pengalaman dan tingkah laku yang meliputi pengetahuan, ketrampilan dan nilai atau norma yang berfungsi sebagai pengendali sikap dan perilaku manusia. Secara ringkas Djamarah (2008: 38) mengemukakan bahwa aktivitas artinya kegiatan atau keaktifan atau segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non-fisik.
Berdasarkan pengertian tersebut yang dimaksud dengan aktivitas belajar adalah segala sesuatu yang dilakukan oleh siswa baik fisik maupun mental/non fisikdalam proses pembelajaran atau suatu bentuk interaksi (guru dan siswa) untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang menyangkut kognitif, afektik dan psikomotor dalam rangka untuk mencapai tujuan belajar.
Menurut Sardiman (2011:101) menyatakan bahwa jenis aktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa di sekolah antara lain sebagai berikut:
“(1) Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya, membaca, memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain; (2) Oral activities, seperti : menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, musik, pidato; (3) Listening activities, sebagai contoh
mendengarkan; uraian, percakapan, diskusi, angket,
menyalin; (4) Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin; (5) Drawing activities, misalnya megambar, membuat grafik, peta, diagram; (6) Motor activities, yang termasuk didalam antara lain : melakukan percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, berternak; (7) Mental activities, sebagai contoh misalnya: menanggapi, mengingat,
memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan,
mengambil keputusan; (8) Emotional ectivities, seperti misalnya, menaruh minat, merasa bosan, gembira,
bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup”.
2.2.2.Pengertian Model Problem Based Learning
“Model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar” (Agus Suprijono,
2013:46). Sedangkan pendapat Rusman (2013:132) bahwa, “Model
pembelajaran adalah suatu perangkat materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar
pada peserta didik atau siswa”.
Menurut Made Wena (2011:91) secara ringkas, PBL merupakan strategi pembelajaran dengan menghadapkan siswa pada permasalahan-permasalahan praktis sebagai pijakan dalam belajar atau dengan kata lain siswa belajar melalui permasalahan-permasalahan. Sama halnya dengan pendapat Rusman (2013:230) yang secara ringkas, PBL membantu untuk meningkatkan perkembangan ketrampilan belajar sepanjang hayat dalam pola pikir yang terbuka, reflektif, kritis, dan belajar aktif. PBL memfasilitasi keberhasilan memecahkan masalah, komunikasi, kerja kelompok dan ketrampilan interpersonal dengan lebih baik dibanding pendekatan yang lain.
2.2.3.Karakteristik Problem Based Learning
Karakteristik problem based learning Menurut Wina Sanjaya (2011:214) yaitu,
“Ciri utama strategi pembelajaran berdasarkan masalah yang pertama adalah rangkaian aktivitas pembelajaran, artinya peserta didik tidak hanya mendengarkan ceramah dan menghafal namun dititikberatkan pada kegiatan peserta didik dalam berpikir, berkomunikasi, mengolah data dan menyimpulkan. Kedua, aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah, dalam proses pembelajaran perlu adanya masalah yang diteliti. Ketiga, pemecahan masalah dilakukan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah, berpikir ini dilakukan secara sistematis dan empiris. Sistematis artinya berpikir melalui tahapan-tahapan tertentu sedangkan empiris artinya proses penyelesaian masalah
berdasarkan pada data fakta yang jelas.”
Menurut Richard I. Arends (terj, Helly Prajitno dkk, 2008:42),
“Model pembelajaran berdasarkan masalah memiliki karakteristik yaitu
pengajuan pertanyaan atau masalah, berfokus pada keterkaitan antar
disiplin, penyelidikan autentik, menghasilkan produk dan
mempublikasikan, serta kolaborasi”.
2.2.4.Langkah Proses Problem Based Learning
Menurut Richard I. Arends (terj, Helly Prajitno, 2008:57), sintaks untuk model Problem Based Learning (PBL) dapat disajikan pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Sintaks Model Problem Based Learning (PBL)
Fase Indikator Tingkah laku guru
1 Memberikan orientasi
tentang
memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah
belajar yang terkait dengan permasalahannya
3 Membantu investigasi
mandiri dan kelompok
Mendorong siswa untuk
mengumpulkan informasi
yang sesuai, melaksanakan
eksperimen untuk
mendapatkan penjelasan dan solusi
4 Mengembangkan dan
mempresentasikan hasil karya (artefak dan exhibit)
Membantu siswa dalam
merencanakan dan
menyiapkan karya yang
sesuai seperti laporan,
rekaman video, dan
membantu mereka untuk
menyampaikannya kepada
orang lain.
5 Menganalisis dan
mengevaluasi proses pemecahan masalah
Membantu siswa untuk
melakukan refleksi atau
evaluasi terhadap
penyelidikan mereka dan
proses yang mereka gunakan
siswa. Selanjutnya siswa diorganisasikan dalam beberapa kelompok untuk melakukan diskusi pemecahan dan penyelesaian masalah. Hasil dari analisis kemudian dipresentasikan kepada kelompok lain. Akhir pembelajaran guru melakukan klarifikasi mengenai hasil penyelidikan siswa.
2.2.5.Keunggulan Problem Based Learning
menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir, dan PBL dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa.
Menurut Taufiq Amir (2013:27) PBL mempunyai peluang untuk membangun kecakapan hidup (life skillI) siswa, siswa terbiasa mengatur dirinya sendiri (self directed), berpikir metakognitif (reflektif dengan pikiran dan tindakannya), berkomunikasi dan berbagai kecakapan terkait, seperti meningkatnya kecakapan pemecahan masalahnya, lebih mudah mengingat, meningkat pemahamannya, meningkat pengetahuannya yang relevan dengan dunia praktik, mendorong mereka penuh pemikiran, membangun kemampuan kepemimpinan dan kerja sama, kecakapan belajar dan memotivasi siswa.
2.3.Pencemaran
2.3.1. Definisi Pencemaran lingkungan
Pencemaran lingkungan menurut Undang-Undang Lingkungan Hidup No 32 Tahun 2009 adalah “Masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia, sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan”. Menurut Kus Dwiyatmo (2007:10) “Pencemaran ialah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat pencemar, atau komponen lain ke dalam lingkungan, sehingga menyebabkan lingkungan menjadi tidak dapat berfungsi sesuai dengan pembentukkannya”.
2.3.2. Macam-macam Pencemaran
Menurut Kus Dwiyatmo (2007:11-12) Berdasarkan sifat zat yang mencemari, pecemaran lingkungan dapat digolongkan menjadi tiga yaitu:
“Pencemaran fisik adalah pencemaran yang disebabkan oleh zat padat, zat gas, zat cair dan gas. Contohnya pencemaran fisik antara lain, pembuangan limbah industri atau asap
kendaraan bermotor. Pencemaran biologis adalah
pencemaran yang disebabkan oleh mikroba penyebab penyakit. Contohnya pada tempat pembuangan sampah akhir selain pencemaran fisik juga pencemaran biologis. Pencemaran kimiawi adalah pencemaran yang disebabkan oleh zat-zat kimia. Contoh pencemaran kimiawi ini antara lain, tercemarnya oleh senyawa DDT”
“Pencemaran dapat dibedakan menjadi pencemaran udara,
pencemaran tanah, dan pencemaran air” (Kus Dwiyatmo, 2007: 11-12). Namun, dalam penelitian ini hanya menjelaskan tentang pencemaran air 2.3.3. Pencemaran Air
Menurut Kus Dwiyatmo (2007:15), “Pencemaran air adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam air dan atau berubahnya tatanan air oleh kegiatan manusia atau proses alam sehingga menyebabkan kualitas air turun dan tidak dapat digunakan sesuai dengan fungsinya”. Materi yang akan disajikan pada penelitian ini adalah sumber pencemaran air, penyebab pencemaran air, dampak pencemaran air, dan cara penanggulangan pencemaran air. Khususnya pencemaran air di daerah industri kerupuk Indramayu.
Sumber pencemaran air. “Pada umumnya, pencemaran air
menurut Kus Dwiyatmo (2007:17) dan Tresna (2009:124), berdasarkan jenis kegiatannya sumber pencemaran air dibedakan menjadi: (1) limbah industri pengolahan berupa limbah cair berasal dari pembuangan sisa produksi, lahan pertanian, peternakan; (2) sumber domestik atau limbah rumah tangga.
Menurut Kus Dwiyatmo (2007:17), “Yang dimaksud dengan
limbah rumah tangga adalah limbah yang berasal dari rumah tangga, kantor, hotel, restoran, tempat ibadah, tempat hiburan, pasar, perkantoran,
dan rumah sakit”. Tresna (2009:123) mengemukakan secara ringkas
bahwa sumber domestik terdiri atas zar organik baik berupa zat padat atau zat cair, bahan berbahaya dan beracun (B3), serta bakteri contohnya E.coli. Adapun contoh pencemaran air yang berasal dari limbah domestik atau limbah rumah tangga dapat terlihat pada Gambar 2.1
Gambar 2.1 Pencemaran Air Oleh Limbah Domestik (Sumber: http://sentanaonline.com/public/images/news
/gallery/19072012_113204.jpg)
“Sumber limbah cair pada industri kerupuk di dapat dari proses pembuatan kerupuk ikan yang berasal dari sisa air pencucian ikan dan air es yang sudah mencair dari proses pembaceman serta dari pencucian alat – alat produksi kerupuk. Limbah cair tersebut dibuang tanpa pengolahan ke saluran drainase. Keadaan ini diperburuk dengan warga yang membuang limbah domestik dan rumah tangga juga ke saluran drainase.
Contoh saluran drainase yang tercemar dapat dilihat pada Gambar 2.2 dan 2.3
Gambar 2.2 Pencemaran Saluran Drainase Oleh Limbah Cair Pabrik Kerupuk Di Desa Kenanga Indramayu (Jumat, 16/05/2014)
Gambar 2.3 Pencemaran Saluran Drainase Oleh Limbah Domestik
Penyebab pencemaran air. Menurut Kus Dwiyatmo (2007:17-18) secara ringkas, penyebab pencemaran air secara umum dikategorikan sebagai sumber kontaminan langsung dan tidak langsung. Adapun pencemar air terdiri dari: pencemar fisik, pencemar biologis, pencemar kimia dan pencemar radioaktif.
Dampak pencemaran air. Menurut Kus Dwiyatmo (2007:21) bahwa,
“Air yang tercemar akan berdampak bagi kehidupan makhluk hidup, karena air merupakan sumber dari segala kehidupan. Pencemaran air yang terjadi berdampak sangat luas, diantaranya dapat meracuni sumber makanan makhluk hidup, menyebabkan gangguan kesehatan dan berdampak ketidak seimbangan ekosistem sungai dan danau, kerusakan hutan akibat hujan asam. Akibat kegiatan pertanian dalam pemberian pupuk yang berlebihan dapat menimbulkan dampak pada tumbuhan yang mengalami pertumbuhan
tanaman air yang di luar kendali atau eutrofikasi”
Contoh eutrofikasi pada danau dapat dilihat pada Gambar 2.4
Gambar 2.4 Contoh Eutrofikasi Pada Danau (Sumber: http://www.scienceclarified.com/images/
uesc_05_img0239.jpg)
terhadap air permukaan, dampak terhadap sosial dan estetika” (Hamdani Abdulgani, 2013:13).
Cara menanggulangi pencemaran air. Menurut Kus Dwiyatmo (2007:46) cara menanggulangi pencemaran air dapat dilakukan antara lain:
“(1) mengurangi jumlah sampah yang kita produksi setiap
hari dengan cara mendaur ulang (recycle), dan mendaur pakai (reuse); (2) memperhatikan bahan kimia yang kita buang setelah kita pakai; (3) menggunakan instalasi pengolahan air bersih, instalasi pengolahan air limbah yang dioperasikan dan dipelihara baik, sehingga mampu menghilangkan substansi beracun dari air yang tercemar; (4) memanfaatkan mikroorganisme atau pengolahan secara biologis yaitu pengolahan secara aerob, pengolahan secara
anaerob dan pengolahan fakultatif”.
2.4.Penelitian Terdahulu yang Relevan
Berikut ini adalah beberapa penelitian yang relevan yang dapat dijadikan rujukan untuk memperkuat penelitian yang akan penulis lakukan. Adapun penelitian yang relevan terhadap penelitian ini meliputi:
Muchamad Afcariono (2008), dengan judul “Penerapan
Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir
Siswa pada Mata Pelajaran Biologi”, menyatakan penerapan PBL pada mata pelajaran Biologi ternyata dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa kelas X-A SMAN 1 Ngantang. Hal ini dapat dilihat melalui adanya perubahan pada pola pikir siswa berdasarkan tingkatan kognitif. Kemampuan bertanya dan menjawab siswa meningkatkan dari kemampuan berpikir tingkat rendah menjadi berpikir tingkat tinggi.
melalui Pengendalian Bakat Numerik Siswa SMP”, dengan hasil nilai rata-rata kemampuan pemecahan masalah fisika siswa yang belajar dengan model PBL lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang belajar dengan model pembelajaran langsung. Pada siswa yang belajar dengan model PBL mampu menunjukan pemahaman konsep yang jelas terhadap konsep-konsep dan prinsip-prinsip fisika yang berkaitan dengan masalah, siswa juga sangat mampu dalam mengidentifikasi variabel kemudian menyatakannya dalam bentuk-bentuk simbol.
Siswanto dkk (2012), dengan judul “Pengaruh Model Problem Based
Learning (PBL) terhadap Kemampuan Memecahkan Masalah dan Hasil Belajar Kognitif Biologi Siswa Kelas VII SMPN 14 Surakarta Tahun
Pelajaran 2011/2012”, menyatakan penerapan PBL berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan pemecahan masalah biologi dan tidak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar kognitif di SMP Negeri 14 Surakarta.
2.5.Kerangka Berpikir
yang perlu dijawab melalui penelitian. Untuk lebih jelasnya kerangka berpikir paradigma dalam penelitian ini yaitu dapat dilihat pada Gambar 2.5
Gambar 2.5 Kerangka Berpikir Pengaruh Aktivitas Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Problem Based Learning Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Pada Materi Pencemaran Lingkungan Di SMA Negeri 1 Kandanghaur Indramayu
Gambar 2.5 menjelaskan bahwa model pembelajaran problem based learning akan memberikan dampak berupa aktivitas belajar siswa dapat dilihat melalui penilaian lembar observasi. Kemampuan pemecahan masalah akan diperoleh dari tes tertulis (postes) yang penerapannya berjumlah 6 soal
Ada Pengaruh Tidak Ada
Pengaruh
essay terbuka. Model pembelajaran problem based learning akan diteliti pengaruhnya terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa pada materi pencemaran lingkungan air di SMA Negeri 1 Kandanghaur dengan teknik analisis regresi sederhana. Dengan menggunakan uji korelasi akan diketahui ada tidaknya pengaruh aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran problem based learning terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa. Jika terdapat pengaruh maka akan dihitung besarnya pengaruh dengan menghitung koefisien determinasinya, sehingga dapat diketahui apakah aktivitas belajar siswa model pembelajaran problem based learning berpengaruh tinggi atau rendah terhadap kemampuan pemecahan masalah.
2.6.Definisi Operasional
Menurut Azrul Azwar dan Joedo Prihartono (2003:43), definisi operasional yakni rumusan pengertian variabel yang akan dipakai sebagai pegangan dalam pengumpulan data. Pada penelitian ini terdapat dua variabel yaitu kemampuan pemecahan masalah siswa sebagai variabel terikat (variabel dependen) dan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran Problem Based Learning (PBL) sebagai variabel bebas (variabel independen).
dan Kompetensi Dasar (KD), pembelajaran ini baik digunakan untuk merangsang berpikir tingkat tinggi siswa dan aktivitas belajar siswa.
Aktivitas belajar siswa yang diperhatikan pada penelitian ini adalah: (1) memperhatikan apa yang disampaikan guru; (2) bekerja sama dengan satu kelompok; (3) kesungguhan siswa berdiskusi dalam memecahkan masalah; (4) mengamati kegiatan presentasi; (5) bertanya dan mengemukakan pendapat pada kegiatan presentasi; (6) mengerjakan postes; (7) membuat kesimpulan.
Kemampuan pemecahan masalah siswa dalam penelitian ini ialah kemampuan individu pada ranah kognitif dengan menggunakan proses berpikir untuk memecahkan masalah pada masalah pencemaran air setelah pembelajaran menggunakan Problem Based learning.
2.7.Hipotesis Penelitian
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, menurut Sugiyono (2012:14) metode kuntitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif atau statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Metode kuantitatif disebut juga dengan metode ilmiah/scientific karena telah memenuhi kaidah ilmiah yaitu konkrit/empiris, obyektif, terukur, rasional dan sistematis
(Sugiyono, 2012:13).
3.2. Desain Penelitian
Pada penelitian ini penulis menggunakan desain penelitian kausal dengan menggunakan teknik analisis regresi dan korelasi, karena tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lain (Husein Umar, 2008:10), dengan desain analisisnya sebagai berikut:
Gambar 3.1 Desain analisis
(Sugiyono, 2012:66) Keterangan:
X : aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
Y : Penilaian kemampuan pemecahan masalah setelah dilakukan
pembelajaran PBL
r : pengaruh aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran PBL dengan nilai kemampuan pemecahan masalah setelah PBL
3.3. Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generlisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012:117). Sedangkan sampel ialah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2012:118). Sampel yang diambil harus mewakili dari suatu populasi atau bersifat representatif. 3.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X-SSN SMA Negeri 1 Kandangahaur Indramayu. Terdapat 9 kelas dengan jumlah 287 siswa. Terdiri dari 88 siswa laki-laki dan 199 siswa perempuan.
3.3.2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini, peneliti mengambil satu kelas yaitu kelas X SSN-1 di SMAN 1 Kandanghaur Indramayu, dengan jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 32 siswa. Terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 22 siswa perempuan.
X Y
3.3.3. Teknik Penarikan Sampel
Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini adalah dengan cara cluster random sampling. Cluster random sampling ialah teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara mengundi kelas untuk dijadikan sampel (Fransisca, 2006:5). Dari seluruh kelas X di SMA Negeri 1 Kandangahur Indramayu yang terdiri dari 9 (sembilan) kelas yang kemudian melakukan pengundian dan terpilih satu kelas sebagai sampel penelitian yaitu kelas X SNN-1.
3.4. Waktu dan Tempat Penelitian
Lokasi pengumpulan data dalam penelitian ini, dilakukan di SMAN 1 Kandanghaur Indramayu, yang berlokasi di Jalan Raya Kandangahur No. 286 Indramayu 45254. Adapun rencana jadwal kegiatan penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Jadwal Kegiatan Penelitian
3.5. Instrumen Penelitian 3.5.1. Jenis Instrumen
Menurut Sugiyono (2012:147), instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Jenis instrumen dalam penelitian ini yaitu:
1. Pengamatan atau Lembar observasi
Observasi dilakukan selama pelaksanaan pembelajaran Problem Based Learning berlangsung untuk mengamati aktivitas belajar siswa dengan menggunakan pedoman observasi yang telah disiapkan. Peneliti dibantu oleh empat pengamat (observer) selama observasi berlangsung.
Pada penelitian ini lembar observasi penilaiannya
menggunakan metode nilai 1, 2, 3, 4. Untuk kisi-kisi dan lembar observasi mengenai aktivitas siswa yang diberi model pembelajaran PBL terhadap kemampuan pemecahan masalah dapat dilihat pada Lampiran B1 halaman 86 dan Lampiran B2 halaman 91, dan untuk Silabus serta RPP dapat dilihat pada Lampiran A1 halaman 75 dan Lampiran A2 halaman 76.
2. Tes
siswanya. Kisi-kisi soal kemampuan pemecahan masalah disajikan pada Tabel 3.2
Tabel 3.2 Kisi-kisi Soal Kemampuan Pemecahan Masalah
No Indikator No Soal
1. Mendefinisikan masalah 1
2. Mendiagnosis masalah 2
3. Merumuskan alternatif strategi 3
4. Menentukan dan menerapkan strategi pilihan
4
5. Melakukan evaluasi keberhasilan
strategi
5, 6
Kisi-kisi dan soal kemampuan pemecahan masalah selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran B3 halaman 94 dan Lampiran B4 halaman 100.
3.5.2. Uji Coba Instrumen
Setelah mendapat pertimbangan dari dosen pembimbing dan sebelum digunakan pada penelitian sebenarnya, instrumen penelitian berupa tes diujicobakan terlebih dahulu. Uji coba instrumen dimaksudkan untuk mengetahui kelayakan soal dan jawaban dari siswa. Uji coba dilakukan pada kelas X yang sudah mendapatkan materi pencemaran lingkungan sebelumnya. Sedangkan instrumen berupa lembar observasi tidak diujicobakan dan hanya dikonsultasikan dengan Dosen Pembimbing dan Dosen program studi biologi FKIP.
3.5.2.1. Validitas
)
sesuatu instrumen. Instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Pada penelitian ini menggunakan dua validasi, yaitu:
1. Validitas Logis
Pada penelitian ini sebelum instrumen digunakan, terlebih dahulu penulis melakukan konsultasi dan proses validasi dengan Dosen Pembimbing dan Dosen di program studi biologi FKIP. Konsultasi yang dilakukan meliputi: (1) kisi-kisi instrumen tes essai dan lembar observasi aktivitas belajar siswa (instrumen disusun sistematis, ringkas, jelas dan benar-benar akan mengukur aktivitas belajar siswa dan kemampuan pemecahan masalah); (2) isi instrumen (lembar observasi dan tes tersebut harus betul-betul merupakan bahan yang representative terhadap materi pelajaran yang diberikan). Adapun lembar validasi tes soal kemampuan pemecahan masalah dan lembar pengamatan (lembar observasi) dilihat pada Lampiran C4 halaman 112.
2. Validasi empiris
2
rxy = Koefisien Product Momen N = Banyaknya peserta tes
∑X = Jumlah skor item
∑Y = Jumlah skor total (seluruh item)
(Suharsimi, 2007:87)
Sebelum diinterpretasikan, terlebih dahulu dilakukan uji koefisien korelasi dengan uji-t dengan tujuan untuk mengetahui signifikansi koefisien tersebut. Rumus uji-t untuk koefisien korelasi sebagai berikut:
(Frendi Aryanto, 2014:25) Keterangan:
rxy = Koefisien korelasi
n = Banyaknya subjek yang diuji
Adapun rumusan hipotesis untuk validitas sebagai berikut: Ho : ρxy = 0, artinya soal dikatakan tidak valid.
Ha : ρxy > 0, artinya soal dikatakan valid.
Nilai thitung kemudian dibandingkan dengan nilai ttabel dengan taraf signifikansi 0,05 dan derajat kebebasan dk = n – 2, dengan kriteria:
3.5.2.2. Reliabilitas
Reliabilitas suatu instrumen merupakan ketepatan atau keajegan dari hasil pengukuran meskipun diberikan pada waktu yang berbeda terhadap siswa yang sama. Pengujian reliabilitas tes menggunakan rumus Alpha Cronbach, adapun rumusnyasebagai berikut:
(Suharsimi Arikunto, 2007:122) Keterangan :
r = koefesien reliabilitas Alpha Cronbach k = jumlah item dalam instrumen
= total varians butir soal = varians total
Untuk menghitung harga varians butir soal digunakan rumus :
Keterangan:
Si2 = varians butir soal
∑xi: = jumlah skor tiap item
n = jumlah responden
Untuk menghitung jumlah varians total digunakan rumus;
Keterangan:
Si2 = varians total
∑xi: = jumlah skor item Xt
2
Sebelum diinterpretasikan, terlebih dahulu dilakukan uji koefisien korelasi dengan uji-t dengan tujuan untuk mengetahui signifikansi koefisien tersebut. Rumus uji-t untuk koefisien korelasi sebagai berikut:
(Frendi Aryanto, 2014:25) Keterangan:
rxy = Koefisien korelasi
n = Banyaknya subjek yang diuji
Adapun rumusan hipotesis untuk validitas sebagai berikut: Ho : rxy = 0, artinya soal dikatakan tidak reliabel. Ha : rxy > 0, artinya soal dikatakan reliabel.
Nilai thitung kemudian dibandingkan dengan nilai ttabel dengan taraf signifikansi 0,05 dan derajat kebebasan dk = n – 2, dengan kriteria:
Terima Ho dan tolak Ha jika t hitung ≤ t tabel(α,dk), soal tidak reliabel. Tolak Ho dan terima Ha jika t hitung >t tabel(α,dk), soal reliabel.
3.6. Teknik Pengumpulan Data
k range
pembelajaran di kelas berlangsung dengan bantuan 4 observer; Kedua data tersebut akan dihitung bagaimana pengaruh aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran problem based learning dengan hasil postes kemampuan pemecahan masalah.
3.7. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran Problem Based Learning terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa dalam penelitian ini menggunakan pendekatan statistik parametrik.
3.7.1. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui deskripsi aktivitas siswa yang menggunakan pembelajaran problem based learning dan kemampuan pemecahan masalah dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Langkah-langkah pembuatan tabel distribusi frekuensi ditunjukan dengan :
1) Menentukan skor minimal dan skor maksimal.
2) Membuat daftar distribusi frekuensi dengan cara menentukan :
a. Kelas interval. Menghitung rentang (range), yaitu data terbesar dikurangi data terkecil.
b.Menghitung banyaknya kelas interval, dengan menggunakan
rumus : k = 1 + 3,3 log n
d.Menghitung rata – rata skor dengan rumus : i
i i f
x f x
Keterangan:
x = Rata-rata
fi = Frekuensi yang sesuai dengan batas kelas xi = Nilai tengah interval
e. Menghitung standar deviasi dan koefisien variasi, dengan rumus :
(Suharsimi, 2007:339) Keterangan:
s : Simpangan baku N : Banyaknya subyek
3.7.2. Uji Prasyarat Analisis
Untuk menggunakan hipotesis analisis regresi maka terlebih dahulu dilakukan uji asumsi statistik atau uji prasyarat dengan uji linieritas regresi. Untuk lebih jelasnya disusun langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menentukan persamaan regresi Y atas X (Ŷ= a+bX) Langkah 1: mencari angka statistik;
Langkah 2: mencari angka statistik a dan b;
2. Uji Linieritas Dan Signifikansi Regresi Y atas X
Uji linieritas regresi dilakukan untuk mengukur derajat keeratan hubungan, memprediksi besarnya arah hubungan itu, serta meramalkan besarnya variabel dependen jika nilai variabel independennya diketahui. Persamaan regresi yang diuji adalah model regresi linier sederhana variabel Y yaitu kemampuan pemecahan masalah siswa atas variabel X yaitu respon siswa berupa aktivitas belajar yang menggunakan pembelajaran Problem Based Learning, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Langkah 1: menghitung jumlah kuadrat (JK) beberapa sumber varians, dengan rumus sebagai berikut:
(Kadir, 2010: 1 Langkah 2: menentukan derajat bebas (db) beberapa sumber
varians db (T) = n db (a) = 1 db (b|a) = 1 db (S) = n – 2 db (G) = n – k db (Tc) = k - 2
(Kadir, 2010: 127) Langkah 3: menghitung rata-rata jumlah kuadrat (RJK)
(Kadir, 2010: 127-128) Langkah 4: menentukan Fhitung, yang akan dihitung adalah
Uji Linearitas Regresi Y atas X H0: Y = α + βX (regresi linear) H1: Y ≠ α + βX (regresi tak linear)
(Kadir, 2010:128)
Distribusi (Tabel F untuk taraf signifikansi α = 0.05 dan derajat
pembilang db = n -2 dan dk penyebut dk = n - k) Kaidah keputusan:
Jika Fhitung≤ F(0.025:10;19) berarti linear Jika Fhitung > F(0.025:10;19) berarti linear
Uji Signifikansi Regresi Yatas X H0: β = 0
H1: β ≠ 0 , Dengan menggunakan rumus:
Distribusi (Tabel F untuk taraf signifikan α = 0.05 dan derajat
kebebasan pembilang db = 1 dan dk penyebut dk = n - k) Kaidah keputusan:
Jika Fhitung > F(0.025:1;29) berarti signifikan Jika Fhitung≤ F(0.025:10;19) berarti tidak signifikan
Tabel 3.3Contoh Ringkasan ANAVA Variabel X Dan Y Untuk
Pengaruh aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran Problem Based Lerning terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa pada penelitian ini dilihat dari hasil tes akhir berupa soal dan lembar pengamatan aktivitas siswa dengan menggunakan uji korelasi sebagai berikut:
Ho: ρ = 0 H1: ρ≠ 0
Uji hipotesis menggunakan uji Korelasi Pearson Product moment (PPM), dilambangkan (r) dengan ketentuan nilai r tidak lebih dari harga (-1 ≤ r ≤ +1). Apabila r = -1 artinya korelasinya negative sempurna, r=0 artinya tidak ada korelasi, dan r=1 berarti korelasinya sempurna positif (sangat kuat). Langkah-langkah perhitungan uji korelasi dan uji signifikansi koefisien korelasi adalah sebagai berikut:
Langkah 2: uji signifikansi Koefisien Korelasi X dan Y Kriteria pengujiannya adalah:
H0: ρ ≤ 0 H1: ρ > 0
Kriteria pengujian:
(1) Terima H0 jika thitung ≤ ttab(0.95:29) (tidak signifikan atau tidak bermakna)
(2) Tolak H0 jika thitung > ttab(0.95:29) (signifikan atau bermakna)
Selanjutnya nilai r yang diperoleh diinterpretasikan ke dalam klasifikasi koefisien korelasi nilai r (Riduwan, 2011: 228) yaitu:
Tabel 3.4 Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r
Nilai r Interpretasi
0,00 – 0,199 sangat rendah
0,20 – 0,399 rendah
0,40 – 0,599 Cukup
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 - 1,00 sangat kuat
KP = r2 x 100%
(Riduwan, 2011:228) Keterangan:
KP = besarnya koefisien determinan r = koefisien korelasi
3.8. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahap yang dapat disajikan pada Gambar 3.2
Gambar 3.2 Prosedur Penelitian Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Kemampuan Peecahan Masalah Siswa Pada Konsep Pencemaran lingkungan di SMA Negeri 1
1. Pembuatan rencana pelaksanan pembelajaran 2. Pembuatan instrumen
penelitian
3. Uji coba dan penyeleksian instrumen
TAHAP III Penelitian, meliputi :
1. Melaksanakan pembelajaran menggunakan model
Problem Based Learning
(PBL)
Gambar 3.2 menjelaskan bahwa penelitian dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu:
Tahap I, pada tahap ini studi pendahuluan dilakukan dengan maksud peneliti mencari referensi dalam menentukan permasalahan hingga mengidentifikasinya. Dengan demikian peneliti dapat dengan mudah memperoleh gambaran tentang identifikasi masalah dari judul yang akan diteliti.
Tahap II, pada tahap ini peneliti mempersiapkan segala perangkat penelitian dengan membuat instrumen penelitian, baik berupa rencana pelaksanaan pembelajaran maupun instrumen penelitian. Sebelum digunakan di lapangan, instrumen penelitian ini harus sudah divalidasi dan diuji cobakan.
Tahap IV, data yang diperoleh di lapangan kemudian dianalisis untuk mengetahui pengaruh kemampuan pemecahan masalah siswa dengan diberikannya pembelajaran model Problem Based Learning.
BAB IV
HASIL PENELITIANP DAN PEMBAHASAN
4.1.Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian 4.1.1. Hasil Uji Validitas Instrumen
Soal yang diujicobakan sebanyak 6 (enam) soal. Uji coba dilakukan di SMA Negeri 1 Sindang Indramayu yang sudah pernah diajarkan tentang materi pencemaran air. Berdasarkan data hasil uji coba tes kemampuan pemecahan masalah siswa dalam bentuk tes essai terbuka sebanyak 6 (enam) soal diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.1 Hasil Uji Coba Instrumen
No. soal rxy thitung ttabel Ket
1. 0,488 3.014
2,045
Valid
2. 0,604 4.082 Valid
3. 0,448 2.697 Valid
4. 0,503 3.136 Valid
5. 0,634 4.416 Valid
6. 0,605 4.087 Valid
Berdasarkan Tabel 4.1 ke enam soal valid. Maka dalam penelitian ini, digunakan enam soal sebagai instrumen evaluasi. Adapun tabel perhitungan validitas tes dapat dilihat pada Lampiran C2 halaman 108. Sedangkan untuk instrumen lembar pengamatan (lembar observasi) aktivitas siswa hanya menggunakan validasi dari dosen yang dapat dilihat pada Lampiran C4 halaman 112.
4.1.2. Hasil Uji Reliabilitas
Berdasarkan data hasil coba instrumentes kemampuan pemecahan masalah siswa diperoleh hasil data yang dapat dilhat pada Tabel 4.2 sebagai berikut:
Tabel 4.2 Hasil Uji Coba Reliabilitas Instrumen Soal Kemampuan Pemecahan Masalah Materi Pencemaran Air.
No soal 1 2 3 4 5 6
s1 0,866 1,211 0,318 0,529 0,626 0,475
∑si 4,025
st2 7,055
r11 0,515
thitung 3, 235
ttabel 2,045
Kesimpulan Reliabel
Berdasarkan Tabel 4.2 instrumen soal kemampuan pemecahan masalah materi pencemaran air yang terdiri dari 6 soal uraian ini, semuanya dikatakan reliable. Perhitungannya bisa dilihat pada Lampiran C3 halaman 110.
4.2.Hasil penelitian
4.2.1. Aktivitas Siswa Pada Pembelajaran Problem Based Learning
Model pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran akan menimbulkan respon setiap siswa yang dapat dilihat melalui aktivitas di dalam kelas X SSN-1 dengan jumlah siswa 31 orang di SMAN 1 Kandanghaur Indramayu selama pembelajaran problem based learning pada materi pencemaran air berlangsung. Hasil pengolahan aktivitas siswa disajikan pada Tabel 4.3
Tabel 4.3 Hasil Pengolahan Aktivitas Siswa
Keterangan Hasil
Jumlah siswa 31
Skor maksimal& minimum 27 & 12
Rentang (range) 15
Banyak interval 6
Panjang kelas 2
Rata-rata skor 20,55
Simpangan baku 3,54
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Aktivitas Siswa Menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Learning
Kelas Interval Batas Kelas Fi
12 - 14
Jumlah siswa kelas X SSN-1, sebagai kelas yang menggunakan model pembelajaran problem based learning yaitu 32 siswa tetapi pada saat pelaksanaan penelitian terdapat satu siswa yang tidak bisa hadir. Sehingga jumlah data dalam penelitian ini hanya 31 siswa (n=32-1=31)
Berdasarkan Tabel 4.4 dapat dijelaskan bahwa aktivitas siswa dalam pembelajaran problem based learning memiliki skor terendah pada interval 12-14 yaitu sebanyak 1 siswa. Skor tertinggi berada pada interval 27-29 sebanyak 1 siswa. Adapun frekuensi terbanyak berada pada interval 21-23 yaitu sebanyak 11 siswa.
Skor aktivitas belajar siswa selanjutnya dikelompokan berdasarkan kategorisasi nilai yang didapat. Berdasarkan kategorisasi terdapat 4 kategori yaitu kategori sangat aktif, kategori aktif, kategori cukup aktif dan kategori tidak aktif. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.5
Tabel 4.5 Frekuensi Perolehan Skor Total Tingkat Keaktifan Siswa Kelas X SNN-1 Negeri 1 Kandanghaur
Skor Frekuensi Kategori
X > 21 17 Sangat aktif
14 ≤ X ≤ 21 13 Aktif
X < 14 1 Kurang aktif
Berdasarkan Tabel 4.5 diperoleh data bahwa frekuensi skor total dari rentang X > 21 yaitu sebanyak 17 Siswa (kategori sangat aktif), frekuensi skor total dari 14 - 21 yaitu sebanyak 13 Siswa (kategori aktif), dan untuk frekuensi skor total < 14 yaitu 1 siswa (kategori kurang aktif). Sedangkan untuk frekuensi skor total 0 yaitu nihil atau tidak ada.
Selanjutnya, skor aktivitas siswa dikelompokan berdasarkan aspek kegiatan serta dimensi dan indikator aktivitas. Berdasarkan aspek kegiatan terdapat 4 kegiatan yaitu kegiatan orientasi, identifikasi masalah dan investigasi, presentasi serta evaluasi. Sedangkan berdasarkan dimensi dan indikator aktivitas terdapat tujuh dimensi yaitu visual activities, motor activities, emotional activities, listening activities, oral activities, writing
activities, danMental activities. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.6
Tabel 4.6 Rata-Rata Skor Total Aspek Kegiatan Dan Indikator Aktivitas Siswa
Kegiatan Orientasi Identifikasi masalah
dan Investigasi Presentasi Evaluasi Dimensi aktivitas Visual
activities
Skor total I : jumlah skor per dimensi aktivitas dan indikator aktivitas siswa Skot total II : jumlah skor per fase kegiatan pembelajaran
Rata-rata I : rata-rata skor per dimensi aktivitas dan indikator aktivitas siswa Rata-rata II : rata-rata skor per fase kegiatan pembelajaran
A : Memperhatikan apa yang disampaikan guru B : Bekerja sama dengan 1 kelompok
C : Kesungguhan siswa berdiskusi dalam memecahkan masalah D : Mengamati kegiatan presentasi
E : Bertanya dan mengemukakan pendapat pada kegiatan presentasi F : Mengerjakan kuis
Berdasarkan Tabel 4.6 jika dilihat per dimensi aktivitas siswa, diperoleh bahwa pada dimensi visual activities atau indikator memperhatikan apa yang disampaikan guru jumlah skor didapat sebesar 96, pada dimensi motor activities atau indikator bekerja dengan satu kelompok didapat skor sebesar 93, pada dimensi emotional activities atau kesungguhan siswa berdiskusi diperoleh skor sebesar 92, pada dimensi listening activities atau indikator mengamati kegiatan presentasi diperoleh skor sebesar 96, pada dimensi oral activities atau indikator bertanya dan mengemukakan pendapat diperoleh skor sebesar 84, pada dimensi writing activities atau indikator mengerjakan kuis diperoleh skor sebesar 102, dan pada dimensi mental acivities atau indikator membuat kesimpulan di dapat skor sebesar 64.
Selanjutnya, berdasarkan Tabel 4.6 jika dilihat per kegiatan yang dilakukan di dalam kelas, diperoleh skor sbesar 96 pada kegiatan orientasi, skor sebesar 92,5 pada kegiatan identifikasi dan investigasi masalah, skor sebesar 90 pada kegiatan presentasi dan skor sebesar 83 pada kegiatan evaluasi. Pengolahan data lembar pengamatan aktivitas siswa yang menggunakan model pembelajaran problem based learning selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran D2 halaman 138.
4.2.2. Hasil Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa
pembelajaran problem based learning di SMA Negeri 1 Kandanghaur Indramayu kelas X SSN-1. Hasil kemampuan pemecahan masalah disajikan pada Tabel 4.7
Tabel 4.7 Hasil Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa
Keterangan Hasil
Jumlah siswa 31
Skor maksimal& minimum 92 & 33
Rentang (range) 59
Banyak interval 6
Panjang kelas 10
Rata-rata skor 62,84
Simpangan baku 15,55
Berdasarkan Tabel 4.7 nilai tertinggi kemampuan pemecahan masalah siswa yang mampu dicapai siswa adalah 92 dan nilai terendah adalah 33 dengan banyaknya interval yaitu 6 kelas dengan panjang kelas 10. Diperoleh juga rata-rata skor sebesar 62,84 dengan simpangan baku 15,55. Untuk lebih jelasnya disajikan daftar distribusi frekuensi hasil kemampuan pemecahan masalah siswa yang terlihat pada Tabel 4.8
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Hasil Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Yang Menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Learning