• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROPOSAL PTK SENI RUPA kls 8 .docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PROPOSAL PTK SENI RUPA kls 8 .docx"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

MATA PELAJARAN SENI DAN BUDAYA

STRATEGI PEMBELAJARAN SENI RUPA DENGAN PENDEKATAN KONTELEKTUAL DAN PENCAPAIAN HASIL PADA SISWA KELAS IX

SMP NEGERI 2 PEDAMARAN

DISUSUN OLEH SURYANI S.Pd 19660312 199203 2 005

DINAS PENDIDIKAN KAB. OGAN KOMERING ILIR

SMP NEGERI 2 PEDAMARAN

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Illahi Robbi yang telah melimpahkan rahmat

dan hidayah – Nya sehingga penyusunan Penelitian Tindakan Kelas ini dapat terselesaikan

dengan baik.

Dalam penyusunan Penelitian Tindakan Kelas ini, telah banyak mendapatkan bantuan

dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis sampaikan terima kasih kepada :

Kepala SMP Negeri 2 Pedamaran dan segenap Guru pengajar serta Staf Tata Usaha,

yang telah banyak membantu, semoga segala amal baik dan keikhlasannya mendapat balasan

dari Allah SWT. Amiin.

Penyusunan Penelitian Tindakan Kelas ini masih jauh dari sempurna, dikarenakan

kurangnya pengalaman, keterbatasan pengetahuan dan kemampuan. Akhirnya semoga

Penelitian Tindakan Kelas ini ada manfaatnya bagi pembaca.

Pedamaran, 2015

(3)
(4)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan seni rupa di sekolah umum, pada dasarnya diarahkan untuk

menumbuhkembangkan kepekaan rasa, serta memiliki daya cipta, sehingga terbentuk

kesadaran terhadap nilai-nilai seni budaya. Kemampuan ini dapat tumbuh kembang, bila

dilakukan serangkaian kegiatan pengamatan, penilaian, analisis dan penghargaan terhadap

karya seni, baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Kurikulum Pendidikan Nasional (1993 –

1994 : 86) pada mata pelajaran pendidikan seni, bertujuan untuk : “Menanamkan dan

mengembangkan cita rasa keindahan dan keterampilan berolah seni, serta rasa cinta dan

bangga terhadap seni budaya bangsa Indonesia. Selain itu mata pelajaran pendidikan seni

bertujuan untuk menyeimbangkan kemampuan rasional dan emosional.”

Sedangkan tujuan pembelajaran seni adalah : “Memahami arti seni, mengembangkan

kepekaan terhadap seni, mengembangkan estetika, mengembangkan kemampuan berapresiasi,

berkarya kreatif “ (Pendidikan Nasional, 1993 : 1994 : 87)

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 : “Pendidika seni

budaya dan keterampilan diberikan di sekolah karena keunikan, kebermaknaan, dan

kebermanfaatan. terhadap kebutuhan perkembangan peserta didik, yang terletak pada

pemberian pengalaman secara estetik, dalam bentuk kegiatan berekspresi dan berkreasi serta

berapresiasi melalui pendekatan “belajar dengan seni”, dan ” belajar melalui seni”. Peran ini

tidak dapat diberikan oleh mata pelajaran lain.”

Guru dalam proses pembelajaran di dalam kelas, banyak menghadapi kesulitan dalam

(5)

seni rupa dengan berbagai alasan, kurangnya minat siswa terhadap mata pelajaran seni rupa

berakibat siswa kurang kreatif. Rendahnya kemampuan guru dalam membangkitkan motivasi

belajar siswa, mengakibatkan kurang kreativitas serta tingkat keberhasilan siswa dalam

pendidikan seni rupa. Guru dalam pemilihan metode mengajar, kadang kurang relevan dengan

tujuan dan materi pembelajaran, demikian pula dengan keterampilan menggunakan metode.

Proses kegiatan belajar mengajar pendidikan seni rupa, yang mempunyai peranan

penting adalah strategi, pendekatan dan metode pembelajaran yang digunakan. Pendekatan

dan metode ini menjadi penghubung antara pengajar dengan siswa, dan merupakan sarana

pengarah secara timbal balik. Menggunakan pendekatan dan metode mengajar yang tepat,

akan sangat menentukan pencapaian hasil belajar siswa. salah memilih metode, maka

kegagalanlah yang akan didapat.

Metode merupakan alat untuk mencapai tujuan. Dalam menetapkan metode dan alat

bantu hendaknya tidak menggunakan satu metode mengajar, tetapi kombinasi dari beberapa

metode mengajar dengan bantuan alat peraga (Sudjana, 1989 : 66).

Pada pelaksanaan kegiatan belajar mengajar mata pelajaran seni rupa, belum terlaksana

kegiatan pemberian pengalaman estetik, ekspresif, dan kreatif. Dilain pihak peserta didik

banyak membuang waktu percuma, suasana kelas dengan tingkat gangguan tinggi, keadaan

suasana menjemukan, materi pelajaran sulit disampaikan, dan tidak mudah dipahami. Siswa

bersikap sinis, apatis, dan karya yang dihasilkan bernilai rendah. Kejadian seperti itu yang

mendorong penulis untuk mengadakan Penelitian Tindakan Kelas, dan bagaimana

penggunaan strategi pembelajaran seni rupa.dengan pendekatan kontekstual di SMP Negeri 2

(6)

B. Identifikasi Masalah

Dari uraian tersebut diatas terdapat beberapa permasalahan di antaranya :

1. Pemilihan strategi, pendekatan dan metode mengajar, yang kurang relevan dengan

tujuan materi pembelajaran.

2. Kurang terampilnya guru dalam menggunakan strategi, pendekatan dan metode, pada

pelaksanaan pembelajaran seni rupa.

3. Kurangnya kemampuan guru dalam membangkitkan motivasi belajar siswa.

4. Keterikatan guru pada satu jenis metode mengajar.

5. Masih rendahnya tingkat keberhasilan pendidikan seni rupa di SMP Negeri 2

Pedamaran.

6. Kurangnya kreatifitas siswa SMP Negeri 2 Pedamaran dalam berkarya seni rupa.

7. Belum terbiasanya guru dalam menggunakan Pendekatan kontekstual, serta peraga

dalam pembelajaran seni rupa.

C. Batasan Masalah

Agar pembahasan masalah menjadi fokus, maka permasalahan di batasi pada :

1. Strategi pembelajaran seni rupa dengan pendekatan kontekstual di SMP Negeri 2

Pedamaran.

2. Tingkat keberhasilan strategi pembelajaran seni rupa dengan pendekatan kontekstual

di SMP Negeri 2 Pedamaran.

D. Rumusan Masalah

(7)

1. Bagaimana strategi pembelajaran seni rupa di SMP Negeri 2 Pedamaran dengan

menggunakan pendekatan Kontekstual ?

2. Bagaimana tingkat keberhasilan strategi pembelajaran seni rupa di SMP Negeri 2

Pedamaran dengan menggunakan pendekatan Kontekstual ?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini, secara umum bertujuan untuk mengetahui gambaran

pelaksanaan pembelajaran seni rupa di SMP Negeri 2 Pedamaran. Sedangkan secara khusus

penelitian ini :

1. Dapat mengidentifikasi permasalahan yang timbul di kelas

2. Untuk memperoleh data tentang proses penggunaan pendekatan Kontekstual pada

pengajaran seni rupa.

3. Untuk mengetahui keberhasilan siswa dalam pendidikan seni rupa.

4. Dapat melaksanakan perencanaan, peningkatan, dan berdaya guna pada pembelajaran

seni rupa.

F. Manfaat Hasil Penelitian

(8)

1. Bagi Sekolah :

Sebagai masukan pada SMP Negeri 2 Pedamaran untuk acuan dalam mengembangkan

pendidikan seni rupa.

2. Untuk Guru

a. Meningkatkan prestasi kerja penulis dalam melaksanakan tugas sehari – hari di sekolah

sebagai guru seni rupa.

b. Bahan referensi bacaan bagi teman – teman Guru pendidikan seni rupa.

BAB II

(9)

A. Deskripsi Teori 1. Pengertian Strategi

a. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, Strategi adalah : Rencana yang

cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus (Tim Penyusun

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1995 : 964).

b. Strategi belajar mengajar merupakan sejumlah langkah yang direkayasa

sedemikian rupa untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu (Pupuh Fathurohman

dan Sobry Sutikno, 2007:3)

c. Strategi pembelajaran pola umum kegiatan guru-murid dalam perwujudan kegiatan

belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan.(Abu Ahmadi, Joko Tri

Prasetya, 2005:11).

d. Strategi pembelajaran merupakan pendekatan dalam mengelola kegiatan

pembelajaran, dengan mengintegrasikan komponen urutan kegiatan, cara

mengorganisasikan materi pelajaran dan pembelajaran, peralatan dan bahan, serta

waktu yang digunakan dalam proses pembelajaran, untuk mencapai tujuan

pembelajaran yang telah ditentukan secara efektif dan efisien. (Atwi Suparman,

97:157).

(10)

Mengajar pada hakekatnya menciptakan proses belajar pada siswa, guru

mengkondisikan serta mengatur lingkungan kelas, sehingga terjadi proses interaksi antara

siswa dengan lingkungan, guru, alat pelajaran, dan alat peraga. Melalui proses interaksi,

diharapkan pada diri siswa terjadi proses yang dikenal dengan nama proses belajar (Nasution,

1982).

Peran seorang guru adalah pemimpin dan fasilitator belajar, mengajar bukan hanya

menyampaikan bahan pelajaran, tetapi suatu proses dalam upaya membelajarkan siswa (Nana

Sudjana, 1987).

Komponen-komponen yang harus ada dalam proses pembelajaran menurut Nana

Sudjana ( 1987) adalah tujuan, materi atau bahan ajar, metode dan alat, serta penilaian.

Komponen-komponen tersebut tidak berdiri sendiri, melainkan saling berhubungan dan

mempengaruhi. Oleh karena itu, harus diupayakan hubungan yang sinergi antara ke empat

komponen tersebut. Tugas ini dibebankan kepada guru, yang merupakan pengendali dalam

proses pembelajaran tersebut.

Sasaran utama dalam proses pembelajaran adalah terjadinya proses belajar pada diri

pembelajar, empat komponen seperti dijelaskan di atas, diatur dan disesuaikan dengan

karakteristik peserta didik. Hal ini akan berkaitan dengan metode pembelajaran dan media

yang harus digunakan, untuk menimbulkan proses belajar pada siswa dapat terwujud. model

pembelajaran yang akan dilaksanakan agar efektif, dapat dilihat dari karakteristik seperti:

prilaku pengajar, karakteristik pengajar, perilaku peserta didik, dan karakteristik kelas

(Woolfolk, 1982) yang dituntut dari seorang pengajar dalam melaksanakan proses

(11)

dengan metode yang sesuai dengan tujuan, mempersiapkan dan menggunakan media

pemelajaran, dan menilai hasil belajar.

Tugas dan tanggung jawab seorang guru harus memiliki kemampuan dalam mengatur

suasana kelas, agar proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik. karena suasana kelas

merupakan utama psikologis yang mempengaruhi hasil belajar, guru dalam mengelola suasana

kelas sebagai tempat yang menyenangkan bagi siswa untuk belajar

Suasana itu akan terwujud apabila dalam proses pembelajaran terjadi interaksi yang

harmonis antara komponen komponen yang terlibat (pengajar, peserta didik, dan lingkungan

sekitar). Selain itu, guru dituntut untuk mampu mengetahui karakteristik emosional peserta

didik, dengan mengetahui karakteristik emosional peserta didik, dapat membantu mereka

dalam mempercepat proses belajar, mampu memotivasi siswa, mengetahui serta menghargai

dan mengakui kemampuan yang dimiliki siswa. Memberi penghargaan terhadap setiap upaya

yang telah dilakukan oleh siswa. Guru memberi teladan yaitu kesesuian antara ucapan dengan

tindakan, agar para siswa lebih tertarik terhadap apa yang diajarkan. Setelah menciptakan

suasana yang dapat mendorong peserta didik untuk belajar, selanjutnya menciptakan landasan

yang kukuh, dimulai dari penetapan tujuan. dalam komunitas belajar antara guru dan siswa

memiliki tujuan yang sama.

Tujuan peserta didik mengembangkan kecakapan dalam mata pelajaran, menjadi

pelajar yang lebih baik dan berinteraksi sebagai anggota komunitas dari masyarakat belajar,

dan mengembangkan kemampuan lain yang dianggap penting (DePorter, 2002).

Tujuan dari pengajar menjadikan peserta didiknya cakap dalam mata pelajaran yang

disampaikan, dan mampu berinteraksi dalam masyarakat belajar. Dengan adanya kesamaan

(12)

proses pemelajaran tersebut terdapat kesesuaian antara apa yang harus dillakukan dan

dinginkan peserta didik dengan apa yang harus dilakukan dan diinginkan pengajar. Kedua hal

ini selanjutnya akan menjadi prinsip yang dikembangkan dalam komunitas belajar.

Keyakinan diri mempengaruhi tindakan dan perilaku siswa dalam pembelajaran,

sehingga membantu kelancaran pelaksanakan tugas seorang guru. Memanfaatkan lingkungan

sekitar dalam proses pembelajaran agar proses pembelajaran dapat berlangsung lebih cepat.

Keadaan ligkungan sekitar dapat dijadikan media dalam proses pembelajaran dengan tujuan

untuk membantu daya ingat Rancangan pengajaran ini sebagai jembatan yang digunakan guru

untuk dapat masuk ke dunia peserta didik. Oleh karena itu, rancangan pengajaran tersebut

harus dapat memuaskan gaya belajar siswa, sehingga dunia siswa dapat dibawa ke kedunia

guru. Guru dalam melaksanakan pembelajaran adalah memberi struktur uraian menjadi

kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan akhir/penutup dan mengisi serta

melaksanakannya; menggunakan alat peraga; menggunakan metode mengajar; menutup

pelajaran; dan mengevaluasi pembelajaran.

3. Seni Rupa

Seni(Kecil, halus, elok, indah) rupa (bentuk) adalah bentuk seni yang mempunyai nilai

keindahan pada suatu benda. Seni lukis adalan seni tentang gambar-menggambar dan lukis –

melukis. Seni pahat seni memahat (membuat patung dsb.) Seni rupa terdiri dari seni dua

(13)

4. Kurikulum Seni Budaya

Kurikulum mata pelajaran seni budaya memuat aspek konsepsi, apresiasi, dan kreasi

yang disusun sebagai suatu kesatuan. Ketiga aspek kegiatan tersebut harus merupakan

rangkaian aktivitas seni yang harus dialami siswa dalam aktivitas berapresiasi dan berkreasi

seni. Dalam menggambar hanya ada dua cara belajar yakni : belajar melihat, dan secara

terusmenerus menggunakan pena, pensil, krayon serta berbagai media gambar lainnya.

Gambar merupakan sesuatu yang alami dengan salah satu keinginan manusia, dalam

mengekspresikan diri, pola pikir, dan emosi-emosinya. Dalam menggambar perlu melatih

mata dan tangan, untuk mewujudkan bentuk-bentuk benda yang kita lihat. Melihat

benda-benda seperti apa adanya, dan bukan seperti yang kita bayangkan, atau yang kita ingat, guna

melatih dan kemauan belajar.

Zezane berpendapat ; bila anda bisa menggambar silinder, lingkaran dan kubus, maka

anda bisa menggambar apa saja. Saya juga selalu berusaha untuk menyadari, memahami

bentuk benda dan memberinya dimensi ruang, sehingga realitas bentuk tadi bisa dirasakan.

Untuk menyatakan ekpresi atau mengungkapkan perasaan kita, diwujudkan dengan memberi

terang dan gelap terhadap obyek gambar.

a. Rasional

Pendidikan Seni budaya memiliki sifat :

1. Multilingual

Multilingual adalah mengembangkan kemampuan mengekspresikan diri dengan

berbagai cara dan media, seperti bahasa rupa, bunyi, gerak, peran dan berbagai

(14)

2. Multidimensional

Multidimensional yaitu mengembangkan kompetensi meliputi persepsi, pengetahuan,

pemahaman, analisis, evaluasi, apresiasi dan produktivitas dalam menyeimbangkan fungsi

otak sebelah kanan dan kiri, dengan cara memadukan secara harmonis unsur-unsur logika,

kinestetik etika, dan estetika.

3. Multikultural

Multikultural mengandung makna pendidikan seni menumbuhkembangkan kesadaran

dan kemampuan apresiasi terhadap keragaman budaya Nusantara dan Mancanegara sebagai

wujud pembentukan sikap menghargai, bertoleransi, demokratis, beradab, serta mampu hidup

rukun dalam masyarakat dan budaya yang majemuk.

Pendidikan seni budaya memiliki peranan dalam pembentukan pribadi siswa yang

harmonis dalam logika (jalan pikiran yang masuk akal), rasa estetis (mempunyai penilaian

terhadap keindahan) dan artistiknya (mempunyai nilai seni), serta etikanya (baik dan buruk

tentang hak dan kewajiban moral serta akhlak) dengan memperhatikan kebutuhan

perkembangan anak dalam mencapai kecerdasan emosional (menyentuh Perasaan)/(EQ),

kecerdasan intelektual (cerdas, berakal, dan berfikiran jernih berdasarkan ilmu pengetahuan)

(IQ), kecerdasan adversitas (AQ) dan kreativitas (CQ), serta kecerdasan spiritual dan moral

(SQ) dengan cara mempelajari elemen-elemen, prinsip-prinsip, proses dan teknik berkarya,

sesuai dengan nilai-nilai budaya dan keindahan, serta sesuai dengan konteks sosial budaya

masyarakat sebagai sarana untuk menumbuhkan sikap saling memahami, menghargai, dan

menghormati.

Pendidikan seni memiliki peranan dalam pengembangan kreativitas, kepekaan rasa dan

(15)

melalui seni, dan belajar tentang seni. Bidang-bidang seni seperti musik, tari, teater, rupa, dan

media memiliki kekhasan tersendiri berdasarkan kaidah keilmuan masing-masing. Dalam

pembelajaran mata pelajaran pendidikan seni budaya, aktivitas berkesenian harus menampung

kekhasan tersebut yang tertuang dalam gagasan gagasan keterampilan/keahlian proses kreasi

seni serta mengapresiasikan seni dengan cara mengilustrasikan pengalaman pribadi,

mengeksplorasi (menggali) rasa, melakukan pengamatan dan penelitian (mempelajari) atas

elemen, prinsip, proses dan teknik berkarya yang dikaitkan dengan nilai-nilai budaya serta

keindahan dalam masyarakat yang beragam.

b. Pengertian

Pendidikan seni melibatkan semua bentuk kegiatan berupa aktivitas fisik dan cita rasa

keindahan. Aktivitas fisik dan cita rasa keindahan, tertuang dalam kegiatan berekspresi,

bereksplorasi, berapresiasi dan berkreasi melalui bahasa rupa, bunyi, gerak dan peran, yang

masing-masing mencakup materi sesuai dengan bidang seni dan aktivitas dalam

gagasan-gagasan seni, keterampilan berkarya serta apresiasi dengan memperhatikan konteks sosial

budaya masyarakat.

c. Fungsi dan Tujuan Mata Pelajaran

Mata pelajaran pendidikan seni memiliki fungsi dan tujuan menumbuhkembangkan

sikap toleransi, demokrasi, beradab, serta mampu hidup rukun dalam masyarakat yang

majemuk, mengembangkan kemampuan imajinatif intelektual, ekspresi melalui seni,

mengembangkan kepekaan rasa, keterampilan, serta mampu menerapkan teknologi dalam

(16)

d. Ruang Lingkup

Lingkup materi mata pelajaran Pendidikan Seni meliputi seni rupa, musik, tari, dan

teater. Pendekatan pengorganisasian materi pada mata pelajaran Pendidikan Seni

menggunakan pendekatan terpadu, yang penyusunan kompetensi dasarnya dirancang secara

sistemik berdasarkan keseimbangan antara ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik yang

terjabarkan dalam konsepsi, apresiasi, dan kreasi. Hal-hal itu dijabarkan sebagai berikut:

 Kemampuan perseptual yang meliputi kepekaan inderawi terhadap rupa, bunyi, gerak

dan perpaduannya;

 Pengetahuan yang meliputi pemahaman, penganalisisan, dan pengevaluasian;

 Apresiasi yang meliputi kepekaan rasa etestika dan artistik serta sikap menghargai dan

menghayati karya seni

 Kreasi memcakup segala bentuk dalam proses produksi berkarya seni dan

berimajinasi.

Materi disusun berdasarkan pengorganisasian keilmuan yang didasarkan pada prinsip

dari hal konkret ke hal abstrak, dari yang dekat ke yang jauh, dari yang sederhana ke yang

kompleks, serta disesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan siswa

e. Standar Kompetensi Lintas Kurikulum

Standar Kompetensi Lintas Kurikulum merupakan kecakapan untuk hidup dan belajar

sepanjang hayat yang dibakukan dan harus dicapai oleh peserta didik melalui pengalaman

belajar. Standar Kompetensi Lintas Kurikulum ini meliputi:

 Memiliki keyakinan, menyadari serta menjalankan hak dan kewajiban, saling

(17)

 Menggunakan bahasa untuk memahami, mengembangkan, dan mengkomunikasikan

gagasan dan informasi, serta untuk berinteraksi dengan orang lain.

 Memilih, memadukan, dan menerapkan konsep-konsep, teknik-teknik, pola, struktur,

dan hubungan.

 Memilih, mencari, dan menerapkan teknologi dan informasi yang diperlukan dari

berbagai sumber.

 Memahami dan menghargai lingkungan fisik, makhluk hidup, dan teknologi, dan

menggunakan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai untuk mengambil keputusan

yang tepat. Berpartisipasi, berinteraksi, dan berkontribusi aktif dalam masyarakat dan

budaya global berdasarkan pemahaman konteks budaya, geografis, dan historis.

Berkreasi dan menghargai karya artistik, budaya, dan intelektual serta menerapkan

nilai-nilai luhur untuk meningkatkan kematangan pribadi menuju masyarakat beradab.

Berpikir logis, kritis, dan lateral (di sebelah sisi, di sisi, ke sisi, ke pinggir) dengan

memperhitungkan potensi dan peluang untuk menghadapi berbagai kemungkinan.

Menunjukkan motivasi dalam belajar, percaya diri, bekerja mandiri, dan bekerja sama dengan

orang lain.

f. Standar Kompetensi Bahan Kajian Seni Rupa

 Mampu menggunakan kepekaan inderawi dan intelektual dalam memahami,

mempresentasi tentang keragaman gagasan, teknik,materi dan keahlian berkarya seni

(18)

 Mampu menggunakan rasa estetika dalam mempersepsi, memahami, menanggapi,

merefleksi menganalisis, dan mengevaluasi karya seni rupa Nusantara dan

mancanegara sesuai dengan konteks sosial budaya masyarakat

 Mampu berekspresi dalam dua dan tiga dimensi dengan beragam teknik dan medium

seni rupa Nusantara dan mancanegara.

 Mampu mengkomunikasikan gagasan, teknik, materi, dan keahlian berkarya seni rupa

Nusantara dan mancanegara melalui kegiatan pameran.

g. Standar Kompetensi Mata Pelajaran

Kompetensi mata pelajaran pendidikan seni budaya pada jenjang SMP adalah sebagai

berikut:

1. Siswa mampu menganalisis, menilai keunikan, berkreasi dan memamerkan atau

mempergelarkan karya seni berdasarkan keragaman gagasan, bahan, alat/medium dan

teknik dalam berkreasi seni Nusantara (daerah setempat).

2. Siswa mampu mempresentasikan tanggapan, menunjukkan sikap empati dan

menghargai, berkreasi dan memamerkan atau mempergelarkan karya seni berdasarkan

keragaman gagasan, bahan, alat/medium dan teknik dalam berkreasi seni Nusantara.

3. Siswa mampu mempresentasikan tanggapan, menunjukkan sikap empati dan

menghargai, berkreasi dan memamerkan atau mempergelarkan karya seni berdasarkan

keragaman gagasan, bahan, alat/medium dan teknik dalam berkreasi seni Nusantara

(19)

h. Rambu-Rambu

Standar kompetensi dan materi pembelajaran pendidikan seni disusun secara terpadu

antar bidang seni meliputi seni rupa, seni musik, seni tari dan seni teater berdasarkan

keseimbangan ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.

Pencantuman subkompetensi dasar dilakukan untuk mempermudah pemahaman guru

dalam penyusunan silabus. Pemilihan bidang seni disesuaikan dengan minat dan bakat siswa.

Sekolah seyogyanya memberikan pengalaman belajar seni secara menyeluruh meliputi seni

rupa, musik, tari dan teater. Sekolah yang belum mampu dapat melaksanakan minimal salah

satu bidang seni. Pembelajaran mata pelajaran pendidikan seni menekankan pada

pengembangan kepekaan estetik” yang diimplementasikan dalam ketiga kompetensi dasar

pendidikan seni yang meliputi konsepsi, apresiasi dan kreasi. Keseluruhan kompetensi dasar

(konsepsi, apresiasi dan kreasi) dikembangkan melalui pengalaman eksplorasi dan berkreasi,

sedangkan kegiatan teori diberikan secara integratif di dalamnya.

Urutan kompetensi dasar dan materi pokok dalam satu tahun bukan merupakan urutan

hirarkhis, tetapi diberikan secara utuh dan berulang sampai pada tingkat yang lebih tinggi.

Kreasi meliputi segala proses berkarya dan penyajian seni dari tingkat yang paling sederhana

hingga yang paling kompleks dan meliputi semua usaha berkarya yang diawali dengan

kebebasan dalam memilih gagasan, bentuk, teknik dan bahan yang digunakan sesuai dengan

kondisii daerah setempat.

Penilaian meliputi proses dan hasil pembelajaran serta pengembangannya mencakup

kompetensi dasar konsepsi, apresiasi dan kreasi. Penilaian proses dan produk dilakukan

dengan menerapkan berbagai bentuk metode penilaian, seperti portofolio, pengamatan dan

(20)

Setiap aktivitas berapresiasi seni dan berkreasi seni dikaitkan dengan konteks seni dalam

kehidupan sosial budaya masyarakat. Kegiatan pameran dan pergelaran karya seni dapat

diberikan minimal setahun sekali. Dalam seni rupa, materi gambar teknik sudah terintegrasi

dalam kompetensi merancang karya seni rupa dua dan tiga dimensi.

3. Pengertian Pembelajaran

a. Pembelajaran adalah : Proses, cara, menjadikan orang atau makhluk hidup belajar

(Tim Penyusun Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1995 : 14).

b. Pembelajaran adalah proses terjadinya interaksi atau hubungan timbal balik

antara siswa dengan guru, dan antara sesama siswa dalam satu situasi dan kondisi

yang mendorong siswa untuk secara aktif belajar.

c. Pembelajaran adalah upaya seseorang (guru), untuk menciptakan kondisi orang lain

(siswa), mau melakukan proses belajar dengan memberikan ilmu pengetahuan,

kecakapan dan keterampilan (Affandi, 1998).

d. Pembelajaran seni rupa melatih siswa setahap demi setahap agar mampu

berekspresi dalam seni rupa sehingga pada akhirnya dia memiliki kepekaan rasa seni

(Suhardjo, 1989 / 1990 : 28).

4. Pembelajaran seni rupa

Pembelajaran seni rupa adalah suatu bentuk kegiatan pembelajaran sebagai upaya untuk

memberikan bantuan kepada siswa dalam mengembangkan dirinya menuju ke tingkat

kematangan pribadi secara harmonis (Affandi, 1998 : 3). Upaya yang dilakukan melalui

(21)

5. Pendekatan Kontekstual

Pendekatan adalah suatu antar usaha dalam aktivitas kajian, atau interaksi, relasi dalam

suasana tertentu, dengan individu atau kelompok melalui penggunaan metode-metode tertentu

secara efektif. Pendekatan pembelajaran sebagai proses penyajian isi pemelajaran kepada

siswa untuk mencapai kompetensi tertentu dengan suatu metode atau beberapa metode

pilihan.Dengan demikian pendekatan dapat dikatakan lebih luas dari metode, dan lebih

komprehensif dalam kajian, akan tetapi lebih aplikasi dalam praktik baik disadari maupun

tidak (http://www.pembelajaran.com)

Pendekatan kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan

antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat

hubungan antara pengatahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan

mereka sehari-hari. (CTL DEPDIKNAS:2002:5)

6. Pembelajaran kontekstual

Pembelajaran kontekstual mempunyai tujuh komponen utama pembelajaran yaitu

Kontuktivisme, , menemukan, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan dan penilaian.

a. Kontruktivisme

Kontruktivisme sebagai landasan berfikir pendekatan kentekstual, dimana pengetahuan

dibangun sedikit demi sedikit. Dalam aplikasinya pada pembelajaran seni rupa praktik

(22)

b. Menemukan

Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual.

Bentuk pelaksanaannya mengamati dan mengumpulkan data-data dari obyek yang diamati

untuk di gambar atau di lukis.

c. Bertanya

Pengetahuan yang dimiliki seseorang, selalu diawali dari bertanya. Penerapannya

pada semua aktivitas belajar bertanya dapat diterapkan antara siswa dengan siswa, guru

dengan siswa atau orang ahli yang didatangkan ke kelas

d. Masyarakat Belajar

Hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Penerapannya belajar

dalam kelompok kecil maupun kelompok besar.

e. Pemodelan

Dalam sebuah pembelajaran hendaknya ada model yang bisa ditiru. Dalam

pembelajaran seni rupa, model membantu kelancaran belajar siswa.

f. Refleksi

Refleksi cara berfikir tentang apa yang baru dipelajari, atau berfiki ke belakang tentang

apa yang sudah dilakukan di masa yang lalu. Pada pembelajaran seni rupa berupa hasil karya.

g. Penilaian yang Sebenarnya

Penilaian yang sebenarnya merupakan proses pengumpulan berbagai data yang bisa

memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Pada pembelajaran seni rupa penilaian

(23)

7. Pengertian Belajar

Morgan mengatakan bahwa belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam

tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman (Hendroyuwono,

1982 / 1983 : 3).

Surya (1981 : 32) mengemukakan bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang

dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan

lingkungan.

Mahmud (1989 : 121 – 122) menjelaskan bahwa belajar adalah suatu perolehan tingkah

laku, baik yang dapat diamati maupun yang tidak dapat diamati secara langsung, dan terjadi

dalam diri seseorang karena pengalaman.

Dari pendapat tadi dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses yang dilakukan

individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang relatif menetap, baik yang

dapat diamati maupun yang tidak dapat diamati secara langsung, yang terjadi sebagai suatu

hasil latihan atas pengalaman dalam interaksinya dengan lingkungan.

8. Keberhasilan Belajar

a) Soeitoe (1982 : 83) perubahan mental pada diri pelajar atau modifikasi

kecenderungannya, ada 3 jenis perubahan :

(1) Perubahan kognitif, terdiri dari pengetahuan atau cara melihat atau mengerti sesuatu.

(2) Perubahan motivasi yakni perubahan tujuan dan minat.

(3) Perubahan tingkah laku yang berbeda dengan 2 perubahan yang terdahulu karena

(24)

b) Arifin (1990 : 23) keberhasilan mempunyai beberapa kunci antara lain :

(1) Keberhasilan belajar sebagai indiaktor kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah

dikuasai siswa.

(2) Keberhasilan belajar lambang pemuasan hasrat ingin tahu.

(3) Keberhasilan belajar sebagai bahan informasi dalam moral pendidikan.

(4) Keberhasilan belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi

pendidikan.

(5) Keberhasilan belajar dapat dijadikan indikator terhadap daya serap (kecerdasan) anak

didik.

Keberhasilan belajar merupakan pencapaian hasil usaha siswa setelah mengikuti

pembelajaran sesuai dengan kurikulum yang diberlakukan.

B. Kajian Hasil Penelitian

Landasan filosofi Kontekstual adalah kontruktivisme, untuk memahami kontruktivisme,

berikut adalah kajian teori yang dikembangkan Jhon Dewey.

Teori Konstruktivisme

Konstruktivisme berpandangan bahwa pengetahuan diperoleh langsung oleh siswa

berdasarkan pengalaman dan hasil interaksi dengan lingkungan sekitar. Dalam proses

pembelajarannya lebih ditekankan pada model belajar kolaboratif. Siswa belajar dalam

kelompok tidak seperti pada pembelajaran konvensional, bahwa siswa belajar secara individu.

Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa seorang siswa tidak hanya belajar dari dirinya

(25)

perlu dikembangkan adalah model pemelajaran yang terpusat pada masalah dan model belajar

kolaboratif. Konstruktivisime merupakan proses pembelajaran yang menerangkan bagaimana

pengetahuan disusun dalam diri manusia.,dalam proses belajar mengajar, guru tidak serta

merta memindahkan pengetahuan kepada peserta didik dalam bentuk yang serba sempurna,

pesera didik harus membangun suatu pengetahuan itu berdasarkan pengalamannya

masing-masing.

Pembelajaran adalah hasil dari usaha peserta didik itu sendiri dan guru tidak boleh

belajar untuk peserta didik. Pola pembinaan ilmu pengetahuan di sekolah merupakan suatu

skema, yaitu aktivitas mental yang digunakan oleh peserta didik sebagai bahan mentah bagi

proses renungan dan pengabstrakan. Pikiran peserta didik tidak akan menghadapi kenyataan

dalam bentuk yang terasing dalam lingkungan sekitar. Realita yang diketahui peserta didik

adalah realita yang dia bina sendiri. Peserta didik sebenarnya telah mempunyai satu set idea

dan pengalaman yang membentuk struktur kognitif terhadap lingkungan mereka. Untuk

membantu peserta didik dalam membina konsep atau pengetahuan baru, guru harus

memperkirakan struktur kognitif yang ada pada mereka. Apabila pengetahuan baru telah

disesuaikan dan diserap untuk dijadikan sebagai pegangan kuat mereka, barulah kerangka

baru tentang sesuatu bentuk ilmu pengetahuan dapat dibina.Proses ini dinamakan

konstruktivisme, pembelajaran yang bermakna itu bermula dengan pengetahuan atau

pengalaman yang ada pada peserta didik. Siswa mempunyai pemikiran mereka sendiri tentang

hampir semua hal, di mana ada yang betul dan ada yang salah. Jika kefahaman dan

miskonsepsi ini diabaikan atau tidak ditangani dengan baik, maka semua ide awal yang

dimliki mereka itu akan tetap kekal walaupun dalam tes, mungkin mereka memberi jawaban

(26)

John Dewey menguatkan teori konstruktivisme ini dengan mengatakan bahwa,

pendidik yang cakap harus melaksanakan pengajaran dan pembelajaran sebagai proses

menyusun, atau membina pengalaman secara berkesinambungan keikutsertakan peserta didik

di dalam setiap aktivitas pengajaran dan pembelajaran. Melalui teori konstruktivisme ini,

diharapkan pengajaran guru itu dapat memberi peluang kepada peserta didik untuk

meramalkan secara bebas dan terbuka segala pengetahuan setelah proses pembelajaran

berlangsung. Pengajaran secara tidak langsung itu nanti dapat memberi satu pengalaman baru

kepada peserta didik. Pengalaman itu akan dikaitkan pula dengan teori kognitif di mana ia

akan disimpan dalam ingatan atau memori peserta didik baik pada jangka pendek atau ingatan

jangka panjang.Berdasarkan paparan tersebut dapat disimpulkan, bahwa dilihat dari perspektif

estimologi yang disarankan oleh konstruktivisme, maka peran guru akan berubah, perubahan

tersebut meliputi teknik pengajaran dan pembelajaran, penilaian, dan pelaksanaan kurikulum

pada umumnya. Sebagai contoh, guru harus mengubah kaidah mengajar dari tuntutan agar

peserta didik dapat meniru dengan tepat apa yang disampaikan oleh guru, menjadi kaidah

pembelajaran yang lebih menekankan pada kemampuan peserta didik dalam membina skema

pengetahuan berdasarkan pengalaman nyata yang dialaminya. Dengan demikian,

pembelajaran harus diubah dari kaca mata guru menjadi pemelajaran berdasarkan kacamata

peserta didik. Artinya, bukan bagaimana guru mengajar, melainkan bagaimana agar peserta

didik dapat belajar.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa:

1) murid tidak hanya dibekali dengan fakta-fakta, melainkan diarahkan pada kemampuan

(27)

2) Guru hanya merupakan salah satu sumber pengetahuan, bukan orang yang tahu

segala-galanya. Jadi guru hanya berperan sebagai fasilitator dan pembimbing belajar peserta

didik.

3) sebagai implikasinya, dalam penilaian pun harus mencakup cara-cara penyelesaian masalah

dengan berpatokan pada aturan yang berlaku.

Teknik-teknik tersebut dapat berbentuk peta konsep, diagram ven, portopolio, uji kompetensi,

dan ujian komprehensip.

Implikasi konstrukstivisme terhadap pembelajaran adalah:

1) Pembelajaran tidak akan berjalan dengan baik, jika siswa tidak diberi kesempatan untuk

menyelesaikan masalah dengan tingkat pengetahuan yang dimilikinya.

2) Pada akhir proses pembelajaran, peserta didik memiliki tingkat pengetahuan yang berbeda

sesuai dengan kemampuannya.

3) Untuk menilai keputusannya, peserta didik harus bekerja sama dengan peserta didik yang

(28)

BAB III

METODOLOGI/METODE PENELITIAN

A. Objek Tindakan

Penelitian Tindakan Kelas ini tentang: Strategi Pembelajaran Seni Rupa Bagi Siswa Kelas

IX SMP Negeri 2 Pedamaran Dengan Pendekatan Kontekstual Dan Pencapaian Hasil

Belajarnya.

Objek Tindakan tertuju kepada :

1. Kurangnya minat siswa terhadap mata pelajaran seni rupa

2. Kreativitas siswa dalam mata pelajaran seni rupa rendah

3. Tingkat gangguan kelas tinggi

B. Seting/Lokasi/ Subjek Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan di SMP Negeri 2 Pedamaran. Mengambil

lokasi penelitian di SMP Negeri 2 Pedamaran, selain mendapat kemudahan dalam

pengumpulan data, menghemat biaya, ketersediaan waktu yang cukup, dan berkaitan dengan

masalah pembelajaran.

1. Waktu Penelitian

Pelaksanaan penelitian pada semester I Tahun pelajaran 2014/2015, dimulai bulan

(29)

2. Subyek Penelitian

a). Populasi

Populasi adalah Kelompok subyek, baik manusia, gejala nilai tes, benda – benda atau

peristiwa – peristiwa (Surahmad 1983 : 93). Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas

IX.1 SMP Negeri 2 Pedamaran, dengan jumlah siswa sebanyak 206 orang dengan jumlah

kelas 5 ruang.

b). Sampel

Sampel adalah penarikan atau pembatasan sebagian populasi untuk mewakili populasi

(Surahmad 1983 : 93). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini Kelas IX.1, dengan

jumlah siswa 29 orang. Dipilih kelas IX.1, karena kelas ini memberi respon yang baik

terhadap mata pelajaran seni rupa. Pengambilan sampel secara khusus dianggap mewakili

populasi maka jenis sampel ini termasuk purposive sampel.

C. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan :

1. Observasi

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala – gejala

yang diteliti (Usman dan Akbar, 1995 : 54). Subyek penelitian adalah proses pembelajaran

seni rupa, obyek yang diamati adalah hasil karya siswa.

2. Wawancara

Wawancara adalah tanya jawab antara dua orang atau lebih secara langsung (Usman

(30)

a) Mendapatkan data ditangan pertama

b) Pelengkap teknik pengumpulan data

c) Menguji hasil pengumpulan data lainnya.

3. Dokumentasi

a) Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi ialah pengambilan data yang diperoleh

melalui dokumen – dokumen (Usman dan Akbar, 1995 : 75)

b) Dokumentasi adalah suatu metode pencarian data mengenai hal – hal atau variabel berupa

catatan transkip, buku, surat kabar, majalan dan lainnya. Aspek – aspek untuk menambah

kelengkapan data dalam dokumentasi meliputi catatan – catatan, foto – foto (Arikunto,

1982 : 187).

c) Teknik dokumentasi untuk mendapatkan latar belakang yang luas, tentang pokok-pokok

penelitian, dan dapat dijadikan triangulasi untuk mengecek kesesuaian data

(Nasution,1996).

d) Dokumen lama dapat digunakan dalam penelitian sebagai sumber data, dan

dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan (Moleong, 1989).

D. Metode Analisa Data

Dalam menganalisis data langkah – langkah yang ditempuh :

1. Menghimpun data

Mengumpulkan data – data yang diperlukan dalam penelitian ini, melalui observasi,

(31)

2. Mereduksi data

Data yang terkumpul dipilih sesuai dengan keperluan yang akan diteliti.

3. Mengklasifikasi data

Data yang dipilih dikelompokkan agar mudah dalam penyusunannya.

4. Menyusun hasil penelitian yang telah dilakukan.

E. Cara Pengambilan Kesimpulan

Kesimpulan di ambil sejak data-data awal diperoleh, dilanjutkan dengan analisis, dan

verifikasi menurut kebutuhan. Kesimpulan dalam penelitian ini awalnya belum pasti, masih

kabur, diragukan, akan tetapi semakin bertambahnya data, maka kesimpulan semakin lebih

(32)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Temuan-temuan pada siklus 1

1. Dapat mengidentifikasi permasalahan yang timbul di kelas

2. Untuk memperoleh data tentang proses penggunaan pendekatan Kontekstual pada

pengajaran seni rupa.

3. Untuk mengetahui keberhasilan siswa dalam pendidikan seni rupa.

4. Dapat melaksanakan perencanaan, peningkatan, dan berdaya guna pada pembelajaran

seni rupa.

*Rekomendasi Perbaikan untuk Siklus 2

1. Guru mengarahkan agar contoh gambar yang dibawa harus sederhana dan sesuai dengan

kemampuan siswa, jangan terlalu rumit.

2. Guru mencontohkan langkah-langkah menggambar tokoh cerita secara pelan-pelan dan

berulang-ulang dan variatif untuk memberikan kesempatan yang luas kepada siswa yang

kurang mampu dalam menggambar untuk meniru dan menghafalnya.

3. Guru harus mengelompokkan siswa yang mempunyai tokoh gambar komik yang sama agar

dibina secara bersama-sama, untuk menyingkat waktu

4. Guru harus membimbing satu persatu kepada siswa sesuai dengan gambar komik yang

(33)

*Pelaksanaan Siklus 2

2.1. Pelaksanaan

Pada siklus kedua dilakukan tahapan-tahapan seperti pada siklus pertama. Pada siklus

kedua didahului dengan perencanaan ulang berdasarkan hasil-hasil yang direkomendasikan

pada siklus pertama. Pelaksanaan perubahan itu antara lain:

a) Siswa dibagi ke dalam kelompok berdasarkan kesamaan cerita

b) Peneliti mendemonstrasikan langkah-langkah menggambar tokoh komik secara mendalam

c) Peneliti memberi kesempatan kepada siswa untuk menggambar tokoh cerita yang telah

dibawa dan dikerjakan sesuai dengan langkah-langkah yang telah dicontohkan guru.

d) Peneliti melakukan observasi kepada masing siswa dan membimbing

masing-masing siswa yang kesulitan menggambar.

2.2. Pengamatan

a) Peneliti melakukan pengamatan dengan lembar observasi segala aktifitas yang terjadi pada

masing-masing siswa

b) Sebelum melakukan penilaian, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk

menempelkan karyanya di dinding kelas.

(34)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

1). Simpulan

Berdasarkan hasil implementasi metode yang telah dilaksanakan pada siklus I dan

siklus II dapat disimpulkan bahwa:

1. Penggunaan metode mencontoh komik dapat membangkitkan ide dan gagasan siswa dalam

mengeksplorasi kreativitasnya dalam menggambar ilustrasi. Kemampuan tersebut dapat

dibuktikan pada siklus I dengan ketuntasan 72% dan siklus II dengan pencapaian 100%

2. Penggunaan metode mencontoh komik dapat dilakukan efektif dan efisien jika guru dapat

membimbing secara intensif, serta mampu memberikan contoh yang mudah dalam

menggambar tokoh komik. Dari pengalaman ini peserta didik menjadi senang karena

mereka mengetahui cara menggambar tokoh komik kesukaannya.

2). Saran-saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kajian tentang implementasi model siklus belajar

dengan model yang telah penulis lakukan di kelas ini dapat disarankan bahwa:

1. Pemecahan masalah kualitas proses dan hasil belajar seni budaya dapat dilakukan dengan

mengkombinasikan dua metode mengajar seperti mencontoh komik dan metode bimbingan

intensif sehingga dapat memberikan jalan mudah dan sekaligus mengurangi kegamangan

(35)

2. Untuk mengetahui sejauhmana efektifitas penggabungan kedua metode ini dapat dilakukan

penelitian lanjutan berupa penelitian eksperimental sehingga variabel-variabel yang terlibat

dapat dikontrol

3. Jangan ragu menggunakan beragam metode –walau itu dianggap kuno-untuk membantu

pemahaman siswa. Karena metode-metode tersebut bersifat kondisional, sehingga masih

Referensi

Dokumen terkait

Sistim pembelajaran menggunakan sistim blok yaitu pada kelas X diajarkan seni musik, kelas XI seni teater dan kelas XII seni rupa.(2) Interaksi pembelajaran Seni rupa berbasis

seni grafis dengan beragam media dan teknik Paket Seni Budaya Kelas IX • Buku-buku lain yang relevan • Informasi melalui internet • Pameran karya seni Rupa. 1.1

Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana pembelajaran seni rupa yang ada di SMP Negeri 13 Semarang dengan rincian rumusan tujuan pembelajaran dan

RIAS FANTASI UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA KELAS IX DALAM PEMBELAJARAN SENI TARI DI SMP NEGERI

(2) Faktor yang menjadi hambatan pelaksanaan pembelajaran seni rupa terapan nusantara dalam mata pelajaran seni budaya dan keterampilan pada siswa kelas V SD Negeri di

Berdasarkan temuan hasil penelitian apresiasi guru seni budaya (seni rupa) tingkat SMA Negeri di Kabupaten Gianyar Terhadap Perkembangan Seni Rupa

Hasil tes kemampuan dalam menggambar objek tiga dimensi dengan perspektif yang benar melalui pengamatan langsung pada pembelajaran seni rupa oleh siswa SMK Negeri

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, 1 Kreativitas siswa kelas VIII.1 dalam membuat karya seni paper quilling di SMP Negeri 2 Majauleng Kabupaten Wajo termasuk siswa yang kreatif