PENERAPAN STRATEGI BRAIN BASED LEARNING TERHADAP
KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA DI SMA NEGERI 8 KOTA CIREBON
IMPLEMENTATION STRATEGY BASED LEARNING BRAIN CREATIVE THINKING SKILLS OF STUDENTS IN SMA CITY STATE 8 CIREBON Widodo Winarso, Ani Nuraini
Jurusan Tadris Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Kegururan IAIN Syekh Nurjati Cirebon
Abstrak
Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh dari penerapan strategi brain based learning terhadap keterampilan berpikir kreatif, dan peningkatan keterampilan berpikir kreatif siswa di SMAN 8 Kota Cirebon. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 1 SMAN 8 Kota Cirebon, yang terdiri dari 30 siswa. Berdasarkan hasil analisis data terbukti bahwa hasil pengujian hipotesis menunjukan bahwa nilai thitung sebesar 7,58 dan ttabel
sebesar 2,048. Sehingga dapat disimpulkan bahwa thitung >ttabel atau 7,57>2,048 maka 𝐻0
ditolak dan 𝐻𝑎 diterima. Artinya terdapat pengaruh penerapan strategi brain based learning terhadap keterampilan berpikir kreatif siswa
Kata kunci: keterampilan berpikir kreatif, stretegi brain based learning Abstrac
The purpose of this study is to determine the effect of the application of brain-based learning strategies for creative thinking skills, and increase creative thinking skills of students at SMAN 8 Cirebon. Samples were students of class XI IPA 1 SMAN 8 Cirebon, which consists of 30 students. Based on the results of data analysis proved that the results of hypothesis testing showed that the value thitung ttabel 7.58 and 2.048. It concluded that t count> t table or 7.57> 2.048 then 𝐻0, 𝐻𝑎rejected and accepted. It means that there are significant application of brain-based learning strategies for creative thinking skills of students
Keywords: creative thinking skills, brain-based learning strategies
PENDAHULUAN
Kedudukan tertinggi yang dimiliki
oleh manusia yaitu terletak pada potensi yang dimilikinya sebagai anugerah dari Allah SWT. Karena potensi tersebut merupakan aset nasional sekaligus sebagai modal dasar pembangunan bangsa. Keajaiban potensi yang dimiliki oleh manusia akan mampu dikembangkan
melalui suatau proses pembelajaran yang terarah dan terpadu serta serasi dan seimbang dengan memperhatikan
pengembangan potensi peserta didik secara utuh dan optimal.
Pembelajaran yang memperhatikan masing-masing aspek tersebut tentunya memberikan konstribusi untuk tercapainya tujuan pembelajaran yang tidak hanya sebatas mentransfer ilmu dari guru pada peserta didik, akan tetapi lebih bertujuan memberikan pemahaman kepada peserta didik untuk memaknai proses pembelajaran, sehingga peserta didik dapat menggali dan mengoptimalkan seluruh potensi yang dimiliki untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan.
Sejalan dengan tujuan pembelajaran matematika adalah: (1) Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan dalam kehidupan melalui latihan bertindak atas dasar
pemikiran logis, rasional, kritis, cermat, jujur dan efektif; (2) Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan; (3) Menambah dan mengembangkan keterampilan berhitung dengan bilangan sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari; (4) mengembangkan pengetahuan dasar matematika dasar sebagai bekal untuk melanjutkan kependidikan menengah dan (5) membentuk sikap logis, kritis, kreatif, cermat dan disiplin (Depdikbud, 1996:1).
Namun proses pembelajaran di sekolah kini telah mengalami pergeseran nilai, hal ini dikarenakan aktivitas pembelajaran di sekolah hanya terbatas pada mendengarkan, mencatat, dan menjawab pertanyaan bila guru memberikan pertanyaan. Aktivitas belajar tersebut jelas tidak akan dapat mendorong siswa untuk mengembangkan potensi yang dimiliki siswa, sehingga keterampilan berpikir yang dimiliki siswa pun tergolong rendah.
Berdasarkan data UNESCO, mutu pendidikan matematika di Indonesia berada pada peringkat 34 dari 38 negara yang diamati. Data lain yang menunjukkan rendahnya prestasi matematika siswa Indonesia dapat dilihat
dari hasil survei Pusat Statistik Internasional untuk Pendidikan (Whitehurst, 2003:8) terhadap 41 negara dalam pembelajaran matematika, dimana Indonesia mendapatkan peringkat ke 39 di bawah Thailand dan Uruguay. Hal ini merupakan bukti bahwa siswa di Indonesia tidak mampu menyelesaikan masalah matematika yang menuntut keterampilan berpikirnya.
mengajar di kelas XI pada program IPA dan IPS, Ibu Endang Purwaningsih, S. Pd. Narasumber atau guru mengungkapkan bahwa keaktifan belajar siswa dalam kelas masih bersifat pasif yaitu mereka cenderung hanya mendengarkan penjelasan yang disampaikan oleh guru. Saat guru memberikan kesempatan bertanya, mereka diam. Ketika diberikan tugas dalam kelompok, masih terdapat beberapa siswa yang tidak ikut serta dalam diskusi kelompok. Saat presentasi masing-masing kelompok di depan kelas tidak ada perhatian, tanggapan dan pendapat dari kelompok lain. Sehingga hasil belajar matematika kelas XI baik pada program IPA maupun program IPS masih tergolong rendah. Hal ini
berdasarkan nilai rata-rata ulangan tengah semester genap yaitu sebagian besar siswa hanya memperoleh nilai 64,23. Selain dari pada itu siswa tidak dapat memberikan jawaban yang berbeda atau dengan caranya sendiri, sebagian besar dari mereka hanya dapat mengerjakan soal-soal dengan cara yang dicontohkan oleh guru di kelas maupun pada buku paket matematika yang menjadi pegangan belajar siswa. Hasil belajar tersebut menunjukan hasil yang kurang optimal dan cenderung kurang memperhatikan
perkembangan keterampilan berpikir siswa.
Keterampilan berpikir merupakan keterampilan yang melibatkan aktivitas mental yang disadari dan diarahkan untuk tercapainya suatau pemahaman, pengambilan keputusan, perencanaan, pemecahan masalah, dan penilaian tindakan. Menurut Fankel (Rohmayasari, 2010:35) tahapan-tahapan berpikir terdiri atas empat tahap, yaitu tahap berpikir konvergen, tahap berpikir divergen, tahap berpikir kritis, dan tahap berpikir kreatif (Yunianta, Rochmad, & Rusilowati, 2012:2). Keterampilan berpikir kreatif matematik adalah tingkat keterampilan berpikir matematik yang meliputi komponen-komponen keaslian, elaborasi,
kelancaran dan keluwesan. Karakteristik berpikir kreatif yaitu orisinalitas, elaborasi, kelancaran dan fleksibilitas (Rahmatina, Sumarno, & Johar, 2014:4).
“bicara” atau lebih dari 70% waktu
pelajaran digunakan untuk mentransfer informasi. Guru tidak menerima ide atau masukkan dari siswa, jika siswa melontarkan ide dianggap sesuatau yang destruktif atau mengganggu. Praktek tersebut seringkali dipengaruhi sikap dan keyakinan guru sendiri.
Menyikapi permasalahan-permasalahan yang terjadi, strategi pembelajaran yang mampu mengembangkan keunggulan-keunggulan yang dimiliki oleh siswa, baik itu keunggulan intelektual maupun bakat khusus yang bersifat keterampilan menjadi hal yang sangat penting dan esensial. Salah satau alternatif solusi untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran matematika yaitu melalui strategi pembelajaran yang yang menggunakan cara kerja otak secara alami. Brain Based Learning merupakan strategi pembelajaran yang diselaraskan dengan cara otak bekerja yang didesain secara alamiah untuk belajar. Menurut (Jensen, 2011:6) Karena pada dasarnya setiap manusia memiliki otak dengan potensi yang sama luar biasanya, namun setiap orang menjadi berbeda bergantung pada bagaimana orang tersebut mengoptimalkan otaknya.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik melakukan penelitian yang
berjudul “Pengaruh Penerapan Strategi Brain Based Learning terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa di
SMA Negeri 8 Kota Cirebon”.
METODE PENELITIAN
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI-IPA di SMA Negeri 8 Kota Cirebon Tahun Ajaran 2015/2016. Pengambilan sampel
dalam penelitian ini adalah cluster random sampling, dengan desain penelitian Regresi Sederhana. Alat pengumpulan data menggunakan kuesioner dan tes uraian keterempilan berpikir kreatif. Kuesioner digunakan untuk mengetahuirespon siswa terhadap strategi brain based learning, yang meliputi 3 aspek yaitu aspek minat, perasaan, dan penyajian informasi. Sedangkan tes urai digunakan untuk mengukur keterampilan berpikir kreatif siswa yang dilihat dari 4 indikator keterampilan berpikir kreatif siswa yang meliputi aspek berpikir lancar, berpikir luwes, berpikir orisinal dan berpiki elaborasi.
HASIL DAN PEMBAHASAN 1.Respon Siswa Terhadap
Data mengenai respon siswa pada strategi brain based learning diperoleh dari penyebaran kuesioner yang dilakukan usai strategi brain based learning diterapkan dalam pembelajaran matematika dengan jumlah sampel sebanyak 30 siswa. Kuesioner pada penelitian ini mengacu kepada 3 aspek, yaitu aspek minat, perasaan dan penyajian informasi. Berikut data perhitungan kuesioner yang dilihat dari setiap aspek yang diteliti.
1) Minat
Strategi brain based learning dapat menumbuhkan ketertarikan dan mengembangkan kemampuan yang dimiliki siswa, dengan proses belajar
yang disesuaikan dengan ritme otak. Terdapat 4 pernyataan yang mewakili aspek minat, berikut perhitungan respon siswa pada aspek minat:
Tabel. 1 Respon Siswa pada Aspek Minat
No. Ite
m
Skor F Jumlah Skor Rata-rata
Prosen-tase
2, 3, 4, 6
SS (4)
53 212 53,28
S (3) 52 156 39,19
TS (2)
15 30 7,53
STS (1)
0 0 0
Jumlah 93 398 100
Skor Maksimal
480 Prosentase
Rata-rata
83
Berdasarkan tabel diatas
menunjukkan bahwa siswa53,28% menyatakan Sangat Setuju, 39,19%Setuju, 7,53% Tidak Setuju, dan tidak terdapat siswa yang menyatakan Sangat Tidak Setuju. Prosentase rata-rata respon siwa pada aspek ini sebesar 83%. Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar siswa tertarik dan dapat mengembangkan kemampuan yang dimilikinya pada saat strategi brain based learning di terapkan pada pembelajaran matematika.
2) Perasaan
Pembelajaran yang bermakna dapat menjadikan menimbulkan persaan suka dan gembira, perasaan tersebut secara tidak langsung akan memberikan kenyamaan belajar pada
saat proses pembelajaran berlangsung. Terdapat 2 pernyataan
Tabel. 2 Respon Siswa pada Aspek
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa siswa54,36% menyatakan Sangat Setuju, 43,68%Setuju, 1,94% Tidak Setuju, dan tidak terdapat siswa yang menyatakan Sangat Tidak Setuju. Prosentase rata-rata respon siwa pada aspek ini sebesar 86%. Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar siswa menyukai dan merasa gembira pada saat strategi brain based learning di terapkan pada pembelajaran matematika.
3) Penyajian Informasi
Teknik mengajar yang baik dapat menjadikan siswa mudah memahami pembelajaran yang disampaikan oleh guru. Terdapat 1 penyataan yang
mewakili aspek penyajian informasi, berikut perhitungan respon siswa pada aspe penyajian informasi:
Tabel. 3 Respon Siswa pada Aspek Penyajian Informasi
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa siswa64,76%
menyatakan Sangat Setuju, 13,42%Setuju, 3,81% Tidak Setuju, dan tidak terdapat siswa yang menyatakan Sangat Tidak Setuju. Prosentase rata-rata respon siwa pada aspek ini sebesar 87,5%. Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar siswa menyatakan teknik mengajar yang dibawakan oleh guru dengan menerapkan strategi brain based learning sangatlah baik.
based learning pada pembelajaran matematika kemudian direkapitulasi dalam sajian berbentuk prosentase rata-rata pada setiap aspek. Data rekapitulasi ini dimaksudkan mempermudahkan pembaca untuk mengetahui hasil respon siswa terhadap strategi brain based learning.
Gambar. 1 Rekapitulasi Hasil Respos Siswa Terhadap Strategi Brain Based
Learning
Gambar. 1 di atas menunjukan bahwa 32,79% siswa menyatakan tertarik
dan dapat mengambangkan kemampuannya pada saat pembealjaran berlangsung, 50,82% siswa menyukai dan merasa gembira pada saat proses belajar mengajar di kelas, dan 16,39% siswa menyatakan teknik mengajar yang dibawakan oleh guru dengan menerapkan strategi brain based learning baik digunakan pada pembelajaran matematika lainnya.
2. Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa
Tabel. 4 Hasil Tes Kelas Penelitian
Pretes Postes
N Valid 30 30
Missing 0 0
Mean 57,2000 79,6000
Median 59,0000 80,0000
Mode 63,00 85,00
Std. Deviation 7,61758 5,78106 Variance 58,028 33,421
Minimum 35,00 65,00
Maximum 68,00 88,00
Sum 1716,00 2388,00
Tabel. 4 di atas menunjukkan jumlah siswa pretes dan postest sebanyak 30 siswa. Missing 0 menunjukkan bahwa data yang hilang adalah nol, dengan demikian tidak ada data yang belum diproses. Mean atau rata-rata pretes sebesar 57,2. Median atau titik tengah pada Tabel. di atas sebesar 59, menunjukkan bahwa 50% rata-rata
sampel memperoleh skor pretes di atas 59, dan 50% sampel lainnya rata-rata memperoleh skor di bawah 59. Mode didapat 63 sementara nilai minimal dan maksimal masing-masing sebesar 35 dan 68. Sedangkan data postes diperoleh mean atau rata-rata postest sebesar 79,6. Median diperoleh dengan cara mengurutkan semua data yang sama besar dibagi dua. Median atau titik tengah pada Tabel. di atas sebesar 80, menunjukkan bahwa 50% rata-rata sampel memperoleh skor postes di atas 80, dan 50% sampel lainnya rata-rata 32,79%
50,82% 16,39%
Minat
Perasaan
Penyajian Informasi
57,2
memperoleh skor postes di bawah 80. Mode didapat 85 sementara nilai minimal dan maksimal masing-masing sebesar 65 dan 88. Berikut adalah grafik hasil belajar kelas eksperimen:
Gambar. 2 Hasil Tes Keterampilan Berpikir Kreatif
Keterampilan berpikir kreatif siswa yang diukur dengan instrumen tes essay/uraian yang terdiri dari 5 butir soal (a,b) yang mencakup aspek berpikir lancar (fluency) pada soal nomor 2 (a,b), berpikir luwes (flexibility) pada soal nomor 1 (a,b), berpikir orisinal (originality) pada soal nomor 3 (a,b), dan bepikir elaborasi (elaboration) pada soal nomor 4 dan 5 (a,b). Berikut hasil analisis keterampilan berpikir kreatif pada kelas penelitian yang dilihat dari jawaban siswa pada setiap butir soal berdasarkan aspek keterampilan berpikir kreatif yang ukur:
1) Berpikir luwes (flexibility)
Hasil pretes dan postes butir soal berpikir kreatif untuk aspek berpikir
luwes (flexibility) ditunjukan pada Gambar 3 berikut ini:
Gambar. 3 Peningkatan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa pada Aspek
Berpikir Luwes (Flexibility) Skor pretes pada soal 1a sebagian besar siswa mendapat skor 2 dan 3 yaitu 43,3% mendapat skor 2 dan 46,7% mendapatkan skor 3. Setelah dilakukannya kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan strategi Brain Based Learning mengalami peningkatan dengan sebagian besar siswa mendapat skor 3 dan 4 yaitu 33,3% mendapat skor 3 dan 50% mendapat skor 4.
Skor pretes pada soal 1b sebagian besar siswa mendapat skor 2 dan 3
dan 43,3% mendapat skor 4. Dari hasil di atas menunjukkan strategi Brain Based Learning dapat mempengaruhi Keterampilan berpikir kreatif siswa. Karena mengalami peningkatan, berikut gambaran peningkatan keterampilan berpikir kreatif siswa pada aspek berpikir luwes (flexibility).
2) Berpikir lancar (fluency)
Hasil pretes dan postes butir soal berpikir kreatif untuk aspek berpikir lancar (fluency) ditunjukan pada Gambar. 4 berikut ini:
Gambar. 4 Peningkatan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa pada Aspek
Berpikir Lancar (fluency)
Skor pretes pada soal 2a sebagian besar siswa mendapat skor 2 dan 3 yaitu 40% mendapat skor 2 dan 46,7% mendapatkan skor 3. Setelah dilakukannya kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan strategi Brain Based Learning mengalami peningkatan dengan
sebagian besar siswa mendapat skor 3 dan 4 yaitu dengan masing-masing presentase keduanya 43,3%.
Skor pretes pada soal 2b sebagian besar siswa mendapat skor 1 dan 3 yaitu 30% mendapat skor 1 dan 50% mendapatkan skor 3. Setelah dilakukannya kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan strategi Brain Based Learning mengalami peningkatan dengan sebagian besar siswa mendapat skor 3 dan 4 dengan masing-masing presentase sebesar 46,7%. Dari hasil di atas menunjukkan strategi Brain Based Learning dapat mempengaruhi Keterampilan berpikir kreatif siswa. Karena mengalami peningkatan, berikut gambaran peningkatan
keterampilan berpikir kreatif siswa pada aspek berpikir lancar (fluency). 3) Berpikir orisinal (originality)
Hasil pretes dan postes butir soal berpikir kreatif untuk aspek berpikir orisinal (originality) ditunjukan pada Gambar. 5 berikut ini:
Gambar. 5 Peningkatan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa pada Aspek
Berpikir Orisinal (Originality)
Skor pretes pada soal 3a sebagian besar siswa mendapat skor 2 dan 3 yaitu 33,3% mendapat skor 2 dan 50% mendapatkan skor 3. Setelah dilakukannya kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan strategi Brain Based Learning mengalami peningkatan dengan sebagian besar siswa mendapat skor 3 dan 4 yaitu dengan masing-masing presentase keduanya 40%.
Skor pretes pada soal 3b sebagian besar siswa mendapat skor 2 dan 3 yaitu 43,3% mendapat skor 2
dan 36,7% mendapatkan skor 3. Setelah dilakukannya kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan strategi Brain Based Learning mengalami peningkatan dengan sebagian besar siswa mendapat skor 3 dan 4 yaitu 50% mendapat skor 3 dan 33,3% mendapat skor 4. Dari hasil di atas menunjukkan strategi Brain Based Learning dapat mempengaruhi Keterampilan berpikir kreatif siswa. Karena mengalami peningkatan, berikut gambaran peningkatan
keterampilan berpikir kreatif siswa pada aspek berpikir orisinal (originality).
4) Berpikir elaborasi (elaboration) Hasil pretes dan postes butir soal berpikir kreatif untuk aspek berpikir elaborasi (elaboration) ditunjukan pada Gambar. 6 berikut ini:
Gambar. 4.6 Peningkatan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa
pada Aspek Berpikir Elaborasi (elaboration)
Skor pretes pada soal 4a sebagian besar siswa mendapat skor 2 dan 3 yaitu 46,7% mendapat skor 2 dan 40% mendapatkan skor 3. Setelah dilakukannya kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan strategi Brain Based Learning mengalami peningkatan dengan sebagian besar siswa mendapat skor 3 dan 4 yaitu 46,7% mendapat skor 3 dan 33,3% mendapat skor 4.
33,3% mendapatkan skor 3. Setelah dilakukannya kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan strategi Brain Based Learning mengalami peningkatan dengan sebagian besar siswa mendapat skor 3 dan 4 yaitu 43,3% mendapat skor 3 dan 30% mendapat skor 4.
Skor pretes pada soal 5a sebagian besar siswa mendapat skor 2 dan 3 dengan masing-masing presentase sebesar 43,3%. Setelah dilakukannya kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan strategi Brain Based Learning mengalami peningkatan dengan sebagian besar siswa mendapat skor 3 dengan presentase 56,7%.
Skor pretes pada soal 5b sebagian
besar siswa mendapat skor 2 dan 3 yaitu 46,7% mendapat skor 2 dan 43,3% mendapatkan skor 3. Setelah dilakukannya kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan strategi Brain Based Learning mengalami peningkatan dengan sebagian besar siswa mendapat skor 3 dan 4 yaitu 40% mendapat skor 3 dan 33,3% mendapat skor 4. Dari hasil di atas menunjukkan strategi Brain Based Learning dapat mempengaruhi Keterampilan berpikir kreatif siswa. Karena
mengalami peningkatan, berikut gambaran peningkatan keterampilan berpikir kreatif siswa pada aspek berpikir elaborasi (elaboration). 3. Strategi Brain Based Learning
Dapat Menjadikan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa Lebih Baik 1) DeskripsiGain
Tabel. 5 N-Gain
Postest Pretest
N Valid
30 30
Missing 0 0
Mean ,5067 ,3357
Median ,5250 ,3300
Mode ,63 ,33
Std. Deviation ,17129 ,15679 Variance ,029 ,025
Minimum ,05 ,00
Maximum ,77 ,64
Sum 15,20 10,07
Berdasarkan Tabel. 5 di atas, hasil
analisis indeks gain ternormalisasi pada kelas yang diteliti menunjukkan peningkatan rata-rata indeks gain ternormalisasi dari pretes ke postes adalah sebesar 0,51 dengan kategori Sedang.
4. Uji Prasyarat 1) UjiNormalitas
Ttabel. 6 Tests of Normality
Statistic df Sig. Statistic Df Sig. Kuesioner .144 30 .117 .965 30 .416 Postes .118 30 .200* .962 30 .344
Hasil uji normalitas pada Tabel. 6 Test of normality di atas menunjukkan nilai signifikan pada uji kolmogorov sebesar 0,117 dan menurut uji Shapiro-wilk menunjukkan nilai signifikan sebesar 0,416, untuk signifikansi strategi brain based learning. Sedangkan nilai signifikan pada uji kolmogorov sebesar 0,200 dan menurut uji Shapiro-wilk menunjukkan nilai signifikan sebesar 0,344, untuk signifikansi keterampilan berpikir kreatif siswa. Karena kedua uji tersebut nilai signifikan berada di atas
0,05. Maka data berdistribusi normal. 2) Uji Homogenitas
Analisis berikutnya dilakukan dengan uji homogenitas untuk mengetahui populasi varians, mempunyai varians yang sama atau berbeda. Uji homogenitas dilakukan dengan uji Lavene (Lavene Test). Berikut data hasi uji homogenitas:
Tabel. 7Test of Homogeneity of Variances
Strategi Brain Based Learning Levene Statistic df1 df2 Sig.
2.576 6 19 .054
Tabel. 7 hasil uji homogenitas Lavene Test di atas, menunjukan tingkat signifikansi atau nilai probabilitas berada di atas 0,05. Oleh karena probabilitas > 0,05, maka dapat diketahui bahwa data yang diperoleh dari respon terhadap strategi brain based learning dan hasil tes keterampilan berpikir kreatif adalah homogen.
5. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dimaksudkan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh dari penerapan strategi brain based learning terhadap keterampilan berpikir kreatif siswa pada kelas yang menjadi sampel penelitian. Berikut hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini:
𝐻0= Tidak terdapat pengaruh penerapan strategi brain based learning terhadap keterampilan berpikir kreatif siswa
𝐻𝑎= Terdapat pengaruh
penerapan strategi brain based learning terhadap keterampilan berpikir kreatif siswa
Dasar pengambilan keputusan adalah:
Jika nilai sig. < 0,05 maka𝐻0 ditolak,
Tabel. 8 Uji Hipotesis
Model
Unstandardized Coefficients
Standar dized Coeffic ients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Con stant )
2.240 3.025 .74
0 .04
0
Ang
ket .801 .106 .820 7.5
86 .00
0 a. Dependent Variable: Keterampilan Berpikir Kreatif
Berdasarkan output di atas hasil analisis SPSS versi 17.0 menunjukan bahwa nilai thitung sebesar 7,58 serta nilai
signifikan dari variabel bebas (strategi brain based learning) sebesar 0,00. Karena nilai signifikan 0,00 < 0,05
dengan pengujian dua sisi (α=0,05) dan diperoleh ttabel sebesar 2,048 Karena nilai
thitung>ttabel yaitu 7,58 > 2,048 sehingga Ho
ditolak dan Ha diterima. Artinya terdapat
pengaruh penerapan strategi brain based learning terhadap keterampilan berpikir kreatif siswa.
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data penelitian maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh penerapan strategi brain based learning terhadap keterampilan berpikir kreatif siswa di SMAN 8 Kota Cirebon.
DAFTAR PUSTAKA
Aqib, Z. (2013). Model-model, Media, dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (inovatif). Bandung: CV Yrana Widya.
Arikunto, S. (2000). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. B. Uno, H., & Kuadrat, M. (2009).
Mengelola Kecerdasan dalam Pembelajaran: Sebuah Konsep Pembelajaran Berbasis Kecerdasaan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Baskoro, E. P. (2013). Modul Perkuliahan Evaluasi Pembelajaran. Cirebon: IAIN Syekh Nurjati.
Caine, R. N., Caine, G., McClintic, C., & Klimek, K. (2008). The 12 brain/mind learning principles in action. Developmental Psychology, 11.
Depdikbud. (1996). Tujuan Pembelajaran Matematika. Jakarta: Dirjent PMTK Depdikbud.
Depdiknas. (2008). Kreativitas. Jakarta: Ditjen PMTK Depdiknas.
Dunman, B. (2010). The effects of brain-based learning on the academic achievement of students with different learning styles. Educational Sciences: Theory and Practice., 9.
Fisika Siswa SMP. Bandung: Skripsi: Universitas Pendidikan. Tidak diterbitkan.
Filsaime, K. D. (2007). Menguak Rahasia Berpikir Kritis dan Kreatif. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Hadianto, B., Harahap, S., & Budi, N. (2007). Suatu Tinjauan Mengenai Brainware Managent. Jurnal Management. Volume 6 No. 2, 3. Hadjar, I. (1996). Dasar-dasar
Metodologi Penelitian Kuantitatif dalam Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Hartono. (2009). Perbandingan Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Aplikasi Matematika pada Pembelajaran Open-Ended dengan Konvensional di Sekolah Menengah Pertama. Bandung: Disertasi. SPS. UPI. Tidak dipublikasikan.
Hasan, I. (2009). Analisis Data Penelitian dengan Statistika. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Hayati, N. (2010). Menstimulus Otak Kiri dan Otak Kanan Anak dengan Flash Card. Peran Otak Manusia, 3.
Jensen, E. (2011). Pembelajaran Berbasis Otak. Jakarta: Indeks. Junaedi. (2008). Stategi Pembelajaran:
Edisi Pertama. Surabaya: Lapis-PGMI.
Khoiri, W. (2013). 7) Iimplementasi Model Problem Based Learning
Berbantuan Multimedia untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Kelas VII SMP Negeri 4 Kudus Pada Materi Segitiga. Semarang: Skripsi:UNES. tidak diterbitkan.
Kusmariyatni, N. (2012). Strategi Brain Based Learning dan Hasil Belajar IPA Siswa Sekolah Dasar. Bandung: UPI. Skripsi tidak diterbitkan.
Kusmawati, E. (2013). Keefektifan Pembelajaran Kooperatif Team Assisted Individualization (TAI) Berbantuan Alat Peraga Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Pada Materi Geometri Kelas-VIII. Semarang: UNES. Skripsi tidak diterbitkan.
Luwshe, C. H. (1975). A Quantitative Approach to Content Validity. Indiana: Bowling Green State University.
Majid, A. (2014). Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Manfaat, B. (2011). Modul Statistika untuk Mahasiswa Jurusan Non-Matematika. Cirebon: IAIN Syekh Nurjati.
Mardapi, D. (2008). Teknik Penyusunan Instrumen Tes dan Non Tes. Yogyakarta: Mitra Cendiki Press.
Meier, D. (2002). The Accelerated Learning Handbook. Bandung: Kaifa.
Mewujudkan Potensi Kreatif & Bakat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Noor, J. (2012). Metodelogi Penelitian . Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Nurhayati. (2014). Peningkatan Aktivitas Siswa Pada Materi Turunan Fungsi Melalui Pendekatan Konstruktivisme di Kelas XI IPA 5 SMAN 15 Palembang. Journal of mathematics an education. Volume 1 Edisi 1, 2.
Poniman, F. (2011). STFIn Personality: Mengenal Mesin Kecerdasan Anda. Bekasi: PT. STIFIn Fingerprint.
Rachmawati, Y., & Kurniati, E. (2010). Strategi Pengembangan Kreativitas Pada Anak. Jakarta: Kencana.
Rahayu, P. T. (2012). Perbandingan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa antara yang Menggunakan Model Pembelajaran Number Head Together (NHT) dengan Discovery Learning Pada Pembelajaran Matematika di SMP Negeri 1 Sliyeg Indramayu. Cirebon: IAIN Syekh Nurjati. Skripsi tidak diterbitkan.
Rahmatina, S., Sumarno, U., & Johar , R. (2014). Tingkat Berpikir Kreatif Siswa dalam Menyelsaikan Masalah Matematika Berdasarkan Gaya Kognitif Reflektif dan Impulsif. Jurnal Didaktik Matematika, 4.
Rahmi, Y., Helma , & Mirna. (2012). pengaruh Nilai Mand map Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa. Jurnal Pendidikan Matematika. Vol. 1 Part 3, 1.
Ramadhani, A. (2012). Keefektifan Strategi Brain Based Learning Terhadap Peningkatan Prestasi Belajar IPA pada Siswa Cerebral Palsy Kelas VI di SLBN 1 Bantul. Yogyakarta: Skripsi: Universitas Negeri Yogyakarta. Tidak diterbitkan.
Riduwan, & Kuncoro, E. A. (2008). Cara Menggunakan dan Memakai Analisis Jalur (Path Analysis). Bandung: Alfabeta.
Riduwan, Rusyana, A., & Enas. (2013). Cara Mudah Belajar SPSS Versi 17.0 dan Aplikasi Statistik Penelitian. Bandung: Alfabeta. Rohmayasari. (2010). Pengaruh
Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Kontekstual (CTL) Terhadap Kemampuan Berpikir Analitis dan Kreatif Siswa SMA di Jawa Barat. Bandung: Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika FKIP UNPAS. Tidak diterbitkan.
Rubiyanti, Y. (2007). Learning and Memory. Jurnal Biopsycology, 8.
Sapa’at, A. (2009). Brain Based Learning (Online). Dipetik Oktober Rabu,
2014, dari
Siswono. (2004). Identifikasi Proses Berpikir Kreatif dalam Pengajuan Masalah (Problem Posing) Matematika Berpadu dengan Model Wallas dan Creative Problem Solving (CPS). Semarang: Jurusan Matematika UNES.
Sugiyono. (2013). Metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sukamdinata, N. S. (2004). Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi. Bandung: Kusuma Karya.
Sukmadinata, N. S. (2006). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sumarno, & Wustqa, D. U. (2014). Pengembangan Perangkat Pembelajaran pada Materi Pokok Kalkulus SMA kelas XI Semester 2. Jurnal Riset Pendidikan Matematika. Volume 1. Nomor 2, 5.
Surapranata, S. (2004). Analisis, Validitas, Reliabilitas dan Interpretasi Hasil Tes: Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Suryabrata, S. (2008). Metodologi Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Syamsussabri, M. (2013). Konsep Dasar Pertumbuhan dan Perkembangan Peserta didik. Perkembangan Peserta didik, 3.
Supardi. (2012). Peran Berpikir Kreatif dalam Pembelajaran Matematika. Jurnal Pendidikan Matematika, 6. Tafsir, A., Fathurrahman, P., Ruswandi, U., Badruddin, Syah, M., Kariandinata, R., et al. (2010). Pengembangan Wawasan Profesi Guru. Bandung : Uin Sunan Gunung Djati.
Vinayastri, A. (2012). Pengaruh Pola Asuh (Parenting) Orang Tua Terhadap Otak Anak Usia Dini. Jurnal Ilmiyah WIDYA, 9.
Whitehurst, G. J. (2003). Nasional Center For Education Statistics. The Condition Of Education, 8.
Wulandari, D. A. (2013). 4) Penerapan Desain Pembelajaran Kimia Berbasis Brain Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan hasil Belajar Siswa SMA Negeri 1 Tengaran. Semarang: Skripsi: UNES. Tidak diterbitkan.