• Tidak ada hasil yang ditemukan

EJAAN DAN TATA BAHASA MAKALAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "EJAAN DAN TATA BAHASA MAKALAH"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

EJAAN DAN TATA BAHASA MAKALAH

Digunakan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia

Oleh :

Intan Faoziyah : 2013143011

Jaidi Yusuf : 2013141323

Moh. Ridwan Haqi : 2013141834

Wendi Saputra : 201314

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNIK

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Sang pencipta langit dan bumi serta segala isinya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta kasih sayang-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah tanpa ada halangan apapun sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.. Tak lupa pula shalawat dan salam penulis panjatkan kepada Rasulullah Muhammad SAW yang telah diutus ke bumi sebagai lentara bagi hati manusia, Nabi yang telah membawa manusia dari zaman kebodohan menuju zaman yang penuh dengan pengetahuan yang luar biasa seperti saat ini.

Makalah yang berjudul ”EJAAN DAN TATA BAHASA” disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah Bahasa Indonesia pada Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknik, Universitas Pamulang.

Selama proses penulisan makalah ini, penulis mengalami beberapa hambatan maupun kesulitan yang terkadang membuat penulis berada di titik terlemah. Maka selanjutnya dengan segala kerendahan hati penulis ucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Kasih, M.Pd selaku pembimbing

2. Ayah dan ibu penulis yang telah memberi doa restu, dan dorongan yang tak pernah putus.

3. Teman-teman 04 TPLP C yang selalu memberi semangat, sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik.

Penulis menyadari bahwa tak ada gading yang tak retak, begitu juga dengan makalah ini yang tak luput dari kekurangan. Sehingga dibutuhkan saran dan kritik yang membangun untuk menciptakan karya yang lebih baik lagi dimasa yang akan datang. Semoga Allah SWT menilai ibadah yang penulis kerjakan dan senantiasa membimbing kita ke jalan yang diridhoi-Nya. Amien.

Pamulang , April 2015

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI...ii

DAFTAR TABEL...iii

BAB I PENDAHULUAN...1

1.1 Latar Belakang...2

1.2 Rumusan Masalah...2

1.3 Tujuan...2

1.4 Manfaat...2

BAB II PEMBAHASAN...4

2.1 Tinjauan Studi...4

2.2 Landasan Teori...5

2.2.1 Hakikat Ejaan...5

2.3 Ejaan...5

2.3.1 Pengertian Ejaan...5

2.3.2 Perkembangan Ejaan, Persamaan Dan Perbedaan Ejaan...8

2.3.3 Fungsi Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)...11

2.3.4 Penggunaan Huruf Kapital...12

2.3.5 Penulisan Tanda Baca...17

2.3.6 Penulisan Akronim dan Singkatan...29

2.3.7 Penulisan Angka dan Lambang...30

2.3.8 Penulisan Kata Asing atau Huruf Miring...33

2.3.9 Penulisan Kata...34

BAB III PENUTUP...4

3.1 Kesimpulan...39

(4)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Huruf Abjad...6

Tabel 1.2 Hueur Vokal...6

Tabel 1.3 Huruf Konsonan...7

Tabel 1.4 Huruf Diftong...8

Tabel 1.5 Pemakaian Huruf Di Tiga Ejaan...11

(5)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam pemakaian Bahasa Indonesia sering kali kita jumpai kata-kata yang dieja atau diucap dengan tidak tepat. Kesalahan dalam pengejaan atau pengejaan kata-kata tertentu sering kita baca dan kita dengar. Kesalahan pengucapan kata-kata itu kadang terdapat di kesalahan ejaan.

Dalam pemakaian Bahasa Indonesia dalam situasi resmi, salah eja atau salah ucap hendaknya dihindari. Dengan kata lain sebaiknya dalam situasi resmi kita menggunakan ejaan yang baku. Salah eja atau salah ucap kadang terjadi karena pengaruh tata bahasa atau dialek. Misalkan Senin, Rabu, Kamis, Nomor, sering dieja atau diucap Senen, Rebo, Kemis, Nomer. Kadang ejaan sudah benar tetapi diucap dengan tidak benar.

Salah eja sering dijumpai dalam penulisan kata-kata yang berasal dari bahasa asing contoh: sistim, kongkrit, kwitansi, resiko. Ejaan yang benar pada kata-kata tersebut adalah sistem, konkrit, kuitansi, risiko. Ejaan digunakan agar pembaca lebih memahami makna kata, untuk membedakan atau diskriminasi dalam makna, dan lain sebagainya.

Sedangkan tata bahasa merupakan hal yang penting karena dengan tata bahasa yang baik dan benar akan memperlihatkan karakter seseorang atau pribadi dalam berinteraksi satu sama lain.

(6)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka tim penyusun mengajukan beberapa rumusan masalah, di antaranya:

1. Apakah EYD itu?

2. Apa saja macam ejaan yang ada dalam Bahasa Indonesia? 3. Apa saja yang perlu diperhatikan dalam EYD?

4. Bagaimakah penggunan tanda baca yang sesuai dengan kaidah yang berlaku dalam EYD?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan yang ingin dicapai oleh tim penyusun adalah:

1. Mengetahui pengertian EYD. 2. Mengetahui jenis-jenis ejaan.

3. Mengetahui kaidah-kaidah yang berlaku dalam EYD.

4. Mengetahui dan memahami tanda baca yang ada di dalam Bahasa Indonesia dan cara penggunaannya yang baik.

1.4 Manfaat

1. Manfaat Teoritis

Untuk menambah keilmuan pada bidang studi Bahasa Indonesia khususya mengenai Ejaan dan Tata Bahasa.

2. Manfaat Praktis a. Bagi penulis

(7)

b. Bagi Pembaca

Supaya makalah ini dapat memberi atau menambah wawasan anda akan pentingnya ejaan dan tata bahasa yang baik dan benar. Serta membuat pembaca lebih mudah dalam memahami bacaan. Pembaca dapat belajarbagaimana cara membuat ejaan yang benar.

c. Bagi Dunia Pendidikan

Untuk memberi pembelajaran dalam bertata bahasa dan pengejaan dalam situasi yang formal. Serta diharap dapat memberi motivasi lebih kepada kalangan peserta didik mengenai ejaan.

d. Bagi Peneliti lain

(8)

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Tinjauan Studi

Dalam penelitian ilmiah atau membuat sebuah makalah pengertiaan ejaan sangatlah beragam. Dalam makalah ini peneliti mengambil dua buku sebagai tinjauan studi.

Dalam buku PENGAJARAN EJAAN BAHASA INDONESIA yang ditulis Prof. Dr. Henry Guntur Taringan menyebutkan bahwa Ejaan adalah cara atau aturan menulis kata-kata dengan huruf menurut disiplin ilmu bahasa.

Sedangkan dalam buku BAHASA INDONESIA UNTUK PERGURUAN TINGGI cetakan pertama disebutkan Ejaan merupakan keseluruhan peraturan melambangkan bunyi ujaran, pemisahan dan penggabungan kata, penulisan kata huruf, dan tanda baca.

Kalau kita berbicara mengenai tunjuan, tidak dapat disangkal bahwa tujuan yang tersebar luas dan dapat diterima umum bagi pengajaran adalah membantu menulis kata-kata yang diperlukan dalam menyajikan karya tulis.

Bidang lain yang erat hubungannya dengan perbaikan atau peningkatan kemampuan mengeja, antara lain:

a. Kebiasaan-kebiasaan dan keterampilan perkamusan apa yang hendak dikembangkan;

b. Kaidah-kaidah dan generasi ortografis lainya yang hendak dipelajari; c. Pengetahuan fonik apa yang diperoleh;

d. Penekanan apa yang harus diutamakan pada koreksi cetak cobaan (proof reading);

e. Seberapa jauh perhatian yang harus diperhatikan pada makna dan derivisi kata;

(9)

Ejaan dan tata bahasa sangatlah penting dalam kehidupan sehari-hari, ditambah lagi jika salah mengeja menyebabkan pembaca salah pemahaman. Walaupun pengajaran ejaan relatif sederhana bila dibanding pengajaran bidang studi lain.

2.2 Landasan Teori 2.2.1 Hakikat Ejaan

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (KUBI) mendapat penjelasan sebagai berikut:

Ejaan merupakan cara atau aturan menuliskan kata-kata dengan huruf; Misalnya: kata “huruf” dahulu dalah “hoeroef” (Henry dalam Poerwadarminta; 2009:2).

Dalam Ensiklopedia Indonesia (jilid 2) dapat dibaca penjelasan sebagai berikut: Ejaan merupakan cara menulis kata-kata menurut disiplin ilmu bahasa (Henry dalam Shadily;2009:2)

Sedangkan menurut (Alex; 2010:259) ejaan adalah keseluruhan peraturan melambangkan bunyi ujaran, pemisahan dan penggabungan kata, penulisan kata huruf, dan tanda baca.

Dari rangkaian diatas maka penulis menyimpulkan Ejaan adalah aturan pelambangan bunyi ujaran tentang cara menuliskan bahasa dengan menggunakan huruf, kata, dan tanda baca sebagai sarananya menurut disiplin ilmu bahasa.

2.3 Ejaan

2.3.1 Pengertian Ejaan

Pemahaman ejaan merupakan suatu aspek penting dalam mendukung penggunaan bahasa Indonesia yang benar. Penulis melakukan pembahasan ini melalui referensi dari berbagai sumber, baik dari buku pelajaran maupun media elektronik.

Ejaan biasanya memiliki tiga aspek yaitu

(10)

Huruf Nama Huruf Nama Huruf Nama

Tabel 1.1 Huruf Abjad

Huruf Vokal Contoh pemakaian dalam kata

Di awal Di tengah Di akhir

A

Tabel 1.2 Huruf Vokal

Huruf konsonan Contoh pemakaian dalam kata

Di awal Di tengah Di akhir

(11)

g

Tabel 1.3 Huruf Konsonan

Huruf Diftong Contoh pemakaian dalam kata

Di awal Di tengah Di akhir

Ai

(12)

2. aspek morfologis yang menyangkut penggambaran satuan-satuan morfemis atau kata jadian.

Misal:

 dj jarum ↔ j jarum

 tj tjut ↔ c cut

 nj njawa ↔ ny nyawa

3. aspek sintaksis yang menyangkut penanda ujaran berupa tanda baca.

2.3.2 Perkembangan Ejaan, Persamaan Dan Perbedaan Ejaan

Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) adalah ejaan Bahasa Indonesia yang berlaku sejak tahun 1972. Ejaan ini menggantikan ejaan sebelumnya, Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi.Pada 23 Mei 1972, sebuah pernyataan bersama telah ditandatangani oleh Menteri Pelajaran Malaysia pada masa itu, Tun Hussien Onn dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Mashuri. Pernyataan bersama tersebut mengandung persetujuan untuk melaksanakan asas yang telah disepakati oleh para ahli dari kedua negara tentang Ejaan Baru dan Ejaan Yang Disempurnakan.

Pada tanggal 16 Agustus 1972, berdasarkan Keputusan Presiden No. 57, Tahun 1972, berlakulah sistem ejaan Latin (Rumi dalam istilah bahasa Melayu Malaysia) bagi bahasa Melayu dan bahasa Indonesia. Di Malaysia ejaan baru bersama ini dirujuk sebagai Ejaan Rumi Bersama (ERB).

Selanjutnya Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menyebarluaskan buku panduan pemakaian berjudul "Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan". Pada tanggal 12 Oktober 1972, Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, menerbitkan buku "Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan" dengan penjelasan kaidah penggunaan yang lebih luas.

Setelah itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat putusannya No. 0196/1975 memberlakukan "Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah".

(13)

1. Ejaan Van Ophuysen 2. Ejaan Suwandi

3. Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)

2.3.2.1 Ejaan Van Ophuysen

Ejaan Van Ophuysen disebut juga Ejaan Balai pustaka. Masyarakat pengguna bahasa menerapkannya sejak tahun 1901 sampai 1947.Ejaan ini merupakan karya Ch.A. Van Ophuysen, dimuat dalam kitab Logat Melayoe (1901).

Ciri khusus ejaan Van Ophuysen:

1. Ejaan ini digunakan untuk menuliskan kata-kata Melayu menurut model yang dimengerti oleh orang Belanda, yaitu menggunakan huruf Latin dan bunyi yang mirip dengan tuturan Belanda,

Antara:

Huruf (u) ditulis (oe).

Komahamzah (k) ditulis dengan tanda (’) pada akhir kata.

Misalnya: bapa’, ta’

2. Jika pada suatu kata berakhir dengan huruf (a) mendapat akhiran (i), maka di atas akhiran itu diberi tanda trema (”)

3. Huruf (c) yang pelafalannya keras diberi tanda (’) diatasnya 4. Kata ulang diberi angka 2,

Misalnya: janda2 (janda-janda)

5. Kata majemuk dirangkai ditulis dengan 3 cara :

 Dirangkai menjadi satu, misalnya (hoeloebalang, apabila)

 Dengan menggunakan tanda penghubung misalnya, (rumah-sakit)

 Dipisahkan, misalnya (anaknegeri)

6. Huruf hidup yang diberi titik dua diatasnya seperti ä, ë, ï dan ö, menandai bahwa huruf tersebut dibaca sebagai satu suku kata, bukan dipotong, sama seperti ejaan Bahasa Belanda sampai saat ini.

(14)

2.3.2.2 Ejaan Republik/ Ejaan Suwandi

Ejaan Republik dimuat dalam surat keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mr. Soewandi No.264/Bhg. A tanggal 19 maret 1947.Sebab ejaan ini disebut sebagai Ejaan Suwandi. Sistem ejaan suwandi merupakan sistem ejaan latin untuk Bahasa Indonesia.

Ciri khusus Ejaan Republik/ Suwandi :

1. Huruf (oe) dalam ejaan Van Ophuysen berubah menada (u). 2. Tanda trema pada huruf (a) dan (i) dihilangkan.

3. Koma ‘ain dan koma hamzah dihilangkan. Koma hamzah ditulis dengan (k) Misal: kata’ menjadi katak.

4. Huruf (e) keras dan (e) lemah ditulis tidak menggunakan tanda khusus, Misalnya: ejaan, seekor, dsb.

5. Penulisan kata ulang dapat dilakukan dengan dua cara. Misalnya : Berlari-larian ↔ Berlari2-an

6. Penulisan kata majemuk dapat dilakukan dengan tiga cara. Misalnya : Tata laksana ↔ Tata-laksana ↔ Tatalaksana

7. Kata yang berasal dari bahasa asing yang tidak menggunakan (e) lemah (pepet) dalam Bahasa Indonesia ditulis tidak menggunakan (e) lemah,

Misalnya: (putra) bukan (putera), (praktek) bukan (peraktek).

2.3.2.3 Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan

Pada Pada tanggal 16 Agustus 1972 Presiden Republik Indonesia meresmikan pemakaianEjaan Bahasa Indonesia. Peresmian ejaan baru itu berdasarkan Putusan Presiden No. 57,Tahun 1972. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menyebarkan buku kecil yang berjudul Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, sebagai patokan pemakaian ejaan itu.

(15)

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat putusannya No. 0196/1975 memberlakukan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Pada tahun 1987 kedua pedoman tersebut direvisi. Edisi revisi dikuatkan dengan surat Putusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0543a/U/1987, tanggal 9 September 1987.

Ejaan Yang

Tabel 1.5 Perubahan Pemakaian Huruf Dalam Tiga Ejaan Bahasa Indonesia

2.3.3 Fungsi Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)

Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) adalah ejaan Bahasa Indonesia yang berlaku sejak tahun 1972. Ejaan ini menggantikan ejaan yang sebelumnya.

Fungsi Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) adalah sebagai alat pemersatu dan menjadi tolak ukur bagi benar-tidaknya pemakaian bahasa seseorang atau sekelompok orang.

Tujuan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) antara lain: 1. Menciptakan penggunaan bahasa yang baik dan benar 2. Menghindarkan salah tafsir

3. Mempermudah pengucapan

Yang harus diperhatikan dalam EYD antara lain:

1. Penulisan huruf: huruf kapital, huruf kecil, dan huruf miring.

2. Penulisan kata: kata dasar, gabungan kata, kata ulang, kata ganti, kata depan, kata turunan (berimbuhan), kata sandang, partikel, singkatan atau akronim, dan lambang bilangan.

(16)

4. Penulisan tanda baca: tanda titik, tanda koma, tanda tanya, tanda seru, tanda titik koma, tanda titik dua, tanda elipsis, tanda garis miring, tanda apostrof, tanda petik tunggal, dan tanda petik.

5. Pemakaian huruf: huruf abjad, huruf vokal, huruf konsonan, huruf diftong, dan gabungan huruf konsonan.

2.3.4 Penggunaan Huruf Kapital

Istilah huruf kapital yang digunakan disini bersinonim dengan huruf besar. Dalam bahasa Inggris, kedua istilah itu disebut capital letter. Memang, bagi orang tertentu huruf besar bersifat ambiguitas, mengandung makna taksa atau berarti dua. Dengan demikian, dapat terjadi seperti dibawah ini:

Huruf besar berartihuruf yang besar (big letter) atau Huruf besar berartihuruf kapital (capital letter)

Harus kita sadari benar bahwa tidak semua huruf besar meruupakan huruf kapital. Bisa jadi ukuran hurufnya kecil tetapi itu merupakan huruf kapital atau ukuran hurufnya besar tetapi merupakan bentuk huruf kecil.

Dari penjelasan diatas, dapat kita pahami mengapa beberapa ahli lebih menyetujui penggunaan istilah huruf kapital dari pada huruf besar. Penulis juga setuju dengan hal ini.

Berikut kita bicarakan pemakaian huruf kapital dalam bahasa Indonesia.

a. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.

Misalnya:

Dia mengantuk.

Apa maksudnya?

Kita harus bekerja keras.

Pekerjaan itu belum selesai.

b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.

(17)

Adik bertanya, “Kapan kita pulang?”

Bapak menasihatkan, “Berhati-hatilah, Nak!”

“Kemarin engkau terlambat,“ katanya.

“Besok pagi,” kata Ibu, “dia akan berangkat”.

c. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan

Misal:

Allah, Yang Maha Kuasa, Yang Maha Pengasih,

Tuhan akan menunjukkan jalan yang benar kepada hamba-Nya.

Bimbinglah hamba-Mu, ya Tuhan, ke jalan yang Engkau beri rahmat.

d. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.

Misal:

Sultan Hasanudin, Haji Ilham Fauzan, Imam Syafi’i, Nabi Ibrahim

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang.

Misal:

Dia baru saja diangkat menjadi sultan.

Tahun ini ia pergi naik haji

e. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat.

Misal:

Wakil Presiden Jusuf Kalla, Gubernur DKI Jakarta, Profesor Soepomo,

Sekretaris Jendral Depertemen Pertanian.

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang tidak diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat.

Misal:

Siapa gubernur yang baru dilantik itu?

(18)

f. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.

Misal:

Amir Hamzah, Dewi Sartika, Bambang Pamungkas, Ivan Koles.

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran.

Misal:

Mesin diesel, 10 volt, 5 ampere

g. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.

Misal:

Bangsa Indonesia, suku Jawa, bahasa Inggris

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa yang dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan.

Misal:

 mengindonesiakan kata asing, keinggris-inggrisan.

h. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah.

Misal:

 tahun Hijriah, tarikh Masehi, bulan Desember, hari Lebaran, Perang Candu, Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa peristiwa sejarah yang tidak dipakai sebagai nama.

Misal:

 Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsanya.

 Perlombaan senjata membawa resiko pecahnya perang dunia.

i. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.

Misal:

(19)

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yanng tidak menjadi unsur nama diri.

Misal:

 Berlayar ke teluk, mandi di kali, pergi ke arah tenggara.

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama geografi yang digunakan sebagai nama jenis.

Misal:

 Garam inggris, gula jawa, pisang ambon.

j. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama semua unsur nama negara, lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, dan nama dokumen resmi kecuali seperti kata dan.

Misal:

 Republik Indonesia, Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Piagam Jakarta, Kerajaan Iran.

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan resmi negara, lembaga pemerintahan, dan ketatanegaraan, badan, serta nama dokumen resmi.

Misal:

 Menjadi sebuah republik, beberapa badan hukum, menurut undang-undang yang berlaku.

k. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah, dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi.

Misal:

 Undang-Undang Dasar Republik Indonesia, Perserikatan Bangsa-Bangsa, Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial.

l. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan kecuali seperti di, ke, dari, dan, dalam, yang, untuk yang tidak terletak pada posisi awal.

(20)

 Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma

 Dia agen surat kabar dari Sinar Pembangunan.

 Ia menyelesaikan makalah “Asas-Asas Hukum Perdana”.

m. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan.

Misal:

 Dr. Doktor, M.A. Master of Arts, Ir. Insinyur, M.Sc. Master of Science, Ny. Nyonya, Sdr. Saudara, Prof. Profesor

n. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik dan paman yang dipakai dalam penyapaan atau pengacuan.

Misal:

 “Kapan Bapak berangkat?” Tanya Haro.

 Adik bertanya, “Itu apa, Bu?”

 Surat Saudara sudah saya terima

 Mereka pergi ke rumah Pak Camat

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang tidak dipaki dalam pengacuan atau penyapaan.

Misal:

 Kita harus menghormati bapak dan ibu kita.

 Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.

o. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda.

Misal:

 Sudahkah Anda tahu?

 Surat Anda telah kami terima.

2.3.5 Penulisan Tanda Baca

(21)

masing-masing dengan harapan agar pembaca makalah ini trampil memakainya dalam kehidupan sehari-hari. Tanda baca yang akan dibahas sebagai berikut:

a. Tanda titik (.)

1. Tanda titik digunakan pada akhir kalimatyang bukan pernyataan atau seruan.

Misal:

 Ibu saya orang Ngawi.

 Tanggal 1 Mei adalah hari lahir saya.

2. Tanda titik digunakan pada akhir singkatan nama orang.

Misal:

 S. Takdir Ali Syahbana

 Moh. Hatta

3. Tanda titik digunakan pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan.

Misal:

 Prof. Profesor

 P.M. Perdana Menteri

4. Tanda titik digunakan pada singkatan kata atau ungkapan yang sudah sangat umum. Pada singkatan terdiri atas tiga huruf atau lebih hanta dipakai satu titik.

Misal:

 a.n. atas nama

 dkk. dan kawan kawan

5. Tanda titik digunakan di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar.

Misal:

 1. Tinjauan Umum

1.1 Keterampilan berbahasa

(22)

1.1.2 Hubungan antara Menyimak dan Membaca

6. Tanda titik digunakan untuk memisahkan angka jam, menit, detik yang menunjukkan waktu.

Misal:

 Pukul 1.25.10 (pukul 1 lewat 25 menit 10 detik)

7. Tanda titik digunakan untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukan jangka waktu.

Misal:

 2.10.8 jam (2 jam, 10 menit, 8 detik)

8. Tanda titik tidak digunakan untuk memisahkan angka ribuan, jutaan, dan seterusnya yang tidak menunjukan jumlah.

Misal:

 Ayah Budi meninggal dunia tahun 2005 saat Budi berumur 7 tahun.

 Nomor giro ayah saya 0788899 di Bogor.

9. Tanda titik tidak digunakan dalam singkatan yang terdiri atas huruf-huruf awal kata atau suku kata, atau gabungan keduanya, atau yang terdapat dalam akronim yang sudah diterima oleh masyarakat.

Misal:

 UUD Undang-Undang Dasar

 Sekjen Sekretaris Jenderal

10. Tanda titik tidak digunakan dalam singkatan lambang kimia, satuan, ukuran, takaran, timbangan, mata uang.

Misal:

 H Hidrogen

(23)

11. Tanda titik tidak digunakan judul yang merupakan kepala karangan, atau kepala ilustrasi, tabel dan sebagainya.

Misal:

 Kamus Ungkapan Bahasa Indonesia

 Pengajaran Ejaan Bahasa Indonesia

12. Tanda titik tidak digunakan di belakang alamat pengirim dan tanggal surat, atau nama dan alamat penerima surat.

Misal:

 Jalan Bhayangkara 7

Jakarta 1 April 2015

b. Tanda koma (,)

Kaidah-kaidah penggunaan tanda baca koma (,) adalah sebagai berikut:

1. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.

Misalnya :

 Saya membeli kertas, pena, dan tinta

2. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului dengan kata seperti tetapi, melainkan, sedangkan, dan kecuali.

Misalnya:

 Saya akan membeli buku-buku puisi, tetapi kau yang memilihnya.

3. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya.

Misalnya:

(24)

4. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mengiringi induk kalimatnya.

Misalnya:

 Saya akan datang kalau ada undangan.

5. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antar kalimat yang terdapat pada awal kalimat, seperti oleh karena itu, jadi, dengan demikian, sehubungan dengan itu, dan meskipun begitu.

Misalnya:

Meskipun begitu, dia tidak pernah berlaku sombong kepada siapapun.

6. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seru, seperti o, ya, wah, aduh, dan kasihan, atau kata-kata yang digunakan sebagai sapaan, seperti Bu, Dik, atau Mas dari kata lain yang terdapat di dalam kalimat.

Misalnya:

Wah, bukan main!

7. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.

Misalnya:

 Kata Ibu, "Saya gembira sekali."

8. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru.

Misalnya:

 "Di mana Saudara tinggal?" tanya Pak Guru.

9. Tanda koma dipakai di antara nama dan alamat, bagian bagian alamat, tempat dan tanggal, serta nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.

Misalnya:

(25)

10. Tanda koma dipakai untuk memisahkan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka.

Misalnya:

 Gunawan, Ilham. 1984. Kamus Politik Internasional. Jakarta: Restu Agung. 11. Tanda koma dipakai di antara bagian bagian dalam catatan kaki atau

catatan akhir.

Misalnya:

 Alisjahbana, S. Takdir, Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia. Jilid 2 (Jakarta: Pustaka Rakyat, 1950), hlm. 25.

12. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.

Misalnya:

 Ny. Khadijah, M.A.

13. Tanda koma dipakai di muka angka desimal.

Misalnya:  12,5 m

 Rp 75,25

14. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi.

Misalnya:

 Guru saya, Pak Ahmad, pandai sekali.

15. Tanda koma dapat dipakai–untuk menghindari salah baca/salah pengertian– di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat.

Misalnya:

(26)

c. Tanda Titik Koma (;)

1. Tanda titik koma dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk setara.

Misalnya:

 Ayah mengurus tanaman di kebun; Ibu menulis makalah di ruang kerjanya;

2. Tanda titik koma digunakan untuk mengakhiri pernyataan perincian dalam kalimat yang berupa frasa atau kelompok kata. Dalam hubungan itu, sebelum perincian terakhir tidak perlu digunakan kata dan.

Misalnya:

 Syarat syarat penerimaan pegawai negeri sipil di lembaga ini: - berkewarganegaraan Indonesia;

- berijazah sarjana S1 sekurang-kurangnya;

3. Tanda titik koma digunakan untuk memisahkan dua kalimat setara atau lebih apabila unsur-unsur setiap bagian itu dipisah oleh tanda baca dan kata hubung.

Misalnya:

 Ibu membeli buku, pensil, dan tinta; baju, celana, dan kaos; pisang, apel, dan jeruk.

d. Tanda Titik Dua (:)

Ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan mengenai penggunaan tanda titik dua adalah sebagai berikut:

1. Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap yang diikuti rangkaian atau pemerian.

Misalnya:

 Kita sekarang memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja, dan lemari. 2. Tanda titik dua tidak dipakai jika rangkaian atau pemerian itu merupakan

pelengkap yang mengakhiri pernyataan.

Misalnya:

(27)

3. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.

Misalnya:

 Ketua : Ahmad Wijaya Sekretaris : Siti Nurbaya

4. Tanda titik dua dapat dipakai dalam naskah drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan.

Misalnya:

 Ibu : “Sapu lantainya, Nak!”

Sinjo : “Baik, Bu”

5. Tanda titik dua dipakai di antara jilid atau nomor dan halaman, bab dan ayat dalam kitab suci, judul dan anak judul suatu karangan, serta nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan.

Misalnya:

 Horison, XLIII, No. 8/2008: 8

 Surah Yasin: 9

e. Tanda Hubung (-)

Hal-hal yang perlu diperhatikan sehubungan dengan tanda hubung adalah

1. Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh pergantian baris.

Misalnya:

 Selain mengajar, Benjamin juga melakukan kegiatan peneliti-an yang berkaitan dengan maslah peternakan di NTT.

2. Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya atau akhiran dengan bagian kata di depannya pada pergantian baris.

(28)

 Tandah pada ternak sapi merupakan alat pertahan-an tubuh yang dipakai untuk menghancurkan musuh.

3. Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang. Angka 2 pada kata ulang tidak bisa pakai dalam teks karangan resmi.

Misalnya:

 bapak-bapak (tidak ditulis bapak 2)

 kadang-kadang (tidak ditulis kadang 2)

 berulang-ulang (tidak ditulis ber-ulang2)

4. Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian tanggal.

Milslnya:

 k-e-l-u-r-a-h-a-n

 02-03-2011

5. Tanda hubung dipakai untuk memperjelas (a) hubungan bagian-bagian kata atau ungkapan, dan (b) penghilangan bagian-bagian kelompok kata.

Misalnya:  ber-e volusi  sepuluh-ribuan

 Tanggung jawab- dan kesetiakawanan-sosial

6. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (a) se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf besar, (b) ke- dengan angka, c) angka dengan –an, (d) singkatan berhuruf besar dengan imbuhan atau kata, dan (e) nama jabatan rangkap.

Misalnya:  se- Undana  tahun 2000-an

 mem-PHK-kan

(29)

7. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing.

Misalnya:

di- upgrade, di-cut off f. Tanda Pisah (-)

1. Tanda pisah membatasi penyisipan kata yang memberi penjelasan di luar bangun kalimat.

Misalnya:

 Dengan bekerja bersama -berdasarkan pengalaman saya selama bertahun-tahun-semua target organisasi dapat dicapai.

2. Tanda pisah menegaskan adanya keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas.

Misalnya:

 Temuan Esintain -gaya gravitasi- telah meletakan landasan yang kuat dalam pengembangan bidang penerbangan.

3. Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan, tanggal, atau tempat dengan arti ‘sampai’ atau ‘sampai dengan’.

Misalnya:  1998-2011

 Tanggal 25-04-1965

 Kupang-Soe-Kefa

g. Tanda Elipsis (…)

1. Tanda elpisis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus. Misalnya:

(30)

2. Tanda elpisis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang dihilangkan.

Misalnya:

 Dan, perjuangan pergerakan kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu … bersatu, berdaulat, adil, dan makmur.

Catatan: Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, perlu dipakai empat titik, tiga buah untuk menandai penghilangan teks dan satu buah untuk menandai akhir kalimat.

h. Tanda Tanya (?)

1. Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya, dan untuk menandai bagian kalimat atau pernyataan yang disangsikan kebenarannya.

Misalnya:

 Apakah Anda dalam keadaan sehat?

 Memangnya kamu dari Australian?

2. Tanda tanya digunakan diantara kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenaranya.

Misalnya:

 Dia dilahirkan pada tahun 1833 (?) di Kabanjahe.

 Seminar itu berlangsung di Cilato selama 74 hari (?).

i. Tanda Seru (!)

Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi yang kuat.

Misalnya:

 Alangkah malangnya nasib pemuda itu!

 Keluar dari rumahku sekarang juga!

(31)

j. Tanda Kurung ((…))

1. Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.

Misalnya:

 Dokumen usulan ini dilengkapi dengan lampiran-lampiran (daftar nama anggota, ijasah, surat keterangan berkelakuan baik, dan hasil wawancara) seperti yang disyaratkan.

2. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok pembicaraan.

Misalnya:

 Setiap tahun, ratusan peselancar dari berbagai negara mengadu keahlian dalam Kompetisi Selancar Rote Ndao di Nemberala (pantai yang memiliki gulungan ombak terbaik nomor 2 di dunia)

3. Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan.

Misalnya:

 Bajak laut itu berasal dari (pulau) Alor

4. Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang merinci satu urutan keterangan.

Misalnya:

 Produktivitas menyangkut aspek (a) masukan, (b) proses, dan (c) luaran

k. Tanda Kurung Siku ([…])

1. Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah asli.

Misalnya:

(32)

2. Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung (…).

Misalnya:

 Rumput kume adalah rumput unggul lokal (asli NTT [bernama latin Sorghum plumosum] khususnya terdapat di Timor, Rote, Sabu, Sumba) yang memiliki nilai gizi tinggi.

l. Tanda petik (“…”)

1. Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah atau bahan tertulis lainnya. Kedua pasang tanda petik ini, ditulis sama tinggi di sebelah atas baris

Misalnya:

 “Saya mandi dulu, ya” kata Andri, “Silahkan duduk dulu”

 Ada pepatah yang berbunyi “rajin belajar, pangkal pandai”

2. Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.

Misalnya:

 Puisi “Aku” digubah oleh W.S.Rendra

 Modul “Tanda Baca dan Ejaan” terdapat pada halaman 2-20.

3. Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus.

Misalnya:

 Cara menyusun ransum ayam dapat dilakukan dengan metode “coba-coba”.

 Model potongan rambut acak dikenal dengan nama “punk”.

4. Tanda petik digunakan untuk penutup kalimat atau bagian kalimatnya ditempatkan dibelakang tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang digunakan dengan arti khusus.

(33)

 Karena selalalu banyak bicara dan angkuh maka Selena mendapat juukan “si Mulut Besar”

m. Tanda petik tunggal (‘…’)

1. Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.

Misalnya:

 Kata ayah, “tidakkah kamu dengar bunyi ‘tok…tok… tok’ di pintu?”

2. Tanda petik tunggal mengapit makna terjemahan, atau penjelasan kata ungkapan asing.

Misalnya:

Sustainable ‘berkelanjutan’

n. Tanda garis miring ( / )

1. Tanda garis miring dipakai dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun tawim.

Misalnya:

 No. 124/Fpt/III/2011

 Perumahan Dosen Undana Blok D/5

 Tahun Akademik 2010/2011

2. Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata dan, atau, atau tiap.

Misalnya:

 Bapak/Ibu/Saudara

 Biaya pendidikan sebesar Rp 5 juta/semester

 Sebuah alinea hanya boleh memilik satu buah gagasan/ide pokok.

o. Tanda Penyingklat atau Apostrof (‘)

Tanda penyingklat atau apsotrof menunjuk penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun.

Misalnya:

(34)

 Maret ’11 (’11 = 2011)

2.3.6 Penulisan Akronim dan Singkatan

a. Singkatan adalah bentuk yang dipendekkan yang terdiri dari satu huruf atau lebih.

1. Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan dan pangkat diikuti dengan tanda titik.

Misal:

 Muh. Yamin Suman

 S.E. Sarjana Ekonomi

 Bpk. Bapak

 Kol. Kolonel

2. Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata di tulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik.

Misal:

 DPR Dewan Perwakilan Rakyat

 PGRI Persatuan Guru Republik Indonesia

3. Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik, namun bila menyingkat dua kata, diikuti dua titik.

Misal:

 dll. Dan lain-lain

 hlm. Halaman

 a.n. atas nama

 u.p. untuk perhatian

4. lambang kimia, singkatan satu ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda titik.

Misal:

 Cu kuprum

 Kg kilogram

(35)

b. Akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlukansebagai kata.

1. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis seluruhnya dengan huruf kapital.

Misal:

 SIM Surat Izin Mengemudi

 ABRI Angkatan Bersenjata Republik Indonesia

2. Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata, ditulis dengan huruf kapital.

Misal:

 Akabri Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia

 Iwapi Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia

3. Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang singkat seluruhnya ditulis dengan huruf kecil.

Misal:

 pemilu pemilihan umum

 tilang bukti pelanggaran

 rudal peluru kendali

2.3.7 Penulisan Angka dan Lambang

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan mengenai penulisan angka dan lambang.

a. Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim digunakan angka Arab dan angka Romawi. Pemakaianya diatur lebih lanjut dalam uraian-uraian berikut ini.

Angka Arab : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9

(36)

b. Angka digunakan untuk menyatakan (i) ukuran panjang, berat, luas, dan isi; (ii) satuan waktu; (iii) nilai uang;(iv) kuantitas.

Misal:

 0,5 sentimeter, 5 kilogram, 4 meter, 10 liter

 1 jam 20 menit, pukul 08.00, tahun 1945, 17Agustus 1945

 Rp. 5.000,00; 2.000 rupiah; US $75

c. Angka lazim digunakan untuk menomori jalan, rumah, apartemen, atau kamar pada alamat.

Misal:

 Jalan Bhayangkara 5 Kebunjahe

 Kode Pos: 7/KBY SS

 Postbus 95152300 RA Leiden

 Kamar 117, Sahida Inn

 Telepon 782087

d. Angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan atas bagiannya.

Misal:

 BAB IX,Pasal 3, halaman 117

 Halaman 57, baris 11

e. Penulisan lambang bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut.

Misal:

 Bilangan utuh : Dua belas 12

 117 : seratus tujuh belas

 Bilangan pecahan : ⅓ sepertiga

 2⅔ : dua dua pertiga

 1% : satu persen

f. Penulisan kata bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara cara berikut

Misal:

(37)

 BAB III, BAB ke-3, BAB ketiga

g. Penulisan kata bilangan yang mendapatakhir-an

Misal:

 Tahun 20-an atau tahun dua puluhan

 Sepuluh uang 500-an atau sepuluh uang lima ratusan

h. Lambang bilangan yang dinyatakan dengan satu atau dua kataditulis dengan huruf, kecuali jika beberapa lambang bilangan digunakan secara beruntut.

Misal:

 Sampai lima kali saya membangunkanya tadi.

 Di antara 50 anggota yang terdaftar, 26 wanita dan 24 orang pria.

i. Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu susunan kalimat diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata, tidak terdapat lagi pada awal kalimat.

Misal:

 Sepuluh orang istri kepala suku.

Bukan: 10 orang istri kepala suku

j. Angka yang menunjukan bilangan bulat yang besar, dapat dieja sebagaian supaya lebih mudah dibaca.

Misal:

 Luas Republik Rakyat Cina kira-kira 9,7 juta kilometer persegi; penduduknya 787 juta jiwa

k. Dokumen resmi seperti akta dan kuitansi, bilangan tidaj perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks.

Misal:

 Dalam asrama itu tinggal lima puluh orang mahasiswa.

Bukan: Dalam asrama itu tinggal 50 orang mahasiswa.

l. Kalau bilangan dilambangkan dengan angka atau huruf, maka penulisanya harus tepat.

(38)

 Saya lampirkan tanda terima sebesar Rp. 3.330,00 (tiga ributiga ratus tiga puluh rupiah)

2.3.8 Penulisan Kata Asing atau Huruf Miring

Dalam percakapan sehari-hari, antara karyawan percetakan dan penerbit istilah huruf miring ini biasa diganti dengan huruf kursif. Perlu kita ingat bahwa dalam tulisan tangan atau ketikkan, huruf atau kata yang akan dicetak miring diberi satu garis dibawahntya.

Huruf miring dalam cetakan digunakan untuk:

a. Menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam karangan.

Misal:

Saman karya Ayu Utami

Majalah Horison

Kamus Ungkapan karya Komarudin

Surat kabar kompas

b. Menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, atau kelompok kata.

Misal:

 Huruf pertama kata lari adalah l.

 Bab ini khusus membicarakan huruf miring.

c. Menuliskan nama-nama ilmiah atau ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaan.

Misal:

 Kata language acquisition kita terjemahkan dengan pemerolehan bahasa.

 Buah manggis nama ilmiahnya ialah Garcinia mangontana

d. Ungkapan asing yang telah diserap ke dalam bahasa Indonesia penulisannya diperlakukan sebagai kata Indonesia.

Misal:

Negara itu telah mengalami empat kali kudeta.

(39)

Catatan:

Dalam tulisan tangan atau ketikan, huruf atau kata yang akan dicetak miring digarisbawahi.

2.3.9 Penulisan Kata

Penulisan Kata dalam Bahasa Indonesia merupakan sebuah urgensi yang tak boleh lepas dari sistem penulisan. Karena tiap karya sastra Bahasa Indonesia terbentuk dari kata-kata. Membicarakan bidang morfologi dengan segala bentuk dan jenisnya berupa kata dasar, kata turunan, kata ulang, gabungan kata, kata ganti, kata depan, kata sandang, partikel, singkatan akronim, angka dan lambang bilangan.

Di antara poin penting penulisan kata dalam EYD ialah: a. Kata Dasar

Kata dasar yang berupa kata dasar dan ditulis sebagai kesatuan. Kata yang sudah mewakili sebuah arti tanpa imbuhan apapun.

Misalnya :

Kantor pos sangat ramai. Buku itu sudah saya baca. Adik naik sepeda baru.

(ketiga kalimat tersebut di bangun dengan kata dasar) b. Kata Turunan

1. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) di tulis serangkai dengan kata dasarnya.

Misalnya:

bergeletar, dikelola, penatapan, pendidikan, mempermainkan.

2. Awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya, kalau bentuk dasarnya berupa gabungan kata.

Misalnya:

(40)

3. Jika bentuk dasar berupa gabungan kata dan sekaligus mendapat awalan dan akhiran, maka kata-kata itu ditulis serangkai.

Misalnya:

Menggarisbawahi, dipertanggungjawabkan, disalahgunakan, menandatangani

4. Salah satu unsur gabungan kata hanya digunakan dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai

Misalnya:

Asusila, dwitunggal, dwibahasa, nonstop, tunaaksara, pancaindra

c. Bentuk Ulang

Merupakan kata yang ditulis berulang, baik bermakna tunggal, jamak maupun berulang. Bentuk kata berulang ini dihubungkan dengan lambang (-)

Kata ulang dalam bahasa Indonesia tidak hanya berfungsi untuk menunjukkan jamak, tapi juga berfungsi antara lain :

 Menyatakan benda yang menyerupai kata dasar itu. Misalnya: anak-anakan, orang-orangan.

 Menyatakan bahwa pekerjaan itu dilakukan berulang-ulang atau beberapa kali. Misalnya: meloncat-loncat, menyebut-nyebut.

 Menyatakan makna lebih (intensitas). Misalnya: cepat-cepat, baik-baik.

Macam-Macam Kata Ulang:

1. Kata Ulang Dwipurwa yaitu ulangan atas suku kata awal. Vokal dari suku kata awal mengalami pelemahan dan bergeser ke posisi tengah menjadi e pepet.

Misal:

Tatanaman > tetanaman

Tatangga > tetangga

Luluhur > leluhur

Lalaki > lelaki

(41)

Titirah > tetirah

2. Kata Ulang Utuh yaitu ulangan atas seluruh bentuk dasar.

Kata ulang utuh terbagi 2:

a. Kata ulang dwilingga, ulangan atas bentuk dasar yang berupa kata dasar. Misalnya:

rumah-rumah

buah-buah

anak-anak

b. Kata ulang kata jadian berimbuhan, yaitu ulangan atas bentuk dasar berupa kata jadian berimbuhan.

Misalnya:

perbuatan > perbuatan-perbuatan

timbangan > timbangan-timbangan

pengumuman > pengumuman-pengumuman

c. Kata Ulang Dwilingga Salin Suara yaitu ulangan yang terjadi atas seluruh suku kata, namun pada salah satu lingganya terjadi perubahan suara pada satu fonem atau lebih.

Misalnya:

gerak-gerak > gerak-gerik

sayur-sayur > sayur-mayur

porak-porak > porak-parik

tegap-tegap > tegap-begap

d. Kata Ulang Berimbuhan yaitu ulangan yang mendapat imbuhan baik pada lingga pertama maupun pada lingga kedua.

Misalnya:

bermain-main

(42)

berpukul-pukulan

gunung-gemunung

tarik-menarik.

d. Gabungan Kata

1. Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, bagian umumnya ditulis terpisah

Misalnya:

Kereta api, garis miring, jambu monyet, orang tua

2. Gabungan kata, yang termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan salah baca, dapat diberi tanda hubung untuk menegaskan pertalian di antara unsur yang bersangkutan.

Misalnya:

Anak-istri Ali, buku sejarah-baru, persegi-panjang, alat pandang-dengar

3. Gabungan kata yang dirasakan sudah padu benar ditulis serangkai.

Misalnya:

Dukacita, darmasiswa, radioaktif, adakalanya, saptamarga

e. Kata Ganti –ku, kau, –mu, dan –nya

Kata yang menggunakan imbuhan kepunyaan ini ditulis bersambung Misalnya:

Kubaca, kauminta, rumahku, bukumu,

Catatan: Kata kata ganti itu (-ku, -mu, dan -nya) dirangkaikan dengan tanda hubung apabila digabung dengan bentuk yang berupa singkatan atau kata yang diawali dengan huruf kapital.

Misalnya:

(43)

k.ganti orang pertama tunggal saya

k.ganti orang pertama jamak kami, kita

k.ganti orang kedua tunggal Anda

k.ganti orang kedua jamak Kalian

k.ganti orang ketiga tunggal Dia

k.ganti orang ketiga jamak Mereka

Tabel 1.6 Kata Ganti Orang

f. Kata Depan di, ke, dan dari

Tiap-tiap kata depan ditulis terpisah dengan kata dasarnya, kecuali dalam gabungan kata yang sudah dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada.

Misalnya:

Ke mana saja kamu seminggu ini?

Di mana ada gula, di situ ada semut.

g. Kata si dan sang

Kata yang menunjukkan sebuah subyek maupun obyek ini ditulis terpisah dengan kata dasarnya.

Misalnya:

Sang kancil, sang suami, sang Saka, si Ali, si bungsu, si terpidana

h. Partikel

Partikel –lah, -kah, dan –tah ditulis serangkai dengan kata dasarnya, sedangkan partikel pun ditulis terpisah. Selain itu partikel per yang berarti ‘mulai’, ‘demi’, dan ‘tiap’ ditulis terpisah dari kata dasarnya. Dan partikel –pun juga ditulis terpisah dengan kata yang mendahuluimya.

Misalnya:

Apakah dayaku sebagai seorang wanita.

(44)
(45)

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pada dasarnya kita telah memahami penggunaan kaidah tata bahasa Indonesia yang baik dan benar, akan tetapi ketika kita berbicara seringkali kita tidak mengikuti kaidah/aturan dari tata bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam berkomunikasi sehari-hari. kita sering menggunakan tata bahasa yang salah, sehingga bermula dari kesalahan-kesalahan tersebut dapat menjadi sebuah kebiasaan dan hal tersebut menjadi membudaya dan dibenarkan penggunaan dalam keseharian. Untuk itu sudah menjadi kewajiban kita bersama untuk saling mengingatkan agar menggunakan kaidah tata bahasa yang baik dan benar.

Salah satu hal tidak bisa diabaikan dalam kegiatan berkomunikasi adalah ejaan dan tata bahasa. Dalam ejaan juga dibahas tanda baca dimana ini juga sangatlah berpengaruh untuk mempermudah dalam memahami bacaan. Tanda baca diperlukan karena untuk mengetahui kapan pembaca harus berhenti, menjeda dan sebagainya.

Ejaan berkaitan dengan ketetapan kebakuan penulisan dan ucapan suatu kata. Penulisan ejaan dalam bahasa Indonesia, misalnya berkaitan dengan penggunaan huruf kapital, penulisan kata ganti, penulisan angka dan lambang bilangan, sedangkan pemakaian tanda baca berkaitan dengan pemakaian tanda koma (,) ,tanda titik koma (;), tnda titik dua (:).

3.2 Saran

Gambar

Tabel 1.1Huruf Abjad
Tabel 1.3Huruf Konsonan
Tabel 1.5 Perubahan Pemakaian Huruf Dalam Tiga Ejaan Bahasa Indonesia
Tabel 1.6Kata Ganti Orang

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan dari analisis penelitian yang sudah dilakukan dapat disimpulkan beberapa hal tentang Ekstrakurikuler Pramuka Pada Kurikulum 2013 Sebagai Penguatan

Berdasarkan pertimbangan diatas maka bejana paling cocok digunakan bejana silinder horizontal Berdasarkan pertimbangan diatas maka bejana paling cocok digunakan bejana

Mawasangk a Tengah 1 Kws 2020 3.000,000 - - 300,000 Pembangun an PSD Pemukiman Perdesaan Kawasan Minapolitan Kaudani Desa Tanailandu, Kecamatan Mawasangk a 1 Kws 2019

i) Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan kalimat diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan

tingkat partisipasi politik masyarakat Kecamatan Kelam Permai, 2) Apa yang menjadi kendala dalam partisipasi politik pada masyarakat Kecamatan Kelam Permai, 3) Upaya

KI 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan , teknologi, seni, budaya

Western Sydney University S3 Ilmu Pertanian

Khusus untuk kategori Standar Nasional Mahasiswa, peserta harus mewakili universitas masing-masing dengan verifikasi Foto Kopi Kartu Tanda Mahasiswa yang masih