WAWASAN SOSIAL BUDAYA MARITIM
Nama Inditha Jauhari Indriani
NIM L041171005
Prodi / Fakultas
Sosial Ekonomi Perikanan / Ilmu Kelautan dan Perikanan
Topik Peran Masyarakat Pesisir dalam Meningkatkan Hasil Laut
Judul
Peran Masyarakat Pesisir dalam Meningkatkan Hasil Rumput Laut di Pinrang Sulawesi Selatan
A. Pengantar
Artikel ini dibuat dengan bertujuan untuk kita sebagai mahasiswa tau peran
masyarakat pesisir dalam meningkatkan hasil laut khususnya rumput laut di pinrang
Sulawesi selatan, karena kita ketahui bahwa potensi yang dimiliki laut Indonesia sangat
banyak karena Indonesia sendiri merupakan Negara kepulauan yang dikelilingi oleh garis
pantai terpanjang kedua di dunia setelah kanada oleh karena itu potensi hasil lautnya
otomatis juga besar terutama rumput laut.
Indonesia memiliki lima provinsi utama penghasil rumput laut, yaitu Propinsi Bali,
Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT), Sulawesi Tengah dan Sulawesi
Selatan. Sulawesi Selatan merupakan provinsi yang memiliki produksi rumput laut
rata-rata tahunan paling tertinggi yaitu sebesar 1.774.247 ton dalam bentuk rumput laut basah
(Departemen Perikanan dan Kelautan Prov. Sul-Sel 2012).1
Kabupaten Pinrang akan menjadi sentral Produksi rumput laut Nasional, setelah
pihak manajemen PT Biota Laut Ganggang (BLG) meninjau lokasi pembangunan
pengolahan rumput laut di Dusun Bela Belawa, Desa Polewali Kecamatan Suppa
Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan (Sulsel). Pabrik yang rencananya di bangun PT BLG
1Andi Mardaya. 2015. ‘Peranan Ibu Rumah Tangga dalam Keluarga Petani Rumput Laut di Desa Rappo
Kecamatan Pejukukang Kabupaten Bantaeng’, diakses dari https://core.ac.uk/download/pdf/77625074.pdf,
itu lebih besar dari pabrik rumput laut yang berlokasi di Shanghai China. BLG merupakan
pabrik pengolahan rumput laut terbesar di dunia.2
Saat ini juga Universitas Hasanuddin yaitu perguruan tinggi negeri yang unggul di
Indonesia timur dipercaya menjadi pusat unggulan dalam pembudidayaan rumput laut di
Indonesia menurut Prof. Dr. Ambo Tuwo, DEA, Guru besar Fakultas Kelautan dan Ilmu
Perikanan Unhas sekaligus dikenal sebagai pakar ekologi kelautan. Posisi strategis
Sulawesi Selatan sebagai salah satu sentra produsen rumput laut telah dikenal oleh dunia,
simposium ini akan memperkuat hal tersebut dan banyak membahas strategi operasional
agar budidaya rumput laut dapat berkelanjutan dan kesejahteraan pembudidaya dapat
meningkat.3
Wilayah Suppa, terdapat seribu hektar lokasi yang disiapkan untuk pembibitan
rumput laut, setelah Pemerintah Pusat mengucurkan dana sebesar Rp1,2 Milyar untuk
membiayai pembibitan rumput laut. Bibit rumput laut tersebut, akan dibudidayakan di
sepanjang pesisir kabupaten Pinrang yang memiliki panjang sekitar 93 kilometer dari
kecamatan Lembang hingga di Ujung Lero Suppa.4
Hal itu merupakan salah satu bukti peran pemerintah dalam meningkatkan hasil
rumput laut di Indonesia, karena saat ini gubernur Sulawesi selatan mencanangkan bahwa
sulawesi akan menjadi penghasil rumput laut terbesar di dunia melalui visi misi tersebut
pemerintah juga dapat membantu para petani rumput laut untuk meningkatkan hasil
produksinya.
Oleh karena itu budidaya rumput laut di pinrang telah menjadi salah satu mata
pencaharian utama masyarakat pesisir, karena dengan menjadi petani rumput laut tidak
memerlukan keterampilan dan pengetahuan khusus dalam mengolahnya serta masa
tanamnya yang pendek serta nilai jual nya cukup baik karena rumput laut permintaannya
masih tinggi meskipun mengalami naik turun harga . hal ini tidak lepas dari peran
2 Haerul Amran. 2016. ‘Pinrang Akan Jadi Pusat Produksi Rumput Laut’, diakses dari
http://sulsel.pojoksatu.id/read/2016/01/11/pinrang-akan-jadi-pusat-produksi-rumput-laut/, pada 13 November 2017 Pukul 20.06
3 Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan. 2016. ‘Konsorium Pusat
Pengembangan dan Pemanfaatan Rumput laut Sukses Selenggarakan Simposium International Rumput Laut di Makassar’, diakses dari
http://bppbapmaros.kkp.go.id/basisdata/2016/10/26/konsorsium-pusat- pengembangan-dan-pemanfaatan-rumput-laut-sukses-selenggarakan-simposium-internasional-rumput-laut-di-makassar/ , pada 13 November 2017 pukul 21.30
4
masyarakat pesisir dalam mengelolanya walaupun sebenarnya hasil dari budidaya ini tidak
menghasilkan banyak pendapatan untuk petani rumput laut sehingga masih banyak sekali
petani rumput laut yang hidup jauh dari kata cukup untuk memenuhi kebutuhan
keluarganya.
Permasalahan dari artikel ini yaitu karena kita tau bahwa Sumber daya di Indonesia
memang sangat besar tetapi sumber daya manusianya masih kurang untuk memanfaatkan
itu semua, karena hanya petani rumput laut lah yang mengelola dan memperhatikan itu
semua saat ini tetapi kaarena keterbatasan modal dan pengetahuan, sumber daya ini tidak
menghasilkan produk yang optimal karena hasil produk rumput laut di Indonesia
kebanyakan dijual maupun di ekspor ke luar negeri pada Negara-negara maju seperti
jepang, singapura, amerika dan lainya dalam bentuk mentah sehingga nilai jualnya sangat
rendah. padahal jika petani rumput laut mengolahnya dengan baik, hasil yang didapatkan
juga optimal. Peran Kita sebagai mahasiswa dapat membantu petani rumput laut agar dapat
meningkatkan hasil produksinya baik itu dalam segi teknologi ataupun memberikan
sosialisasi mengenai pentingnya pengolahan untuk meningkatkan nilai jual karena ini
semua tidak lepas dari peran masyarakat pesisir yang menjalani kehidupan sehari-hari
dengan mengandalkan hasil dari rumput laut tersebut.
Artikel ini menjadi menarik karena budidaya rumput laut tersebut tidak hanya
dikerjakan oleh kaum lelaki selaku tulang punggung keluarga tetapi anggota keluarga
lainya pun ikut berpartisipasi sebagai masyarakat pesisir dalam membantu budidaya
rumput laut. Keterlibatan anggota keluarga dalam rumah tangga masyarakat pesisir,
seperti; isteri dan anak-anak dalam aktivitas mencari nafkah sudah menjadi pola strategi
adaptasi penghidupan yang terkonstruksi baik secara tradisi maupun akibat dari dinamika
kondisi lingkungan sosial dan ekonomi. Dengan demikian, kondisi rumah tangga
masyarakat pesisir atau peran-peran perempuan sudah terkontekskan sedemikian dalam
menambah pendapatan ekonomi keluarga. Dalam usaha budidaya rumput laut, pembagian
kerja dalam rumah tangga masyarakat pesisir (kaum laki-laki dan perempuan) telah terbagi
merata ke semua anggota keluarga inti, yang berarti: anak-anak, dewasa, atau orang tua,
B. Metode Penulisan Artikel
Saya mengambil topik ini terinspirasi pada saat dosen saya di mata kuliah
pengantar ilmu kelautan dan perikanan, menjelaskan tentang mirisnya nasib dari petani
rumput laut yang sebenarnya bisa memanfaatkan lebih baik lagi hasil dari rumput laut
diindonesia untuk mendapat untung besar tetapi dengan pengetahuan yang terbatas maka
rumput laut ini hanya di jual mentah sehingga hasilnya sangat kurang. Dan saya tertarik
saat membaca sebuah berita mengenai Sulawesi selatan merupakan wilayah yang
berpotensi sangat besar untuk hasil rumput laut di Indonesia namun masyarakat pesisir
disana masih jauh dari kata cukup dalam kehidupan sehari-harinya. Hal ini berbanding
terbalik dengan sumber daya alam yang ada.
Sebenarnya pengambilan data untuk topic ini sebaiknya dilakukan secara
wawancara langsung sehingga kita bisa berinteraksi lebih banyak dengan masyarakat
pesisir yang terlibat langsung dalam proses pembudidayaan rumput laut.
Data dari artikel ini bersumber dari data sekunder yaitu data yang didapatkan
melalui refrensi dari berita tentang perkembangan budidaya di Sulawesi selatan serta berita
yang menayangkan bahwa Sulawesi selatan merupakan salah satu penghasil rumput laut
terbesar. Jurnal menjadi refrensi saya topiknya tidak jauh berbeda dengan topik yang saya
buat, jurnal tersebut merupakan hasil penelitian mahasiswa dari beberapa perguruan tinggi
negeri di Indonesia Yang melakukan penelitian secara langsung di masyarakat pesisir.
C. Pembahasan
Rumput laut menjadi komoditas hasil perikanan yang semakin populer di dunia.
Umur budidayanya yang relatif pendek menjadikan rumput laut sangat ideal sebagai
bahan baku sebuah industri pengolahan. Pemanfaatan produk olahan rumput laut seperti
agar, alginat, dan karageenan sangat luas sehingga industri pengolahannya di sejumlah
negara berkembang pesat disertai dengan permintaan bahan baku yang semakin
Saat ini rumput laut di Indonesia banyak dikembangkan di pesisir pantai
Kalimantan, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara dan wilayah pesisir lain di Indonesia.
Mengingat Indonesia Memiliki garis pantai yang sangat panjang , maka peluang
budidaya rumput laut sangat menjanjikan. Permintaan pasar dunia terhadap rumput laut
Indonesia setiap tahunnya cukup tinggi, sedangkan pemenuhan kebutuhan terhadap
permintaan tersebut masih sangat kurang, Rendahnya pasokan bahan baku dari
Indonesia disebabkan karena teknologi budidaya yang kurang baik dan kurangnya
informasi tentang potensi rumput laut kepada para petani.
Rumput laut merupakan komoditas penting perikanan yang memiliki nilai
ekonomi cukup tinggi dan manfaatnya yang sangat besar bagi kehidupan manusia,
selain sebagai bahan makanan, juga merupakan bahan baku dalam industri pembuatan
obat-obatan dan kosmetik sehingga kebutuhan pemanfaatan rumput laut semakin
meningkat baik untuk konsumsi dalam negeri maupun untuk permintaan ekspor. dalam
program peningkatan produksi perikanan, menjadikan Indonesia sebagai penghasil
produk perikanan terbesar dunia dan rumput laut menjadi komoditas unggulan dalam
program ini disamping komoditas lainnya
Usaha budidaya rumput laut tidak lepas dari respon terhadap perkembangan
industri dan perdagangan global. Negara maju yang sedang menggeliat
mengembangkan produk industri berbahan rumput laut mencoba kembali membangun
hubungan melalui model pembagian kerja intrnasional dengan Negara- negara sedang
berkembang yang memiliki potensi bahan dasar kebutuhan industri termasuk potensi
Indonesia dalam sektor rumput laut. Hal tersebut menjadi penting dicermati pada petani
rumput laut sehingga berdampak positif dalam upaya menjadikannya sebagai sebuah
alternatif kelangsungan hidup pada masyarakat pesisir terutama dari komunitas nelayan
tangkap.
Desa Ujung Lero di Kacamatan Suppa Kabupaten Pinrang, Letak geografisnya
sama seperti desa-desa lainnya di kacamatan suppa yaitu berdekatan dengan laut, di
sepanjang desa tersebut terdapat laut sehingga warga yang tingga di daerah tersebut
pinrang salah satu daerah yang di Sulawesi selatan yang terkenal kaya akan rumput
laut.5
Desa ujung lero adalah salah satu desa yang padat penduduknya di kacamatan
suppa kepadatan penduduknya tidak sebanding dengan luas wilayahnya yaitu 9,657
jiwa/km2, jumlah penduduk yang demikian padat ini membuat desa kecil ini menjadi sangat ramai jumlah rumah tangga 1.475 penduduk desa ujung lero kebanyakan adalah
nelayan laut, sehingga mata pencaharian mereka tergantung hasil tangkap ikan yang
diperoleh suaminya bagi perempuan yang sudah berkeluarga, semakin banyak ikan yang
diperoleh maka akan semakin membantu kehidupan rumah tangganya tetapi hasil
pendapatannya ini tidak menentu sewaktu-waktu para nelayan mencari pekerjaan
sambilan untuk mencukupi kebutuhan rumah tangganya. Apalagi bagi mereka (nelayan)
yang tidak memiliki kapal atau perahu sendiri (alias menyewa atau bagi hasil) sangat
rawan dari kemiskinan.6
Desa ujung lero merupakan sebagian besar suku mandar yang memiliki aktivitas
sebagai nelayan. Sehingga masalah social budaya juga berhubungan dengan aktivitas
sebagai nelayan. Walaupun pada umumnya masyarakat daerah sangat menghindari
tindakan-tindakan yang mengakibatkan turunnya harga diri atau martabat seseorang jika
seorang anggota keluarga melakukan tindakan yang membuat malu keluarga.7
Keterlibatan anggota keluarga dalam rumah tangga masyarakat pesisir, seperti;
isteri dan anak-anak dalam aktivitas mencari nafkah sudah menjadi pola strategi
adaptasi penghidupan yang terkonstruksi baik secara tradisi maupun akibat dari
dinamika kondisi lingkungan sosial dan ekonomi. Dengan demikian, kondisi rumah
tangga masyarakat pesisir atau peran-peran perempuan sudah terkontekskan sedemikian
rupa (aktivitas domestic dan public) dalam menambah pendapatan ekonomi keluarga.
Konteks kapasitas (pengetahuan dan keterampilan) bagi masyarakat pesisir
yang terlibat dalam usaha budidaya rumput laut, masih memperlihatkan gambaran
5Hasmah, 2014.’ Sistem Pengetahuan Lokal Nelayan Dalam Pengelolaan Sumber Daya Laut di Desa Ujung
Lero Kabupaten Pinrang’, Vol 5(2) halaman 305 diakses dari
http://www.jurnalwalasuji.net/index.php/walasuji/article/viewFile/14/12 , pada 22 November 2017 pukul 17.22
umum yang masih hanya sebatas membudidayakan, mengeringkan, dan menjual
ke punggawa atau pappalele dengan harga yang murah. Padahal dengan kualitas
yang baik dan diversifikasi hasil produksi, semestinya menjadikan rumput laut bisa
menambah kesejahteraan masyarakat pembudidaya. Konteks ini tentu saja dapat tercapi
jika sekiranya sumber daya manusianya khususnya perempuan pesisir sebagai sumber
kekuatan baru yang mulai banyak terserap dalam pekerjaan ini memiliki kapabilitas dan
kapasitas yang mampu mengoptimalkan potensi rumput laut sebagai komoditi bahan
baku industri atau komoditi yang telah diolah untuk konsumsi langsung.
Mayoritas kelompok usaha mempunyai status kepemilikan lahan milik sendiri,
dalam hal ini merupakan kekuatan bagi petani rumput laut untuk meningkatkan
produksinya serta menjadi faktor pendukung dalam kepercayaan dalam bekerjasama
dengan pihak yang terkait dengan rumput laut. Minat petani untuk budidayarumput laut
sangat tinggi, dan kesadaran untuk berusaha secara berkelompok sangat tinggi, hal ini
akan memudahkan untuk bermitra dengan pengusaha atau investor. Adanya kerjasama
yang baik antara kelompok petani rumput laut dengan pihak pemerintah, dalam hal ini
pihak Pemerintah Daerah.
Dalam usaha budidaya rumput laut jenis cottonii atau spinosum, pembagian kerja
dalam rumah tangga masyarakat pesisir (kaum laki-laki dan perempuan) telah terbagi
merata ke semua anggota keluarga inti, yang berarti: anak-anak, dewasa, atau orang tua,
laki-laki dan perempuan semua terlibat di dalam kegiatan usaha dengan peran dan porsi
yang berbeda. Konstruksi peran secara sterotype lebih tergambarkan bahwa untuk
penyiapan lahan, pemeliharaan dan panen biasanya dikerjakan oleh para lelaki. Sementara
keterlibatan perempuan lebih banyak berperan pada pekerjaan di darat seperti pembuatan
tali, penjemuran tali, pengikatan bibit dan penjemuran rumput laut.
Pengadaan bibit. Aktivitas dalam proses pra produksi budidaya rumput laut di desa
penelitian, diawali pada aktivitas penjemuran tali bentangan. Penjemuran tali bentangan
pada umumnya dilakukan dengan melibatkan keluarga inti, atau kelompok pertetanggaan
pembudidaya rumput laut yang banyak dikerjakan oleh kaum perempuan. Menurut
informan, upah dari menjemur tali bentangan berkisar Rp.50.000,-. Konteks keterlibatan
perempuan dalam pemilihan bibit sama dengan penjelasan sebelumnya bahwa segala
informan, pemilihan bibit atau pengadaan bibit memang sepenuhnya tanggung jawab
laki-laki, karena dalam hal pengadaan membutuhkan kesepakatan-kesepakatan dengan
pedagang atau mendatangi langsung ke daerah-daerah sentra produksi untuk melakukan
transaksi dengan pemilik bibit rumput laut. Dalam hal ini, ada keterbatasan bagi kaum
perempuan untuk menjalankan peran yang dimaksud.8
Pengikatan bibit. Dalam pengikatan bibit, keterlibatan perempuan justru sangat
dominan. Peran perempuan dalam hal ini sangat sentral. Hampir pada umumnya tenaga
kerja yang terlibat dalam mempersiapkan bibit rumput laut dan mengikatnya pada tali
bentangan yang dihargai Rp. 3.500, (per-bentangan) dilakukan sepenuhnya oleh tenaga
kerja perempuan dan anak-anak. Ada persepsi yang berkembang dan disepakati oleh
bersama oleh laki-laki (pembudidaya) akan eksistensi (keterlibatan) perempuan dalam
pengikatan bibit rumput laut bahwa mereka (perempuan) dipersepsikan sebagai orang yang
bekerja lebih teliti, lebih rapih dan lebih cepat dibandingkan dengan laki-laki yang
ceroboh, dan tidak cepat9
Penanaman. Dalam hal penanaman bibit rumput laut (penarikan tali bentangan),
kegiatan sepenuhnya dilakukan oleh laki-laki. Hal ini didasari oleh karena kegiatan
penanaman atau penarikan tali bentangan memerlukan kekuatan fisik yang besar, sehingga
dengan sendirinya perempuan tidak diliibatkan atau ikut terlibat dalam kegiatan yang
dimaksud.Konteks ini teramati melalui konsep dari stereotype (pelabelan negatif) bagi
kaum perempuan dengan teori kebudayaan10
Masih banyak lagi peran-peran perempuan sebagai istri nelayan dalam membantu
untuk menigkatkan hasil produksi rumput laut suaminya karena sebagai petani rumput
laut, proses ini tidak bisa di kerjakan hanya oleh kaum lelaki tetapi diperlukan kerja sama
antar keluarga dan masyarakat agar hasil yang diperolehnya juga tinggi sehingga
pendapatan petani rumput laut juga besar untuk memenuhi kebutuhannya tetapi walau
sudah begitu keluarga petani rumput laut masih jauh dari kata cukup.
8
Andi Adri Arief dan Warnika Febri Astanty. 2014. ‘Analisis Peran Kapasitas Perempuan Pesisir dalam
Aktivitas Budidaya Rumput Laut (Eucheuma cottonii) di Kabupaten Takalar’, Makassar: Jurnal Galung Tropika, Vol. 3 (3) halaman 152. Diakses dari
www.jurnalpertanianumpar.com/index.php/jgt/article/.../88/85 pada 13 November 2017 pukul 20.45 9 Ibid.
Kegiatan pembudidayaan rumput laut dilakukan oleh kaum lelaki, mulai dari
konsep hingga teknologi yang digunakan semua ditentukan kaum lelaki karena di desa
tersebut perempuan tidak mempunyai pengetahuan mengenai budidaya rumput laut karena
selama ini hanya kaum lelaki yang banyak terlibat dan paham dengan budidaya rumput
laut.
Dengan demikian Secara kontekstual sistem pembagian kerja secara seksual pada
masyarakat pembudidaya rumput laut di daerah penelitian, menunjukkan bahwa kaum
perempuan telah dikostruksi secara sosial dalam ranah darat sementara untuk ranah laut
sepenuhnya wilayah kerja bagi laki-laki. pembagian kerja pria-wanita merupakan
kecenderungan saling melengkapi baik dalam pembagian kerja rumah tangga maupun
dalam unit produksi. Dengan demikian pembagian kerja pria-wanita telah memaksakan
ketergantungan timbal balik, jenis kelamin tertentu harus melakukan pekerjaan tertentu,
yang berarti jenis kelamin lain dilarang melakukannya. Karena mempertimbangkan hal-hal
tertentu misalnya kegiatan yang membutuhkan tenaga yang lebih akan dilakukan oleh
kaum lelaki dan tidak bisa dilakukan oleh kaum perempuan.
Keberhasilan petani rumput laut juga tidak lepas dari dari factor alam yang
merupakan penetu dari hasil yang akan di perolehnya, Kondisi iklim dan kandungan
nutrisi air laut yang semakin menurun mengakibatkan produksi rumput laut menurun dan
kualitas produksi dibawah standar ekspor. Pengelolaan di pihak petani yang kurang peduli
terhadap standar kualitas kekeringan dan kebersihan menjadi faktor rendahnya nilai beli
oleh pedagang pengumpul, maka investasipun semakin sulit dikembangkan.
Proses produksi dalam usaha budi daya rumput laut, mulai pemilihan bibit,
pengikatan ke tali bentangan, penanaman, pemanenan, dan pengeringan relatif masih
dikelola dengan peralatan sederhana. Petani rumput laut menggunakan tali rafiah sebagai
media gantung dalam penanaman di laut yang diikatkan masing-masing pada patok
bamboo yang ditancapkan di laut. Penggunaan media tali rafiah memiliki keterbatasan
telah menggunakan tali pelastik (nilon) sebagai media gantung. Teknologi tali nilon lebih
tahan terhadap ombak dan bisa bertahan sampai lima tahan.11
Penggunaan alat sederhana seperti itu tidak mengefektifkan petani rumput laut
untuk mendapat hasil lebih banyak lagi, maka dari itu peran masyarakat pesisir yang
berperan penting dalam meningkatkan hasil rumput laut, pemerintah diharapkan dapat
membantu itu semua, apalagi kebanyakan masyarakat pesisir pengetahuannya cukup
rendah maka dari itu semua yang mesti dikembangkan, diperlukan juga sumber daya
manusia yang ahli di bidang ini yang dapat membantu mengangkat derajat para petani
rumput laut dan agar pendapatan mereka pun dapat meningkat.
D. Penutup
Posisi strategis di pinrang membuat sebagian besar masyarakat disana bermata
pencaharian sebagai nelayan rumput laut yang tidak memerlukan keahlian khusus. Peran
masyarakat pesisir dalam meningkatkan produksi rumput laut sangat di butuhkan tidaknya
hanya kaum lelaki tetapi seluruh anggota keluarga dapat berperan dalam membantu
membudidayakan rmput laut sehingga hasilnya akan optimal, pembagian system kerja
dalam pembudidayan rumput laut di desa Ujung Lero kabupaten Pinrang terkonsep dengan
baik artinya kaum perempuan telah dikostruksi secara sosial dalam ranah darat untuk
melakukanpembuatan tali, penjemuran tali, pengikatan bibit dan penjemuran rumput laut.
sementara untuk ranah laut sepenuhnya wilayah kerja bagi laki-laki yaitu
pembudidayaannya. Dengan demikian pembagian kerja pria-wanita telah memaksakan
ketergantungan timbal balik, jenis kelamin tertentu harus melakukan pekerjaan tertentu,
yang berarti jenis kelamin lain dilarang melakukannya dikarenakan oleh factor-faktor
tertentu. Keberhasilan petani rumput laut juga tidak lepas dari dari factor alam yang
merupakan penetu dari hasil yang akan di perolehnya penggunaan alat yang masih
tradisional yang membuat hasil yang diperoleh tidak cukup optimal tetapi menguras
tenaga yang banyak, hal ini membuat hasil yang di dapatkan juga masih jauh dari potensi
yang di miliki daerah di sana.
11H. M. Darwis, dkk. 2013. ‘Kajian Komunitas Petani Rumput Laut Sebagai Alternatif Kelangsungan Hidup
Masyarakat Pesisir Kabupaten Jeneponto’ diakses dari
Tidak hanya peran msyarakat pesisir saja yang dibutuhkan tetapi dibutuhkan juga
peran pemerintah untuk membantu memajukan budidaya rumput laut di desa ujung lero ini
agar pendapatan masyarakat disana juga dapat ditingkatkan, dengan kebijakan atau
bantuan modal dari pemerintah akan sangat membantu petani rumput laut, dibutuhkan juga
keterlibatan dari ahli rumput laut agar menambah wawasan dan pengetahuan bagi
masyarakat pesisir yang ada disan,a karena kebanyakan masyarakat pesisir memiliki
pengetahuan yang kurang sehingga system pembudidayaannya masih tradisional.
Teknologi modern yang sangat dibutuhkan saaat ini apalagi jaman modern saat ini bisa
memudahkan kita dalam melakukan sesuatu maka dari itu teknologi yang dipergunakan
oleh masyarakat disana perlu dilakukan modernisasi tanpa mengubah kualitas dari rumput
laut yang dihasilkan. Karena hasil dari rumput laut itu tidak hanya di konsumsi oleh rakyat
di Indonesia tetapi juga dapat diekspor ke luar negeri untuk meningkatkan devisa Negara
dan masyarakat disana.
E. Daftar Pustaka
Amran, Haerul. 2016. ‘Pinrang Akan Jadi Pusat Produksi Rumput Laut’, diakses dari
http://sulsel.pojoksatu.id/read/2016/01/11/pinrang-akan-jadi-pusat-produksi-rumput-laut/ , pada 13 November 2017 Pukul 20.06
Arief, Andi Adri dan Warnika Febri Astanty. 2014. ‘Analisis Peran Kapasitas Perempuan
Pesisir dalam Aktivitas Budidaya Rumput Laut (Eucheuma cottonii) di Kabupaten Takalar’, Makassar: Jurnal Galung Tropika, Vol. 3 (3) halaman 152. Diakses dari
www.jurnalpertanianumpar.com/index.php/jgt/article/.../88/85 pada 13 November
2017 pukul 20.45
Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan. 2016. ‘Konsorium Pusat Pengembangan dan Pemanfaatan Rumput laut Sukses Selenggarakan Simposium International Rumput Laut di Makassar’, diakses dari
http://bppbapmaros.kkp.go.id/basisdata/2016/10/26/konsorsium-pusat-
pengembangan-dan-pemanfaatan-rumput-laut-sukses-selenggarakan-simposium-internasional-rumput-laut-di-makassar/ , pada 13 November 2017 pukul 21.30
http://journal.unhas.ac.id/index.php/socius/article/view/382/235, pada 23 November 2017 pukul 10.43
Hasmah, 2014. Sistem Pengetahuan Lokal Nelayan Dalam Pengelolaan Sumber Daya Laut
di Desa Ujung Lero Kabupaten Pinrang Vol 5 (2) halaman 305
diaksesdarihttp://www.jurnalwalasuji.net/index.php/walasuji/article/viewFile/14/12
, pada 22 November 2017 pukul 17.22
Mardaya, Andi. 2015. ‘Peranan Ibu Rumah Tangga dalam Keluarga Petani Rumput Laut di
Desa Rappo Kecamatan Pejukukang Kabupaten Bantaeng’, diakses dari
https://core.ac.uk/download/pdf/77625074.pdf, pada 13 November 2017 pukul