• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER BAGI ANAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER BAGI ANAK"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER BAGI ANAK

Oleh:

Nissa Maulida Rahmah 1815152412

Tulisan ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Bahasa Sebagai Sarana Komunikasi Ilmiah

Dosen: Drs. Fahrurrozi, M.Pd.

KELAS 5.E 2015

PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

(2)

PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER BAGI ANAK

Di zaman modern ini seseorang tentu membutuhkan pengendali yang kuat agar ia mampu memilih dan memilah niai-nilai yang banyak sekali ditawarkan kepadanya. Jalan yang paling baik untuk dapat membangun seseorang, masyarakat, negara, dan dunia yaitu tidak lain adalah pendidikan.

Secara sederhana, beberapa fokus ppendidikan ada 3 yaitu membangun pengetahuan, membangun keterampilan,(skill), dan membangun karakter. Dari ketiga hal tersebut, membangun karakter merupakan salah satu hal yang paling difokuskan.

1Pendidikan di Indonesia ini sudah cukup berhasil dalam membangun pengetahuan (sains dan teknologi), cukup berhasil juga dalam membangun keterampilan, namun sayangnya belum optimal dalam membangun sebuah karakter dalam diri anak.

Dalam hal pendidikan karakter yang sudah dibangun selama ini sejatinya perlu penguatan dari sisi ideologi kebangsaan dan kesantunan sehingga pendidikan dapat melahirkan warga negara yang berilmu, kokoh secara ideologi dan juga mempunyai kesantunan.

Pembangunan karakter belum maksimal dalam pendidikan kita karena pembangunan karakter itu belum pernah dijadikan fokus dalam pendidikan kita. Pendidikan karakter selalu ada sejak UU yang pertama secara tersamar, dan merupakan bagian dari pendidikan agama dan pendidikan kewarganegaraan (PKn) tetapi pendidikan karakter itu tidak dijadikan salah satu fokus pendidikan nasional.

A. Apa saja yang menjadi permasalahan dalam pendidikan di Indonesia?

(3)

Beberapa masalah pendidikan yang sedang terjadi di negara kita akhir-akhir ini yaitu terlihat banyaknya tawuran pelajar, budaya hedonisme, pergaulan a-susila dikalangan pelajar dan mahasiswa, banyak cendikiawan yang berminat tinggi terhadap kehidupan non-science seperti mempelajari ilmu sihir, black magic, dll. Fenomena-fenomena tersebut diperparah dengan banyaknya kaum pelajar yang menganut budaya barat yang tentu tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya di Indonesia.

Perilaku yang sedemikian banyak tersebut, memunculkan pribadi yang terbelah (Split personalities). Lebih banyak ilmu dengan tipisnya kepercayaan keyakinan agama (too much science too little faith), berkembangnya paham nihilisme budaya senang-senang (culture contenment)

Pada hakikatnya semua perilaku a-moral tersebut ada karena lepas kendali dari nilai-nilai agama dan menyimpang jauh terbawa arus deras keluar dari alur budaya luhur bangsa. Kondisi seperti itu telah memberikan penilaian buruk terhadap dunia pendidikan pada umumnya.

Kenakalan remaja lebih banyak disebabkan oleh rusaknya sistem, pola an politik pendidikan. Kerusakan diperparah oleh hilangnya tokoh panutan, berkembangnya kejahatan orang tua, luputnya tanggung jawab institusi lingkungan masyarakat, impotensi dikalanganpemangku adat, hilangnya wibawa ulama, bergesernya fungsi lembaga pendidikan menjadi lembaga bisnis dan profesi guru dilecehkan.

(4)

Lembaga pendidikan sebagai mesin sosial bertujuan menggerakkan segala dimensi kehidupan kemanusiaan disegala sektor, sosial, ekonomi, budaya, ilmu pengetahuan, teknologi, politik dan agama. Lembaga-lembaga (institusi) dituntut adil, demokratis, persamaan dan usaha ilmiah sistematis yang mampu merumuskan epistemologi dan aksiologi dengan memberikan penekanan kepada:

1. Rumusan ulang kiblat (arah) , acuan orientasi pengembangan pendidikan agama.

2. Revitalisasi pendidikan agama, diajarkan oleh seluruh komponen masyarakat, muatan pendidikan agama terlihat pada seluruh mata pelajaran memaparkan apa adanya dan membimbing kepada yang seharusnya.

3. Kewajiban perguruan tinggi memikul beban moral intelektual sebagai bangsa

4. Buku dasar pegangan mesti memiliki kesamaan visi dan misi yang mengacu pada platform yang sama.

5. Tujuan pendidikan yang akan dikembangkan adalah pendidikan akhlak, budi pekerti.

B. Pemahaman Mengenai Pendidikan Karakter

Pengertian karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas adalah “bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, tempramen, watak”. Adapun berkarakter adalah berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat, dan berwatak.”

Menurut Tadkiroatun Musfiroh (UNY, 2008), karakter mengacu kepada serangkaian sikap (attitude), perilaku (behavior), motivasi (motivation) dan keterampilan (skill).

(5)

mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku.

Berkowitz (1998) menyatakan bahwa kebiasaan berbuat baik tidak selalu menjamin bahwa manusia yang telah terbiasa tersebut secara sadar (cogniton) menghargai pentingnya nilai karakter (valuing). Karena mungkin sjaa perbuatannya tersebut dilandasi oleh rasa takut untuk berbuat salah, bukan karena tingginya penghargaan akan nilai tersebut.

Menurut Lickona pendidikan karakter yang baik dengan demikian harus melibatkan bukan saja aspek “knowing the good” (moral knowing), tetapi juga “desiring the good” atau “loving the good” (moral feeling) dan “acting the good” (moral action). Tanpa hal tersebut semua manusia akan sama seperti robot yang terindoktrinasi oleh sebuah paham.

Menurut T. Ramli (2003), pendidikan karakter memiliki esensi dan makna yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Tujuannya adalah membentuk pribadi anak supaya menjadi manusia yang baik, serta menjadi warga masyarakat dan warga negara yang baik.

Berdasarkan pembahasan diatas dapat ditegaskan bahwa pendidikan karakter merupakan upaya-upaya yang dirancang dan dilaksanakan secara sistematis untuk mmebantu peserta didik memahami nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiranm sikap, perasaan, perkataan dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya dan adat istiadat. C. Bagaimana Konsep Pribadi Berkarakter?

(6)

oleh semua sistem sekolah. Namun ciri-ciri yang paling utama dan nilai-nilai yang digunakan dalam pendidikan karakter adalah sama atau terkait dengan karakter ini.

Berikut ciri-ciri peniddikan berkarakter:

Sifat Karakter Sifat Terkait

Kejujuran Sejati, loyalitas, integritas

Tanggung jawab Ketergantungan, keandalan

Ketekunan Ketekunan, kesabaran

Merawat Kebaikan, baik,

kedermawanan, keceriaan, charity, kegunaan

Kewarganegaraan Patriotisme, sportif

Menghormati Self-respect, menghormati

Keadilan Toleransi

Displin diri Cukup pengawasan

Integritas Kejujuran, sejati, kepercayaan

Patriotisme Kewarganegaan, pengabdian,

tanggung jawab

Keberanian Ketabahan, penentuan

Langkah-langkah pembentukan karakter menurut Najib Sulhan (2010:20) adalah sebagai berikut:

1. Memasukkan konsep karakter pada setiap pembelajaran dengan cara:

(7)

 Menggunakan cara yang membuat anak memiliki alasan

atau keinginan untuk berbuat baik (desiring the good).

 Memberikan beberapa contoh kepada anak mengenai

karakter yang sedang dibangun. Misalnya seperti melalui cerita dengan tokoh-tokoh yang mudah dipahami siswa.

 Mengembangkan sikap mencintai perbuatan baik (loving

the good). Pemberian penghargaan kepada anak yang membiasakan melakukan kebaikan. Anak yang melakukan pelanggaran diberi hukuman yang mendidik.

 Melakukan perbuatan baik (acting the good).

Pengaplikasian karakter dalam proses pembelajaran selama di sekolah.

2. Membuat slogan yang mampu menumbuhkan kebiasaan baik dalam segala tingkah laku masyarakat sekolah.

3. Pemantauan secara continue. Merupakan pemantauan secara terus-menerus yang berwujud dari pelaksanaan pembangunan karakter.

4. Penilaian orangtua memiliki yang besar dalam membangun karakter anak. Waktu anak di rumah lebih banyak dibandingkan di sekolah. Rumah adalah tempat pertama anak berkomunikasi dan bersosialisasi dengan lingkungannya.

D. Bagaimana Peran Keluarga, Guru, dan Lingkungan dalam membangun Pendidikan Karakter Anak?

(8)

Keluarga merupakan temoat pertama dan utama bagi pendidikan karakter anak. Apabila keluarga gagal melakukan pendiidkan karakter pada anak-anaknya, maka akan sulit bagi institusi-institusi lain diluar keluarga (termasuk sekolah) untuk memperbaikinya. Keberhasilan keluarga dalam menanamkan nilai-nilai kebajikan (karakter) pada anak sangat tergantung pada jenis pola asuh yang diterapkan orangtua anaknya. Pola asuh dapat didefinisikan sebagai pola interaksi antara anak dengan orangtua yang meliputi pemenuhan kebutuhan fisik (seperti makan, minum, kasih sayang, dan lain-lain), serta sosialisasi norma-norma yang berlaku di masyarakat agar anak dapat hidup selaras dengan lingkungannya. Dengan kata lain, pola asuh juga meliputi pola interaksi orangtua dengan anak dalam rangka membangun pendidikan karakter penting sekali dikembangakn nilai-nilai etika dan estetika inti seperti kepedulian, kejujuran, keadilan, tanggung jawab dan rasa hormat terhadap diri dan orang lain bersama dengan nilai-nilai kinerja pendukungnya seperti ketekunan, etos kerja yang tinggi dan kegigihan sebagai basis karakter yang baik. Guru harus berkomitmen untuk mengembangkan karakter peserta didik berdasarkan nilai-nilai yang dimaksud serta mendefinisikannya dalam bentuk perilaku yang dapat diamati dalam kehidupan sekolah sehari-hari. Yang terpenting adalah semua komponen sekolah bertanggung jawab terhadap standar-standar perilaku yang konsisten sesuai dengan nilai-nilai inti.

(9)

Lingkungan masyarakat, para pemimpin, pembuat kebijakan, pemegang otoritas di masyarakat, orang tua harus menadi role model yang baik dalam menanamkan karakter yang baik kepada anaknya. Berbagai perilaku ambigu dan inkonsistensi yang diperlihatkan dalam masyarakat akan memberi kontribusi yang buruk yang secara signifikan dapat melemahkan karakter siswa.

E. 2Bagaimana Pendidikan Karakter di Sekolah?

a. Urgensi Pendidikan Karakter di Sekolah

Menurut William Bennett (1991) sekolah memiliki peran yang amat penting dalam pendidikan karakter anak, terutama jika anak-anak tidak mendapatkan pendidikan karakter di rumah. Di Indonesia, dimana agama diajarkan di sekolah-sekolah negeri, namun seperti yang terlihat dari kurikulum pendidikan agama, tampaknya agama lebih mengajarkan pada dasar-dasar agama, sementara akhlak atau kandungan nilai-nilai dalam kebaikan belum sepenuhnya disampaikan. Dilihat dari metode pendidikan pun tampaknya terjadi kelemahan karena metode pendidikan yang disampaikan dikonsenterasikan atau terpusat pada pendekatan kognitif, yaitu hanya mewajibkan siswa didik untuk mengetahui dan menghafal konsep dan kebenaran tanpa menyentuh perasaan, emosi, dan nuraninya. Selain itu tidak dilakukan praktek perilaku dan penerapan nilai kebaikan dan akhlak mulia dalam kehidupan di sekolah, hal ini merupakan kesalahan metodologis dalam pengajaran moral bagi manusia.

b. Dalam pengimplementasiannya di kelas, pendidikan karakter bisa dikembangkan melalui point-point berikut:

1. Cinta Tuhan dan kebenaran

2 Amri, dkk. 2011. Impementasi Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran.

(10)

2. Tanggung jawab, kedisiplinan, dan kemandirian 3. Amanah

4. Hormat dan santun

5. Kasih sayang, kepedulian, dan kerjasama 6. Percaya diri, kreatif, dan pantang menyerah

7. Keadilan dan kepemimpinan 8. Baik dan rendah hati

9. Toleransi dan cinta damai

c. Karakter Utama dalam pendidikan Karakter di Sekolah

Untuk membangun pendidikan karakter yang kuat, harus memperhatikan delapan karakter utama pendidikan karakter di sekolah, yakni:

Courage. Keberanian/Keteguhan Hati : Memiliki keingiinan

untuk berbuat yang benar meskipun yang lain tidak.

Good judgment. Pertimbangan yang Baik: Memilih tujuan hidup

yang baik dan membuat prioritas yang sesuai , berfikir sampai pada konsenkuensi dari setiap aksi, dan memutuskan berdasarkan pada kebijaksanaan dan pendirian yang baik.

Integrity. Integritas: memiliki kekuatan dalam untuk jujur, dapat

dipercaya, dan berkata benar dalam segala hal.

Kindness. Kebaikan hati: perhatian, sopan, membantu, dan

memahami orang lain, dan sebagainya.

Perseverance. Ketekunan: tekun mengejar tujuan hidup

(11)

Memeprlihatkan kesabaran dan keinginan untuk mencoba lagi meskipun ada keterlambatan, keslaahan, atau kegagalan.

Respect. Penghargaan: memperlihatkan penghargaan pada

wewenang, baik pada orang lain, diri sendiri, untuk barang milik dan untuk Negara.

Responsibility. Tanggung jawab: bebas dalam menjalankan

kewajiban dan tugas, menunjukkann dapat diandalkan dan konsisten dalam perkataan dan perbuatan, dapat dipercaya dakam setiap kegiatan, dan komitmen untuk aktif terlibat di lingkungan.

Self-Discipline. Disiplin diri: memperlihatkan kerja keras dan

komitmen pada tujuan, mengatur diri untuk perbaikan diri dan juga menghindari perilaku tidak baik, dapat mengendalikan kata-kata, aksi, reaksi, dan juga keinginan.

d. Strategi Implementasi Pendidikan Karakter

Strategi implementasi pendidikan karakter sangat beragam dan mencakup:

(1) Sosialisasi

Tujuan sosialisasi adalah untuk membentuk kesadaran kolektif tentang pentingnya pendidikan karakter pada lingkup nasional. Sosiakisasi juga bertujuan untuk melakukan gerakan kolektif dan pencanangan pendidikan karakter untuk semua.

(2) Pengembangan regulasi

(12)

(3) Pengembangan kapasitas

Pengembangan kapasitas bertujuan untuk meningkatkan peran dan fungsi organisasi, sistem dan perorangan dalam pelaksanaan pendidkkan karakter di lingkungan Unir Utama Kemnetrian Pendidikan Nasional.

(4) Implementasi dan kerjasama

Tujuan strategi ini adalah untuk mensinergikan berbagai hal yang terkait dengan pelaksanaan pendidikan karakter di lingkup tugas pokok, fungsi dan sasaran Unit Utama Kementrian Pendidikan Nasional.

(5) Monitoring dan evaluasi

Strategi monitoring dan evaluasi dilakukan untuk mengontrol, mengendalikan pelaksanaan pendidikan karakter di lingkungan Unit Utama Kementrian Pendidikan Nasional.

e. Implementasi Pendidikan Karakter

Monitoring dan evaluasi secara umum diarahkan untuk mengetahui keefektifan pelaksanaan program pendidikan karakter secara periodik setiap tahun dan lima tahunan.

Monitoring dan evaluasi secara khusu bertujuan untuk mengidentifikasi:

1) Adanya berbagai penyimpangan dalam proses pendidikan karakter. Selanjutnya hal tersebut dijadikan umpan balik untuk perbaikan dalam perencanaan, pelaksanaan dan sistem evaluasi.

(13)

Beberapa kriteria yang dapat dijadikan tolak ukur dasar penilaian keberhasilan pendidikan karakter mencakup hal-hal sebagai berikut:

1. Meningkatnya kesadaran (secara kualitatif) akan pentingnya pendidkan karakter di lingkungan peserta didik, pendidik dan tenaga pendidikan

2. Meningkatnya kejujuran peserta didik, pendidik dan tenaga kependidikan

3. Meningkatnya rasa tanggung jawab peserta didik, pendidik dan tenaga kependidikan

4. Meningkatnya kecerdasan peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan

5. Meningkatnya kreativitas peserta didik, pendidik dan tenaga keoendidikan

6. Meningkatnya kepedulian peserta didik, pendidik dan tenaga kependidikan

7. Meningkatnya kegotong-royongan peserta didik, pendidik dan tenaga kependidikan

8. Meningkatnya kebersihan, kesehatan dan kebugaran peserta didik, pendidik dan tenaga kependidikan

9. Jumlah satuan pendidikan formal dan non formal (kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat/PKBM, kursus, majelis taklim) yang telah mengimplementasikan program pendidikan karakter menurut kabupaten/kota dan provinsi 10.Jumlah mata pelajaran/ kuliah yang telah mengintegrasikan

(14)

11.Jumlah satuan pendidikan yang menerapkan sistem penilaian yang memasukkan komponen karakter

12.Jumlah perpustakaan, taman bacaan atau sejenisnta yang mengaplikasikan pendidikan karakter

13.Jumlah peserta didik yang telah memperoleh pembelajaran berkaitan dengan pendidikan karakter (seperti pendidkkan akhlak mulia di satuan pendidikan formal atau wawasan kebangsaan dan cinta tanah air di satuan pendidikan nonformal)

14.Meningkatnya perilaku santun yang mencerminkan etika hidup di dalam kehidupan masyarakat sehar-hari

15.Menurunnya tingkat kenakalan remaja dan pemuda (seperti tawuran pelajar/ mahasiswa, pergaulan bebas, pelecehan seksual. Pemelakan dan penyalahgunaan narkoba) secara kualitatif

16.Meningkatnya ketertiban dan kedisiplinan peserta didik, pendidik dan tenaga kependidikan.

DAFTAR PUSTAKA

Amri, dkk. 2011. Impementasi Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran. Prestasi Pustaka Raya. Jakarta

(15)

Zuriah, Nurul, 2007. Pendidikan Moral& Budi Pekerti Dalam Perspektif Perubahan. Bumi Aksara. Jakarta.

Rusyan, Tabrani, 20117. Menjadi Guru Berdisiplin. Nabil Sukses Mandiri. Tegal.

Dimyati dan Mujiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta.

Kemendiknas. 2010. Pembinaan Pendidikan Karakterdi sekolah Menengah Pertama. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: PT Rineka Cipta

https://eric.ed.gov/?q=character+education+for+child&id=EJ1055322 https://eric.ed.gov/?q=character+education+for+child&id=EJ1145975 https://doaj.org/article/014b5eb2d19845939979246910135e74 https://media.neliti.com/media/.../122343-ID-mengapa-pendidikan-karakter.pdf

https://media.neliti.com/.../122042-ID-implementasi-pendidikan-karakter-dalam-p.pdf

digilib.uinsby.ac.id/1529/5/Bab%202.pdf https://journal.uny.ac.id/index.php/jpka

Referensi

Dokumen terkait

Dengan beragamnya teknologi khususnya alat komunikasi dan interaksi membuat internet tidak hanya berfungsi sebagai sarana untuk mendapatkan informasi saja, lebih dari

Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian terhadap mutu agregat dari Simeulue sebagai bahan campuran aspal AC-WC dengan menggunakan variasi persentase bahan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa : (1) Pola komunikasi yang dilakukan dalam keluarga yang menikah di usia dini ialah

Kesimpulan : Efektifitas daya anthelmintik perasan dan infusa rimpang temu ireng ( Curcuma aeruginosa Roxb. ) masih di bawah piperazin citrat. Daya anthelmintik infusa rimpang

Atas undangan Yang Mulia Menteri/Ketua Komite Pemerintah untuk Organisasi dan Kepegawaian Republik Sosialis Vietnam, Yang Mulia Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur

c. Penyelenggaraan pemungutan dan penggalian potensi pendapatan daerah di Bidang Pengelolaan Pasar. Namun bidang pengelolaan pasar sendiri tidak memiliki Standar

Selain itu juga terdapat jurnal penelitian tentang perbedaan konsep diri pada budaya dan pengaruhnya terhadap pembelian impulsif, yaitu bahwa konsep diri memiliki

Dalam melaksanakan tugas setiap pimpinan satuan organisasi wajib menerapkan prinsip koordinasi, integrasi dan sinkronisasi di lingkungan masing-masing maupun an tar