Strategi Pengelolahan Stres (Coping Stress) pada Penderita Diabetes
Mellitus Tipe 2 yang Mengalami Komplikasi Gangren
Ayu Aisah Zuraidah1*, Yuwaditya Dewi2, Cholichul Hadi3, Achmad Chusairi4 1Department, Airlangga University, Surabaya, East Java, Indonesia
Corresponding e-mail : ayu.aisah.zuraidah-2017@psikologi.unair.ac.id
2Department, Airlangga University, Surabaya, East Java, Indonesia
Corresponding e-mail : yuwaditya.dewi.bimantari-2017@psikologi.unair.ac.id
3Department, Airlangga University, Surabaya, East Java, Indonesia Corresponding e-mail : cholichul.hadi@psikologi.unair.ac.id
4Department, Airlangga University, Surabaya, East Java, Indonesia Corresponding e-mail : achmad.chusairi@psikologi.unair.ac.id
Abstract
This study aims to find out how the strategy of coping stress conducted by people with diabetes mellitus type 2 who experienced gangrene complication. coping stress strategy is an effort done by people with diabetes mellitus with gangrene complications to overcome the stress feeling due to illness so that his condition can remain stable and his treatment goes. Coping Stres strategy in this study is divided into two types, namely problem solving effort and emotion focused coping. This research method using qualitative approach by taking three people with type 2 diabetes mellitus and complications of gangrene as a participant. Selection procedure participant used purposive approach. Data collection techniques in this study using structured interviews and field notes. The process of analyzing the data in this study using thematic analysis with theory-driven approach because this approach helps researchers in terms of coding derived from existing theories. Results of data analysis, the three participant have a Coping Stres strategy to healing stress they feels as a result of diabetes and their gangrene complication. Patients were able to cope well with stress control routine, changes in eating patterns, looking for information on diabetes mellitus and exercise regularly. Patients also get support from professionals, family, and friends.
Keywords: Coping Stress Strategies, Diabetes Mellitus type 2 patients, Gangrene Complication.
Abstrak
Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui bagaimana strategi coping stress yang dilakukan oleh penderita diabetes mellitus tipe 2 yang mengalami komplikasi gangren. strategi coping stress merupakan usaha yang di lakukan penderita diabetes mellitus dengan komplikasi gangren untuk mengatasi perasaan stress akibat penyakitnya agar kondisinya dapat tetap stabil dan pengobatannya berjalan lancar. strategi coping stress dalam penelitian ini terbagi dalam 2 jenis, yaitu problem solving effort dan emotion focused coping. Metode penelitian ini menggunakan metode Kualitatif dengan mengambil 3 orang penderita diabetes mellitus tipe 2 yang mengalami komplikasi gangren sebagai partisipan. Prosedur pemilihan partisipan menggunakan pendekatan purposive. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan wawancara terstruktur dan juga catatan lapangan. Proses menganalisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis tematik dengan pendekatan theory driven karena pendekatan ini membantu peneliti dalam hal pengkodean yang berasal dari teori yang sudah ada. Hasil analisis data diperoleh, ketiga partisipan memiliki strategi coping stress untuk menanggulangi stress yang ia rasakan akibat penyakit diabetes dan komplikasi gangrennya. Penderita mampu mengatasi stresnya dengan baik dengan melakukan kontrol rutin, perubahan pola makan, mencari informasi tentang diabetes mellitus dan berolahraga secara teratur. Penderita juga mendapatkan dukungan dari para professional, keluarga, dan teman.
Korespondensi:
Cholicul Hadi. cholichul.hadi@psikologi.unair.ac.id Achmad Chusairi. achmad.chusairi@psikologi.unair.ac.id
Ayu Aisah Zuraidah. ayu.aisah.zuraidah-2017@psikologi.unair.ac.id Yuwaditya Dewi. yuwaditya.dewi.bimantari-2017@psikologi.unair.ac.id
Membedah Variabel Stress dan Coping Stress dengan Pyramid Question
Sumber Gambar dari :
https://www.google.co.id/search?
Mind Map
Penderita 1 dan 2 : problem solving effort (seeking social support)
(what) Apa Pengertian Stress
(who) Siapa saja yang dapat menjadi sumber stress penderita ?
Strategi coping stress pada penderita diabetes mellitus dengan komplikasi gangren
mengapa penderita diabetes mengalami stress ?
problem focus coping
Jumlah penderita diabetes mellitus dengan komplikasi gangrene di indonesia
strategi coping stress yang dominan di gunakan penderita diabetes dengan komplikasi gangrene
PENDAHULUAN
Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit kronis (menahun). Penyakit ini ditandai dengan kadar glukosa darah yang melebihi normal serta gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang disebabkan oleh kekurangan hormon insulin secara relatif maupun absolute (Adam, 2017). World Health Organization (2018) merumuskan bahwa Diabetes Melitus merupakan kelompok jenis penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya.
Diabetes mellitus merupakan salah satu jenis penyakit kronis dengan jumlah penderita yang terus mengalami peningkatan dan menjadi masalah kesehatan bagi seluruh negara di dunia. Menurut World Health Organization (2018) pada tahun 2017 jumlah penderita diabetes mellitus di seluruh dunia telah mencapai angka 271 juta jiwa. Pada tahun 2017, Indonesia menempati peringkat ke 4 dengan jumlah penderita diabetes mellitus sebanyak 8 juta jiwa (Arisman, 2017). Penyakit diabetes mellitus dapat dibedakan menjadi diabetes mellitus tipe 1 dan diabetes mellitus tipe 2 (Evans dkk., 2017).
Diabetes mellitus tipe 1 dan 2 dibedakan berdasarkan penyebabnya. Diabetes mellitus tipe 1 disebabkan oleh kerusakan pankreas sehingga produksi insulin berkurang, sementara diabetes mellitus tipe 2 disebabkan oleh resistensi insulin dalam arti insulinnya cukup akan tetapi tidak bekerja dengan baik dalam mengontrol kadar gula darah. Diabetes mellitus tipe 1 susah diprediksi dan dicegah, sebab penyakit ini merupakan penyakit akibat kelainan genetik yang dibawa sejak lahir. Berbeda dengan diabetes mellitus tipe 2 yang umumnya menyerang orang dengan pola makan dan gaya hidup tidak sehat serta jarang berolahraga (Evans dkk., 2017). Dilihat dari perbandingan jumlah kasus, diabetes mellitus tipe 1 mencakup 10-15 persen dari jumlah seluruh pengidap diabetes mellitus. Jumlah kasus diabetes mellitus tipe 2 mencapai 85-90 persen dari seluruh pengidap diabetes semua tipe (Evans dkk., 2017). Dari hal tersebut dapat dilihat bahwa penderita diabetes mellitus tipe 2 menjadi dominasi dari total penderita diabetes mellitus yang ada.
area mata (retinopati), ginjal (nefropati), saraf (neuropati), jantung (infarkmiokardial), serta pembuluh darah akibat kerusakan sekresi insulin, kerja insulin, ataupun keduanya, sehingga glukosa (gula darah) akan menumpuk dalam tubuh, karena tidak dapat dipecah menjadi sumber energi. Karena terganggunya fungsi fungsi tubuh tersebut penyakit ini juga dapat memberikan komplikasi yang mematikan, seperti serangan jantung, stroke, kegagalan ginjal, impotensi (lemah syahwat), timbulnya gangren dan kebutaan (Adam, 2017). Walaupun diabetes mengganggu sistem fisiologis manusia, kenyataan yang ditemuan di lapangan adalah penderita diabetes juga mengalami gangguan pada kondisi psikisnya (Achmat, 2017). Perubahan kondisi psikis ini terutama ditemui pada penderita diabetes tipe 2 yang memiliki kondisi berbeda dengan penderita diabetes tipe 1. Pada penderita penderita diabetes tipe 1 telah mendapat suntikan insulin dan perawatan fisik sejak muda sehingga penderita dapat melakukan penyesuaian fisik dan psikologis untuk menghadapi dan merawat penyakitnya di bandingkan dengan penderita diabetes melltus tipe 2 (Larasati, 2017).
Berbagai kenyataan harus di terima oleh penyandang diabetes mellitus tipe 2 seperti hasil diagnosa, tidak adanya harapan untuk sembuh dan harus berdampingan dengan penyakit ini selamanya, perubahan pola hidup dan pola makan yang drastis,. Kenyataan kenyataan seperti itu membuat penderita menderita secara fisik, dan goncangan secara psikis (Fajari, 2017).
Goncangan psikis tersebut menyebabkan munculnya berbagai reaksi seperti sikap menyangkal, kemudian muncul perasaan marah, penderita marah karena merasa hidupnya terganggu dan tertekan, Penderita diabetes mellitus tipe 2 juga dapat merasakan frustasi karena terlalu memikirkan penyakit diabetes mellitusnya. Penderita diabetes mellitus tipe 2 pada umumnya memiliki pengetahuan mengenai penyakitnya, tentang apa yang harus dilakukan dan bagaimana cara memelihara kesehatannya. Akan tetapi semakin banyak yang penderita mengerti ternyata semakin membuat penderita merasa tertekan oleh peraturan berupa pembatasan diet dan aktifitas. Penderita juga dapat mengalami kejenuhan sehingga timbul dilema atau konflik yang sulit dipecahkan. Masalah ini menimbulkan sikap yang dapat merugikan penderita. Penderita mulai mencoba melanggar pantangan serta mulai berperilaku salah, seperti tidak mau menjaga pola makan dan tidak dapat mengendalikan emosi karena keadaan yang dialami sehingga terjadi stres (Larasati, 2017).
dan kekambuhan serta terjadinya kemunduran fisik (Satiadarma, 2017). Secara psikologis, ketika penderita mengetahui terdiagnosa penyakit diabetes mellitus, akan timbul kekhawatiran dalam dirinya terhadap apa yang akan mereka alami di hari yang akan datang. Timbulnya rasa khawatir inilah yang pada akhirnya dapat menimbulkan stress. Selain itu Berbagai perasaan seperti yang telah di ungkapkan di atas (menyangkal, obsesi, marah dan frustasi) juga menjadi sumber pikiran menekan yang akan menyebabkan penderita mengalami stress akibat kondisi penyakitnya ini. Kondisi stres ini akan membawa dampak buruk bagi penyakit diabetesnya (Larasati, 2017).
Stress pada penderita diabetes mellitus menyebabkan produksi berlebih pada hormone kortisol, jika penderita mengalami stress berat maka hormonkortisol yang di hasilkan akan semakin bertambah, sehingga sensitivitas tubuh terhadap insulin makin berkurang. Hormon kortisol merupakan musuh dari insulin sehingga membuat kadar gula darah tidak stabil dan cenderung sangat tinggi (Goz dkk., 2017). Kadar gula ini menjadi tinggi karena dalam kondisi stress glukosa darah yang masuk tidak dapat di pecah menjadi energi namun akan menggumpal dan menyebabkan naiknya kadar gula darah (Goz dkk., 2017)..
Goz dkk (2017) menunjukkan bahwa sebagian besar tingkat stress yang dialami penderita diabetes mellitus tipe 2 yang sedang dirawat inap adalah stress berat yaitu sebanyak 16 orang atau 53,3%. Tingginya tingkat stress yang dimiliki oleh sebagian besar responden diakibatkan oleh perubahan status kesehatan mereka yang drastis. Selain akibat penyakit diabetes mellitusnya, penderita juga merasakan goncangan psikologi yang menyebabkan stress karena berbagai komplikasi yang mengikuti penyakit ini. Salah satunya adalah komplikasi gangren. Gangren adalah kondisi terganggunya sisterm syaraf (neuropati) sehingga tubuh tidak dapat merasakan sensasi. Dalam beberapa kasus, seorang penderita Diabetes Mellitus harus menjalani amputasi karena luka yang meradang di kaki (Achmat, 2017).
Solichah (2017) mengungkapkan bahwa konflik psikologis, kecemasan, depresi, dan stres dapat memperburuk kondisi kesehatan dan penyakit yang diderita oleh seseorang yang menderita suatu penyakit. Dalam kasus penyandang diabetes mellitus dengan komplikasi gangren penderita merasa hidupnya terganggu dan tertekan karena penderita merasa dicabut kebebasannya akibat banyak larangan dan keharusan yang menyangkut kehidupan sehari-harinya sebagai penyandang diabetes mellitus, seperti contohnya tidak dapat lagi makan makanan sesukanya seperti keadaan sediakala sebelum sakit. Tidak dapat berjalan, tidak dapat melakukan aktifitas yang sebelumnya penderita lakukan sebelum terkena komikasi gangren, perasaan malu karena kondisi anggota tubuhnya yang tidak dapat kembali seperti sedia kala, terhambatnya aktifitas fisik penderita karena komplikasi gangren yang di alaminya, menarik diri dari lingkungan karena penderita tidak dapat menerima keadaannya, penderita juga merasa rendah diri karena kondisi lukanya yang sukar untuk sembuh dan berbau busuk.
Berbagai hal tersebut akan menyebabkan penderita merasa tertekan yang akan memicu stress. Stress yang di alami penderita akan memperburuk kondisi komplikasi gangrennya. Dalam kondisi penderita diabetes mellitus dengan kompikasi gangren, tingginya kadar hormone kortisol akibat stress dapat memperparah kondisi lukanya. Peningkatan kadar hormon kortisol dalam tubuh akan menyebabkan proses penyembuhan luka pada bagian tubuh penderita berlangsung lebih lama karena kadar gula penderita yang tinggi sehingga luka gangren tidak dapat segera mengering dan menimbulkan bau yang busuk (Rustini, 2017). Hal hal tersebut juga akan mengakibatkan penurunan motivasi penderita untuk menjalani pengobatan. Stress yang di alami oleh penderita akan mempengaruhi proses kesembuhan dan menghambat kemampuan aktivitas kehidupannya sehari-hari (Rustini, 2017) Maka dari itu kebahagiaan dan kesejahteraan psikologis pada penderita diabetes mellitus terutama dengan komplikasi gangren perlu untuk di perhatikan agar kesehatan penderita tetap terjaga.
emosional serta kognitif yang pada akhirnya akan membantunya untuk dapat menentukan penggunaan strategi coping stress agar dapat menangani stress yang di rasakan akibat penyakitnya.
Strategi coping stress merupakan suatu proses untuk mengatasi berbagai macam tuntutan baik dari sisi internal maupun eksternal yang melebihi kapasitas dari orang tersebut (Lazarus dan Folkman, 1984, dalam Rustini 2017). Strategi coping stress menunjuk pada berbagai upaya, baik mental maupun perilaku, untuk menguasai, mentoleransi, mengurangi, atau meminimalisasikan suatu situasi atau kejadian yang penuh tekanan (Lazarus dan Folkman, 1984 dalam Rustini, 2017).
Lazarus dan Folkman (1984) dalam Rustini (2017) mengklasifikasikan strategi coping stress menjadi dua kelompok besar yaitu problem solving effort, dimana individu secara aktif mencari penyelesaian dari masalah untuk menghilangkan kondisi atau situasi yang menimbulkan stress, kemudian emotion-focused coping, dimana individu melibatkan usaha-usaha untuk mengatur emosinya dalam rangka menyesuaikan diri dan mengurangi dampak yang akan diitmbulkan oleh suatu kondisi atau situasi yang penuh tekanan. Emotional focused coping terbagi menjadi 5 strategi coping stress yaitu
self conrol, distancing, positive appraisal, accepting responsibility, dan escape / avoidace. Sedangkan problem solving effort terbagi menjadi tiga strategi koping yang berbeda yaitu confrontatif coping, seeking social support, dan planful problem solving.
strategi strategi yang di lakukan oleh penderita diabetes melitus yang menjadikan kualitas hidupnya menjadi semakin baik.
Hingga saat ini penelitian mengenai kondisi stres psikologis penderita diabetes yang mengalami gangren masih jarang di temui. Padahal menurut data yang di himpun oleh Rustini (2017) presentase penderita diabetes mellitus dengan gangren sudah mencapai angka 50 % dari total keseluruhan jumlah penderita.
Berdasarkan data yang telah dihimpun oleh peneliti di atas, pada penting untuk di lakukan penelitian untuk melihat bagaimanakah tipe dari strategi coping stress yang di lakukan oleh penderita diabetes mellitus tipe 2 yang mengalami komplikasi gangren. karena hingga sekarang masih sedikit penelitian yang secara spesifik mengkaji lebih dalam mengenai masalah psikologis penderita diabetes mellitus yang telah mengalami komplikasi gangren. Terutama merujuk pada tipe strategi coping stress apa saja yang di lakukan oleh penderita diabetes melitus tipe 2 yang mengalami gangren.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan tipe studi kasus instrumental. Melalui pendekatan studi kasus, peneliti mampu untuk memperoleh pemahaman yang utuh dan terintegrasi mengenai sebuah kasus khusus. Kasus khusus yang dimaksudkan dalam penelitian ini berkaitan dengan individu (Poerwandari, 2017). Tipe studi kasus yang akan digunakan untuk meneliti strategi coping stress pada penderita diabetes mellitus tipe 2 yang mengalami komplikasi gangren ini adalah studi kasus instrumental, tipe ini digunakan untuk memberikan pemahaman mendalam atau menjelaskan kembali suatu proses generalisasi. Dengan kata lain, kasus diposisikan sebagai sarana (instrumen) untuk menunjukkan penjelasan yang mendalam dan pemahaman tentang sesuatu yang lain dari yang biasa dijelaskan. Melalui kasus yang ditelitinya, peneliti bermaksud untuk menunjukkan adanya sesuatu yang khas yang dapat dipelajari dari suatu kasus tersebut, yang berbeda dari penjelasan yang diperoleh dari obyek-obyek lainnya. (Poerwandari, 2017).
mengetahui bagaimana cara mereka melakukan strategi coping stresss yang membuat mereka bisa bertahan hingga saat ini. Adapun kriteria partisipan penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini yaitu Penderita Diabetes Mellitus tipe 2 yang mengalami komplikasi gangren, usia 40-60 Tahun, menderita penyakit diabetes mellitus dan komplikasi gangren lebih dari 5 Tahun dan telah lulus screening subjek melalui alat ukur tingkat stress dari Sarafino. Teknik penggalian data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan catatan lapangan dan wawancara. Wawancara yang di lakukan adalah wawancara dengan Pedoman Umum. Proses wawancara, dimana peneliti dilengkapi dengan pedoman wawancara yang sangat umum, yang berguna untuk mengingatkan peneliti mengenai aspek-aspek apa saja yang harus dibahas, sekaligus menjadi daftar pengecek apakah aspek-aspek yang dibahas dan ditanyakan telah relevan. Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode analisis tematik. Analisis tematik merupakan proses mengkode informasi yang dapat menghasilkan daftar tema, model tema dan kualifikasi yang terkait dengan tema dan teori yang di gunakan dalam penelitian (Boyatzis, 1998 dalam Poerwandari, 2017).
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
dalam dirinya. Dalam penelitian ini di temukan berbagai reaksi yang di alami penderita diabetes mellitus yang mengalami komplikasi gangren adalah penderita merasa kaget, kecewa dan sedih karena kakinya sudah tidak utuh kembali, menarik diri dari lingkungan dan merasa tidak berdaya. Dalam penelitian ini di temukan bahwa penyakit diabetes mellitus dan komplikasi gangrene tidak hanya membuat penderita rugi dalam hal fisik, namun juga psikis. Dalam penelitian ini di temukan bahwa Penderita diabetes memiliki pengalaman stress akibat penyakit diabetes mellitus dan juga komplikasi gangrennya. Awalnya setelah menderita komplikasi gangrene dan harus di amputasi penderita diabetes tidak dapat menerima keadaannya dan kerap merasa resah karena keterbatasan fisiknya kini. Dalam usahanya untuk melarikan diri dari stress penderita diabetes mellitus menggunakan strategi coping stress berupa confrontative coping, dalam penelitian ini penderita melakukan berbagai upaya confrontative coping seperti tidak mau di bawa ke rumah sakit, berbohong untuk menutupi keadaan kaki dan fisiknya yang sebenarnya ke dokter dan juga tidak mau di amputasi. Hal tersebut akhirnya membuat salah satu penderita diabetes mengalami proses penyembuhan yang lebih lama karena benar benar bersikukuh tidak ingin di amputasi.
Dalam penelitian ini juga di temukan bahwa penderita diabetes sangat memerlukan dukungan dari orang orang di sekitarnya. dukungan sosial ini adalah salah satu indikator dari stategi pengelolaan stres dari dimensi problem solving effort yakni seeking social support. Dukungan sosial dari orang orang di sekitar penderita ini sangat di butuhkan untuk menjadi semangat dan motivasinya untuk sembuh. Tanpa adanya orang lain di sekitarnya yang menjadi semangat dan penyemangatnya, mungkin penderita diabetes tidak dapat bertahan hingga saat ini. Jenis jenis dukungan sosial yang di terima dan di butuhkan oleh masing masing penderita diabetes sebetulnya sama, namun tergantung pada pribadi masing masing penderita dan juga lingkungannya.
sehat. Langkah ini termasuk dalam strategi coping stress dalam dimensi problem solving effort
yakni planful problem solving, Bentuk langkah strategi coping stress berupa planful problem solving yang di lakukan oleh penderita diabetes mellitus yang mengalami komplikasi gangren dalam penelitian ini adalah dengan rutin berobat dan meminum obatnya secara teratur dan displin. Menjalankan pola makan diet diabetik untuk menjaga kadar gula darahnya dan berpuasa. Berkonsultsi ke dokter dan rutin mengontrol kondisi luka gangrennya. Penderita diabetes mellitus juga belajar mengenai penyakitnya agar paham apa yang harus di lakukan penderita kepada penyakitnya.
Penderita diabetes yang mengalami komplikasi gangren dalam penelitian ini juga memiliki strategi coping stress berupa kontrol diri untuk mengatasi stres akibat penyakitnya. Dalam penelitian ini di temukan bahwa kontrol diri yang dilakukan oleh penderita diabetes mellitus yang mengalami komplikasi gangrene adalah seperti tidak akan menceritakan masalahnya apabila penderita masih bisa menyelesaikannya sendiri. memilah milah hal apa yang perlu di ceritakan dan yang bisa atasi sendiri. Strategi coping stress selanjutnya yang di gunakan oleh penderita diabetes mellitus yang mengalami gangren dalam penelitian ini adalah distancing, dalam penelitian ini di temukan bahwa stragtegi pengelolaan stres berupa distancing yang di lakukan oleh penderita adalah tidak terlalu memikirkan masalah penyakitnya secara berlebihan yang membuatnya berlarut dalam kesedihan dan hanya meratapi nasibnya. Penderita mencoba menghindarkan dirinya dari stress dengan menganggap bahwa semuanya sudah ada masanya.
Dalam penelitian ini di temukan bahwa penderita diabetes mellitus yang mengalami gangren juga melakukan strategi coping stress berupa positive appraisal. Strategi coping stress
untuk dapat lebih tenang dan tidak stress menjalani hidupnya kini. Penderita memaknai hidup nya dengan baik setelah sakit karena dengan hal tersebut pikirannya akan menjadi tenang dan proses pengobatannya dapat optimal. Penderita diabetes mellitus yang mengalami gangren dalam penelitian ini juga melakukan strategi coping stress berupa accepting responsibility.
dalam penelitian ini bentuk strategi coping stress berupa accepting responsibility yang di lakukan oleh penderita adalah mengakui kesalahan pola makannya yang menyebabkan penderita akhirnya menderita diabetes mellitus dan komplikasi gangren. Penderita mengakui meskipun telah mengetahui bahwa dirinya adalah keturunan diabetes penderita tidak dapat menjaga pola makannya dengan baik. penderita berjanji untuk dapat merubah pola makan dan berjanji akan mengobati luka serta menstabilkan kadar gula darahnya dengan disiplin menjalankan pola makan diet diabetik. Karena pengalaman menderita gangrene dan amputasi serta pengangkatan luka begitu membekas di hati mereka dan membuat penderita diabetes merubah sesuatu di dalam dirinya untuk hal ini.
Meskipun memiliki perencanaan yang baik untuk menjaga kondisinya, penderita diabetes mellitus yang mengalami gangren juga pernah berada dalam kondisi dimana ia benar benar jenuh menjalani semua rutinitas pengobatan yang selama ini telah ia lakukan. Hal ini adalah pengalihan stress berupa escpace / avoidance. Dalam penelitian ini di temukan bahwa penderita berusaha untuk mengalihkan stresnya dengan membayangkan kondisi dimana ia bukan menjadi seornag penderita diabetes mellitus. Seperti yang telah di jelaskan di atas penderita merupakan orang orang yang aktif, dengan keadaannya saat ini terkadang penderita sangat ingin menjadi seperti dahulu. penderita juga pernah lupa memakan makanan yang menjadi pantangan bagi penyakitnya, meskipun mengetahui bahwa makanan tersebut adalah pantangan bagi penyakitnya. Strategi coping stress pada penelitian ini, menggunakan dasar yang dijelaskan oleh Folkman dan Lazarus (1984). Strategi coping stress dibedakan menjadi 2 macam strategi coping stress, yaitu problem solving effort dan emotion focused coping yang akan dilakukan oleh semua orang ketika mengalami suatu pengalaman stress. Dalam Penelitian ini, penderita diabetes yang mengalami gangren menggunakan kedua strategi coping stress tersebut untuk mengelola stresnya akibat dari penyakit diabetes dan komplikasi gangrennya. Problem solving effort
solving dan seeking social support. Kemudian di bagian emotion focused coping di bagian
positive appraisal. Yang pada artinya ketiga penderita berfokus pada bagaimana rencana mereka untuk menyelesaikan masalahnya, bagaimana cara mereka untuk berfokus pada langkah langkah yang harus mereka ambil untuk mengatasi kondisi luka akibat diabetes sehingga ia tidak menjadi stress. Kemudian ketiga penderita menyerahkan seluruhnya kepada tuhan. Ketiganya sepakat untuk memasrahkan dirinya dan mencari makna positif dibalik keadaannya saat ini. Ketiga penderita sadar apa yang menjadi prioritasnya yang terpenting saat ini. Dan tidak berfokus pada bagaimana kesedihan yang ia rasakan apalagi meratapi nasibnya. Yang ketiga sebuah strategi coping stress tidak akan berhasil tanpa adalah dukungan dari orang orang yang ada di sekitar penderita, dukungan inilah yang membuat penderita menjadi kuat dan bersemangat untuk menjalani hari harinya, dengan dukungan tersebut mereka termotivasi untuk terus berusaha sehat dan sembuh. Dukungan ini berasal dari keluarga, tetangga, teman dan orang orang terdekat penderita, termasuk tenaga medis.
SIMPULAN DAN SARAN
Penyakit diabetes mellitus ternyata tidak hanya di sebabkan oleh faktor keturunan saja. Terbukti bahwa ketiga penderita dalam penelitian ini meskipun memiliki faktor keturunan ketiganya tetap tidak bisa menjaga pola makannya dengan baik. Pola makan inilah yang pada akhirnya mengantarkannya sebagai penderita diabetes mellitus dan pada akhirnya mengalami komplikasi gangrene. dalam menghadapi kenyataan menjadi penderita diabetes mellitus dan komplikasi gangrene, ketiga penderita memiliki pengalaman stress dan cara melakukan strategi coping stress yang berbeda beda. Dari penelitian yang telah di lakukan oleh peneliti, ada tiga strategi coping stresss terbesar yang di lakukan oleh ketiga penderita. Yakni di bagian problem solving effort, yaitu planful problem solving dan seeking social support. Kemudian di bagian
tersebut mereka termotivasi untuk terus berusaha sehat dan sembuh. Dukungan ini berasal dari keluarga, tetangga, teman dan orang orang terdekat penderita, termasuk tenaga medis.
PUSTAKA ACUAN
Adam, J.M.F (2017). Klasifikasi dan kriteria diagnosis diabetes melitus yang baru. Cermin Dunia Kedokteran. No. 127.
Anggraeni, T., Cahyanti, I.Y. (2017). Perbedaan Psychological Well-Being Pada Penderita Diabetes Tipe 2 Usia Dewasa Madya Ditinjau dari Strategi Coping. Jurnal Psikologi Klinis. Universitas Airlangga. 1-8
Arisman. (2017). Diabetes Mellitus. Buku Ajar Ilmu Gizi Obesitas, Diabetes Mellitus dan Dislipidemia. Jakarta: EGC, 44-54
Achmat. R. (2017). Diabetes dan Penanggulangannya. Disampaikan pada acara peringatan hari diabetes dunia. . Jakarta : Program Sarjana Universitas Indonesia.
Evans, J.L., I.D. Goldfine, B.A. Maddux, and G.M. Grodsky. (2017). Perspective in Diabetes: Are Oxidative Stress-Activated Signaling Pathways mediators of Insulin Resistance and -Cell Dysfunction?. Journal of Diabetic .52:1-8.
Fajari, N.M. (2017) Stres Emosional Pada Penderita Diabetes Mellitus. Di akses pada tanggal 10 Maret 2018 dari, https://pojoksehat.com/ebook/
Goz, F., Karaoz, S., Goz, M., Ekiz, S., & Cetin, I. (2017). Effect of the diabetic patient’s perceived social support in their quality of life. Journal of Clinical Nursing, 16, 1353-1360.
Hardiansyah, Eko., Hadi, Cholichul., (2017). Psikologi Al-fatiha : Solusi untuk Mencapai Kebahagiaan yang Sebenarnya. Jurnal Psikologi Islam, Vol. 4, No. 2 (2017): 107—120 Helmi, R.A. (2017). Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Penerimaan Diri
pada Penderita Diabetes Melitus. Skripsi. Yogyakarta : Fakultas Psikologi UGM
Larasati, K (2017). Emosi dan Diabetes. Di akses pada tanggal 7 Desember 2017 dari, http:// krisnalarasati.com/2010/05/html
Lazarus, R.S., & Folkman, S. (1984). Ways of coping scale (rev.ed). University of California, San Fransisco : Author.
Neuman, W.L. (2017). Social Research Methods : Qualitative and Quantitative Approarches. United Of America : A Person Education Company
Poerwandari, E. K. (2017). Pendekatan Kualitatif Untuk Penelitian Perilaku Manusia. Jakarta : LPSP3 UI
Rustini, A.S. (2017). Pengaruh Strategi Coping Dan Komplikasi Gangren Terhadap Level Stres Pada Penderita Diabetes Melitus. Jurnal Psikologi. Universitas Sebelas Maret. 1-10
Sarafino, E.P. (2017). Health Psychology: Biopsychosocial Interactions (6 ed). USA: John Wiley & Sons, Inc.
Satiadarma, M.P. (2017). Sikap bermusuhan dan Penyakit Kronis. Jurnal Psikologi. 1-5 Solichah, D.R. (2017). Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Derajat Depresi pada
penderita Diabetes Mellitus dengan Komplikasi. Skripsi. Surakarta : Universitas Sebelas Maret.
Vazquez, C., Hervas, G., Rahona, J.R., & Gomez, D. (2017). Psychological Well-Being and Health. Contributionsof PositivePsychology. Annuary of Clinical and Health Psychology, 5, 15-27
LAMPIRAN
Pedoman Wawancara untuk Subjek Penelitian
1. Form Identitas Subyek Penelitian :
a. Nama :
b. Tempat dan tanggal lahir :
c. Usia :
d. Agama :
e. Suku bangsa :
f. Alamat :
g. Pendidikan :
No Dimensi
Indikator
Pertanyaan
Inti
Pertanyaan
Wawancara
1 Problem
Solving Effort
Confrontative
Coping Upaya agresif apayang di lakukan oleh penderita diabetes mellitus tipe 2 yang mengalami
gangren untuk
mengubah situasi yang membuat penderita stress
berkaitan
penyakit dan
1. Ketika anda terkena
diabetes, pola
makan dan hidup anda pasti banyak
berubah. Yang
biasanya anda
No Dimensi
Indikator
Pertanyaan
Inti
Pertanyaan
Wawancara
kondisi
No Dimensi
Indikator
Pertanyaan
No Dimensi
Indikator
Pertanyaan
No Dimensi
Indikator
Pertanyaan
Inti
Pertanyaan
Wawancara
membuat kamu
stress berkaitan dengan penyakit
dan kondisi
gangrenenya?
tidur dan makan sesuka anda, malas
meminum obat
yang di berikan dokter ?
3. Apakah harapan
anda kedepan
mengenai hidup anda ?
4. Apakah anda
pernah melarikan diri dari diet
diabetic yang
harusnya anda
jalani ? atau melakukan aktifits yang seharusnya
tidak di
perbolehkan untuk
dilakukan oleh
penderita diabetes dengan gangrene ?
5. Apakah anda
pernah
menyalahkan orang lain atas keadaan yang anda jalani saat ini (penyakit anda)?
STRESS MANAGEMENT STRATEGIES (COPING STRESS) IN DIABETES MELLITUS TYPE 2 EXPERIENCED GANGRENE COMPLICATIONS
PRELIMINARY
Diabetes Mellitus (DM) is a chronic (chronic) disease. This disease is characterized by blood glucose levels exceeding normal and carbohydrate metabolism, fat and protein metabolism caused by lack of hormone insulin in relative or absolute (Adam, 2017). World Health Organization (2018) formulated that Diabetes Mellitus is a type of metabolic disease with characteristics of hyperglycemia that occurs due to abnormalities of insulin secretion, insulin work or both.
Diabetes mellitus is one type of chronic disease with the number of patients who continue to increase and become a health problem for all countries in the world. According to the World Health Organization (2018) in 2017 the number of people with diabetes mellitus worldwide has reached 271 million inhabitants. In 2017, Indonesia is ranked 4th with the number of people with diabetes mellitus as many as 8 million people (Arisman, 2017). Diabetes mellitus can be distinguished into type 1 diabetes mellitus and type 2 diabetes mellitus (Evans et al., 2017).
Diabetes mellitus types 1 and 2 are differentiated by cause. Type 1 diabetes mellitus is caused by pancreatic damage resulting in reduced insulin production, while type 2 diabetes mellitus is caused by insulin resistance in the sense that insulin is adequate but does not work well in controlling blood sugar levels. Diabetes mellitus type 1 is hard to predict and prevent, because it is a disease caused by genetic abnormality brought about by birth. In contrast to type 2 diabetes mellitus which generally affects people with unhealthy diet and lifestyle and rarely exercise (Evans et al., 2017). Judging from the comparison of cases, type 1 diabetes mellitus covers 10-15 percent of all people with diabetes mellitus. The number of cases of type 2 diabetes mellitus reaches 85-90 percent of all people with diabetes of all types (Evans et al., 2017). From this it can be seen that people with diabetes mellitus type 2 become the dominance of the total diabetes mellitus patients.
Various facts should be accepted by type 2 diabetes mellitus such as diagnosis, lack of hope to heal and should co-exist with this disease forever, lifestyle changes and drastic diet. The reality of such a fact makes the sufferer physically and psychologically shaken (Fajar, 2017).
Psychic shocks cause the emergence of various reactions such as denying attitude, then emerged feelings of anger, people angry because they feel disturbed and depressed life, people with diabetes mellitus type 2 can also feel frustrated because too thinking about diabetes mellitusnya. People with type 2 diabetes mellitus generally have knowledge about the disease, what to do and how to maintain their health. But the more the patient understands the more it makes people feel depressed by the rules of diet and activity restrictions. Patients can also experience saturation resulting in dilemmas or conflicts that are difficult to solve. This problem raises an attitude that can harm the sufferer. Patients start trying to break taboos and start behaving wrong, like not want to keep the diet and can not control the emotions because of the circumstances experienced so that stress occurs (Larasati, 2017).
Type 2 diabetes mellitus causes a feeling of helplessness in the self sufferers, a feeling that arises because they feel it is no longer able to change its future. Feelings of helplessness arise due to various causes such as the patient's uncertain health condition, tinged with healing and recurrence and physical decline (Satiadarma, 2017). Psychologically, when the patient knows diagnosed diabetes mellitus disease, there will be a concern in him for what they will experience in the day to come. The emergence of this fear that can ultimately lead to stress. In addition, the various feelings that have been expressed above (deny, obsession, anger and frustration) is also a source of pressing thoughts that will cause sufferers experience stress due to the condition of this disease. This stressful condition will bring adverse effects for diabetes (Larasati, 2017).
illness. Unable to walk, unable to perform activities previously suffered by the patient before being exposed to gangrene coma, embarrassment due to the condition of his limbs that can not go back as usual, inhibition of physical activity of the patient due to gangrenous complications that in nature, withdraw from the environment because the patient can not accept the situation, the patient also felt inferior because of the conditions of the wound is difficult to recover and smell bad.
Various things that will cause people to feel depressed that will trigger stress. Stress in the natural sufferers will worsen the condition of complications gangrene. In the condition of people with diabetes mellitus with gangrene compication, high levels of stress hormone cortisol can aggravate the condition of the wound. Increased levels of the hormone cortisol in the body will cause the wound healing process on the patient's body lasts longer because of high blood sugar levels so that gangrene sores can not immediately dry out and cause a bad smell (Rustini, 2017). It will also result in a decrease in the motivation of the patient to undergo treatment. Stress experienced by the patient will affect the healing process and inhibit the ability of daily life activities (Rustini, 2017) Therefore, the happiness and psychological well-being of people with diabetes mellitus, especially with gangrene complications need to be noted to keep the patient's health awake.
According to Rustini (2017) one way to cope with the psychological stress suffered by people with diabetes mellitus is the use of coping stress strategies that are done by the patient. With this strategy of coping stress, people with diabetes mellitus, especially those with gangrenous complications will be able to build their own experience experiences on the illness, including emotional and cognitive aspects that will eventually help determine the use of coping stress strategies in order to handle the stress felt by the illness.
The coping stress strategy is a process for overcoming various demands from both internal and external sides that exceed the capacity of the person (Lazarus and Folkman, 1984, in Rustini 2017). The coping stress strategy refers to various efforts, both mental and behavioral, to mastering, tolerating, reducing, or minimizing a stressful situation or event (Lazarus and Folkman, 1984 in Rustini, 2017).
Lazarus and Folkman (1984) in Rustini (2017) classify coping stress strategies into two major groups of problem solving effort, in which individuals actively seek solutions from problems to eliminate stressful situations or situations, and then emotion-focused coping, attempts to regulate his emotions in order to adapt and reduce the impact that will be incurred by a stressful situation or situation. Emotional focused coping is divided into 5 coping stress strategies: self conrol, distancing, positive appraisal, accepting responsibility, and escape / avoidance. While problem solving effort is divided into three different coping strategies that are confrontative coping, social support, and planful problem solving.
family and people around the disease in the sufferer is a strategy strategy that is done by people with diabetes mellitus that makes the quality of life becomes better.
Until now, research on the psychological stress conditions of diabetics who have gangrene is still rarely encountered. Yet according to data collected by Rustini (2017) the percentage of people with diabetes mellitus with gangrene has reached 50% of the total number of patients.
Based on the data that has been collected by the researchers above, it is important to do research to see how the type of coping stress strategy is done by people with diabetes mellitus type 2 who have complications gangrene. because until now still a little research that specifically examines more deeply about the psychological problems of people with diabetes mellitus who have experienced gangrenous complications. Especially refers to the type of coping strategy stress anything done by people with type 2 diabetes mellitus who experience gangrene.
RESEARCH METHODS
This research is a qualitative research with type of case study instrumental. Through a case study approach, the researcher is able to gain a complete and integrated understanding of a particular case. The specific cases referred to in this study relate to individuals (Poerwandari, 2017). The type of case study that will be used to examine a coping stress strategy in people with type 2 diabetes mellitus who develop this gangrenous complication is an instrumental case study, this type is used to provide in-depth understanding or to re-explain a generalization process. In other words, the case is positioned as a means (instrument) to show a profound explanation and understanding of something other than what is usually described. Through the case examined, the researcher intends to show the existence of something unique that can be learned from a case, which is different from the explanations obtained from other objects. (Poerwandari, 2017).
Research participants in this study were set purposively, ie the selection of participants based on the fulfillment of certain criteria (Neuman, 2017). Participants in this study were people with type 2 diabetes mellitus who had gangrenous complications. Determination of participants in this study was done by using screening participants using stress gauge from Sarafino (2017) about stress levels to find patients with low levels of stress, in order to dig the data from these speakers to find out how they do strategies coping stresss that make they can survive to this day. The criteria of study participants who will be investigated in this study is Diabetes Mellitus type 2 sufferers of gangrene complications, age 40-60 years, suffering from diabetes mellitus and gangrene complications more than 5 years and has passed the screening of subjects through stress level gauge from Sarafino . Data mining techniques used in this study using field notes and interviews. Interviews conducted are interviews with the General Guidelines. The interview process, where the researcher is equipped with a very general interview guide, is useful for reminding researchers about what aspects to address, as well as being a checklist of whether the aspects addressed and asked are relevant. Method of data analysis in this research using thematic analysis method. Thematic analysis is a process of coding information that can generate a list of themes, theme models and qualifications related to the theme and theory used in research (Boyatzis, 1998 in Poerwandari, 2017).
RESEARCH RESULT AND DISCUSSION
mellitus. In this study found that gangrene complications become a serious thing even to result in amputation of the foot because the patient often does not pay attention to the condition of the wound on his legs. Complications of gangrene many suffered by someone who previously was an active person and has a myriad of solid activities that absolutely require feet to walk. Gangrene injuries are also often become serious injuries because patients who are active and busy often do not have time to deal with leg injuries that initially this small size. In this study, people with diabetes who experience gangrene feel the loss after exposure to this gangrene complication. Patients who were formerly people who are active in social, work and institutional activities must finally reduce and even stop all activities because of the limitations of physical condition now. This study also explains how the experience of stress before the patient can successfully perform coping strategies stress in overcoming the stress conditions that exist within him. In this study found the various reactions experienced by people with diabetes mellitus who experienced complications gangrene is the patient feel surprised, disappointed and sad because his legs are not intact again, withdraw from the environment and feel helpless. In this study found that diabetes mellitus and gangrene complications not only make people lose in terms of physical, but also psychological. In this study found that diabetics have stress experience due to diabetes mellitus and also gangrene complications. Initially after suffering gangrene complications and should be amputated diabetics can not accept the situation and often feel restless due to physical limitations now. In an attempt to escape from the stress of people with diabetes mellitus using coping stress strategy in the form of confrontative coping, in this study the patient made various confrontative coping efforts such as not going to take to the hospital, lie to cover the actual legs and physical condition to the doctor and also not want to amputation. This ultimately makes one of the diabetics experience a longer healing process because it is really adamant not wanting to be amputated.
In this study also found that diabetics desperately need support from people around him. This social support is one indicator of the stress management strategy of the problem solving effort dimension that is seeking social support. Social support from people around this patient is needed to be the spirit and motivation to heal. Without anyone else in the vicinity that becomes his passion and encouragement, maybe diabetics can not survive to this day. The type of social support that is received and in need by each diabetics is actually the same, but depends on the personality of each patient and also the environment.
Patients with diabetes who experience gangrene complications in this study also has a strategy of coping stress in the form of self control to cope with stress due to illness. In this study found that self-control done by people with diabetes mellitus who experience complications gangrene is like will not tell the problem if the patient can still solve it yourself. sort out what things need to be told and that can be solved alone. The next coping stress strategy in use by people with diabetes mellitus who experienced gangrene in this study is distancing, in this study found that stragtegi stress management in the form of distancing that is done by the patient is not too think about the problem of the disease is excessive that makes him dissolve in sadness and just bemoaned his fate. Patients try to avoid themselves from stress by assuming that everything has been there.
In this study found that people with diabetes mellitus who experience gangrene also do a strategy of coping stress in the form of positive appraisal. Positive appraisal coping strategy done by people with mellitus who experience gangrene in this study is grateful patient can still survive until now, the patient trying to find the positive meaning behind the current situation. The patient is optimistic to be able to stay healthy because the patient has an inspiration. The patient has a purpose and has known what is important in his life, for example the patient is eager to be healthy because he wants to see his children succeed and grow up. Patients trying to get closer to God by multiplying his special prayer and prayer read letters Alfatiha, As conveyed by buya hamka (1982) in Handiansyah and Hadi (2017) that the letter Al-Fatihah has many advantages compared with other letters. The first is called the fatihatul of the book or the opening of the book, because the book of the Qur'an begins or is opened with this letter. The second letter of Al-Fatihah is a mandatory reading of the five daily prayers so it becomes unlawful for prayers that do not read this letter. the sufferer is relieved to have poured out his heart when he prayed, it helped him to be more calm and less stressful in his present life. Patients memaknai his life well after illness because with it his mind will be calm and treatment process can be optimal. Patients with diabetes mellitus who experience gangrene in this study also perform a strategy of coping stress in the form of accepting responsibility. in this research the form of coping stress strategy in the form of accepting responsibility that is done by the patient is to admit the wrong eating pattern that causes the patient eventually suffering from diabetes mellitus and gangrene complications. Patients admit despite knowing that he is a descendant of diabetes patients can not keep their diet well. the patient promised to be able to change the pattern of eating and promised to treat wounds and stabilize blood sugar levels with the discipline of eating a diabetic diet diet. Because the experience of suffering gangrene and amputations and removal of wounds so imprint on their hearts and make people with diabetes change something inside him for this.
Problem solving effort is an attempt to do something constructive to overcome a situation that makes social stress, including an adverse event, dangerous as well as challenges faced by the individual, while emotion focused coping is an attempt to regulate the emotions felt by the individual when confronted by an event that makes social stress (Folkman and Lazarus, 1980, in Rustini, 2017). From the research that has been done by researchers, there are three strategies of coping stresss largest by the three patients. Namely in the problem solving effort, namely planful problem solving and social support seeking. Then in the emotion focused coping section in the positive appraisal section. Which means that the three sufferers focus on how they plan to solve the problem, how they can focus on the steps they need to take to overcome the wounds caused by diabetes so that he does not become stressed. Then the three sufferers submit entirely to God. All three agreed to surrender themselves and look for the positive meaning behind the current situation. The three sufferers are aware of what is their most important priority right now. And do not focus on how sadness he felt let alone his luck. The third strategy of coping stress will not work without support from people around the patient, this support that makes the patient become strong and eager to live the day, with the support they are motivated to keep trying to be healthy and healed. This support comes from family, neighbors, friends and people closest to the patient, including medical personnel.
CONCLUSIONS AND SUGGESTIONS
Diabetes mellitus was not only caused by hereditary factors alone. It is evident that all three patients in this study, despite their hereditary factors, can not keep their diet well. This diet is what ultimately leads him as a patient with diabetes mellitus and ultimately experience gangrene complications. in facing the reality of being a diabetic mellitus and gangrene complications, the three sufferers have experience of stress and how to do different coping stress strategies. From the research that has been done by researchers, there are three strategies of coping stresss largest by the three patients. Namely in the problem solving effort, namely planful problem solving and social support seeking. Then in the emotion focused coping section in the positive appraisal section. Which means that the three sufferers focus on how they plan to solve the problem, how they can focus on the steps they need to take to overcome the wounds caused by diabetes so that he does not become stressed. Then the three sufferers submit entirely to God. All three agreed to surrender themselves and look for the positive meaning behind the current situation. The three sufferers are aware of what is their most important priority right now. And do not focus on how sadness he felt let alone his luck. The third strategy of coping stress will not work without support from people around the patient, this support that makes the patient become strong and eager to live the day, with the support they are motivated to keep trying to be healthy and healed. This support comes from family, neighbors, friends and people closest to the patient, including medical personnel.
REFFERENCE
Adam, J.M.F (2017). Klasifikasi dan kriteria diagnosis diabetes melitus yang baru. Cermin Dunia Kedokteran. No. 127.
Anggraeni, T., Cahyanti, I.Y. (2017). Perbedaan Psychological Well-Being Pada Penderita Diabetes Tipe 2 Usia Dewasa Madya Ditinjau dari Strategi Coping. Jurnal Psikologi Klinis. Universitas Airlangga. 1-8
Arisman. (2017). Diabetes Mellitus. Buku Ajar Ilmu Gizi Obesitas, Diabetes Mellitus dan Dislipidemia. Jakarta: EGC, 44-54
Achmat. R. (2017). Diabetes dan Penanggulangannya. Disampaikan pada acara peringatan hari diabetes dunia. . Jakarta : Program Sarjana Universitas Indonesia. Evans, J.L., I.D. Goldfine, B.A. Maddux, and G.M. Grodsky. (2017). Perspective in Diabetes: Are Oxidative Stress-Activated Signaling Pathways mediators of Insulin Resistance and -Cell Dysfunction?. Journal of Diabetic .52:1-8.
Fajari, N.M. (2017) Stres Emosional Pada Penderita Diabetes Mellitus. Di akses pada tanggal 10 Maret 2018 dari, https://pojoksehat.com/ebook/
Goz, F., Karaoz, S., Goz, M., Ekiz, S., & Cetin, I. (2017). Effect of the diabetic patient’s perceived social support in their quality of life. Journal of Clinical Nursing, 16, 1353-1360.
Hardiansyah, Eko., Hadi, Cholichul., (2017). Psikologi Al-fatiha : Solusi untuk Mencapai Kebahagiaan yang Sebenarnya. Jurnal Psikologi Islam, Vol. 4, No. 2 (2017): 107—120
Helmi, R.A. (2017). Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Penerimaan Diri pada Penderita Diabetes Melitus. Skripsi. Yogyakarta : Fakultas Psikologi UGM Larasati, K (2017). Emosi dan Diabetes. Di akses pada tanggal 7 Desember 2017 dari,
http://krisnalarasati.com/2010/05/html
Lazarus, R.S., & Folkman, S. (1984). Ways of coping scale (rev.ed). University of California, San Fransisco : Author.
Neuman, W.L. (2017). Social Research Methods : Qualitative and Quantitative Approarches. United Of America : A Person Education Company
Poerwandari, E. K. (2017). Pendekatan Kualitatif Untuk Penelitian Perilaku Manusia. Jakarta : LPSP3 UI
Rustini, A.S. (2017). Pengaruh Strategi Coping Dan Komplikasi Gangren Terhadap Level Stres Pada Penderita Diabetes Melitus. Jurnal Psikologi. Universitas Sebelas Maret. 1-10
Sarafino, E.P. (2017). Health Psychology: Biopsychosocial Interactions (6 ed). USA: John Wiley & Sons, Inc.
Satiadarma, M.P. (2017). Sikap bermusuhan dan Penyakit Kronis. Jurnal Psikologi. 1-5
Vazquez, C., Hervas, G., Rahona, J.R., & Gomez, D. (2017). Psychological Well-Being and Health. Contributionsof PositivePsychology. Annuary of Clinical and Health Psychology, 5, 15-27