• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pandangan Islam Dalam JUal Beli Valas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pandangan Islam Dalam JUal Beli Valas"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

KARYA ILMIAH

“PANDANGAN ISLAM DALAM JUAL BELI VALUTA ASING”

Ditulis Oleh :

Nama : ARLAND PRATAMA WIJAYA

Kelas : G

NIM : 17101101

(2)

PANDANGAN ISLAM DALAM JUAL BELI VALUTA ASING

Ditulis Oleh :

Nama : ARLAND PRATAMA WIJAYA

Kelas : G

NIM : 17101101

SEKOLAH TINGGI EKONOMI ISLAM TAZKIA

2017

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Karya tulis yang berjudul “Pandangan Islam Dalam Jual Beli Valuta Asing”, disusun oleh,

Nama : Arland Pratama Wijaya NIM : 17101101

Telah diujikan dan telah disahkan pada tanggal _______________ sebagai salah satu syarat untuk memperoleh nilai UAS mata kuliah Bahasa Indonesia di Sekolah Tinggi Ekonomi Islam Tazkia.

Dosen Penguji

Sopyan Munawar, M.Pd

(4)

MOTTO

“Jalani, Pelajari, Syukuri”.

Karya ini dipersembahkan untuk Seluruh Masyarakat

2017

(5)

PERNYATAAN KEASLIAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa karya tulis yang berjudul “Pandangan Islam Dalam Jual Beli Valuta Asing” beserta isinya adalah benar-benar karya saya sendiri. Dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara yang tidak sesuai berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila dikemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bogor, Sabtu 22 Desember 2017 Yang membuat pernyataan

Arland Pratama Wijaya 17101101

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul “Pandangan Islam Dalam Jual Beli Valuta Asing” sebagai tugas mata kuliah Bahasa Indonesia.

Dalam penyusunan karya tulis ini saya telah berusaha dengan kemampuan yang sebaik-baiknya. Meskipun hasilnya masih banyak kekurangan dan kesalahan. Kritik dan saran dari para pembaca sangat saya butuhkan agar karya tulis ini menjadi lebih baik dan dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Ucapan terimak kasih saya sampaikan kepada Bapak Sopyan Munawar, M.Pd. Selaku dosen pengampu mata kuliah Bahasa Indonesia. Saya berharap semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Bogor, 22 Desember 2017 Penulis

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...i

LEMBAR PENGESAHAN...ii

MOTTO... iii

PERNYATAAN KEASLIAN...iv

KATA PENGANTAR...v

DAFTAR ISI...vi

BAB 1 PENDAHULUAN...1

1.1 Latar Belakang...1

1.2 Rumusan Masalah...2

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian...2

1.3.1 Tujuan Penelitian...2

1.3.2 Manfaat Penelitian...2

1.4 Hipotesis dan Kerangka Teori...3

1.4.1 Hipotesis...3

1.4.2 Kerangka Teori...3

1.5 Metode dan Teknik Penelitian...5

1.5.1 Metode Penelitian...5

BAB 2 PEMBAHASAN...7

2.1 Penjelasan...7

BAB 3 PENUTUP...13

3.1 Kesimpulan...13

3.2 Saran... 13

(8)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Jual beli valuta asing (valas) dalam transaksi keuangan saat ini sudah menjadi bagian dari kebutuhan hidup. Sama halnya kebutuhan umat manusia kepada uang yang berfungsi sebagai nilai tukar. Tak hanya bank konvensional, sebagian bank lslam juga berperan dalam hal ini.

Yang dimaksud dengan valuta asing adalah mata uang luar negeri seperti dolar Amerika, poundsterling Inggris, euro, dolar Australia, ringgit Malaysia dan sebagainya. Apabila antara negara terjadi perdagangan internasional maka tiap negara membutuhkan valuta asing sebagai alat pembayaran luar negeri yang dalam dunia perdagangan disebut devisa. Misalnya eksportir Indonesia akan memperoleh devisa dari hasil ekspornya, sebaliknya importir Indonesia memerlukan devisa untuk mengimpor dari luar negeri.

Dalam kamus bahasa arab, jual beli valuta asing di istilahkan dengan al-sharf yang berarti valuta asing, sedangkan menurut istilah bahasa inggris yaitu money changer. Dalam jurnal karangan Muhammad Sulhan menurut Taqiyuddin An-Nabhani al-sharf didefinisikan dengan memperoleh harta dengan harta lain, dalam bentuk emas dan perak, yang sejenis dengan menyamakan emas dengan emas lainnya, atau perak dengan perak lainnya (atau berbeda dengan jenisnya) seperti emas dengan perak, dengan menyamakan atau melebihkan antara satu dengan jenis lainnya. (Thaher : 2008).

Namun terdapat syarat-syarat dalam melakukan transaksi al-sharf tersebut. Para ulama telah menetapka bagaimana mekanisme yang dibenarkan oleh Islam dalam melakukan jual beli valuta asing (valas). Bertitik tolak pada pemikiran diatas, maka penulis menyampaikan judul karya ilmiah “Pandangan Islam Dalam Jual Beli Valuta Asing”.

(9)

2

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah berdasarkan permasalahan yang ada adalah :

1. Apa saja tipe-tipe dan pelaku dalam transaksi jual beli valuta asing ? 2. Apa saja norma-norma yang dibenarkan dalam Islam dalam transaksi jual

beli valuta asing ?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui tipe-tipe dan pelaku dalam transaksi jual beli valuta asing. pengalaman bagi penulis dalam mengaplikasikan teori-teori yang didapatnya selama perkuliahan.

B. Meningkatkan kemampuan penulis untuk berpikir secara ilmiah dan menuangkan kedalam bentuk yang sistematis.

C. Agar dapat memperoleh gambaran dan pemahaman yang lebih baik mengenai transaksi jual beli valuta asing dalam pandangan Islam.

2. Bagi Pelaku Transaksi dan Masyarakat Umum

(10)

3

1.4 Hipotesis dan Kerangka Teori 1.4.1 Hipotesis

Hipotesis merupakan dugaan atau jawaban sementara yang mungkin benar dan mungkin salah. Hipotesis ditolak jika salah dan diterima jika ada fakta yang mendukungnya. Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah :

Ho : Tidak ada yang mengatur Variabel X (Norma-Norma Islam) dengan Variabel Y (Jual Beli Valuta Asing).

Ha : Ada yang mengatur Variabel X (Norma-Norma Islam) dengan Variabel Y (Jual Beli Valuta Asing).

1.4.2 Kerangka Teori A. Al-Sharf

1. Definisi Al-Sharf

Definisi al-sharf menurut Heri Sudarsono (2008 : 87) : “Sharf adalah perjanjian jual-beli suatu valuta dengan valuta lainnya. Beli mata uang asing (valas) dilakukan baik dengan sesama mata uang yang sejenis, misalnya rupiah dengan rupiah maupun yang tidak sejenis, misalnya rupiah dengan dolar atau sebaliknya”.

Definisi al-sharf menurut Tim Pengembangan Institut

Bankir Indonesia (2001 : 237) :

“Sharf adalah jasa yang diberikan oleh bank kepada nasabahnya untuk melakukan transaksi valuta asing menurut prinsip-prinsip Sharf yang dibenarkan secara syari'ah”.

Definisi al-sharf menrut Muhammad Syafii Antonio (2001 : 196) : “Perdagangan valuta asing dapat dianalogikan dengan pertukaran antara emas dan perak (sharf)”.

2. Unsur-Unsur Al-Sharf

(11)

4

1. Serah terima sebelum iftirak (berpisah) :

Maksudnya yaitu transaksi tukar menukar dilakukan sebelum kedua belah pihak berpisah. Hal ini berlaku pada penukaran mata uang yang berjenis sama maupun yang berbeda, oleh karena itu kedua belah pihak harus melakukan serah terima sebelum keduanya berpisah meninggalkan tempat transaksi dan tidak boleh menunda pembayaran salah satu antara keduanya.

2. Al-Tamatsul (sama rata) :

Pertukaran uang yang nilainya tidak sama rata maka hukumnya haram, syarat ini berlaku pada pertukaran uang yang satu atau sama jenis. Sedangkan pertukaran uang yang jenisnya berbeda, maka dibolehkan.

3. Pembayaran Dengan Tunai :

Tidak sah huukumnya apabila di dalam transaksi pertukaran uang terdapat penundaan pembayaran, baik penundaan tersebut berasal dari satu pihak atau disepakati oleh kedua belah pihak.

4. Tidak Mengandung Akad Khiyar Syarat :

Apabila terdapat khiyar syarat pada akad al-sharf baik syarat tersebut dari sebelah pihak maupun dari kedua belah pihak, maka menurut jumhur (Mayoritas) ulama hukumnya tidak sah. Sebab salah satu syarat sah transaksi adalah serah terima, sementara khiyar syarat menjadi kendala untuk kepemilikan sempurna.Hal ini tentunya dapat mengurangi makna kesempurnaan serah terima. Menurut ulama Hambali,

(12)

5

B. Valuta Asing

1. Definisi Valuta Asing

Definisi valuta asing menurut Hamdy Hadi (1997 : 15) : “Valuta asing merupakan sebuah mata uang asing yang dipakai sebagai alat pembayaran untuk membuayai transaksi ekonomi keuangan internasioal serta memiliki catatan kurs remi pada bank sentral”.

Definisi valuta asing menurut Heli Charisma Berlianta (2005 : 1) : “Valuta asing atau yang disingkat dengan kata valas secara bebas dapat diartikan sebagai mata uang yang dikeluarkan dan digunakan sebagai alat pembayaran yang sah di negara lain”.

Definisi valuta asing menurut Jose Rizal Joesoef (2008 : 4) : “Valuta asing adalah mata uang asing atau alat pembayaran luar negeri”. 2. Pasar Valuta Asing

Definisi pasar valuta asing menurut Mandala Manurung (2004 : 72) : “Pasar di mana mata uang asing diperjualbelikan”.

Definisi pasar valuta asing menurut Sawaldjo Puspopranoto (2004 : 203) : “Tempat di mana bermacam-macam uang dari berbagai negara dijualbelikan”.

1.5 Metode dan Teknik Penelitian 1.5.1 Metode Penelitian

(13)

6

1.5.2 Teknik Penelitian

Adapun teknik penelitian serta informasi yang dikumpulkan oleh penulis dalam penyusunan karya tulis ini yaitu dengan cara :

1. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

(14)

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Penjelasan

Menurut Dahlan Siamat (1999 : 181-182) jual beli valas dilihat dari jenis transaksinya dapat dikategorikan menjadi 4 kelompok, yaitu spot transaction (transaksi spot), forward transaction (transaksi berjangka), swap transaction (transaksi barter), dan Option Transaction (Transaksi Opsi).

1. Spot Transaction (Transaksi Spot)

Spot transaction adalah pembelian dan penjualan valuta asing untuk pembayaran pada saat itu (over the counter) atau pembayarannya paling lambat dalam jangka waktu dua hari. Penyerahan dana dalam transaksi spot pada dasarnya dapat dilakukan dalam beberapa cara berikut ini:

a) Value today, yaitu penyerahan dana dilakukan pada tanggal (hari) yang sama dengan tanggal (hari) diadakannya transaksi (kontrak). b) Value tomorrow, yaitu penyerahan dana dilakukan pada hari kerja

berikutnya atau hari keja setelah diadakannya kontrak.

c) Value spot, yaitu penyerahan dilakukan dua hari kerja setelah tanggal transaksi.

2. Forward Transaction (Transaksi Berjangka)

Forward transaction adalah transaksi mata uang tertentu terhadap mata uang lainnya dengan penyerahan di waktu yang akan datang. Kurs ditetapkan pada waktu kontrak dilakukan, tetapi pembayaran dan penyerahan baru dilakukan pada saat kontrak jatuh tempo (akhir waktu). Transaksi berjangka ini biasanya sering digunakan untuk tujuan hedging dan spekulasi. Hedging atau pemagaran resiko yaitu transaksi yang dilakukan semata-mata untuk menghindari resiko kerugian akibat terjadinya perubahan kurs.

3. Swap Transaction (Transaksi Barter)

(15)

8

Swap transaction adalah transaksi sejumlah mata uang negara yang berbeda dengan cara kedua pihak melakukan kombinasi terhadap dua mata uang yang bersangkutan secara tunai yang diikuti dengan membeli dan menjual kembali mata uang yang sama secara tunai dan tunggak-tunai, dan tunggak tersebut dilakukan secara simultan dengan batas waktu yang berbeda-beda. Transaksi seperti ini banyak dilakukan oleh bank jika bank tersebut mengalami kelebihan jenis suatu mata uang.

Transaksi seperti ini, di satu sisi sama dengan sistem gadai, tetapi disisi lain berbeda. Perbedaan yang dimaksud terletak pada keharusan salah satu pihak untuk membayar premi pada waktu transaksi mendatang.

4. Option Transaction (Transaksi Opsi)

Option transaction adalah kontrak untuk memperoleh hak dalam rangka membeli atau hak untuk menjual yang tidak harus dilakukan atau sejumlah unit valuta asing pada harga dan jangka waktu atau tanggal akhir tertentu. Di tinjau dari jenis hak yang diberikan Option transaction dibagi menjadi 2 jenis, yaitu opsi call dan opsi put.

Opsi call sendiri ialah dimana pemegang hak untuk membeli mata uang dengan nilai tukar yang sudah disepakati. Sementara opsi put adalah memberi hak kepada pembelinya untuk menjual mata uang pada strike price (nilai tukar). Para pemegang hak-hak ini akan menggunakan hak tersebut jika dalam kondisi yang menguntungkan untuk dirinya sendiri.

(16)

9

Adapun partisipam dalam melakukan transaksi jual beli valuta asing yang aktif melakukan pada tingkat kedua pasar tersebut dapat dikategorikan menjadi 5 partisipan, yaitu (Yuliati : 2002):

1. Dealer valuta asing bank dan non bank.

Dealer bank dan non bank beroperasi di kedua pasar antar bank dan nasabah. Mereka ini memperoleh kenuntungan dengan membeli sesuai dengan harga permintaan dan menjualnya kembali dengan harga yang sedikit lebih tinggi dari harga penawaran.

2. Perusahaan dan individu

Perusahaan dan individu melakukan transaksi jual beli valuta asing untuk mempermudah transfer investasi dan komersil. Kelompok ini terdiri dari para importir, investor internasional, dan perusahaan multifisional.

3. Spekulator dan arbitrase

Mereka ini melakukan kegiatan transaksi jual beli valuta asing untuk memperoleh keuntungan semata. Dimana mereka membeli valuta asing di suatu pusat keuangan kemudian menjual kembali di pusat keuangan yang lain untuk memperoleh keuntungan. Kegiatan ini dilakukan karena cepat dan mudahnya transaksi dengan menggunakan alat telegrafik antara pusat keuangan satu dengan pusat keuangan lainnya.

4. Bank sentral

Bank sentral menggunakan pasar ini untuk memperoleh cadangan devisa dan mempengaruhi harga dimana mata uangnya diperdagangkan. Bank sentral mungkin melakukan langkah-langkah yang semata-mata untuk mendukung dan mendongkrak nilai mata uang itu sendiri. Kebijakan ini banyak di ambil oleh bank-bank sentral. 5. Pialang valuta asing

(17)

10

biasanya perusahaan pialang mempunyai akses langsung dengan dealer maupun bank sentral.

Pada prinsipnya praktek al-sharf (jual beli valuta asing) di bolehkan oleh Islam berdasarkan firman Allah pada surat Al-Baqarah ayat 275 : ”… Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba…”,. Disamping itu, ada beberapa hadits Rasulullah mengenai kegiatan al-sharf.

1. Rasulullah SAW bersabda : “Sesungguhnya jual beli itu hanya boleh dilakukan atas dasar kerelaan (antara kedua belah pihak)” (HR al-Baihaqqi dan Ibnu Majah, dinilai shahih oleh Ibnu Hibban).

2. Dari Ubadah bin Shamit, Rasululah SAW bersabda : “(Juallah) emas dengan emas, perak degan perak, gandum dengan gandum, sya’ir dengan sya’ir, kurma dengan kurma, dan garam dengan garam (dengan syarat harus) sama dan sejenis secara tunai. Jika jenisnya berbeda, maka juallah sekehendakmu dan dilakukan secara tunai” (HR. Muslim, Abu Daud, Tirmidzi, Nasa’I, Ibnu Majah).

3. Dari Umar bin Khattab, Rasulullah SAW bersabda : “(jual beli) emas dengan perak adalah riba kecuali (dilakukan) secara tunai” (HR. Muslim, Abu Daud, Tirmidzi, Nasa’I, Ibnu Majah).

4. Dari Abu Sa’id al-Khudri, Rasulullah SAW bersabda : “janganlah kamu menjual emas dengan emas kecuali sama (nilainya) dan janganlah menambahkan sebagian atas sebagian lainnya, janganlah menjual perak dengan perak kecuali sama (nilainya) dan jangan menambahkan sebagian atas sebagian lainnya. Dan jangan menjual emas dan perak tersebut yang tidak tunai dengan yang tunai” (HR. Muslim).

(18)

11

Pada Prisnsip syariahnya, praktek jual beli valuta asing dapat dianalogikan dan dikategorikan dengan pertukaran emas dan perak atau dikenal dengan terminologi fiqh dengan istilah al-sharf. Dari beberapa hadits diatas dapat dijelaskan bahws praktek al-sharf boleh dilakukan atas dasar kerelaan antar kedua belah pihak dan secara tunai. Serta tidak boleh adanya penambahan dari transaksi yang sejenis karena itu termasuk riba al-fadl yang sudah jelas dilarang oleh Islam.

Namun bila berbeda jenisnya seperti emas dan perak atau dalam mata uang sekarang seperti Rupiah dengan Dolar maka dapat ditukarkan (exchange) sesuai dengan harga pasar (market rate) dengan catatan harus kontan (spot). Adapun ketentuan kontan atau tunai dikembalikan kepada kelaziman pasar meskipun hal itu melewati waktu penyelesaian proses transaksi (settlement). Harga atas pertukaran antara penjual dan pembeli dapat di tentukan bedasarkan kesepakatan atau harga pasar (market rate). Kriteria tunai dalam praktek al-sharf berdasarkan hadits diatas adalah untuk menghindari riba nasyi’ah.

Aktivitas perdagangan valuta asing harus terbebas dari unsur riba, ,maisir, dan gharar. Dalam prakteknya harus lah memperhatikan beberapa batasan-batasan. Menurut pakar ekonomi syariah Muhammad Syafii Antonio (2001 : 197) batasan-batasan tersebut ialah :

a. Pertukaran tersebut harus dilakukan secara tunai (spot), artinya masing-masing pihak harus menerima/menyerahkan masing-masing-masing-masing mata uang pada saat yang bersamaan.

b. Motif pertukaran adalah dalam rangka mendukung transaksi komersial, yaitu transaksi perdagangan barang dan jasa antar bangsa, bukan dalam rangka spekulasi.

c. Harus dihindari jual beli bersyarat. Misalnya, A setuju membeli barang dari B hari ini dengan syarat B harus membelinya kembali pada tanggal tertentu di masa mendatang.

(19)

12

e. Tidak dibenarkan menjual barang yang belum dikuasai atau dengan kata lain tidak dibenarkan jual beli tanpa hak kepemilikan (bai’ al-fadhuli).

Menurut fatwa Dewan Syariah Nasional No: 28/DSN-MUI/III/2002 tentang batasan al-sharf dijelaskan bahwa dari beberapa jenis transaksi jual beli valuta asing hanya transaksi spot (spot transaction) yang diperbolehkan. Sedangkan untuk tipe transaksi forward, swap, dan option tidak diperbolehkan karena mengandung unsur maisir (spekulasi).

Tujuan dari keharusan tunai dalam akad al-sharf adalah untuk menghindari hal-hal yang diharamkan dalam batasan transaksi al-sharf. Dengan adanya transaksi al-sharf secara tunai maka gharar yang terdapat dalam riba al-fadl (pertukaran antar barang sejenis) akan hilang karena time of settlement-nya dilakukan pada saat itu juga secara tunai. Sedangkan untuk nilai barang yang sejenis haruslah sama dalam hal kualitas dan kuantitas, dalam transaksi jual beli valuta asing nilai tukar dikembalikan pada kurs yang berlaku saat itu sehingga transaksi dilakukan secara simultan (taqabud).

Sebagai salah satu variasi jual beli, al-sharf juga harus memenuhi persyaratan sah nya jual beli seperti bai’ mutlak dan muqayyadah. Karena agar jual beli itu terbentuk dan terpenuhinya syarat sah jual beli secara hukum (syariat). Dengan demikian hukum tentang al-sharf atau biasa diartikan sebagai jual beli valuta asing tidak diragukan lagi kebolehannya dari sudut fiqh Islam.

(20)

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan analisa penulis mengenai Pandangan Jual Beli Valuta Asing Dalam Islam telah dilakukan dengan baik, hal ini berdasarkan pada keterangan sebagai berikut :

1. Jual beli valuta asing jika dilihat dari jenis transaksinya dapat dikategorikan menjadi 4 kelompok, yaitu spot transaction, forward transaction, swap transaction dan option transaction.

2. Dilihat dari jenis transaksinya partisipan jual beli valuta asing dapat dikategorikan menjadi 5 kelompok, yaitu dealer valuta asing bank dan non-bank, perusahaan dan individu, spekulator dan arbitrase, bank sentral, serta pialang valuta asing.

3. Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa syariat-syariat (hukum) Islam juga mengatur dalam kegiatan jual beli valuta asing (al-sharf). Terdapat banyak sumber-sumber hukum yang berasal dari Al-Qur’an dan hadits-hadits Rasulullah SAW mengenai al-sharf.

4. Dalam bertransaksi al-sharf juga terdapat norma-norma agar transaksi al-sharf terhindar dari unsur riba, maisir, dan gharar. Karena banyak praktek jual beli valuta asing dewasa ini mengandung unsur yang diharamkan oleh syariat Islam.

3.2 Saran

Dari data-data yang telah didapat dalam penelitian ada beberapa saran yang mungkin bermanfaat bagi masyarakat, yaitu :

1. Agar lebih berhati-hati dalam melakukan kegiatan transaksi jual beli khususnya jual beli valuta asing. Karena dalam praktek transaksi jual beli valuta asing juga terdapat hal-hal yang diharamkan oleh Islam.

(21)

14

2. Khusus bagi para penjual agar menjual nilai mata uang sesuai dengan kurs yang berlaku, tidak menambahkan nilai secara berlebih karena dapat merugikan salah satu pihak dan terjerumus dalam riba.

3. Bertransaksi al-sharf hendaknya sesuai dengan norma-norma yang di anjurkan serta memperhatikan batasan-batasan oleh majelis yang bertanggung jawab dalam hal kesyariatan agama Islam.

(22)

DAFTAR PUSTAKA

Antonio, M. Syafii. 2001. BANK SYARIAH Dari Teori Ke Praktik. Jakarta : Gema Insani.

MUI. 2001. Fatwa No: 28/DSN-MUI/III/2002 Batasan-Batasan Al-Sharf. Jakarta : MUI

Parna. 2012. Analisis Penerapan Sistem Informasi Akuntansi Penggajian Dalam Rangka Meningkatkan Pengendalian Intern. Jakarta : STIE Kusuma Negara.

Qustoniah. 2014. Transaksi Valuta Asing Dalam Hukum Islam. Riau : Universitas Islam Indragiri.

Salim, Agus. 2009. Dinamika Pemikiran Ekonomi Islam. Jambi : IAIN Jambi

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat,hidayah serta innayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini dengan judul

Program Diploma hanya satu atribut yang perlu diperbaiki yaitu sikap para pegawai administrasi dalam memberikan pelayanan (misalnya : keramahan dan kesopanan) dan atribut ini

1. Adott sugarú körlemezek elhelyezése. Ezek után már könnyebben elhelyezik a feladatokat a megfelelő meg- oldási módszerbe, rendszer van előttük. Bár a b)

IV PEKERJAAN PASANGAN DINDING BATA, PLESTERAN & SALURAN V PEKERJAAN KUSEN PINTU DAN JENDELA + ASOSERIES VI PEKERJAAN RANGKA, PENUTUP ATAP DAN PLAFOND VII PEKERJAAN LANTAI.

Menurut ulama fikih, kendati darah memegang peranan penting dalam kelangsungan hidup manusia, pemindahan darah seseorang ke tubuh orang iain tidak membawa akibat hukum apa

Di dalam tulisan ini disajikan pokok-pokok bahasan yang meliputi sistem distribusi pada penyulang, sistem kelistrikan pada penyulang Pangkalbalam, nilai keandalan SAIDI, SAIFI,

Proses hemodialisa dapat menyebabkan komplikasi diantaranya adalah hipotensi yang dapat terjadi selama terapi hemodialisa ketika cairan dikeluarkan, emboli udara

Pelaksanaan model Tari Bambu yang berasal dari permainan Tari Bambu Filipina sesuai dengan karakteristik siswa sekolah dasar, yaitu siswa senang bermain. Pelaksanaan