• Tidak ada hasil yang ditemukan

KOMANDO DAERAH MILITER IX UDAYANA BRIGAD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KOMANDO DAERAH MILITER IX UDAYANA BRIGAD"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BRIGADE INFANTERI 21/KOMODO

UPAYA KOMANDAN SATUAN DALAM MEMELIHARA DISIPLIN DAN MENINGKATKAN PROFESIONALISME PRAJURIT

SATUAN YANG BERADA DI DAERAH OPERASI

Perkembangan situasi nasional dan internasional pasca-krisis multidimensional yang belum sepenuhnya kondusif di berbagai bidang dan masih banyaknya permasalahan kebangsaan yang harus diselesaikan, akan sangat mewarnai dinamika tugas-tugas TNI AD dalam menegakkan kedaulatan negara, menjaga keutuhan wilayah, dan melindungi segenap bangsa dan tumpah darah Indonesia. Untuk itu TNI AD harus tetap memegang teguh jati dirinya sebagai Tentara Rakyat, Tentara Pejuang, dan Tentara Nasional yang profesional. Seiring dengan itu TNI AD kedepan harus meneguhkan soliditas satuan, menegakkan rantai komando dan kesatuan komando di setiap strata kepemimpinan satuan TNI AD, sehingga menjamin tercapainya pelaksanaan Tugas Pokok.

(2)

oleh pimpinan TNI AD yang kembali menekankan tentang arti penting dari profesionalisme prajurit, khususnya kualitas kepemimpinan para Perwira di jajaran TNI AD.

Seorang Komandan Satuan harus mampu memberi suri teladan yang baik bagi prajurit dan satuannya. Perwira juga harus senantiasa turun ke bawah, menumbuhkan kepedulian, berinteraksi dan berkomunikasi antara pemimpin dengan yang dipimpin untuk lebih mengoptimalkan pelaksanaan tugas. Hal tersebut dapat terwujud apabila masing-masing Komandan Satuan memiliki kepedulian yang tinggi, dalam mencermati setiap perkembangan yang ada, melalui upaya peningkatan kinerja satuan dengan membangun profesionalisme keprajuritan. Oleh karena itu, diperlukan kreativitas dan upaya dari komandan satuan dalam mewujudkan kepemimpinan lapangan sehingga membentuk satuan yang disiplin dan profesional. Dari uraian diatas timbul suatu pokok permasalahan yaitu “ Bagaimana upaya yang harus dilakukan Komandan Satuan untuk memelihara disiplin dan meningkatkan profesionalisme prajurit satuan yang berada di daerah operasi ?”, Dari perumusan masalah tersebut terdapat pokok-pokok persoalan yaitu; Pertama; lemahnya pengamanan dan pengawasan. Kedua; lemahnya pembinaan Organisasi di Homebase bagi satuan yang sedang melaksanakan penugasan. Ketiga; lemahnya Pembinaan Latihan terhadap Satuannya yang berada di homebase dan yang terakhir Keempat; lemahnya pembinaan personil Latihan terhadap Satuannya yang berada di homebase.

Melalui penulisan essay singkat ini, manfaat yang diharapkan adalah agar dapat memberikan nilai guna tentang bagaimana meningkatkan kemampuan Perwira sebagai Komandan Satuan dalam memelihara disiplin dan meningkatkan profesionalisme melalui penerapan aturan dan tata tertib yang tepat dan meningkatkan peran perwira sebagai pemimpin guna mendukung pembinaan satuan sehingga satuan dapat menjalankan tugas dengan optimal. Sedangkan tujuan dari penulisan ini sebagai bahan masukan dan pertimbangan kepada komando atas dalam menentukan kebijaksanaan tentang pemeliharaan disiplin dan peningkatan profesionalisme prajurit TNI AD.

(3)

atas baik di home base maupun di daerah operasi. Salah satu tolak ukur keberhasilan tentang baik buruknya kepemimpinan seorang Komandan Satuan dapat dilihat dari 4 aspek, antara lain moril, tingkat disiplin, jiwa korsa dan kecakapan maupun tingkat keterampilan yang ada pada kesatuan yang dipimpin. Untuk tetap memelihara dan meningkatkan kondisi ini, maka para Perwira dituntut untuk memiliki pemahaman yang tinggi akan nilai-nilai kepemimpinan lapangan yang bisa memberikan solusi terbaik dihadapkan pada tuntutan tugas. Hal ini sangat ditentukan oleh upaya dari Komandan Satuan dalam melaksanakan pembinaan satuan sehingga memiliki disiplin dan profesionalisme.

(4)

mabuk-mabukan, perjudian, KDRT serta penyelundupan. Ironisnya, pelanggaran yang dilakukan oleh oknum prajurit TNI AD tersebut, pada beberapa kasus justru dilakukan di daerah operasi/penugasan atau saat status satuan pada kondisi siap operasi, yang semestinya prajurit tersebut lebih fokus pada tugas/kesiapan satuannya, sehingga hal ini cukup menimbulkan pertanyaan. Pada proses seleksi/penentuan/pemilihan prajurit untuk dapat tergabung dalam organisasi Satuan Penugasan (Satgas), seorang Danyon/Dansat telah memilih prajurit terbaiknya, namun dalam perjalanan tugasnya di daerah penugasan ternyata prajurit yang dinilai baik itu pun tetap melakukan pelanggaran. Beberapa contoh pelanggaran oknum prajurit TNI AD di daerah penugasan pada kurun waktu TA. 2015 s.d 2016, diantaranya: perkelahian yang dilakukan oleh prajurit Satgas Yonif R-303/Kostrad (akibat pengaruh Miras) di Rahops Papua, Laka Lalin prajurit Satgas Yonif 411/Kostrad (BKO Satgas TNI IV BNPB) dan Satgas Yonif 312/Dam III/Slw di Rahops Kalimantan, perselingkuhan prajurit Yonarmed 11/Kostrad dengan KBT di Rahops Pamtas RI-RDTL, Disersi prajurit Satgas Yonif 144/Dam II/Swj di Rahops Kalimantan serta kelalaian (tersengat listrik yang menimbulkan kematian) prajurit Yonif R 400/Dam IV/Dip (BKO Satgas Tinombala) di Rahops Poso.

(5)

terpilih, terseleksi selanjutnya diberikan pendidikan/latihan dengan metode tertentu sehingga memiliki kemampuan Nik/Tik kemiliteran. Namun akibat pengaruh lingkungan, beberapa diantaranya justru berubah menjadi pembunuh-pembunuh potensial bagi prajurit yang dipimpinnya. Minimnya kepedulian seorang Perwira (Komandan Satuan) terhadap prajuritnya menyebabkan fungsi pengawasan atau pengendalian tidak berjalan, rendahnya kesadaran akan tanggung jawabnya, keengganan berkomunikasi dengan prajurit, tidak pekanya terhadap dinamika lingkungan satuan/penugasan dan ketidakmampuan mengantisipasi perkembangan situasi menyebabkan kinerja organisasi tidak optimal. Bahkan tidak jarang ditemukan Dansat yang tidak memiliki kejujuran dalam bertindak, tidak konsisten dengan perkataannya, tidak teguh pada pendirian sehingga melarutkan integritas dan tidak lagi memiliki karakter Perwira sebagai Pemimpin/Komandan.

Dalam membangun disiplin dan profesionalisme prajurit diperlukan kepemimpinan yang kuat. Berani mengambil resiko dan bertanggung jawab terhadap apapun yang diper-buat. Tentunya sikap dan tindakan pemimpin telah melalui pertimbangan yang matang. Telah pula mengikuti norma-norma serta prosedur yang berlaku. Butuh pula keberanian dan ketegasan dalam menegakkan aturan serta tidak ragu-ragu dalam memperbaiki dan meluruskan prajurit yang melakukan pelanggaran terhadap disiplin tentara. Tidak kalah pentingnya bisa memberikan contoh teladan yang baik bagi bawahannya. Meskipun ketegasan diperlukan untuk mencapai penyelesaian secara tuntas dari suatu masalah, hal itu tidak berarti boleh mengabaikan kesabaran, kemampuan menahan diri serta kecerdasan dan kebijaksanaan. Kesalahan para Komandan dan Pemimpin dalam membina disiplin pada umumnya terletak pada tidak adanya keteladanan yang baik. Secara jujur harus kita akui bahwa kehidupan prajurit di satuan hanya berlangsung sampai apel siang, setelah itu setiap anggota bebas untuk melakukan kegiatan individunya, dan ini terjadi terutama di satuan yang lokasinya di kota besar. Hal ini sebenarnya bisa diatasi bila Komandan Satuan mau mengorbankan kepentingan pribadinya untuk pembinaan satuan. Karena itu tidak berlebihan bila ada ungkapan bahwa Komandan atau Pemimpin adalah pribadi yang mau mengorbankan diri.

(6)

Pembina di satuannya dapat menentukan langkah-langkah yang tepat untuk mewujudkan satuan yang efektif, profesional, dan mampu untuk melaksanakan tugas yang diberikan.

(7)

Dalam bidang organisasi, upaya yang dapat dilakukan antara lain: 1) Menyusun peta organisasi sesuai dengan TOP/DSPP, kegiatan ini dilaksanakan agar didapatkan kinerja satuan yang efektif dan efisien melalui penempatan anggota sesuai dengan pangkat dan jabatan serta memberikan prioritas kepada personil yang berprestasi; 2) Optimalisasi peran komandan bawahan, kegiatan ini dilaksanakan agar setiap komandan bawahan dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawab sesuai dengan peran dan fungsi pada jabatannya, dengan cara setiap komandan atasan selalu memberikan tugas, penekanan serta pengawasan dan pengecekan terhadap tugas tersebut.

(8)

dan Bintara. Untuk Perwira lebih ditonjolkan dalam penguasaan aspek manajemennya. Ini berarti tingkat pengetahuan Perwira harus melebihi Bintara. Sementara bagi Bintara, penguasaan pada porsi keterampilan yang bersifat teknis harus lebih besar. Hal ini untuk menghindari kesan bahwa porsi yang seharusnya diberikan kepada Bintara, diambil oleh Perwira

Bidang yang terakhir yaitu bidang personil, upaya yang dapat dilakukan yaitu: 1) Reward and Punishment. Memberikan penghargaan nyata berupa pemberian piagam atau bentuk kesejahteraan lain seperti libur dalam beberapa waktu atau pemberian rekomendasi baik untuk jabatan maupun pendidikan bagi prajurit yang dinilai telah mampu berprestasi di satuan, sehingga diharapkan dapat memotivasi prajurit untuk bersaing secara profesional; 2) Konseling dan tatap muka. Kegiatan ini ditujukan sebagai wadah bagi prajurit yang bermasalah maupun yang memiliki masalah sehingga permasalahannya dapat terselesaikan, dengan cara melaksanakan anjangsana ke rumah-rumah prajurit dan barak baik secara terjadwal maupun tidak terjadwal; 3) Pembinaan Mental bagi prajurit. Kegiatan ini bertujuan untuk membentuk mental prajurit sehingga pelanggaran dapat diminimalisir dengan cara melaksanakan kegiatan yasinan pada saat dinas konsinyir, dan Yasinan bersama pada setiap malam jum’at; 4) Tradisi satuan. Tradisi satuan merupakan media untuk menumbuhkan rasa kebanggaan terhadap satuan melalui kegiatan-kegiatan yang bersifat tradisi di satuan diantaranya penerimaan prajurit baru, memperingati HUT satuan ; 5) Pembinaan Karir. Dalam pembinaan karir diharapkan selalu memperhatikan karir anggota seperti kenaikan pangkat serta perubahan jabatan dengan bertujuan meningkatkan moril prajurit; 6) Olahraga bersama. Pelaksanaan olahraga bersama ini bertujuan untuk menumbuhkan rasa jiwa korsa sesama prajurit didalam satuan tersebut dengan cara melaksanakan penyusunan jadwal oraum di satuan secara rutin 2x dalam seminggu, melaksanakan kegiatan lomba antar Kompi dan antar Peleton di Satuan; 7) Hak-hak prajurit. Pemberian gaji tepat waktu dan sesuai dengan haknya sehingga moril prajurit tetap terjaga; 8) Pelayanan kesehatan. Kegiatan ini bertujuan untuk menjaga dan memelihara prajurit serta keluarga dengan cara melaksanakan pengecekan kesehatan secara rutin ke perumahan, barak maupun KSA bagi prajurit yang dalam keadaan sakit, Penyemprotan Nyamuk Demam Berdarah 2 bulan sekali, penyuluhan kesehatan.

(9)

dan profesionalisme oleh setiap Komandan satuan dengan mengedepankan Pembinaan Satuan yang konsepsional, terarah dan berkesinambungan.

Sehubungan dengan hal tersebut maka disarankan agar setiap komandan satuan melaksanakan pembinaan disiplin dan profesionalisme prajurit di satuan secara konsisten dan berkesinambungan meskipun satuan tersebut sedang melaksanakan penugasan operasi maka sudah sewajarnya apabila pembinaan satuan di Homebase tidak dilupakan.

Demikianlah ulasan kami tentang upaya Komandan Satuan untuk memelihara disiplin dan meningkatkan profesionalisme prajurit satuan yang berada di daerah operasi, semoga dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi Komando Atas dalam menentukan kebijakan selanjutnya.

Camplong, 22 Februari 2017 Komandan Brigif 21/Komodo

Andree Saputro, S.E.

Referensi

Dokumen terkait

perubahan iklim global terhadap kehidupan, dan Lembaga-lembaga yang menyediakan dan memanfaatkan data cuaca dan iklim di Indonesia, Peserta didik kemudian diberi

Puji syukur Alhamdulillah saya panjatkan kehadiran Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dam hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh

Tiap- tiap kelompok mendiskusikan jawaban mereka di group whatsapp kelompok dengan memasukkan guru sebagai anggotanya juga sehingga guru dapat memastikan

Dalam kesempatan yang sama, para relawan Tzu Chi juga tidak lupa untuk menghimbau kepada para pasien untuk mulai berbuat kebajikan sesuai dengan kemampuan mereka.. Karena seperti

Proses registrasi/her-registrasi KTA pada BPD GAPENSI jawa tengah telah menggunakan sistem informasi berbasis komputer, namun sistem informasi yang saat ini

Sedangkan menurut Sofjan Assauri dalam bukunya Manajemen Produksi dan Operasi (2004:210) mengemukakan bahwa “ Pengendalian kualitas adalah kegiatan memastikan apakah

Untuk mengetahui manajemen peralatan medis yang sesuai dengan standar keselamatan dan kesehatan kerja di RSUD Dr Achmad Darwis Kabupaten Lima Puluh Kota. Untuk mengetahui

Karena lokasinya tidak bisa kita lihat langsung dengan menentukan waktu tiba gelombang di permukaan (pada alat perekam) ditambah dengan informasi kecepatan gelombang