• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menuju Pemerataan Pembangunan di bidang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Menuju Pemerataan Pembangunan di bidang"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH MANAJEMEN DAN KEEKONOMIAN PROYEK TEKNIK

MENUJU PEMERATAAN PEMBANGUNAN DI BIDANG TELEKOMUNIKASI

FEBRAN SURYAWAN

1706992236

Dosen : DR Ir Iwan Krisnadi MBA

MAGISTER MANAJEMEN TELEKOMUNIKASI

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS INDONESIA

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala atas segala karunia nikmatnya sehingga makalah pendidikan yang berjudul “Menuju Pemerataan Pembangunan di Bidang Telekomunikasi” ini dapat

diselesaikan dengan maksimal, tanpa ada halangan yang berarti. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen dan Keekonomian Proyek Teknik yang diampu oleh DR. Ir. Iwan Krisnadi MBA.

Pemilihan tema ini didasari atas kondisi infrastruktur telekomunikasi yang ada di Indonesia. Minimnya infrastruktur telekomunikasi serta eksklusifnya para penyelenggara telekomunikasi dalam membuka layanan jaringan telekomunikasi kepada para penyelenggara telekomunikasi lain menjadi kendala lain dalam program pemerataan pembangunan di bidang telekomunikasi. Semoga dengan adanya makalah pendidikan ini dapat membuka pola kir penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu. Untuk itu kami ucapkan terima kasih.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan dalam penyusunan makalah ini, baik dari segi EYD, kosa kata, tata bahasa, etika maupun isi. Oleh karenanya penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca sekalian untuk kami jadikan sebagai bahan evaluasi.

Demikian, semoga makalah ini dapat diterima sebagai ide/gagasan yang menambah kekayaan intelektual bangsa.

Jakarta, 11 November 2017

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI ... ii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan Penulisan Makalah ... 2

BAB II PEMBAHASAN ... 3

2.1 Regulasi Eksisting ... 3

2.2 Tanggapan Industri Telekomunikasi ... 4

2.3 Kategori Network Sharing ... 5

2.4 Optimalisasi Pemanfaatan Dana USO ... 9

2.5 Komitmen Pembangunan ... 9

BAB III PENUTUP ... 10

3.1 Kesimpulan ... 10

3.2 Penutup ... 10

(4)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Persebaran layanan telekomunikasi di Indonesia masih belum merata, sebagian daerah yang memang kondisi perekonomiannya dalam kategori baik dan membutuhkan layanan telekomunikasi yang tinggi untuk mendukung aktivitas perekonomiannya pengguna dapat dengan mudah memilih layanan telekomunikasi yang dibutuhkan. Sedangkan pada daerah terpencil yang memang aktivitas perekonomian belum berjalan sebagaimana mestinya, akan sangat sulit untuk mencari layanan telekomunikasi yang dibutuhkan. Orientasi penyelenggaraan para penyelenggara telekomunikasi yang masih sangat mempertimbangkan biaya investasi tinggi dan pasar yang minim sehingga para penyelenggara tersebut enggan untuk menggelar layanan telekomunikasinya pada daerah-daerah yang tidak memberikan dampak positif kepada bisnis perusahaan.

Keterbatasan jaringan telekomunikasi sebagai media penghantar layanan telekomunikasi menjadi permasalahan krusial bagi para penyelenggara jasa telekomunikasi yang berakibat kepada terhambatnya penetrasai layanan telekomunikasi di daerah-daerah terpencil. Saat ini penyelenggara jaringan telekomunikasi yang menggelar jaringan telekomunikasi sampai ke daerah-daerah terpencil sangatlah sedikit dan jaringan yang dibangun sebagian besar digunakan untuk penyelenggaraan jasa telekomunikasi oleh anak perusahaan atau perusahaan yang berafiliasi dengan penyelenggara jaringan telekomunikasi tersebut maupun digunakan untuk kepentingannya sendiri.

Berdasarkan Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Nomor 36 tahun 1999 tentang Telekomunikasi, struktur penyelenggaraan telekomunikasi dibagi menjadi tiga bagian yaitu:

1. Penyelenggaraan Jaringan Telekomunikasi; 2. Penyelenggaraan Jasa Telekomunikasi; dan 3. Penyelenggaraan Telekomunikasi Khusus.

Penyelenggaraan telekomunikasi adalah kegiatan penyediaan dan pelayanan telekomunikasi sehingga memungkinkan terselenggaranya telekomunikasi. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 52 tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Telekomunikasi pada Pasal 9 ayat (1), penyelenggaraan jaringan telekomunikasi terdiri dari dua jenis penyelenggaraan yaitu:

1. Penyelenggaraan jaringan tetap; dan 2. Penyelenggaraan jaringan bergerak.

(5)

1. Penyelenggaraan jaringan tetap lokal;

2. Penyelenggaraan jaringan tetap sambungan langsung jarak jauh; 3. Penyelenggaraan jaringan tetap sambungan internasional; dan 4. Penyelenggaraan jaringan tetap tertutup.

Sedangkan berdasarkan Pasal 9 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 52 tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Telekomunikasi, penyelenggaraan jaringan bergerak dibedakan menjadi:

1. Penyelenggaraan jaringan bergerak terestrial; 2. Penyelenggaraan jaringan bergerak seluler; dan 3. Penyelenggaraan jaringan bergerak satelit.

Sementara penyelenggaraan jasa telekomunikasi diatur pada Pasal 14 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 52 tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Telekomunikasi dimana penyelenggaraan jasa telekomunikasi dibagi menjadi tiga bagian yang terdiri dari:

1. Penyelenggaraan jasa teleponi dasar;

2. Penyelenggaraan jasa nilai tambah teleponi; dan 3. Penyelenggaraan jasa multimedia.

Para penyelenggara telekomunikasi dalam menyelenggarakan layanan jasa telekomunikasi kepada pelanggan membutuhkan jaringan telekomunikasi berupa jaringan transmisi utama (backbone) dari titik utama menuju titik sebar dengan menggunakan jaringan telekomunikasi yang disediakan oleh penyelenggara jaringan tetap tertutup sementara untuk menghantarkan layanan telekomunikasi dari titik sebar menuju pelanggan, penyelenggara jasa telekomunikasi menggunakan jaringan telekomunikasi milik penyelenggara jaringan tetap lokal berbasis packet switched.

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana peran Pemerintah dalam rangka network sharing? 2. Bagaimana industri telekomunikasi menanggapi isu network sharing?

3. Bagaimana skema network sharing yang ideal bagi industri telekomunikasi di Indonesia? 4. Apa saja yang sudah dilakukan pemerintah dalam mengatasi kesenjangan infrastruktur

telekomunikasi di Indonesia?

1.3. Tujuan Penulisan Makalah

Memahami pentingnya network sharing dalam mewujudkan pemerataan pembangunan di bidang telekomunikasi.

Mencari skema network sharing terbaik yang dapat memenuhi keinginan industri serta mendukung tercapainya program pembangunan.

(6)

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Regulasi Eksisting

Berdasarkan regulasi, penyelenggara jasa telekomunikasi sebenarnya dapat membangun sendiri jaringan telekomunikasi namun peruntukannnya hanya untuk kepentingan layanan telekomunikasi ke pelanggannya. Dengan kebutuhan kapasitas di daerah terpencil yang relatif kecil tentunya penyelenggara jasa telekomunikasi tidak akan mau menggelar jaringan telekomunikasi hanya untuk melayani pelanggan jasa telekomunikasinya, pilihan untuk menggunakan jaringan telekomunikasi milik penyelenggara jaringan telekomunikasi merupakan pilihan yang realistis dalam menyelenggarakan layanan telekomunikasi di daerah terpencil.

Sementara itu penyelenggara jaringan telekomunikasi lebih memprioritaskan memberikan kapasitas jaringan telekomunikasinya kepada anak perusahaan, perusahaan afiliasi maupun perusahaannya sendiri yang juga merupakan penyelenggara jasa telekomunikasi.

Saat ini para penyelenggara jasa telekomunikasi dalam melayani pelanggan telekomunikasi di daerah terpencil sebagian besar memanfaatkan jaringan satelit karena terbatasnya jaringan fiber optic yang tersedia ke daerah terpencil. Satelit menjadi pilihan yang dapat diunggulkan untuk mencapai daerah-daerah terpencil namun tehnologi ini mempunyai banyak kelemahan diantaranya kapasitas yang terbatas, kualitas jaringan yang tergantung kondisi alam dan biaya sewa kapasitas satelit yang sangat mahal. Karena mahalnya biaya sewa satelit berdampak kepada mahalnya harga layanan telekomunikasi dengan menggunakan media satelit yang di sediakan oleh penyelenggara jasa telekomunikasi.

Pemerintah dalam hal ini Kementerian Komunikasi dan Informatika (KOMINFO) telah menyadari permasalahan ketersediaan jaringan telekomunikasi di luar pulau Jawa, karenanya saat ini KOMINFO sedang melaksanakan pembenahan regulasi untuk mendukung penyebaran infrastruktur telekomunikasi di seluruh Indonesia terkait aturan yang mewajibkan penyelenggara telekomunikasi untuk melaksanakan network sharing sebagian jaringan telekomunikasi yang dimilikinya dengan rencana perubahan Peraturan Pemerintah Nomor 52 tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Telekomunikasi dan Peraturan Pemerintah Nomor 53 tahun 2000 tentang Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio Dan Orbit Satelit.

(7)

Network sharing sebenarnya sudah mulai dilaksanakan oleh beberapa penyelenggara telekomunikasi namun masih sebatas berbagi infrastruktur pasif seperti penggunaan tower, BTS, dan pasokan daya. Rencana pemerintah nantinya sharing infrastruktur juga akan menuju aktif network sharing.

2.2. Tanggapan Industri Telekomunikasi

Aktif network sharing selain didukung oleh sebagian besar penyelenggara telekomunikasi namun juga masih ada beberapa penyelenggara yang menentang kebijakan tersebut salah satunya adalah PT Telekomunikasi Seluler (TELKOMSEL). Keberatan ini bukan tanpa alasan. Pada waktu yang lalu, salah satu manajemen TELKOMSEL dalam sebuah forum diskusi menyampaikan bahwa ada perbedaan karakteristik market share antara Indonesia dengan dua negara yang sudah melaksanakan aktif network sharing yaitu Brasil dan Rusia. Di negara tersebut tidak ada operator yang dominan dan aktif network sharing dilaksanakan antar operator yang setara dari sisi market share. Bahkan, TELKOMSEL melihat bahwa Aktif network sharing ini tidak memberikan manfaat lebih kepada pelanggan dan Operator. Padahal, untuk mendukung program percepatan pita lebar, efisiensi biaya dari Aktif network sharing harus dialokasi kepada percepatan penggelaran jaringan. Dalam Rencana Pita Lebar Indonesia (RPI), perlu adanya percepatan pembangunan BTS. Setidaknya dapat menyamai layanan pitalebar seperti di negara-negara maju. Jika dibandingkan dengan Negara lain, di Indonesia atau di TELKOMSEL satu BTS itu menanggung beban 1665 pelanggan. Sedangkan di Airtel India menanggung beban 1520. Di China Mobile menanggung 984 pelanggan. Di NTT DoCoMo Jepang menanggung sebanyak 724 pelanggan. Dan yang paling longgar adalah di SK Telecom Korea sebanyak 573 pelanggan.

Selanjutnya, TELKOMSEL juga menyatakan bahwa Aktif network sharing tidak menjamin kesetaraan dan keseimbangan pembangunan jaringan. Alasannya antara lain:

a. Undang-Undang Nomor 36 tahun 1999 tentang Telekomunikasi menimbang Point b : bahwa penyelenggaraan telekomunikasi mempunyai arti strategis dalam upaya memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa, memperlancar kegiatan pemerintahan, mendukung terciptanya tujuan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, serta meningkatkan hubungan antar bangsa.

b. Lisensi 3G yang diberikan bersama-sama pada tahun 2006 tidak disertai dengan komitmen pembangunan yang sama untuk semua operator sehingga beberapa operator hanya membangun di daerah-daerah yang menguntungkan saja. Hal ini bertentangan dengan semangat pemerataan pembangunan yang diamanatkan Undang-Undang. Terlihat adanya kelemahan pada reward dan punishement.

(8)

2.3. Kategori Network Sharing

GSMA (Global System for Mobile communications Association) telah mengklasifikasikan network sharing ke dalam lima kategori:

 Site Sharing;

 Mast (menara) Sharing;  RAN Sharing;

 Network roaming; dan  Core network sharing.

Sharing pasif biasanya didefinisikan sebagai pembagian ruang atau infrastruktur pendukung fisik yang tidak memerlukan koordinasi operasional aktif antara penyelenggara telekomunikasi jaringan. Berbagi site dan menara dianggap sebagai bentuk pasif network sharing.

Kategori yang tersisa, yang tercantum di atas, dianggap sebagai bentuk aktif network sharing karena mereka memerlukan penyelenggara telekomunikasi untuk berbagi elemen lapisan jaringan aktif termasuk, misalnya, node akses radio dan transmisi. Untuk RAN sharing dan MNO tetap mempertahankan pemisahan logical network dan tingkatan koordinasi operasional lebih rendah dari type aktif network sharing lainnya.

Site Sharing

Berbagi site mungkin merupakan bentuk sharing yang paling mudah dan paling umum dilaksanakan. Penyelenggara Telekomunikasi berbagi lokasi yang sama namun memasang menara, antena, kabinet dan backhaul terpisah.

(9)

Pada gambar di atas, garis di sekitar peralatan dan menara merupakan batasan yang akan dimiliki atau disewa oleh penyelenggara telekomunikasi sendiri. Di dalam site ini setiap penyelenggara telekomunikasi biasanya memasang infrastruktur mereka sendiri secara terpisah dari penyelenggara telekomunikasi lain. Namun, mereka mungkin memutuskan untuk berbagi peralatan pendukung, termasuk tempat penampungan, catu daya dan pendingin ruangan. Bentuk sharing ini biasanya sering dilakukan di daerah perkotaan dan pinggiran kota di mana terdapat kekurangan lokasi yang tersedia atau persyaratan perencanaan yang komplek.

Mast Sharing

Saling berbagi menara merupakan langkah maju dari penyelenggara telekomunikasi lebih dari sekedar berbagi tempat. Pada cara ini, biasanya penyelenggara telekomunikasi akan menyepakati letak pembangunan menara. Di lokasi ini, penyelenggara telekomunikasi akan saling berbagi menara dan frame antena, namun masih membangun antena dan BTS sendiri.

Pada metode mast sharing, terkadang menara yang dibangun harus dibuat lebih tinggi dari menara biasa agar dapat mengakomodasi keberadaan lebih dari satu antena.

RAN Sharing

(10)

Seperti yang dapat Anda lihat pada gambar di bawah, kedua penyelenggara telekomunikasi dapat mendapatkan akses ke elemen jaringan yang sama, meski memiliki core network yang berbeda.

Dalam RAN sharing, ada empat elemen yang dibagi: perangkat radio, menara, tempat menara dan perangkat backhaul.

Biasanya RAN Sharing pada jaringan yang sudah dibangun adalah hal yang sulit karena arsitektur masing-masing penyelenggara telekomunikasi telah berkembang ke arah yang berbeda.

Core Network Sharing

Pada core network sharing, penyelenggara telekomunikasi saling berbagi penggunaan RNC (Radio Network Controller) dan Node B. Selain itu, mereka juga saling berbagi frekuensi. Menurut Telecom Cloud, salah satu kelemahan dari model ini adalah karena metode ini menggunakan pembagian frekuensi.

Di Indonesia sendiri, penyelenggara telekomunikasi menggunakan frekuensi dengan model lisensi. Spektrum yang dapat digunakan oleh penyelenggara telekomunikasi bersifat terbatas.

Network Roaming

(11)

roaming, tidak ada persyaratan khusus kecuali persetujuan antara kedua penyelenggara telekomunikasi.

Roaming sendiri terbagi menjadi tiga tipe. Pertama adalah national roaming. National roaming biasanya terjadi antara beberapa penyelenggara telekomunikasi yang beroperasi di kawasan yang sama. Dengan melakukan national roaming, penyelenggara telekomunikasi dapat menyediakan layanan di kawasan yang tidak terjangkau oleh jaringan mereka.

Tipe kedua adalah international roaming, yang memiliki karakteristik yang sama dengan national roaming, hanya saja kerjasama yang terjadi merupakan kerjasama antara penyelenggara telekomunikasi yang beroperasi di negara yang berbeda. Kategori terakhir adalah inter system roaming, yang terjadi antara jaringan yang menggunakan standar yang berbeda seperti 3G dan GSM.

Mengapa Network Sharing

GSMA menyebutkan beberapa alasan terjadinya network sharing adalah karena kebutuhan ekonomi dan bukannya karena ada regulasi dari pemerintah. Network sharing sendiri telah dilakukan baik di negara maju maupun negara berkembang.

(12)

Sementara itu di negara berkembang termasuk Indonesia, biasanya network sharing dilakukan untuk memperluas jangkauan jaringan. Selain itu, network sharing juga dapat digunakan di kawasan yang sangat padat penduduk dan sulit untuk membangun menara baru.

Namun, network sharing sulit direalisasikan jika luas jangkauan jaringan merupakan pembeda satu penyelenggara telekomunikasi dengan penyelenggara telekomunikasi lain. Jika pemerintah memaksa untuk melakukan network sharing, hal ini dapat menurunkan minat investor untuk melakukan investasi.

2.4. Optimalisasi Pemanfaatan Dana USO

Berdasarkan Pasal 16 ayat (1) Undang-Undang Nomor 36 tahun 1999 tentang Telekomunikasi, Setiap penyelenggara jaringan telekomunikasi dan atau penyelenggara jasa telekomunikasi wajib memberikan kontribusi dalam pelayanan universal. Untuk memenuhi kewajiban Undang-Undang dimaksud, para penyelenggara telekomunikasi setiap tahun menyetorkan 1,25% pendapatan kotornya kepada pemerintah. Dana kewajiban kontribusi pelayanan universal atau Universal Service Obligation (USO) digunakan oleh pemerintah untuk membangun infrastruktur telekomunikasi di daerah terpencil yang minim infrastruktur telekomunikasi. Saat ini beberapa proyek USO yang sedang dijalankan diantaranya adalah proyek Palapa Ring yang membangun jaringan fiber optic untuk menghubungkan seluruh wilayah di Indonesia dan BTS di daerah terpencil. Infrastruktur yang telah dibangun melalui dana USO nantinya dapat dimanfaatkan para penyelenggara telekomunikasi untuk melayani penyelenggaraan telekomunikasi di daerah terpencil di seluruh Indonesia.

2.5. Komitmen Pembangunan

(13)

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Ketersedian infrastruktur jaringan telekomunikasi di seluruh wilayah Indonesia termasuk daerah-daerah terpencil merupakan kondisi wajib yang harus diciptakan oleh pemerintah dalam rangka pemenuhan tujuan pembangunan nasional yang adil dan merata di seluruh wilayah Indonesia.

Sudah ada program pemerintah dalam rangka pemenuhan kebutuhan infrastruktur telekomunikasi di seluruh wilayah Indonesia diantaranya dengan memanfaatkan dana yang dikumpulkan dari para penyelenggara telekomunikasi melalui program USO untuk membangun infrastruktur jaringan telekomunikasi di daerah-daerah terpencil. Serta melalui aturan perizinan yang sudah ada, pemerintah telah mewajibkan di dalam komitmen pembangunan kepada para penyelenggara telekomunikasi untuk membangun jaringan telekomunikasi minimal sesuai komitmennya.

Kebijakan komitmen pembangunan tentunya tidak akan berjalan sebagaimana mestinya. Karenanya regulasi yang mengatur tentang tata cara network sharing harus diterbitkan untuk memaksa tata laksana bisnis telekomunikasi yang adil dan menguntungkan diterapkan oleh seluruh penyelenggara pemilik infrastruktur jaringan telekomunikasi.

Perubahan terhadap Peraturan Pemerintah Nomor 52 tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Telekomunikasi dan Peraturan Pemerintah Nomor 53 tahun 2000 tentang Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio Dan Orbit Satelit juga akan menjadi perlindungan hukum terhadap para penyelenggara telekomunikasi yang melaksanakan aktif network sharing. Belajar dari dipidanakannya Direksi Indosat Mega Media (IM2) oleh Kejaksaan Agung terkait penggunaan spektrum frekuensi radio untuk penggunaan bersama PT Indosat, Tbk. Perlindungan hukum terhadap penyelenggara telekomunikasi yang melaksanakan aktif network sharing terkait penggunaan frekuensi bersama harus dipersiapkan dengan merevisi Peraturan Pemerintah Nomor 53 tahun 2000 tentang Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio Dan Orbit Satelit sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan aktif network sharing diantara para penyelenggara telekomunikasi.

3.2. Penutup

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Republik Indonesia, 1999 Undang-Undang Telekomunikasi, Jakarta: Kementerian Komunikasi dan Informatika

Republik Indonesia, 2000 Peraturan Pemerintah tentang Penyelenggaraan Telekomunikasi, Jakarta: Kementerian Komunikasi dan Informatika

https://kominfo.go.id/index.php/content/detail/6668/Ini+Plus+Minus+%22Network+Sharing%22/0/soro tan_media

https://inet.detik.com/telecommunication/d-3284941/network-sharing-tak-menguntungkan-semua-operator

http://www.beritasatu.com/ekonomi/402187-ini-lima-manfaat-network-sharing-bagi-indonesia.html

http://www.indotelko.com/kanal_lipsus?c=lip&it=network-sharing-berbagi-numpang-jaringan

Referensi

Dokumen terkait

Batas Daerah : Sebelah Utara berbatasan dengan Kab.. Aceh Timur dan Selat

Judul KTI : Insidensi infeksi menular lewat transfusi darah (IMLTD) pada darah donor di unit donor darah PMI kota Semarang Dengan ini menyatakan :2. (a) KTI ini

Visi Kecamatan Cinambo tersebut merupakan bagian yang terintegrasi dan tidak terpisahkan dengan visi Kota Bandung yaitu memantapkan Kota Bandung sebagai Kota

Berdasarkan pandangan Shah dan Thomson dan belajar dari pandangan Leeman di atas, sejatinya desentralisasi pemerintahan di Indonesia yang lebih spesifik, dengan melihat

Sebelum pelaksanaan praktik mengajar di kelas, mahasiswa PPL harus membuat skenario atau langkah-langkah kegiatan yang akan dilakukan di kelas yang meliputi materi yang

Jalur perpindahan lepasan zat radioaktif di atmosfer ke kompartemen lingkungan yang ada di daerah sekitar lokasi calon tapak PLTN Muria, Ujungwatu, Jepara meliputi : jalur

Jika utilitas Internet Services & Offers [Layanan & Penawaran Internet] didukung di negara atau kawasan tempat Anda membeli komputer, Anda dapat mengakses utilitas itu dengan

Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian Alokasi Waktu Sumber Belajar 3.1 Mempraktekkan latihan peregangan dan pelemasan yang benar sebelum memulai aktifikatas senam