• Tidak ada hasil yang ditemukan

identifikasi air tanah dengan metode sch

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "identifikasi air tanah dengan metode sch"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Analisa Keterdapatan Air Tanah… Anhar Alfisyahrin Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10 Tamalanrea – Makassar, 90245

Telp./Fax: 085337402575 e-mail: alfisyahrinanhar@gmail.com

Abstrak

Secara administratif daerah penelitian termasuk ke dalam daerah Aroppoe Kecamatan Tanete Rilau Kabupaten Barru Provinsi Sulawesi Selatan. Secara geografis daerah penelitian terletak antara 119° 36’44,4” BT - 119°37’24,9” BT dan 04°28’58,3” LS - 04°29’31,52” LS. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kedalaman akuifer air tanah berdasarkan nilai tahanan jenis di daerah Aroppoe. Metode penelitian yang dilakukan dengan metode geolistrik tahanan jenis menggunakan konfigurasi Schlumberger. Metode geolistrik merupakan metode yang menginjeksikan arus listrik kedalam bumi kemudian sifar-sifat listriknya diamati di permukaan bumi, arus listrik diinjeksikan ke dalam bumi melalui dua elektrode arus. Kedalaman akuifer yang dijumpai pada daerah penelitian terletak pada kedalam 51-65 meter.

Kata kunci: Aroppoe, Akuifer, Tahanan jenis, Schlumberger

Abstract

Administratively the study area belongs to Aroppoe Subdictrcts of Tanete Rilau District of Barru Province of South Sulawesi. Geographically, it located between 119° 36’44,4” - 119°37’24,9” East Longitude and 04°28’58,3” - 04°29’31,52” South Latitude. The purpose of this study is to determine the depth of groundwater aquifer by resistivity values in the area Aroppoe. Methods of research conducted with geolistrik resistivity using Schlumberger configuration. Geoelectric method is a method of injecting an electric current into the earth and then zero-electrical properties were observed on the surface of the earth, an electric current is injected into the earth via two current electrodes. The depth of the aquifer is found in the study area is located at 51-65 meters

Keywords: Aroppoe, Aquifer, Resistivity, Schlumberger, Electrical

PENDAHULUAN

Sumber daya air tanah yang bersifat dapat di perbaharui (renewable) secara alami, karena air tanah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari siklus hidrologi di bumi, yang ditemukan pada formasi geologi tembus air yang dikenal dengan reservoir air tanah yaitu formasi pengikat air yang memungkinkan jumlah air yang cukup besar untuk bergerak melaluinya pada kondisi lapangan yang biasa. Air bergerak di atas permukaan tanah dengan aliran utama dan danau, semakin landai lahan semakin sedikit pori-pori tanah, maka aliran permukaan semakin besar. Aliran permukaan tanah dapat dilihat biasanya pada daerah urban. Sungai-sungai bergabung satu sama lain dan membentuk sungai utama yang membawa seluruh air permukaan di sekitar daerah aliran sungai menuju laut. Air permukaan, baik yang mengalir maupun yang tergenang (danau, waduk, rawa), dan sebagian air bawah permukaan akan terkumpul dan mengalir membentuk sungai dan berakhir ke laut (Sosrodarsono dkk, 1993).

(2)

Analisa Keterdapatan Air Tanah… Anhar Alfisyahrin

Dalam hal ini terdapat beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengetahui potensi air tanah. Salah satunya adalah metode geolistrik yang mempelajari sifat aliran listrik di dalam bumi. Keunggulan metode ini adalah dapat di gunakan untuk mengadakan eksplorasi dangkal yang tidak bersifat merusak dalam pendeteksiannya. Pendeteksian di atas permukaan bumi meliputi pengukuran medan potensial arus dan elektromagnetik yang terjadi baik secara alamiah maupun akibat penginjeksian arus ke dalam bumi. Dalam hal pencarian reservoar air dapat di lakukan suatu studi awal dengan penentuan lapisan batuan yang mengandung air dalam jumlah air jenuh (Kodoatie, 1996).

Penggunaan geolistrik pertama kali dilakukan oleh Conrad Schlumberger pada tahun 1912 (Damtoro, 2007). Geolistrik merupakan salah satu metode geofisika untuk mengetahui perubahan tahanan jenis lapisan batuan di bawah permukaan tanah dengan cara mengalirkan arus listrik DC (Direct Current) yang mempunyai tegangan tinggi ke dalam tanah. Injeksi arus listrik ini menggunakan dua buah elektroda arus A dan B yang ditancapkan ke dalam tanah dengan jarak tertentu. Semakin panjang jarak elektroda AB akan menyebabkan aliran arus listrik dapat menembus lapisan batuan lebih dalam.

Metode geolistrik tahanan jenis adalah suatu metode geofisika yang memanfaatkan sifat tahanan jenis untuk mempelajari keadaan bawah permukaan bumi. Metode ini dilakukan dengan menggunakan arus listrik searah yang diinjeksikan melalui dua buah elektroda arus ke dalam bumi, lalu mengamati potensial yang terbentuk melalui dua buah elektroda potensial yang berada di tempat lain (Telford dkk, 1990).

Berdasarkan konfigrasi elektroda arus, terdapat beberapa jenis koinfigurasi tahanan jenis antaralain konfigurasi Wenner, konfigurasi Schlumberger, konfigurasi di pole-pole. Setiap konfigurasi memiliki kelebihan dan kekurangan, baik ditinjau dari efektivitas, efisiensinya maupun dari sensitifitasnya.

TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Todd (1995), airtanah adalah air yang bergerak di dalam tanah yang terdapat di dalam ruang antar butir-butir tanah yang meresap ke dalam tanah dan bergabung membentuk lapisan tanah yang disebut akuifer. Dapat juga disebut aliran yang secara Alami mengalir ke permukaan tanah melalui pancaran atau rembesan (Noer Aziz, 2000). Kebanyakan air tanah berasal dari hujan. Air hujan yang meresap ke dalam tanah menjadi bagian dari air tanah, perlahan-lahan mengalir ke laut, atau mengalir langsung dalam tanah atau di permukaan dan bergabung dengan aliran sungai. Banyaknya air yang meresap ke tanah bergantung pada selain ruang dan waktu, juga di pengaruhi kecuraman lereng, kondisi material permukaan tanah dan jenis serta banyaknya vegetasi dan curah hujan. Meskipun curah hujan besar tetapi lerengnya curam, ditutupi material impermeabel, persentase air mengalir di permukaan lebih banyak dari pada meresap ke bawah. Sedangkan pada curah hujan sedang, pada lereng landai dan permukaannya permiabel, persentase air yang meresap lebih banyak. Sebagian air yang meresap tidak bergerak jauh karena tertahan oleh daya tarik molekuler sebagai lapisan pada butiran-butiran tanah. Sebagian menguap lagi ke atmosfir dan sisanya merupakan cadangan bagi tumbuhan selama belum ada hujan. Air yang tidak tertahan dekat permukaan menerobos kebawah sampai zona dimana seluruh ruang terbuka pada sedimen atau batuan terisi air (jenuh air). Air dalam zona saturasi (zone of saturation) ini dinamakan air tanah (ground water). Batas atas zona ini disebut muka air tanah (water table). Lapisan tanah, sedimen atau batuan diatasnya yang tidak jenuh air disebut zona aerasi (zone of aeration). Muka air tanah umumnya tidak horisontal, tetapi lebih kurang mengikuti permukaan topografi diatasnya. Apabila tidak ada hujan maka muka air di bawah bukit akan menurun perlahan-lahan sampai sejajar dengan lembah. Namun hal ini tidak terjadi, karena hujan akan mengisi (recharge) lagi. Daerah dimana air hujan meresap kebawah (precipitation) sampai zona saturasi dinamakan daerah rembesan (recharge area). Dan daerah dimana air tanah keluar dinamakan discharge area.

Lapisan yang mudah dilalui oleh airtanah disebut lapisan permeable, seperti lapisan yang terdapat pada pasir dan kerikil, sedangkan lapisan yang sulit dilalui airtanah disebut lapisan impermeabel, seperti lapisan lempung atau geluh. Lapisan impermeable terdiri dari dua jenis yakni lapisan kedap air dan lapisan kebal air (aquifuge), sedangkan lapisan yang sulit dilalui airtanah seperti lapisan lempung disebut lapisan kedap air (aquiclude).

(3)

Analisa Keterdapatan Air Tanah… Anhar Alfisyahrin

tersebut dapat diukur dalam bentuk beda potensial pada suatu tempat tertentu di permukaan tanah, sehingga akan diperoleh informasi tahanan jenis batuan bawah permukaan. Besaran inilah yang menjadi target utama dalam survei geolistrik. Tahanan jenis merupakan parameter penting untuk mengkarakteristikan keadaan fisis bawah permukaan, yang diasoasiasikan dengan material dan kondisi bawah permukaan.Berdasarkan analisis distribusi tahanan jenis ini nantinya dapat diinterpretasikan keadaan bawah permukaan bumi tersebut.

Ada beberapa macam aturan pendugaan lapisan bawah permukaan tanah dengan geolistrik ini, antara lain : aturan Wenner, aturan Schlumberger, aturan½ Wenner, aturan½ Schlumberger, dipole-dipole dan lain sebagainya. Prosedur pengukuran untuk masing-masing konfigurasi bergantung pada variasi resistivitas terhadap kedalaman yaitu pada arah vertikal (sounding) atau arah lateral (mapping) (Derana, 1981).

Setiap konfigurasi memiliki kelebihan dan kekurangan, baik ditinjau dari efektivitas dan efisiensinya maupun dari sensitifitasnya. Gambar. 1 menunjukkan berbagai bentuk susunan (konfigurasi) elektroda.

Gambar 1. Konfigurasi elektroda dalam eksplorasi geolistrik (Loke, 2004)

Konfigurasi eletroda yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode resistivitas dengan konfigurasi Schlumberger. Metode ini dilakukan dengan cara mengkondisikan spasi antar elektrode potensial adalah tetap sedangkan spasi antar electrode arus berubah secara bertahap. Pengukuran resistivitas pada arah vertical atau Vertical Electrical Sounding (VES) merupakan salah satu metode geolistrik resistivitas untuk menentukan perubahan resistivitas tanah terhadap kedalaman yang bertujuan untuk mempelajari variasi resistivitas batuan di bawah permukaan bumi secara vertikal (Telford,1990).

Dengan adanya aliran arus listrik tersebut maka akan menimbulkan tegangan listrik di dalam tanah. Tegangan listrik yang terjadi di permukaan tanah diukur dengan menggunakan multimeter yang terhubung melalui 2 buah 'Elektroda Tegangan' M dan N yang jaraknya lebih pendek dari pada jarak elektroda AB. Bila posisi jarak elektroda AB diubah menjadi lebih besar maka tegangan listrik yang terjadi pada elektroda MN ikut berubah sesuai dengan informasi jenis batuan yang ikut terinjeksi arus listrik pada kedalaman yang lebih besar.

Metode ini dilakukan dengan cara memindahkan elektroda dengan jarak tertentu maka akan diperoleh harga-harga tahanan jenis pada kedalaman yang sesuai dengan jarak elektroda. Harga tahanan jenis dari hasil perhitungan kemudian diplot terhadap kedalaman (jarak elektroda) pada kertas‘log–log’ yang merupakan kurva lapangan. Selanjutnya kurva lapangan tersebut diterjemahkan menjadi jenis batuan dan kedalamannya. Prinsip konfigurasi geolistrik ditunjukkan pada (Gambar 2).

Metode ini menempatkan elektroda potensial MN pada bentangan bentangan tertentu, sedangkan elektroda arus AB selalu dipindahkan sesuai dengan bentangan yang dipilih. Penempatan bentangan elektroda potensial MN dan elektroda arus AB diutamakan memenuhi syarat bahwa jarak MN/2 adalah 1/5 jarak AB/2.

(4)

Analisa Keterdapatan Air Tanah… Anhar Alfisyahrin

I

V

K

a S

Dengan :

aS = tahanan jenis semu (Ohm-m) V = beda potensial (Volt)

I = beda arus yang digunakan (Ampere) a = jarak bentangan MN/2 (m)

L = jarak bentangan AB/2 (m) K = koefisien geometris

Gambar 2. Ilustrasi susunan elektroda-elektroda dengan Metode Schlumberger dalam pengukuran Geolistrik Tahanan Jenis (Telford, 1990)

Tabel 1. Tahanan Jenis beberapa Batuan, Mineral dan Air dalam Bumi (Loke, 2004)

a

L

K

2

2

(5)

Analisa Keterdapatan Air Tanah… Anhar Alfisyahrin

METODE PENELITIAN

Peralatan yang digunakan untuk pengambilan data lapangan yaitu:

1. Resistivity meter tipe Naniura NRD 22S 2. GPS

3. Elektroda Potensial dan Elektroda Arus 4. Kabel penghubung

5. Accu

Metode yang digunakan dalam pengambilan data yaitu metode geolistrik tahanan jenis sounding dengan Konfigurasi Schlumberger. Konfigurasi ini dipakai untuk mengetahui variasi harga tahanan jenis secara vertikal. Konfigurasi ini menggunakan 4 elektroda, masing-masing 2 elektroda arus dan 2 elektroda potensial. Jarak elektroda potensial relatif jarang diubah-ubah meskipun jarak elektroda arus selalu berubah-ubah, hal yang harus diperhatikan adalah jarak elektroda arus harus lebih besar dari jarak elektroda potensial.

Proses pengambilan data di lapangan dilakukan dengan metode geolistrik tahanan jenis sounding, dimana untuk mendapatkan model 1D pengukuran dimulai dari bentangan elelktroda arus (AB/2) diawali pada jarak 1,5 meter sampai dengan jarak 200 meter. Masing-masing elektroda potensial (MN/2) yaitu 0,5 meter untuk bentangan elektroda arus (AB/2) 1,5 meter sampai dengan 4 meter, (MN/2) 2 meter untuk bentangan elektroda arus (AB/2) 5 meter sampai dengan 10 meter, (MN/2) 5 meter untuk bentangan elektroda arus (AB/2) 15 meter sampai dengan 30 meter, (MN/2) 10 meter untuk bentangan elektroda arus (AB/2) 40 meter sampai dengan 75 meter, (MN/2) 15 meter untuk bentangan elektroda arus (AB/2) 100 meter sampai dengan 150 meter dan (MN/2) 10 meter untuk bentangan elektroda arus (AB/2) 40 meter sampai dengan 75 meter dan (MN/2) 20 meter untuk bentangan elektroda arus (AB/2) 200 meter.Data yang diperoleh dari pengukuran di lapangan adalah besar arus (I) dan beda potensial (V) yang kemudian dilakukan perhitungan untuk menentukan harga tahanan jenis semu

ρ

a yaitu hasil kali faktor geometri K dengan perbandingan potensial dan arus dengan perumusan sebagai

berikut:

(1)

Setelah didapatkan harga tahanan jenis semu kemudian dibuat pemodelan 1D dan 2D untuk mendapatkan harga tahanan jenis yang sebenarnya. Pada pemodelan 1D, harga resistivitas semu dan jarak antar elektroda arus (AB/2) digunakan sebagai data masukan pada program Surfer v.10 di masing-masing titik ukur dan dari model 1D yang didapatkan kemudian dapat dibuat pemodelan 2D, untuk mendapatkan hasil model 2D dengan menggunakan software Res2Dinv. Kemudian dapat dilakukan interpretasi yang didukung dengan data geologi daerah penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Data yang diperoleh melalui pengukuran berupa beda potensial dan arus kemudian dihitung tahanan jenis semunya. Setelah dibuat pemodelan 1D menggunakan program Surfer v.10 maka diperoleh nilai tahanan jenis yang sebenarnya pada tiap-tiap perlapisan sehingga dapat diketahui ketebalan perlapisan dan jenis batuan pada tiap-tiap titik pengukuran. Untuk mengetahui jenis-jenis batuan yang ada pada masing-masing titik disesuaikan dengan besar kecilnya nilai tahanan jenis yang dimiliki serta data geologi pada daerah penelitian. Kemudian untuk hasil pemodelan 2D didapatkan dari pengolahan data resistivitas dengan menggunakan program

Res2Dinv sehingga diperoleh model penampang 2D bawah permukaan sepanjang lintasan dimana nilai tahanan

jenis dibedakan berdasarkan warna untuk melihat nilai resistivitas pada setiap lapisan. Untuk mengetahui jenis-jenis batuan yang ada pada masing-masing titik disesuaikan dengan besar kecilnya nilai tahanan jenis-jenis yang disesuaikan dengan tabel nilai resistivitas serta data geologi daerah penelitian. Data resistivitas yang sudah melalui tahap pengolahan data tersebut selanjutnya dianalisis untuk menjelaskan mengenai keadaan bawah permukaan.

Titik Duga ST 01

Titik pengukuran ST 01 terletak pada koordinat 04o29’ 02.8” LS - 119o37’ 09.3” BT. Secara umum kondisi lapisan batuan hasil pendugaan geolistrik di lokasi ini dapat digambarkan secara vertikal dimana berdasarkan

(6)

Analisa Keterdapatan Air Tanah… Anhar Alfisyahrin

hasil inversi geolistrik tahanan jenis, diperoleh 4 lapisan yang kedalamannya hingga 74,1 meter, dengan rincian sebagai berikut :

a. Lapisan 1 Soil, tahanan jenis (3,17 – 5,89 Ωm), yang bisa menyimpan air namun sifatnya hanya sementara serta mampu meloloskan air ke lapisan yang lebih dalam. kedalaman lapisan hingga 0 – 12 meter, ketebalan 12 meter. Lapisan tersebut merupakan lapisan permukaan yang mengandung air payau, ini terlihat pada penampang hasil inversi geolistrik dengan membentuk kantong air. Lapisan tersebut bisa meloloskan air dari permukaan seperti air hujan.

b. Lapisan 2 Tufa Halus, tahanan jenis (8,04 – 11 Ωm), kedalaman lapisan hingga 12 – 35 meter, ketebalan 23 meter. Lapisan ini merupakan lapisan dengan akuifer dangkal namun berpengaruh terhadap air permukaan.

c. Lapisan 3 Tufa Halus berselingan dengan Tufa Kasar, tahanan jenis (11 – 15 Ωm), kedalaman lapisan hingga 35 – 65 meter, ketebalan 30 meter. Lapisan ini merupakan lapisan dengan akuifer yang mengandung air tawar.

d. Lapisan 4 Breksi vulkanik, tahanan jenis (20,04 –27,9 Ωm), kedalaman lapisan hingga 65 – 74,1 meter, ketebalan 9,1 meter. Lapisan tersebut merupakan lapisan dengan akuifer dalam atau tertekan kemungkinan memiliki debit air yang cukup besar.

Berdasarkan interpretasi hasil inversi penampang diatas maka dapat dilihat bahwa lapisan tufa yang produktif sebagai aquifer dangkal yang mengandung air tawar pada kedalaman 35 – 65 m dan aquifer dalam pada lapisan Breksi vulkanik dengan kedalaman 65 – 74,1 m, sehingga produktivitas dan kualitasnya sangat baik.

Gambar 3. Penampang ST 01 hasil inversi geolistrik tahanan jenis

Titik Duga ST 02

Titik pengukuran ST 02 terletak pada koordinat 04029’ 27,4” LS - 119037’ 00,8” BT. Secara umum kondisi lapisan batuan hasil pendugaan geolistrik di lokasi ini dapat digambarkan secara vertikal dimana, berdasarkan hasil inversi geolistrik tahanan jenis, diperoleh 4 lapisan yang kedalamannya hingga 74,1 meter, dengan rincian sebagai berikut :

a. Lapisan 1 Soil, tahanan jenis (23,3 –25, Ωm), kedalaman lapisan hingga 0 – 15 meter, ketebalan 15 meter. Lapisan tersebut merupakan lapisan dengan aquifer dangkal yang mengandung air tawar. b. Lapisan 2 Tufa Halus, tahanan jenis (27,4 – 28,9 Ωm), kedalaman lapisan hingga 15 – 32 meter,

ketebalan 17 meter. Lapisan ini merupakan lapisan dengan akuifer yang mengandung air tawar. c. Lapisan 3 Tufa Kasar, tahanan jenis (29 – 30,5 Ωm), kedalaman lapisan hingga 32 – 51 meter,

ketebalan 19 meter. Lapisan ini merupakan lapisan dengan akuifer yang mengandung air tawar. d. Lapisan 4 Breksi Vulkanik, tahanan jenis (32,2 – 34 Ωm), kedalaman lapisan hingga 51 – 74,1

meter, ketebalan 23,1 meter. Lapisan tersebut merupakan lapisan dengan akuifer dalam atau tertekan kemungkinan memiliki debit air yang cukup besar.

(7)

Analisa Keterdapatan Air Tanah… Anhar Alfisyahrin

Gambar 4. Penampang ST 02 hasil inversi geolistrik tahanan jenis

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Nilai tahanan jenis yang dihasilkan dari inversi geolistrik pada lokasi penelitian berkisar antara 3,17 – 34,0

Ωm, dengan kedalaman tembus 74,1 meter. Pada Titik Duga ST 01 dengan nilai tahanan jenis 3,17 – 5,89

Ωm yang memiliki kedalaman lapisan hingga 0 – 12 meter merupakan lapisan air permukaan yang mengandung air payau yang diinterpretasi dari penampang hasil inversi geolistrik dengan membentuk kantong air.

2. Batuan yang berfungsi sebagai aquifer, baik berupa akuifer dangkal dan akuifer dalam pada lokasi penelitian adalah batuan vulkanik berupa Tufa dan Breksi Vulkanik. Lapisan Tufa yang bersifat akuifer dangkal berada pada kedalaman 32 – 50 meter dan lapisan Breksi Vulkanik yang bersifat sebagai akuifer dalam berada pada kedalaman 51 – 74 meter.

Saran

Berdasarkan hasil penafsiran titik duga geolistrik dan interpretasi Daerah Aroppoe Kecamatan Tanete Rilau Kabupaten Barru Provinsi Sulawesi Selatan, maka direkomendasikan pelaksanaan pemboran di lokasi Titik Duga Geolistrik ST 01 dan ST 02 sampai pada kedalaman 70 meter. Pada kedalaman 5 meter sudah menembus Lapisan Pembawa Air (Aquifer).

DAFTAR PUSTAKA

Adji, T. N., Santosa, L. W., Murwanto, H., Marwasta, D., Sulaswono, B. 2005. Teknik Inversi Modelling untuk Pendugaan dan Proses Hidrogeokimia Airtanah Pada Berbagai Kondisi Akuifer. Laporan Penelitian, Fakultas Geografi, Lembaga Penelitian UGM, Yogyakarta.

Asikin, S., 1979. Dasar-Dasar Geologi Struktur, Departemen Teknik Geologi, Institut Teknologi Bandung. Bisri, Mohammad. 1991. Aliran Air Tanah. Fakultas Teknik Brawijaya. Malang

Damtoro, J. 2007. Metode Geofisika Block. Damtoro Juswanto (http : // www. Beavo3x.com/Damtoro/ geofisik.htm. Diakses 5 Maret 2015)

Danaryanto, Robert J. Kodoatie, Satrio Hadipurwo dan Sri Sangkawati, 2008, Manejemen Air Tanah Berbasis Cekungan Air Tanah. Badan Geologi, Bandung

Derana, T.I., 1981. Perbandingan Interpretasi Geolistrik, Aturan Wenner dan Sclumberger, Skripsi, jurusan Geologi. Fakultas Teknik UGM. Jogjakarta.

(8)

Analisa Keterdapatan Air Tanah… Anhar Alfisyahrin

Hendrajaya, L. dan Arif, I. 1990, Geolistrik Tahanan Jenis, Monograf : Metode Eksplorasi Laboratorium Fisika Bumi, Jurusan Fisika, Institut Tehnologi Bandung.

Kodoatie, Robert J,. 1996. PengantarHidrologi. PenerbitAndi Offset, Yogyakarta.

Loke, M.H. 1999. Loke M.H., Electrical imaging surveys for environtmental and engineering studies. A practical guide to 2-D and 3-D surveys, Penang, Malaysia.

Loke, M H. 2004. RES1D ver 1.0. 1-D Resistivity. IP & SIP Inversion and Forward Modelling Wenner and Schlumberger Arrays.

Noer Aziz. (2000). Geologi Fisik. Bandung: Penerbit ITB.

Raya Mangayu, Nandy. (2008), Geologi Daerah Pekkae Kecamatan Tanete Rilau Kabupaten Barru Provinsi Sulawesi Selatan, Laporan Pemetaan Geologi Jurusan Teknik Geologi Universitas Hasanuddin, Makassar.

Santoso, D., 2002, Pengantar Teknik Geofisika. Departemen Teknik Geofisika Intsitut Teknologi Bandung,Bandung.

Sosrodarsono, Suyono, dan Takeda, Kensaku, 1993, Hidrologi Untuk Pengairan, Pradnya,Paramitha, Jakarta. Sukamto, Rab. 1982, Peta Geologi Lembar Pangkajene dan Watampone Bagian Barat Sulawesi, Pusat

Penelitian dan Pengembangan Geologi Direktorat Pertambangan Umum Departemen Pertambangan dan Energi, Bandung.

Taib, M.I.T., 2004., Eksplorasi Geolistrik, Diktat Kuliah Metoda Geolistrik, Departemen Teknik Geofisika, ITB, Bandung.

Telford W.M., L.P Geldart, dan R.E Sheriff, 1990, Applied Geophysics, Second Edition, Cambridge University Press, Cambridge.

Thornburry. 1969. Principel of Geomorfology, first edition, Departement of Geology Royal Holloway, University of London.

Todd, D.K., 1995, Groundwater Hydrology, Associate Professor of Civil Engineering California University, John Wiley & Sons, New York.

Gambar

Gambar 1. Konfigurasi elektroda dalam eksplorasi geolistrik (Loke, 2004)
Gambar 2. Ilustrasi susunan elektroda-elektroda dengan Metode Schlumberger dalam pengukuran Geolistrik Tahanan Jenis (Telford, 1990)
Gambar 3.  Penampang ST 01 hasil inversi geolistrik tahanan jenis
Gambar 4.  Penampang ST 02 hasil inversi geolistrik tahanan jenis

Referensi

Dokumen terkait

Dalam kenyataannya berdasarkan hasil penelitian pada variabel bebas pendidikan dan latihan yang dilakukan bahwa pegawai di lingkungan Balai Pelatihan Kesehatan

Dari latar belakang yang diuraikan oleh peneliti, adapun fokus penelitian yang menjadi acuan dalam penelitian ini yakni, Bagaimana proses komunikasi virtual

Tingkat bahaya erosi sedang dijumpai pada TPL 4, faktor dominan yang menyebabkan terjadinya erosi adalah LS (4,05) dan tingginya fraksi debu (54 %) (hasil

Tabel 4.7 Jawaban Responden Terhadap Saya Merasa Harga Yang Diberikan Day Avenue Bervariasi Sehingga Konsumen Dapat Memilih Produk Sesuai Dengan Kemampuan.. Hal ini menunjukkan

Maka dari itu kami akan membuat perancangan basis data yang berguna untuk mengorganisasikan data, dan juga kami membuat web aplikasi yang berguna untuk

Dari hasil penelitian yang dilakukan di didapatkan hasil tegangan Tarik, tegangan luluh, dan perpanjangan dari kedua metode penyambungan yaitu antara metode Chamfering

Optimasi dilakukan dengan cara memasukkan 2,5 mL starter yang berasal dari ¼ plate isolat kode Actinomycetes AL35 ke dalam erlenmeyer yang berisi 25 mL media SNB yang