• Tidak ada hasil yang ditemukan

FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM Membangun Kons

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM Membangun Kons"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM Membangun Konsep Pendidikan yang Islami A. Identitas Buku

Penulis : Dr. Salminawati, MA. Editor : Sahkholid Nasution, MA. Diterbitkan : Citapustaka Media Perintis B. Rangkuman Buku

BAB I

FILSAFAT, FILSAFAT PENDIDIKAN DAN FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM A. Pengertian Filsafat, Filsafat Pendidikan dan Filsafat Pendidikan Islam 1. Pengertian Filsafat

Arti filsafat menurut para filsuf kuno terbagi menjadi dua; pertama,adalah arti yang umum; yaitu berbagai ilmu pengetahuan yang rasional;kedua, adalah arti khusus,yaitu; ilmu yang berhbungan dangan ketuhanan atau filsafat tinggi yang nota bene adalah pecahan dari filsafat teoritis.

2. Pengertian Filsafat Pendidikan

Filsafat pendidikan adalah ilmu yang pada hakikatnya merupakanjawaban dari pertanyaan-pertanyaan dalam lapangan pendidikan. Filsafat pendidian juga dapat diartikan dengan nilai-nilai dan keyakinan-keyakinan filsafat yang menjiwai, mendasari, dan memberikan identitas suatu sistem pendidikan.

3. Pengertian Filsafat Pendidikan

(2)

B. Ruang Lingkup Filsafat, Filsafat Pendidikan, dan Filsafat Pendidikan Islam

1. Ruang Lingkup Filsafat

Ruang lingkup filsafat menurut beberapa ahli filsafat diantaranya M.J. Langeveld menyatakan: filsafat dapat dikatakan saebagai satu kesatuan yang terdiri dari tiga lingkungan masalah:

a. Lingkungan masalah-masalah keadaan (metafisika, manusia, alam)

b. Lingkungan masalah-masalah pengetahuan (teori kebenaran, teori pengetahuan, logika)

c. Lingkungan masalah-masalah nilai (teori nilai, etika, estetika, dan nilai yang berdasarkan agama)

2. Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan

Secara makro yag menjadi obyek filsafat pendidikan meliputi: a. Merumuskan secara tegas sifat hakikat pendidikan.

b. Merumuskan sifat hakikat manusia sebagai subyekdan obyek pendidikan. c. Merumuskan secara tegas hubungan antar filsafat, filsafat pendidikan, agama,

dan kebudayaan.

d. Merumuskan hubungan antara filsafat, filsafat pendidikan dan teori penddidikan.

e. Merumuskan hubungan antara filsafat negara, filsafat pendidikan dan politik pendidikan.

f. Merumuskan sistem nilai norma atau isi moral pendidikan yang merupakan tujuan pendidikan.

3. Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan Islam

Secara makro, yang menjadi ruang lingkup Filsafat Pendidikan Islam adalah objek formal itu sendiri, yaitu mencari keterangan secara radikal mengenai Tuhan, manusia, dan alam yang tidak dapat dijangkau oleh pengetahuan biasa.

(3)

universal mengenai konsep-konsep pendidikan yang diajarkan berdasarkan ajaran Islam. Konsep-konsep tersebut mencakup lima faktor atau komponen pendidikan,yaitu: tujuan pendidikan Islam, pendidik, anak didik, alat pendidikan, dan lingkungan pendidikan.

C. Tujuan Filsafat, Filsafat Pendidikan, dan Filsafat Pendidikan Islam 1. Tujuan Filsafat

Menurut Harold H. Titus tujuan filsafat adlah:

a. Untuk memperoleh jawaban dari sebuah persoalan dan mempertimbangkan jawaban-jawaban tersebut.

b. Untuk menunjukkan bahwa ide-ide filsafat merupakan satu hal yang praktis didunia dan ide-ide fisafat itu membentuk pengalaman-pengalaman seseorang pada saat itu.

c. Untuk memperluas bidang-bidang kesadaaran manusia agar dapat menjadi lebih hidup, lebih dapat membedakan, lebih kritis dan lebih cerdas.

2. Tujuan Filsafat Pendidikan

Tujuan fisafat pendidikan memberikan inspirasi bagaimana mengorganisasikan proses pembelajaran yang ideal. Ada beberapa aliran fllsafat pendidkan yang berpengaruh dalam pengembangan pendidikan, yaitu:

1. Aliran realisme, tujuan pendidikannya membentuk individu yang mampu menyesuaikan diri dalam masyarakat dan memiliki rasa tanggung jawab kepada masyarakat.

2. Aliran progmatisme, tujuan pendidikannya menggunakan pengalaman sebagai alat untuk menyelesaikan hal-hal baru dalam kehidupan pribadi dan masyarakat.

3. Aliran humanisme, tujuannya untuk menyiapkan pribadi-pribadi yang sesuai dengan kemampuannya, mempunyai rasa tnaggungjawab dalam kehidupan pribadi dan masyarakat.

(4)

Al-abrasyi menyimpulkan lima tujuan yang asasi bagi pendidikan Islam, yaitu:

1. Untuk membantu pembentukan akkhlak yang mulia. 2. Persiaan untuk kehidupan dunia dan kehidupan akhirat.

3. Menumbuhkan ruh ilmiah pada pelajaran dan memutuskan untuk mengetahui dan memungkinkan ia mengkaji ilmu bukan sekedar sebagai ilmu.

4. Menyiapkan pelajar dari segi profesional, teknis, dan perusahaan supaya ia dapat menguasai profesi tertentu, teknis tertentu, dan perusahaan tertentu, supaya dapat ia mencari rezeki dalam hidup dengan mulia disamping memelihara dari segi kerohanian dan keagamaan.

5. Persiapan untuk mencari rezeki dan pemeliharaan segi-segi kemanfaatan. D. Metode Filsafat, Filsafat Pendidikan, dan Filsafat Pendidikan Islam

1. Metode Filsafat

a. Hikmah Argumentatif

Metode hikmah argumentatif bekerja dengan penekanan kepada silogismee berpikir, artinya metode ini bekerja dengan menitikberatkan penelaahan kepada hal-hal yang bersifat ummum terlebih dahulu, baru kemudian hal-hal dibawahnya yang lebih khusus dan kemudian baru bisa mengambil satu kesmpulan sebagai hasil akhirnya.

b. Hikmah Intuitif

Dalam memutuskan suatu perkara, penganut metode intuitif dikenal lebih banyak menggunakan “alat” yang bernama inspirasi (ilham) sebagai dasar keputusannya dibandingkan dengan penalaran.

c. Hikmah Ekperimental

Cara kerja metode ini lebih mudah disajikan karena metode ini hanya mengandalkan panca indera sebagai alat kerjanya.

d. Hikmah Dialektis

Metode ini lebih menekankan kepada apa-apa yang disebut sebagai hal yang populer mengenai berbagai permasalahan alam dan universal.

(5)

Menurut John Dewey, ahli filsafat USA, metode yang digunakan dalam berfikir dalah berfikir reflektif, yaitu suatu cara berpikir yan dimulai dari adanya masalah-masalah yan dihadapkan padanya untuk dipecahkan. Metode lain yang digunakan ialah metode analisis-sintesis, yaitu suatu metode berdasarkan pendekatan rasional dan logis terhadap sasaran pemikiran secara induktif dan deduktif.

3. Metode Filsafat Pendidikan Islam

Sebagai suatu metode, filsafat pendidikan Islam biasanya memerlukan empat hal sebagi berikut:

1. Bahan-bahan yang akan digunakan dalam pengembangan filsafat pendidikan 2. Metode pencarian bahan

3. Metode pembahasan 4. Pendekatan

BAB II

KONSEP MANUSIA DALAM PERSPEKTIF FALSAFAH PENDIDIKAN ISLAM

A. Makna Al-Nas, Al-Basyar, dan Bani Adam 1. Al-Basyar

Al-Basyar secara bahasa berarti fisik manusia. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa manusia yang dijelaskan dengan istilah Al-Basyar menekankan kepada gejala umum yang melekat pada fisik manusia, yang secara umum relatif sama antara semua manusia.

2. Al-Ins

Kata Al-ins dipakai al-Quran dalam kaitannya dengan berbagai potensi jiwa manusia, antara lain sebagai hamba Allah yang selaluberbuat baik sehingga menjadi penghuni surga, tetapi juga potensial menjadi pembangkang Allah, sehingga membawanya menjadi penghuni neraka. Selain itu, juga diberi peluang untuk mengembangkan potensinya untuk dapat menguasi alam.

(6)

Al-Insan berasal dari kata anasa yang berarti melihat, mengetahui, dan meminta izin, maka ia memiliki sifat-sifat otensial dan aktual untuk mampu berpikir dan bernalar. Penggunaan kata al-insan mengandung dua dimensi, yaitu: dimensi tubuh (dengan berbagai unsurnya) dan dimensi spritual (ditiupkan-Nya kepada manusia).

B. Penciptaan Manusia dari Unsur Materi dan Non-Materi

Alquran telah menceritakan bagaimana Allah swt,.mencioptakan manusia dari unsur materi dan nn ateri, stelah melewati beberapa tahap pembentukan: dari debu menjadi tanah, lalu menjadi lumpur hitam yang diberi bentuk, kemudian menjadi tanah liat kering, setelah itu Allah meniupkan roh-Nya, maka terciptalah Adam AS.

Dalam alquran dijelaskan beberapa fungsi aspek jismiyah yang membantu cara kerja aspek psikis lainnya, diantaranya adalah:

1. Kulit asebagai alat peraba (Q.S.Al-an’am:7) 2. Hidung, sebagai alat penciuman (Q.S.Yusuf:94)

3. Telinga, sebaai alat pendengaran (Q.S. al-mu’minun:78) 4. Mata, Sebagai alat penglihatan (Q.S. al-a’raf: 185)

5. Lidah, dan kedua bibir serta mulut berguna sebagai alat pengucapan (Q.S. Al-balad: 9-10)

C. Tujuan Penciptaan Manusia: Khalifah dan Abdullah

Pendidikan Islam berfungsi untuk menghasilkan manusia yang dapat menempuh kehidupan yang indah di dunia dan akhirat serta terhindar dari siksaan Allah yang amat pedih. Hal ini bersifat mutlak, karena sesuai dengan konsep ketuhanan yang mengandung kebenaran mutlak dan universal. Tujuan ini dirumuskan dalam satu istilah yang disebut dengan “insan kamil”.

Dengan demikian indikator dari insan kamil tersebut adalah:

a. Menjadi hamba Allah. Hal ini sejalan dengan tujuan hidup dan penciptaaan manusia, yaitu semata-mata untuk beribadah kepada Allah. Sebagaimana firman Allah dalam surah Adz-dzariyat:56.

(7)

c. Memperoleh kesejahteraan daan kebahagiaan hidup didunia smapai akhirat, baik indiviu maupun masyarakt. Ha tersebut terdapat dalam alquran surah al-Qashash :77.

D. Potensi Manusia: (A) Jismiyah: Daya Gerak dan Daya Berpindah, (B) Ruhiyah; Daya-Daya Al-‘Aql, Al-Nafs, dan Al-Qalb.

Haidar Putra Daulay dalam bukunya “Qalbun Salim” membagi potensi manusia kepada dua macam yaitu :

1. Potensi Jasmini

Potensi jasmani manusia adalah swluruh organ tubuh manusia yang berwujud nyata bersifat material sperti panca indera, jantung, paru-paru, ginjal, daging, daraah, dan sebaginya.

2. Potensi Rohani a. Akal

Akal merupakdan daya pikir yang ada pada diri manusia dan merupakan salah satu daya dari jiwa manusia.

b. Qalb

Kata qalb terambil dari kata yang bermakna membalik karena sering kali ia berbolak-balik, sekali senang sekali susah, sekali setuju dan sekali menolak

c. Nafs

Kata nafs didalm alquran mengandung berbagai makna diantaranya: 1. Manusia sebagai makhluk hidup (al-Baqarah: 48)

2. Yang memiliki arti zat ilahiyah (Thaha: 41) E. Implikasinya Terhadap Pendidikan Islam

Secara umum mausia memperoleh ilmu pengetahuan melalui lima cara. Masing-masing dasarnya melalui lima potensi manusia:

1. Potensi al-Jism berupa alat indera. 2. Potensi akal berupa pemikiran rasional 3. Potensi qalb

(8)

5. Potensi fitrah

Manusia sebagai makhluk berfikir, dengan kemampuannya dapat menangkap dan memahami hal-hal yang ebrada diluardirinya. Pada asal mulanya, kemampuan itu masih berbentuk potensi. Dia menjadi aktual melalui al-ta’lim (pendidikan) dan al-riyadhah (latihan) yang sesuai dengan irama perkembangan fisik dan mentalnya.

BAB III

KONSEP MASYARAKAT DALAM PERSPEKTIF FALSAFAH PENDIDIKAN ISLAM

A. Makna Al-Ummah

Di dalam alquran terdapat 49 kata ummah yang memiliki makna diantarnaya, yaitu:

1. Kelompok yang menyuth kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran (Q.S Ali-Imran : 104)

2. Agama tauhid (Al-mu’minun: 52) 3. Kaum (Q.S Hud: 8)

4. Jalan, cara atau gaya hidup (Q.S. Az-Zuhruf: 22) B. Karakterisitik Mayarakat Muslim

Ciri-ciri masyarakat Muslim digamarkan Allah swt, diantaranya pada surah al-Hujurat: 11-12. Dari ayat tersebut disimpulkan bahwa masyarakat Muslim harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Tidak menganggap remeh komunitas yang lain 2. Tidak mengejek diri sendiri

3. Tidak memanggil seseorang ddengan gelar-gelar yag buruk 4. Tidak mencari-cari keslahan orang lain

5. Tidak menghibah

(9)

Selanjutnya karakteristik masyarakat Muslim yang sesunggunya dapat dirujuk pada masa Rasulullah Saw. Beliau telah meletakkan dasar-dasar kehidupan bermasyarkat setelah beliau hijarah e Madinah dan manusia telah berbondong-bondong masuk Islam. Mulailah kemudian Nabi membentuk satu masyarakat baru degan ciri-ciri sebagai berikut:

1. Mendirikan Masjid 2. Ukhuwah Islamiyah

3. Hubungan persahabatan dengan pihak-pihak lain yang tidak beragama Islam 4. Meletakkan dasar-dasar politik, ekonomi, dan sosisla untk masyarakat baru 5. Aspek-aspek edukasi

C. Peran, Tugas, dan Tanggungjawab Masyarakat Terhadap Pendidikan Islam

Tugas-tugas edukatif yang harus dilaksanakan masyarakat, antara lain: 1. Mengarahkan diri dan semua anggota masyarkat untuk bertauhid dan

bertaqwa kepada Allah (Q.S.23: 52)

2. Masyarakat berkewajiban men-ta’lim, men-ta’dib, dan men-tarbiyah-kan syari’at Allah Swt, sebagaimana dilakukan oleh para Nabi dan Rasul.

3. Berkewajiban saling menyeru kepada jalan Allah (Q.S. 13:30)

4. Masyarakat harus mendidik sesamanya untuk selalu berlomba-loma dalam meletakkan kebajikan.

5. Berkewajiban membagi rahmat Allah atau berkorban untuk sesamanya. (Q.S. 22:34)

6. Harus menegakkan sikap adil agar mereka bisa menjadi saksi tehadap perbuatan sesamanya.

7. Berkewajiban mendidikkan tanggungjawab pada setiap warganya. BAB IV

KONSEP ILMU DALAM PERSPEKTIF FALSAFAH PENDIDIKAN ISLAM A. Pengertian Al-‘Ilm

(10)

“pengetahuan”.Ilmu dalam perspektif filsafat pendidikan Islam adalah menjadikan al-Quran sebagai sumber ilmu pengetahuan.

Kesimpulannya adalah ilmu dalam perspektif Islam berdasarkan intelek (hati nurani dan akal subyektif) yang mengarahkan rasio (akal obyektif) kepada pembentukan ilmu yang berdasrkan kkesadaran dan keimanan kepada Allah. B. Instrumen Meraih Ilmu Pengetahuan

Ada beberapa aliran yang berbicara tentang instrumen meraih ilmu pengetahuan yaitu:

a. Rasionalisme

Aliran ini terlahir dari faham humanisme, yang mnegatakan bahwa akal itulah alat pencari dan pengukur pengetahuan. Manusia memperoleh pengetahuan melalui kegiatan akal menangkap objek.

b. Empirisme

Manusia mengetahui pengetahuan melalui pengalaman. Pengalaman yang dimaksud adalah pengalaman indrawi.

c. Positivisme

Aliran ini merupakan lanjutan dari rasionalisme dan empirisme dalam filsafat pengetahuan. Kebenaran diperoleh dengan akal, didukung bukti empiris yang terukur. Terukur itulah sumbangan positivisme. Jadi, pada dasarnya posotivisme itu sama dengan empirisme plus rasionalisme.

Baharuddin menjelaskan bahwa totalitas diri manusia memiliki tiga aspek dan enam dimensi, yaitu aspek jismiah, aspek nafsiah dan ruhaniah

d. Intuisionisme

Tokoh aliran ini adalah Hendri Bergson, ia menganggap tidak hanya indra yang terbatas, akal juga terbatas, karena objek-objek yang kita tangkap adalah objek yang selalu berubah, tidak pernah tetap.

C. Sumber-Sumber Ilmu Pengetahuan

Ayat-Ayat Ayat-ayat

ALLAH Dzat yang ‘Alim

(11)

D. Validitas Ilmu Pengetahuan

Untuk menentukan kepercayaan apa yang benar para filosof bersandar kepada tiga cara untuk menguji kebenaran, yaitu:

a. Teori Korespondensi

Bagi penganut ini, suatu pernyataan itu berkorespondensi (berhubungan) dengan obyek yang dituju oleh pernyataan tersebut.

b. Teori Koherensi

Koherensi merupakan teori kebenaran yang mendasarkan diri kepada kriteria kebenaran tentang konsistensi dalam argumentasi.

c. Teori Pragmatis

Menurut teori ini kebenearan suatu pernyataan diukur denan kriteria apakah pernyataan tersebut bersifat funsional dalam kehidupan praktis. d. Agama Sebagai Teori Kebenaran

Sesuatu hal itu dianggap benar apabila sesuai dengan ajaran agama atau wahyu sebagai penentu kebenaran mutlak.

E. Klasifikasi/ Pembidangan Ilmu Pengetahuan

Secara umum, ilmu pengetahuan dapat dikategorikan menjadi empat: 1. Ilmu-ilmu alamiyah yang terdiri dari ilmu bilogi, fisika, kimia, dan

matematika.

2. Ilmu –ilmu sosial yang terdiri dari ilmu sosiologi, psikologi, sejarah dan ilmu antropologi.

3. Ilmu dasar atau ilmu murni di bidang sosial ini selanjutnya berkembang, sebagaimana ilmu alam tersebut diatas, menjadi ilmu-ilmu yang bersifat

Interprestasi Manusia

(12)

terapan , seperti ilmu ekonomi, pendidikan, hukum, politik, administrasi, komunikasi dan lain-lain.

4. Imu humaniora dn=engan cabang-cabangnya adalah filsafat, bahasa dan sastra, serta seni

F. Integrasi Ilmu Pengetahuan

Untuk mencapai tingkat integritas epistimologis maka integrasi harus diusahakan pada beberapa aspek, yaitu:

1. Intergrasi ontologis 2. Integrasi klasifikasi ilmu 3. Integrasi metodologis

G. Islamisasi Ilmu Pengetahuan

Ilmu pengetahuan berusaha supaya umat islam tidak begitu saja meniru metode-metode dari luar dengan mengembalikan pengetahuan paa pusatnya, yaitu tauhid.

Ide islamisasi ini bertujuan agar umat islam memiliki ilmu penegtahuan yag dibangun dari dasar-dasar ajaran islam, yakni Al-quran atau ilmu yang didasarkan atas ajaran tauhid, yang melihat bahwa antara ilmu pengetahuan modern dengan ajaran islam harus bergandengan tangan, karena satu deng yang lainnya berasal dari satu kesatuan (tauhid).

H. Karakteristik Ilmuan Muslim

Ibnu jama’ah, dalam Hasan Asari menempatkan 12 point etika yang menjadi kepribadian ilmuan muslim, yaitu:

1. Ilmuan senantiasas dekat kepada Allah, dikala sendiri mau pun bersama orang lain.

2. Ilmuan harus memelihara ilmu pengetahuan sebagaimana para ulama salaf memeliharanya.

(13)

5. Ilmuan harus terhidar dari tindakan tercela atau kurang pantas baik agama maupun adat

6. Ilmuan melaksanakan ajaran agama dan mendukung syi’ar

7. Ilmuan harus emmelihara aalan sunah baik berupa perbuatan maupun perkataan

8. Ilmuan memperlakukan masyarakat dengan akhlak mulia 9. Ilmuan membersihkan diri dari akhlak buruk.

10. Ilmuan yang memperdalam ilmu pengetahuan terus-menerus

11. Ilmuan tidak boleh segan belajar dari yang lebih rendah jabaannya, eturunan atau usia.

12. Ilmuan mentradisikan menulis dalam bidang yang ditekuni dan di kuasai

I. Implikasi Pendidikan Islam

Islam sangat mendukung terhadapp pencarian dan pengembangan ilmu, banyak ayat Al-quran dan hadist nabi yang memuji dan memuliakan ilmu serta mengajarkan umatnya untuk menuntut ilmu kemana saja ia mampu

melakukannya dan kapan saja selama ia masih hidup di dunia.

Dalam perspektik filsafat pendidikan islam, ilmu tidak diarahkan kepada hawa nafsu, subjektifitas, bias, fanatisme, pendidikan islam harsu dijamahkan dari sikap arogansi intelektual, karena bagaimana pun kemampuan intelektual manusia terbatas.

BAB V

KONSEP DASAR PENDIDIKAN ISLAM A. Al-Tarbiyah, Al-Ta’lim, dan Al-Ta’dib

1. Pengertian Al-Tarbiyah

Dalam konteks yang luas, pengertian pendidikan islam yang dikandung dalam kata tarbiyah terdiri atas 4 unsur pendekatan, yaitu:

(14)

c. Mengarahkan seluruh fitrah menuju kesempurnaan melaksanakan pendidikan secara bertahap

2. Pengertian Al-Ta’lim

Menurut Jalal, kata Al-ta’lim merupakan proses pemberian pengetahuan, pemahaman, pengertian, tanggung jawab dan penanaman amanah, sehingga penyucian atau pembersihan manusia dari segala kotoran dan menjadikan diri manusia berada dalam kondisi yang memungin kan untuk menerima al – hikmah serta memperlajari yang bermanfaat baginya dan yang tidak diketahuinya. 3. Pengertian Al-ta’dib

Penggunaan Al-ta’dib, menurut Al-atas lebih cocok untuk di gunakan dalam pendidikan islam, konsep inilah yang diajarkan oleh Rasulullah saw. Al-ta’dib berarti pengenalan, pengakuan yang secara berangsur-angsur ditanamkan kepada manusia tentang tempat-etempat yang tepat dari segala sesuatu dalam tatanan penciptaan sedemikian rupa, sehingga membimbing ke arah pengenalan dan pengakuan kekuasaan dan keagungan tuhan dalam tatanan wujud dan keberadaannya.

B. Asas-asas Pendidikan Islam 1. Al-Quran

Al-Quran adalah firman Allah yang selanjutnya dijadikan pedoman hidup kaum muslim yang tidak ada lagi keraguan padanya. Di dalam nya terkandung ajaran-ajaran pokok menyangkut segala aspek kehidupan manusia yang selanjutnya dapat dikembangkan sesuai dengan nalar masing-masing bangsa dan kapanpun masanya dan hadir secara fungsional memcahkan problem kemanusiaan

2. Sunnah

Dasar yang kedua selain Al-Quran adalah sunnah Rasulullah saw. Amalan yang dikerjakan oleh Rasulullah saw dalam kehidupannya sehari-hari menjadi sumber utama pendidikan islam setelah Al-Quran.

3. Perkataan, Perbuatan dan Sikap Para Sahabat

Menurut Rahman, para sahabat Nabi memiliki karakteristik yang berbeda dari kebanyakan orang diantaranya yaitu:

(15)

b. Kandungan khusus yang aktual atas sunnah sahabat sebagian besar merupakan produk ijtihad sahabat

c. Unsur kreatif dari kandugan pemikiran sahabat merupakan ijtihad personil yang mengalami kristalisasi menjadi ijma’ berdasarkan petunjuk Nabi terhadap sesuatu yang bersifat spesifik

d. Praktek amaliah sahabat identik dengan ijma’ ulama. 4. Ijthad

Ijtihad adalah penggunaan akal oleh para fuqaha islam untuk menetapkan suatu hukum yang belum ada ketetapannya dalam Al-Quran dan Hadist dengan syarat-syarat tertentu. Ijtihad dapat di lakukan dengan ijma’, qiyas, istihsan, mashalih al mursalah dan lain-lain. Dalam penggunaannya ijtihad meliputi seluruh aspek ajaran islam termasuk juga aspek pendidikan.

C. Esensi Tujuan Pendidikan Islam

Tujuan pendidikan islam memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Mengarahkan manusia agar menjadi khalaifah tuhan di muka bumi ini dengan sebaik-baiknya

b. Mengarahkan manusia agar seluruh pelaksanaan tugas ke khalifahannya dimuka bumi dilaksanakan dalam rangka beribadah pada Allah, sehingga tugas tersebut terasa ringan dilaksanakan.

c. Mengarahkan manusia agar berakhlak mulia, sehingga ia tidak menyalahgunakan fugsi ke khalifahannya

d. Membina dan mengarahkan potensi akal, jiwa dan jasmaninya, sehigga ia memiliki ilmu akhlak dan eterampilan yang semua ini dapat digunakan guna mendukung tugas pengabdia dan ke khalifahannya

e. Mengarahkan manusia agar dapat mecapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

D.Rumusan World Conference of Muslim Education Tentang Pendidikan Islam

First world conference of muslim education yang di adakan di mekkah pada tahun 1977merumuskan tujuan pendidikan islam sebagai berikut :

(16)

membangun struktur pribadinya sesuai dengan syari’ah islam serta melaksanakan segenap aktivitas kesehariannya sebagai wujud ketundukkannya kepada tuhan”.

BAB VI

UNSUR-UNSUR DALAM PENDIDIKAN ISLAM A. Esensi Pendidikan dalam Perspektif Falsafah Pendidikan Islam

Pendidik didalam Islam ialah sebagai berikut: a. Allah swt

Dalam berbagai ayat Al-Quran di temukan beberapa ayat yang berbicara tentang kedudukan Allah sebagai pendidik, antara lain adalah: “segala puji bagi Allah Rabb bagi seluruh alam.” Q.S Al-fatihah ayat 1.

b. Rasulullah saw

Kedudukan Rasulullah saw sebagai pendidik di tunjuk langsungoleh Allah swt. Kedudukan Rasulullah sebagai pendidik ideal dapat di lihat dalam dua hal, yaitu Rasulullah sebagai pendidik pertama dalam pendidikan islam an keberhasila yag dicapai Rasulullah saw dalam melaksanakan pendidikan. c. Orang tua

Dalam islam orang paling brtanggung jawab adalah orang tua terhadap anak didiknya. Tanggung jawab itu disebabkan oleh dua hal yaitu:

1. Karena kodratnya yaitu orangtua ditakdirkan menjadi orangtua anknya, dan karena itu ia ditakdirkan pula bertanggung jawab mendidik anak-anaknya.

2. Karena kepentingan terhadap kemajuan perkembangan anaknya. d. Guru

Pendidik di lemabaga pendidikan ersekolahan disebut dengan guru, yang meliputi guru madrasah atau sekolah sejak dari taman kanak-kanak, sekolah menengah, dan sampai perguruan tinggi.

1. Pengertian Pendidik dalam Perspektif Islam

(17)

penghayatan akhlak dan kepribadiannya kepada peserta didiknya. Mudarris berasal dari kata darasa-yadrusu-darsan wa durusan wa dirasatan yang berati terhapus, hilang bekasnya, menghapus, menjadikan usang, melatih dan mempelajari. Mu’addib berasal dari kata adab yang berarti moral, etika, dan adab atau kemajuan lahir dan batin.

2. Sifat dan Karakteristik Kepribadian Pendidik Muslim

Menurut al-Ghazali guru yang dapat diserahi tugas mengajar adalh guru yang selain cerdas dan sempurna akalnya, juga guru yang baik akhlaknya dan kuat fisiknya.

3. Tugas dan Tanggung Jawab Pendidik Muslim

Tugas pendidik dapat dijabarkan dalam beberapa pokok pikiran, yaitu: a. Sebagai pengajar yang bertugas merencanakan program pengajaran,

melaksanakan program yang disusun, dan akhirnya dengan pelaksanaan penilaian setelah program tersebut terlaksana.

b. Sebagai pemimpin yang memimpin, mengendalikan diri sendiri maupun peserta didik, maupun masyarakat.

c. Sebagai pendidik yang mengarahkan peserta didik pada tingkat kedewasaan kepribadian sempurna.

Sedangkan tanggung jawab pendidik adalah:

a. Pendidik yang menemukan pembawaan yang ada pada anak didik. b. Pendidik wajib menoling anak didik dalm perkembangannya.

c. Bila anak didik sebagai manusia dewasa berpegalaman, pendidik wajib menyajikan jalan yang terbaik dan menunjukkan arah perkembangan yang tepat.

d. Pendidik wajib memperlihatkan kepada ank didik tugas orang dewasa berkarya dalam segala cabang pekerjaan.

e. Pendidik wajib tiap waktu mengadakan ealuasi untuk mengetahui apakah perkembangan anak didik dalm usaha mencapai tujuan sudah cukup baik. f. Pendidik wajib memberikan bimbingan dan penyuluhan pada waktu anak

mengalami kesulitan dengan cara yang sesuai dengan kemampuan ank didik dan tujuan yang akan dicapai.

(18)

Ibnu Maskawaih menyatakan pendapat Aristoteles, bahwa guru adalah “bapak ruhani dan orang yang dimuliakan; kebaikan yang diberikan kepada muridnya merupakan kebaikan ilahiah, karena ia membawanya kepada kearigan, mengisinya denga kebijaksanaan yang tinggi dan menunjukkan kepada muridnya kehidupan dan keberkaitan yang abadi”.

B. Esensi Peserta Didik dalam Perspektif Falsafah Pendidikan Islam 1. Pengertian Peserta Didik

Dalam paradigma pendidikan islam, peserta didik merupakan orang yang belum dewasa dan memiliki sejumlah potensi (kemampuan) dasar yang masih perlu dikembangkan.

2. Sifat yang Harus dimiliki Peserta Didik

Imam al-Ghazali merumuskan sifat-sifat yang patut dimiliki peserta didik ialah:

a. Belajar dengan niat ibadah dalm rangka mendekatkan diri kepada Allah. b. Mengurangi kecenderungan pada kehidupan duniawi dibanding ukhrawi

sebaliknya.

c. Menjaga pikiran dari berbagai pertenaangan yang timbul dari berbagai aliran.

d. Mempelajari ilmu-ilmu yang terpuji baik ilmu umum maupun agama. e. Memprioritaskan ilmu agama sebelum memasuki ilmu duniawi. 3. Tugas dan Tanggung Jawab Peserta Didik

a. Peserta didik hendaknya senantiasa membersihkan hatinya sebelum menuntut ilmu.

b. Tujuan belajar hendaknya dituukan untuk menghiasi ruh dengan berbagai sifat keutamaan.

c. Memiliki kemauan yangkuat untuk mencari dan menuntut ilmu diberbagai tempat.

d. Setiap peserta didik wajib menghormati pendidikannya.

(19)

C. Esensi Kurikulum dalm Perspektif Falsafah Pendidikan Islam 1. Pengertian Kurikulum

Kurikulum dirumuskan sebagai jumlah kegiatan yang mencakup berbagai rencana strategi belajar mengajar, pengaturan program-program agar dapat diterapkan, dan hal-hal yang mencakup pada kegiatan yang bertujuan mencapai tujuan yang diinginkan.

2. Asas- Asas Kurikulum Pendidikan Islam a. Dasar agama

b. Dasar falsafah c. Dasar psikologis d. Dasar sosial

3. Ruang Lingkup Kurikulum Pendidikan Islam a. Hakikat manusia sebagai

- Kreasi atau makhluk yang diciptakan Allah

- Makhluk yang dianugerahi potensi jismiyah dan ruhiyah sehingga berkemampuan membelajarkan diri.

- Makhluk yang dipilih sebagai khalifah dimuka bumi yang diberi tugas untuk memimpin dan memakmurkan kehidupan didalamnya.

b. Kapasitas atau kemampuannya dalam meneladani dan mengembangkan sifat-sifat ketuhanan yang tersimpul dalam asmaul husna kedalam dirinya. c. Adab atau akhlak

d. Al-‘ilm e. Sunnah Allah

4. Karakteristik Kurikulum Pendidikan Islam

a. Memntingkan tujuan agama dan akhlak dalam berbagai hal. b. Meluaskan perhatian dan kandungan.

c. Adanya prinsip keseimbangan antara kandungan kurikulum tentang seni dan ilmu.

d. Menekankan konsep menyeluruh dan keseimbangan pada kandungannya. e. Keterkaitan antara kurikulum pendidikan Islam denga minat, bakat,

keperluan dan perbedaan individu antara siswa.

(20)

1. Pengertian Metode Pendidkan Islam

Metode pendidika adalah semua cara yang digunakan dalam upaya mendidik. Metode lebih menunjukkan kepada jalan dalam arti jalan yang bersiat non fisik, yakni jalan dalam bentuk ide-ide.

2. Karakteristik Metode Pendidikan Islam

a. Keseluruhan proses penerapan metode pendidikan Islam

b. Proses pembentukan, penerapann, czn pengembangannya tetap tidak dapat dipisahkan dengan konsep akhlaqul karimah.

c. Bersifat luwes dan fleksibel

d. Berusaha sungguh-sungguh untuk menyeimbangkan antara teori dan praktik.

e. Menekankan kebebasan peserta didik untuk berkreasi

f. Menekankan nilai-nilai keteladanan dan kebebasan pendidik dala menggunakan metode pendidikan.

g. Berupaya menciptakan situasi dan kondisi yang memungkinkan terciptanya interaksi edukatif yang kondusif.

h. Merupakan usaha untuk memudahkan proses pengajaran dalam mencapai tujuannya secara efektif an efisien.

3. Dasar-Dasar Pertimbangan Penggunaan Metode dalam Pendidikan Islam a. Membentuk manusia didik yang mengabdi kepada Allah

b. Bernilai edukatif yang mengacu kepada petunjuk alquran dan Hadits c. Berkaitan dengan motivasi dan kedisiplinan sesuai dengan ajaran Islam. 4. Metode-Metode yang diperguanakan dalam Pendidikan Islam

Metode induksi (pengambilan kesimpulan), Metode perbandingan, Metode kuliah, Metode halaqah, Metode Dialaog, Metode Riawayat, Metode mendengar, Metode membaca, Metode imla’, Metode hafalan, Metode pemahaman, Metode lawatan untuk menuntut ilmu (pariwisata)

3. Alat Pendidikan: Reward and Punishsment dalam Perspektif Falsafah Pendidikan Islam

1. Ganjaran (reward)

(21)

Istilah reward dapat diartikkan sebagai:

1. Alat pendidkkan preventif dan represif yang menyenangkan dan bisa menjadi pendorong atau motivator belajar bagi murid.

2. Sebagai hadiah terhadap perilaku yang baik dari anak dalam proses pendidikan.

b. Dasar-Dasar Pertimbangan Pemberian Ganjaran

1. Berikan atas perbuatan atau prestasi yang dicapai peserta didik. 2. Berikan penghargaan yang sesuai dengan prestasi yang diraih. 3. Sampaikan penghargaan untuk hal-hal positif

4. Jangan memberikan penghargaan disertai dengan ungkapan membanding-bandingkan.

5. Pilihlah bentuk penghargaan yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik. c. Bentuk-bentuk Ganjaran

Ekspresi verbal/pujian yang indah, Imbalan materi/hadiah, Menyayanginya, Memandang dan tersenyum.

2. Punishment (hukuman) a. Pengertian Hukuman

Hukuman adalah tindakan yang dijatuhkan kepada aak secara sadar dan sengaja sehingga menimbulkan nestapa, dan dengan adanya nestapa itu anak menjadi sadar akan perbuatannya dan berjanji dalam hatinya untuk tidak mengulanginya.

(22)

Hukuman dibuat bukan untuk balas dendam, tetapi untuk memperbaiki anak-anak yang dihukum dan melindungi murid-muri lain dari kesalahan yang sama.

c. Dasar-dasar Pertimbangan Pemberian Hukuman

Hukuman tidak diperlukan manakala masih ada instrumen lain yang bisa digunakkan untuk memelihara fitrah peserta didik agar tetap beriman atau bersyahadah kepada Allah.

d. Bentuk-bentuk Pemberian Hukuman - Mengandung makna edukasi

- Merupakan jalan atau solusi terakhir dari bebrapa pendekatan dan metode yang ada

- Diberikan setelah anak didik mencapai usia 10 tahun.

4. Esensi Evaluasi dalam Perspektif Falsafah Pendidikan Islam 1. Pengertian Evaluasi dalam Pendidikan Islam

Evaluasi dalam pendidikan merupakan pengambilan sejmlah yang berkaitan dengan pendidikan Islam guna melihat sejauh mana keberhsilan pendidikan yang selaras dengan nilai-nilai Isam sebagai tujuan dari pendidikan itu sendiri.

2. Tujuan Evaluasi dalam Pendidikan Islam

Tujuannya adalah untuk mengetahui kadar pemahaman anak didik terhadapa materi pelajaran, melatih keberanian dan mengajak anak didik untuk mengingat kembali materi yang telah disampaikan.

(23)

b. Memberi umpan balik bagi guru dalam melakukan proses pembelajaran

c. Untuk menentukan kemajuan belajar

d. Untuk mengenal peserta didik yang mengalami kesullitan e. Untuk menempatkan murid dalam situasi belajar yang tepat f. Bagi pendidik, untuk mengatur proses pembelajaran. 4. Sistem Evaluasi dalam Pendidikan Islam

a. Untuk menguji daya kemampuan manusia beriman terhadap berbagai macam problema kehidupan yang diahadapi

b. Untuk mengetahui sejauhmana ataua smapai dimana hasil pendidikan wahyu yang telah diaplikasikan Rasulullah kepada ummatnya.

c. Untuk menentukan klasifikasi atau tingakt hidup keislaman atau keimanan sesseorang.

d. Untuk mengukur gaya kognisi e. Memebrikan semacam tabsyir

f. Tanpa memandang fomalitas (penampilan) g. Berlaku adil

BAB VII

PENDIDIKAN AKHLAK DALAM PERSPEKTIF FALSAFAH PENDIDIKAN ISLAM

A. Pengertian Akhlak dan Pendidikan Akhlak

(24)

terlebih dahulu di uraikan mengenai istilah pendidikan dan akhlak. Istilah pendidikan, secara bahasa dalam kamus besar bahasa indonesia berasal dari kata dasar didik, dan diberi awalan me, menjadi pendidik, yang artinya proses mengubah sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.

B. Tujuan Pendidikan Akhlak

Dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan akhlak adalah: pertama, supaya seseorang terbiasa melakukan yang baik, indah, mulia, terpuji serta menghindari yang buruk, jelek, hina, dan tercela. Kedua, supaya interaksi manusia dengan Allah SWT dan dengan sesama makhluk lainnya senantiasa terpelihara dengan baik dan harmonis. Esensinya sudah tentu untuk memperoleh yang baik, seseorang harus membandingkannya dengan yang buruk atau membedakan keduanya.

C. Metode Pendidikan Akhlak

Berikut ini akan diuraikan beberapa metode yang berkaitan dengan pembinaan akhlak, yaitu:

a. Metode Keteladanan

Yang dimaksud dengan metode keteladanan yaitu suatu metode pendidikan dengan cara memberikan contoh yang baik kepada peserta didik, baik didalam ucapan maupun perbuatan.

b. Metode Pembiasaan

Pembiasaan menurut dahlan seperti dikutip oleh Hery Noer Aly merupakan proses penanaman. Sedangkan kebiasaan ialah cara-cara bertindak yang persistent, uniform dan hampir-hampur otomatis. Pembiasaan tersebut dapat dilakukan untuk membiasakan pads tingkah laku, keterampilan, kecakapan dan pola pikir. .

c. Metode Memberi Nasehat

(25)

kemaslahatan umat. Di antaranya dengan menggunakan kisah-kisah Qur’ani, baik kisah para Nabi maupun umat terdahulu yang banyak mengandung pelajaran yang dapat dipetik.

d. Metode Motivasi dan Intimidasi

Metode ini akan sangat efektif apabila dalam penyampaiannya menggunakan bahasa yang menarik dan meyakinkan pihak tang mendengar. Oleh karena itu, hendaknya pendidik bisa meyakinkan muridnya ketika menggunakan metode ini. Namun, apa bila bahasa yang digunakan kurang meyakinkan maka akan membuat murid tersebut malas memperhatikannya. e. Metode Kisah

Referensi

Dokumen terkait

Kedua, Direksi mempunyai hak dalam menyetujui anggaran yang telah disusun untuk pelaksanaan TJSL di seluruh kantor cabang PT.Pertamina ( Persero ) Ketiga,

Namun nilai skala yang hampir sama tidak membuktikan bahwa ketika melakukan pengukuran di lapangan praktikan melakukan pengukuran dengan benar, karena nilai

Interjeksi sekunder merupakan interjeksi yang dari segi bentuk sudah memperlihatkan pola fonotaktis seperti kata pada umumnya. Interjeksi sekunder telah mengalami

Rencana pembiayaan investasi bersumber dari sumber-sumber pembiayaan invetasi di Bidang Infrastruktur di Kota Bukittinggi didukung oleh sumber baik dari Pemerintah

Dalam Peraturan Daerah ini ditetapkan bahwa Tata Cara Penyusunan Perencanaan Pembangunan adalah satu kesatuan tata cara perencanaan pembangunan Daerah

Pada reaksi diatas, tidak terjadi serah terima elektron melainkan terjadi pemakaian bersama pasangan elektron antara atom S dan O , sehinga kemudian para ahli sepakat

Manfaat yang bisa didapat dari aplikasi ini, seperti halnya bab 12 sebelumnya adalah dapat mengembalikan kembali/memperkirakan nilai null tadi sehingga suatu database yang

Spinal Cord Injury (SCI) adalah cedera yang terjadi karena trauma sumsum tulang belakang atau tekanan pada sumsum tulang belakang karena kecelakaan