• Tidak ada hasil yang ditemukan

Benturan Globalisasi dan Kearifan Lokal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Benturan Globalisasi dan Kearifan Lokal"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

Globalisasi dan Eksesnya Terhadap Ekonomi, Sosial dan

Kearifan lokal; Sebuah Problemmatika Umat

Oleh:

Arya Wicaksana

Cabang Gowa Raya (B)

Sebagai Syarat Mengikuti Intermediate Training (LK II)

Himpunan Mahasiswa Islam

(2)

2

Kata Pengantar

Alhamdulillah puji - syukur atas nikmat dan hidayah Allah swt yang senantiasa memberi kita kesehatan dan kemampuan dalam menalar untuk merealisasikan tugas ke khalifaan di muka bumi. Sholawat serta salam semoga tak lupa kita haturkan kepada Nabi Muhammad Saw, seorang intelek murni yang mampu menerjemahkan kekuatan langit dan diutus untuk meluruskan akhlak kader Hmi dan Rahmat bagi alam semesta.

Globalisasi dan Ekses negatif atas ekonomi, sosial dan kearifan lokal;

sebuah problematika umat, merupakan judul makalah yang penulis susun ini. Makalah ini, sebagai prasyarat dalam mengikuti jengjang pengkaderan Intermediate Training (LK-2) Hmi Cabang Polewali Mandar. Penulis menyadari akan kekurangan dan minimnya kualitas makalah yang saya susun ini. Maka dari itu, saya sangat berharap kritikan dan koreski konstruktif dari saudara (i) untuk menyempurnakan isi makalah ini dan menjadi konsumsi pengetahuan kepada kita semua di masa yang akan datang.

Ucapan terimah kasih terkhusus kepada orang tua saya, yang telah mendukung ananda untuk tetap berproses dan menafkahi kehidupan ananda. Kepada saudara saya, terimah kasih atas dorongan moral dan materiilnya yang tetap sabar dalam mendidik. Dan terimah kasih dan hormat kepada seluruh “insan akademis, pencipta dan pengabdi” Hmi Komisariat Dakwah dan komunikasi Cabang Gowa Raya baik kanda maupun yunda yang telah mendidik dan menyalurkan pengetahuaannya kepada saya. Terimah kasih.,,

Wassalam

Yakin Usaha Sampai

(3)

3

Daftar Isi

Kata Pengantar 2

BAB I PENDAHULUAN 4

Rumusan Masalah 6

Tujuan Penulisan 6

BAB II PEMBAHASAN 7

Globalisasi: 7

- Defenisi Globalisasi 7

- Ciri – ciri globalisasi; Sebuah Universalitas 9

- Ekses Globalisasi 10

Kearifan Lokal: 12

- Defenisi Kearifan Lokal 13

- Pengaruh Globalisasi terhadap Kearifan Lokal 14

- Cara Meminimalisir Pengaruh Globalisasi terhadap Kearifan Lokal 16 - Re – humanisasi 17

- Kemampuan Memilih 17

BAB III PENUTUP 18

- Kesimpulan 18

(4)

4

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Globalisasi adalah suatu fenomena khusus dalam peradaban manusia yang bergerak terus dalam masyarakat global dan merupakan bagian dari proses kehidupan manusia. Kehadiran teknologi informasi dan teknologi komunikasi mempercepat akselerasi proses globalisasi ini. Dalam konteks ekonomi – politik, globalisasi juga dianggap sebagai kelanjutan baru dari penjajahan ekonomi (neo – imperialism) dari akibat kegagalan Negara – negara yang menganut Teori Keynesian pada kebijakan perekonomiannya, ke Negara – negara maju di dunia ketiga. Proses produksi dan ekspansi ruang produksi ekonomi pada suatu wilayah ke wilayah yang lain merupakan bagian dari neo – imperialism dan neo – liberalism yang mencita – citakan konektivias global demi efisiensi serta akumulasi capital tak terhingga.

Pada sudut pandang yang lain, proses globalisasi ditandai dengan integrasi budaya local ke dalam suatu tatanan global.1 Nilai – nilai kebudayaan luar yang beragam menjadi basis dalam pembentukan suku kebudayaan luar yang berdiri sendiri dengan kebebasan – kebebasan ekspresi. Dalam hal itu, globalisasi inheren dengan konstruksi, diaspora dan internalisasi suatu nilai - nilai budaya tertentu melalui cara yang khusus seperti produk komersil, maupun adopsi ideologis ke suatu wilayah (Negara) sebagai konsekuensi logis dari proyek “desa global”.

Dibangun diatas landasan rasionalitas modern ala webberian, yang pada mulanya berekspektasi untuk menaklukan mitos – mitos abad pertengahan di tangan kuasa gereja, globalisasi ataupun modernism tidak luput dari ekses negatif yang timbulkannya. Individualitas, gaya hidup konsumeristik, teknikalisasi di bidang sosial, skizofernia, cultural shock serta hyper – realitas dunia visual teknologi yang mengikis relasi sosial yang nyata. Pada tataran komunikasi, globalisasi dilihat sebagai proses pengecilan dunia atau pemersatuan dunia melalui sarana teknologi komunikasi dan dengan perangkat jaringan system internet serba cepat. Dalam kata lain, manusia dihampir setiap belahan dunia ini, dihimpun pada ruang pergaulan lintas teritorial Negara. Dari kondisi demikian, proses

1

(5)

5 komunikasi disisi lain memberi kemudahan koneksivitas antara orang melalui handphone dan media TV yang menjadi corong utama cloning budaya global yang cenderung menyajikan tayangan – tayangan budaya glamour.

Ada kerisauan khusus yang dibawa arus budaya global tatkala sebuah nilai – nilai, sistem, dan ilmu pengetahuan - teknologi hasil karya, cipta dan karsa manusia dari teritori yang lain, menuai kegagapan oleh manusia pada ruang sosial yang lain dalam merespon, beradaptasi dan bahkan gagal sehingga sering kali manusia mengalami apa yang disebut sebagai “kekagetan budaya” disaat budaya global menerpa sebuah nilai yang diyakini suatu kebajikan dan etika sosial kemasyarakatan harus berkontestasi bersama budaya global yang bebas nilai. Pun, dengan demikian maka nilai – nilai yang telah dianut berpotensi tergoyahkan, bahkan sampai berdampak pada perubahan pola budaya yang sebelumnya telah mengakar dalam struktur kemasyarakatan.

Suatu nilai – nilai yang terancam eksistensinya atas gelombang budaya global tersebut adalah yakni kearifan local (local wisdom) bersama capital kulturalnya. Dalam konteks percaturan ideologi pada tataran global, kearifan lokal dipandang perlu tetap tumbuh dalam kehidupan sosial ummat, khususnya di Indonesia yang kini justru mengalami anomali kebudayaan. Sebuah anomali suatu negeri, yang justru kaya akan kearifan budaya local. Anomali dari ketidakmampuan membaca ataupun menyesuaikan dengan arah tujuan kebudayaan global.

(6)

6

B. Rumusan Masalah

Berangkat dari argument diatas, penulis dapat menarik suatu rumusan masalah antara lain;

1. Apa defenisi globalisasi ?

2. Apa dampak negatif dan postif globalisasi terhadap suatu bangsa ? 3. Apa yang dimaksud Kearifan Lokal ?

4. Bagaimana Ekses negatife globalisasi terhadap eksistensi Kearifan Lokal

C. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini yakni;

1. Sebagai proses pembelajaran secara terus – menerus pada ranah kebudayaan manusia

(7)

7

BAB II PEMBAHASAN

A. Globalisasi; ciri – ciri, ekses dan pengaruh ekonomi, sosial dan kebudayaan

Defenisi Globalisasi secara etimologi adalah sebuah konsep dengan kata dasar the globe (Inggris) atau la monde (Prancis) yang berarti bumi, dunia ini. Maka menurut Selo Soemardjan dan Selo soemardi, globalisasi adalah suatu proses terbentuknya sistem organisasi dan komunikasi antar masyarakat di seluruh dunia2. Secara terminologis, Albrow mengemukakan bahwa globalisasi adalah keseluruhan proses di mana manusia di bumi ini diinkorporasikan (dimasukkan) ke dalam masyarakat dunia tunggal, masyarakat global. Dari defenisi diatas dapat ditegaskan bahwa globalisasi merupakan model kehidupan yang membentuk suatu komunitas global yang bermuara pada komunikasi – informasi dan peleburan ruang - waktu.

Globalisasi bukanlah suatu proses yang baru. Globalisasi berawal sejak akhir abad ke – 19 dan awal abad 20. Globalisasi berkembang pesat setelah terjadi revolusi besar-besaran, yaitu dengan berkembangnya alat komunikasi berupa TV, jaringan Internet dan transportasi udara serta laut. Hal ini juga, menyebabkan terjadinya percepatan pembangunan di segala bidang dengan berkembangan yang begitu pesat. Dengan demikian, globalisasi merupakan dunia terbuka yang benar – benar telah meleburkan sekat – sekat yang membatasi pergerakan manusia dari dan ke berbagai Negara.3 Dunia yang didalamnya setiap individu dapat terkoneksi melalui instrument media komunikasi dengan individu diwilayah Negara berbeda tanpa harus beranjak dari tempatnya. Disamping itu, globalisasi sebagai sebuah konsep akan mengacu pada intensifikasi kesadaran sebuah dunia secara keseluruhan. Perspektif ini mengingatkan pada perdebatan klasik (Marx – Weber), yakni antara kekuatan dominasi ekonomi dan pluralism sosio-kultural.4

2

Soerjono Sukanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Rajawali Pers, 1987) hal. 285

3

Rusmin Tumanggor, Kholis Ridho & Nurochim – Ilmu Sosial & Budaya Dasar (Kencana, 2010) hal. 84

4

(8)

8 Antara dominasi ekonomi dan sosio – kultural, tampak kedua variable tersebut memungkinkan dominasi yang lebih akibat konsekuensi logis globalisasi yang nyaris menyentuh segala aspek kehidupan. Selain dominasi ekonomi – kultural, teknologi terapan membuka kran semakin kuatnya dominasi hingga hegemoni arus budaya global yang diterima saja sebagai sebuah kebaikan atau kebenaran. Budaya global yang dalam artian adalah kebudayaan kongkret sebuah bangsa atas bangsa yang lain, entah apapun bentuk kongkretisasi kebudayaan itu. Sebuah dominasi budaya global yang berpotensi mendikte perilaku manusia terhadap dirinya dan interaksi dengan manusia lain.

Pada konteks Indonesia, globalisasi secara fisik ditandai dengan proyek pembangunan era kepemimpinan awal soeharto pada tahun 1969, ketika membuka ruang kerja sama dibidang ekonomi dengan pemerintah amerika serikat dengan bantuan berupa dana segar kepada Indonesia untuk mempermudah pembangunan secara fisik (infra struktur) di indonesia dan bergabungnya Indonesia pada organisasi International Monetery Financial (IMF) sekaligus membuka kran liberalism ekonomi yang berkonsekuensi bebasnya transaksi dagang di Indonesia. Dengan logika demikian, langkah awal keterlibatan Indonesia untuk merambah dan berelasi dengan arena global terealisasi.

Satu gejala lain yang perlu kita catat adalah bahwa perkembangan sejarah modern yang demikian itu telah mengakibatkan sejarah umat manusia menjadi berputar di dalam jalinan interrelasi dan interpendensi; antara bangsa satu dengan bangsa lain, antara masyarakat satu dengan masyarakat yang lain5. Perputaran dan interrelasi dalam tatanan global. Jalinan interrelasi itu melahirkan jaringan ketergantungan antara yang satu dengan yang lain. Semakin satu bangsa memiliki ekonomi, teknologi, dan pengetahuan yang kuat, semakin satu masyarakat mengembangkan ekonomi, teknologi dan pengetahuan itu, semakin kuatlah posisi kedudukannya di dalam jalinan interrelasi dan jalinan ketergantungan tersebut6.

5

Ali Moertopo – Strategi Kebudayaan (CSIS, 1978) hal. 33

6

(9)

9 Dalam konteks Indonesia, argument ali moertopo, sepertinya semakin meniscayakan dominasi global atas kebudayaan di Negara – Negara yang terbelakang secara ekonomi, teknologi dan pengetahuan. Lantas kemudian dimana letak “superioritas” globalisasi sehingga semakin menguatkan pengaruhnya dalam homogenitas budaya ? seperti apa ciri – ciri globalisasi itu ?

Ciri – ciri globalisasi; Sebuah Spesifikasi Universal

Ada suatu kecenderungan yang menganggap bahwa globalisasi hanya bersentuhan dengan aspek – aspek kebudayaan yang kongkret saja. Maka beranjak dari hal itu, berbagai deskripsi mengenai globalisasi yang telah dijabarkan diatas, dapat menimbulkan kekeliruan apa bila tidak disertai dengan spesifikasi dari term globalisasi yang secara utuh atau komprehensif. Berikut ini merupakan ciri – ciri dari proses globalisasi7:

a. Meningkatnya masalah bersama, misalnya pada bidang lingkungan hidup, krisis multinasional, dan inflasi regional. Hal ini dikarenakan integrasi ekonomi sebuah bangsa, turut dicecoki oleh pihak – pihak asing dalam mengelola alam yang pada realitasnya, banyak mengakibatkan kerusakan ekologis.

b. Peningkatan interaksi kultural melalui perkembangan media massa (terutama televisi, film, musik, dan transmisi berita dan olah raga internasional). Saat ini, kita dapat mengonsumsi dan mengalami gagasan dan pengalaman baru mengenai hal-hal yang melintasi beraneka ragam budaya, misalnya dalam bidang fashion, literatur, dan makanan. Selain itu media komunikasi, TV, sesungguhnya mengaburkan batas – batas fisik dan budaya sehingga menciptakan “deteritorialisasi”, suatu dunia baru dengan batas – batas wilayah dan nilai yang bersifat relatif.8

c. Pasar dan produksi ekonomi di negara-negara yang berbeda menjadi saling bergantung sebagai akibat dari pertumbuhan perdagangan internasional, peningkatan pengaruh perusahaan multinasional, dan dominasi organisasi semacam World Trade Organization (WTO), serta

d. Perubahan dalam Konstantin ruang dan waktu. Perkembangan barang-barang seperti pesawat telepon, televisi satelit, dan internet menunjukkan

8

(10)

10 bahwa komunikasi global terjadi demikian cepatnya, sementara melalui pergerakan massa semacam turisme memungkinkan kita merasakan banyak hal dari budaya yang berbeda.

Meningkatnya masalah bersama pada ranah lingkungan hidup, “deteritorialisasi” akibat batasan interaksi antara satu budaya dengan kebudayaan yang lain sangatlah mudah melalui genggaman sarana komunikasi, interpendensi antara suatu bangsa sebagai akibat keterbukaan relasi ekonomi dan kemajuan transportasi serta gejala wisatawan asing membuka ruang interaksi kultural bahkan kemestian akulturasi.

Namun, satu hal yang pasti dari proses globalisasi tersebut bahwa ketidaksanggupan suatu wilayah Negara dalam meningkatkan kompetensi dan merespons globalisasi akan menuai permasalahan ketika segala hal dari proses kebudayaan global mendominasi secara eksponensial ke dalam sebuah kebudayaan. Integrasi kebudayaan pada tataran global, jelas menimbulkan perubahan – perubahan sosial – budaya, bukan saja karena globalisasi memiliki sisi positif bagi proses kehidupan manusia, namun pada sisi yang lain jelas memiliki permasalahan seperti yang telah dijelaskan diatas.lantas kemudian masalah apa yang dialami suatu Negara tatkala turut dalam arus globalisasi ? baik pada bidang ekonomi, sosial dan budaya pada suatu Negara ?

Maka, sebelum penulis menguraikan sisi positif globalisasi bagi peradaban umat manusia, terlebih dahulu akan digambarkan secara singkat dibawah ini, masalah – masalah pada suatu Negara sebagai akibat konsekuensi logis dari gejala globalisasi.

Ekses Globalisasi

Menurut Anthony Giddens (1990), menyebut bahwa masyarakat dewasa ini merupakan masyarakat “pengembara dalam ruang waktu”.9

Perkembangan dunia yang begitu pesat membuat manusia seakan tanpa sekat, arus informasi dan komunikasi bergerak begitu cepat, sehingga dapat memudahkan manusia untuk memperoleh informasi, kemudahan mengakses. Tanpa disertai dengan filter yang baik, tentunya hal ini akan berdampak besar pada kehidupan individu itu sendiri dan juga di masyarakat.

9

(11)

11 Sebagai pengertian budaya, globalisasi tidak hanya merupakan harmonisasi ide – ide dan norma, seperti pluralitas keberagaman, hak – hak asasi, namun juga gaya hidup konsumerisme dan pornografi10.

Globalisasi digambarkan sebagai ‟pemadatan dunia dan intensifikasi kesadaran dunia sebagai suatu keseluruhan dunia dan intensifikasi kesadaran dunia sebagai suatu keseluruhan‟ atau „intensifikasi relasi – relasi sosial seluas dunia yang menghubungkan lokalitas – lokalitas berjauhan sedemikian rupa menghubungkan lokalitas – lokalitas berjauhan sedimikian rupa sehingga peristiwa disatu tempat di tentuakn oleh peristiwa lain yang terjadi bermil – mil jaraknya dari situ dan sebaliknya11.

Maka dari itu, Berikut ini merupakan ekses negatif dari globalisasi yang dianggap telah menjadi “hegemoni” pada berbagai spectrum aktivitas kehidupan kontemporer:

a. Informasi yang tidak terfilter dengan baik, berpotensi dapat menyebabkan perubahan tingkah laku yang menyimpang.

b. Aktivitas produksi pada jejaring jaringan Global yang tidak memperhatikan serta mengindahkan pencemaran lingkungan, dapat mengakibatkan disharmony ekologis serta bencana alam. Proyek MPE3I di Indonesia sebagai bagian dari integrasi ekonomi global, mengarah pada permasalahan tersebut.12

c. Melimpahnya produksi barang komersiil pada sector industri menjadikan peningkatan libido konsumtif masyarakat yang melebihi proposionalitas. Gejala demikian akibat dominasi dan “westernisasi” ruang konsumsi ala restoran siap saji (Mcd, starbucks dan sejenisnya) sebagai bagian dari aktivitas ekonomi dan budaya globalisasi serta koneksivitas produksi.

d. Secara psikologis, membuat individu malas berinovasi dan berkreasi, karena banyak hal yang mudah dikerjakan oleh kecanggihan teknologi terapan.

Oleh karena itu, globalisasi sesungguhnya telah melahirkan suatu jenis ideologi yang menjadi dasar dari pembentukan, pelestarian, dan

10

Francis Wahono Nitiprawiro – Teologi Pembebasan (Lkis, 2008) hal. Xix, kata pengantar

11

Tim Pengelola Short Course Resisit Institute - Pengantar Ekonomi Politik (Resist Institute, 2011) hal. 121

12

(12)

12 perubahan masyarakat yang bertumpu pada proses identifikasi diri dan pembentukan perbedaan antara orang.13 Kapitalisme karenanya telah menjadi kekuatan yang paling penting dewasa ini, yang tidak hanya mampu menata dunia satu tatanan global, tetapi mengubah tatanan masyarakat menjadi sistem yang bertumpu pada perbedaan – perbedaan yang mengarah pada pembentukan status dan kelas orientasi tertentu.

Proses globalisasi mendapatkan berbagai tanggapan oleh masyarakat yang berbeda yang tampak dari proses integrasi, resistensi yang melahirkan suatu bentuk disintegrasi, atau terlihat juga dari adaptasi – adaptasi yang dilakukan suatu masyarakat terhadap berbagai pengaruh globalisasi. Untuk itu proses “lokalisasi” (semacam usaha penaklukan kebudayaan global) dapat saja terjadi, yang ini menunjukkan unsur baru yang masuk.14 Dengan perkata lain, ada usaha untuk meng – counter pengaruh globalisasi dengan nilai – nilai yang didalamnya terkandung kebijaksanaan dan kebaikan berupa local wisdom.

B. Kearifan Lokal; sebuah defenisi singkat, pengaruh dan eksesnya akibat globalisasi

Telah dijelaskan diatas bahwa globalisasi merupakan proses dehumanistik ketika keterlibatan Kita pada proses globalisasi yang berlangsung sampai saat ini, tidak disertai dengan komitmen akan suatu nilai. Maka dari itu, dibawah ini akan gambarkan bagaimana “nasib” kearifan lokal ditengah gempuran tata nilai – nilai global yang telah menkondisikan pandangan Kita jauh dari pencerahan nilai kearifan. Dimulai dari defenisi kearifan lokal bertujuan untuk memberi batasan dari kearifan lokal agar tidak terjadi tumpang tindih pemahaman. Berlanjut pada pengaruh Globalisasi terhadap kearifan lokal. Dari pengaruh itu, kemudian strategi apa yang tepat untuk meminilamlisir pengaruh globalisasi terhadap kearifan lokal.

13

Ibid., ilmu budaya dasar, hal. 86

14

(13)

13

Defenisi Kearifan Lokal

Kearifan lokal (local wisdom) dalam dekade belakangan ini sangat banyak diperbincangkan. Perbincangan tentang kearifan lokal sering dikaitkan dengan masyarakat lokal dan dengan pengertian yang bervariasi. Secara Etimologi Kearifan Lokal terdiri dari 2 kata yaitu kearifan (wisdom) dan lokal (local). Lokal berarti setempat dan kearifan sama dengan nilai - nilai kebijaksanaan. Dengan kata lain maka kearifan lokal dapat dipahami sebagai gagasan – gagasan, nilai – nilai, pandangan-pandangan setempat (local) yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya.

Kearifan lokal merupakan gagasan-gagasan setempat (lokal) yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya15. Menurut rumusan yang dikeluarkan oleh Kementerian Sosial kearifan lokal diartikan sebagai pandangan hidup dan pengetahuan serta berbagai strategi kehidupan yang berwujud aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat lokal dalam menjawab berbagai masalah dalam pemenuhan kebutuhan mereka.16

Jika ditarik dalam pandangan agama, khususnya agama Islam, Discouers atau wacana narasi kearifan lokal secara universalitas kebangsaan, pada substansinya, tidaklah kontradiktif dengan dimensi ajaran Islam berupa keadilan, toleransi, berorientasi pada kebenaran dan saling menghidupi. Seorang sufi yang terkenal dengan ajaran kawula manunggali gusti, yakni syekh siti jennar, pada zamannya mempraktekkan ajaran islam dengan akulturasi pada adat – istiadat setempat. Disaat para Wali Songo menganggap bahwa apa yang dipraktekkan oleh Jenar adalah bid‟ah, yang tidak pernah dilakukan oleh para nabi dan sahabat17. Bahkan jenar memiliki banyak murid yang diantaranya bukanlah seorang muslim (hindu dan Buddha), akan tetapi tetap menurunkan ajaran dan dilibatkannya muridnya itu dalam ajaran Tareqhat sang guru, Syekh Siti Jenar.

15

Sartini, Menggali Kearifan Lokal Nusantara: Sebuah Kajian Filsafat (Jurnal Filsafat UI, 2010) hal. 19

16

Memberdayakan Kearifan Lokal bagi Komunitas Adat Terpencil( Departemen Sosial RI, 2006) hal. 30

17

(14)

14

Pengaruh Globalisasi terhadap Kearifan Lokal

Globalisasi telah mempengaruhi semua aspek kehidupan dalam masyarakat, mulai dari aspek ekonomi, pendidikan, dan tidak luput mempengaruhi budaya. Kebudayaan sendiri dapat diartikan sebagai penciptaan, penertiban, dan pengolahan nilai – nilai insani. Tercakup didalamnya usaha memanusiakan diri di dalam alam lingkungan, baik fisik maupun sosial18. Budaya dimaknai sebagai pendidikan nilai – nilai kemanusian, yang awal mulanya bersumber pada penciptaan da penertiban. Jika nilai – nilai insani kita terjemahkan dalam aras kearifan lokal, maka wujudnya adalah kebijaksanaan manusia dalam berinteraski terhadap sesamanya dan meletakkan alam lingkungan bukan sebagai objek taklukkan. Namun, suatu kenyataan yang sudah dinikmati manusia di era globalisasi adalah kemakmuran, kemudahan dan kenyamanan. Namun demikian era yang serba mudah dan nyaman menimbulkan pengaruh positif dan juga hal negatif yang akan mengancam dan sulit untuk dihindari.Globalisasi menyebabkan segala aspek dan ruang kehidupan terpenngaruhi, Sebagai contoh sistem ekonomi, budaya dan lingkungan hidup manusia. Era globalisasi dalam hal ini perkembangan teknologi dan informasi memberi andil yang besar dalam pertumbuhan ekonomi dunia, bahkan tekhnologi juga menjadi indicator kamajuan suatu negara.

Perkembangan ekonomi akan menjadi lebih cepat apabila didukung oleh faktor kamajuan teknologi (computer, alat komunikas dll). Teknologi merupakan langkah lanjut dari peranan, modal dan jasa untuk perkembangan ekonomi. Makin cangggih tekhnologi berarti makin tinggi efesiensi pertumbuhan ekonomi suatu negara.19 Namun demikian kemajuan teknologi tidak hanya memberikan dampak-dampak positif pada sistem ekonomi, dampak negatif juga muncul secara bersamaan. Hal ini juga dapat menjurus kepada pemborosan sumber daya alam, meningkatkan kriminalitas dan timbulnya berbagai masalah akibat semakin makmurnya dan sejahteranya ekonomi suatu negara, sementara di daerah atau negara lain.20

18

M. Munandar Soelaeman – Ilmu budaya dasar, sebuah pengantar (Refika Aditama, 2005), hal. 21

19

Tim Dosen UPT-MKU Unhas (2009 -2010) Wawasan ipteks (Hasanuddin University Press 2009) hal.85

20

(15)

15 Selain dampak terhadap perekonomian globalisasi juga berdampak terhadap sosial budaya masyarakat (kearifan lokal). Globalisasi telah mendorong terjadinya pergeseran atau perubahan terhadap sistem atau aturan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Perkembangan teknologi memiliki andil yang sangat besar dalam menggiring remaja – remaja kita ke arah dekandensi moral. Rusaknya mental dan akhlak remaja kita diakibatkan oleh gaya hidup yang konsumtif, materialistik dan individualistik. Selain itu menjamurnya situs – situs internet yang menyajikan gambar-gambar vulgar yang bisa diakses secara bebas semakin menambah deretan kerusakan remaja.21

Pergeseran sistem nilai kebudayaan yang dianut masyarkat mengalami perubahan – perubahan secara lambat namun, menyentuh bagian lapisan dari system nilai budaya pada indvidu dan masyarakat, yakni nilai kearifan. Perubahan tersebut terjadi disebabkan oleh 2 (dua) factor pada umumnya; (1) bersumber dari masyarakat itu sendiri (internal). Ke (2) yang bersumber dari luar masyarakat (eksternal).

Disamping itu, menyebabkan kearifan – kearifan yang berlaku dalam masyarakat mulai terkikis. Masyarakat memiliki adat yang dikenal sebagai adat kedaerahan (kearifan lokal) yang merupakan simbol kebangsaan, namun saat ini, hampir tidak ada lagi makna yang benar – benar dan berarti di era globalisasi. Kita sulit memberikan batasan-batasan yang jelas antara budaya lokal dan budaya barat.

Berikut adalah ekses negatife atas dampak globalisasi terhadap kearifan lokal:

1. Pergeseran dan pergantian manusia; kehidupan gotong royong masyarakat perlahan mulai hilang tatkala globalisasi bersama perangkat teknologi membangun tembok interaksi masyarakat 2. Kebebasan terkekang; tanpa kendali nilai dan etika atas teknologi,

individu dalam masyarakat dapat mengalami “pemasungan” kebebasan.

3. Krisis identitas; nilai sebuah sistem kebudayaan yang abstrack berupa aturan berpakaian dan bergaul secara sosial, tidak lagi jadi acuan.

21

(16)

16 4. Dan mentalitas instan (teknologi); kemudahan manusia dalam memperoleh pengetahuan atau memiliki sesuatu, rentan dengan aksi – aksi instan. Seperti plagiaris, dalam ilmu pengetahuan.

Cara Meminimalisir Pengaruh Globalisasi terhadap Kearifan Lokal

Dari uraian di halaman-halaman sebelumnya, maka jelas betapa besar pengaruh globalisasi terhadap berbagai aspek kehidupan, termasuk kearifan lokal. Olehnya itu, yang perlu kita pikirkan adalah cara-caya yang dapat dilakukan untuk meredam pengaruh globalisasi terhadap kearifan lokal. Sungguh sebuah optimisme yang didorong atas kepedulian akan kondisi ummat hari ini. Meskipun dipandang skeptis atau bahkan utopis, gagasan kembali kearifan global, paling tidak harus dimulai sejak saat ini, dengan;

Re – humanisasi

(17)

17

Kemampuan Memilih

Dengan semakin banyaknya pilihan di era globalisasi,maka akibat yang timbul adalah kesulitan dalam memilih. Pendidikan pada umumnya diarahkan pada cara produksi bukan pada cara konsumsi. Ini menyebabkan nilai-nilai kearifan lokal terkikis dan berefek pada menurunnya antara yang mungkin dan yang terjadi, bahkan mana yang benar dan mana yang salah, mana yang baik dan mana yang buruk sudah sangat susah untuk dibedakan22. Segala yang teknis mungkin akan dikerjakan, tidak dipertentangkan dan disaring berdasarkan nilai-nilai kamanusiaan. Artinya yang didukung oleh aspek moral keagamaan, sosial, dan aspek-aspek yang terkait seharusnya menentukan apa yang mungkin diteliti dan dikembangkan kemudian tidak dilakukan jika tidak sesuai dengan kearifan lokal yang berlaku.

Revitalisasi

Perlunya upaya positif untuk mencegah distorsi biokultural yang berkelanjutan. Pembuangunan akan menuju ke suatu kebudayaan baru di masa depan, sehingga dipersiapkan persiapan-persiapan menyeluruh. Usaha-usaha revitalisasi akan banyak dipengaruhi baik secara positif mauoun negatif oleh faktor-faktor dalam maupun luar negeri.

22

(18)

18

BAB III

Kesimpulan dan Penutup

Benturan kearifan lokal dan global menimbulkan “chaos”sosial – budaya, ketika pranata sosial, nilai – nilai yang selama ini telah terakumulasi dalam budaya, baik itu yang berwujud materiil sampai pada pandangan hidup, kesemuanya tergerus oleh kebudayaan global yang cenderung materialistik. Konsekuensi – konsekuensi dan praktik modernitas tersebut menciptakan impact – impact yang tak terdeteksi atau tak teramalkan sebelumnya. Spirit modernitas yang menyertai globalisai tersebut kiranya juga menghantam dunia kehidupan warga masyarakat23. Alih – alih membawa kemajuan dan solusi persoalan kehidupan umat, justru berkecenderungan destruktif atas manusia dan kemanusiaan.

Konstruksi budaya yang mencita – citakan harmoni, universalitas dan konsisten, sebagaimana menjadi spirit besar semangat modernitas yang berwujud dalam globalisasi, di tolak dalam kaitannya dengan wacana Post-modernisme. Kaum postmo meragukan konsep universal yang hanya dibuktikan dengan usaha – usaha rasio dan menawarkan atau menggantikannya dengan sikap hormat kepada perbedaan dan penghargaan kepada yang khusus (particular dan lokal), serta membuang universalitas. Mereka percaya pada hal – hal yang “irasional” dalam memperoleh pengetahuan, yakni melalui emosi dan intuisi. Mereka percaya pad local wisdom sebagai budaya tandingan atas rasionalisme modern.

Masa depan kearifan lokal setiap bangsa, khususnya bangsa Indonesia, mulai diminta solusinya atas pemecahan terhadap problematika tersebut. Demi melindungi segenap bangsa Indonesia serta menuntunnya ke arah peta kehidupan yang lebih baik. Olehnya itu, sinergitas dari seluruh pihak mutlak dikedepankan untuk mencurahkan sebuah gagasan – gagasan yang berangkat dari kearifan lokal dan teks suci agama yang memberi ketentraman batin dan lahir umat manusia.

Benturan kebudayaan lokal dan globalisasi pada bidang ekonomi, sosial, teknologi dan kebudayaan pada realitasnya mengarah dan bermuara pada:

23

(19)

19 1. Globalisasi yang tidak adil menerkam wilayah ekonomi Negara –

Negara maju dunia ketiga, dengan meningkatnya kemiskinan dan pengangguran yang di akibatkan oleh keterlibatan Negara tersebut dalam sistem ekonomi pasar bebas secara international di bawah naungan organisasi – organisasi kerja sama ekonomi, seperti WTO, Bank Dunia, IMF dan APEC.

2. Lemahnya daya kompetensi Negara – Negara berkembang mengharuskan mobilitas tenaga kerja (SDM) dari luar, ke suatu Negara.

3. Kecenderungan materilistik – konsumtif sebagai bangunan ontologis dari rasionalitas modern, mereproduksi ruang konsumsi makan cepat saji dari Negara adi kuasa ke Negara dunia ketiga. Marchendeis Lokal berupa kebutuhan pangan, diganti oleh MCD, Star Bucks, Kfc dan sebagainya menjadi isme – isme baru.

(20)

20

Daftar Pustaka

Abdullah, Irwan.

Konstruski dan reproduksi kebudayaan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar cetakan pertama, 2006

Sukanto, Soerjono.

Sosiologi, Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers, 1987

Tim Dosen UPT-MKU Unhas.

Wawasan ipteks, Makassar: Hasanuddin University, 2009 - 2010

Soelaeman, M. Munandar.

Ilmu budaya dasar, sebuah pengantar. Bandung: Refika Aditama, 2005

Chodjim, Achmad.

Syekh Siti Jenar, “Makna Kematian”. Jakarta: Serambi, 2002

Tim Penyusun Departemen Sosial RI.

Memberdayakan Kearifan Lokal bagi Komunitas Adat Terpencil. Jakarta:

Lipi, 2006

Menggali, Sartini.

Kearifan Lokal Nusantara, Sebuah Kajian Filsafat: Jakarta: Jurnal Filsafat Universitas Indonesia, 2010

Tim Pengelola Short Course Resist Institute.

Pengantar Ekonomi Politik . Yogyakarta: Resist Institute, 2011

Wahono, Francis Nitiprawiro

Teologi Pembebasan. Yogyakarta: LKIS, 2008

Bauman, Zygmunt.

Globalization: The Human Consequences. New York:Columbia University Press, 1998

Moertopo, Ali.

Strategi Kebudayaan. Jakarta: CSIS, 1978

Rusmin Tumanggor, Kholis Ridho & Nurochim.

Referensi

Dokumen terkait

1) Dari hasil identifikasi risiko yang dilakukan terdapat 39 risk event yang dapat mempengaruhi keterlambatan proyek pembangunan tangki X di TTU-Tuban. Dari 39

Syaiful Anwar, Wakil Rektor III UIN Raden Intan Lampung, wawancara , dicatat pada tanggal 13/05/2018.. kepemimpinan yang demokratis. Teori ini ternyata diaplikasikan oleh Prof.

Salah satu isu utama terkait dengan perempuan adalah permasalahan aborsi. Aborsi didefinisikan sebagai pengguguran kandungan secara sengaja baik oleh sang calon ibu

Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) menyidangkan pelanggaran etika dan dapat menyidangkan pelanggaran disiplin profesi dokter di wilayah yang belum terdapat

PLN (Persero) APJ Majalaya) pada tanggal 10 Februari 2011, terungkap permasalahan yang terjadi berkaitan dengan disiplin pegawai selama bekerja, yaitu

Sementara kegiatan pembelajaran berlangsung guru dan teman sejawat Weni, mengamati anak dalam melakukan tugasnya masing- masing, pada kegiatan akhir/ penutup dilakukan

2.6.1 POSLEDICE SPOLNEGA NADLEGOVANJA ZA ŽRTEV Biti deležen neželenih oblik nasilja spolnega obnašanja nikakor ni prijetno in e je tovrstno vedenje dolgotrajno, ima za žrtev