• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengkajian Strategi Militer docx 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pengkajian Strategi Militer docx 1"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

Pengstrat (1) Strategi Clausewitz

* Clausewitz dan Strategi: Kontribusi Sang Jendral dalam Studi Strategis

Dalam studi strategis, nama Carl von Clausewitz menjadi amat berpengaruh, terutama di dunia Barat, setelah bukunya yang berjudul On War menjadi dasar pemikiran bagi banyak ahli strategi. Untuk memahami bagaimana pendapat Clausewitz mengenai strategi dan apa kontribusinya dalam studi strategis, kita perlu melihat terlebih dahulu latar belakang beliau.

Carl Phillip Gottfried von Clausewitz (lahir 1 Juli 1780 - meninggal 16 November 1831 pada umur 51 tahun, lebih dikenal dengan nama Carl von Clausewitz) adalah seorang tentara Prusia (Jerman) dan intelektual. Ia menjabat sebagai prajurit lapangan praktis (dengan luas pengalaman tempur melawan pasukan Revolusi Perancis), sebagai perwira staf dengan politik/ militer Prusia, dan sebagai pendidik militer terkemuka.

Clausewitz pertama kali memasuki pertempuran sebagai kadet pada usia 13 tahun, naik pangkat Mayor Jenderal di usia 38, menikah dengan bangsawan tinggi, Countess Marie von Bruhl, bergerak di kalangan intelektual langka di Berlin, dan menulis sebuah buku “On War” (terjemahan dari “Vom Kriege”) yang telah menjadi karya paling berpengaruh terhadap filsafat militer di dunia Barat. Buku tersebut telah diterjemahkan ke hampir semua bahasa dan berpengaruh pada strategi modern di berbagai bidang.

Setelah melihat latar belakang singkat dari Clausewitz, kita bisa menyimpulkan bahwa, berbeda dengan Sun Zu yang sampai saat ini latar belakangnya tidak jelas, Clausewitz adalah seorang perwira militer aktif yang pernah bertugas di beberapa medan tempur. Sebagai seorang perwira militer, tentunya kita bisa berasumsi bahwa pengalamannya bertempur dan menjadi pengambil kebijakan di arena pertempuran serta peperangan menjadi dasar bagi pemikiran-pemikirannya selanjutnya. Oleh karenanya, akan terlihat bahwa berbeda dengan Sun Zu yang amat filosofis, Clausewitz dalam bukunya terlihat lebih praktis dan mekanis, walaupun itu tidak berarti lantas menghilangkan sisi-sisi filosofis dari pandangan Clausewitz.

(2)

ditujukan untuk membuat lawan mengikuti kehendak kita. Clausewitz melihat bahwa perang adalah penggunaan kekerasan untuk membuat lawan mengikuti kehendak kita, dan dengan demikian kekerasan hanyalah sebuah cara untuk memperoleh kepentingan dan melucuti senjata musuh agar ia tidak bisa lagi melawan adalah tujuan dari sebuah perang.

Clausewitz mengingatkan bahwa dalam peperangan, seseorang bisa saja mengasumsikan bahwa mereka akan, dalam istilah Sun Zu, menang tanpa pertumpahan darah. Akan tetapi, ini bertentangan dengan kondisi alamiah dari perang itu sendiri. Tanpa mempertimbangkan kekerasan dan pertumpahan darah dalam menyusun strategi perang, maka pihak yang melakukannya telah menciptakan kekalahannya sendiri karena justru melupakan elemen paling penting dalam peperangan.

Clausewitz menekankan adanya beberapa aksi resiprokal yang dianggapnya selalu ada dalam perang: Yang pertama, bahwa perang adalah tindakan kekerasan dalam batas tertingginya dimana salah satu pihak memaksakan kehendaknya pada pihak yang kalah. Yang kedua adalah bahwa tujuan perang adalah mengalahkan dan melucuti lawan dari senjatanya, karena kalau lawan tidak dikalahkan secara total, maka ia akan bisa mengalahkan kita dikemudian hari, dan akhirnya ia akan memaksakan kehendaknya pada kita. Yang ketiga, untuk mengalahkan musuh, maka kita harus meningkatkan kekuatan kita melebihi batas kemampuan bertahan musuh. Namun, tentunya musuh kita juga berpikiran sama, dan oleh karenanya akan terjadi perlombaan peningkatan kemampuan.

(3)

Salah satu pernyataan yang kemudian menjadi amat legendaris dari Clausewitz adalah bahwa keinginan-keinginan politiklah yang menjadi penggerak peperangan. Clausewitz lantas menyimpulkan bahwa semakin besar keinginan-keinginan politik ini maka semakin besar pula intensitas perang yang terjadi, dan begitu pula sebaliknya. Ketika ”political will” ini melemah, maka intensitas peperangan juga berkurang. Akan tetapi, dalam beberapa kasus, dimana keinginan politik sudah amat besar, ternyata perang masih belum terjadi. Clausewitz tidak melihat hal ini seperti apa yang dilihat Sun Zu sebagai strategi untuk menang tanpa bertarung. Clausewitz justru melihat bahwa jeda maupun gencatan senjata dalam peperangan hanyalah aksi dari pihak-pihak yang terlibat dalam perang untuk menunggu saat yang tepat dan momen yang tepat pula untuk menyerang.

Strategi, oleh Clausewitz, diartikan sebagai "the employment of the battle as the means towards the attainment of the object of the War". Ini berarti strategi adalah penggunaan pertempuran sebagai cara memperoleh tujuan-tujuan perang. Dari sini bisa diartikan bahwa dalam pandangan Clausewitz, strategi diartikan sebagai penyusunan cara-cara bertempur agar kita dapat memperoleh tujuan-tujuan kita. Clausewitz menilai bahwa dalam tataran praktis, strategi sebenarnya amat simpel (mudah) dan tidak banyak memperhitungkan kekuatan-kekuatan moral.

Akan tetapi, mengingat pendapat awal Clausewitz adalah bahwa strategi amat erat kaitannya dengan politik dan perang, yang merupakan tujuan pembentukan strategi, adalah kelanjutan dari kebijakan-kebijakan politik, maka strategi selalu dipengaruhi oleh unsur-unsur moral. Ia mencontohkan bahwa dalam pembuatan strategi, yang lebih diperlukan adalah unsur-unsur moral seperti keinginan yang kuat. Berbeda dengan taktik yang jauh lebih praktis karena dihadapkan langsung dengan lawan, dalam strategi yang terkait dengan gambaran-gambaran besar maka seorang Jenderal atau Panglima tidak harus punya kemampuan teknis yang kuat melainkan daya berpikir dan kekuatan keinginan yang kuat. Karena kalau ia tidak memiliki keduanya, maka ia akan terombang-ambing dan tidak bisa memutuskan strategi mana yang akan digunakan.

(4)

kegiatan operasional yang akan dilakukan serta gerakan ataupun manuver-manuver yang biasa dilakukan. Sedangkan yang terkahir adalah kondisi geografis dari wilayah-wilayah tempat berperang.

Clausewitz juga menilai bahwa penghancuran total bukanlah cara yang tepat untuk memenangkan peperangan. Ia mencontohkan dalam kasus perang 1814, bagaimana pengambilalihan wilayah musuh adalah salah satu cara efektif. Jikalau saat itu salah satu pihak menghancurkan kota musuh dengan amat destruktif, maka hilang pula nilai kota tersebut bagi musuh dan bagi kita. Dalam pandangan para pemikir, yang dimaksud Clausewitz disini adalah buat musuh menyerah dengan cara menyerangnya dari sisi yang amat ditakutinya (ini adalah teori Clausewitz yang dikenal dengan sebutan Center of Gravity). Ketika musuh terlalu bergantung pada sesuatu, maka serang ia pada titik itu, dan ia akan kehilangan pegangan serta menyerah.

Ada 3 (tiga) kekuatan moral yang dipandang Clausewitz amat penting dalam penyusunan strategi dan peperangan. Yang pertama adalah kemampuan dari komandan perang. Namun, Clausewitz menekankan bahwa kemampuan ini adalah bakat dan tidak dimiliki oleh semua orang. Oleh karenanya, ia tidak begitu dalam membahas masalah ini. Yang lebih penting menurutnya adalah 2 kekuatan lainnya yaitu nilai-nilai militer dari pasukan dan perasaan nasionalisme dari seluruh elemen. Beberapa elemen dasar dari nilai-nilai militer pasukan adalah keberanian, kemampuan teknis dari pasukan, kemampuan untuk bertahan dalam segala situasi, dan antusiasme dalam berperang. Namun, Clausewitz menggarisbawahi bahwa dari semua nilai-nilai yang ada, ada satu hal yang amat penting yaitu kebanggaan akan angkatan bersenjata tempat mereka berada.

(5)

mengejutkan dan berlawanan dengan kebiasaan. Dalam film Star Wars misalnya, bagaimana seorang Luke Skywalker yang merupakan pemimpin gerakan pemberontak berpura-pura tertangkap oleh musuh hanya demi membebaskan rekan-rekannya atau dalam film Lord of The Rings: The Return of the King dimana Aragorn dengan tanpa kenal takut memasuki wilayah kematian untuk mencari pasukan guna mengalahkan musuhnya. Clausewitz benar-benar menghargai kekuatan dari rasa tak kenal takut dan nekat ini karena ia menilai kekuatan ini adalah kekuatan para pahlawan.

Dari beberapa pandangan diatas, penulis menilai bahwa sebenarnya strategi-strategi yang diungkapkan oleh Clausewitz jauh lebih praktis daripada apa yang dikemukakan Sun Zu. Ini mungkin nampak dalam pendapatnya bahwa perang hanyalah kelanjutan dari kebijakan suatu pihak untuk mencapai kepentingan mereka dengan cara-cara kekerasan. Dan ia juga menilai bahwa strategi adalah penggunaan pertempuran demi mencapai tujuan-tujuan kita. Ia juga begitu menekankan peran dari situasi dan kondisi politik dalam mencapai kepentingan-kepentingan peperangan. Begitu pula pendapatnya tentang kekuatan moral, dimana salah satunya adalah rasa tak kenal takut dan agak nekat yang menjadi nilai-nilai heroik.

(6)

Pengstrat (2) Strategi Sun Zu

* Seni Berperang oleh : Sun Zu (13 bab Strategi Militer Klasik) 1. Kalkulasi

2. Perencanaan 3. Strategi

4. Kekuatan pertahanan 5. Formasi

6. Kekuatan dan kelemahan 7. Manuver

8. Sembilan variasi 9. Mobilitas

10. Tanah lapang

11. Sembilan situasi klasik 12. Menyerang dengan api 13. Intelijen

* Isi Tiap Bab. I. Kalkulasi

“Perang adalah urusan vital bagi negara; jalan menuju kelangsungan hidup atau kehancuran. Oleh karena itu, mempelajari perang secara seksama adalah suatu keharusan.”

* Lima hal yang harus dipertimbangkan dalam mempelajari peperangan : 1. Alasan moral: keyakinan rakyat dan kepentingan negara untuk tujuan bersama 2. Alam: cuaca, iklim, waktu

3. Situasi: jarak, sifat alami, kondisi fisik

4. Kepemimpinan: kebijaksanaan, kepercayaan diri, keberanian, belas kasihan 5. Disiplin: imbalan, ancaman, hukuman, logistik

II. Perencanaan

Waktu adalah uang, hindari pertempuran yang berlarut, bertempurlah agar cepat menang. Taktik jitu menentukan nasib sebuah bangsa.

(7)

* Perbandingan jika pasukan kita berhadapan dengan musuh : Jika pasukan kita 10 : 1 dari musuh= kepung dan serang

Jika pasukan kita 5 : 1 dari musuh= pecahkan dan bagilah musuh lalu serang Jika pasukan kita 2 : 1 dari musuh= menyerang dari 2 arah

Jika pasukan kita 1 : 1 dari musuh= dahului perang Musuh sedikit lebih besar bertahan.

Musuh lebih besar berkelit dari serangan. Musuh jauh lebih besar, mundur.

* Lima cara untuk menang :

1. Tahu saat perang dan tidak berperang 2. Tahu memanfaatkan kekuatan pasukan 3. Rebut simpati dan dukungan rakyat 4. Tunggu untuk antisipasi yang belum siap

5. Perwira cakap menjadi komandan yang tanpa campur tangan pemerintah * Mengenal lawan dan diri sendiri :

1. Tahu kekuatan sendiri dan musuh untuk mampu masuk dalam peperangan tanpa ancaman bahaya. (TKS & TKM: 100%)

2. Tahu kekuatan sendiri dan tak tahu kekuatan musuh memberikan kesempatan menang hanya separonya. (TKS & TTKM: 50%)

3. Tak tahu kekuatan sendiri dan musuh akan kalah. (TTKS & TTKM: 0%) IV. Kekuatan pertahanan

* Alasan menyusun strategi :

1. Kita harus berjuang keras agar tidak kalah

2. Musuh yang harus terlebih dahulu membuat kesalahan besar baru kita mengalahkannya

3. Kita tak bisa bilang kalau kita tak akan kalah tapi kita tak bisa memastikan musuh akan membuat kesalahan sehingga kita meraih kemenangan, orang bisa tahu cara untuk menang tapi tidak bisa memastikan akan memperoleh kemenangan

4. Yang merasa tidak yakin menang akan bertahan 5. Yang merasa akan menang maka menyeranglah

(8)

7. Mereka yang cakap dalam hal bertahan akan menang bila tiba saatnya untuk menyerang

V. Formasi

* Penyergapan tiba-tiba, konfrontasi langsung: 1. Atur pasukan (organisasi) besar dan kecil 2. Komando (komunikasi) pasukan besar dan kecil 3. Pasukan besar

* Hakikat kejutan:

1. Perang adalah konfrontasi lansung

2. Pasukan yang melakukan kejutan akan menang

Serangan tiba-tiba dan kofrontasi langsung ada dalam peperangan, kombinasi keduanya membuat suatu variasi perang.

Kesiagaan Gerakan

VI. Kekuatan dan kelemahan * Inisiatif :

1. Pasukan pertama mengambil posisi yang fleksibel

2. Pasukan akhir ikut perang walau dalam keadaan kelelahan 3. Perwira melakukan gertakan mental

4. Umpan untuk mencapai tujuan yang dimaksud 5. Gertakan ke musuh

6. Ganggu musuh * Mengacaukan musuh :

1. Buat kegaduhan (kacaukan perhatian) 2. Serang satu arah

VII. Manuver

* Keuntungan dan kerugian dalam manuver dan mobilitas: 1. Amankan perbekalan

2. Pasukan yang lincah maju terus tanpa istirahat 3. Organisir pasukan

(9)

5. Jangan berperang yang belum pernah kita tahu kondisinya 6. Manfaatkan orang asli wilayah sebagai pemandu arah VIII. Sembilan variasi

1. Jangan sekali-kali mencari perlindungan disuatu wilayah yang tidak aman 2. Jangan mengabaikan basa-basi diplomasi dalam meminta simpati suatu negara 3. Jangan menunda suatu perjalanan pada saat suatu gerakan justru sulit dilakukan 4. Dalam situasi penuh bahaya, rencanakan untuk meloloskan diri secepat mungkin 5. Saat situasi sulit, bertempurlah sampai titik darah penghabisan

6. Ada rute perjalanan yang harus dihindari dan dilintasi agar dapat mengubah keadaan yang serba terbatas untuk memberikan peluang yang besar

7. Biarkan musuh meloloskan diri sebagian walau punya kemampuan mengejar, pikirkan serangan berikutnya

8. Untuk menghancurkan angkatan bersenjata, jangan terperdaya dengan kemudahan merebut kota

9. Jika perintah penguasa negara tidak mendukung kemajuan perang yang sedang berlangsung maka abaikan saja

IX. Mobilitas * Penyebaran :

1. Ketika bergerak maju, jangan melalui punggung gunung/ bukit tapi lewat lembah 2. Naik dataran yang lebih tinggi untuk tahu posisi yang paling menguntungkan

menyerang dan bertahan

3. Jika musuh di dataran yang lebih tinggi, jangan sekali-kali melayani/ mendahului serangan

4. Segera seberangi sungai, jadi musuh tidak ambil kesempatan (jangan serang musuh saat musuh di sungai) seranglah musuh saat baru menapakkan kaki di daratan ketika separo kekuatan ada di sungai

5. Dataran lebih tinggi lebih baik daripada sungai 6. Jangan menyerang musuh dihulu sungai

(10)

8. Lebih bagus lagi bila dibelakang pasukanmu terdapat pepohonan, ini strategi untuk bertempur di daerah rawa

9. Pertempuran di tanah datar, maka letakkanlah di tanah yang datar X. Tanah lapang/ Medan

* Tipe tanah lapang/ medan pertempuran: 1. Mudah dilalui

2. Sulit dilalui

3. Netral: sama-sama sulit menyerang 4. Sempit

5. Berbahaya 6. Jangkaun jauh XI. Sembilan situasi klasik

1. Biasa-biasa: berada di wilayah sendiri 2. Sederhana: wilayah musuh

3. Kritis: posisi yang sama-sama punya 2 pihak 4. Terbuka: wilayah yang dapat dimiliki 2 pihak

5. Memegang komando: untuk merebut posisi strategis, komando semua daerah 6. Serius: di dalam wilayah musuh

7. Berbahaya: wilayah yang tidak aman dan sukar

8. Sulit: wilayah yang merupakan jalur masuk dan keluar 9. Putus asa: terpojok

XII. Menyerang dengan api * Lima serangan ganas :

1. Bakar pasukan musuh

2. Rebut atau hancurkan perbekalan mereka 3. Sarana transportasi diganggu

4. Gudang senjata dihancurkan 5. Jalur perbekalan di rusak

Serang saat musim panas dan kering atau malam hari ketika angin berhembus kencang. XIII. Intelijen

(11)

1. Penduduk setempat lawan

2. Perwira militer dalam dewan istana

3. Mata-mata yang beralih haluan tetapi dapat dibeli

4. Mata-mata pembawa kematian: tawanan yang diinterogasi

(12)

Pengstrat (3) Strategi Perang Gerilya

Gerilya merupakan terjemahan dari bahasa Spanyol, yaitu guerrilla yang secara harafiah berarti perang kecil.

Gerilya adalah salah satu strategi perang yang dikenal luas, karena banyak digunakan selama perang kemerdekaan di Indonesia pada periode 1950-an. Jendral A.H. Nasution yang pernah menjabat pucuk panglima Tentara Nasional Indonesia, Angkatan Darat (TNI-AD) menuliskan di buku "Pokok-pokok Gerilya".

Menurut kabar, buku ini masih tetap menjadi bahan acuan untuk pendidikan gerilya dan anti-gerilya di West Point ("AKABRI" nya Amerika).

Kalau dilihat dari isi buku ini, sebenarnya masih sangat layak untuk dikembangkan terus konsep dari pokok-pokok gerilya dikaitkan dengan kondisi bangsa Indonesia saat ini. Sayangnya, buku ini hanya menjadi bagian sejarah saja, padahal diakui atau tidak, Perang Kemerdekaan Indonesia I dan II tidak kalah dahsyatnya dengan Perang Dunia II dari sisi strategi militer, ekonomi, budaya, dan politik. TNI saat ini lebih banyak mengambil konsep konsep “perang modern” dibandingkan mengembangkan terus konsep “warisan” pendahulunya. Tidak heran, TNI menjadi tidak kuat dan citranya sudah jauh menurun dibandingkan dengan kondisi pada saat Perang Kemerdekaan I dan II.

Berikut ini adalah isi dari buku karangan Jendral A.H Nasution yang berjudul “Pokok-pokok Gerilya”.

* Pokok-Pokok Gerilya I. Pokok-Pokok Gerilya

1. Peperangan abad ini adalah perang rakyat semesta

2. Perang Gerilya adalah perang si kecil/ si lemah melawan si besar /si kuat

3. Perang Gerilya tidak dapat secara sendiri membawa kemenangan terakhir, Perang Gerilya hanya untuk memeras darah musuh, kemenangan terakhir hanyalah dapat dengan tentara yang teratur dalam perang biasa, karena hanya tentara demikianlah yang dapat melakukan offensif yang dapat menaklukkan musuh

(13)

5. Akan tetapi Perang gerilya tidak berarti bahwa seluruh rakyat bertempur

Perang Gerilya adalah adalah perang rakyat semesta, perang militer, politik, sosial-ekonomi dan psikologis

6. Perang Gerilya tidak boleh sembarang Gerilyaisme

7. Gerilya berpangkalan dalam rakyat. Rakyat membantu merawat dan menyembunyikan gerilya, serta menyidik untuk keperluannya

8. Gudang Senjata gerilya adalah gudang senjata musuh 9. Menyimpulkan strategi dan taktik gerilya

a. Tentara regulerlah yg dapat membawa keputusan hasil perang b. Gerilya hanya :

 Mengikat dan melelahkannya

 Memeras darah keringat urat syarafnya dimana saja dia berada

 Siasat gerilya adalah mengikat musuh sebanyak mungkin, melelahkan, memeras darah dan keringantnya sebanyak mungkin

 Gerilya adalah: muncul-menghilang, mondar-mandir dimana-mana, sehingga bagi musuh, dia tidak dapat dicari dimanapun, tapi dapat dirasakan menggempur dimana-mana

 Siasat Gerilya: untuk memaksa musuh tersebar kemana-mana menjadi immobil sebanyak-banyaknya dan terpaksa mengadakan perbentengan yang tetap

 Salah kalau organisasi pemerintah gerilya bersifat statis

10. Syarat pokok perang gerilya ialah rakyat yang membantu, ruangan geografis yang cukup dan adanya perang yang lama

Perlu rakyat yang:

 Kuat batinnya

 Kuat ideologinya

 Kuat semangat kemerdekaannya

 Kuat semangat perjuangannya

(14)

11 Perang rakyat yang total memerlukan pimpinan yang total pula, dan bukan saja pada puncak nasional melainkan juga pada daerah-daerah gerilya terbawah

Siasat perang total:

 Militer

 Politik

 Ekonomis

 Psikologis

 Sosial

12. Perang anti-gerilya harus menuju kepada memisah gerilya dari rakyat pangkalannya, dan karena itu lebih harus mengutamakan gerakan politik, psikologis dan ekonomis. Gerilya harus dilawan dengan senjata-senjatanya sendiri, kegiatan offensif, kemampuan yang mobil dan fleksibel

13. Sari-sari pengalaman Gerilya "Tentara Pembebasan Rakyat Cina" wujud perang si kecil melawan si besar

2. Gerilya dan Perang Kita yang Akan Datang 1. Sediakan payung sebelum hujan

2. Buat 10 tahun atau lebih, gerilya adalah pokok dalam pertahanan kita 3. Masa sekarang dan tahun-tahun yang akan datang kita masih tetap dalam alam anti-gerilya

Gerilya berakar dari rakyat, anti-gerilyanya haruslah pertama-tama menghilangkan akar-akar itu dari dalam rakyat

 Bagaimana si anti-gerilya dapat menawan hati rakyat kembali?

 Bagaimana ia dapat menumbuhkan kepercayaan dan simpati kembali?

 Bagaimana si anti-gerilya dapat menimbulkan ideologi yang lebih tinggi lagi? 4. Perang gerilya kita yang lalu dalam arti militer masih tahap yang pertama

5. Kita harus selekas mungkin membangun tentara reguler yang sebenarnya

(15)

Walaupun kita lebih kecil dari musuh, namun kita mencari sasaran-sasaran dimana kita dengan konsentrasi sementara memperoleh kelebihan yang mampu menghancurkan bagian musuh yang kecil dan terputus.

6. Organisasi dan pendidikan buat perang gerilya yang akan datang:

 Tiga lapisan

 Perlawanan tentara

 Perlawanan partisan (gerilya rakyat)

 Pertahanan rakyat sipil

7. Pimpinan dan pembangunan gerilya harus regional (sifat "wehrkreise") 8. Tentara gerilya adalah pelopor perang ideologi yang biasanya ideologi politik

9. Sistem tentara rakyat dan gerilya

(16)

Pengstrat (4) 36 Strategi

Tiga Puluh Enam Strategi yang juga dikenal dengan sebutan Tiga Pulu Enam Taktik, merupakan sajak Cina yang mengulas taktik-taktik kemiliteran. Buku ini memuat 36 skenario perang dalam sejarah Cina pada Zaman Negara-negara Berperang dan Zaman Tiga Negara. Tiga Puluh Enam Strategi ini lebih banyak disampaikan sebagai cerita dari mulut ke mulut daripada didokumentasikan secara tertulis. Meskipun demikian, banyak penulis di Cina yang berusaha mengompilasikan “36 Stretegi” ini dari berbagai cerita turun-menurun.

* Strategi untuk Menang

Strategi 1: Perdaya Langit untuk melewati Samudera. Bergerak di kegelapan dan bayang-bayang hanya akan menarik kecurigaan. Untuk memperlemah pertahanan musuh bertindaklah di tempat terbuka dengan menyembunyikan maksud tersembunyi anda. Strategi 2: Kepung Wei untuk menyelamatkan Zhao. Ketika musuh terlalu kuat untuk diserang, seranglah sesuatu yang berharga yang dimilikinya. Seranglah sesuatu yang berhubungan atau dianggap berharga oleh musuh untuk melemahkannya secara psikologis.

Strategi 3: Pinjam tangan seseorang untuk membunuh. Serang dengan menggunakan kekuatan pihak lain. Perdaya sekutu untuk menyerang musuh, sogok tentara musuh menjadi pengkhianat, atau gunakan kekuatan musuh untuk melawan dirinya sendiri. Strategi 4: Buat musuh kelelahan sambil menghemat tenaga. Rencanakan waktu dan tempat pertempuran terlebih dahulu. Dengan cara ini, anda akan tahu kapan dan di mana pertempuran akan berlangsung, sementara musuh anda tidak. Dorong musuh anda untuk menggunakan tenaga secara sia-sia sambil menghemat tenaga. Saat ia lelah dan bingung, seranglah.

Strategi 5: Merompak sebuah rumah yang terbakar. Saat musuh mengalami konflik internal, inilah waktunya untuk menyerang.

Strategi 6: Berpura-pura menyerang dari timur dan menyeranglah dari barat. * Strategi Berhadapan dengan Musuh

(17)

yang ketiga. Namun tipuan ketiga adalah serangan sebenarnya untuk menangkap musuh saat pertahanannya lemah.

Strategi 8: Secara rahasia pergunakan lintasan Chen Chang. Serang musuh dengan dua kekuatan konvergen. Yang pertama adalah serangan langsung dan yang kedua secara tidak langsung dimana musuh tidak menyangka dan membagi kekuatannya sehingga akhirnya mengalami kebingungan.

Strategi 9: Pantau api yang terbakar sepanjang sungai. Tunda untuk memasuki wilayah pertempuran sampai seluruh pihak yang bertikai mengalami kelelahan akibat pertempuran yang terjadi antara mereka. Kemudian serang dengan kekuatan penuh dan habiskan.

Strategi 10: Pisau tersarung dalam senyum. Puji dan jilat musuh anda. Ketika mendapat kepercayaan darinya, mulailah melawan secara diam-diam.

Strategi 11: Pohon kecil berkorban untuk pohon besar. Ada suatu keadaan dimana anda harus mengorbankan tujuan jangka pendek untuk mendapatkan tujuan jangka panjang. Ini adalah strategi kambing hitam dimana seseorang akan dikorbankan untuk menyelamatkan yang lain.

Strategi 12: Mencuri kambing sepanjang perjalanan. Sementara tetap berpegang pada rencana, anda harus cukup fleksibel untuk mengambil keuntungan dari tiap kesempatan yang ada sekecil apapun.

* Strategi Penyerangan

Strategi 13: Kagetkan ular dengan memukul rumput di sekitarnya. Ketika anda tidak mengetahui rencana lawan secara jelas, serang dan pelajari reaksi lawan.

Strategi 14: Pinjam mayat orang lain untuk menghidupkan kembali jiwanya. Ambil cara yang telah dilupakan atau tidak digunakan lagi. Hidupkan kembali sesuatu dari masa lalu dengan memberinya tujuan baru.

Strategi 15: Permainkan harimau untuk meninggalkan sarangnya. Jangan pernah menyerang secara langsung musuh yang memiliki keunggulan akibat posisinya yang baik. Permainkan mereka untuk meninggalkan sarangnya sehingga mereka akan terjauh dari sumber kekuatannya.

(18)

bahwa masih ada kesempatan untuk bebas. Hasrat mereka untuk menyerang akan teredam dengan keinginan untuk melarikan diri. Ketika pada akhirnya kebebasan yang mereka inginkan tersebut tak terbukti, moral musuh akan jatuh dan mereka akan menyerah tanpa perlawanan.

Strategi 17: Melempar Batu Bata untuk mendapatkan Giok. Persiapkan sebuah jebakan dan perdaya musuh anda dengan umpan seperti kekayaan, kekuasaan, dan wanita. Strategi 18: Kalahkan musuh dengan menangkap pemimpinnya. Jika tentara musuh kuat tetapi dipimpin oleh komandan yang mengandalkan uang dan ancaman, maka ambil pemimpinnya. Sisa pasukannya akan terpecah belah atau menyerah.

* Strategi Membingungkan

Strategi 19: Jauhkan kayu bakar dari tungku masak. Ketika berhadapan dengan musuh yang sangat kuat untuk dihadapi secara langsung, lemahkan musuh dengan meruntuhkan dasarnya dan menyerang sumberdayanya.

Strategi 20: Memancing di air keruh. Sebelum menghadapi pasukan musuh, buatlah sebuah kekacauan untuk memperlemah persepsi dan pertimbangan mereka.

Strategi 21: Mepaskan kulit serangga. Ketika anda dalam keadaan tersudut dan anda hanya memiliki kesempatan untuk melarikan diri dan harus menyatukan kelompok, buatlah sebuah tipuan. Sementara perhatian musuh terfokus atas muslihat yang dilakukan, pindahkan pasukan anda secara rahasia di belakang muka anda yang terlihat.

Strategi 22: Tutup pintu untuk menangkap pencuri. Jika anda memiliki kesempatan untuk menangkap seluruh musuh maka lakukanlah, sehingga dengan demikian pertempuran akan segera berakhir. Membiarkan musuh untuk lepas akan menanam bibit dari konflik baru.

Strategi 23: Berteman dengan negara jauh dan serang negara tetangga. Ketika anda adalah yang terkuat di sebuah wilayah, ancaman terbesar adalah dari terkuat kedua di wilayah tersebut, bukan dari yang terkuat di wilayah lain.

Strategi 24: Cari lintasan aman untuk menjajah Kerajaan Guo. Pinjam sumberdaya sekutu untuk menyerang musuh bersama. Sesudah musuh dikalahkan, gunakan sumberdaya untuk berbalik menyerang sekutu.

(19)

Strategi 25: Gantikan balok dengan kayu jelek. Kacaukan formasi musuh, buatlah satu hal yang berlawanan dengan latihan standarnya. Dengan cara ini anda telah meruntuhkan tiang-tiang pendukung yang diperlukan oleh musuh dalam membangun pasukan yang efektif.

Strategi 26: Lihat pada pohon murbei dan ganggu ulatnya. Untuk mendisiplinkan, mengawal, dan mengingatkan suatu pihak yang status atau posisinya di luar konfrontasi langsung; gunakan analogi atau sindiran. Tanpa langsung menyebut nama, pihak yang tertuduh tidak akan dapat memukul balik tanpa keberpihakan yang jelas.

Strategi 27: Pura-pura menjadi seekor babi untuk memakan harimau. Sembunyi di balik topeng kebodohan untuk menciptakan kebingungan atas tujuan dan motivasi anda. Tipu lawan anda ke dalam sikap meremehkan kemampuan anda sampai pada akhirnya terlalu yakin akan diri sendiri sehingga menurunkan level pertahanannya.

Strategi 28: Jauhkan tangga ketika musuh telah sampai di atas. Biarlah musuh mengacau ke daerah anda. Kemudian putus jalur komunikasi dan jalan untuk melarikan diri. Lalu serang sekuat tenaga.

Strategi 29: Hias pohon dengan bunga palsu. Dengan menggunakan muslihat dan penyamaran akan membuat sesuatu yang tak berarti tampak berharga; tak mengancam kelihatan berbahaya.

Strategi 30: Buat tuan rumah dan tamu bertukar tempat. Kalahkan musuh dari dalam dengan menyusup ke dalam benteng lawan di bawah muslihat kerjasama. Dengan cara ini anda akan menemukan kelemahan dan kemudian saat pasukan musuh sedang beristirahat, serang secara langsung pertahanannya.

* Strategi Kalah

Strategi 31: Jebakan indah. Kirim musuh anda umpan yang akan menyebabkan perselisihan di basis pertahanannya. Jebakan ini terutama menggunakan wanita.

Strategi 32: Kosongkan benteng. Perangkap psikologis, benteng yang kosong akan membuat musuh berpikir bahwa benteng tersebut penuh perangkap.

Strategi 33: Biarkan mata-mata musuh menyebarkan konflik di wilayah pertahanannya. Gunakan mata-mata musuh untuk menyebarkan informasi palsu.

(20)

tidak melihat anda sebagai ancaman serius; kedua, jalan untuk menjilat musuh anda dengan berpura-pura luka oleh sebab musuh merasa aman.

Strategi 35: Ikat seluruh kapal musuh secara bersamaan. Jangan pernah bergantung pada satu strategi.

(21)

Pengstrat (5) Strategi Serangan * Operasi Darat

* Serangan Frontal

Serangan frontal adalah serangan yang secara langsung ditunjukkan kepada seluruh kelebaran garis depan kekuatan militer musuh. Biasanya serangan frontal dilakukan kalau penyerang menganggap memiliki kekuatan yang cukup banyak mengungguli kekuatan musuhnya, yaitu paling sedikit tiga kali lipat.

Dengan serangan frontal, penyerang bermaksud menggulung kekuatan pertahanan sehingga tujuan serangan tercapai. Contoh serangan frontal sebagai operasi darat adalah serangan pasukan Korea Utara terhadap Korea Selatan pada tahun 1950 yang menyulut Perang Korea.

Sekarang, pada umumnya serangan frontal tidak dilakukan tersendiri, melainkan digabung dengan pola serangan lain.

* Serangan Melambung

Serangan melambung adalah serangan yang dilakukan dengan menggerakkan pasukan penyerang mengitari salah satu lambung garis pertahanan musuh, kemudian menyerangnya di lambung tersebut sebagai titik berat serangan. Pada saat bersamaan, ada pasukan lain yang menyerang garis depan musuh secara ringan untuk melakukan penipuan, seakan-akan titik berat serangan tertuju ke garis depan. Serangan dapat juga dilakukan terhadap kedua lambung pertahanan musuh, dinamakan serangan melambung rangkap (double envelopment).

Contoh serangan melambung adalah serangan Letnan Jendral Erwin Rommel ketika merebut kota Tobruk di Afrika bagian utara pada tahun 1941.

* Serangan Melingkar (Encirclement)

Serangan melingkar adalah serangan yang didahului manuver atau gerakan ke bagian belakang pertahanan musuh dan kemudian menyerangnya dari belakang. Seperti dalam serangan melambung, ada penipuan dengan menggerakkan pasukan seperlunya untuk menghadapi garis depan pertahanan musuh.

(22)

* Serangan Penetrasi

Serangan Penetrasi adalah serangan dengan kekuatan utama pasukan lapis baja (tank) yang menembus pertahanan musuh dari depan pada titik tertentu, kemudian memanfaatkan lubang dalam pertahanan itu untuk menggerakkan pasukan lapis baja menembus garis pertahanan dengan cepat. Yang pertama menggunakan cara serangan ini adalah Jerman dalam PD II.

* Serangan Perembesan

Serangan perembesan adalah serangan yang menggerakkan pasukan penyerang melalui lubang-lubang (gap) pertahanan musuh dalam kelompok-kelompok relatif kecil, kemudian kelompok itu bergabung di tempat yang telah ditentukan di belakang daerah pertahanan musuh dan menyerang musuh dari belakang.

Contoh serangan perembesan adalah serangan pasukan Cina terhadap pasukan Amerika dalam Perang Korea, ketika pasukan Amerika di bawah pimpinan Jendral Douglas Mc Arthur berhasil maju sepanjang jazirah Korea dan mendekati perbatasan dengan Cina.

* Serangan Lintas Udara

Serangan lintas udara adalah serangan yang dilakukan dengan menerjunkan pasukan di tempat tertentu, biasanya di daerah belakang atau lambung pertahanan musuh, dan kemudian menyerang sasaran-sasaran vital dalam pertahanan musuh. Biasanya serangan lintas udara dibarengi dengan serangan penetrasi melintasi darat yang kemudian mengadakan link-up dengan pasukan lintas udara.

Serangan ini merupakan operasi gabungan kekuatan darat dan udara. Angkatan udara mengangkut pasukan angkatan darat sampai di atas daerah penerjunan, tempat pasukan darat terjun dari pesawat angkut angkatan udara. Contoh serangan lintas udara yang paling menonjol adalah yang dinamakan Operation Market Garden yang dilakukan pasukan AS dan sekutunya dalam PD II.

* Serangan Pendaratan Amfibi

(23)

terdiri atas pasukan marinir atau pasukan angkatan darat atau gabungan marinir dan angkatan darat.

Kekuatan udara dapat terdiri atas kekuatan udara angkatan laut atau angkatan udara atau gabungan dari dua angkatan. Pasukan pendarat diangkut angkatan laut sampai ke depan pantai pendaratan dan didaratkan dengan menggunakan sekoci pendarat angkatan laut. Contoh paling menonjol adalah amfibi Sekutu Barat di Pantai Normandie (Prancis Barat) yang dinamakan Overlord Operation pada bulan Juni 1944 di bawah pimpinan Jendral Dwight Eisenhower.

* Serangan Dalam

Serangan dalam adalah serangan gabungan kekuatan darat dan kekuatan udara yang dilakukan dengan penembakan peluru kendali jauh ke dalam daerah pertahanan musuh, diikuti dengan serangan udara dan serangan pendaratan amfibi, dan dilanjutkan dengan serangan penetrasi serta serangan lintas udara.

Konsep serangan ini lahir ketika berkembang RMA yang diterapkan dalam konsep untuk menghadapi kemungkinan serangan Uni Soviet di Eropa Barat. Para pakar taktik AS berpikir bahwa menghadapi konsep serangan darat Uni Soviet di Eropa Barat tidak dapat dengan cara pertahanan biasa sebab Uni Soviet berencana menyerang dalam bentuk gelombang.

Mungkin saja pertahanan AS dapat menahan serangan gelombang pertama, tetapi lama kelamaan akan kehabisan tenaga menghadapi gelombang ketiga atau keempat. Oleh sebab itu, harus secara dini dilakukan serangan balasan yang tertuju ke posisi gelombang kedua dan ketiga di daerah belakang Uni Soviet dan menghancurkan atau melumpuhkannya.

Serangan AS ke Irak pada tahun 2003 merupakan contoh pertama dalam sejarah yang memperaktikkan konsep serangan dalam dengan memanfaatkan segala kemajuan teknologi yang dapat digunakan. Tujuan serangan adalah mencapai sasaran serangan secepat mungkin dengan sesedikit mungkin kehilangan korban, terutama manusia. Dengan sendirinya, serangan juga berusaha meniadakan kemungkinan operasi pertahanan.

(24)

Operasi di laut merupakan bagian penting dari pernyataan dari perang atau strategi, baik itu serangan ataupun pertahanan. Lautan diperlukan untuk dapat membawa kekuatan perang ke daerah-daerah lain di seberang lautan. Oleh sebab itu, setiap pihak berusaha menguasai lautan dan untuk itu membangun armada yang besar dan kuat. Di masa lalu, Spanyol, Belanda, dan Inggris berhasil meluaskan daerah kekuasaan ke seberang lautan dan membangun daerah jajahan yang membuat negaranya kaya dan sejahtera.

Itu semua tercapai karena negara-negara itu pada zamannya berhasil membangun armada kuat yang menguasai lautan. Kalau ada negara yang berarmada kuat, negara lain yang hendak menguasai lautan akan membangun armadanya untuk menantang armada negara pertama. Itulah yang mengakibatkan terjadinya pertempuran di masa lalu.

Sekalipun sebelumnya armada Spanyol dan Belanda terkenal kekuatannya, akhirnya pada permulaan abad ke-20 yang mendominasi lautan dunia adalah Inggris. Ketika Jerman pada permulaan abad ke-20 hendak muncul sebagai kekuatan dunia, ia pun membangun armada untuk mengakhiri dominasi armada Inggris. Pertempuran laut terjadi dalam PD I, yaitu Pertempuran Laut Jutland. Akan tetapi, armada Jerman tidak berhasil merebut kemenangan dan Inggris tetap menguasai dunia.

* Interdiksi atau Guerre de Course

Yang tidak kalah pentingnya dalam usaha penguasaan laut adalah interdiksi atau guerre de course. Dulu, pihak yang merasa armadanya kurang kuat untuk melawan musuh dalam pertempuran laut melakukan interdiksi.

Itu adalah gerakan berupa raid dengan kapal perang yang bergerak sendiri terhadap kapal-kapal dagang musuh. Yang menjadi tujuan adalah mengganggu sejauh mungkin keleluasaan musuh dalam penggunaan lautan. Dalam PD I, dikenal peran kapal jelajah Jerman, Emden, yang membuat lalu lintas Samudera Hindia tidak aman bagi Inggris.

* Blokade

(25)

Di masa kini, tindakan seperti itu masih dapat terjadi kalau ada negara besar hendak memaksakan kemauannya terhadap negara kecil. Sebelum menyerang Irak, AS melakukan blokade untuk menjamin bahwa Irak tidak dapat mengekspor minyaknya tanpa diketahui AS dan tidak dapat mengimpor bahan keperluannya.

* Operasi di Udara * Penguasaan Udara

Penguasaan udara amat penting untuk menjamin kebebasan beroperasi, baik di darat, laut maupun udara. Oleh sebab itu, negara yang berambisi menyerang biasanya membangun kekuatan udara seampuh mungkin.

Kekuatan udara menyerang semua kemungkinan pihak musuh untuk menguasai udara. Pangkalan kekuatan udara musuh diserang dan pesawat terbang yang ada di pangkalan itu sebanyak mungkin dihancurkan.

Pusat komando, fasilitas logistik, serta perhubungan pun mengalami perlakuan sama. Kalau musuh berhasil mengudarakan pesawatnya untuk melawan serangan, kekuatan udara musuh itu harus dimusnahkan.

Yang juga menjadi sasaran serangan adalah kemampuan musuh melakukan pertahanan udara dari darat dengan menggunakan rudal, meriam dan mitraliur. Agar musuh tidak mampu membangun kembali kekuatan udara yang sudah hancur, semua industrinya juga harus diserang.

Melihat sifat dan jarak letak sasaran, serangan udara dibedakan antara serangan udara strategis dan serangan udara taktis. Serangan udara strategis erat hubungannya dengan teori Douhet, yaitu berusaha menghancurkan kemampuan musuh untuk berperang sehingga musuh dipaksa menyerah.

Dalam sejarah hal itu hanya sekali terjadi, yaitu ketika Jepang menyerah dalam PD II karena pimpinan negaranya tidak tahan melihat rakyatnya menderita akibat pengeboman dengan bom atom. Sekalipun teori Douhet kurang didukung kenyataan, serangan udara strategis tetap bermanfaat untuk mengurangi kemampuan perang musuh.

(26)

penguasaan udara di atas daerah depan dan serangan bantuan dekat kekuatan darat dan laut.

* Interdiksi

Dengan mencapai penguasaan udara, kekuatan udara dapat dimanfaatkan untuk bermacam-macam fungsi, seperti menghancurkan prasarana musuh, yaitu jembatan, pusat tenaga listrik, dan lainnya. Juga untuk melakukan serangan terhadap kegiatan logistik musuh dari belakang ke garis depan.

* Serangan Bantuan Dekat

Kekuatan udara juga dioperasikan untuk mendukung operasi darat dan laut atas permintaan pasukan darat dan kekuatan laut. Diperlukan koordinasi yang baik dan erat antara ketiga kekuatan agar bantuan dekat dari udara datang sesuai permintaan dan menyerang sasaran yang dikehendaki pihak yang minta bantuan.

Yang amat menonjol adalah peran kekuatan udara dalam mendukung gerakan maju pasukan tank dalam operasi darat penetrasi. Serangan udara itu tidak hanya menghancurkan perlawanan antitank musuh, tetapi juga amat besar dampaknya dalam menciptakan kegaduhan dan kekacauan di daerah belakang musuh sehingga meruntuhkan semangat perlawanannya.

(27)

Pengstrat (6) Strategi Pertahanan * Bentuk Operasi Pertahanan

* Operasi di Darat * Pertahanan Linier

Pertahanan linier adalah pertahanan satu atau dua garis, tanpa ada kedalaman yang berarti. Bentuk pertahanan ini boleh dikatakan sebagai yang paling sesuai dengan naluri manusia yang ingin mempertahankan dan menyelamatkan segala hal yang ia miliki. Biasanya dilakukan untuk memanfaatkan kondisi medan, seperti sungai yang dalam dan cukup lebar yang melintasi wilayah yang akan dimasuki penyerang.

Dalam bentuknya yang modern, pertahanan linier dapat berupa pertahanan depan (forward defense) sebagaimana direncanakan NATO dalam menghadapi kemungkinan serangan Uni Soviet dalam Perang Dingin. Dengan menempatkan pertahanan depan sebagai strategi pertahanan Eropa Barat, NATO menjamin kepada rakyat Jerman bahwa wilayahnya tidak akan dikorbankan secara mudah dan kurang bertanggung jawab.

Kelemahan bentuk pertahanan ini adalah kalau penyerang tidak melakukan serangan pada front yang lebar, melainkan memusatkan serangan pada satu atau dua poros untuk melakukan penetrasi dengan kekuatan besar. Karena tidak terjadi perang fisik antara blok Barat dan blok Komunis, kebenaran konsep pertahanan itu tidak dapat diuji. * Pertahanan Elastis

Sebagai kebalikan ekstrem dari pertahanan linier dan pertahanan depan adalah pertahanan elastis. Dalam bentuk pertahanan ini, sama sekali tidak disiapkan garis pertahanan untuk menahan gerak maju penyerang. Sebaliknya, penyerang seakan-akan dipersilakan bergerak masuk ke wilayah pertahanan. Pihak pertahanan tahu bahwa setiap gerak maju ada saat maksimalnya karena pasukan penyerang memerlukan pembekalan kembali dan konsolidasi.

Diperkirakan bahwa gerak maju penyerang tidak akan melampaui sekitar 20 kilometer. Pada saat pasukan penyerang berhenti, pasukan pertahanan yang telah disiapkan melakukan serangan balasan.

(28)

Negara seperti Rusia dan Cina dapat melakukan bentuk pertahanan seperti ini. Akan tetapi, itu juga memerlukan persiapan matang dalam menjaga penduduk yang tinggal di wilayah yang seakan-akan dikorbankan tidak patah semangat.

* Pertahanan Berlapis

Konsep pertahanan ini timbul terutama setelah berkembang operasi serangan penetrasi dengan kekuatan tank. Untuk mencegah penetrasi yang terjadi pada garis pertahanan depan yang dimanfaatkan oleh pasukan tank, disusun garis pertahanan di belakang pertahanan terdepan. Dari pertahanan kedua dapat diadakan penembakan kepada pasukan musuh yang berhasil menembus pertahanan pertama.

Setiap garis pertahanan diperkuat dengan kubu; rencana tembakan langsung termasuk anti-tank, rencana tembakan tidak langsung disertai penggalian parit anti-tank, pemasangan lapang ranjau tank dan personel, dan pengaturan tembakan anti-tank oleh anti-tank yang ditempatkan dalam posisi tergali. Disamping itu, pasukan infanteri yang berada di tiap garis pertahanan memegang senjata rudal atau roket anti-tank yang menambah kemampuan menahan gerak tank.

Setelah momentum serangan dapat dihentikan oleh garis pertahanan kedua, ketiga atau manapun, pasukan pertahanan melakukan serangan balasan dengan menggerakkan pasukan cadangan yang disiapkan sebelumnya di daerah belakang. Dalam bentuk pertahanan ini, kekuatan pertahanan terdiri atas berbagai cabang kesenjataan dan tidak banyak unsur tanknya (tank heavy).

Persoalan yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan pertahanan berlapis adalah bahwa ia selalu disertai gerakan mundur ketika pasukan pertahanan harus pindah dari lapis satu ke yang lain.

Gerakan mundur mengandung cukup banyak kesulitan kalau dikerjakan oleh pasukan yang kurang disiplin dan terlatih karena dapat saja menjadi gerakan yang kacau apabila pasukan kurang baik.

(29)

* Pertahanan Mobil

Versi lain pertahanan berlapis adalah pertahanan mobil. Bentuk pertahanan ini biasa dilakukan oleh pertahanan yang banyak unsur tanknya. Dalam bentuk pertahanan mobil tidak disusun garis-garis pertahanan, melainkan “pulau-pulau perlawanan” (islands of resistance) yang menghadapi poros gerak maju musuh.

Musuh tidak semata-mata ditahan di garis depan, melainkan disalurkan dengan menggunakan daya tembak dan daya gerak yang dikeluarkan oleh pulau perlawanan. Pulau perlawanan terdiri atas infanteri bermotor, pasukan zeni bermotor, dan sejumlah tank.

Bersamaan dengan usaha pulau berlawanan untuk menyalurkan gerak maju musuh juga dilakukan tembakan altileri dengan maksud sama. Gerakan maju musuh disalurkan sedemikian rupa agar pasukan penyerang masuk ke satu daerah yang sudah disiapkan sebagai daerah penghancur (killing grand).

Kalau pasukan musuh sudah cukup banyak masuk daerah penghancur, diadakan serangan balasan dengan pasukan tank pihak pertahanan.

* Pertahanan Wilayah

Pertahanan wilayah adalah pertahanan yang memanfaatkan kondisi wilayah guna menimbulkan korban sebanyak-banyaknya pada penyerang. Dalam pertahanan wilayah, tidak mustahil tempat-tempat tertentu dalam wilayah itu dikuasai penyerang.

Pihak yang bertahan tidak mau melakukan pertempuran yang inisiatifnya ada pada pihak penyerang. Ia memperkirakan bahwa pertempuran yang diprakarsai penyerang bergerak dengan kekuatan yang lebih besar jumlahnya atau memiliki superioritas lain. Pihak bertahan menyingkir dari medan itu sehingga penyerang tidak mencapai tujuannya.

Sebaliknya, pihak bertahan selalu mencari peluang untuk memukul pihak penyerang dalam pertempuran yang diprakarsai pihak bertahan. Itu dilakukan dengan merencanakan pengandangan terhadap kedudukan pasukan penyerang tanpa ada tujuan menduduki seterusnya tempat itu, serangan terhadap perbekalan pasukan penyerang, dan cara-cara lain yang dapat menempatkan pasukan penyerang dalam posisi kurang kuat.

(30)

dalam pertahanan wilayah. Akan tetapi, kalau pihak bertahan pada satu saat dapat mengosentrasi pasukan sehingga mencapai keunggulan relatif terhadap penyerang, ia tidak segera menghilang setelah memukul.

Ia menggunakan peluang itu untuk melakukan pertempuran lebih lama dan menimbulkan korban lebih banyak terhadap pihak penyerang.

* Operasi di Laut * Penguasaan Laut

Baik pihak yang menjalankan strategi serangan maupun strategi pertahanan berusaha menguasai lautan. Bagi yang menjalankan pertahanan, tentu dengan maksud agar pihak penyerang tidak dapat menggunakan lautan sebagai jalan untuk mendekati wilayah yang dipertahankan. Demikian pula, penting bagi pihak pertahanan bahwa ia dapat menggunakan lautan sebagai transportasi segala macam keperluannya.

Perbedaan yang dapat dilihat antara kekuatan yang hendak menguasai lautan sebagai pihak pertahanan dengan kekuatan yang menyerang adalah bahwa yang mempertahankan dapat melakukan penguasaan lautan dengan cara penolakan (denial), sedangkan yang menyerang memerlukan penguasaan atas lautan. Hal ini berakibat pada susunan kekuatan yang dapat berbeda bagi yang bertahan dan yang menyerang.

Pihak yang menyerang memerlukan banyak kapal permukaan yang dapat mengeluarkan banyak daya tembak yang ditujukan kepada sasaran di wilayah negara musuhnya, seperti kapal induk, tempur, dan jelajah yang semuanya dapat mengeluarkan daya tembak berupa pesawat terbang, peluru kendali, dan meriam.

Hal itu diperlukan karena penyerang memasuki wilayah lautan yang jauh dari wilayah negaranya. Dengan kekuatan itu, pihak penyerang bermaksud menguasai lautan seluas mungkin, khususnya wilayah lautan yang terletak antara negaranya sendiri dan negara yang diserang, dan dapat menyerang sasaran di wilayah negara musuh dengan leluasa, termasuk melakukan operasi pendaratan amfibi.

(31)

Itu adalah kapal yang relatif kecil dengan daya tembak yang banyak dan kuat, seperti peluru kendali dan torpedo. Gerakan laut penyerang juga dapat diganggu dengan serangan udara yang dilakukan dari pangkalan di darat.

* Pertahanan Selat

Bagi pihak pertahanan, penting untuk dapat melakukan pertahanan selat yang efektif. Hal ini terutama penting bagi negara-negara yang memiliki banyak selat. Gerak armada penyerang harus memasuki dan bergerak melintasi selat. Kalau ada persiapan memadai, itu adalah peluang baik bagi pihak pertahanan untuk menghancurkannya.

Sistem senjata yang paling penting bagi pertahanan selat adalah peluru kendali yang telah disiapkan untuk menembaki serta menguasai tempat tertentu di selat. Penggunaan lapang ranjau juga penting untuk memaksa musuh bergerak ke arah tertentu di selat itu dan kemudian diserang dengan rudal.

* Operasi di Udara * Pertahanan Udara

Sebagaimana dalam penguasaan lautan, baik pihak penyerang maupun pihak pertahanan berkepentingan merebut penguasaan udara. Disini juga ada perbedaan dalam mencapai tujuan itu. Bagi yang melakukan pertahanan, penting untuk dapat menolak serangan udara, baik yang dilakukan dengan serangan peluru kendali maupun dengan pesawat terbang.

Cara utamanya adalah dengan menembak jatuh rudal musuh sebelum jatuh di wilayah pertahanan menggunakan rudal yang tepat, selain menembak jatuh pesawat terbang musuh menggunakan pesawat terbang dan senjata lawan udara, baik rudal maupun meriam dan mitraliur.

Apabila penyerang menggunakan senjata nuklir, pertahanan terbaik adalah dengan juga menembak wilayah penyerang dengan senjata nuklir sehingga baik yang menyerang maupun diserang sama-sama mengalami banyak kehancuran.

AS juga mengembangkan pertahanan anti-rudal balistik, yaitu kemampuan menembak jatuh rudal balistik yang membawa senjata nuklir sebelum sampai di sasaran. * Pembangunan Perlindungan

(32)

Perlindungan itu terutama diperlukan untuk fasilitas atau lingkungan kerja yang bersifat strategis, yaitu yang hasil pekerjaan atau produksinya amat mempengaruhi kelanjutan pertahanan.

Misalnya, kantor pimpinan negara dan anggota pemerintah lainnya, markas besar angkatan perang dan kepolisian, pusat komunikasi, pabrik-pabrik penting bagi produksi keperluan pertahanan, dan lainnya.

* Akan tetapi, untuk keperluan masyarakat juga diperlukan pembangunan perlindungan karena pengeboman dan serangan udara lainnya tidak membatasi diri pada sasaran militer. Oleh sebab itu, perlu dibangun kompleks perlindungan di pusat kota tempat banyak orang berbelanja. Bahkan, setiap rumah tangga sebaiknya membangun tempat perlindungan.

Sebaiknya perlindungan merupakan pembangunan fasilitasi di bawah tanah dengan lapisan beton di atasnya agar pengeboman pihak penyerang tidak mengakibatkan dampak merugikan.

Ini terutama untuk menghadapi serangan senjata nuklir sehingga diperlukan perlindungan yang lebih kuat dan luas, seperti yang telah dilakukan oleh Swedia dengan membangun kompleks di bawah tanah di kota Stockholm. Di Jepang dan Cina juga ada kompleks-kompleks luas di bawah tanah yang dibangun dengan kokoh untuk dapat mengatasi akibat serangan nuklir.

Meskipun perlindungan itu tidak dapat meniadakan serangan udara atau serangan nuklir, tetapi dengan memilikinya akan amat mengurangi akibat buruk serangan itu.

(33)

* Konsep Keamanan dalam Konteks Hubungan Internasional

Definisi yang paling sering digunakan oleh penstudi HI adalah definisi dari Barry Buzan yang dalam bukunya People, States, and Fear mengatakan bahwa:

“Keamanan, dalam arti objektif, mengukur tidak adanya ancaman terhadap nilai-nilai yang diperoleh, dalam arti subjektif, tidak adanya ketakutan bahwa nilai-nilai-nilai-nilai tersebut akan diserang" (Buzan, 1991:4).

Maka dari definisi-definisi yang telah disebutkan oleh para penstudi HI tersebut dapat dilihat bahwa keamanan merupakan ketiadaan ancaman dari nilai-nilai yang dibutuhkan manusia dalam menjalani kehidupannya.

Sedangkan konsep ancaman terhadap keamanan sendiri didefinisikan Ullman sebagai:

“Sebuah tindakan atau urutan peristiwa yang (1) mengancam drastis dan lebih dari rentang waktu relatif singkat waktu untuk menurunkan kualitas hidup penduduk negara atau (2) mengancam signifikan untuk mempersempit rentang pilihan kebijakan yang tersedia bagi pemerintah dari negara, atau untuk pribadi, non-pemerintah entitas (orang, kelompok, perusahaan) dalam negara " (Ullman, 1983:133).

Sementara itu, menurut Simon Dalby, dimensi keamanan dalam studi Hubungan Internasional telah mengalami pergeseran dari perspektif tradisional yang terbatas pada perang dan damai menuju perspektif non-tradisional yang lebih mengedepankan human security dan mengandung lebih banyak aspek. Keamanan tidak lagi terfokus pada interstate relations, tetapi juga pada keamanan untuk masyarakat (Dalby, 2003:102-103).

Peter Hough mengatakan bahwa definisi mengenai keamanan masih bersifat “contested concept”, atau sebuah konsep yang masih akan terus berkembang (Hough, 2004:15). Namun Viotti dan Kauppi telah mendefinisikan keamanan sebagai pertahanan dan perlindungan dasar dari suatu negara, dan konsep keamanan ini berlaku untuk individu maupun kelompok (Viotti dan Kauppi, 1999:56). Sedangkan Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan keamanan sebagai suatu situasi yang terlindung dari bahaya (keamanan objektif), adanya perasaan aman (keamanan subjektif) dan bebas dari keragu-raguan.

(34)

Dalam konteks sistem internasional maka keamanan adalah kemampuan negara dan masyarakat untuk mempertahankan identitas kemerdekaan dan integritas fungsional mereka. Untuk mencapai keamanan, kadang-kadang negara dan masyarakat berada dalam kondisi harmoni atau sebaliknya. Dalam studi hubungan internasional dan politik internasional, keamanan merupakan konsep penting yang selalu dipergunakan dan dipandang sebagai ciri eksklusif yang konstan dari hubungan internasional (Buzan,1991: 2,12). Karena konsepsi keamanan nasional ini senantiasa memiliki hubungan erat dengan pengupayaan, pertahanan dan pengembangan kekuatan atau kekuasaan sepanjang kaitannya dengan analis hubungan internasional dan politik luar negeri, maka dalam pengaplikasiannya selalu menimbulkan perdebatan sehingga langkah ke arah konseptualisasinya tidak selalu berjalan seiring. Power atau kekuasaan itu sendiri secara simplistis merupakan kemampuan satu unit politik (negara) dalam mencegah konflik dan mengatasi rintangan-rintangan (Deutsch dalam Rosenau, 1976 :157). Secara implisit hal ini menyimpulkan tentang terdapatnya faktor keamanan sebagai unsur yang menstimulasi pengupayaan pencapaian dari power itu sendiri.

Penyimpulan Buzan menyebutkan bahwa aspek keamanan ini telah menjadi satu pendekatan dalam Studi Hubungan Internasional kontemporer dengan menunjuk kepada motif utama perilaku suatu negara, yang memiliki perbedaannya sendiri dengan power sebagai kondisi yang dibutuhkan untuk terciptanya perdamaian (Buzan,1991: 2).

Konteks anarki menentukan tiga kondisi utama dalam konsep keamanan yaitu (Buzan, 1991:22) :

1, Negara merupakan objek utama dalam keamanan karena kedua-duanya adalah kerangka aturan dan sumber tertinggi otoritas pemerintah. Hal ini menjelaskan mengenai kebijakan utama yaitu keamanan nasional.

(35)

3. Dengan adanya kondisi anarki, arti praktis keamanan hanya dapat dibentuk jika ada suatu hubungan persaingan dalam lingkungan operasional yang tidak dapat dielakkan. Jika keamanan bergantung pada hegemoni atau harmoni maka hal ini tidak dapat dicapai dalam kondisi anarki. Dengan kata lain keamanan bersifar relatif bukan absolut.

Konsep keamanan merupakan salah satu pendekatan dalam mengkaji hubungan internasional yang lebih baik, mendalam dan berguna dibanding dengan konsep kekuatan dan perdamaian. Konsep keamanan ini dapat dilihat sebagai pengaruh dari masing-masing posisi ekstrem antara kekuatan dan perdamaian (Buzan, 1991:2-3). Analisis keamanan memerlukan suatu cara pandang yang menempatkan negara dan sistem ke dalam sebuah hubungan timbal balik yang saling menguntungkan dimana negara sebagian terbentuk dengan sendirinya dan sebagian lain dibentuk oleh lingkungan anarki yang kompetitif dan sengit. Lingkungan domestik dan dinamika internasional, keduanya merupakan hal yang paling penting bagi analisis keamanan karena merupakan hubungan yang kompleks di antara keduanya (Buzan, 1991:61).

Landasan utama dalam pendekatan ini yaitu lensa keamanan (security) yang dapat diartikan sebagai pelaksanaan kemerdekaan atas suatu ancaman tertentu atau kemampuan suatu negara dan masyarakatnya untuk mempertahankan identitas kemerdekaan dan integritas fungsional mereka terhadap kekuatan-kekuatan tertentu yang mereka anggap bermusuhan (hostile) (Buzan, 1991:61).

Meskipun terdapat tiga tingkatan keamanan dalam problem kehidupan manusia yaitu: keamanan individu, keamanan nasional, dan keamanan internasional, namun pada dasarnya konsep inti dari ketiga tingkatan tersebut adalah keamanan nasional. Hal ini dikarenakan negara merupakan titik sentral yang mendominasi regulasi hubungan maupun kondisi keamanan di antara kedua level lainnya.

Selanjutnya keamanan (security) di sini dapat kita bedakan dengan konsep pertahanan (defense) yang memiliki kesamaan dari segi tujuannya, yaitu kemerdekaan atas ancaman yang mengganggu kebebasan dalam melaksanakan kedua konsep di atas, dimana keamanan biasanya lebih bersifat preventif dan antisipatif dalam merespon ancaman dibandingkan pertahanan.

(36)

dimaksud di dalam pendekatan ini tidak sebatas pada keamanan saja, tetapi mencakup keamanan militer, politik, ekonomi, sosial dan lingkungan, seperti yang dipaparkan di bawah ini:

1. Keamanan militer, mencakup interaksi antar dua tingkat dan kekuatan yaitu kemampuan defensif dan persepsi militer mengenai intensi masing-masing pihak. 2. Keamanan politik, mencakup kesinambungan dan stabilitas organisasi suatu negara atau sistem pemerintahan serta ideologi yang melegitimasi kedua hal tadi. 3. Keamanan ekonomi, mencakup akses pada sumber daya finansial maupun pasar

yang diperlukan untuk mempertahankan tingkat kesejahteraan dan kekuatan negara.

4. Keamanan sosial, mencakup kemampuan untuk mempertahankan dan menghasilkan pola-pola tradisional dalam bidang bahasa, kultur, agama, dan identitas nasional.

5. Keamanan lingkungan, mencakup pemeliharaan lingkungan lokal sebagai pendukung utama kelangsungan hidup manusianya.

Meskipun masing-masing sektor tersebut mempunyai titik-titik vokal dalam kerangka masalah-masalah keamanan, dan merumuskan cara-cara sendiri dalam menentukan prioritas kebijakan utama suatu negara namun faktor-faktor itu sendiri saling terkait dalam operasinya (Buzan, 1991:19). Masalah-masalah keamanan yang muncul salah satunya bisa berupa tindakan peningkatan kekuatan militer suatu negara, dan pendekatan yang demikian apabila dilakukan secara terus menerus pada gilirannya dapat menimbulkan apa yang disebut dilema keamanan (Buzan, 1991:295). Dilema keamanan ini dapat terjadi apabila peningkatan kapabilitas pertahanan dan keamanan dipersepsikan sebagai ancaman dan petunjuk sikap bermusuhan oleh pihak lain. Demikian suatu reaksi atas aksi yang dilakukan suatu pihak akan menimbulkan reaksi yang baru dari pihak lain.

Keamanan merupakan suatu fenomena yang berhubungan, oleh karenanya seseorang tidak bisa memahami keamanan nasional suatu negara tanpa memahami pola internasional yang melekat dalam kesalingtergantungan keamanan yang ada (Buzan, 1991:187).

(37)

keamanan suatu negara selalu memperhitungkan aspek-aspek threat (ancaman) dan vulnerability (kerentanan) negara tersebut. Ancaman dan kerentanan adalah dua konsep yang berbeda namun mempunyai keterkaitan yang erat di dalam perwujudan keamanan nasional. Suatu ancaman terhadap keamanan nasional yang dapat dicegah akan mengurangi derajat kerentanan suatu negara pada keamanan nasionalnya. Kedua aspek dari keamanan nasional tersebut sangat ditentukan oleh kapabilitas yang dimiliki negara tersebut (Buzan,1991: 112-114).

Tidak seperti kerentanan, aspek ancaman sulit untuk diidentifikasikan. Hal itu disebabkan karena bentuk ancaman seringkali lahir dari persepsi aktor pembuat kebijakan dan belum tentu secara subtantif adalah nyata (Buzan,1991: 112). Ancaman dan kerentanan inilah yang menjadi konteks hadirnya ketidakamanan nasional (national insecurity) (Buzan,1991: 112-114).

Tingkat kerawanan sebuah negara berhubungan erat dengan lemahnya sebuah bangsa dan lemahnya kekuatan yang dimiliki. Kekuatan yang lemah (weak powers) berarti ketidakmampuan mereka dalam menghadapi pengaruh-pengaruh sistem negara-negara kuat di sekitar mereka, seperti negara-negara tetangga atau negara-negara adidaya, serta ditambah dari fakta bahwa kebanyakan diantara mereka adalah negara kecil. Negara dengan kekuatan lemah adalah belum tentu negara lemah. Namun negara dengan kekuatan lemah, kelemahannya diukur berdasarkan kapabilitas militernya yang relatif inferior terhadap negara lain dalam sistem, terutama tetangga-tetangganya dan kekuatan besar pada saat itu (Buzan,1991: 112-114).

Weak states umumnya adalah weak power, dimana kerentanannya mencapai tingkatan yang tertinggi. Secara kontras dikotomi negara diatas juga menimbulkan dikotomi negara yang lainnya dengan kriteria strong atau kuat baik kapabilitas power-nya maupun kapabilitas ekonominya (Buzan,1991: 112-114).

(38)

penghancuran, dimana lebih dikenal dengan sebutan defense dilemma (dilema pertahanan). Kedua adalah berasal dari senjata yang dimiliki aktor lain di sistem yang menghasilkan bentuk ancaman kekalahan, dimana nantinya disebut sebagai security dilemma (dilema keamanan) (Buzan,1991: 271).

Dilema pertahanan terjadi apabila terjadi kontradiksi antara pertahanan militer dan keamanan nasional. Angkatan bersenjata dijustifikasi oleh keperluannya akan keamanan nasional dan secara politis diasumsikan kekuatan militer berkorelasi positif dengan keamanan nasional. Keadaan ini juga didorong oleh kemajuan teknologi di bidang pertahanan, salah satunya adalah teknologi nuklir yang dapat membahayakan negara itu sendiri serta lingkungannya (Buzan,1991: 271-291).

Dilema keamanan terjadi didasari oleh dua kondisi, yaitu bahwa setiap negara mempunyai perilaku selalu ingin mengejar power untuk kepentingan nasionalnya dan yang kedua akibat perilaku tadi sistem yang tercipta menjadi anarki dimana masing-masing negara akan berusaha mempertahankan dirinya dari ancaman pihak lain atau dapat dikatakan mengejar atau pencapaian keamanan. Dilema akan terjadi pada suatu negara karena ia merasa takut akan ancaman kekalahan dari pihak lain yang dicurigai terus mengembangkan kekuatan militernya, sehingga suatu negara A mengembangkan kekuatan militernya agar dapat mengimbangi negara B. Dan negara B yang melihat perkembangan tersebut kembali mengembangkan kekuatannya lagi sehingga kembali mengancam negara A, dan begitu seterusnya (Buzan,1991: 294-324).

Penelitian atas dasar keamanan merupakan satu pendekatan yang sangat digalakkan. Hal ini timbul dari keinginan untuk mengurangi konflik dan menghalangi timbulnya perang. Konsep keamanan sendiri merupakan konsep yang mulai dikembangkan sejak awal tahun 1950-an oleh John Herz, ia menganggap keamanan sebagai akibat dari hubungan kekuatan antar negara.

Secara tradisional literatur-literatur mengenai hubungan internasional berdasarkan kepada kekuatan dan perdamaian. Para peneliti yang lebih suka melakukan pendekatan melalui konsep kekuatan digolongkan ke dalam realis, sedangkan peneliti yang lebih suka melakukan pendekatan melalui konsep perdamaian digolongkan ke dalam kaum idealis.

Pengstrat (8)

(39)

* Strategi Raya/ Besar

Grand Strategy disebut juga Strategi Raya, terdiri dari “tujuan kerja dari semua instrumen kekuasaan tersedia bagi komunitas keamanan.” Jadi Strategi Raya merupakan proses dimana tujuan dapat diwujudkan.

Strategi Raya militer meliputi perhitungan sumber daya ekonomi dan tenaga manusia. Hal ini juga mencakup sumber-sumber moral, yang kadangkala disebut nasional. Isu-isu strategi raya biasanya meliputi pilihan primer-sekunder versus teater dalam perang, distribusi sumber daya di antara berbagai layanan, jenis umum manufaktur persenjataan untuk kebaikan, dan aliansi internasional terbaik yang sesuai dengan tujuan nasional.

Ini memiliki banyak tumpang tindih dengan kebijakan luar negeri, tetapi Strategi Raya memfokuskan pada implikasi kebijakan militer. Beberapa telah memperluas konsep Strategi Raya untuk menggambarkan strategi multi-tier pada umumnya, termasuk pemikiran strategis di tingkat korporasi dan partai politik.

Strategi Raya biasanya diarahkan oleh kepemimpinan politik suatu negara, dengan input dari pejabat militer paling senior. Karena ruang lingkup dan jumlah orang yang berbeda dan kelompok-kelompok yang terlibat, grand strategy biasanya masalah catatan publik, meskipun rincian pelaksanaan (seperti tujuan langsung aliansi tertentu) sering tersembunyi.

Pengembangan suatu Strategi Raya bangsa dapat memperpanjang selama bertahun-tahun atau bahkan beberapa generasi.

* Keamanan Nasional

Konsep keamanan nasional mengacu pada situasi atau keadaan di mana unsur-unsur pokok yang membentuk suatu negara seperti kedaulatan, wilayah, penduduk atau warga negara, basis ekonomi, pemerintah dan sistem konstitusi serta nilai-nilai hakiki yang dianutnya terjamin eksistensinya dan dapat menjalankan fungsi sesuai tujuannya tanpa gangguan atau ancaman dari pihak manapun.

* Keamanan Internasional

Keamanan internasional yaitu keamanan yang dilihat sebagai situasi dan kondisi yang ditentukan dalam interaksi aktor-aktor internasional.

(40)

* Diplomasi Koersif 1945-1962

Negara-negara yang menikmati superioritas militer terhadap lawannya sering berpikir bahwa senjata adalah instrumen diplomasi untuk tujuan mengubah perilaku negara lain. Amerika Serikat yang merupakan negara nuklir pertama menikmati kekuatan senjata ini sampai 1949 saat Uni Soviet meledakkan percobaan nuklirnya.

Compellence (Pemaksaan) melukiskan tentang doktrin stratetgi AS saat superioritas nuklir dimilikinya. Strategi ini membuat senjata nuklir instrumen untuk mempengaruhi negara lain.

Untuk meraih kemenangan politik Menlu AS John Doster Dulles mempraktekan apa yang disebut brinkmanship yang melukiskan keinginan untuk mengejar tujuan AS sampai hampir batas perang dengan mengancam musuhnya menggunakan senjata nuklir. Brinkmanship ini masuk akal tatkala AS menikmati superioritas nuklir. Praktek itu bagian dari strategi AS yang disebut massive retliation (pembalasan besar-besaran). Praktek brinkmanship dan massive retaliation ini mencemaskan Uni Soviet.

* Mutual Deterrence 1962-1983

Pada saat superioritas nuklir AS mengalami erosi, para pembuat kebijakan di AS mulai mempertanyakan asumsi mereka tentang penggunaan senjata nuklir untuk instrumen politik luar negeri. Setelah krisis rudal Kuba tahun 1962 yang nyaris mendorong AS dan Uni Soviet ke arah perang nuklir, Washington memikirkan kembali penggunaan senjata berbahaya ini.

Oleh sebab itulah kemudian berkembang pemikiran di Washington bahwa senjata nuklir ini dialihkan dari berpotensi dipergunakan sebagai senjata strategis menjadi senjata pencegah serangan. Perubahan kebijakan strategis ini dari compellence (pemaksaan) kedalam deterrence (penggetar/ pencegah) adalah cara untuk mencegah lawan menggunakan apa yang ingin dilakukan pihak lainnya.

Pada periode ini kedua negara adidaya mengejar postur extended deterrence (penggetar yang diperluas). Tujuan strategi ini adalah mencegah serangan kepada pemilik nuklir tetapi juga sekutunya. Berkembanglah aliansi seperti terjadi di Eropa dengan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).

(41)

Para pengambil kebijakan terutama di AS menyebut Mutual Assured Destruction (MAD) untuk menunjukkan perimbangan strategis yang muncul selama tahun 1960-an dan awal 1970-an. Secara harfiah singkata itu bisa diartikan kehancura bersama yang disingkat mad (gila).

Istilah itu sebenarnya merujuk pada jalan buntu yang dialami dua negara adidaya dengan doktrin saling mencegah dalam penyerangan. Mereka kini berpikir bahwa keduanya bisa hancur sama-sama jika terjadi perang nuklir. Kesadaran ini menimbulkan perasaan bahwa jika perang nuklir terjadi tak ada yang bisa selamat.

Dengan situasi seperti ini, perdamaian (setidaknya stabilitas) merupakan produk kerawanan dari kedua pihak pemilik nuklir. Jika salah satu negara diserang maka imbalannya adalah kehancuran yang sama. Dengan demikian tidak ada yang selamat dari perang nuklir.

Menurut Couloumbis, MAD ini tergantung pada kemampuan kedua negara adidaya dalam menahan serangan nuklir pertama dan berkemampuan membalas sehingga menimbulkan “kerusakan yang tidak bisa diterima” oleh penyerangnya. Kalangan pakar strategis nuklir menyebutnya kemampuan membalas itu sebagai sebagai “kemampuan serangan kedua.”

Dengan adanya doktrin seperti ini maka, kemampuan membalas serangan itu menjadi tumpuan sehingga harus kuat dan mobil. Hal ini ditujukan agar senjata nuklir bisa selamat dari serangan pertama. Sistem senjata ofensif memainkan peran penting. Kemudian berkembanglah apa yang disebut dengan MIRV (Multiple Independently Targeted Reentry Vehicle). Ini adalah satu jenis rudal yang bisa melepaskan sejumlah hulu ledak termasuk hulu ledak tipuan. MIRV ini dapat dipasang di rudal balistik antar benua atau rudal yang diluncurkan dari kapal selam.

* Teori Utilisasi Nuklir (Nuclear Utilization Theory)

Referensi

Dokumen terkait

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber... Latar

Pada faktor manajemen dan organisasi unsur-unsur proyek metode yang sering digunakan untuk menangani konflik pada tahap pelaksanaan proyek konstruksi adalah menggunakan

• Contoh : Metana dari proses biologi , bensin (bahan bakar fossil ; oksidan fotokimia (Polutan sekunder yang diperoleh dari proses reaksi kimia dari polutan HC dan

ABSTRAK Niko Parlindungan 4011311077 PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA PENIPUAN PENYEDIA PEEMBANTU RUMAH TANGGA VIA ONLINE DI KOTA PANGKALPINANG Skripsi, Fakultas Hukum, 2018

selain itu kenapa peneliti menerapkan dan memilih media gambar karena peneliti menilai media gambar lah yang dinilai cukup efektif untuk digunakan di kelas tersebut,

Hal ini dilihat dari probabilitas signifikansi koefisien regresi kecemasan berkomputer (antisipasi) sebesar (0,000) < 0,05 sehingga hipotesis yang menyatakan

Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) adalah semua kegiatan kurikuler yang harus dilakukan oleh mahasiswa praktikan, sebagai pelatihan untuk menerapkan teori yang diperoleh

ASI adalah makanan lengkap yang dapat memenuhi kebutuhan zat gizi bayi yang baru lahir dan pada umur selanjutnya, apabila diberikan dalam jumlah yang cukup (Maclean, 1998)..