• Tidak ada hasil yang ditemukan

COVER TUGAS ANALISA ANCAMAN VALIDITAS IN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "COVER TUGAS ANALISA ANCAMAN VALIDITAS IN"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu penelitian yang sering dilakukan oleh seorang peneliti di bidang pendidikan adalah penelitian eksperimen. Dalam penelitian eksperimen, variabel-variabel yang ada termasuk variabel bebas atau

independent variabel dan variabel terikat atau dependent variabel, sudah ditentukan secara tegas oleh para peneliti sejak awal penelitian.

Variabel bebas biasanya merupakan variabel yang dimanipulasi secara sistematis. Di bidang pendidikan, yang diidentifikasi sebagai variabel bebas diantaranya termasuk: metode mengajar, macam-macam penguatan

(reinforcement), frekuensi penguatan, sarana prasarana pendidikan, lingkungan belajar, materi belajar, jumlah kelompok belajar, dan sebagainya. Sedangkan variabel terikat yang sering juga disebut sebagai

criterion variabel merupakan variabel yang diukur sebagai akibat adanya manipulasi pada variabel bebas. Variabel terikat ini disebut dependent variabel karena memang fungsi mereka tergantung dari variabel bebas. Yang sering dikelompokkan sebagai variabel terikat di bidang pendidikan, misalnya hasil belajar siswa, kesiapan belajar siswa, kemandirian siswa, dan sebagainya.

(2)

penelitian korelasional, dan penelitian eksperimen. Jenis pendekatan penelitian yang paling tepat untuk merealisasi kegiatan pendidik dalam membandingkan dua metode pembelajaran terhadap hasil belajar adalah melalui penelitian eksperimen.

(3)

membagi validitas menjadi dua jenis, yaitu validitas internal dan validitas eksternal.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan penelitian eksperimen? 2. Bagaimana karakteristik penelitian eksperimen?

3. Apakah pengertian validitas internal dan masing-masing faktor yang mempengaruhi validitas internal?

4. Apakah pengertian validitas ekternal dan masing-masing faktor yang mempengaruhi validitas eksternal?

5. Bagaimanakah desain eksperimen?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan dari makalah ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengertian karakteristik penelitian eksperimen 2. Untuk mengetahui karakteristik penelitian eksperimen

3. Untuk mengetahui pengertian dan faktor-faktor yang mempengaruhi validitas internal

4. Untuk mengetahui pengertian dan faktor-faktor yang mempengaruhi validitas ekternal

5. Untuk mengetahui jenis-jenis desain eksperimen

D. Manfaat Penulisan

Manfaat penulisan dari makalah ini adalah: 1. Sebagai bahan pustaka untuk bidang yang relevan 2. Sebagai bahan aktualisasi diri

(4)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Penelitian Eksperimen

Penelitian eksperimen merupakan suatu penelitian yang menjawab pertanyaan “jika kita melakukan sesuatu pada kondisi yang dikontrol secara ketat maka apakah yang akan terjadi?”. Untuk mengetahui apakah ada perubahan atau tidak pada suatu keadaan yang dikontrol secara ketat maka kita memerlukan perlakuan (treatment) pada kondisi tersebut dan hal inilah yang dilakukan pada penelitian eksperimen. Sehingga penelitian eksperimen dapat dikatakan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan (Sugiono, 2010).

Menurut Solso & MacLin (2002), penelitian eksperimen adalah suatu penelitian yang di dalamnya ditemukan minimal satu variabel yang dimanipulasi untuk mempelajari hubungan sebab-akibat. Oleh karena itu, penelitian eksperimen erat kaitanya dalam menguji suatu hipotesis dalam rangka mencari pengaruh, hubungan, maupun perbedaan perubahan terhadap kelompok yang dikenakan perlakuan.

Menurut Yatim Riyanto (1996:28-40), penelitian eksperimen merupakan penelitian yang sistematis, logis, dan teliti di dalam melakukan kontrol terhadap kondisi. Dalam pengertian lain, penelitian eksperimen adalah penelitian dengan melakukan percobaan terhadap kelompok eksperimen, kepada tiap kelompok eksperimen dikenakan perlakuan-perlakuan tertentu dengan kondisi-kondisi yang dapat dikontrol.

Menurut Wiersma (1991) dalam Emzir (2009), penelitian eksperimen sebagai suatu situasi penelitian yang sekurang-kurangnya satu variabel bebas, yang disebut sebagai variabel eksperimental, sengaja dimanipulasi oleh peneliti.

(5)

yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminasi atau mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor lain yang mengganggu.

Jadi, dengan kata lain, suatu penelitian eksperimen pada prinsipnya dapat didefinisikan sebagai metode sistematis guna membangun hubungan yang mengandung fenomena sebab-akibat (causal-effect relationship). Contoh hubungan sebab akibat dibidang pendidikan misalnya, seorang mahasiswa yang mempunyai nilai matematika tinggi cenderung berhasil dalam menyelesaikan mata kuliah merencana mesin. Penelitian eksperimen pada umumnya dilakukan oleh peneliti untuk menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan sesuatu jika dilakukan pada kondisi yang dikontrol dengan teliti, maka apa yang akan terjadi? Disamping itu, penelitian eksperimen dilakukan oleh peneliti dengan tujuan mengatur situasi dimana pengaruh beberapa variabel terhadap satu atau variabel terikat dapat diidentifikasi.

B. Karakteristik Penelitian Eksperimen

Ciri utama penelitian eksperimen yang membedakannya dengan semua jenis penelitian lainnya adalah perlakuan atau manipulasi ternadap variabel bebas untuk mengetahui efeknya terhadap variabel terikat. Variabel yang dilibatkan, yaitu variabel bebas dan variabel terikat, sudah ditetapkan secara tegas oleh peneliti sejak awal penelitian. Variabel bebas (disebut juga variabel perlakuan, variabel independen, atau variabel penyebab) adalah variabel yang dimanipulasi secara sistematis dalam eksperimen. Contoh variabel bebas adalah metode pembelajaran, jenis-jenis penguatan, frekuensi penguatan media pembelajaran, lingkungan belajar, mater pembelajaran, jumlah kelompok belajar, dan sebagainya. Sedangkan variabel terikat (disebut iuga variabel kriteria atau variabel dependen) adalah variabel yang diukur sebagai akibat adanya perlakuan terhadap variabel bebas. Contoh variabel terikat dalam penelitian pendidikan, antara lain adalah hasil belajar siswa, kesiapan belajar siswa, kemandirian belajar, dan/atau skor tes.

(6)

1. Variabel penelitian dan situasi perlakuan diatur secara ketat, dengan menetapkan perlakuan, kontrol dan pengacakan.

2. Adanya kelompok pengendali sebagai pembanding bagi kelompok eksperimen.

3. Mengendalikan variansi untuk memaksimalkan variansi variabel yang berkaitan dengan hipotesis penelitian, meminimalisir variansi variabel pengganggu yang mungkin mempengaruhi hasil eksperimen juga meminimalisir variansi kekeliruan.termasuk kekeliruan pengukuran. Pemilihan dan penentuan subyek serta penempatan subyek dalam kelompok perlakuan dan kelompok pengendalian juga dilakukan secara acak.

4. Validitas internal diperlukan pada desain eksperimen guna mengetahui apakah manipulasi benar-benar berdampak pada perbedaan hasil yang dicapai.

5. Validitas eksternal berkaitan dengan bagaimana keterwakilan populasi dan ketergeneralisasian hasil eksperimen.

Eksperimen dalam bidang pendidikan berdasarkan lokasinya dapat dibedakan atas dua bentuk, yaitu eksperimen di laboratorium dan eksperimen di luar laboratorium. Eksperimen di laboratorium dilaksanakan Peneliti dalam sebuah ruangan tertutup atau dalam kondisi tertentu untuk meningkatkan akurasi hasil penelitian. Sedangkan eksperimen di luar laboratorium (juga disebut eksperimen lapangan) biasanya dilakukan oleh peneliti guna mendapatkan hasil eksperimen dalam lingkungan yang sebenamya, misalnya di kelas atau di masyarakat.

Dari kedua bentuk penelitian eksperimen tersebut eksperimen di luar laboratorium adalah bentuk eksperimen yang paling banyak dilakukan, karena mempunyai beberapa keunggulan, misalnya:

1. Lebih mudah dalam pemberian perlakuan;

(7)

3. Hasil eksperimen lebih sesuai dengan permasalahan yang dihadapi oleh para pendidik. Sedangkan kelemahan utamanya adalah sulit untuk mengendalikan variabel-variabel luar yang mengancam validitas internal dan validitas eksternal hasil eksperimen.

Eksperimen laboratorium memiliki keunggulan utama, yaitu sangat cocok untuk mendalami masalah yang berkaitan dengan pengembangan ilmu pengetahuan, termasuk ilmu pendidikan. Dalam pelaksanaan eksperimen ini memungkinkan untuk mengendalikan variabel-variabel luar yang mengancam validitas internal dan validitas eksternal hasil eksperimen. Namun karena ketatnya pengendalian terhadap variabel-variabel luar, sehingga hasil eksperimen ini adakalanya tidak memungkinkan untuk diterapkan pada kondisi yang sebenarnya.

Ada tiga hal yang menjadi karakteristik penelitian eksperimental: 1. Manipulasi, dimana peneliti menjadikan salah satu dari sekian variabel

bebas untuk menjadi sesuai dengan apa yang diinginkan oleh peneliti, sehingga variabel lain dipakai sebagai pembanding yang bisa membedakan antara yang memperoleh perlakuan/manipulasi dengan yang tidak memperoleh perlakuan/manipulasi.

2. Pengendalian, dimana peneliti menginginkan variabel yang diukur itu mengalami kesamaan sesuai dengan keinginan peneliti dengan menambahkan faktor lain ke dalam variabel atau membuang faktor lain yang tidak diinginkan peneliti dari variable.

3. Pengamatan, dimana peneliti melakukan suatu kegiatan mengamati untuk mengetahui apakah ada pengaruh manipulasi variabel (bebas) yang telah dilakukannya terhadap variabel lain (terikat) dalam penelitian eksperimental yang dilakukannya.

Danim (2002), menyebutkan beberapa karakteristik penelitian eksperimen, yaitu:

(8)

2. Adanya kelompok kontrol sebagai data dasar (base line) untuk dibandingkan dengan kelompok eksperimen.

3. Penelitian ini memusatkan diri pada pengontrolan variansi, untuk memaksimalkan variansi variabel yang berkaitan dengan hipotesis penelitian, meminimalkan variansi variabel pengganggu yang mungkin mempengaruhi hasil eksperimen, tetapi tidak menjadi tujuan penelitian. Di samping itu, penelitian ini meminimalkan variansi kekeliruan, termasuk kekeliruan pengukuran. Untuk itu, sebaiknya pemilihan dan penentuan subjek, serta penempatan subjek dalarn kelompok-kelompok dilakukan secara acak.

4. Validitas internal (internal validity) mutlak diperlukan pada rancangan penelitian eksperimen, untuk mengetahui apakah manipulasi eksperimen yang dilakukan pada saat studi ini memang benar-benar menimbulkan perbedaan.

5. Validitas eksternalnya (external validity) berkaitan dengan bagaimana kerepresentatifan penemuan penelitian dan berkaitan pula dengan menggeneralisasikan pada kondisi yang sama.

6. Semua variabel penting diusahakan konstan, kecuali variabel perlakuan yang secara sengaja dimanipulasikan atau dibiarkan bervariasi.

(9)

Dari beberapa penjelasan di atas secara garis besar dapat kita simpulkan karakteristik penelitian eksperimen adalah antara lain :

1. Menggunakan kelompok kontrol sebagai garis dasar untuk dibandingkan dengan kelompok yang dikenai perlakuan eksperimental.

2. Menggunakan sedikitnya dua kelompok

3. Harus mempertimbangkan kesahihan ke dalam (internal validity).

4. Harus mempertimbangkan kesahihan ke luar (external validity).

C. Validitas Internal Faktor-faktor yang Mempengaruhi Validitas Internal Validitas internal mengacu pada kemampuan desain penelitian untuk menyingkirkan atau membuat masuk akal penjelasan alternatif hasil, atau masuk akal dugaan sementara (Campbell, 1957; Kazdin, 2003c). Sebuah hipotesis saingan yang masuk akal adalah interpretasi alternatif hipotesis peneliti tentang interaksi variabel independen dan dependen yang menyediakan penjelasan wajar tentang temuan lainnya dari hipotesis asli peneliti (Rosnow & Rosenthal, 2002).

Tujuan desain paling eksperimental adalah untuk menunjukkan bahwa variabel independen langsung bertanggung jawab atas efek pada variabel dependen. Idealnya, pada akhir penelitian, peneliti ingin membuat pernyataan yang mencerminkan beberapa tingkat sebab-akibat antara variable independen dan variabel dependen. Dengan merancang kuat eksperimental kontrol ke dalam studi, validitas internal meningkat dan hipotesis saingan dan pengaruh asing yang diminimalkan. Hal ini memungkinkan peneliti untuk mengetahui atribut hasil penelitian lebih percaya diri pada variabel independen atau variabel bebas (Kazdin 2003c; Rosnow & Rosenthal, 2002). Pengaruh asing yang tidak terkendali lain pengaruh dari variabel independen yang bisa menjelaskan hasil studi yang disebut sebagai ancaman terhadap validitas internal.

(10)

hasil positif untuk depresi. Efek yang sama dapat diamati bahkan tanpa adanya kontak manusia. Kesimpulannya, ancaman terhadap validitas internal studi yang umum dan tidak dapat dihindari. Mereka dapat terjadi sendiri atau dalam kombinasi, dan mereka dapat menciptakan alternatif yang masuk akal yang tidak diinginkan hipotesis untuk hasil penelitian. Beberapa dari ancaman ini dapat ditangani efektif melalui komponen desain (misalnya, kelompok kontrol dan randomisasi) pada awal penelitian, sementara yang lain (misalnya, pengurangan) mengambil tempat selama penelitian.

Validitas internal adalah sejauh mana hasil sebuah studipenelitian klinis tidak bias. Beberapa karakteristik penelitian mempengaruhi validitas internal. Validitas internal ini adalah tingkatan dimana hasil-hasil penelitian dapat dipercaya kebenarannya atau berkenaan dengan derajat akurasi antar desain penelitian dan hasil yang dicapai.. Validitas internal merupakan hal yang esensial yang harus dipenuhi jika peneliti menginginkan hasil studinya bermakna. Validitas internal mengacu pada kemampuan desain penelitian untuk menyingkirkan atau membuat masuk akal penjelasan alternatif hasil, atau masuk akal dugaan sementara (Campbell, 1957; Kazdin, 2003c).

Validitas internal eksperimen lab dapat dipengaruhi oleh sejumlah faktor pencemar yang masih ada yang bisa memberikan penjelasan saingan mengenai apa yang menyebabkan variabel terikat. Faktor pencemar yang mungkin ada ini merupakan ancaman untuk validitas internal. Delapan ancaman utama pada validitas internal adalah :

1. Sejarah (History)

(11)

Peristiwa atau faktor tertentu yang berdampak pada hubungan variabel bebas dan variabel terikat mungkin muncul tanpa diduga sementara ekperimen dilakukan, dan sejarah peristiwa tersebut akan mengacaukan hubungan sebab akibat antara kedua variabel, sehingga mempengaruhi validitas internal. Misalnya, katakanlah bahwa manajer sebuah Devisi Produk Susu ingin menguji pegaruh promosi penjualan “beli satu, gratis satu” terhadap penjualan merek keju milik perusahaan, selama seminggu. Dengan teliti dia mencatat penjualan keju selama dua minggu sebelumnya untuk menilai pengruh promosi. Namun, tepat ketika dia melakukan promosi penjualannya. Asosiasi petani susu secara tidak terduga meluncurkan sebuah iklan multimedia mengenai manfaat mengkonsumsi produk susu, terutama keju. Penjualan semua produk susu, termasuk keju, meningkat disemua toko, termasuk eksperimen sedang dilakukan. Dalam hal ini, karena iklan yang tidak terduga tersebut, seorang tidak dapat memastikan seberapa kenaikan penjualan keju yang diteliti disebabkan oleh promosi penjualan dan seberapa yang disebabkan oleh iklan asosiasi petani susu! Pengaruh sejarah telah mempengaruhi validitas atau keyakinan pada kesimpulan bahwa promosi penjualan menyebabkan kenaikan penjualan.

2. Kematangan (Maturitas)

Manusia, binatang, atau benda-benda lainnya sebagai subjek penelitian selalu mengalami perubahan. Pada manusia perubahan berkaitan dengan proses kematangan atau maturitas, baik secara biologis maupun psikologis. (Dasar-dasar Riset Keperawatan). Dengan bertambahnya kematangan pada subjek ini akan berpengaruh terhadap variabel terikat. Dengan demikian, maka perubahan yang terjadi pada variabel terikat bukan saja karena adanya eksperimen, tetapi juga disebabkan karena proses kematangan pada subjek yang mendapatkan perlakuan atau eksperimen.

(12)

disebut pengaruh matusari (maturation effect). Pengaruh matusari merupakan sebuah fungsi dari proses biologis dan pisikologis yang berlaku dalam responden sebagai hasil dari perjalanan waktu. Contoh proses maturasi bisa meliputi pertambahan usia, kelelahan, rasa lapar dan kebosanan. Dengan kata lain, terdapat pengaruh maturasi pada variabel terikat dan murni karena perjalan waktu. Misalnya, katakanlah bahwa seorang direktur litbank (R & D) berpendapat bahwa kenaikan efisiensi pekerja akan dihasilkan dalam waktu tiga bulan jika teknologi caggih yang diterapkan dalam situasi kerja. Bila pada akhir pada tiga bulan tersebut kenaikan efisiensi benar-benar ada akan sulit akan menyatakan bahwa teknologi canggih (dan itu hanya satu-satunya) meningkatkan efisiensi kerja karena seiring dengan perjalalan waktu, pengalaman karyawan juga bertambah, yang menghasilkan kinerja yang lebih baik dan karena itu meningkatkan efisiensi dengan demikian, validitas internal juga berkurang karena matusari sehingga sulit untuk menentukan berapa banyak kenaikan yang dapat dikaitkan dengan penerapan teknologi canggih tersebut.

3. Prosedur Tes (Testing)

Pengalaman pada pretes dapat mempengaruhi hasil postes, karena kemungkinan para subjek penelitian dapat mengingat kembali jawaban-jawaban yang salah pada waktu pretes, dan kemudian pada waktu postes subjek tersebut dapat memperbaiki jawabannya. (Dasar-dasar Riset Keperawatan). Oleh sebab itu, perubahan variabel terikat tersebut bukan karena hasil eksperimen saja, tetapi juga karena pengaruh dari pretes.

(13)

respons mereka dalam pascates, yang akan berdampak merugikan terhadap validitas internal.

Misalnya, jika pekerjaan yang menantang diduga menyebabkan peningkatan kepuasan kerja, dan sebuah prates menganai kepuasan kerja dilakukan untuk menanyakan tingkat kepuasan kerja karyawan terhadap pekerjaan mereka saat ini. Hal tersebut mungkin membuat mereka peka terhadap isu kepuasan kerja. Ketika sebuah pekerjaan menantang diperkenalkan dan sesudahnya diberikan kuesioner kepuasan keja lebih lanjut, responden sekarang mungkin bereaksi dan merespons pascates dengan bingkai referensi yang berbeda disbanding jika mereka semula tidak dibuat peka terhadap isu kepuasan kerja melalui prates.

Jenis kepekaan melalui pengujian sebelumnya disebut pengaruh pengujian (testing effect), yang juga mempengaruhi validitas internal desain eksperimen. Dalam kasus di atas, meskipun peningkatan kepuasan kerja secara logis dapat di ukur melalui pra dan pascates, prates dapat mengacaukan hubungan sebab akibat dengan membuat responden peka terhadap pascates. Dengan demikian,pengaruh pengujian merupakan ancaman lain bagi validitas internal.

4. Instrumen (Instrumentation)

Alat ukur atau alat pengumpul data (instrumen) pada pretes biasanya digunakan lagi pada postes. Hal ini sudah tentu akan berpengaruh terhadap hasil postes tersebut. Dengan perkataan lain, perubahan yang terjadi pada variabel terikat, bukan disebabkan oleh perlakuan atau eksperimen saja, tetapi juga karena pengaruh instrumen.

(14)

lain yang dikalibrasi dengan baik yang mungkin kehilangan akurasinya karena penggunaan terus menerus, yang menghasilkan kesalahan pengkuran akhir.

Dalam organisasi, pengaruh instrumensi dalam desain eksperimen adalah mungkin jika peneliti melakukan prates, memberikan perlakuan pada kelompok eksperimen, dan manajer yang berbeda melakukan pascates untuk mengukur kinerja. Seorang manajer kedua mungkin juga menghitung jumlah barang cacat, dan manjer ketiga mempertimbangkan jumlah sumber daya yang dihabiskan untuk menyelesaikan pekerjaan! Dalam hal ini, ada setidaknya tiga instrument pengukuran yang berbeda. Jika kita memperlakukan tiap manajer sebagai sebuah instrument pengukuran kinerja. Dengan demikian pengaruh instrumentasi juga merupakan ancaman bagi validitas internal dalam desain eksperimen.

5. Regresi ke Arah Nilai Rata-rata (Regressien Toward The Mean)

Ancaman ini terjadi karena adanya nilai-nilai ekstrem tinggi maupun ekstrem rendah dari hasil pretes (pengukuran pertama), cenderung untuk tidak ekstrem lagi pada pengukuran kedua (postes), namun biasanya melewati nilai rata-rata. (Dasar-dasar Riset Keperawatan). Perubahan yang terjadi pada variabel terikat tersebut adalah bukan perubahan yang sebenarnya, tetapi merupakan perubahan semu. Oleh sebab itu, regresi ke arah nilai rata-rata ini juga disebut regresi semu (regression artifact).

(15)

skor rendah yang cenderung mencapai skor yang mendekati rata-rata hitung dikenal sebagai “regresi menuju mean”. Demikian pula, mereka dengan kemampuan sangat tinggi juga akan menujukan kecenderungan lebih besar untuk mundur menuju mean, mereka akan mecapai skor lebih rendah pada pascates dibanding prates. Dengan demikian mereka yang berada di salah satu akhir kontinum yang berkaitan dengan sebuah variabel tidak akan “benar-benar” mencerminkan hubungan sebab-akibat. Jadi fenomena regresi statistik juga merupakan ancaman terhadap validitas internal.

6. Seleksi (Selection)

Dalam memilih anggota kelompok eksperimen dan kelompok kontrol bisa terjadi perbedaan ciri-ciri atau sifat-sifat anggota kelompok satu dengan kelompok yang lainnya. (Dasar-dasar Riset Keperawatan). Misalnya anggota-anggota kelompok eksperimen lebih tinggi pendidikannya dibandingkan dengan anggota-anggota kelompok kontrol, sehingga sebelum diadakan perlakuan sudah terjadi pengaruh yang berbeda terhadap kedua kelompok tersebut. Setelah adanya perlakuan pada kelompok eksperimen, maka besarnya perubahan variabel terikat yang terjadi mendapat gangguan dari variabel pendidikan tersebut. Dengan kata lain, perubahan yang terjadi pada variabel terikat bukan saja karena pengaruh perlakuan, tetapi juga karena pengaruh pendidikan.

(16)

lain (karena mereka mungkin datang dari lingkungan yang berbeda) dan respons subjek dapat mencemari hubungan sebab-akibat dan juga merupakan ancaman yang tidak dapat memenuhi kriteria kelompok kontrol akan menjadi ancaman bagi validitas internal dalam jenis eksperimen tertentu.

7. Mortalitas (Mortality)

Pada proses dilakukan eksperimen, atau pada waktu antara pretes dan postes sering terjadi subjek yang ”dropout” baik karena pindah, sakit ataupun meninggal dunia. Hal ini juga akan berpengaruh terhadap hasil eksperimen.

Faktor pengacau lain pada hubungan sebab-akibat adalah mortalitas atau pengurangan anggota dalam kelompok eksperimen, kontrol, atau keduanya, saat eksperimen berlangsung. Bila komposisi kelompok menjadi sulit, karena mereka yang keluar dari eksperimen mungkin mengacaukan hasil.

8. Harapan Pelaksana Eksperimen

Karena satu dan lain hal, pelaksana eksperimen, secara sadar atau tidak sadar sangat mungkin, mempunyai pengharapan tertentu atas berhasilnya eksperimen. Akibat dari adanya harapan ini sangat mungkin tanpa sadar yang bersangkutan memberikan kunci-kunci keberhasilan kepada subjek eksperimen.

Akibatnya, hasil eksperimen akan dikotori oleh pengaruh harapan pelaksana eksperimen tersebut. Cara mengatasinya adalah menggunakan pelaksana eksperimen yang tidak tahu atau tidak sadar kalau dia sedang melakukan eksperimen.

(17)

dimungkinkan hasil penelitian tidak valid dan tidak memberikan kesimpulan yang berarti.

Validitas internal mengacu pada kemampuan desain penelitian untuk menghilangkan atau membuat penjelasan alternatif yang masuk akal dari hasil. Dengan demikian ditunjukkan bahwa variabel independen secara langsung bertanggung jawab atas efek ada ketergantungn variabel.

Pertimbangan Penting Tentang Instrumentasi

1. Standarisasi mengacu pada panduan yang ditetapkan dalam pemerintahan dan skor dari instrumen atau penilaian lainnya metode.

2. Keandalan hadir saat surat ketetapan metode mengukur karakteristik kepentingan dalam konsisten fashion.

3. Validitas hadir ketika pendekatan untuk pengukuran yang digunakan dalam studi yang benar-benar langkah-langkah apa

D. Validitas Eksternal Faktor-faktor yang Mempengaruhi Validitas Eksternal

Validitas eksternal berkaitan dengan generalisasi hasil penelitian studi. Dalam semua bentuk desain penelitian, hasil dan kesimpulan penelitian ini adalah terbatas kepada para peserta dan kondisi seperti yang didefinisikan oleh kontur penelitian.

Validitas eksternal berkaitan dengan generalisasi hasil penelitian studi. Dalam semua bentuk desain penelitian, hasil dan kesimpulan penelitian ini adalah terbatas kepada para peserta dan kondisi seperti yang didefinisikan oleh kontur penelitian dan mengacu pada sejauh mana generalisasi hasil penelitian untuk lain kondisi, peserta, waktu, dan tempat (Graziano & Raulin, 2004).

(18)

Intervensi tersebut mungkin terbatas pada pengaturan tempat studi yang dilakukan. Belum tentu kesimpulan akan didukung, dan penelitian tambahan di waktu yang berbeda, tempat, dan kondisi akan diperlukan untuk mendukung setiap kesimpulan lainnya.

Karakteristik ini dan mengacaukan secara bersama disebut sebagai ancaman terhadap validitas eksternal, dan mereka meliputi karakteristik sampel, karakteristik stimulus dan pengaturan, reaktivitas pengaturan eksperimental, gangguan multiple-pengobatan, kebaruan efek, reaktivitas penilaian, sensitisasi uji, dan waktu pengukuran (Kazdin, 003c).

Melalui penelitian lebih lanjut, peneliti mungkin menemukan bahwa intervensi secara efektif. Dengan kata lain, bahkan ini perbedaan yang halus dalam karakteristik sampel dapat memiliki pengaruh yang signifikan terhadap generalisasi hasil sebuah studi.

1. Novel Efek

Ini ancaman bagi validitas eksternal mengacu pada kemungkinan bahwa efek dari variabel independen mungkin karena sebagian keunikan atau kebaruan stimulus atau situasi dan tidak intervensi sendiri. Kebaruan tindakan intervensi atau situasi sebagai variabel pengganggu, dan itu adalah bahwa kebaruan (dan bukan variabel independen) yang merupakan penjelasan yang nyata bagi hasilnya. Ini ancaman bagi validitas eksternal adalah umum di berbagai pengaturan dan desain eksperimen.

2. Reaktivitas Penilaian

(19)

3. Pretest dan Posttest Sensitasi

Ancaman ini berkaitan dengan validitas eksternal merujuk pada efek yang pretesting dan posttesting mungkin tentang perilaku dan tanggapan peserta dalam studi (Bracht & Glass, 1968; Lana, 1969; Pedhazur & Schmelkin, 1991).

4. Waktu Penilaian dan Pengukuran

Ini ancaman bagi validitas eksternal khususnya umum di longitudinal bentuk penelitian, dan mengacu pada pertanyaan apakah hasil yang sama akan diperoleh jika pengukuran telah terjadi pada yang berbeda titik waktu (Kazdin, 2003c).

5. Contoh Karakteristik

Sejauh mana hasil penelitian berlaku hanya untuk sebuah pertanyaan kunci sampel tertentu. Apakah Hasil studi ini dapat diterapkan pada contoh lain yang bervariasi pada berbagai karakteristik demografi dan deskriptif, seperti usia, jenis kelamin, seksual orientasi, pendidikan, dan status sosial ekonomi.

6. Stimulus Karakteristik dan Pengaturan

Sebuah fenomena lingkungan tertentu dimana fitur atau kondisi batas studi generalisasi temuan sehingga temuan dari satu studi tidak perlu mendaftar belajar lain, bahkan jika penelitian lain menggunakan contoh serupa.

7. Reaktivitas Pengaturan Percobaan

Berpotensi pengganggu variabel yang berasal dari pengaruh yang dihasilkan dengan mengetahui yang satu ini berpartisipasi dalam studi penelitian.

8. Multiple-Pengobatan Gangguan

(20)

Validitas eksternal berkaitan dengan generalisasi hasil penelitian studi. Dalam semua bentuk desain penelitian, hasil dan kesimpulan penelitian ini adalah terbatas kepada para peserta dan kondisi seperti yang didefinisikan oleh kontur penelitian dan mengacu pada sejauh mana generalisasi hasil penelitian untuk lain kondisi, peserta, waktu, dan tempat (Graziano & Raulin, 2004).

Ikhwal penelitian yang menyangkut pertanyaan, sejauh mana hasil suatu penelitian dapat digeneralisasikan pada populasi induk (asal sampel) penelitian diambil. Contoh: apabila kita meneliti tingkat efektifitas suatu metode penyuluhan baru mengenai program imunisasi dengan mengambil sampel di suatu desa dan ternyata baik hasilnya.

Validitas eksternal itu berkaitan dengan pertanyaan apakah fakta mengenai treatment (independen variabel) yang diberikan benar-benar mengakibatkan perbedaan pada (dependen variabel), atau apakah benar-benar (independen variabel) berpengaruh pada (dependen variabel). Validitas eksternal ialah tingkatan dimana hasil-hasil penelitian dapat digeneralisasi pada populasi, latar dan hal-hal lainnya dalam kondisi yang mirip. Hal-hal yang menjadi sumber-sumber validitas eksternal ialah:

1. Interaksi Testing

Efek-efek tiruan yang dibuat dengan menguji responden akan mengurangi generalisasi pada situasi dimana tidak ada pengujian pada responden.

2. Interaksi Seleksi

Efek dimana tipe-tipe responden yang mempengaruhi hasil-hasil studi dapat membatasi generalitasnya.

3. Interaksi Setting

Efek tiruan yang dibuat dengan menggunakan latar tertentu dalam penelitian tidak dapat direplikasi dalam situasi-situasi lainnya.

(21)

tempat sampel tersebut diambil. Bila sampel penelitian representatif, instrumen penelitian valid dan reliabel, cara mengumpulkan dan menganalisis data benar, penelitian akan memiliki validitas eksternal yang tinggi.

E. Desain Eksperimen

Desain penelitian mempunyai dua batasan, yaitu secara luas dan secara sempit. Secara sempit berarti penggambaran secara jelas tentang hubungan antara variabel sehingga diperoleh gambaran keterkaitan antara variabel. Sedangkan secara luas berarti semua proses yang diperlukan dalam penelitian, yang bermula dari penemuan ide sampai dengan pengujian hipotesis dan pengambilan kesimpulan atas hasil pengujian tersebut.

Dikenal sejumlah desain penelitian eksperimen, yang dibagi dalam tiga kelompok besar, yaitu: desain praeksperimen, desain eksperimen mumi, dan desain eksperimen semua.

1. Desain Eksperimen Murni (True-Experimental design)

Perbedaan utama antara desain eksperimen murni dengan desain lainnya adalah adanya penagacakan subyek baik pada kelompok eksperimen ataupun pada kelompok kontrol. Sementara itu, pengacakan subyek penelitian merupakan teknik yang paling tepat untuk mengontrol ancaman ciri khas subyek terhadap validitas internal hasil penelitian.

Terdapat beberapa desain eksperimen murni yang sering digunakan dalam penelitian pendidikan, diantaranya adalah desain tes akhir dua kelompok diacak, desain tes awal-akhir dua kelompok diacak, desain tes awal-akhir dipadankan dan diacak, desain empat kelompok solomon diacak.

a. Desain Tes Akhir Dua Kelompok Diacak (Pottest-Only Control Design)

(22)

sangat baik dalam mengontrol beberapa ancaman validitas internal, seperti: ciri khas subyek, kematangan, dan regresi statistik. Disamping itu karena pengujian hanya dilakuakan pada akhir perlkuan maka desain itu juga sangat baik dalam mengontrol pengaruh pengujian.

Desain tes akhir dua kelompok diacak instrumentasi, pengaruh sejarah dan pengaruh sikap subyek.

b. Desain Tes Awal-Akhir Dua Kelompok Diacak (Pretest-posttest control group design)

Desain ini memerlukan dua kelompok subyek yang dipilih secara acak dan dan masing-masing kelompok dites sebanyak dua kalo, yaitu diiberi tes awal sebelum perlakuan dan tes akhir setelah perlakuan. Pengjian dilakukan secara bersamaan kepada kedua keloompok tersebut.

Desain tes awal-akhir dua kelompok diacak

Kelompok acak Tes awal Perlakuan Tes akhir Eksperimen validitas hasil perlakuan terancam oleh pengaruh interaksi tes denagn perlakuan, pengaruh pengujian, dan pengaruh instrumentasi.

(23)

Untuk mendapatkan dua kelompok subyek yang benar-benar setara maka dalam desain penelitian memungkinkan pula untuk digunakan teknik pemadanan dan pengacakan subyek penelitian secara bersamaan. Subyek dibuat sepadan dlam satu atau lebih variabel ysng diukur, misalnya IQ, sikap, motivasi, atau skor membaca. Sudah barang tentu variabel yang dipadankan itu adalah variabel yang berdasarkan penelitian terdahulu, teori dan/atau pengalaman peneliti berkorelasi signifikan dengan variabel terkaiat.

Setelah dilakukan pemadanan maka pasangan-pasangan subyek yang sepadan dimasukan dalam kelompok eksperimen dan kelompok kontrol secara acak. Desain eksperimen sepert ini sangat cocok diterapkan pada dua desin eksperimen murni yang telah dibahs sebelumnya yaitu: desain tes akhir dua kelompok diacak dan desasin tes awal-akhir dua kelompok diacak. Hasil modifikasi kedua desain tersebut sebagai berikut:

Desain tes akhir dua kelompok dipadankan dan diacak

Pengelompokkan Perlakuan Tes akhir

Desain tes awal akhir dua kelompok dipadankan dan diacak

Tes awal Pengelompokan Perlakuan Tes akhir

Dua kelemahan utama dan teknik pemadanan ini adalah :

1) Sangat sulit untuk memadankan lebih dari dua variabel sehingga adakalanya peneliti hanya memadankan variabel-variabel tertentu yang berpengaruh sangat signifikan terhadap variabel terikat.

(24)

d. Desain Empat Kelompok Solomon Diacak (The Solomon Four-Group Design)

Desain ini berusaha untuk mengatasi pengaruh tes awal. Penempatan subyek dalam setiap kelmpok subyek dilakukan secara acak. Dua kelompok diberikan tes awal dan dua kelompok lainnya tidak. Satu kelompok yang diberi tes aawal dan satu kelompok lainnya yang tidak diberi tes awal dijadikan sebagai kelompok eksperimen. Sedangkan dua kelompok lainnya dijadikan sebagai kelompok kontrol.

Desain empaat kelompok solomon diacak

Kelompok acak Tes awal Perlakuan Tes Akhir

Eksperimen Y1 X1 Y2

Kontrol Y3 X2 Y4

Eksperimen X3 Y5

Kontrol X4 Y6

Dalam desain ini terlihat bahwa :

1) Penempatan subyek pada semua kelompok diacak 2) Dua kelompok sebagai kelompok eksperimen 3) Satu kelompok eksperimen diberi tes awal (y1) 4) Dua kelompok seagai kelompok kontrol

5) Satu kelompok kontrol diberi tes awal (y3) 6) Semua kelompok diberi tes akhir (y2,y4.y5.y6)

Desain ini menggabungkan dua desain eksperimen murni yang dibahas sebelumnya. Dua kelompok pertama menunjukan desain tes awal-akhir dua kelompok diacak sedangkan dua kelompok berikutnya menunjukan desain tes akhir dua kelompok diacak.

Desain empat kelompok solomon sangat cocok untuk mengontrol ancaman validitas internal seperti telah dibahas sebelumnya. Namun kelemahan utama desain ini adalah membutuhkan banyak sampel untuk dimasukan kedalam empat kelompok penelitian, juga membutuhkan banyak waktu dan tenaga untuk memberikan perlakuan pada keempat kelompok tersebut.

(25)

Merupakan pengembangan dari true experimental design, yang sulit dilaksanakan. Mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen.

Dalam kondisi tertentu kadang- kadang tidak memungkinkan untuk memilih dan menempatkan subyek penelitian secara acak kedalm kelompok-kelopok eksperimen. Kendatipun sebenarnya pengacakan itu sendiri merupakan cara terbaik untuk menendalikan variabel-variabel luar yang mengnacam validitas internal-eksternal hasil eksperimen. Dalam kondisi seperti ini, desain eksperimen yang dapat dipilih adalah desain desain eksperimen semua. Dengan demikian maka desain eksperimen semua dapat digunakan apabila ;

a. Tidak memungkikan untuk mendapatkan subyek secara acak pada kelompok-kellompok penelitian

b. Dipastikan bahwa kelompok-kelompok yang akan dilibatkan dalam penelitian memiliki kemampuan awal yang setaara terutama terkait dengan variabel yang diteliti dan variabel lain yang mempengaruhinya c. Tidak memungkinkan untuk mengontrol sebagian atau sebagian besar

variabel-variabel luar yang mengancam validitas internal-eksternal asil penelitian.

Berdasarkan pada penjelasan ini maka pada umumnya penelitian eksperimen dalam pendidikan yang menggunakan kelas yangtelah terbentuk sebagai subyek penelitian dapaat dikategorikan svagai eksperimen semua. Walaupun untuk mendapat kelas itu telah dilakukan pengavcakan dari beberapa kelas yang ada, namun jika yang menjadi unit analisis penelitian adalah siswa (bukan kelas ) maka tetap digolongkan sebagai dedsain eksperimen semu. Beberapa contoh desain eksperimen semu yang dapaat diterapkan dalam bidang pendidikan adalah :

a. Desain Tes Awal-Akhir Dua Kelompok tanpa Acak

(26)

maka harus dipastikan bahwa kedua kelompok itu memiliki kemampuan awal yang setera. Pasa desai ini, masing=masing kelompok dites sebanyak dua kali, yaitu dari tes awal sebelm perlakuan dan tes akhir setelah perlakuan. Pengujian dilakukan secara bersamaan kepada kedua kelompok tersebut.

Desain tes awal-akhir dua kelompok tanpa acak

Kelompok tanpa Acak Tes awal Perlakuan Tes akhir Eksaperimen

Kelemahan utama desain ini tidak adanya pengacakan sehingga beberapa ancaman terhadap validitas internal tidak dapat dikontrol seperti: perbedaan karena seleksi dan regresi stastistik. Demikian pula pengguna tes awal menyebabkan validitas eksperimen terancam oleh pengaruh interaksi tes dengan perlakuan, pengaruh peengujian, dan pengaruh instrumentasi.

b. Desain Seri Waktu

Desain ini merupakan perluasan desain tes awal-akhir satu kelompok. Bedanya pada desain seri waktu ini subyek diberi tes awal lebih dari satu kali. Pemberian tes awal dan tes akhir seharusnya tidak lebih dari empa kali agar tidak menimbulkan kebosanan bagi subyek penelitian. Sedangkan pengaruh pelakuan dilihat dari ada tidaknya perbedaan hasil tes sebelum dan setelah perlakuan.

Desain ini tidak dapat di pilih secara randum. Sebelum diberi perlakuan kelompok diberi pretest sampai empat kali, dengan maksud untuk mengetahui keistabilan dan kejelasan kelompok sebelum di beri perlakuan. Bila hasil pretest selama empat kali ternyata nilanya berbeda-beda, berarti kelompok tersebut labil, dan konsisten.

(27)

Hasil pre test yang baik adalah O1 = O2= O3 = O4 dan perlakuan yang baik adalah O5 = O6 = O7 = O8. besarnya pengaruh perlakuan adalah= (O5 + O6 + O7 O8) – (O1 + O2 + O3 + O4).

Desain eksperimen seri waktu satu kelompok

Tes awal Perlakuan Tes Akhir

Y1 Y2 Y3 Y4 X Y5 Y6 Y7 Y8

Desain eksperimen seri waktu dua kelompok Tes Awal Perlakuan Tes Akhir

Y1 Y2 Y3 Y4 X1 Y5 Y6 Y7 Y8

Y1 Y2 Y3 Y4 X2 Y5 Y6 Y7 Y8

Desain seri waktu satu kelompok dapat pula diperluas dengan menggunakan kelompok kontrol. Penggunaan kelompok kontrol pada desain ini akan dapar mengatasi kelemahan desain yang pertama, seperti ancaman sejarah dan regresi statistik. Namun pengujian beberapa kali pada kedua desain ini menyulitkan untuk mengndalikan efek pengujian, instrumentasi,interaksi tes dengan perlakuan, dan/atau sikap subyek.

c. Desain Berimbang

Desain ini hampir sama dengan pretest-posttest control group design, hanya pada desain ini kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random. Dalam desain ini, baik kelompok eksperimental maupun kelompok kontrol dibandingkan, kendati kelompok tersebut dipilih dan ditempatkan tanpa melalui random. Dua kelompok yang ada diberi pretes, kemudian diberikan perlakuan, dan terakhir diberikan postes.

(28)

perlakuan. Dalam hal ini dengan membandingkan rata-rata skor akhir tes semua kelompok pada perlakuan 1,2,dan 3. Desain ini efektif untuk mengendalikan ancaman ciri khas subyek terhadap validitas internal, namun ancaman-ancaman pengaruh perlakuan ganda terhadap validitas eksternal sulit untuk di kendalikan. Contoh desain berimbang:

Desain berimbang tiga kelompok

Kelompok Perlakuan Tes Perlakuan Tes Perlakuan Tes

A X1 Y1 X2 Y2 X3 Y3

B X2 Y1 X3 Y2 X1 Y3

C X3 Y1 X1 Y2 X2 Y3

Desain ini melibatkan tiga kelompok subyek, dimana:

1) Kelompok A pada awalnya diberi perlakuan 1 diikuti oleh perlakuan 2 dan perlakuan 3. Pada akhir masing-masing perlakuan diberi tes akhir

2) Keelompok B pada awalnya diberi perlakuan 2 diikuti oleh [perlakuan 3 dan perlakuan 1. Pada akhir masing-masing perlakuan diberi tes akhir.

(29)

Periode tanpa

Pada periode tanpa perlakuan subyek penelitian dites beberapa kali samapai diperoleh hasil yang konsisten. Pada periode perlakuan, subyek penelitian diberi perlakuan beberapa kali yang diikuti dengan tespada setiap akhir perlakuan. Jika ditemukan adnya peningkatan hasil yang dicapai setiap akhir perlakuan maka eksperimen itu dapat dikatakan efektif. Untuk lebih meyakinkan sejumalah efektifitas perlakuan yang diberikan maka siklus perlakuan dan tanpa perlakuan dapat diulangi beberapa kali seperti terlihat dalam desain B-A dan A-B-A-B pada tabel di atas.

3. Desain Pra Eksperimen (Pre-Experimental Designs (Nondesigns))

Desain ini merupakan desain yang paling lemah karena tidak menggunakan variabel kontrol dan hanya satu variabel. Tidak adanya kelompok kontrol menyebabkan peneliti akan kesulitan untuk memastikan sejauh mana efektivitas perlakuan yang diberikan. Desain pra eksperimen terdiri atas:

a. Desain Studi KasusSatu Kelompok (One-Shot Cose Study)

Desain ini hanya menggunakan satu kelompok tanpa tes awal. Kelemahan utama desain ini adalah, karena tidak menggunakan kelompok pengendalian tanpa tes awal, maka pelaksana eksperimen tidak dapat beranggapan bahwa hasil akhir yang dicapai disebabkan oleh perlakuan. Contoh desain studi kasus satu kelompok adalah sebagai berikut:

(30)

Kelompok Perlakuan Tes akhir

Eksperimen X Y

Desain ini tidak dianjurkan untuk digunakan karena tidak memiliki validitas internal. Skor minat belajar yang dicapai siswa pada tes akhir mungkin saja disebabkan oleh variabel lain di luar perlakuan yang diberikan.

b. Desain Satu Kelompok Tes Awal-Akhir (One-Group Pretest-Posttest Design)

Desain ini menggunakan satu kelompok subyek yang diberi tes awal dan-tes akhir. Contoh desain satu kelompok tes awal-akhir adalah sebagai berikut:

Desain satu kelompok tes awal- akhir

Kelompok Tes Awal Perlakuan Tes akhir

Eksperimen Y1 X Y2

Kelemahan utama desain ini adalah karena tidak menggunakan kelompok kontrol, sehingga peneliti tidak dapat beranggapan bahwa perubahan skor yang terjadi pada tes awal dan tes akhir disebabkan oleh perlakuan yang diberikan. Namun selalu ada kemungkinan bahwa variabel luarlah yang menyebabkan sebagian atau keseluruhan perubahan tersebut. Dengan demikian maka desain ini juga tidak memiliki validitas internal.

c. Desain Perbandingan Dua Kelompok Statis (Intact-Group Comparison)

Desain ini mengunakan dua kelompok subyek yang diberi perlakuan yang berbeda. Kedua kelompok itu ditetapkan tanpa acak (misalnya diambil kelas yang telah terbentuk) namun diasumsikan memiliki kemampuan yang setara dalam semua aspek yang relevan, yang berbeda hanyalah didalam pemberian perlakuan. Contoh desain perbandingan dua kelompok statis adalah sebagai berikut:

Desain perbandingan dua kelompok statis

(31)

Eksperimen X1 Y1

Kontrol X2 Y2

Adanya kelompok kontrol menyebabkan desain ini dapat mengontrol ancaman beberapa variabel luar, misalnya: sejarah, kematangan dan regresi statistik.

d. Desain Dua Kelompok Statis Tes Awal-Akhir

Desain ini menggunakan dua kelompok subyek yang diberi perlakuan berbeda dan diberi tes awal dan tes akhir. Kedua kelompok itu ditetapkan tanpa acak (intact group) namun diasumsikan memiliki kekemampuan yang setara. Contoh desain dua kelompok statis tes awal-akhir adalah sebagai berikut:

Desain dua kelompok statis tes awal-akhir

Kelompok acak Tes Awal Perlakuan Tes Akhir

Eksperimen Y1 X1 Y1

Kontrol Y2 X2 Y2

(32)

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

(33)

mereka dapat menciptakan alternatif yang masuk akal yang tidak diinginkan hipotesis untuk hasil penelitian.

Sehubungan dengan hal tersebut, ada beberapa hal yang menjadi kendala untuk memperoleh validitas internal yakni Sejarah, Maturasi, Testing, Instrumentasi, Seleksi, Mortalitas Regresi dan Kontaminasi. Validitas eksternal berkaitan dengan pertanyaan apakah fakta mengenai treatment (independen variabel) yang diberikan benar-benar mengakibatkan perbedaan pada dependen variabel, atau Apakah benar-benar independen variabel berpengaruh pada dependen variabel.

Validitas eksternal berkenaan dengan derajat akurasi, dapat atau tidaknya hasil penelitian digeneralisasikan atau diterapkan pada populasi tempat sampel tersebut diambil. Bila sampel penelitian representatif, instrumen penelitian valid dan reliabel, cara mengumpulkan dan menganalisis data benar, penelitian akan memiliki validitas eksternal yang tinggi.

Pengujian-pengujian yang perlu dilakukan untuk mengontrol validitas eksternal: Efek seleksi berbagai bias, Efek pelaksanaan pre test dan Efek prosedur eksperimen.

B. Saran

(34)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ………. i

DAFTAR ISI ………. ii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ………. 1

B. Perumusan Masalah ……….. 3

C. Tujuan Penulisan ………….………. 3

D. Manfaat Penulisan ……….………... 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Penelitian Eksperimen ……… 4

B. Karakteristik Penelitian Eksperimen ……… 5

C. Validitas Internal Faktor-faktor yang Mempengaruhi Validitas Internal ……….. 9

(35)

E. Desain Eksperimen ………... 21 BAB III. PENUTUP

A. Kesimpulan ………... 36

B. Saran ………... 37 DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR PUSTAKA

Sugiyono. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Brockopp, Dorothy Young. 2000. Dasar-dasar Riset Keperawatan: Edisi kedua. Jakarta: EGC.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik, Rineka Cipta: Jakarta.

Domu, Ichdar. 2009. Bahan Kuliah Metodologi Penelitian, Program Studi Manajemen Pendidikan Pasca Sarjana Universitas Negeri Manado.

(36)

ANALISA ANCAMAN VALIDASI

EKSTERNAL DAN INTERNAL

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Ajar :

Riset dalam Keperawatan

(37)

Oleh :

Herry Setiawan

NIM.22020114410007

PROGRAM MAGISTER ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu, siswa diajak memecahkan kode tulisan pendek yang dianggap sebagai unit bahasa yang utuh, selanjutnya diajak menganalisis menjadi kata, suku kata, dan

8. Kesejahteraan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan prajurit disamping sebagai pendorong untuk meningkatkan prestasi kerja juga untuk memberikan

1VIaatalouskoelaitoksen kasvinviljelysosaston ko- keet sekä ruislaaduilla (31, s. 35) ovat tässä kohden hyvänä esimerkkinä. Toisina vuosina voi maa routaantua hyvin vähän

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapatlah dikatakan bahwa interferensi merupakan gejala yang timbul di dalam masyarakat bilingual dan atau multilingual karena

Banyak dari masyarakat Gendot dan dari masyarakat luar Gendot yang telah memberikan dukungan atas kegiatan Copler Community ini dengan ikut bergabung ketika mengadakan acara

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik dan termotivasi untuk lebih mengembangkan variabel-variabel yang berpengaruh terhadap ketepatan waktu

Beberapa penelitian tersebut telah dilakukan untuk merumuskan bagaimana pengaplikasian internet of things terhadap embedded systems agar dapat berhubungan antar perangkat

Berdasarkan hasil analisis pada tabel 3, dapat diketahui bahwa anak yang mengalami verbal abuse kategori rendah sejumlah 16 anak (29,6%) yang memiliki