UJI LINEARITAS PERAN SERTA MASYARAKAT TERHADAP PENGELOLAAN RUANG TERBUKA HIJAU (RTH)
𝐒𝐡𝐢𝐟𝐚 𝐒𝐡𝐚𝐟𝐢𝐫𝐚 𝐍𝐮𝐫 𝐆𝐡𝐚𝐢𝐝𝐚𝟏
1Mahasiswa Prodi Perencanaan Wilayah dan Kota, Universitas Pasundan,shifashafira96@gmail.com
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota – Universitas Pasundan Bandung. Jl. Dr. Setiabudi. No. 193, Kota Bandung.
I. Pendahuluan
Ruang terbuka menciptakan karakter masyarakat kota. Sebagai wahana interaksi sosial, ruang terbuka diharapkan dapat mempertautkan seluruh anggota masyarakat tanpa membedakan latar belakang sosial, ekonomi, dan budaya.
Pentingnya peran Ruang Terbuka Hijau terlihat dari kewajiban ketersediaan Ruang Terbuka Hijau di suatu wilayah. Proporsi ruang terbuka hijau pada wilayah kota paling sedikit 30% dari luas wilayah kota, terdiri dari ruang terbuka hijau publik sebesar 20% dan sisanya merupakan ruang terbuka hijau privat. Pengelolaan RTH merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari dokumen perencanaan penataan ruang daerah, dengan ruang lingkup mencakup perencanaan pemanfaatan RTH, pelaksanaan, pengawasan, pengendalian, dan evaluasi.
Peran serta masyarakat dalam pengelolaan Ruang Terbuka Hijau merupakan salah satu faktor penting guna mengeliminasi, setidaknya mengurangi potensi timbulnya konflik kepentingan dalam pemanfaatan ruang. Tujuan akhir penataan ruang, baik RTRW maupun RTR Kawasan dan RRTR adalah untuk kepentingan seluruh lapisan masyarakat. Lebih lanjut Hardjasoemantri mengatakan apabila tindakan-tindakan diambil untuk kepentingan masyarakat dan apabila masyarakat diharapkan untuk menerima dan patuh pada tindakan tersebut, maka masyarakat harus diberi kesempatan untuk mengembangkan dan mengutarakan pendapatnya.
Sedangkan hipotesis pada dasarnya merupakan suatu proposisi atau anggapan yang mungkin benar, dan sering digunakan sebagai dasar pembuatan keputusan/pemecahan persoalan ataupun untuk dasar penelitian lebih lanjut. Hipotesis statistik ialah suatu pernyataan tentang bentuk fungsi suatu variabel atau tentang nilai sebenarnya suatu parameter. Suatu pengujian hipotesis statistik ialah prosedur yang memungkinkan keputusan dapat dibuat, yaitu keputusan untuk menolak atau tidak menolak hipotesis yang sedang dipersoalkan/diuji.
Hipotesis (atau lengkapnya hipotesis statistik) merupakan suatu anggapan atau suatu dugaan mengenai populasi. Sebelum menerima atau menolak sebuah hipotesis, seorang peneliti harus menguji keabsahan hipotesis tersebut untuk menentukan apakah hipotesis itu benar atau salah. H0 dapat berisikan tanda kesamaan (equality sign) seperti : = , ≤ , atau ≥. Bilamana H0 berisi tanda kesamaan yang tegas (strict equality sign) = , maka Ha akan berisi tanda tidak sama (not-equality sign). Jika H0 berisikan tanda
Hipotesis dapat diartikan sebagai pernyataan statistik tentang parameter populasi. Dengan kata lain, hipotesis adalah taksiran terhadap parameter populasi, melalui data-data sampel. Dalam statistik dan penelitian terdapat dua macam hipotesis, yaitu hipotesis nol dan alternatif. Pada statistik, hipotesis nol diartikan sebagai tidak adanya perbedaan antara parameter dengan statistik, atau tidak adanya perbedaan antara ukuran populasi dan ukuran sampel. Dengan demikian hipotesis yang diuji adalah hipotesis nol, karena memang peneliti tidak mengharapkan adanya perbedaan data populasi dengan sampel.selanjutnya hipotesis alternatif adalah lawan hipotesis nol, yang berbunyi ada perbedaan antara data populasi dengan data sampel.
II. Teori
A. Peran Masyarakat
Peran serta masyarakat dalam proses pengambilan keputusan dapat dibedakan berdasarkan sifatnya, yaitu yang bersifat konsultatif dan bersifat kemitraan. Dalam peran serta masyarakat dengan pola hubungan konsultatif antara pihak pejabat pengambil keputusan dengan kelompok masyarakat yang berkepentingan, anggota-anggota masyarakatnya mempunyai hak untuk didengar pendapatnya dan untuk diberi tahu, dimana keputusan terakhir tetap berada di tangan pejabat pembuat keputusan tersebut. Sedang dalam konteks peran serta masyarakat yang bersifat kemitraan, pejabat pembuat keputusan dan anggotaanggota masyarakat merupakan mitra yang relatif sejajar kedudukannya. Mereka bersama-sama membahas masalah, mencari alternatif pemecahan masalah dan membahas keputusan. Karenanya, peran serta masyarakat tidak saja digunakan sebagai sarana untuk mencapai tujuan, tetapi juga digunakan sebagai tujuan (participation is an end itself).
Masyarakat dalam Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang Bentuk dan Tata Cara Peran Masyarakat Dalam Penataan Ruang adalah orang perseorangan, kelompok orang termasuk masyarakat hukum adat, korporasi, dan/atau pemangku kepentingan non pemerintah lain dalam penataan ruang. Peran masyarakat diartikan sebagai partisipasi aktif masyarakat dalam perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. Bentuk peran masyarakat adalah kegiatan/aktivitas yang dilakukan masyarakat dalam perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.
Peran serta masyarakat dapat dipandang (sebagai suatu upaya) untuk membantu Negara dan lembaga-lembaganya guna melaksanakan tugas dengan cara yang lebih dapat diterima dan berhasil guna. Peran serta masyarakat ini mensyaratkan pemberian informasi kepada masyarakat dengan cara yang berhasil guna dan berdaya guna. Untuk itu, hal yang perlu diperhatikan diantaranya:
1. Kepastian penerimaan informasi;
2. Informasi lintas batas (transfrontier information) terutama berkaitan dengan dampak kegiatan pada daerah perbatasan termasuk batas Negara;
3. Informasi tepat waktu (timely information);
4. Informasi lengkap (comprehensive information); dan
5. Informasi yang dapat dipahami (comprehensible information). B. Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Ruang terbuka, dalam Peraturan Menteri Nomor 5 Tahun 2008, didefinisikan sebagai ruang-ruang dalam kota atau wilayah yang lebih luas, baik dalam bentuk area/kawasan, maupun dalam bentuk area memanjang/jalur, di mana penggunaannya lebih bersifat terbuka yang pada dasarnya tanpa bangunan. Berdasarkan tutupan lahan dan fungsinya, ruang terbuka dapat diklasifikasikan menjadi 2 (dua) jenis, yaitu:
2. Ruang Terbuka Non Hijau (RTNH), yaitu ruang terbuka di wilayah perkotaan yang tidak termasuk dalam kategori RTH, dengan tutupan lahan yang didominasi oleh lahan yang diperkeras maupun badan air.
Ruang Terbuka Hijau (RTH) kota adalah bagian dari ruang-ruang terbuka suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tanaman, dan vegetasi (endemik, introduksi) guna manfaat langsung dan/atau tidak langsung yang dihasilkan oleh RTH dalam kota tersebut yaitu keamanan, kenyamanan, kesejahteraan, dan keindahan wilayah perkotaan tersebut. Penyediaan RTH kawasan perkotaan dapat dilakukan berdasarkan perhitungan terhadap luas wilayah, jumlah penduduk, atau kebutuhan akan fungsi tertentu, sebagai berikut:
1. Penyediaan RTH berdasarkan luas wilayah.
Proporsi RTH pada wilayah perkotaan adalah minimal 30% dari luas wilayah, yang terdiri dari 20% RTH publik dan 10% RTH privat. Proporsi tersebut dinilai sebagai ukuran minimal yang dibutuhkan untuk keseimbangan ekosistem kota, termasuk sistem hidrologi, mikroklimat, maupun sistem ekologis lainnya, terutama dalam meningkatkan ketersediaan udara bersih yang diperlukan masyarakat serta meningkatkan nilai estetis kota.
2. Penyediaan RTH berdasarkan jumlah penduduk.
Penghitungan kebutuhan dilakukan dengan mengalikan jumlah penduduk yang dilayani dengan standar luas RTH per kapita sesuai peraturan yang berlaku. 3. Penyediaan RTH berdasarkan kebutuhan fungsi tertentu.
Fungsi tertentu yang dimaksud di sini antara lain adalah untuk perlindungan atau pengamanan sarana dan prasarana, misalnya perlindungan kelestarian sumber daya alam, pengamanan pejalan kaki, serta membatasi perkembangan dalam penggunaan lahan agar fungsi utamanya tidak teganggu. RTH dalam kategori ini meliputi jalur hijau sempadan rel kereta api, jalur hijau jaringan listrik tegangan tinggi, RTH sempadan sungai, RTH sempadan pantai, dan RTH pengaman sumber air baku/mata air.
C. Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau
Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau menyebutkan kewajiban pihak Pemerintah Daerah untuk melakukan pengelolaan ruang terbuka hijau (RTH) dalam rangka menjaga keberadaan dan keberlangsungan RTH. Pengelolaan RTH dilakukan berlandaskan pada asas manfaat, selaras, seimbang, terpadu, keberlanjutan, keadilan, perlindungan, dan kepastian hukum. Pengaturan pengelolaan RTH dimaksudkan untuk memberikan pedoman dan arahan dalam rangka tertib pengelolaan RTH, serta menyelenggarakan pengelolaan RTH secara secara terencana, sistematis, dan terpadu. Pengaturan tersebut juga bertujuan menjamin kepastian hukum dalam menjaga dan melindungi ketersediaan RTH dari alih fungsi lahan serta meningkatkan peran dan tanggung jawab aparatur dan masyarakat dalam mengelola RTH.
Tujuan pengelolaan RTH adalah sebagai berikut:
1. Menjaga keberadaan dan keberlangsungan RTH yang telah ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan;
2. Menjaga keserasian dan keseimbangan ekosistem lingkungan perkotaan; 3. Mewujudkan keseimbangan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan di
perkotaan;
4. Meningkatkan kualitas lingkungan perkotaan yang sehat, indah, bersih, aman dan nyaman; dan
5. Meningkatkan optimalisasi pemanfaatan RTH.
1. Fungsi Ekologis, terdiri dari:
pengamanan keberadaan kawasan lindung perkotaan;
tempat perlindungan plasma nutfah dan keanekaragaman hayati;
pengendali pencemaran dan kerusakan tanah, air dan udara pengendali tata air.
2. Fungsi Sosial dan Budaya, terdiri dari:
sarana bagi warga kota untuk berinteraksi; tempat rekreasi;
sarana pengembangan budaya daerah;
sarana peningkatan kreativitas dan produktivitas warga kota sarana pendidikan, penelitian dan pelatihan.
3. Fungsi Ekonomi, terdiri dari:
sarana ekonomi dalam rangka transaksi komoditas produktif; sarana dalam rangka penambahan nilai dari lingkungan. 4. Fungsi Estetika, terdiri dari:
sarana dalam rangka meningkatkan kenyamanan dan keindahan lingkungan; sarana dalam rangka meningkatkan harmonisasi dan keseimbangan antara
ruang terbangun dan ruang tidak terbangun. D. Uji Linearitas
Uji linieritas adalah suatu prosedur yang digunakan untuk mengetahui status linier tidaknya suatu distribusi data penelitian. Hasil yang diperoleh melalui uji linieritas akan menentukan teknik-teknik analisa yang akan digunakan bisa digunakan atau tidak. Apabila dari hasil uji linieritas didapatkan kesimpulan bahwa distribusi data penelitian dikatagorikan linier maka data penelitian dapat digunakan dengan metoda-metoda yang ditentukan (misalnya analisa regresi linier). Demikian juga sebaliknya apabila ternyata tidak linier maka distribusi data harus dianalisis dengan metoda lain
Langkah yang harus dilakukan untuk melakukan uji linieritas adalah membuat pengelompokan skor predictor yang nilainya sama menjadi satu kelompok data dengan tetap memperhatikan pasangan data pada masing-masing criteria.
Pada uji linieritas yang diharapkan adalah harga F empiric yang lebih kecil dari F teoritik, yang berarti bahwa dalam distribusi data yang diteliti memiliki bentuk yang linier, dan apabila F empiric lebih besar dari F teoritiknya maka berarti distribusi data yang diteliti adalah tidak linier.
III. Aplikasi Dalam SPSS
A. Signifikasi
Pengujian pada SPSS dengan menggunakan Test for Linearity
dengan pada taraf
signifikansi 0,05. Dua variabel dikatakan mempunyai
hubungan yang linear bila signifikansi (Linearity) lebih dari 0,05.
B. Dasat Pengambilan Keputusan
1. Melihat nilai signifikansi pada output SPSS : Jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05, maka kesimpulannya adalah terdapat hubungan linear secara signifikan antara variabel predictor (X) dan variabel kriterium (Y). Begitupun sebaliknya. 2. Melihat nilai Fhitung dan Ftabel. Jika nilai Fhitung lebih kecil dari Ftabel. Maka
kesimpulannya terdapat hubungan linear secara signifikan antara variabel predictor (X) dan variabel kriterium (Y). Begitupun sebaliknya.
IV. Hasil dan Pembahasan
A. Tahapan Pengerjaan 1. Buka SPSS
2. Klik Variabel View, kemudian pada bagian Name tulis saja Motivasi,
kemudian di baris selanjutnya Hasil_Belajar, pada kolom Type ubah
3. Kemudian pindahkan ke bagian Data View dan lengkapi data seperti
gambar di bawah ini.
4. Klik menu Analyze, kemudian pilih Compare Means, dan klik Means
5. Selanjutnya akan muncul kotak dengan nama Means, masukkan
variabel Peran Serta Masyarakat (X) ke kotak Independent List dan variabel
6. Selanjutnya, klik Options, pada Statistics for First Layer, pilih Test of
Linearity, kemudian klik Continue.
Dalam pengambilan keputusan, dapat dilihat dari nilai siginifikansi dan nilai Fhitung pada Tabel Anova. Maka dapat dilihat 2 pertimbangan :
a. Berdasarkan nilai signifikansi : dari output diatas, diperoleh nilai signifikansi = 0,915 lebih besar 0,05 yang artinya terdapat hubungan linier secara signifikan antara Peran Serta Masyarakat dan variabel Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau.
b. Melihat nilai F : dari output diatas, diperoleh nilai Fhitung = 0,170. Lalu kita lihat nilai Ftabel = 3,59. Karena nilai Fhitung < nilai Ftabel , maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan linear secara signifikan antara Peran Serta Masyarakat dan variabel Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau.
V. Daftar Pustaka
Sudjana. (1996). Metoda Statistika. Bandung: “TARSITO” Bandung
Astriani, Nadia. (2015). Peran Serta Masyarakat Dalam Pengelolaan Ruang Terbuka
Hijau (Rth) Di Kota Bandung. Veritas et Justitia, 1, 274-297.
Karina, Anindya. (2012). Uji Linearitas April 27, 2006 from