• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Perubahan Budaya Terhadap Eksis (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pengaruh Perubahan Budaya Terhadap Eksis (1)"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Pengaruh Perubahan Budaya Terhadap Eksistensi

Rumah Gadang

Oleh

YUDI ARIADI

(2)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Minangkabau sebagai salah satu etnis di Indonesia mempunyai cara yang unik untuk mengekspresikan budaya mereka melalui konstruksi bangunan. Ruang-ruang yang terbentuk dan menjadi satu kesatuan sebagai tempat tinggal terlihat jelas di pengaruhi oleh sistem genealogis yang mereka anut yaitu sistem matrilinieal. Demikian juga dengan bentuk desain yang tercipta, Bentuk-bentuk geometri yang dihasilkan terkesan unik dan tak biasa. Keduanya, Bentuk-bentuk dan arsitektur tersebut merupakan satu kesatuan dalam konstruksi Rumah Gadang.

Rumah gadang merupakan salah satu ekspresi arsitektur minang kabau, mampu mencerminkan kebijakan penggunaan bahasa arsitektural masyarakat etnis tersebut. Permasalahan yang ada adalah

rumah gadang dengan arsitektur asli saat ini sudah jarang ditemukan di daerah minang. Unsur-unsur modern mulai mempengaruhi bahkan mengurangi eksistensinya sebagai salah satu karya berarsitektur asli minang kabau. Perkembangan arsitektur rumah gadang yang ada sekarang terkesan salah kaprah. Masyarakat minangkabau cendrung mengkrucutkan arsitektur rumah gadang mereka hanya sebatas penerapan satu atau beberapa elemen rumah gadang pada bangunan gedung atau modern, Akibatnya, Citra arsitektur minangkabau yang muncul seolah sudah cukup terwakili oleh satu atau beberapa element rumah gadang, seperti atap gonjongnya saja. Ini sungguh tentu sangat menghawatirkan karena secara tidak langsung masyarakat minang mulai mengubur jati diri arsitektur mereka.

Berdasarkan fakta-fakta tersebutlah, saya melakukan penelitian mengenai konstruksi rumah gadang, guna mengetahui pengaruh kehidupan budaya masyarakat minang kabau dalam kebijakan yang berkaitan dengan konstruksi serta permasalahan pengkrucutan citra arsitektur yang sudah di tuliskan di atas.

1.2 Rumusan Masalah

Konstruksi rumah gadang dan cara berarsitektur asli minangkabau merupakan kekayaan arsitektural yang harus tetap di lestarikan. Perubahan dan pergeseran pola kehidupan masyarakat pada masa sekarang dapat mengacam eksistensi keduanya. Salah satu pergeseran pola kehidupan tersebut di tandai dengan budaya tinggal secara tradisional di rumah gadang berkuraang, sehingga berdampak pada pembangunan rumah gadang dengan konstruksi serta cara berarsitektur asli yang juga berkurang bahkan hampir tidak ada. Melihat permasalahan tersebut, saya merasa tertarik untuk mengkaji lebih dalam lagi arsitektur rumah gadang dan menjawab beberapa pertanyaan yang ada di pikiran saya yaitu:

Bagaimana eksistensi rumah gadang dengan perkembangan zaman di tengah kehidupan masyarakat minangkabau yang semakin modern?

1.3 Tujuan penelitian

(3)

1.4.Batasan masalah

Secara garis besar konstruksi Rumah Gadang di setiap daerah di minangkabau relatif sama, begitu juga dengan fungsinya sebagai ruang hidup dan ruang bertepat tinggal. Namun tetap terdapat peredaan dalam hal yang bersipat detail. Meskipun demikian, saat membahas arsitektur rumah gadang beserta fungsinya di satu daerah di minang kabau,secara garis besar hal itu sudah cukup menjelaskan apa yang ingin kita ketahui tentang rumah gadang sebagai ruang hidup dan ruang bertempat tinggal masyarakat minang kabau secara umumnya.

Di dalam tulisan ini, akan dibahas konstruksi rumah gadang merujuk kepada penelitian di Nagari Koto Baru, Kecamatan Sungai Pagu, Kabupaten Solok Selatan, Provinsi Sumatera Barat. Hal ini mengingat di sana terdapat daerah yang di sebut dengan kawasan 1000 rumah gadang, ini merupakan wisata yg sangat terkenal disana dan menjadi julukan untuk Kabupaten Solok Selatan.

(4)

BAB 2 Literatur Review

Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai bagaimana konstruksi rumah gadang yang sebenanya yang saya peroleh dari berbagai sumber, agar bisa dijadikan acuan untuk membandingkan konstruksi rumah gadang yang asli dengan bangunan bergonjong yang banyak di temukan saat ini.

2.1 Proses Pembangunan Rumah Gadang

Sebagai karya arsitektur yang merupakan representasi dari kehidupan budaya, Rumah Gadang tidak hanya di lihat sebagai sebuah objek melainkan juga sebagai produk dari proses berbudaya yang telah mengalami banyak penyesuaian terhadap kondisi masyarakat dan kondisi alam, dengan mempelajari Rumah Gadang secara tidak langsung kita akan memahami bagaimana masyarakat minangkabau membentuk jati diri sesuai dengan pandangan hidup mereka dan mengekspresikannya ke dalam wujud Arsitektural. Dan kali ini akan dijelaskan sedikit tentang konstruksi rumah gadang dari mulai proses perencanaan, pembangunan , hingga penggunaan rumah gadang

2.1.1 Perencanaan

Perencanaan pembangunan rumah gadang diawali dngan melakukan musyawarah antara sesama saudara pada suatu kaum, kemudian di sampaikan kepada penghulu, setelah mencapai kata mufakat maka pembangunanpun siap di lakukan. Pengerjaan di lakukan dengan cara gotong royong dan hanya di dampingi oleh seorang tukang ahli dimlai dengan mengadakan musyawarah antar anggota keluarga dari kaum yang bersangkutan, Oleh karena Rumah Gadang dimiliki bersama oleh suatu kaum, maka tanah yang digunakan adalah tanah kaum. Lokasi di mana tanah kaum berada menentukan arsitektur bangunan yang boleh dibangun, misalnya: Rumah Gadang bergonjong empat atau lebih hanya boleh didirikan pada perkampungan yang berstatus nagari atau koto; untuk ukuran dusun, hanya boleh

bergonjong dua; dan di teratak tidak boleh didirikan rumah bergonjong.

2.1.2 Pencarian bahan

Bahan atau material yang di anggap paling penting dalam pembangunan rumah gadang adalah kayu untuk tonggak, jenis dan kualitas kayu yang di gunakan pastilah sangat di perhitungkan karena terkait dengan fungsinya sebagai penopang utama dari rumah gadang. Pencarian bahan untuk tonggak merujuk terhadap saran dan pendapat dari tukang ahli, bahan atau kayu yang bisa di gunakan sebagai tonggak tuopun tentu mempunyai kriteria tersendiri.

Pada saat menebang pohon untuk tonggak tuo, masyarakat percaya jika pucuk dari pohon patah maka pohon tersebut tidak dapat di gunakan sebagai tonggak tuo walaupun syarat-syarat lain sudah terpenuhi. Hal ini berdasarkan kepercayaan dari masyarakat bahwa jika pucuk dari pohon yang akan di jadikan sebagai tonggak tuo patah, ditakutkan keluarga kaum yang mendirikan rumah gadang

(5)

Setelah kayu berhasil di tebang maka selanjutnya kayu di rendam di lumpur selama berminggu-minggu bahkan berbulan bulan, tujuannya adalah agar kayu dapat bertahan lama, ketika peroses membawa kayu ke perendaman biasanya di iringi dengan bunyia-bunyian, tujuannya agar orang kampung tau dan ikut membantu. Perendaman kayu ini juga di lakukan Sambil menunggu ketersediaan bahan-bahan yang lain seperti papan untuk dinding, ijuk untuk atap, kayu-kayu untuk lantai dan rangka atap. ( Elza peldi taher 2005 )

2.1.3 Pembangunan

Apabila bahan-bahan yang dibutuhkan untuk mendirikan rumah sudah tersedia, maka dimulailah tahap pengolahan kayu. Tahap pertama adalah membuat tiang utama. Pembuatan tunggak tuo ini diawali dengan mengadakan kenduri. Kenduri ini bertujuan agar pembangunan rumah berjalan dengan lancar dan rumah yang dibangun memberikan ketentraman bagi penghuninya. Setelah tunggak tuo selesai, maka para tukang mulai membuat bagian-bagian rumah yang lain sesuai dengan keahliannya

Merangkai tonggak

( Nusyirwan, dkk, 1979)

Jika pembuatan bagian-bagian rumah telah selesai, maka dilanjutkan dengan menegakkan dan merangkai bagian-bagian tersebut. Pekerjaan yang membutuhkan banyak tenaga dilakukan secara gotong-royong, seperti ketika batagak tunggak (menegakkan tiang), yaitu tahap menegakkan seluruh tiang dan merangkainya dengan balok-balok yang tersedia. Proses batagak tunggak biasanya diawali dengan acara kenduri dan diakhiri dengan makan bersama.

Penegakkan rangkaian tonggak tuo,

(6)

tahapan selanjutnya adalah pemasangan atap, pemasangan atap meliputi pemasangan hiasan pada ujung gonjong yang kemudian di lanjutkan dengan pemasangan ijuk sebagai penutup, ijuk di pasang dua lapis yaitu lapisan dalam berupa ijuk kasar dan lapisan luar yang berupa ijuk halus. Setelah pemasangan atap selesai tahap selanjutnya dalam pembangunan rumah gadang adalah pemasangan dinding beserta bukaan seperti pintu dan jendela, ini menjadi pertanda bahwa pengerjaaan rumah gadang sudah hampir selesai,

sebagai akses naik turun rumah, tangga merupakan sesuatu hal yang sangat penting dalam rumah gadang, dengan selesainya pembuatan tangga maka selesailah keseluruhan peroses pembangunan, dan rumah gadang pun sudah siap di huni.

2.1.4 Penggunaan

A. Sebagai Tempat Tinggal

Sebagai tempat tinggal Rumah Gadang tentu mempunyai aturan tersendiri seperti: pembagian tiap kamar dalam rumah gadang juga mempunyai aturan tersendiri, perempuan yag sudah bersuami mendapat jatah satu kamar, perempuan yang paling muda mendapat jatah kamar paling ujung dan akan pindah ke tengah jika ada perempuan lain, adiknya, atau saudaranya yang telah menikah, peem puan tua dan anak anak memperoleh kamar di dekat dapur, gadis remaja memperoleh kamar yang sama di ujung yang lain, sedangkan laki laki tua, duda, dan bujangan tidur di surau milik kaumnya masing - masing.

Tata cara bertamu dan menerima tamu hampir sama dengan cara bertamu pada umumnya namun yang berbeda yakni seorang laki laki tidak diperbolehkn membaawa teman laki lakinya masuk di rumah kediaman pribadinya, pertemuan antara laki laki tempatnya di masjid atau surau tak lazim melakukannya di dalam rumah gadang. Aturan juga berlaku ketika keluargaa hendak makan, walupun mereka tinggal di satu rumaha mereka jarang makan bersama, mereka hanya makan bersama ketika ada acara tertentu, selebihnya mereka makan sendiri- sendiri di depan masing – masing, jika ada tamu maka mereka akan makan di dalam kamar masiang – masing. ( Elza peldi taher 2005 )

B. Sebagai kelengkapan Adat

Selain sebagai Tempat Tiggal Rumah Gadang juga di gunakan sebagai tempat untuk acara adat seperti acara perkawinan, penobatan penghulu dan tempat penghulu menerima tamu – tamu yang di hormati, itu membuat rumah gadang sangat di sakralkan dan di anggap suci, sehingga orang orang yang ingin memasuki rumah gadangterlebih dahulu harus memcuci kedua kakinya di luar, biasanya terdapat batu ceper yang berisi air dan timba dari kayu yang berada di bawah tangga.

2.1.5 Kelengkapan Rumah Gadang A. Rangkiang.

(7)

Arsitektur rangkiang hampir sama dengan Rumah Gadang. Atapnya bergonjong dan dibuat dari ijuk. Tinggi tiang penyangganya sama dengan Rumah Gadang. Pintunya kecil dan terletak pada bagian atas dan salah satu dinding singkok (singkap). Tangga untuk menaiki rangkiang dapat dipindah-pindahkan, dan bila tidak digunakan disimpan di bawah kolong Rumah Gadang. Bentuk dan jenis

rangkiang/lumbung padi ada tiga macam, yaitu:

Si tinjau lauik (si tinjau laut). Bangunan ini digunakan sebagai tempat menyimpan padi yang akan dijual untuk keperluan bersama atau pos pengeluaran adat. Rangkiang ini, berbentuk langsing, bergonjong dan berukir dengan empat tiang penyangga, dan letaknya di tengah

rangkiang yang lain..

Sibayau-bayau, yaitu tempat menyimpan padi yang akan digunakan untuk makan sehari-hari. Tipenya gemuk dan berdiri di atas enam tiang. Letaknya di sebelah kanan Rumah Gadang.

Si tangguang lapa (si tanggung lapar), yaitu tempat untuk menyimpan padi cadangan yang akan digunakan pada musim paceklik. Tipenya bersegi dan berdiri di atas empat tiangnya. (gufron. 2007)

B. Ukiran pada dinding rumah gadang

Keistimiwaan rumah gadang tidak hanya terlihat dari bentuknya yang unik, tinggi, dan memanjang, namun juga sebagai penyempurna tampilan rumah gadang di lengkapi dengan berbagai macam bentuk ukiran di bagian dindingnya, Nama-nama ukiran yang menghiasi rumah gadang berasal dari tumbuh-tumbuhan, binatang ataupun benda lainnya ( Drs. Risman Marah. 1987 )

C. Dapur

Dapur merupakan ruang masak seluruh keluarga yang tinggal di rumah gadang, penempatan dapur biasanya sesuai dengan keinginan keluarga kaum pemilik rumah gadang, karena memang tidak ada aturan baku yang mengaturnya, pada umumnya dapur terpisah dengan rumah gadang, aka tetapi masih dalam jarak yang berdekatan

2.1.6 Pengaruh Lingkungan dan Sosial budaya Terhadap Desain Konstruksi Rumah Gadang a. Atap

Atap rumah gadang melengkung seperti tanduk kerbau atau seperti susunan sirih dalam cerana. Atapnya yang lancip atau runcing ke atas disebut dengan gonjong. Semakin ke atas semakin runcing dan tajam. Hal tersebut mungkin juga berkaitan dengan lingkungan alam. Alam minangkabau, khususnya bukit barisan, sering terjadi hujan. Dengan membentuk atap yang bergonjong ini, air hujan yang turun dapat dengan mudah turun ke bawah. Atap tersebut pada mulanya terbuat dari ijuk, namun sekarang mungkin sudah di ganti dengan menggunakan bahan lain seperti seng. Lengkungan pada badan rumah gadang, landai seperti kapal banyak yang mengatakan bahwa bentuk rumah gadang adalah tiruan dari bentuk sebuah lancang atau kapal.

b.lantai

(8)

minangkabau merupakan kawasan yang terdapat banyak binatang buas. Untuk menghindari binatang buas itu, rumah tersebut harus ditinggikan. Di bagian bawah rumah gadang ini, biasanya juga di jadikan sebagai tempat untuk memelihara ternak seperti ayam, kambing, atau kerbau.

c. Dinding

(9)

BAB 3 DATA

3.1 Kondisi Geografis dan Demografis Kabupaten Solok Selatan

3.1.1 Kondisi Geografis

Kabupaten Solok Selatan berada pada jajaran Pegunungan Bukit Barisan yang termasuk dalam daerah Patahan Semangka. Posisi daerah secara geografis berada pada 01° 17’ 13” - 01° 46’ 45” Lintang Selatan dan 100° 53’ 24”- 101° 26’ 27” Bujur Timur. Dengan luas wilayah lebih kurang 3.590 Km². Tepatnya berada di bagian selatan Provinsi Sumatera Barat. Batas-batas wilayah Kabupaten Solok Selatan adalah:

Secara administratif Kabupaten Solok Selatan berbatasan :

Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Solok.

Sebelah Selatan dengan Kabupaten Kerinci (Provinsi Jambi).

Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Pesisir Selatan.

Sebelah Timur dengan wilayah Kabupaten Dharmasraya

Ibu kota Kabupaten Solok Selatan sendiri ditetapkan berkedudukan di Padang Aro. Jarak antara Padang Aro dengan Kota Padang adalah 166 Km. Secara administratif, sejak tahun 2011 Kabupaten Solok Selatan terdiri dari tujuh kecamatan, yaitu (i) Sangir, (ii) Sangir Jujuan, (iii) Sangir Balai Janggo, (iv) Sangir Batang Hari, (vi) Sungai Pagu, (vi) Pauh Duo dan (vii) Koto Parik Gadang Diateh. Secara keseluruhan kabupaten ini terdiri dari 39 nagari dan 220 jorong. Tiap kecamatan ini memiliki luas yang bervariasi. Kecamatan terluas adalah Kecamatan Sangir Balai Janggo dengan luas 686,94 km2 atau sekitar 20,53% dari luas keseluruhan Kabupaten Solok Selatan dan Kecamatan Sangir dengan luas 632,99 km2. Kecamatan terkecil adalah Kecamatan Sangir Batang Hari dengan luas 280,01 km2 dan Kecamatan Sangir Jujuan dengan luas 278,06 km2 atau 8,31% dari luas keseluruhan Kabupaten Solok Selatan

3.1.2 Demografis

Jumlah penduduk Kabupaten Solok Selatan tahun 2011 sebanyak 147.369 jiwa, yang terdiri dari 74.117 laki – laki dan 73.252 perempuan, sedangkan tahun sebelumnya tercatat sebanyak 144.281 jiwa (72.568 laki – laki dan 71.713 perempuan). Tingkat kepadatan penduduk pada tahun

2011 ini terhitung sebanyak 44,04 jiwa/Km2.Jumlah penduduk terbanyak berada di Kecamatan Sangir,yakni 39.034 jiwa, sedangkan jumlah penduduk terendah berada di Kecamatan Sangir Jujuan yakni 11.833 jiwa. Jumlah orang yang bekerja di Solok Selatan sebanyak 61.553 orang dengan rincian 40.684 laki-laki dan 22.824 perempuan.

(10)

sifat perkotaan yang cukup mencolok di daerah ini serta kelengkapan fasilitas maupun prasarana yang ada serta lokasi yang berdekatan dengan Kantor Bupati Solok Selatan membuatnya mampu menarik penduduk untuk tinggal disana. Sedangkan rumah gadang yang ada di solok selatan hanya berjumlah 449 unit, 130 di antaranya terdapat di kawasan 1000 rumah gadang.

Seperti kabupaten lainnya di sumatera barat, penduduk di solok selatan juga sebagian besar adalah suku minangkabau, Namun, Kurang lebih dua pertiga dari jumlah keseluruhan anggota suku ini berada dalam perantauan. Minang perantauan pada umumnya bermukim di kota-kota besar.

Menurut sensus tahun 1930, perantau tertinggi di Indonesia adalah orang Bawean (35,9 %), kemudian suku Batak (14,3 %), lalu Banjar (14,2 %), sedangkan suku Minang hanya sebesar10,5%.Namun Dari hasil studi yang pernah dilakukan oleh Mohctar Naim, 1973 (Merantau, Minangkabau Voluntary Migration, University of Singapore), pada tahun 1961 terdapat sekitar 32 % orang Minang yang berdomisili di luar Sumatera Barat, tetapi pada tahun 1971, jumlah itu meningkat menjadi 44 %

Dalam etnis Minangkabau terdapat banyak suku Beberapa suku besar mereka adalah suku Piliang, Bodi Caniago, Tanjuang, Koto, Sikumbang, Malayu, Jambak; selain terdapat pula suku pecahan dari suku-suku utama tersebut.Tidak ada kekuasaan sosial dan politik lainnya yang dapat mencampuri adat di sebuah nagari. Nagari yang berbeda akan mungkin sekali mempunyai tipikal adat yang berbeda. ( Buku Putih sanitasi kabupaten solok selatan tahun 2013 )

3.2 Perkampungan Tradisional Minang Kabau ( Nagari Koto Baru )

Di daerah koto baru terdapat banyak sekali rumah-rumah adat dan bangunan-bangunan bersejarah yang masih bertahan sampai sekarang, yang paling terkenal adalah kawasan 1000 rumah gadang, penetapan daerah ini sebagai kawasan wisata pertama kali di gagas oleh ibuk Mutia Hatta ketika dia berkunjung pada tahun 2007 silam, kawasan 1000 rumah gadang ini pada akhirnya menjadi julukan kabupaten solok selatan.

(11)

3.3 gambaran konsruksi rumah gadang

Ruangan dalam gadang ( tidak beranjuang)

Secara keruangan rumah gadang tidak beranjuang mempunyai denah yang sederhana dengan bentuk dasar persegi panjang, jika di bagi menurut lanjar rumah gadang terdiri atas 4 bagian, ke empat lanjar ini dari depan ke belakang disebut dengan balai,labuah,bandua,dan bilik , Bagian paling depan yaitu balai merupakan ruangan yang bersipat umum dan merupakan ruang bersama bagi anggota kaum

Bagian kedua yaitu labuah merupakan bagian yang bisa di gunakan oleh semua anggota keluarga dalam kehidupan sehari hari.Bagian bandua dan bilik memiliki lantai yang di tinggikan karena bandua merupan ruangan yang cukup terhormat karena dijadikan tempat para ninik mamak duduk pada saat ada acara adat, bandua juga merupakan area duduk bagi para tamu terhormat yaitu para suami dari kaum perempuan dari anggota kaum dan tamu perempuan bandua juga merupakan tempat tidur bagi anak lakilaki dan perempuan yang belum baligh.

(12)

BAB 4 DISKUSI

4.1 Pergeseran Pola Kehidupan Budaya Masyarakat Minangkabau Dan Pengaruhnya Terhadap konstruksi Rumah Gadang

Sudah menjadi kenyataan bahwa saat ini sangat jarang masyarakat yang mendirikan rumah gadang dan tinggal di dalamnya secara bersama sama bersama keluarga kaum, pergeseran cara hidup ini jika di tinjau lebih lanjut, ternyata merupakan dampak dari aturan yang ada dalam rumah gadang, ini terjadi ketika ruah gadang sudah tidak mampu menampung jumlah anggota kaum yang semakin lama semakin bertambah. Disamping itu dalam rumah gadang juga tidak terlalu banyak mempunyai ruang private sehingga membuat anggota kaum ada yang mendirikan rumah baru, rumah yang didirikanpun bukan lagi rumah gadang melainkan rumah milik pribadi bagi keluarga inti mereka saja dan ini akan terus terjadi selama anggota kaum mempunyai keturunan dari garis ibu.

Faktor lain yang menjadi penyebab adalah kultur minangkabau yang gemar berdagang dan merantau, dari data di atas pada tahun 1971 hampir separuh dari masyarakat minang berdomisili di luar sumatera barat, ini tentunya membuat banyak rumah gadang yang di tinggalkan oleh pemiliknya dan di biarkan begitu saja.

Iwarko 2010 dalam http://iwarko.blogspot.com/2010/05/rumah-gadang-nasibmu-kini.html di unduh tanggal 10 february 20215

salah satu rumah gadang di nagari koto baru jorong 3 yang sudah tidak layak huni di biarkan lapuk termakan usia

Di nagari koto baru memang masih banyak rumah gadang yang di tinggali oleh pemiliknya namun keluarga yang tinggal di rumah gadang tersebut hanya keluarga inti saja, biasanya keluarga inti yang belum mempunyai umah pribadi.

Selain cara hidup masyarakat yang memang mengalami pergeseran alasan lain rumah gadang di biarkan kosong antara lain:

1. Kondisi rumah yang tidak kokoh lagi, termakan usia sehingga tidak layak huni.

(13)

University of Singapore), pada tahun 1961 terdapat sekitar 32 % orang Minang yang berdomisili di luar Sumatera Barat, tetapi pada tahun 1971, jumlah itu meningkat menjadi 44 %

3.Keluarga kaum pemilik rumah gadang tersebut sudah punah menurut garis keturunan ibu, sehingga tidak ada lagi yang berhak menghuni rumah itu menurut ketentuan adat.

Pergeseran budaya masyarakat minang kabau seperti yang di uraikan di atas jelas sangat memberikan pengaruh terhadap eksistensi rumah gadang serta fungsi yang di jalankannya. Hal ini sungguh sangat menghawatirkan karena masyarakat sudah sangat jarang membangun rumah gadang dengan konstruksi dan fungsi aslinya. Faktor-faktor yang mempengaruhi hal tersebut antara lain:

1. Keluarga kaum yang bersangkutan sudah mempuyai rumah gadang walaupun tidak di huni

2. Pembangunan rumah gadang yang asli dinilai rumit dan membutuhkan waku yang lama

3. Material yang digunakan yang sesuai dengan kaidah arsitektur asli susah di dapatkan.

4.2. Pembangunan Rumah Gadang Dengan Arsitektur Modern

Pembangunan Rumah Gadang dengan arsitektur asli yang sangat rumit membuat masyarakat mencari cara lain untuk tetap dapat memperlihatkan ciri khas arsitektur mereka, Salah satu cara tersebut adalah dengan membuat bangunan bergonjong, kebanyaakan orang menilai bahwa bangunan tersebut sama dengan rumah gadang padahal kedunya merupakan hal yang berbeda secara arsitekturial serta fungsi yang di embannya.

4.2.1. Bangunan bergonjong di nagari koto baru

Di negari koto baru bangunan modern yang menerapkan atap bergonjong terlihat di bangunan-bangunan pemerintah dan publik seperti: kantor walinagari koto baru,pos kamling, dan kantor pos yandu.Berikut penerapan bangunan modern dengan mengunakan gonjong di nagari koto baru

1.Kantor wali nagari koto baru

kantor wali nagari merupakantempat mengurus segala kepentingan negari secara administratif, dinding bangunan sudah menggunakan menerapkan sistem struktur dan konstrusi dinding bata dengan rangka beton dan podasi batu yang tertanam ke tanah, komposisi dari atap dan massa bangunan harus diperhatikan shingga ataop gonjong tidak terkesan di paksakan dan hanya sebagai elemen tambahan bukan merupakan dari kesatuan utuh bangunan.

Sumber gambar ( iwarko. Blogspot.com )

2. Pos kamling di Nagari Koto Baru Jorong Tiga

(14)

Sumber gambar ( iwarko. Blogspot.com )

4.2.2 Bangunan Bergonjong dengan Arsitektur Modern di Sumatera Barat 1. Gedung Rektorat Universitas Andalas ( UNAND)

UNAND adalah salah satu universitas terkmemuka di sumatera barat, Namun tak hanya itu UNAND juga di kenal dengan bangunan kampusnya yang unik dan tak biasa, bangunan yang terlihat di kampus ini seperti bangunan biasa saja namun jika di amati secara teliti akan terlihat bentuk atap yang seolah olah mewakili bentuk atap gonjong, hal ini terlihat dari bentuk segitiga yang merupakan bentuk dasar dari atap gonjong, walupun segitiga tersebut tidak mempunyai garis lengkung layaknya atap gonjong

Menurut saya pencitraan atap gonjong pada bangunan cukup menarik karena yang terlihat hanya ‘seolah olah’ dengan desain seperti ini, bagian atap bangunan menampilkan siluet gonjong, elemen segitiganya saja, namun siluet ini di buat selaras dengan badan bangunan sehingga terlihat sebagai satu kesatuan yang selaras.

Berdasarkan uraian tersebut terlihat beberapa penerapan atap gonjong yang dinilai kurang tepat dan terkadang di paksakan, atap gonjong sering kali hanya terlihat sebagai unsur tambahan yang tidak menyatu dengan bagunan.

(15)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1.KESIMPULAN

 Rumah gadang sebagai salah satu gambaran arsitektur minagkabau merupakan hasil proses berbudaya yang sangat panjang. Nilai budaya yang tergambar dalam pandangan dan cara hidup masyarakat minang kabau memberikan pengaruh terhadap konstruksi dan arsitektur rumah gadang, pandangan cara hidup tersebut juga mempengaruhi pembentukan ruang-ruang penunjang lainnya.

(16)

untuk menunjukkan cri khas bangunan mereka hanya dengan penerapan satu atau beberapa elemen saja.

3.2.SARAN

Beberapa saran terkait permasalahan yang saya temui dalam penelitian ini antara lain:

 Masyarakat dan Pemerintah Daerah sekitar harus tetap melakukan upaya pelestarian rumah gadang dengan arsitektur asli, pemugaran dapat di lakukan atas inisiatip pemilik rumah atau sebagai upaya tanggung jawab pemerintah Daerah.

(17)

DAFTAR PUSTAKA

Ismael sudirman,2007, Arsitektur Tradisional Minangkabau : Nilai-Nilai Budaya dalam Arsitectur Tradisional Rumah Adat.

Elza peldi taher, “rumah gadang riwayatmu kini” dalam

http://minang.rantaunet.org/pipermail/planta_minang.rantaunet.org/2005-november/005913.html di akses tanggal 10 februari 2015.

Nusyirwan, dkk. Arsitektur Minangkabau, laporan KKL departemen arsitektur ITB, 1979

Risman marah “ragam hias minangkabau” 1987 dalam

http://e-resources.pnri.go.id:2086/uploads/ebook/124/ di akses tanggal 11 february2015

Buku Putih sanitasi kabupaten solok selatan tahun 2013

Referensi

Dokumen terkait

Guru membagikan gambar sketsa burung melalui grup kelas Whatsapp untuk kemudian di print, atau siswa yang mampu, dapat menggambar sketsa sendiri.. siswa diminta

Smear layer yang terdapat pada saluran akar akan menghambat penetrasi medikamen intrakanal ke dalam sistem saluran akar yang tidak teratur termasuk ke dalam tubulus dentin,

Berdasarkan penjelasan pada bab-bab sebelumnya, maka dalam penelitian ini terdapat beberapa kesimpulan yang dapat penulis kemukakan bahwa dengan adanya Aplikasi

Adapun tujuan dan man- faat dari kegiatan ini adalah (1) me- lakukan semacam rekayasa sosial ke- pada masyarakat agar peduli dengan lingkungan dalam wujud

95 Berkaitan dengan standar tersebut, dalam Lampiran Permenparekraf Nomor 4 Tahun 2014, telah diatur dan dijelaskan tentang 38 unsur yang wajib dilengkapi oleh Biro

Puji syukur penjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, anugerah dan karunia-Nya yang telah dilimpahkan sehingga dapat menyusun skripsi yang berjudul “Pengaruh

LAPORAN LABA RUGI KOMPREHENSIF Untuk Periode yang berakhir pada tanggal 30 November 2017. (dalam

untuk menyimpan berita acara rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara di tingkat kecamatan, sertifikat hasil dan rincian penghitungan perolehan suara dari