METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) PADA
SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENILAIAN KINERJA GURU
PADA SMA PEMBANGUNAN LABORATORIUM UNP
Rini Asmara1), Erien Nada Azandra2), Rara Fitra Raymon3)
1AMIK Jayanusa, Jl. Damar No. 69E Padang,
email: rini_cukup@yahoo.com
2,3STMIK Jayanusa, Jl. Olo Ladang. No. 1 Padang,
email: erien_jn@yahoo..co.id
Abstract
This research was conducted in Development of Laboratory Senior High School of State University of Padang is to assist the school in decision making of teacher performance assessment. Problems faced so far by Development of Laboratory Senior High School of State University of Padang perform processing performance appraisal teachers conducted using Microsoft Excel. This research uses field Research Methods, Library Research and Laboratory Research. Decision support system that is built using Analytical Hierarchy Process method to process data that is multi criteria because the criterion of assessment in use is pedagogic, personality, social, and professional. Implementation of decision support system of teacher performance appraisal using Analytical Hierarchy Process method is helping Development of Laboratory Senior High School of State University of Padang for assessing teacher performance.
Keywords: Decision Support System, Teacher Performance Assessment, AHP, SMA Development Lab UNP
Abstrak
Penelitian ini dilakukan di SMA Pembangunan Laboratorium Universitas Negeri Padang adalah untuk membantu pihak sekolah dalam pengambilan keputusan Penilaian Kinerja Guru. Masalah yang dihadapi selama ini oleh SMA Pembangunan Laboratorium Universitas Negeri Padang melakukan pengolahan Penilaian Kinerja Guru dilakukan menggunakan Microsoft Excel. Penelitian ini menggunakan metode penelitian lapangan, penelitian perpustakaan dan penelitian laboratorium. Sistem pendukung keputusan yang dibangun menggunakan metode Analytical Hierarchy Process untuk mengolah data yang multi kriteria dikarenakan kriteria penilaian di pakai adalah Pedagogik, Kepribadian, Sosial, dan profesional. Penerapan sistem pendukung keputusan penilaian kinerja guru menggunakan metode Analytical Hierarchy Process ini membantu pihak SMA Pembangunan Laboratorium Universitas Negeri Padang dalam menilai kinerja guru.
PENDAHULUAN
SMA Pembangunan Laboratorium Universitas Negeri Padang (UNP) merupakan salah satu penyelenggara Pendidikan Sekolah Menengah Atas swasta di Kota Padang. SMA Pembangunan Laboratorium UNP berusaha mengisi dan memenuhi kebutuhan tenaga kependidikannya untuk dapat dimanfaatkan pada masyarakat luas sebagai kontribusi dan peran serta dalam pembangunan pendidikan. Salah satu cara yang di tempuh dalam meningkatkan mutu pendidikan adalah pemberian penilaian terhadap kinerja guru.
Namun, sistem penilaian kinerja guru yang berjalan pada saat ini dinilai kurang efektif karena masih dilakukan secara manual yaitu dengan cara menerka-nerka hasilnya tanpa adanya standar penilaian yang pasti dalam menentukan layak atau tidak layak, baik, buruk, atau sedang-nya kualitas dari kinerja guru tersebut. Penilaian yang dimaksud meliputi penguasaan materi, kemampuan membina siswa, ketepatan waktu dalam penyampaian materi, dan lain-lain. Hal ini akan sangat mempengaruhi penilaian kinerja terhadap guru tersebut karena standar penilaian yang tidak jelas. Guru yang disukai cenderung memperoleh nilai positif pada semua aspek penilaian, guru yang tidak disukai akan mendapatkan nilai yang negatif. Karena tidak adanya standar penilaian yang jelas, maka penulis menilai perlunya dibuatkan sebuah model analisa untuk mengatasi masalah tersebut seperti Analytical Hierarchy Process (AHP).
Analytical Hierarchy Process (AHP)
adalah suatu teori umum tentang pengukuran yang digunakan untuk
menemukan skala rasio, baik dari perbandingan berpasangan yang diskrit maupun kontinyu. AHP menguraikan masalah multi faktor atau multi kriteria yang kompleks menjadi suatu hirarki. Hirarki didefinisikan sebagai suatu representasi dari sebuah permasalahan yang kompleks dalam suatu struktur multi level dimana level pertama adalah tujuan, yang diikuti level faktor, kriteria, sub kriteria, dan seterusnya ke bawah hingga level terakhir dari alternatif. Dengan hirarki, suatu masalah yang kompleks dapat diuraikan ke dalam kelompok-kelompoknya yang kemudian diatur menjadi suatu bentuk hirarki sehingga permasalahan akan tampak lebih terstruktur dan sistematis.
Pengertian Sistem Pendukung Keputusan
Menurut Kusrini (2007) Sistem Penunjang Keputusan adalah sistem yang membantu pengambil keputusan dengan melengkapi mereka dengan informasi dari data yang telah diolah dengan relevan dan diperlukan untuk membuat keputusan tentang suatu masalah dengan lebih cepat dan akurat. Sehingga sistem ini tidak dimaksudkan untuk menggantikan pengambilan keputusan dalam proses pembuatan keputusan, Sedangkan Linny Oktovianny (2012) menyatakan bahwa sistem pendukung keputusan merupakan suatu sistem interaktif yang pendukung keputusan dalam proses pengambilan keputusan melalui alternatif-alternatif yang diperoleh dari hasil pengolahan data, informasi dan rancangan model.
Pendukung Keputusan merupakan suatu sistem berbasis komputer, yang dapat mendukung pengambil keputusan untuk menyelesaikan masalah yang semi terstruktur, dengan memanfaatkan data yang ada kemudian diolah menjadi suatu informasi berupa usulan menuju suatu keputusan tertentu (Tominanto, 2012)
Konsep Dasar Analytical Hierarchy
Process (AHP)
Analytic Hierarchy Process (AHP)
adalah suatu teori umum tentang pengukuran yang digunakan untuk menemukan skala rasio, baik dari perbandingan berpasangan yang diskrit maupun kontinyu. AHP menguraikan masalah multi faktor atau multi kriteria yang kompleks menjadi suatu hirarki. Hirarki didefinisikan sebagai suatu representasi dari sebuah permasalahan yang kompleks dalam suatu struktur multi level dimana level pertama adalah tujuan, yang diikuti level faktor, kriteria, sub kriteria, dan seterusnya ke bawah hingga level terakhir dari alternatif. Dengan hirarki, suatu masalah yang kompleks dapat diuraikan ke dalam kelompok-kelompoknya yang kemudian diatur menjadi suatu bentuk hirarki sehingga permasalahan akan tampak lebih terstruktur dan sistematis. (E. Darmanto, 2014)
Tahapan-tahapan Analytical Hierarchy
Process (AHP)
Adapun tahapan dari Analytical
Hierarchy Process dapat dirincikan sebagai
berikut:
1. Mendefinisikan masalah dalam menentukan solusi yang diinginkan.
2. Membuat struktur hirarki yang diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan dengan kriteria-kriteria dan alternatif-alternatif pilihan.
Berikut adalah gambar struktur
Analytical Hierarchy Process:
Gambar 1. Struktur Analytical Hierarchy Process 3. Membuat matrik perbandingan
berpasangan yang menggambarkan kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap tujuan atau kriteria yang setingkat di atasnya. Perbandingan dilakukan berdasarkan pilihan atau judgement dari pembuat keputusan dengan menilai tingkat kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen lainnya.
4. Menormalkan data yaitu dengan membagi nilai dari setiap elemen di dalam matrik yang berpasangan dengan nilai total dari setiap kolom. 5. Menghitung nilai eigen vector dan
menguji konsistensinya, jika tidak konsisten maka pengambilan data (preferensi) perlu diulangi. Nilai eigen
vector yang dimaksud adalah nilai
eigen vector maksimum yang
diperoleh.
6. Mengulangi langkah 3, 4 dan 5 untuk seluruh tingkat hirarki.
Nilai eigen vector merupakan bobot setiap elemen.
8. Menguji konsistensi hirarki. Jika tidak memenuhi dengan CR<0,100 maka penilaian harus diulangi kembali. (E. Darmanto, 2014)
Prosedur Analytical Hierarchy Process
(AHP)
Prosedur dalam metode AHP terdiri dari beberapa tahap yaitu:
1. Menyusun hirarki dari permasalahan yang dihadapi.
Penyusunan hirarki yaitu dengan menentukan tujuan yang merupakan sasaran sistem secara keseluruhan pada level teratas. Level berikutnya terdiri dari kriteria-kriteria untuk menilai atau mempertimbangkan alternatif- alternatif yang ada dan menentukan alternatif-alternatif tersebut. Setiap kriteria dapat memiliki subkriteria dibawahnya dan setiap kriteria dapat memiliki nilai intensitas masing-masing.
2. Menentukan prioritas elemen.
a. Langkah pertama dalam menentukan prioritas elemen adalah membuat perbandingan berpasangan, yaitu membandingkan elemen secara berpasangan sesuai kriteria yang di berikan dengan menggunakan bentuk matriks. Matriks bersifat sederhana, berkedudukan kuat yang menawarkan kerangka untuk memeriksa konsistensi, memperoleh informasi tambahan dengan membuat semua perbandingan yang mungkin dan menganalisis kepekaan prioritas secara keseluruhan untuk merubah pertimbangan. Proses perbandingan berpasangan dimulai dari
level paling atas hirarki untuk memilih kriteria, misalnya C, kemudian dari level dibawahnya diambil elemen-elemen yang akan dibandingkan, misal A1, A2, A3, A4, A5, maka susunan elemen-elemen pada sebuah matrik seperti Tabel 1.
Tabel 1. Matrix Perbandingan Berpasangan
b. Mengisi matrik perbandingan berpasangan yaitu dengan menggunakan bilangan untuk merepresentasikan kepentingan relatif dari satu elemen terhadap elemen lainnya yang dimaksud dalam bentuk skala dari 1 sampai dengan 9. Skala ini mendefinisikan dan menjelaskan nilai 1 sampai 9 untuk pertimbangan dalam perbandingan berpasangan elemen pada setiap level hirarki terhadap suatu kreteria di level yang lebih tinggi. Apabila suatu elemen dalam matrik dan dibandingkan dengan dirinya sendiri, maka diberi nilai 1. Jika i dibanding j mendapatkan nilai tertentu, maka j dibanding i merupakan kebalikkannya. Berikut ini skala kuantitatif 1 sampai dengan 9 untuk menilai tingkat kepentingan suatu elemen dengan elemen lainnya.
c. Sintesis.
1) Menjumlahkan nilai-nilai dari setiap kolom pada matriks.
2) Membagi setiap nilai dari kolom dengan total kolom yang bersangkutan untuk memperoleh normalisasi matriks.
3) Menjumlahkan nilai dari setiap matriks dan membaginya dengan jumlah elemen untuk mendapatkan nilai rata-rata.
4) Mengukur konsistensi.
Konsistensi penting untuk mendapatkan hasil yang valid dalam dunia nyata. AHP mengukur konsistensi pertimbangan dengan rasio konsistensi (consitency ratio). Nilai Konsistensi rasio harus kurang dari 5% untuk matriks 3x3, 9% untuk matriks 4x4 dan 10% untuk matriks yang lebih besar. Jika lebih dari rasio dari batas tersebut maka nilai perbandingan matriks di lakukan kembali. Langkah-langkah menghitung nilai rasio konsistensi yaitu:
a) Mengkalikan nilai pada kolom pertama dengan prioritas relatif elemen pertama, nilai pada kolom kedua dengan prioritas relatif elemen kedua, dan seterusnya. b) Menjumlahkan setiap baris. c) Hasil dari penjumlahan baris
dibagikan dengan elemen prioritas relatif yang bersangkutan.
d) Membagi hasil diatas dengan banyak elemen yang ada, hasilnya disebut eigen value (𝜆max). e) Menghitung indeks konsistensi
(consistency index) dengan rumus : 𝐶𝐼 = (𝜆 max n)/n
Dimana CI : Consistensi Index
𝜆max : Eigen Value
n : Banyak
elemen
f) Menghitung konsistensi ratio (CR) dengan rumus : CR=CI/RC
Dimana : CR : Consistency Ratio
CI : Consistency Index
RC : Random Consistency
Matriks random dengan skala penilaian 1 sampai 9 beserta kebalikkannya sebagai random
consistency (RC). Berdasarkan
perhitungan saaty menggunakan 500 sampel, jika pertimbangan memilih secara acak dari skala 1/9,
1/8, … , 1, 2, … , 9 akan diperoleh
rata-rata konsistensi untuk matriks yang berbeda. (Tominanto, 2012)
Penilaian Kinerja Guru
Penilaian kinerja guru merupakan salah satu bagian kompetensi yang harus dikuasai pengawas sekolah/madrasah. Kompetensi tersebut termasuk dalam dimensi evaluasi pendidikan. Dalam melakukan penilaian kinerja guru, seorang pengawas seyogyanya memiliki kemampuan untuk:
1. Memahami ruang lingkup variabel yang hendak dinilai, terutama kompetensi professional guru.
2. Memiliki standard dan/atau menyusun instrumen penilaian.
3. Melakukan pengumpulan dan analisis data.
4. Membuat judgement atau kesimpulan akhir. (T. Rachmawati, 2013)
METODE PENELITIAN
menghubungkan semua langkah yang diperlukan untuk menganalisa, merancang, mengimplementasi, dan memelihara sistem. Adapun metodologi yang sampai saat ini masih sesuai untuk menjadi pedoman dalam pengembangan sistem adalah SDLC. System Development Life Cycle (SDLC) adalah metodologi yang digunakan untuk mengembangkan, memelihara, dan/atau mengganti sistem. Metode SDLC dengan model proses air terjun (waterfall) atau lebih dikenal dengan istilah siklus kehidupan klasik. Air terjun, ciri khas dari air terjun adalah aliran searah dari atas ke bawah secara teratur. Begitu juga dengan model ini, setiap tahap dalam SDLC waterfall harus diselesaikan terlebih dahulu sebelum melanjutkan ke tahap berikutnya. Gambar 1 berikut adalah bagan dari SDLC yang umum dimana terdiri atas 7 tahap.
KEBIJAKAN DAN PERANCANGAN SISTEM BAGAN SIKLUS PENGEMBANGAN SISTEM
PERAWATAN SISTEM IMPLEMENTASI(PENERAPAN)SISTEM
SELEKSI SITEM
DESAIN(PERANCANGAN) SISTEM SECARA TERINCI
DESAIN(PERANCANGAN)SISTEM SECARA UMUM ANALISIS SISTEM
Gambar 2. Siklus Hidup Pengembangan Sistem
Dari siklus hidup pengembangan sistem ini terdapat beberapa tahapan - tahapan sebagai berikut :
a. Kebijakan dan Perencanaan, yaitu membuat perencanaan yang berkaitan dengan proyek sistem misalnya alokasi waktu dan sumber daya, jadwal proyek dan cakupan (scope) proyek.
b. Analisa sistem, yaitu membuat analisa
workflow manajemen berjalan.
c. Desain sistem secara umum, yaitu membuat desain workflow manajemen dan desain pemrograman yang diperlukan untuk pengembangan sistem.
d. Desain terinci, yaitu tahap pengembangan sistem informasi dengan menulis program-program yang diperlukan.
e. Testing atau Seleksi sistem, yaitu melakukan pengujian terhadap sistem yang telah dibuat.
f. Implementasi, yaitu menerapkan sistem yang telah dibuat untuk digunakan user.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Aliran Sistem Informasi Yang Sedang Berjalan
Aliran sistem informasi adalah gambaran dari proses kerja yang merupakan hasil dari penganalisaan dan sistem yang dilakukan mengadakan perubahan pada sistem kerja yang sedang digunakan pada saat ini. Uraian dari sistem yang sedang berjalan adalah sebagai berikut :
a. Guru menyerahkan data diri ke Tim Penilai. Kemudian Tim Penilai mencatat data guru tersebut dan menghasilkan laporan data guru. b. Tim Penilai menentukan kriteria
penilaian guru dan menghasilkan data penilaian.
c. Selanjutnya Tim Penilai menghitung nilai kinerja guru dan menghasilkan data nilai kinerja guru.
d. Tim penilai membuat laporan hasil nilai kinerja guru sebanyak 2 rangkap. 1 rangkap untuk diarsipkan dan 1 rangkapnya lagi diserahkan ke Kepala Sekolah.
Kelemahan Sistem Yang Sedang Berjalan
Adapun kelemahan dari sistem yang sedang berjalan pada SMA Pembangunan Laboratorium UNP ini diantaranya :
a. Pengerjaannya masih menggunakan Microsoft Excel, sehingga kurangnya keakuratan dalam pembuatan laporan penilaian kinerja guru yang dibutuhkan oleh Kepala Sekolah.
b. Pembuatan laporan yang masih menggunakan Microsoft Excel sering menyebabkan keterlambatan dalam penyerahan laporan ke Kepala Sekolah karena kurang praktis dalam pengerjaannya.
Aliran Sistem Informasi Yang Diusulkan Sistem baru yang dirancang tidak merubah sistem yang ada secara keseluruhan. Pada sistem yang diusulkan proses penyimpanan data laporan penilaian kinerja guru dilakukan secara komputerisasi dengan menggunakan database dan aplikasi yang khusus.
DB Input data guru
dan jabatan
GURU TIM PENILAI
Data guru
KEPALA SEKOLAH
Data guru
Input kriteria penilaian
Laporan Proses SPK
Laporan Proses SPK Proses Uji
konsistensi
Proses Generate SPK
A
A Laporan Data
Guru Laporan Data
Jabatan
Laporan Data Guru
Laporan Data Jabatan
Laporan Data Kriteria
Laporan Data Kriteria
Laporan Uji Konsistensi Kriteria Laporan Uji
Konsistensi Kriteria
A A A A
A Laporan Data Bobot Alternatif
Bukti Hasil Proses SPK
A
A Laporan Data Bobot Alternatif
Bukti Hasil Proses SPK
A Bukti Hasil
Proses SPK
A
Gambar 3. ASI Yang Diusulkan
Context Diagram
Untuk mendapatkan gambaran umum mengenai suatu sistem yang akan dirancang dapat melalui penjabaran context diagram. Dimana dalam contex diagram tersebut terdiri dari beberapa entity dan terdiri dari
0 Sistem Pendukung Keputusan Penilaian Kinerja Guru Menggunakan
Metode AHP Pada SMA Pembangunan Laboratorium UNP
GURU KEPALA SEKOLAH
Data guru
Laporan Data Guru, Laporan Data Jabatan, Laporan Data Kriteria, Laporan Uji Konsistensi Kriteria, Laporan Proses SPK, Laporan Data Bobot Alternatif, Bukti Hasil Proses SPK
Gambar 4. Context Diagram
Data Flow Diagram
Data Flow Diagram (DFD)
digunakan untuk menggambarkan arus data
suatu sistem yang telah ada atau sistem baru yang akan dikembangkan secara logika. DFD
GURU
1.0
Input Data Guru dan Jabatan
D1 guru
D9 user D3 jabatan
D2 d_guru
dataguru
datajabatan datauser
2.0
Input Kriteria Penilaian Data Guru
Data Guru
D4 d_kriteria_guru
D5 kriteria
D6 d_kriteria
Datad_kriteria
_guru datakriteria
datad_kriteria
KEPALA SEKOLAH Laporan Data Guru,
Laporan Data Jabatan, Laporan Data Kriteria,
3.0
Proses Uji Konsistensi 4.0
Proses Generate SPK
Laporan Uji Konsistensi Kriteria, Laporan Proses SPK,
Laporan Data Bobot Alternatif, Bukti Hasil Proses SPK
D8 d_konsistensi
datad_konsistensi
Data kriteria
D7 periode
dataperiode dataperiode
Data uji konsistensi
D3 jabatan
datajabatan
Entity Relationship Diagram
Pada model relational hubugan antar file di relasikan dengan kunci relasi yang merupakan kunci utama dari masing-masing file. Berikut ini bentuk Entity
Relationship Diagram (ERD) dari Sistem Pendukung Keputusan Penilaian Kinerja Guru Menggunakan Metode AHP Pada SMA Pembangunan Laboratorium UNP :
jabatan
Desain Input
Desain input adalah proses pemasukan data ke dalam media penyimpanan sesuai dengan variabel dan formatnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut :
1. Form SPK
Periode
FORM SPK
Cari Nama Periode
Keterangan
Nilai Konsistensi Kriteria Keterangan Konsistensi Kriteria
Data Bobot Kriteria
Data Bobot Alternatif
Alternatif Terbaik
Nilai Alternatif Terbaik GENERATE SPK
SIMPAN
Gambar 7. Form SPK
Berikut bentuk laporan yang dihasilkan : 1. Laporan Kriteria
Gambar 8. Laporan Kriteria
2. Laporan Data bobot alternatif
Gambar 9. Laporan Data Bobot Alternatif
3. Laporan Uji Konsistensi Kriteria
4. Laporan Proses SPK
Gambar 11. Laporan Proses SPK
5. Laporan Hasil Proses SPK
Gambar 12. Laporan Hasil Proses SPK
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian Sistem Pendukung Keputusan pada SMA Pembangunan Laboratorium UNP dapat disimpulkan bahwa :
1. Sistem Pendukung Keputusan Penilaian Kinerja Guru yang ada di SMA Pembangunan Laboratorium UNP tidak akurat karena penilaian masih menggunakan Microsoft Excel sehingga penginputan data dilakukan satu-persatu dan file penilaian mudah
terkena virus dan tidak bisa digunakan kembali.
2. Sistem Pendukung Keputusan Penilaian Kinerja Guru yang dibangun menggunakan kriteria penilaian Pedagogik, Kepribadian, Sosial, Profesional dan dapat digunakan dengan jumlah kriteria yang ditentukan oleh user sendiri, sehingga dapat disesuaikan dengan kebutuhan SMA Pembangunan Laboratorium UNP dalam pengambilan keputusan.
3. Penerapan metode Analytical
Hierarchy Process (AHP) dalam
sebuah aplikasi yang telah terprogram dan terstruktur ini dinilai telah membuat proses penilaian kinerja guru memiliki standar penilaian yang jelas dan menghasilkan penilaian yang akurat.
4. Sistem Pendukung Keputusan Penilaian Kinerja Guru yang dibangun dengan menggunakan database memudahkan user dalam proses penginputan data guru yang akan dinilai.
DAFTAR PUSTAKA
[1] E. Darmanto, N. Latifah, And N.
Susanti, “Penerapan Metode AHP (
Analythic Hierarchy Process ) Untuk
Menentukan Kualitas Gula Tumbu,”
J. Simetris, Vol. 5, No. 1, 2014.
[2] H. Rohayani, “Analisis Sistem
Pendukung Keputusan Dalam Memilih Program Studi Menggunakan Metode Logika
Fuzzy,” J. Sist. Inf., Vol. 5, No. 1, Pp. 530–539, 2013.
Mining Vs Pendukung Keputusan. Yogyakarta: Deepublish, 2014.
[4] Tominanto, “Sistem Pendukung
Keputusan Dengan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) Untuk Penentuan Prestasi Kinerja
Dokter Pada Rsud. Sukoharjo,”
Infokes, Vol. 2, No. 1, Pp. 1–15, 2012.
[5] L. Kristiyanti, A. Sugiharto, And H.
A. W, “Sistem Pendukung
Keputusan Pemilihan Pengajar Les Privat Untuk Siswa Lembaga Bimbingan Belajar Dengan Metode Ahp (Studi Kasus Lbb System
Cerdas) Lusiana,” J. Masy. Inform., Vol. 4, No. 7, Pp. 39–47, 2011. [6] M. Samosir And A. Rikki, “Sistem
Pendukung Keputusan Penentuan Peserta Olimpiade Sains Dengan Menggunakan Metode Analycital
Hierarcy Process (Studi Kasus : SMA Negeri 5 Medan) 1mariana,”
Maj. Ilm. Inf. Dan Teknol. Ilm. (Inti,
Vol. Volume : I, P. 7, 2014.
[7] T. Rachmawati And Daryanto, Peniliaian Kinerja Profesi Guru Dan
Angka Kreditnya. Yogyakarta: Gava
Media, 2013.
[8] Asrianda And Fadlisyah, Pemograman Database (Konsep
Dan Implementasi), Pertama.
Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008.
[9] Minarni And Susanti, “Sistem
Informasi Inventory Obat Pada Rumah Sakit Umum Daerah ( RSUD
) Padang,” Momentum, Vol. 16, No. 1, Pp. 103–111, 2014.
[10] A. Kadir, Pengenalan Sistem
Informasi Edisi Revisi, Revisi.
Yogyakarta: Andi, 2014.
[11] E. Iswandy, “Sistem Penunjang Keputusan Untuk Menentukan Penerimaan Dana Santunan Sosial Anak Nagari Dan Penyalurannya Bagi Mahasiswa Dan Pelajar Kurang Mampu Di Kenagarian Barung –
Barung Balantai Timur,” Teknoif, Vol. 3, No. 2, Pp. 70–79, 2015. [12] M. Latief, “Pendekatan Database
Untuk Manajemen Data Dalam Meningkatkan Kemampuan Mahasiswa Mengaplikasikan
Konsep Basisdata,” Peran Lptk
Dalam Pengemb. Pendidik. Vokasi
Di Indones. Pendekatan, Pp. 231–
238, 2014.
[13] Oktariansyah. (2015). Evaluasi Struktur Organisasi Terhadap Pengendalian Intern Pada Cv.Sedulur Palembabg. Jurnal
Media Wahana Ekonomika, 11(4).
Retrieved From
Http://Www.Univpgri-Palembang. Ac.Id/E_Jurnal/
Index.Php/Ekonomika/Article/View /251
[14] Yadewani, D. (2013). Pengantar
Manajemen. Bandung: Rekayasa