• Tidak ada hasil yang ditemukan

MEROKOK, MENGKONSUMI ALKOHOL, DAN POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MEROKOK, MENGKONSUMI ALKOHOL, DAN POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Wawasan Kesehatan-ISSN 2087-4995 59 MEROKOK, MENGKONSUMI ALKOHOL, DAN POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA

FACTORS RELATED TO THE INCIDENT AT THE ELDERLY HYPERTENSION Eni Yulia

Program Studi Kesehatan Masyarakat Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kapuas Raya Sintang

Abstrak

Hipertensi masih menjadi masalah kesehatan pada kelompok lansia. Sebagai hasil pembangunan yang pesat dewasa ini dapat meningkatkan umur harapan hidup, sehingga jumlah lansia bertambah tiap tahunnya, peningkatan usia tersebut sering diikuti dengan meningkatnya penyakit degeneratif dan masalah kesehatan lain pada kelompok ini. Hipertensi sebagai salah satu penyakit degeneratif yang sering dijumpai pada kelompok lansia. Berdasarkan Profil Puskesmas Nanga Mahap kejadian hipertensi pada Lansia tahun 2012 mencapai 390 kasus, terjadi peningkatan menjadi 400 kasus di tahun 2013. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi, meliputi pengetahuan, sikap, aktifitas fisik, merokok, konsumsi alkohol dan pola makan. Jenis penelitian adalah observasional dengan pendekatan analitik dan desain cross sectional. Total populasi 210 lansia. 137 lansia sebagai sampel diambil dengan teknik random sampling. Analisis data menggunakan software statistik dengan taraf signifikansi 0,05. Hasil penelitian menunjukan bahwa 32,8% responden pernah menderita hipertensi, 56,2% responden memiliki pengetahuan kurang baik, 57,7% responden memiliki sikap negatif, responden aktifitas fisik kurang baik 62,8%, responden merokok kurang baik 36,5%, responden memiliki konsumsi alkohol kurang baik 40,1% dan responden memiliki pola makan kurang baik 49,6%. Hasil uji statistik diketahui ada hubungan pengetahuan dengan kejadian hipertensi (p=0,008), ada hubungan sikap dengan kejadian hipertensi (p=0,041), ada

hubungan aktifitas fisik dengan kejadian hipertensi (p=0,06), ada hubungan merokok dengan kejadian hipertensi (p=0,000), ada hubungan konsumsi alkohol dengan kejadian hipertensi (p=0,000) dan ada hubungan pola makan dengan kejadian hipertensi (p=0,001). Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan bermakna antara variabel bebas dengan kejadian hipertensi. Saran bagi puskesmas Perlu adanya program-program promosi kesehatan khususnya tentang hipertensi, bagi lansia agar lebih waspada dengan menjaga kesehatan dan bagi peneliti selanjutnya perlu dilakukan penelitian selanjutnya untuk mendalami faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Hipertensi pada Lansia.

Kata kunci : hipertensi, faktor-faktor, lansia

Abstract

(2)

Wawasan Kesehatan-ISSN 2087-4995 60 were taken with the elderly as a random sampling

technique. Data were analyzed using statistical software with significance level of 0.05. The results showed that 32.8% of respondents had suffered from hypertension, 56.2% of respondents have a poor knowledge, 57.7% of respondents have a negative attitude, poor physical activity respondents 62.8%, of respondents 36.5% smoked less well , respondents have unfavorable alcohol consumption and 40.1% of respondents have a poor diet 49.6%. The results of the statistical test is known to have a relationship with the incidence of hypertension knowledge (p = 0.008), relationship attitude with the incidence of hypertension (p = 0.041), relationship physical activity with incidence of hypertension (p = 0.06), no association of smoking with the incidence of hypertension (p = 0.000), relationship alcohol consumption with the incidence of hypertension (p = 0.000) and relationship diet with the incidence of hypertension (p = 0.001). The conclusion from this study is that there is a significant relationship between the independent variables with the incidence of hypertension. Advice for health center needs a health promotion program on hypertension in particular, for the elderly to be more vigilant with maintaining health and for further research needs to be done further research to explore the factors associated with incident hypertension in the elderly.

Keywords: hypertension, factors, elderly

Pendahuluan

Hipertensi pada lanjut usia sebagian besar merupakan hipertensi sistolik terisolasi, meningkatnya tekanan sistolik menyebabkan besarnya kemungkinan timbulnya kejadian stroke

dan infark miokard bahkan walaupun tekanan sistoliknya dalam batas normal (isolated systolic hypertension) (Kuswardhani, 2007).

Hipertensi masih menjadi masalah kesehatan pada kelompok lansia. Sebagai hasil pembangunan yang pesat dewasa ini dapat meningkatkan umur harapan hidup, sehingga jumlah lansia bertambah

tiap tahunnya, peningkatan usia tersebut sering diikuti dengan meningkatnya penyakit degeneratif dan masalah kesehatan lain pada kelompok ini. Hipertensi sebagai salah satu penyakit degeneratif yang sering dijumpai pada kelompok lansia (Abdullah, 2005).

Berdasarkan data World Health Organization

(WHO) diperkirakan penderita hipertensi di seluruh dunia berjumlah 600 juta orang, dengan 3 juta kematian setiap tahun. Sementara untuk negara Amerika diperkirakan 1 dari 4 orang dewasa menderita Hipertensi. Lanjut usia merupakan faktor risiko tertinggi terserang Hipertensi. Hasil penelitian modern, penyakit degeneratif memiliki korelasi yang cukup kuat dengan bertambahnya proses penuaan usia seseorang, meski faktor keturunan cukup berperan besar.

Berdasarkan Riskesdas tahun 2013, prevalensi hipertensi provinsi Kalimantan Barat mencapai 28,3% lebih tinggi dari prevalensi Indonesia yaitu 26,5%. Sedangkan di Kabupaten Sekadau kejadian Hipertensi mencapai 1.518 kasus kejadian Hipertensi (Laporan Data Hipertensi Dinas Kesehatan Kabupaten Sekadau tahun 2013).

(3)

Wawasan Kesehatan-ISSN 2087-4995 61 Karang Betung sebanyak 30 kasus dari 227 Lansia

(Profil Puskesmas Nanga Mahap Tahun 2012/2013). Hipertensi kini menjadi masalah global karena prevalensinya yang terus meningkat sejalan dengan perubahan pola hidup. Umumnya penderita hipertensi adalah orang-orang yang berusia 45 tahun ke atas namun pada saat ini tidak menutup kemungkinan diderita oleh orang berusia muda. Beberapa hal yang dapat memicu penyakit hipertensi adalah ketegangan, kekhawatiran, status sosial, kebisingan, gangguan dan kegelisahan. Pengendalian pengaruh dan emosi negatif tersebut tergantung juga pada kepribadian masing-masing individu. Hipertensi dapat dipengaruhi oleh pola hidup (merokok, pola makan, minum alkohol, aktifitas fisik). Kejadian hipertensi telah dibuktikan berkaitan erat dengan perilaku seseorang (Crea, 2008).

Insiden Hipertensi didapati meningkat pada mereka yang merokok lebih dari 15 batang per hari. Pola makan yang salah sehingga mengakibatkan seseorang mengidap obesitas juga turut berperan dalam munculnya hipertensi. Studi Trials of Hypertension Prevention, Phase II, menunjukkan bahwa penurunan berat badan berhubungan dengan penurunan tekanan darah dan penurunan risiko terjadinya hipertensi. Sesso et al mengemukakan bahwa kebiasaan mengkonsumsi alkohol dapat menaikkan tekanan darah dan meningkatkan risiko Hipertensi. Selanjutnya, aktivitas fisik juga terbukti dapat menjaga tekanan darah berada di rentang normal. Sebuah studi meta analisis menyatakan bahwa aktivitas isotonik dapat menurunkan tekanan darah sistolik maupun diastolik (Crea, 2008).

Metode

Penelitian ini merupakan penelitian dalam bentuk survey analitik dengan metode pendekatan cross-sectional. Metode survei analitik adalah survei atau penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi. Kemudian melakukan analisis dinamika korelasi antara fenomena atau antara faktor resiko

dengan faktor efek. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lansia yang bertempat tinggal di Desa Nanga Mahap Kabupaten Sekadau Tahun 2014 Kabupaten Sintang tahun 2014 yaitu 210 lansia. Sampel dari penelitian ini adalah Lansia di Desa Nanga Mahap yaitu 137 lansia dengan menggunakan metode Random Sampling. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan spymomanometer, kuesioner dan observasi sebagai alat pengukuran dan pengumpulan data.

Hasil

Analisis Univariat

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden menurut Pengetahuan, Sikap, Aktifitas Fisik, Merokok, Konsumsi Alkohol dan Pola Makan di Desa Nanga Mahap Kabuapten Sekadau Tahun 2014

Pengetahuan n %

Baik 60 43.8

Kurang Baik 77 56.2

Sikap n %

Positif 58 42.3

Negatif 79 57.7

Aktifitas Fisik n %

Baik 51 37.2

Kurang Baik 86 62.8

Merokok n %

Tidak Pernah 87 63.5

Merokok/Pernah Merokok

(4)

Wawasan Kesehatan-ISSN 2087-4995 62 Konsumsi Alkohol n %

Baik 82 59.9

Kurang Baik 55 40.1

Pola Makan n %

Baik 69 50.4

Kurang Baik 68 49.6

Berdasarkan Tabel 1. diketahui bahwa distribusi frekuensi menurut kejadian Hipertensi responden lebih banyak adalah tidak hipertensi berjumlah 92 responden (67.2%) dan Hipertensi berjumlah 45 responden (32.8%), menurut jenis kelamin responden lebih banyak adalah laki-laki berjumlah 76 responden (55.5%) dan perempuan berjumlah 61 responden (44.5%), menurut pekerjaan responden lebih banyak adalah petani berjumlah 98 responden (71.5%), selanjutnya swasta berjumlah 37 responden (27.0%), dan PNS/TNI/POLRI berjumlah 2 responden (1.5%), menurut tingkat pendidikan responden lebih banyak adalah tamat SMP berjumlah 45 responden (32.8%), tamat SMA berjumlah 34 responden (24.8%), tamat SD berjumlah 29 responden (21.2%), tidak tamat SD berjumlah 20 responden (14.6%) dan tamat PT berjumlah 9 responden

(6.6%), menurut tekanan darah responden lebih banyak <135/90 berjumlah 92 responden (67.2%)

dan ≥135/90 berjumlah 45 responden (14.6%),

menurut sumber informasi responden lebih banyak mendapatkan informasi dari Media Massa (TV, Radio, Majalah/Koran, Leaflet) berjumlah 42 responden (30.7%), selanjutnya Petugas Kesehatan berjumlah 39 responden (28.5%), dan teman berjumlah 32 responden (23.4%), menurut pengetahuan responden lebih banyak adalah kurang baik berjumlah 77 responden (56.2%) dan baik berjumlah 60 responden (43.8%), menurut sikap responden lebih banyak adalah negatif berjumlah 79 responden (57.7%) dan positif berjumlah 58 responden (42.3%), menurut aktifitas fisik responden lebih banyak adalah kurang baik berjumlah 86 responden (62.8%) dan baik berjumlah 51 responden (37.2%), menurut merokok responden lebih banyak adalah tidak pernah merokok berjumlah 87 responden (63,5%) dan Merokok/Pernah Merokok berjumlah 50

responden (36.5%), menurut konsumsi

alkohol responden lebih banyak adalah

baik berjumlah 82 responden (59.9%) dan

kurang baik 55 responden (40.1%),

menurut pola makan responden lebih

banyak

adalah

baik

berjumlah

69

responden (50.4%) dan kurang baik 68

responden

(49.6%).

Analisis Bivariat

Tabel 2. Hubungan Pengetahuan, Sikap, Aktifitas Fisik, Merokok, Konsumsi Alkohol dan Pola Makan dengan Kejadian Hipertensai pada Lansia di Desa Nanga Mahap kabupaten Sekadau Tahun 2014

Hipertensi Umur 56-74 Total OR

95% CI

P value

Tidak Hipertensi Hipertens i

(5)

Wawasan Kesehatan-ISSN 2087-4995 63

Variabel (1.379-6.525) 0.008

Pengetahuan Baik 48 80,0 12 20,0 60 100,0

Kurang 44 57,1 33 42,9 77 100.0

Sikap Positif 45 77,6 13 22,4 58 100,0 2.357

(1.099-5.056)

0.041

Negatif 47 59,5 32 40,5 79 100.0

Aktifitas Fisik

Baik 42 82,4 9 17,6 51 100.0 3.360

(1.454-7.766)

0.006

Kurang 50 58,1 36 41,9 86 100,0

Merokok Merokok 20 40,0 30 40,0 50 100,0 7.200

(3.256-15.919)

0.000

Tidak 72 82,8 15 82,8 87 100,0

Konsumsi Alkohol

Komsumsi 23 41,8 32 58,2 55 100,0 7.385

(3.322-16.417)

0.000

Tidak 69 84,1 13 15,9 82 100.0

Pola Makan Baik 56 81,2 13 18,8 69 100,0 3.829

(1.775-8.259)

0.001

Kurang 36 52,9 32 47,1 68 100.0

Berdasarkan tabel 2. menunjukan hasil uji statistik untuk variabel pengetahuan diperoleh P value = 0.008 artinya p < 0,05 sehingga dengan alpha 5% dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan kejadian hipertensi pada lansia di Desa Nanga Mahap Kabupaten Sekadau tahun 2014. Dari hasil analisis diperoleh Odds Ratio (OR) = 3,000 artinya responden yang pengetahuannya kurang baik berisiko sebesar 3 kali dibandingkan responden pengetahuannya baik. Hasil uji statistik untuk variabel sikap diperoleh P value = 0.041 artinya p < 0,05 sehingga dengan alpha 5% dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara sikap dengan kejadian hipertensi pada lansia di Desa Nanga Mahap Kabupaten Sekadau tahun 2014. Dari hasil analisis diperoleh Odds Ratio (OR) = 2,357artinya responden yang sikap negatif berisiko sebesar 2

(6)

Wawasan Kesehatan-ISSN 2087-4995 64 sebesar 7 kali dibandingkan responden merokok

baik. Hasil uji statistik untuk variabel konsumsi alkohol diperoleh P value = 0.000 artinya p < 0,05 sehingga dengan alpha 5% dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara konsumsi alkohol dengan kejadian hipertensi pada lansia di Desa Nanga Mahap Kabupaten Sekadau tahun 2014. Dari hasil analisis diperoleh Odds Ratio (OR) = 7,385 artinya responden yang konsumsi alkoholnya kurang baik berisiko sebesar 7 kali dibandingkan responden konsumsi alkoholnya baik. Hasil uji statistik untuk variabel konsumsi alcohol diperoleh P value = 0.001 artinya p < 0,05 sehingga dengan alpha 5% dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara pola makan dengan kejadian hipertensi pada lansia di Desa Nanga Mahap Kabupaten Sekadau tahun 2014. Dari hasil analisis diperoleh Odds Ratio (OR) = 3,829artinya responden yang pola makannya kurang baik berisiko sebesar 3 kali dibandingkan responden pola makannya baik.

Pembahasan

Hubungan Antara Pengetahuan Responden Dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia

Hasil uji statistik diketahui bahwa responden dengan pengetahuan baik dan tidak pernah mengalami kejadian hipertensi pada lansia (80%) sebanyak 48 responden, yang berpengetahuan baik dan pernah mengalami kejadian hipertensi pada lansia sebesar (20%) sebanyak 12 responden sedangkan responden dengan pengetahuan kurang baik dan tidak pernah mengalami kejadian hipertensi pada lansia sebesar (57,1%) sebanyak 44 responden, yang berpengetahuan kurang baik dan pernah mengalami kejadian hipertensi pada lansia sebesar (42,9%) sebanyak 33 responden.

Berdasarkan uji statistik diperoleh Pvalue = 0,008 artinya ada hubungan antara pengetahuan responden dengan kejadian Hipertensi pada Lansia di Desa Nanga Mahap kabupaten Sekadau Tahun 2014. Hasil analisis diperoleh OR= 3,000 yang artinya responden dengan pengetahuan kurang baik mempunyai risiko terkena hipertensi 3 kali

dibandingkan responden dengan pengetahuan baik.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Pardosy (2011) dalam Hubungan Pengetahuan Pasien Penderita Hipertensi Dengan Upaya Mencegah Kejadian Stroke Di Rsup Haji Adam Malik Medan menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara Pengetahuan dengan kejadian Hipertensi.

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Karena perilaku yang didasarkan oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2007).

Hubungan Antara Sikap Responden Dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia

Hasil uji statistik diketahui bahwa responden dengan sikap positif dan tidak pernah mengalami kejadian hipertensi pada lansia sebesar (77,6%) sebanyak 45 responden, yang sikap positif dan pernah mengalami kejadian hipertensi pada lansia sebesar (22,4%) sebanyak 13 responden sedangkan responden dengan sikap negatif dan tidak pernah mengalami kejadian hipertensi pada lansia sebesar (59,5%) sebanyak 47 responden, yang sikap negatif dan pernah mengalami kejadian hipertensi pada lansia sebesar (40,5%) sebanyak 32 responden.

Berdasarkan uji statistik diperoleh Pvalue = 0,041 artinya ada hubungan antara sikap responden dengan kejadian Hipertensi pada Lansia di Desa Nanga Mahap Kabupaten Sekadau Tahun 2014. Hasil analisis diperoleh OR= 2,357 yang artinya responden dengan sikap negatif mempunyai risiko terkena hipertensi 2 kali dibandingkan responden dengan sikap positif.

(7)

Wawasan Kesehatan-ISSN 2087-4995 65 hubungan yang bermakna antara sikap dengan

kejadian Hipertensi.

Ada beberapa hal yang memegang peranan penting dalam penentuan sikap yang utuh, yaitu pengetahuan, berpikir, keyakinan, dan emosi. Sehingga dari pengetahuan akan membuat subjek berpikir dan saat berpikir ini melibatkan keyakinan dan emosi sehingga muncul sikap tertentu terhadap objek (Notoatmodjo, 2007).

Hubungan Antara Aktifitas Fisik Dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia

Hasil uji statistik diketahui bahwa responden dengan aktifitas fisik baik dan tidak pernah mengalami kejadian hipertensi pada lansia sebesar (82,4%) sebanyak 42 responden, yang aktifitas fisik positif dan pernah mengalami kejadian hipertensi pada lansia sebesar (17,6%) sebanyak 9 responden sedangkan responden dengan aktifitas fisik kurang baik dan tidak pernah mengalami kejadian hipertensi pada lansia sebesar (58,1%) sebanyak 42 responden, yang aktifitas fisik kurang baik dan pernah mengalami kejadian hipertensi pada lansia sebesar (41,9%) sebanyak 36 responden.

Berdasarkan uji statistik diperoleh Pvalue = 0,006 artinya bahwa ada hubungan antara aktifitas fisik responden dengan kejadian Hipertensi pada Lansia di Desa Nanga Mahap Kabupaten Sekadau Tahun 2014. Hasil analisis diperoleh OR= 3,360 yang artinya responden dengan aktifitas fisik kurang baik mempunyai risiko terkena hipertensi 3 kali dibandingkan responden dengan aktifitas fisik baik.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Zuraidah, dkk (2011) dalam Analisis Faktor Risiko Penyakit Hipertensi Pada Masyarakat Di Kecamatan Kemuning Kota Palembang Tahun 2012 menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara aktifitas fisik dengan kejadian Hipertensi.

Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Sarasaty (2011) Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Hipertensi Pada Kelompok

Lanjut Usia Di Kelurahan Sawah Baru Kecamatan Ciputat Kota Tangerang Selatan yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara aktifitas fisik dengan kejadian Hipertensi.

Kurang melakukan aktifitas fisik dapat berisiko terjadinya obesitas dan risiko untuk terjadinya hipertensi akan bertambah dengan berlebihnya asupan garam (Sutanto, 2010). Melakukan perubahan gaya hidup seperti diet garam akan menurunkan risiko menderita tekanan darah tinggi (Gray (2005).

Hubungan Antara Merokok Dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia

Hasil uji statistik diketahui bahwa responden dengan tidak pernah merokok dan tidak pernah mengalami kejadian hipertensi pada lansia sebesar (82,8%) sebanyak 72 responden, yang tidak pernah merokok dan pernah mengalami kejadian hipertensi pada lansia sebesar (17,2%) sebanyak 15 responden sedangkan responden dengan merokok/pernah merokok dan tidak pernah mengalami kejadian hipertensi pada lansia sebesar (40,0%) sebanyak 20 responden, yang merokok/pernah merokok dan pernah mengalami kejadian hipertensi pada lansia sebesar (60,0%) sebanyak 30 responden.

Berdasarkan uji statistik diperoleh Pvalue = 0,000 artinya ada hubungan antara merokok responden dengan kejadian Hipertensi pada Lansia di Desa Nanga Mahap Kabupaten Sekadau Tahun 2014. Hasil analisis diperoleh OR= 7,200 yang artinya responden dengan merokok/pernah merokok mempunyai risiko terkena hipertensi 7 kali dibandingkan responden dengan tidak merokok.

(8)

Wawasan Kesehatan-ISSN 2087-4995 66 Hipertensi.

Asap dari rokok juga berdampak terhadap orang yang menghirupnya (disebut perokok pasif) untuk terjadinya penyakit. Para ilmuwan membuktikan bahwa zat-zat kimia didalam rokok juga mempengaruhi kesehatan seseorang yang tidak merokok disekitar perokok.

Hubungan Antara Konsumsi Alkohol Dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia

Hasil uji statistik diketahui bahwa responden dengan konsumsi alkohol baik dan tidak pernah mengalami kejadian hipertensi pada lansia sebesar (84,1%) sebanyak 69 responden, yang konsumsi alkohol baik dan pernah mengalami kejadian hipertensi pada lansia sebesar (15,9%) sebanyak 13 responden sedangkan responden dengan konsumsi alkohol kurang baik dan tidak pernah mengalami kejadian hipertensi pada lansia sebesar (41,8%) sebanyak 23 responden, yang konsumsi alkohol kurang baik dan pernah mengalami kejadian hipertensi pada lansia sebesar (58,2%) sebanyak 32 responden.

Berdasarkan uji statistik diperoleh Pvalue = 0,000 artinya ada hubungan antara konsumsi alkohol responden dengan kejadian Hipertensi pada Lansia di Desa Nanga Mahap Kabupaten Sekadau Tahun 2014. Hasil analisis diperoleh OR= 7,385 yang artinya responden dengan konsumsi alkohol kurang baik mempunyai risiko terkena hipertensi 7 kali dibandingkan responden dengan konsumsi alkohol baik.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Zuraidah, dkk (2012) dalam Analisis Faktor Risiko Penyakit Hipertensi Pada Masyarakat Di Kecamatan Kemuning Kota Palembang Tahun 2012 menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara merokok dengan kejadian Hipertensi.

Hubungan Antara Pola Makan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia

Hasil uji statistik diketahui bahwa responden dengan pola makan baik dan tidak pernah

mengalami kejadian hipertensi pada lansia sebesar (81,2%) sebanyak 56 responden, yang pola makan baik dan pernah mengalami kejadian hipertensi pada lansia sebesar (18,8%) sebanyak 13 responden sedangkan responden dengan pola makan kurang baik dan tidak pernah mengalami kejadian hipertensi pada lansia sebesar (52,9%) sebanyak 36 responden, yang pola makan kurang baik dan pernah mengalami kejadian hipertensi pada lansia sebesar (47,1%) sebanyak 32 responden.

Berdasarkan uji statistik diperoleh Pvalue = 0,001 artinya ada hubungan antara pola makan responden dengan kejadian Hipertensi pada Lansia di Desa Nanga Mahap Kabupaten Sekadau Tahun 2014. Hasil analisis diperoleh OR= 3,829 yang artinya responden dengan pola makan kurang baik mempunyai risiko terkena hipertensi 3 kali dibandingkan responden dengan pola makan baik.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Widyaningrum (2012) dalam hubungan antara konsumsi makanan dengan Kejadian hipertensi pada lansia menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pola makan dengan kejadian Hipertensi.

Makanan asin dan siap saji dapat meningkatkan nafsu makan seseorang karena rasanya yang gurih. Sehingga jika seseorang menyukai dan terbiasa mengkonsumsi makanan sumber natrium seperti ikan asin, maka akan cenderung mengkonsumsinya terus-menerus.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada Lansia di Desa Nanga Mahap Kabupaten Sekadau Tahun 2014, dapat diambil keseimpulan sebagai berikut :

(9)

Wawasan Kesehatan-ISSN 2087-4995 67 hipertensi 3 kali dibandingkan responden

dengan pengetahuan baik.

2. Ada hubungan antara sikap responden dengan kejadian Hipertensi pada Lansia di Desa Nanga Mahap Kabupaten Sekadau Tahun 2014 dengan Pvalue = 0,041 dan OR= 2,357 yang artinya responden dengan sikap negatif mempunyai risiko terkena hipertensi 2 kali dibandingkan responden dengan sikap positif. 3. Ada hubungan antara aktifitas fisik responden

dengan kejadian Hipertensi pada Lansia di Desa Nanga Mahap Kabupaten Sekadau Tahun 2014 dengan Pvalue = 0,006 dan diperoleh OR= 3,360 yang artinya responden dengan aktifitas fisik kurang baik mempunyai risiko terkena hipertensi 3 kali dibandingkan responden dengan aktifitas fisik baik.

4. Ada hubungan antara merokok responden dengan kejadian Hipertensi pada Lansia di Desa Nanga Mahap Kabupaten Sekadau Tahun 2014 dengan Pvalue = 0,000 dan OR= 7,200 yang artinya responden dengan merokok/pernah merokok mempunyai risiko terkena hipertensi 7 kali dibandingkan responden dengan tidak merokok.

5. Ada hubungan antara konsumsi alkohol responden dengan kejadian Hipertensi pada Lansia di Desa Nanga Mahap Kabupaten Sekadau Tahun 2014 dengan Pvalue = 0,000 dan OR= 7,385 yang artinya responden dengan konsumsi alkohol kurang baik mempunyai risiko terkena hipertensi 7 kali dibandingkan responden dengan konsumsi alkohol baik. 6. Ada hubungan antara pola makan responden

dengan kejadian Hipertensi pada Lansia di Desa Nanga Mahap Kabupaten Sekadau Tahun 2014 dengan Pvalue = 0,001 dan OR= 3,829 yang artinya responden dengan pola makan kurang baik mempunyai risiko terkena hipertensi 3 kali dibandingkan responden dengan pola makan baik.

Daftar Pustaka

Kuswardhani, T. 2006. Penatalaksanaan Hipertensi pada Lanjut Usia. Jurnal Penyakit Dalam Vol.7, No.2.

Abdullah, Masqon. 2005. Faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada kelompok usia lanjut di kecamatan pengandon kabupaten Kendal. (online) http.fkm.undip.ac.id. Diakses 15 April 2014. Dinas Kesehatan Kabupaten Sekadau. 2013.

Laporan Data Dinas Kesehatan Kabupaten Sekadau

Puskesmas Nanga Mahap. 2012/2013. Profil Puskesmas Nanga Mahap\

Crea, M. 2008. Hypertension. Jakarta: Medya Pardosi, Rosy. 2011. Hubungan Pengetahuan

Pasien Penderita Hipertensi Dengan Upaya Mencegah Kejadian Stroke Di Rsup Haji Adam Malik Medan. Skripsi tidak diterbitkan. Sumatera Utara: Universitas Sumatera Utara. Notoatmodjo, S. 2007. Kesehatan Masyarakat

Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta

Hamid, Syahrul Aminuddin. 2013. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Keluarga Tentang Pencegahan Hipertensi Dengan Kejadian Hipertensi. Skripsi tidak diterbitkan. Gorontalo: Universitas Negeri Gorontalo. Zuraidah, dkk. 2012. Analisis Faktor Risiko

Penyakit Hipertensi Pada Masyarakat Di Kecamatan Kemuning Kota Palembang. Riset Pembinaan Tenaga Kesehatan. Palembang: Poliklinik Kesehatan Depkes.

Sarasaty, Frilyan Rinawang. 2011. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Hipertensi Pada Kelompok Lanjut Usia Di Kelurahan Sawah Baru Kecamatan Ciputat Kota Tangerang Selatan. Skripsi tidak diterbitkan. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Sutanto. 2010. Cegah & Tangkal Penyakit

Modern. Yogyakarya: Andi.

Gray, Huson. 2005. Kardiologi Edisi IV. Jakarta: Erlangga.

(10)

Wawasan Kesehatan-ISSN 2087-4995 68 Sosial Lanjut Usia Jember. Skripsi. Jember:

Gambar

Tabel 2. Hubungan Pengetahuan, Sikap, Aktifitas Fisik, Merokok, Konsumsi Alkohol dan Pola Makan dengan Kejadian Hipertensai pada Lansia di Desa Nanga Mahap kabupaten Sekadau Tahun 2014

Referensi

Dokumen terkait

Narapidana terorisme yang sudah mengajukan usulan pembebasan bersyarat dinilai oleh Petugas Lembaga Pemasyarakatan Kelas 1 Semarang sudah berkelakuan baik selama menjalani

Menyatakan bahwa skripsi dengan judul “ Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Keterlambatan Waktu Pelaporan Keuangan (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang

Metode pengumpulan data yang dilakukakn peneliti yaitu dengan menggunakan metode wawancara, Observasi, dan Dokumentasi hal ini dilakukan karena peneliti ingin

Berdasarkan Rencana Struktur Ruang di RTRW Kota Padang Tahun 2010 – 2030 Koridor Ampang termasuk kedalam Pusat Kota bagian tengah yaitu Pusat Kota Lama

tentang musik gereja jemaat dapat bernyanyi dengan tempo dan not yang benar. Pemusik juga harus memperhatikan lagu dan dapat diaransement dengan baik,.. sehingga

Putri Yulini Puji Lestari, Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Terhadap Hasil Belajar Matematika Pada Pokok Bahasan Luas Permukaan Kubus Dan

Gedung ini dirancang menggunakan Sistem rangka gedung yang mampu menahan paling banyak 25 persen gaya gempa yang ditetapkan dan dinding geser beton bertulang khusus

Pentingnya penanaman karakter kebangsaan secara dini terhadap siswa sekolah dasar merupakan sikap yang harus selalu dikembangkan. Karakter kebangsaan melalui lagu-lagu karya Ibu Soed