• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDEKATAN DAN MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENDEKATAN DAN MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

PENDEKATAN DAN MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM

A. PENDEKATAN PENGEMBANGAN KURIKULUM

Pendekatan merupakan titik tolak atau sudut pandang seseorang terhadap suatu proses tertentu. Sehingga bila dikaitkan dengan kurikulum, pengembangan kurikulum dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang secara umum tentang proses pengembangan kurikulum. Pengembangan kurikulum sendiri memiliki makna yang cukup luas. Sukmadinata mengemukakan bahwa pengembangan kurikulum adalah penyusunan kurikulum yang sama sekali baru, bisa juga menyempurnakan kurikulum yang telah ada. Di satu sisi pengembangan kurikulum merupakan penyusunan seluruh perangkat kurikulum mulai dari dasar, struktur dan sebaran mata pelajaran, garis-garis besar program pengajaran, hingga pedoman pelaksanaannya, dan di sisi lain berkenaan dengan penjabaran kurikulum yang telah disusun pusat menjadi rencana dan persiapan mengajar yang lebih khusus, yang dikerjakan oleh guru, seperti penyusunan Rencana Tahunan, caturwulan, satuan pelajaran, dan sebagainya.

Menurut Zainal Arifn (2011) dalam bukunya Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, jika dilihat dari aspek perencanaannya ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan dalam pengembangan kurikulum, antara lain sebagai berikut.

1. Pendekatan Kompetensi (Competency Approach)

Kompetensi adalah jalinan terpadu yang unik antara pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang direfeksikan dalam pola berfkir dan pola bertindak. Pendekatan kompetensi menitikberatkan pada semua ranah, yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Cirri-ciri pokok pendekatan kompetensi adalah berfkir teratur dan sistematik, sasaran penilaian lebih difokuskan pada tingkat penguasaan, dan kemampuan memperbarui diri (regenerative capability).

Prosedur penggunaan pendekatan ini adalah (a) menetapkan standar kompetensi lulusan yang harus dikuasai oleh para lulusan pada setiap jenis dan jenjang pendidikan, (b) emerinci perangkat kompetensi yang diharapkan dimiliki oleh para lulusan, (c) menetapkan bentuk dan kuantitas pengalaman belajar melalui bidang studi atau mata pelajaran dan kegiatan-kegiatan lainnya yang relevan, (d) mengembangkan silabus.

(2)

Dalam penilaian penguasaan kompetensi, ada tiga hal penting yang harus diperhatikan guru, yaitu sebagai berikut :

a. Sasaran penilaian tidak hanya terfokus pada kemampuan tertulis dan lisan saja, tetapi juga tingkat untuk kerja (performance) pelaksanaan tugas yang telah ditetapkan.

b. Kriteria penilaian adalah persyaratan minimal pelaksanaan tugas-tugas.

c. Sasaran utama adalah penguasaan kemampuan (exit requirements) dan bukan pada cara atau waktu pencapaian.

Ciri pendekatan kompetensi yang tidak kalah pentingnya adalah penjaringan dan pengelolaan informasi balikan (feedback) secara teratur untuk melakukan perbaikan secara berkesinambungan sehingga kurikulum memiliki mekanisme untuk memperbaiki diri (regenerative capability), baik tingkat lembaga maupun tingkat nasional.

2. Pendekatan Sistem (System Approach)

System adalah totalitas atau keseluruhan komponen yang saling berfungsi, berinteraksi, dan interdepensi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Ciri-ciri sistem adalah adanya tujuan, fungsi, komponen, interaksi dan interdepensi, penggabungan yang menimbulkan jalinan keterpaduan, proses transformasi, umpan balik untuk perbaikan, dan lingkungan.Pendekatan sistem adalah penggunaan berbagai konsep yang serasi dari teori sistem yang umum untuk memahami teori organisasi dan praktek manajemen. Pendekatan sistem terdiri atas beberapa aspek, antara lain: (a) flsafat sistem, yaitu sebagai cara berfkir (way of thingking) tenang fenomena secara keseluruhan, (b) analisis sistem, yaitu metode atau teknik dalam memecahkan masalah (problem solving) atau pengambilan keputusan (decision making), dan (c) manajemen sistem, yaitu aplikasi teori sistem ditengah mengelola organisasi.

Model Intructional Development Institute (IDI) yang dikembangkna oleh University Consortium on Intructional Development and Technology (UCIDT) memiliki langkah langkah pendekatan sistem sebagai berikut :

a. Merumuskan masalah, yang meliputi :

1) Menentukan masalah: analisis kebutuhan, menentukan prioritas, merumuskan masalah.

(3)

3) Mengatur pengelolaan: analisis tugas, tanggung jawab dan penjadwalan. b. Mengidentifkasi strategi pemecahan masalah, yang meliputi :

1) Menentukan tujuan pembelajaran: tujuan akhir dan tujuan antara. 2) Menentukan strategi: pendekatan metode, media, dan sumber belajar. 3) Membuat prototipe: bahan-bahan pembelajaran dan evaluasi.

c. Melaksanakan evaluasi, yang meliputi :

1) Uji coba prototipe: melakukan uji coba, mengumpulkan data, dan evaluasi. 2) Analisis hasil uji coba: tujuan pembelajaran, metode dan teknik evaluasi.

3) Penyempurnaan langkah-langkah terdahulu: review, menetapkan, melaksanakan.

3. Pendekatan Klarifkasi Nilai ((Value Clarifcation Approach)

Klarifkasi nilai adalah langkah pengambilan keputusan tentang prioritas atas keyakinan sendiri berdasarkan pertimbangan yang rasional, logis, sesuai dengan perasaannya dan perasaan orang lain serta aturan yang berlaku.

Ciri pengembangan kurikulum berdasarkan pendekatan klarifkasi nilai, antara lain: (a) peran guru kurang dominan dalam pembelajaran, (b) guru lebih sedikit member informasi dan lebih banyak mendengarkan penjelasan dari peserta didik, (c) guru lebih sring menggunakan metode tanya-jawab, (d) tidak banyak kritik destruktif, (e) kurang menekankan faktor kegagalan dan lebih menerima kesalahan-kesalahan, (f) menanggapi dan menghayati pekerjaan peserta didik, (g) merumuskan tujuan dengan jelas, (h) dalam batas tertentu peserta didik diberi kebebasan untuk bekerja dan bertanggunag jawab, (i) peserta didik bebas mengungkapkan apa yang mereka rasakan, (j) adanya keseimbangan antara tugas kelompokmdengan tugas perseorangan, (k) belajar bersifat individual, (l) evaluasi bukan terfokus pada prestasi akademik, tetapi juga proses pertukaran pengalaman, dan (m) peserta didik menemukan sistem nilainya sendiri.

Raths dalam John Jarolimek (1974) mengemukakan langkah-langkah pendekatan klarifkasi nilai sebagai berikut :

a. Kebebasan memilih (bagi peserta didik), yang meliputi :

(4)

2) Memilih berbagai alternatif yang ada

3) Menentukan pilihan dan pertimbanganyang rasional sesuai dengan pikiran dan pendapat masing-masing.

b. Membina kebanggaan (prizing), diantaranya : 1) Merasakan gembira atas ketepatan memilih

2) Mengukuhkan pilihan sesuai dengan pendapat pada dirinya masing-masing

c. Melaksanakan (acting) :

1) Melakukan percobaan atau melaksanakan pilihan

2) Mengulangi perbuatan tersebut dalam kehidupan sehari-hari dan menjadikannya sebagai pola kehidupan.

4. Pendekatan Komprehensif (Comprehensive Approach)

Pendekatan ini melihat, memperhatikan, dan menganalisis kurikulum secara keseluruhan. Semua masalah yang berkaitan dengan kurikulum diidentifkasi secar global oleh pengembang kurikuum. Pengembang kurikulum dapat menetapkan langkah pertama yang akan dilakukan dan apa yang akan dicapai sebagai sasaran dengan merumuskan flsafat pendidikan, visi-visi dan tujuan pendidikan serta sasaran yang ingin dicapai.

5. Pendekatan yang Berpusat pada Masalah (Problem-Centered Approach)

Pengembangan kurikulum dengan pendekatan ini dilakukan dengan cara mengidentifkasi berbagai masalah kurikulum secara khusus. Para guru diminta berbagai informasi tentang masalah-masalah, keinginan, harapan, dan kesulitan-kesulitan yang ereka hadapi dalam mata pelajaran, seperti perbaikan cara penampilan, penggunaan multimetode dan media dalam pembelajaran, serta sistem penilaian.

(5)

Pendekatan terpadu adalah suatu pendekatan yang memadukan keseluruhan bagian dan indicator-indikatornya dalam suatu bingkai kurikulum untuk mencapai tujuan tertentu. Bagian tersebut menggambarkan :

a. Hasil belajar,

b. Tahap pengembangan kurikulum, dan c. Program pendidikan yang ditawarkan.

Dalam studi tentang kurikulum terdapat dua jenis pendekatan, yaitu : a. Pendekatan Sentralisasi (Centralized Approach)

Pendekata ini disebut juga pendekatan Top-Down, yaitu pedekatan yang menggunakan sistem komando (dari atas ke bawah). Artinya, kurikulum dikembangkan oleh pemerintah pusat (c.q. Balitbang Kemdiknas) dan sesuai dengan garis komando.

b. Pendekatan Disentralisasi (Dicentralized Approach)

Pendekatan ini disebut juga pendekatan grass-rooth, yaitu suatu sistem pendekatan yang dimulai dari akar rumput, dalam hal ini adalah guru sebagai ujung tombak pengembang kurikulum ditingkat sekolah, baik secara individual maupun secara kelompok.

B. MODEL KONSEP KURIKULUM

Model merupakan ulasan teoritis tentang suatu konsepsi dasar. Model konsep kurikulum tidak terlepas dari apa yang dikemukakan Hilda Taba bahwa terdapat tiga fungsi kurikulum, yaitu (1) sebagai transmisi, yaitu mewariskan nilai-nilai kebudayaan, (2) sebagai transformasi, yaitu melakukan perubahan atau rekontrusi sosial, dan (3) sebagai pengembangan individu.

(6)

1. Konsep Kurikulum Subjek Akademis (Rasionalisasi)

Kurikulum rasionalisasi atau subjek akademik berisi tentang pengetahuan. Pengetahuan merupakan warisan budaya pada masa lampau dan akan tetap diwariskan kepada generasi yang akan datang. Pengetahuan tersebut berisi sejumlah mata pelajaran.

Peserta didik yang berada disekolah harus mempelajari semua mata pelajaran. Tujuannya adalah agar peserta didik menguasai pengetahuan. Dengan demikian, pendidikan lebih bersifat pengembang inteleektual.

Kurikulum ini lebih menekankan isi (content). Kegiatan belajarnya lebih banyak diarahkan untuk menguasai isi sebanyak-banyaknya. Isi kurikulum diambil dari disiplin-disiplin ilmu yang telah direorganisasi sesuai dengan tujuan pendidikan. Ditinjau dari kerangka dasar kurikulum, konsep kurikulum subjek akademis memiliki karakteristik tertentu, antara lain :

a. Tujuan, yaitu mengembangkan kemampuan intelektual anak melalui penguasaan disiplin ilmu.

b. Isi/materi, yaitu mengambil dari berbagai disiplin ilmu yang telah disusun oleh para ahli, kemudian direorganisasikan sesuai kebutuhan pendidikan. Organisasi yang digunakan adalah :

Correlated curriculum adalah pola organisasi materi atau konsep suatu pelajaran yang dikorelasikan dengan pelajaran lainnya.

Unifyied atau Concentrated curriculum adalah pola organisasi bahan pelajaran tersusun dalam tema-tema pelajaran tertentu, yang mencakup materi dari berbagai pelajaran displin ilmu.

Integrated curriculum yaitu bahan ajar diintegrasikan dalam suatu persoalan, kegiatan atau segi kehidupa tertentu.

Problem solving curriculum adalah pola organisasi isi yang berisi topik pemecahan masalah sosial yang dihadapi dalam kehidupan dengan menggunakan pengetahuan dan keterampilan yag diperoleh dari berbagai displin ilmu.

c. Metode, yakni menggunakan metode ekspositori, inkuiri-diskoveri dan pemecahan masalah.

(7)

Konsep kurikulum ini mendapat kritikan tajam dari berbagai aliran pendidikan lainnya. Kritikan tersebut sekaligus menunjukan kelemahan dari konsep kurikulum ini, yakni :

a. Konsep kurikulum ini terlalu menonjolkan domain kognitif akademis sehingga domain afektif, psikomotorik, social, esosional menjadi terabaikan.

b. Konsep yang dikembangkan belu m tentu sesuai dengan minat dan kebutuhan anak.

c. Tidak semua peserta idik dapat memahami dan menggunakan metode ilmiah untuk mempelajari disiplin ilmu.

d. Tidak semua anak akan menjadi ilmuawan profesioal.

e. Guru tidak atau jarang terlibat dalam penelitian karena tidak menguasai metode ilmiah (scienitifc method)

2. Konsep Kurikulum Rekontruksi Sosial

Kurikulum ini bersumber dari aliran pendidikan intraksional yang menekankan interaksi dan kerja sama antara siswa, guru, kepala sekolah, orang tua dan masyarakat. Menurut pemahaman kurikulum rekontruksi sosial bahwa kepentingan sosial harus diletakkan diatas kepentingan pribadi atau golongan. Asumsinya adalah

a. perubahan sosial merupakan tangguang jawab masyarakat, dan b. masih ada kesenjangan antara kurikulum dengan masyarakat.

Tujuan untama kurikulum ini adalah mengembangkan kemampuan siswa untuk menghadapi masalah-masalah yang ada dalam masyarakat. Menurut S. Nasution (1991), konsep kurikulum ini memiliki dua kelompok, yaitu "bersifat adaptif dan reformatories". Adaptif dimaksudkan agar individu dapat menyesuaikan diri dalam menghadapi segala macam bentuk perubahan. Ia harus kuat fsik dan mental dalam mempertahankan dinamika hidupnya, sedangkan kelompok reformis menginginkan agar individu tidak hanya mampu menghadapi masalah-masalah yang akan datang, tetapi harus turut aktif dalam mengadakan perubahan yang diinginkan.

3. Konsep Kurikulum Humanistik (Aktualisasi Diri)

(8)

maupun aspek-aspek afektif lainnya, seperti sikap, minat, bakat, motivasi, emosi, perasaan, dan nilai.

Kurikulum humanistic bersifat child-centered yang menekankan ekspresi diri secara kreatif, individualitas, dan aktiftas pertumbuhan dari dalam, bebas paksaan dari luar.

Menurut Mc.Neil ciri-ciri kurikulum humanistic adalah :

a. Partisipasi, artinya peserta didik terlibat secara aktif merundingkan apa yang akan dipelajari.

b. Integrasi, artinya ada interpenetrasi dan integrasi antara pikiran, perasaan dan tindakan.

c. Relevansi, artinya terdapat kesesuaian antara materi pelajaran dan kebutuhan pokok serta kehidupan anak ditinjau daari segi emosional dan intelektual.

d. Diri Anak, merupakan sasaran utama yang harus dipelajari agar anak dapat mengenal dirinya.

e. Tujuan, yaitu mengembangkan diri anak sebagai suatu keseluruhan dalam masyarakat manusiawi.

Ditinjau dari kerangka dasar kurikulum, konsep dasar kurikulum juga mempunyai ciri tersendiri, antara lain :

a. Tujuan pendidikan, yaitu mengembangkan pribadi yang utuh dan dinamis agar memiliki integrasi tinggi dan sikap positif.

b. Materi, yaitu menyediakan pengalaman yang berharga bagi setiap anak yang dapat membantu pertumbuahn dan perkembangannya pribadinya secara utuh. c. Proses, yaitu terbangunnya hubungan emosional yang kondusif antara guru dan siswa.

d. Evaluasi, yaitu lebih mengutamakan proses daripada hasil, karena sifatnya subjektif baik dari guru maupun siswa.

Kurikulum humanistik memandang aktualisasi diri sebagai suatu kebutuhan yang mendasar. Tiap anak memiliki self masing-masing yang harus dibangkitkan dan dikemangkan, sekalipun sering tidak dikenali dan tidak disadari bahkan cenderung tersembunyi.

(9)

Konsep kurikulum teknologis dapat berbentuk aplikasi teknologi pendidikan dan dapat juga berbentuk penggunaan perangkat keras dan lunak dalam pendidikan. Prosedur pembelajaran didasarkan pada psikologi behaviourisme dan teori stimulus-respon. Artinya, tujuan yang dirumuskan harus berbentuk perilaku yang dapat diukur dan diamati serta diarahkan untuk menguasai sejumlah kompetnsi. Perkembangan teknologi pada abad ini sangatlah pesat. Perkembangan teknologi tersebut mempengaruhi semua bidang, termasuk bidang pendidikan. Sejak dulu pendidikan telah meng

gunakan teknologi, seperti papan tulis, kapur, dan lain-lain. Namun, sekarang seiring dengan kemajuan teknologi banyak alat (tool) seperti audio,video, overhead projector, flm slide, dan motion flm, serta banyak alat-alat lainnya.

Penerapan teknologi dalam bidang pendidikan khususnya kurikulum dibagi dalam dua bentuk, yaitu:

a. Perangkat lunak (software) atau disebut juga teknologi sistem (system technology). Pada bentuk ini, lebih menekankan kepada penggunaan alat-alat teknologis yang menunjang efsiensi dan efektivitas pendidikan.

b. Perangkat keras (hardware) atau sering disebut juga teknologi alat (tools technology). Pada bentuk ini, lebih menekankan kepada penyusuna program pengajaran atau rencana pelajaran dengan menggunakan pendekatan sistem. Ciri-ciri kurikulum yang dikembangkan dari konsep teknologis pendidikan (kurikulum teknologis), yaitu:

a. Tujuan diarahkan pada penguasaan kompetensi, yang dirumuskan dalam bentuk perilaku. Tujuan-tujuan yang bersifat umum yaitu kompetensi dirinci menjadi tujuan-tujuan khusus, yang disebut objektif atau tujuan instruksional.

b. Metode yang digunakan biasanya bersifat individual, kemudian pada saat tertentu ada tugas-tugas yang harus dikerjakan secara kelompok. Pelaksanaan pengajaran mengikuti langkah-langkah sebagai berikut.

- Penegasan tujuan kepada siswa. - Pelaksanaan pengajaran

- Pengetahuan tentang hasil - Organisasi bahan ajar - Evaluasi

(10)

a. Prosedur pengembagan kurikulum dinilai dan disempurnakan oleh pengembang kurikulum yang lain.

b. Hasil pengembangan terutama yang berbentuk model adalah yang bisa diuji coba ulang, dan hendaknya memberikan hasil yang sama.

Inti dari pengembangan kurikulum teknologis adalah penekanan pada kompetensi. Pengembangan dan penggunaan alat dan media pengajaran bukan hanya sebagai alat bantu tetapi bersatu dengan program pengajaran dan ditujukan pada penguasaan kompetensi. Dalam pengembangan kurikulum teknologis kerjasama dengan para penyusun program dan penerbit media elektronik serta media cetak. Pengembangan pengajaran yang betul-betul berstruktur dan bersatu dengan alat dan media membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Ini merupakan hambatan utama dalam pengembangan kurikulum teknologis.

Sebagaimana konsep kurikulum yang lain, konsep kurikulum teknologis juga mempunyai kelemahan, antara lain sulit menyampaikan bahan pelajaran yang bersifat kompleks atau materi pelajaran yang membutuhkan tingkat berfkir tinggi, sulit mengembangkan domain afektif, sulit melayani kebutuhan siswa secara perseorangan (bakat, sikap, minat) dan siswa cepat bosan.

C. MODEL-MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM

Model atau konstruksi merupakan ulasan teoritis tentang suatu konsepsi dasar. Dalam pengembangan kurikulum, model dapat merupakan ulasan teoritis tentang suatu proses kurikulum secara menyeluruh atau dapat pula merupakan ulasan mengenai salah sau bagian kurikulum. Disamping itu, ada model yang mempersoalkan proses dan ada pula model yang hanya menitikberatkan pandangannya pada mekanisme penyusunan kurikulum. Ulasan teoritis demikian dapat pula mengutamakan uraiannya pada segi organisasi kurikulum dan ada pula yang menitikbertkan ulasannya hanya pada hubungan anatarpribadi orang-orang yang terlibat dalam pengembangan kurikulum.

Robert S. Zais dalam Zainal Arifn (2011) mengemukakan delapan model pengembangan kurikulum. Secara singkat, model-model tersebut akan dikemukakan sebagai berikut.

1. The Administrative (Line Staf) Model

(11)

garis komando "dari atas ke bawah" (top-down). Maksudnya inisiatif pengembangan kurikulum berasal dari pejabat tinggi (Kemdiknas), kemudian secara stuktural dilaksanakan ditingkat bawah.

2. The Grass-Roots Model

Inisiatif pengembangan kurikulum ini berada ditangan guru-guru sebagai pelaksana kurikulum disekolah, baik yang bersumber dari satu sekolah maupun dari berbagai sekolah sekaligus. Model ini didasarkan oleh dua pandangan pokok, yaitu:

Pertama, implementasi kurikulum akan lebih berhaasil apabila guru-guru sebagai pelaksana sudah dari sejak semula terlibat secara langsung dala pengembangan kurikulum. Kedua, pengembangan kurikulum tidak hanya melibatkan personel yang professional (guru) saja, tetapi juga siswa, orang tua dan masyarakat.

Model grass-roots ini didasarkan atas empat prinsip, yaitu :

a. Kurikulum akan bertabah baik, jika kemampuan keprofesionalan guru bertambah baik.

b. Kompetensi guru akan bertambah baik, jika guru terlibat secara priadi didalam merevisi kurikulum.

c. Jika guru terlibat dalam merumuskan tujuan yang ingin dicapai, menyeleksi, mendefnisikan dan memecahkan masalah, mengevaluasi hasil, maka hasil pengembangan kurikulum akan lebih bermakna.

d. Hedaknya diantara guru-guru terjadi kontak langsung sehigga mereka dapat saling memahami dan mencapai suatu konsesus tentang prinsip-prinsip dasar, tujuan dan rencana.

3. The Demonstartion Model

Model ini dikembangkan untuk memperkenalkan suatu inovasi kurikulum dalam skala kecil. Dalam pelaksanaanya, model ini menuntut para guru dalam satu sekolah untuk mengorganisasikan dirinya dalam memperbaruhi kurikulum. Model demonstrasi dapat dilaksanakan baik secara formal maupun tidak formal. Keuntunagn model demontrasi antara lain :

a. Disebabkan kurikulum yang dihasilkan telah melalui ujicoba dalam praktik yang nyata, maka dapat memberikan alternatif yang dapat bekerja.

(12)

c. Mudah untuk mengatasi hambatan.

d. Menempatkan guru sebagai penagmbil inisiatif dan narasumber sehingga para administrator dapat mengarahkan minat dan kebutuhan guru untuk mengembangkan program-program baru.

Kelemahan utama model ini adalah dapat menghasilkan antagonism guru. Guru-guru yang tidak terlibat dalam proses pengembangan cenderung bersikap apatis, tidak percaya dan cemburu. Akibatnya, mereka akan menerima kurikulum baru itu dengan setengah hati

4. Beauchamp's System Model

Sistem yang diformulasikan oleh G.A Beauchamp mengemukakan adanya lima langkah kritis dalam mengambil keputusan pengembangan kurikulum, yaitu :

a. Menentukan arena pengembangan kurikulum. Arena itu bisa berupa kelas, sekolah, sistem persekolahan regional atau sistem pendidikan nasional.

b. Memilih dan mengikutsertakan pengembang kurikulum.

c. Pengorganisasian dan penentuan prosedur perencanaan kurikulum yang meliputi menetapkan tujuan kurikulum, memilih materi pelajaran, mengembangkan kegiatan pembelajaran dan mengembangkan disain.

d. Pelaksanaan kurikulum secara sistematis.

e. Evaluasi kurikulum, yang meliputi empat dimensi: penggunaan kurikulum oleh guru, desain kurikulum, hasil belajar peserta didik, dan sistem kurikulum.

5. Taba's Inverted Model

Model ini dimulai dengan melaksanakan eksperimen, diteorikan, kemudian diimplementasikan. Hal ini dilakukan untuk menyesuaikan antara teori dan praktek, serta menghilangkan sifat keumuman dan keabstrakan kurikulum, sebagaimana sering terjadi apabila tanpa kegiatan eksperimen.

Hilda Taba mengembangkan lima langkah pengembangan kurikulum secara berurutan, diantaranya yaitu :

(13)

b. Uji coba unit-unit eksperimen untuk menemukan validitas dan kelayakan pembelajaran.

c. Merevisi hasil uji coba dan mengonsolidasikan unit-unit kurikulum. d. Mengembangkan kerangka kerja teoritis

e. Pengasemblingan dan desiminasi hasil yang telah diperoleh.

6. Roger's Interpersonal Relations Model

Model ini berasal dari seorang psikolog Carl Rogers. Dia berasumsi bahwa "kurikulum diperlukan dalam rangka mengembangkan individu yang terbuka, luwes daan adaptif terhadaap situsi perubahan." Kurikulum demikian hanya dapat disusun dan diterapkan oleh pendidik yang berpengalaman, luwes dan berorientasi pada proses.

Langkah-langkah dalam model ini adalah sebagai berikut :

a. Memilih suatu sasaran administrator dalam sistem pendidikan dengan syarat bahwa individu yang terlibat hendaknya ikut aktif berpartisipasi dalam kegiatan kelompok secara intensif agar mereka dapat berkenalan secara akrab.

b. Mengikutsertakan guru-guru dalam pengalaman kelompok secara intensif. c. Mengikutsertakan unit kelas dalam pertemuan lima hari.

d. Menyelenggarakan pertemuan secara interpersonal antara administrator, guru dan orangtua peserta didik.

e. Pertemuan vertical yang mendobrak hierarki, birokrasi dan situs sosial.

7. The Systematic Action-Reasearch Model

Tiga faktor utama yang dijadikan bahan pertimbangan dalam model ini adalah adanya hubungan antarmanusia, organisasi sekolah dan masyarakat, serta otoritas ilmu. Langkah-langkah dalam model ini antara lain :

a. Merasakan adanya suatu masalah dalam kelas atau sekolah yang perlu diteliti secara mendalam.

b. Mengidentifkasi faktor-faktor apa saja yang mempengaruhinya.

(14)

d. Menentukan keputusan-keputusan apakah yang perlu diambil sehubungan dengan masalah tersebut.

e. Melaksanakan keputusan yang diambil dan menjalankan rencana yang isusun. f. Mencari fakta secara meluas

g. Menilai tentang kekuatan dan kelemahannya.

8. Emerging Technical Model

Model teknologis ini terdiri dari tiga variasi model, yaitu model analisis tingkah laku, model analisis sistem, dan model berdasarkan komputer.

a. Model analisis tingkah laku memulai kegiatannya dengan jalan melatih kemampuan anak mulai dari yang sederhana sampai pada yang kompleks secara bertahap.

b. Model analisis sistem memulai kegiatannya dengan jalan menjabarkan tujuan-tujuan secara khusus (output), kemudian menyusun alat-alat ukur untuk menilai keberhasilannya, kemudian mengidentifkasi sejumlah faktor-faktor yang berpengaruh terhadap proses penyelenggaraannya.

c. Model berdasarkan komputer memulai kegiatannya dengan jalan mengidentifkasi unit-unit kurikulum lengkap dengan tujuan-tujuan pembelajaran khususnya.

D. ANALISIS TERHADAP MODEL-MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM

Ada tiga faktor yang digunakan untuk menganalisis model-model pengembangan tersebut menurut Zainal Arifn (2011) dalam bukunya Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, yaitu :

a. Penekanan pada suatu titik pandangan tertentu.

b. Keuntungan keuntungan yang diperoleh melalui model tersebut c. Kekurangan-kekurangannya.

(15)

hasil kegiatannya seolah-olah dilaksanakan dari atas tanpa memperhatikan people change.

Titik pandangan model dari bawah diletakkan pada pengembangan kurikulum yang diselenggarakan secara demokratis yaitu dari bawah. Keuntungannya yaitu proses pengambilan keputusan terletak pada para pelaksana, mengikutsertakan banyak pihak dari bawah, yaitu guru-guru. Berdasarkan hal itu, maka terbukalah tirai broken front sebagaimana lazim ditemui apabila pembaruan kurikulum disodorkan dari atas. Kekurangan yang paling menonjol model ini mengabaikaan segi teknis dan professional tentang kurikulum.

Model demonstrasi jelas mengutamakan pemberian contoh dan teladan yang baik dengan harapan agar yang didemonstrasikan akan diadopsi oleh guru/sekolah lain. Keuntungannya terletak pada suatu segmen kurikulum yang panjang dan tetunya sudah melalui testing sehingga terjamin akurasi dan validitasnya. Sebagaimana model dari bawah, maka model ini juga menembus broken front. Ekses yang timbul dari model ini adalah guru-guru yang tidak ikut serta dalam pengembangan kurikulum bisa menentang gagasan-gagasan yang telah dihasilkan.

Model beachamp melihat dari segi keseluruhan proses kurikulum. Keuntungan yang menonjol adalah penegasan arena sehingga mudah dan jelaslah rung lingkup kegiatan. Kerugiannya sama dengan model top down.

Model terbalik Hilda Taba mendekatkan kurikulum dengan realitas pelaksanaannya melalui pengujian terlebih dahulu oleh guru-guru professional. Model ini sungguh mengintegrasikan teori dengan praktik, tetapi sulit mengorganisasikannya karena memerlukan kemampuan teoritis dan profesionalan yang tinggi. Model hubungan interpersonal dari Roger mengutamakan hubungan antarpribadi dengan harapan dapat menghasilkan beberapa penerapan kurikulum yang lebih luas dan sukses. Model ini mendekatkan permasalahan dengan para pelaksanannya sehingga memudahkan pemecahannya.

(16)

Pengembangan kurikulum (Curriculum development/Curriculum design) sebagai

tahap lanjutan dari pembinaan, yakni kegiatan yang mengacu untuk menghasilkan

suatu kurikulum baru.

[

1]

Menurut Geane, Topter dan Alicia bahwa Pengembangan Kurikulum adalah

suatu proses dimana partisipasi pada berbagai tingkatan dalam membuat keputusan

tentang tujuan, bagaimana tujuan direalisasikan melalui proses belajar mengajar dan

apakah tujuan dan alat itu serasi dan efektif.

[

2]

Pengembangan kurikulum adalah suatu proses yang merencanakan,

menghasilkan suatu alat yang lebih baik dengan didasarkan pada hasil penelitian

terhadap kurikulum yang tidak berlaku, sehingga dapat memberikan kondisi kegiatan

belajar mengajar yang lebih baik.

[

3]

Referensi

Dokumen terkait

hepar, pola normal pada hepar terganggu.Gangguan terhadap suplai darah normal pada sel-sel hepar ini menyebabkan nekrosis dan kerusakan sel-sel hepar.Setelah lewat masanya,

Walaupun demikian, ada satu perbedaan yang jelas antara penempatan di Kawasan Asia Pasifik dan Amerika dengan Kawasan Timur Tengah dan Afrika, dimana penempatan pada kawasan

Namun, berkaitan dengan kemungkinan dan kenyataan akan keadaan sakit dan kekeliruan ini, tidak akan membutakan kita terhadap kemungkinan dan kenyataan lain bahwa

Selain itu, hasil penelitian juga menunjukkan terdapat 47,8% responden higiene perorangannya tidak baik, 65,2% responden memiliki sanitasi yang tidak baik dari segi peralatannya,

Hasil penelitian yang dilakukan terhadap guru fisika pada 17 SMPN Kota Makassar, dimana 36 guru berpartisipasi sebagai responden ditemukan bahwa untuk meningkatkan

13 Beranjak dari teori Wallas inilah yang digunakan sebagai indikator dalam penelitian untuk mengetahui proses berpikir kreatif siswa.. Kemampuan berpikir kreatif dapat

Dari seluruh paparan di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku sosial adalah aktivitas individu yang berkaitan atau berhubungan dengan nilai-nilai sosial

Dalam penelitian ini, meskipun partisipan mengung- kapkan bahwa dalam ajaran agama mereka (Islam dan Kristen) terdapat larangan yang keras dan berakibat dosa terhadap