• Tidak ada hasil yang ditemukan

SELEKSI TUMBUHAN AKUATIK BERPOTENSI DALAM FITOREMEDIASI AIR LIMBAH DOMESTIK DI KEBUN RAYA PURWODADI Fatihah Baroroh 1, Rony Irawanto 2

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SELEKSI TUMBUHAN AKUATIK BERPOTENSI DALAM FITOREMEDIASI AIR LIMBAH DOMESTIK DI KEBUN RAYA PURWODADI Fatihah Baroroh 1, Rony Irawanto 2"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

FITOREMEDIASI AIR LIMBAH DOMESTIK DI KEBUN RAYA

PURWODADI

Fatihah Baroroh1, Rony Irawanto2 1

Prodi Agroteknologi Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

2

Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Purwodadi - LIPI E-mail: fatihahbaroroh19@gmail.com

Abstract: Aquatic plants ecologically have function in a recovery (remediation) of water quality caused water pollution. One of the main causes of water pollution is domestic wastewater where every species of aquatic plant has a different ability in absorbing or accumulating of wastewater. Given the potential in phytoremediation, then the conservation of aquatic plant diversity is very important in maintaining continuity. Purwodadi Botanic Garden is the ex-situ plant conservation institute. Nowadays, Purwoda-di Botanic Garden has 1.925 plant species belongs to aquatic plant collection. Therefore, excavation of potential aquatic plant in phytoremediation domestic wastewater needs to be done. This research aims to do selection of aquatic plants species in Purwodadi Botanic Garden in phytoremediation. This research was conducted in Purwodadi Botanic Garden on August 1 to September 20, 2016. The methods are di-rect observation activity, measuring the environment factor, selection aquatic plant through examina-tion, quisioner and also used literature study. Based on the result of conservation in Purwodadi Botanic Garden, there are found 18 species of aquatic plant. The environment factor in a aquatic plant ponds collection currently has 28-30 oC temperature, 71-81 % humidity and 11-35x106 lux luminous intensi-ty. The 18 aquatic plant species are Acanthus illicifolius, Acanthus montanus, Acorus calamus, Cyperus sp1, Cyperus sp2, Echinodorus radicans, Ipomea aquatica, Lasia spinosa, Ludwigia adscendens, Ludwigia octovalvis, Monochoria hastata, Nelumbo nucifera, Nymphaea sp1, Nymphaea sp2, Oryza minuta, Sagittaria lancifolia, Thalia geniculata, and Typha angustifolia. Based on the field condition, the experiment and the perception of respondents, the selected of aquatic plants are Echinodorus radicans, Sagittaria lancifolia, and Thalia geniculata. Those species have potential as a phytoremediation domestic wastewater.

Keywords: selection, aquatic plant, phytoremediation, domestic wastewater, Purwodadi Botanic Garden.

Abstrak Tumbuhan akuatik secara ekologi memiliki peran dalam pemulihan (remediasi) kualitas perairan akibat pencemaran air. Salah satu penyebab utama pencemaran air adalah limbah cair domestik. Dimana setiap jenis tumbuhan akuatik memiliki kemampuan yang berbeda dalam menyerap atau mengakumulasi limbah cair. Mengingat potensinya dalam fitoremediasi, maka upaya konservasi keanekaragaman tumbuhan akuatik sangat penting dalam mempertahankan kelestariannya. Salah satu lembaga konservasi tumbuhan ex-situ adalah Kebun Raya Purwodadi. Kebun Raya Purwodadi saat ini memiliki 1.925 jenis dan termasuk didalamnya koleksi tumbuhan akuatik. Oleh karena itu penggalian potensi tumbuhan akuatik dalam fitoremediasi air limbah domestik perlu dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan seleksi pemilihan jenis-jenis tumbuhan akuatik di Kebun Raya Purwodadi dalam fitoremediasi. Penelitian ini dilakukan di Kebun Raya Purwodadi pada tanggal 01 Agustus s/d 20 September 2016. Metode yang digunakan adalah pengamatan langsung di lapangan, pengukuran faktor lingkungan, penyeleksian tumbuhan akuatik melalui pegujian, kuisioner dan diperkuat dengan studi literatur. Berdasarkan hasil pengamatan di Kebun Raya Purwodadi terdapat 18 jenis tumbuhan akuatik. Faktor lingkungan pada kolam tumbuhan akuatik rata-rata tercatat suhu 28-30 oC, kelembaban 71-81 % dan intensitas cahaya 11-35x106 lux. 18 jenis tumbuhan akuatik tersebut antara lain: Acanthus illicifolius, Acanthus montanus, Acorus calamus, Cyperus sp1, Cyperus sp2, Echinodorus radicans, Ipomea aquatica, Lasia spinosa, Ludwigia adscendens, Ludwigia octovalvis, Monochoria hastata, Nelumbo nucifera, Nymphaea sp1, Nymphaea sp2, Oryza minuta, Sagittaria lancifolia, Thalia geniculata, dan Typha angustifolia. Berdasarkan kondisi dilapangan, hasil pengujian dan persepsi responden maka jenis yang terpilih adalah

Echinodorus radicans, Sagittaria lancifolia, dan Thalia geniculata.Jenis tumbuhan tersebut berpotensi sebagai fitoremediasi air limbah domestik.

(2)

2 Tumbuhan akuatik memiliki berbagai macam manfaat selain digemari masyarakat sebagai tanaman hias, tumbuhan akuatik juga dapat digunakan sebagai bahan pembuat minyak, obat, bahan makanan juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan untuk membuat kerajinan. Tumbuhan akuatik juga memiliki manfaat ekologis yang cukup tinggi. Namun kebanyakan orang masih belum mengetahui manfaat tumbuhan akuatik tersebut secara ekologis. Berdasarkan Irawanto (2010) menyebutkan bahwa tumbuhan akuatik dapat berperan sebagai pengelola polutan/limbah cair. Sehingga dengan adanya tumbuhan akuatik maka pencemaran air dapat diatasi dan kualitas air mampu dipulihkan kembali.

Salah satu penyebab utama pencemaran air adalah limbah domestik. Berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 12 Tahun 2003 menyebukan bahwa air limbah domestik merupakan air yang berasal dari usaha dan atau pemukiman, rumah makan, perkantoran, perniagaan, apartemen dan asrama. Keberadaan tumbuhan akuatik sebagai pengolah air limbah domestik dalam tantanan taman yang estetika dapat memberikan kesan alami dan indah dipandang, meskipun sebagai fitoremadiasi (Kusumawardani dan Irawanto, 2013)

Sumber masukan dari limbah domestik sangat banyak mengingat jumlah penduduk Indonesia yang begitu banyak. Maka volume limbah domestik, dapat dipastikan cukup banyak (Angga, 2007). Salah satu upaya yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah limbah domestik adalah teknik fitoremediasi. Fitoremediasi merupakan teknologi pembersihan, penghilang atau pengurang zat pencemar dalam tanah atau air dengan menggunakan bantuan tanaman (Chussetijowati, 2010). Tumbuhan akuatik dapat digunakan sebagai salah satu agen fitoremediasi. Maka upaya konservasi keanekaragaman tumbuhan akuatik sangat penting dalam mempertahankan kelestarian tumbuhan akuatik.

Kebun Raya Purwodadi merupakan salah satu lembaga konservasi tumbuhan ex-situ yang saat ini memiliki 1,925 jenis tumbuhan slah satunya adalah tumbuhan akuatik (Narko et al, 2012). Namun tumbuhan akuatik yang ada di Kebun Raya Purwodadi belum diketahui manfaatnya secara ekologis (sebagai fitoremediator limbah domestik) maupun secara estetik. Maka dari itu perlunya suatu upaya untuk menggali potensi tumbuhan akuatik.

Penelitian ini merupakan penilitian dasar yang bertujuan untuk melakukan seleksi pemilihan jenis-jenis tumbuhan akuatik di Kebun Raya Purwodadi dalam fitoremediasi. Dimana hasilnya digunakan sebagai dasar untuk menentukan tumbuhan akuatik mana saja yang kemungkinan berpotensi sebagai fitoremediator limbah domestik. Informasi dari hasil penelitian ini diharapkan akan mampu digunakan sebagai acuan penelitian selanjutnya serta menambah khasanah ilmu pengetahuan mengenai potensi keanekaragaman tumbuhan akuatik maupun pengembangan tumbuhan akuatik.

METODE

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 01 Agustus 2016 sampai dengan 20 September 2016 di Kebun Raya Purwodadi. Metode yang digunakan adalah pengamatan langsung di lapangan, pengukuran faktor lingkungan, penyeleksian tumbuhan akuatik melalui pengujian, kuisioner dan diperkuat dengan studi literatur.

Pengamatan langsung dilapang merupakan kegiatan yang dilakukan untuk melihat dan mengamati secara langsung habitat serta lingkungan sekitar tempat tumbuh dari tumbuhan akuatik. Selain itu juga melihat keberadaan materialnya di lapang apakah tumbuhan akuatik tersebut tergolong melimpah atau sedikit di beberapa kolam akuatik di Kebun Raya Purwodadi, seperti dapat dilihat pada Gambar 1.

(3)

3 Gambar 1. Keberadaan Kolam Tumbuhan Akuatik di Kebun Raya Purwodadi.

Pengukuran suhu, kelembaban dan intensitas cahaya matahari bertujuan untuk mengatahui pengaruh dari faktor lingkungan tersebut terhadap tumbuhan akuatik. Pengukuran faktor lingkungan tersebut dilakukan pada kolam terpilih yang memiliki keberadaan koleksi tumbuhan akuatik terbanyak. Dimana Kebun Raya Purwodadi memiliki areal seluas 845.148 m2 yang ter-bagi menjadi 25 vak dan dipisahkan dengan jalan utama menjadi dua wilayah yaitu wilayah I dan II. Maka dua kolam yang terpilih mewakil wilayah I di Vak I.D dan wilayah II di Vak XII.G.

Sedangkan untuk seleksi tumbuhan akuatik dilakukan dengan menggunakan data biomassa tumbuhan akuatik. Dengan mengukur berat kering dari berat basah tumbuhan akuatik tersebut. Pengukuran berat kering diperoleh dari pengeringan daun tumbuhan akuatik selama satu minggu dalam oven suhu 105oC. Pengukuran persentase biomassa dari tumbuhan akuatik untuk mengetahui prosentase air dalam tumbuhan akuatik.

Selain pengukuran prosentase air juga dilakukan penilaian keindahan tumbuhan akuatik. Penilaian ini dilakukan dengan kuisoner kepada 20 responden yang akan menilai keindahan tumbuhan akuatik secara objektif dengan skala 0 sampai 10. Selain kedua data tersebut diperkuat pula dengan study literatur yang berupa karakteristik, ekologi, persebaran serta manfaat dari setiap jenis tumbuhan akuatik.

HASIL

Faktor Lingkungan

Berdasarkan hasil pengukuran faktor lingkungan selama penelitian, kelembaban lingkungan di kolam wilayah I berkisar antara 71% hingga 81% sedangkan untuk kelembaban yang berada di kolam wilayah II berkisar antara 72% hingga 80%, seperti dapat dilihat pada Tabel 1. Hal ini menunjukkan bahwa kelembaban lingkungan antara kedua tempat tersebut tidak berbeda terlalu jauh.

Tabel 1. Kelembaban lingkungan disekitar kolam wilayah I dan kolam wilayah II

Waktu

Kelembaban

Kolam W.I Kolam W.II

06.00-08.00 76 74

08.00-10.00 78 78

10.00-12.00 71 72

12.00-14.00 76 73

14.00-16.00 81 80

Sedangkan hasil pengukuran suhu lingkungan yang berada di kolam wilayah I dan kolam wilayah II hampir sama yaitu berkisar antara 28 oC hingga 30 oC, seperti dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Suhu lingkungan disekitar kolam wilayah I dan kolam wilayah II

Waktu

Suhu

Kolam W.I Kolam W.II

06.00-08.00 29 29

08.00-10.00 30 30

10.00-12.00 30 30

12.00-14.00 28 29

14.00-16.00 28 28

Selanjutnya untuk hasil pengukuran intensitas cahaya matahari yang berada di sekitar kolam wilayah I berkisar antara 11 lux meter hingga 35 lux meter. Sedangkan di kolam wilayah II berkisar antara 12 lux meter hingga 29 lux meter, dapat dilihat pada Tabel 3. Hal serupa pada nilai kelembaban dan suhu lingkungan antara kedua tempat tersebut tidak berbeda terlalu jauh.

(4)

4 Tabel 3. Intensitas cahaya matahari disekitar kolam wilayah I dan kolam wilayah II

Waktu

Intensitas Cahaya Matahari

Kolam W.I Kolam W.II

06.00-08.00 17 22

08.00-10.00 23 29

10.00-12.00 35 26

12.00-14.00 11 16

14.00-16.00 11 12

Deskripsi Tumbuhan Akuatik

Berdasarkan hasil pengamatan di Ke-bun Raya Purwodadi terdapat 18 jenis tum-buhan akuatik. Deskripsi singkat 18 jenis tersebut, sebagai berikut:

1. Acanthus illicifolius (Acanthaceae)

Tumbuhan akuatik dengan nama lokal Jeruju ini merupakan semak setengah terendam, tinggi sampai 2 m, batang berben-tuk galah, lurus dan tegak. Batang sering dilengkapi dengan duri-duri runcing dan mempunyai akar udara. Daun berhadapan, tangkai pendek, berbentuk lonjong, ujung runcing, bagian tepi bercuping dangkal den-gan duri tebal, kaku dan tajam, permukaan daun berwarna hijau muda mengkilat. Per-bungaan malai, diujung, bunga berwarna ungu atau putih (Hidayat et al, 2004).

Gambar 2. Habitus Acanthus illicifolius.

Habitat tumbuhan akuatik ini di hutan bakau berair payau pada ketinggian sampai 500 mdpl. Biasanya tumbuh liar di pantai-pantai kawasan Asia dan Afrika tropis, sam-pai ke Australia bagian utara. Di Indonesia terdapat di Jawa dan Madura. (Hidayat et al, 2004).

2. Acanthus montanus (Acanthaceae)

Nama lokal jenis ini jeruju. Tumbuhan akuatik ini memiliki karakteristik terna, tinggi sampai 2 m, batang basah tegak, bercabang banyak, kulit batang licin. Daun berhadapan, tangkai pendek, berbentuk anak panah, bagian ujung runcing, tepinya ber-cuping dalam dengan duri tebal, kaku dan ta-jam, permukaan daun bergelombang, ber-warna hijau muda mengkilat. Bunga di ujung, berwarna biru. (Hidayat et al, 2004)

Gambar 3. Habitus Acanthus montanus.

Habitat tumbuhan ini berada di tanah-tanah yang mengandung garam, di muara sungai, tepi danau dan hutan bakau pada ket-inggian sampai 500 mdpl. Persebarannya berada di Jawa dan Madura.Banyak terdapat di India Selatan, Sri Lanka dan Indo China. (Hidayat et al, 2004).

3. Acorus calamus (Araceae)

Tumbuhan akuatik dengan nama lokal Daringo ini merupakan herba tahunan yang memiliki tinggi 75 cm. Berbatang basah, pendek, membentuk rimpang dan berwarna putih. Daunnya bertepi tunggal, bentuk lanset, ujung runcing, tepi rata, pangkalnya memeluk batang, panjang 60 cm, lebar 5 cm, pertulangan sejajar, hijau. Bunga majemuk, perbungaan bentuk bongkol, ujung meruncing, panjang 20-25 cm, tumbuh di ketiak daun. Tangkai sari panjang 2,75 mm, kepala sari panjang 0,5 mm, putik 1-1,5 mm, kepala putik meruncing, panjang 0,5 mm, mahkota bulat panjang, panjang 1-1,5 mm, putih. Akar serabut berwarna coklat (Padua et al, 1999).

(5)

5 Gambar 4. Habitus Acorus calamus.

Acorus calamus merupakan kompo-nen dari habitat setengah berair, biasanya berada di lokasi eutrofik. Di Malaysia, dite-mukan di sepanjang parit, kolam, kolam ikan dan rawa-rawa dan kadang - kadang dibudi-dayakan. Di Jawa, ditemukan hingga keting-gian 2100 m. Acorus calamus dapat ditanam pada tanah liat dan tanah aluvial. Tanaman ini asli dari Cina dan India. Namun juga ditemukan di banyak bagian di Indonesia, Malaysia dan Papua serta oleh masyarakat lokal di Filipina, di luar Malesia di Indo-China dan Thailand tanaman ini juga dibudi-dayakan. (Padua et al, 1999).

4. Cyperus sp1 (Cyperaceae)

Gambar 5. Habitus Cyperus sp1.

Nama lokal jenis ini adalah wlingi laut. Tumbuhan akuatik ini merupakan herba berumpun, tinggi sampai 150 cm. Batang tegak bersegitiga, berongga. Daun di pangkal batang mereduksi menjadi seludang, daun di dekat perbungaan bentuk pita. Perbungaan di ujung batang, bergerombol, bercabang, ber-warna kuning (Hidayat et al, 2004).

Habitat tumbuhan ini berada di tem-pat-tempat yang lembab, biasanya di daerah payau dan di sepanjang sungai yang berlum-pur. Tersebar luas mulai Mesopotamia, India sampai China Selatan, sepanjang kawasan Malesia, Australia, dan Polinesia (Hidayat et al, 2004).

5. Cyperus sp2 (Cyperaceae)

Gambar 6. Habitus Cyperus sp2.

Nama lokal tumbuhan akuatik ini adalah rumput mesir. Tumbuhan ini merpakan herba air berumpun besar, tinggi sampai 2,5 m. Akar rimpang kuat. Batang tegak, bersegitiga. Daun memeluk batang, bentuk pita, panjang sampai 25 cm. Perbun-gaan bergerombol banyak di ujung batang, bentuk payung bercabang, bulirannya ban-yak dan masing-masing dengan 10-20 kun-tum, bunga kehijauan, didukung oleh braktea bentuk pita (Hidayat et al, 2004).

Habitatnya berada di di tempat-tempat berawa, kolam, di tempat-tempat yang sangat terbuka. Persebarannya berada di Mesir, Pal-estina, Sisilia, Malesia dan Indonesia. (Hidayat et al, 2004).

6. Echinodorus radicans (Alismataceae)

Nama lokal tumbuhan ini adalah melati air. Tumbuhan ini merupakan tumbu-han akuatik berumpun setengah terendam. Daun tunggal dan kaku dengan tangkai bersegi hingga membulat ke arah pangkal daun, panjang tangkai 50-100 cm, diameter 1-3 cm, keras, beralur sepanjang tangkai dan berbintik-bintik putih dengan warna dasar hi-jau muda. Bentuk daun bulat telur, pangkal berlekuk, ujung membulat, tulang daun

(6)

men-6 jari banyak dan menonjol jelas ke arah er-mukaan bawah, perer-mukaan atas kasap, ber-warna hijau muda, tepi daun rata dan meru-pakan anak tulang daun yang menyatu dari pangkal ke ujung daun. Perbungaan muncul di tengah- tengah tangkai daun tersusun seperti untaian payung, bunga berkelopak hi-jau keras dan kecil, bermahkota putih tipis kerukuran lebih besar dari kelopaknya, putik dan benang sari berwarna kuning (Hidayat et al, 2004).

Gambar 7. Habitus Echinodorus radicans.

Habitatnya berada di air yang bervariasi. Persebarannya berada di Amerika tengah, lembah mississippi dan Venezuela. Perbanyakannya dengan biji dan anakan. Manfaat tumbuhan akuatik ini adalah sebagai tanaman hias tepi rawa dan akuarium (Hidayat et al, 2004).

7. Ipomea aquatica (Convolvulaceae)

Gambar 8. Habitus Ipomea aquatica.

Nama lokal tumbuhan akuatik ini adalah kangkung air. Tumbuhan akuatik ini merupakan tumbuhan air perenial, sepat tumbuh, dengan halus, batang berongga

perakaran pada node di tanah basah; daun, alternatif, petiole panjang, segitiga atau lan-set, berbentuk hati, berbentuk hati atau has-tate di dasar; petioles, hijau atau ungu; bunga, tunggal atau dalam kelompok dengan magenta atau ungu tenggorokan, atau pink, lavender atau ungu; buah, kapsul, bulat telur, halus, coklat, menangkupkan oleh 5 kelopak; biji, mengandung 2-4 biji (Yodhoyono, 2013).

Habitatnya berada di air tawar, kanal, parit, danau, tanah lembab atau daerah aliran air. Persebarannya adalah berada di Asia selatan dan asia tenggara, Afrika tropis, Amerika selatan dan Amerika Tengah serta Oseania tropis Asia (Yodhoyono, 2013).

8. Lasia spinosa (Araceae)

Gambar 9. Habitus Lasia spinosa.

Tumbuhan akuatik ini bernama lokal gali-gali. Jenis ini tergolong tanaman yang memiliki duri sangat tajam. Tingginya seki-tar 1,5 m. Tangkai daun ditutupi oleh duri-duri yang sangat tajam, helaian daun terdiri atas dua tipe yaitu bercangap dan tidak ber-cangap. Daun yang tidak bercangap ben-tuknya menyerupai tombak, tulang daun se-belah belakang ditumbuhi oleh duri-duri ha-lus dan tajam. Perbungaan tunggal, tangkai bunga biasanya lebih pendek dari tangkai daun. Perbungaan terdiri dari 2 bagian yaitu tongkol dan seludang. Tongkol pada jenis ini sangat pendek. Seludang pada waktu bunga belum mekar berlekuk dan terpuntir pada ujungnya, berwarna ungu kecoklatan sampai kehijauan. Buah bentuk tandan berwarna hi-jau (Hidayat et al, 2004).

(7)

7 Habitat tumbuhan ini berada di hutan yang lembab atau rawa-rawa yang terbuka, terkadang juga ditemukan tumbuh pada tem-pat-tempat pembuangan sampai ketinggian 600 mdpl. Persebarannya berada di India sampai Papua. (Hidayat et al, 2004).

9. Ludwigia adscendens (Onagraceae)

Gambar 10. Habitus Ludwigia adscendens.

Nama lokal tumbuhan ini adalah krangking, Tumbuhan ini merupakan terna, aquatik, bercabang banyak, tinggi hingga 60 cm, batang bulat beruas-ruas, berwarna hijau; akar serabut, putih kotor; daun tunggal tanpa daun penumpu duduk berselang tersebar, tangkai pendek, panjang tangkai daun 1-2 cm; bentuk lonjong-elips, ujung daun runcing, tulang daun menyirip, terdapat bulu halus di permukaan daun, hijau; Bunga tunggal berkelamin 1, bermahkota 4, panjang 1-2 cm, halus berwarna kuning; buah berbentuk kapsul 1,2 - 2,7 cm x 03-0,4 cm, berdinding tebal, coklat gelap (Valkenburg dan Bunyaphaphatsara, 2002).

Habitat tumbuhan akuatik ini berada di kolam air tawar, rawa-rawa, sawah bera dan di selokan. Tumbuh pada ketinggian 1600 mdpl. Tanaman yang tumbuh di daerah kering akan memiliki kondisi yang kecil, daun berbulu dan berbunga jarang. Persebarannya berada di benua Asia, Sri Lanka, China, Jepang, Australia utara dan di Afrika tropis dianggap sebagai gulma (Valkenburg dan Bunyaphaphatsara, 2002).

10. Ludwigia octovalvis (Onagraceae)

Nama lokal tumbuhan ini adalah salah nyowo. Tumbuhan ini merupakan

terna, aquatik bercabang banyak, tinggi hingga 2-4 m. Daun berbentuk sempit lanset, berwarna hijau, permukaan daun licin, mengkilat tangkai daun panjang 1 cm; bunga tunggal berkelopak 4, berwarna kuning; buah berbetuk kapsul 1,7-4,5 cm x 0,2-0,8 cm, sil-inder, berdinding tipis, cokelat pucat (Valkenburg dan Bunyaphaphatsara, 2002).

Gambar 11. Habitus Ludwigia octovalvis.

Habitat tumbuhan akuatik ini berada di daerah yang lembab, padang rumput basah, parit, rawa-rawa, kolam, sungai, danau, dan diperkebunan kelapa. Tumbuh pada ketinggian 1500 mdpl. Persebarannya berada di daerah Pantropical (Valkenburg dan Bunyaphaphatsara, 2002).

11. Monochoria hastata (Pontaderiaceae)

Gambar 12. Habitus Monochoria hastata.

Nama lokal tumbuhan akuatik ini adalah enceng kebo. Tumbuhan ini merupakan tumbuhan herba tegak yang ting-ginya mencapai 30-100 cm. Daun tunggal, berbentuk bulat telur, ujungnya meruncing, di bagian pangkalnya berbentuk anak panah, tangkai daun panjang berkisar antara 15-100

(8)

8 cm dan berlubang di bagian tengahnya. Per-bungaannya berbentuk tandan yang terdiri atas 15-60 kuntum bunga berwarna lemba-yung atau merah muda keunguan. Bunga ini akan mekar secara beruntun mulai dari bawah terus ke arah atas. Buahnya berbentuk bulat memanjang, berkotak tiga dimana ber-isi banyak biji (Hidayat et al, 2004).

Habitat tumbuhan ini berada di Ko-lam, saluran irigasi, di sungai-sungai yang berlumpur dan sawah. Tumbuhan ini tumbuh pada ketinggian 1-700 mdpl. Persebarannya berada di India, kemudian menyebar ke China bagian selatan terus ke Asia Tenggara. India, kemudian menyebar ke China bagian selatan terus ke Asia Tenggara. (Hidayat et al, 2004).

12.Nelumbo nucifera (Nelumbonaceae)

Gambar 13. Habitus Nelumbo nucifera.

Tumbuhan ini biasanya disebut seroja atau lotus China. Tumbuhan air ini merupakan tumbuhan berumpun, tangkai daunnya tegak muncul dipermukaan air den-gan panjang berkisar antara 0,5-1,5 m, daun-nya berbentuk membulat dengan garis ten-gah 20-80 cm, bagian pangkal daunnya me-leuk, tepi daun menggulung ke dalam ketika daun sudah tua. Bunganya tegak muncul ke permukaan air, tangkai bunganya 1-1,5 m, berwarna merah jambu, kadang-kadang ungu merah jambu atau merah jambu putih. Pada saat mekar garis tengah bunga tersebut berk-isar antara 15-25 cm (Hidayat et al, 2004).

Tumbuhan ini umumnya tumbuh di tanah berlumpur dan tergenang air, seperti rawa dan kolam. Berasal dari daratan Asia

kemudian tersebar hampir keseluruh daerah tropika dan sub tropika (Hidayat et al, 2004).

13. Nymphaea sp1 (Nymphaeaceae)

Gambar 14. Habitus Nymphaea sp1.

Tumbuhan akuatik ini biasa disebut teratai. Tumbuhan ini merupakan tumbuhan herba menahun, dengan rimpang yang menjalar atau berumbi dan tangkai terendam di bawah permukaan air, sedangkan daunnya terapung-apung di permukaan air. Daunnya membulat, permukaan atasnya berwarna hijau gelap, permukaan bawahnya kecoklatan, halus atau sedikit berbulu lembut, garis tengahnya berkisar antara 20-30 cm. Bunganya merah (Hidayat et al, 2004).

Tumbuhan ini tumbuh di tempat yang tergenang air seperti rawa, selokan dan kolam, banyak ditemukan hampir di seluruh daerah tropika dan sub tropika (Hidayat et al, 2004).

14. Nymphaea sp2 (Nymphaeaceae)

(9)

9 Tumbuhan akuatik ini biasa disebut teratai kecil. Tumbuhan ini merupakan tumbuhan herba menahun, dengan rimpang yang menjalar atau berumbi dan sebagai tanaman terendam di bawah permukaan air, sedangkan daunnya terapung-apung di per-mukaan air. Daunnya membulat, berwarna hijau, halus, garis tengahnya berkisar antara 20-30 cm. Bunganya berwarna ungu (Hidayat et al, 2004).

Jenis ini tumbuh di tempat yang ter-genang air seperti rawa, selokan dan kolam. Tumbuhan ini banyak ditemukan hampir di seluruh daerah tropika dan sub tropika (Hidayat et al, 2004).

15. Oryza minuta (Poaceae)

Gambar 16. Habitus Oryza minuta.

Tumbuhan akuatik ini biasanya disebut padi liar. Karakteristik tumbuhan ini adalah Tumbuhan berumpun, tegak, ting-ginya lebih dari 1,8 m karena sebagian tana-mannya tertanam di lumpur. Seludangnya sedikit kasar, ligulanya sedang, helaian daunnya rata, memita/menggaris, pan-jangnya 40-65 cm, lebar 2-3,2 cm, ujungnya meruncing. Perbungaan berbentuk malai, terdiri dari 6-20 bulir.Bulirnya melonjong, hijjau ketika muda (Hidayat et al, 2004).

Habitat berada di daerah berlumpur. Persebarannya adalah India-Himalaya, Asia Tenggara, Papuasia, Australia bagian utara (Hidayat et al, 2004).

16. Sagittaria lancifolia (Alismataceae)

Nama lokal tumbuhan akuatik ini adalah daun tombak. Karakter tumbuhan ini adalah Tumbuh tegak dan kaku, mencapai

tinggi 1 m. Daun berbentuk seperti tombak, lonjong agak menyempit atau berbentuk hampir seperti pita memanjang. Warna daun hijau cerah agak mengkilat, dengan tulang daun agak menonjol. Bunga tersusun dalam pusaran. Pada satu tandan, setiap pusaran rata-rata terdiri dari 3 kuntum bunga yang mahkotanya berwarna putih dan membulat. Kelopak terdiri atas 3 helai berukuran kecil, berwarna kehijauan (Hidayat et al, 2004).

Gambar 17. Habitus Sagittaria lancifolia.

Habitat tumbuhan ini adalah berada di kolam-kolam yang tidak terlalu dalam tetapi memiliki tanah lumpur yang cukup subur. dari Amerika tropis terutama daerah Florida sampai ke Puerto Rico (Hidayat et al, 2004).

17. Thalia geniculata (Marantaceae)

Gambar 18. Habitus Thalia geniculata.

Nama lokal tumbuhan ini adalah patat cai. Merupakan tanaman berumpun dengan batang berwarna hijau pupus, bulat, langsing. Daun berbentuk tameng meruncing atau mirip juga dengan segitiga sama kaki. Pada pertemuan antara ujung tangkai daun

(10)

10 dengan helaian daun terdapat noktah ber-warna pink yang sangat mencolok. Bunga tersusun dalam rangkaian berbentuk bulir. Dalam satu tangkai bungs terdapat 4-5 un-taian bunga berwarna hijau dan berbulu. Kelopak bunga berwarna ungu dan pada bagian yang menjorok keluar seperti bentuk dasi berwarna ungu muda terang. Bunga mekar dari bulir paling atas terus bergantian sampai pada bunga paling bawah. Bunga yang telah mekar kemudian gugur mening-galkan bekas berbentuk zig-zag (Hidayat et al, 2004).

Tumbuh subur pada tempat-tempat berlumpur, tergenang air dan terkena sinar matahari langsung, pada ketinggian kurang dari 400 m. Tanaman ini juga dapat tumbuh di daratan seperti halnya dengan bunga tas-bih, tetapi baiknya tetap di tempat yang lem-bab dan terkena sinar matahari yang cukup. Persebarannya berada di Amerika tengah dan selatan (Hidayat et al, 2004).

18. Typha angustifolia (Typhaceae)

Gambar 19. Habitus Typha angustifolia.

Nama lokal tumbuhan akuatik ini adalah kembang lilin. Tumbuhan ini mer-pakan tumbuhan air berumpun seperti rum-put, batangnya ramping tingginya bisa men-capai 1,5-3 m, daunnya memita dengan ujungnya meruncing. Perbungaannya muncul diatas daun, berbentuk tongkol menyerupai lilin, pada tongkol tersebut di bagian atas merupakan tempat bunga jantan, dan bunga betinanya di bagian bawah, dimana diantara bunga jantan dan bunga betina tersebut ter-dapat ruangan kosong yang memisahkan keduanya (Hidayat et al, 2004).

Umumnya tumbuh ini berada di daerah air yang becek seperti rawa-rawa, ko-lam, pinggiran saluran bahkan di daerah yang airnya payau. Tumbuhan ini dapat ditemukan pada ketinggian 0-1500 mdpl. Persebarannya adalah di Jawa, Madura, Bawean, Karimunjawa serta pulau-pulau lainnya (Hidayat et al, 2004).

Kandungan Air Tumbuhan Akuatik

Berdasarkan hasil penghitungan kandungan air dari tumbuhan akuatik didapatkan bahwa ada beberapa tumbuhan yang memiliki kandungan air tinggi (90% ke atas) antara lain jenis Ipomea aquatika, Acorus calamus dan Acanthus montanus. Nilai kandungan air tumbuhan ini menunjukkan seberapa besar air yang terkandung di dalam tumbuhan akuatik, seperti dapat dilihat pada Gambar 20.

Gambar 20. Pengukuran kandungan air 18 jenis tumbuhan akuatik.

Apabila nilai ke tiga tumbuhan tersebut berada pada nilai 90 % ke atas maka hal itu menunjukkan bahwa 90% dari tumbuhan tersebut adalah air. Dan sisanya adalah material dari tumbuhan air tersebut.

Maka dari itu akan kurang efisien apabila tumbuhan yang akan digunakan sebagai fitoremediator memiliki kadar air lebih dari 90% karena dalam pengambilan sampel untuk pengujiannya akan membutuhkan material yang cukup banyak karena sebagian besar dari tumbuhan tersebut adalah air, sedangkan dalam pengujian yang dibutuhkan adalah berat kering dari material tumbuhan akuatik tersebut.

(11)

11

Penilaian Keindahan Tumbuhan Akuatik

Berdasarkan penilaian keindahan tumbuhan akuatik dapat dilihat pada Gambar 21. bahwa tumbuhan yang memiliki nilai keindahan di atas 8 antara lain Echinodorus radicans, Nelumbo nucifera, Nymphaea sp2

dan Sagittaria lancifolia.

Gambar 21. Estimasi keindahan 18 jenis tumbuhan akuatik.

Hal itu menunjukkan bahwa ke empat tumbuhan akuatik tersebut memiliki nilai estetika yang cuku tinggi. Akan sangat sesuai apabila dijadikan sebagai tumbuhan untuk fitoremediasi karena apabila tumbuhan ini diaplikasikan pada lahan ataupun pada skala lanskap tumbuhan tersebut masih memiliki unsur estetika yang tanpa disadari juga memiliki kegunaan sebagai fitoremediator limbah domestik.

PEMBAHASAN

Berdasarkan deskripsi tumbuhan akuatik, tumbuhan yang mungkin dijadikan sebagai fitoremediasi adalah Cyperus sp1,

Nymphaea sp1, Nymphaea sp2, Echinodorus radicans, Sagittaria lancifolia dan Thalia geniculata karena ke enam tumbuhan akuatik tersebut bukan merupakan bahan pangan ataupun tumbuhan obat (Hidayat et al, 2004). Sehingga ke enam tumbuhan akuatik tersebut akan sangat mungkin apabila dijadikan fitoremediator limbah domestik. Karena hal ini telah memenuhi syarat dari tumbuhan fitoremediasi yaitu tumbuhan tersebut bukan merupakan tumbuhan obat, bahan pangan ataupun pakan ternak.

Namun dalam pengamatannya di lapang tumbuhan akuatik Cyperus sp1,

Nymphaea sp1 serta Nymphaea sp2

materialnya dilapang masih sedikit tidak seperti tumbuhan akuatik Echinodorus radicans, Sagittaria lancifolia dan Thalia geniculata yang sangat melimpah.

Hasil pengujian kandungan air menunjukkan bahwa tumbuhan akuatik

Echinodorus radicans, Sagittaria lancifolia,

dan Thalia geniculata tidak termasuk tumbuhan akuatik yang memiliki kandungan air lebih dari 90%. Maka dari itu ketiga tumbuhan akuatik tersebut akan sangat efektif apabila dijadikan sebagai sampel pengujian tumbuhan untuk fitoremediasi.

Tumbuhan akuatik Echinodorus radicans dan Sagittaria lancifolia

merupakan tumbuhan akuatik yang memiliki nilai keindahan yang cukup tinggi. Dilihat dari hasil kuisoner penilaian tumbuhan akuatik, kedua tumbuhan tersebut memiliki nilai di atas 8 sehingga apabila kedua tumbuhan akuatik tersebut diterapkan di lahan ataupun pada skala lanskap maka kedua tumbuhan akan memberikan nilai estetika yang bagus. Untuk tumbuhan akuatik Thalia geniculata walaupun nilai keindahan tumbuhan akuatik ini hanya 6 namun tumbuhan akuatik ini juga memiliki nilai keindahan karena tumbuhan akuatik ini adalah tumbuhan akuatik yang berbunga. Sedangkan untuk tumbuhan akuatik

Nelumbo nucifera, Nyphaea sp 1 dan

Nymphaea sp2 walaupun memiliki nilai estetik yang cukup tinggi, namun jenis ini merupakan tumbuhan akuatik yang termasuk dalam tumbuhan floating sehingga memerlukan wadah spesifik apabila ke tiga tumbuhan tersebut dilakukan percobaan.

Berdasarkan kondisi di lapang, hasil pengujian kandungan air, hasil penilaian tumbuhan akuatik serta deskripsi tumbuhan akuatik, dan diperkuat dengan literatur maka jenis tumbuhan akuatik yang berpotensi dalam fitoremediasi air limbah domestik antara lain Echinodorus radicans, Sagittaria lancifolia, dan Thalia geniculata.

(12)

12 Sebuah literatur menunjukkan bahwa tumbuhan akuatik melati air (Echinodorus palaefolius) mampu digunakan sebagai agen fitoremediasi limbah rumah tangga ( Gizawi et al, 2013). Sedangkan literatur lain juga menunjukkan bahwa tumbuhan akuatik melati air (Echinodorus palaefolius) mampu digunakan untuk fitoremediasi logam timbal pada limbah industri peleburan tembaga dan kuningan (Caroline dan Guido, 2015). Hal itu membuktikan bahwa tumbuhan akuatik

Echinodorus radicans kemungkinan mampu untuk digunakan sebagai fitoremediator limbah domestik karena masih satu marga dengan Echinodorus palaefolius. Untuk tumbuhan akuatik Sagittaria lancifolia

kemungkinan juga mampu digunakan sebagai fitoremediator limbah domestik karena masih satu famili Alismataceae dengan Echinodorus palaefolius.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan di Kebun Raya Purwodadi terdapat 18 jenis tumbuhan akuatik. Faktor lingkungan rata-rata tercatat suhu 28-30 oC, kelembaban 71-81 % dan intensitas cahaya 11-35x106 lux. Hasil pengujian kandungan air, hasil penilaian tumbuhan akuatik serta deskripsi tumbuhan akuatik, yang diperkuat dengan literatur maka dapat disimpulkan bahwa jenis tumbuhan akuatik yang berpotensi dalam fitoremediasi air limbah domestik antara lain

Echinodorus radicans, Sagittaria lancifolia,

dan Thalia geniculata.

Saran

Informasi dari hasil penelitian ini diharapkan akan mampu digunakan sebagai acuan penelitian fitoremediator limbah cair domestik maupun pencemar lainnya. Sedangkan selanjutnya konservasi jenis-jenis tumbuhan akuatik lainnya dapat diperbanyak dan dapat pula digunakan sebagai agen pemulihan kualitas air yang efektif dan efisien.

DAFTAR RUJUKAN

Angga Dheta SA. 2007. Pengaruh Lama Waktu Aerasi Terhadap Penurunan Kadar Amoniak, Nitrit, Nitrat, Senyawa Organik, dan Zat Padat Air Limbah Domestik pada Bak Aerasi Prototipe IPAL Sistem Lumpur Aktif. Skripsi. Malang: Universitas Negeri Malang.

Caroline, Jenny dan Guido Arron Moa. 2015. Fitoremediasi Logam Berat (Pb) Menggunakan Tanaman Melati Air (Echinodorus palaefolius) Pada Limbah Industri Peleburan Tembaga dan Kuningan. Surabaya: Jurusan Teknik Lingkungan Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya.

Chussetijowati J, et al. 2010. Fitoremediasi Radionuklida 134Cs Dalam Tanah

Menggunakan Tanaman Bayam

(Amaranthus sp.). Prosiding Seminar Nasional ke-16 Teknologi dan Keselamatan PLTN Serta Fasilitas Nuklir. Surabaya: ITS. Hal. 282-289. Gizawi, Agie Syirban; Hertien Koosbandiah

Surtikanti; Wahyu Surakusumah. 2013.

Perbandingan Potensi Tanaman Air Echinodorus palaefolius, Pontaderia

lanceolata dan Zantedeschia

aethiopica Sebagai Agen Fitoremediasi Limbah Rumah Tangga. Bandung: Biologi FMIPA Universitas Pendidikan Indonesia.

Hidayat, Syamsul; Yuzammi; Sri Hartini; dan Inggit Puji Astuti. 2004. Seri Koleksi Tanaman Air Kebun Raya Bogor Volume 1 No. 5. Bogor: PKT- Kebun Raya Bogor.

Irawanto, Rony. 2010. Fitoremediasi Lingkungan Dalam Taman Bali. Pasuruan. UPT. Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Purwodadi-LIPI. Vol II No 4 hal 29-35.

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 112. 2003. Baku Mutu Air Limbah Domestik. Jakarta: Menteri Negara Lingkungan Hidup.

Kusumawardani, Yustika., dan Irawanto, Rony. 2013. Study of Plants Selection in Wastewater Garden for Domestic

(13)

13

Wastewater Treatment. Prosiding International Conference of Basic Science - Universitas Brawijaya. Narko, Dwi; Adi Suprapto dan Wiwik

Lestarini. 2012. An Alphabetical List of Plant Species Cultivated in The Purwodadi Botanical Garden, Pasuruan: Kebun Raya Purwodadi – LIPI.

Pedua, L.S de; Bunyapraphatsara and R.H.M.J Lemmens. 1999. PROSEA ( Plant Resources of South-East Asia). No 12 (1) Medical and Poisonous plants 1. Bogor: Prosea Foundation. Valkenburg, J.L.C.H van dan

Bunyapraphatsara. 2002. PROSEA (Plant Resources of South-East Asia) No 12 (2) Medical and Poisonous Plants 2. Bogor: Prosea Foundation. Yudhoyono, Ani. 2013. 3500 plant species

of the Botanic Gardens of Indonesia. Bogor: PT Sukarya & Sukarya Pandetama.

Gambar

Tabel  1.  Kelembaban  lingkungan  disekitar  kolam wilayah I dan kolam wilayah II
Gambar 3. Habitus Acanthus montanus.
Gambar 6. Habitus Cyperus sp2.
Gambar 7. Habitus Echinodorus radicans.
+6

Referensi

Dokumen terkait

batuan hasil pembekuan magma (termasuk batuan piroklastik) gabro, granit, basalt; tuf ..  ,atuan

Presiden Nomor 35 Tahun 2018 tentang Percepatan Pembangunan Instalasi Pengolahan Sampah Menjadi Energi Listrik Berbasis Teknologi Ramah Lingkungan, pendanaan yang

Dapat mengetahui bahwa seberapa penting size pemerintah, latar belakang pendidikan, umur kepala daerah, pengaruh DPRD, komposisi DPR, liquidity, leverage , opini audit,

Emulsi cair merupakan emulsi dengan fase terdispersinya maupun pendispersinnya berupa fase cairan yang tidak saling melarutkan karena kedua fase

Bentuk saluran distribusi merupakan jalur yang dilalui oleh perpindahan hak milik atas barang yang dipasarkan untuk sampai ke tangan konsumen dengan melalui

Setelah memperoleh data dari angket dan kemudian peneliti melakukan analisis untuk memperoleh temuan-temuan dari penelitian. Kegiatan analisis data yang dilakukan dengan

berbahasa, kemampuan berbicara diperlukan bukan saja sebagai pengekspresian maksud kepada lawan bicara seperti berbincang-bincang (dialog) atau sekadar pengisi ruang

Secara umum web yang akan dibuat adalah beruba web portal semi blog yaitu adalah aplikasi berbasis web yang menyediakan akses suatu titik tunggal dari informasi