• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pembuatannya menggunakan teknik celup rintang dengan malam lilin

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pembuatannya menggunakan teknik celup rintang dengan malam lilin"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kerajinan batik merupakan salah satu warisan adiluhung bangsa Indonesia yang telah di akui oleh dunia. Seni batik bukan hanya sebatas motif tetapi sehelai kain yang dibuat secara tradisional dengan beragam hias pola batik tertentu yang pembuatannya menggunakan teknik celup rintang dengan malam ‘lilin batik’sebagai bahan perintang warna (Doellah, 2002 :10). Batik digolongkan menjadi tiga jenis yaitu batik tulis, batik cap dan batik colet.

Pada mulanya semua bahan pewarnaan batik dibuat dari bahan-bahan alami yang berasal dari lingkungan setempat. Sumber bahan pewarna yang digunakan adalah bagian kulit kayu, buah, bunga dan akar suatu tanaman (Tirta, 2009:28). Indonesia sebagai negara yang iklim tropis, memiliki kekayaan hayati yang melimpah. Hal ini membuat sumber daya alam yang tersedia dalam negeri memiliki potensi besar untuk dikembangkan dalam konsep produk ramah lingkungan. Salah satu tradisi yang kembali dihidupkan adalah batik dengan pewarna alami yaitu dengan memanfaatkan tanaman Indigofera sebagai penghasil warna biru.

Indigofera merupakan salah satu jenis tanaman perdu yang telah lama digunakan oleh bangsa Indonesia sebagai penghasil warna biru kain-kain tradisional. Indigo dipercaya sebagai pewarna alami tertua yang digunakan oleh manusia (Gillow, 2009:63). Zat warna alami dari tanaman Indigofera memiliki

(2)

keistimewaan tersendiri yaitu menghasilkan warna biru yang khas serta memiliki ketahanan luntur yang tinggi (Muzaziyyah dan Suratman, 2010).

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang terkait gerakan kembali kepada alam, maka penulis mengangkat tanaman Indigofera tinctoria sebagai pijakan dalam berkarya dengan teknik batik tulis. Pemilihan bahan berasal dari alam yaitu kain Tencel yang terbuat dari bahan dasar serat kayu putih. Bahan ini memiliki karakteriktik anti bakteri, nyaman digunakan, serta memiliki daya serap yang tinggi terhadap pewarna alam indigo.

Proyek perancangan Tugas Akhir ini menjadi penting karena untuk menyadarkan konsumen tentang pentingnya menggunakan produk-produk berbahan alam. Perancangan ini akan menghasilkan produk yang memiliki nilai inovasi dengan membawa misi pelestarian tradisi batik dengan pewarna alam indigo yang diwujudkan dalam produk fesyen pakaian eksklusif wanita dan memiliki konsep ramah lingkungan.

(3)

B. Studi Pustaka

1. Batik

Secara etimologi, batik berasal dari kata amba dan tik yang artinya adalah menulis atau melukis titik (Ramadhan, 2013:13). Batik adalah sebuah teknik menghias permukaan tekstil dengan cara menahan pewarna. Teknik ini dijumpai dimana saja, di benua Afrika, Amerika, Asia dan Eropa dan merupakan salah satu tahap pencapaian dalam peradaban manusia (Tirta, 2009:17).

Terdapat tiga unsur utama di dalam satu susunan komposisi batik, yaitu motif utama, motif pendukung, dan isen-isen. Motif utama berfungsi sebagai daya tarik yang dominan dalam satu komposisi. Sedangkan motif pendukung berfungsi sebagai pengisi bidang kosong dan mendukung motif utama. Unsur isen-isen memiliki peranan sebagai pemberi keindahan pada bentuk –bentuk motif utama maupun motif pendukung (Affanti, 2008:80-82).

Secara garis besar terdapat tiga penggolongan motif batik, yakni pertama batik tradisi yakni batik yang susunan motif terikat atau mengikuti pola-pola tertentu. Kedua, batik semi tradisi meupakan pengembangan teknik batik tradisi hanya saja ada beberapa motif yang mengalami sedikit perubahan. Ketiga, batik kreasi baru yakni batik yang berkembang menyangkut segi gaya dan motif batik beserta pengembangan teknik-teknik batik. Motif dan isen tergantung kepada si pencipta Satu hal lagi yang menjadi ciri batik kreasi baru tidak memiliki makna yang berkaitan dengan tradisi tertentu (Susanto, 1980:15).

Zaman sekarang batik menjadi komoditas dalam bentuk bahan dasar untuk beraneka ragam kebutuhan seperti, fesyen, elemen pelengkap interior, dan lain-lain. Batik diusahakan tampil mengikuti kecenderungan mode. Menurut Musman

(4)

Asti dan Arini Ambar B, dalam buku Batik Warisan Adiluhung Nusantara (2011), bentuk dan gaya corak kain batik di masa sekarang memiliki kemungkinan gagasan yang tidak terbatas, lebih bersifat dekoratif sekuler daripada simbolis spirtual serta dinamis siklus-siklus pergantiaanya. Perkembangan seni batik yang terjadi membuktikam bahwa seni kerajinan batik sangatlah dinamis, dan dapat menyesuaikam dirinya dalam dimensi bentuk, ruang dan waktu.

2. Sejarah Tradisi Pewarna Indigo Pada Batik

Indigofera di Indonesia dikenal sebagai tom, tarum, taom yang dimanfaatkan sebagai pewarna, makanan ternak dan obat. Asal usul Indogofera , sebagian besar di temukan di Afrika dan Madagaskar. Jenis Indigofera di Indonesia teridentifikasi sebanyak 18 jenis.

Menurut pakar batik, Larasati Suliantoro Sulaiman dalam buku Batik Warisan Adiluhung Nusantara, sebelum abad ke-17 batik Jawa hanya berwarna biru putih (kelengan). Semua pencelupan dilakukan dengan zat warna alam, dimulai dengan pencelupan pasta daun Indigofera tinctoria, kemudian dicelupkan dalam campuran bahan alami yang menghasilkan warna cokelat.

Indigofera tinctoria dikenal di Jawa sebagai nila adalah emas biru. Pada zaman penjajahan Belanda , melalui program tanam paksa orang Jawa diwajibkan untuk menanam indigo untuk kemudian diekspor ke Eropa. Orang Eropa kemudian menamai tanaman ini sebagai ‘Keringat Biru Orang Jawa’ (Ramadhan I, 2013:64)

Indigo (nila,tarum) sejak dahulu kala dimanfaatkan sebagai pewarna nabati utama di seluruh dunia. Setiap daerah memiliki legenda dan mitos masing-masing seputar indigo. Menurut Iwan Tirta dalam buku Batik Sebagai Lakon ,

(5)

orang Jawa meyakini pewarnaan dengan indigo adalah karya dari roh halus. Masyarakat Jawa kuno beranggapan bahwa roh haluslah yang mengubah warna biru tersebut. Karena itu, agar roh halus selalu membantu menimbulkan warna biru, maka diadakan upacara selamatan sebelum pencelupan dengan indigo. Upacara ini dilaksanakan dengan meletakan sesaji sekeliling bak pencelupan diiringi oleh doa-doa dan hidangan tumpeng komplit.

Ketika sehelai kain dicelup dalam bak pewarna indigo, kain hanya berwarna kehijauan. Namun beberapa saat, setelah diangin-anginkan , warna kehijauan berangsur-angsur berubah menjadi warna biru yang semakin lama semakin pekat. Pigmen penghasil warna biru tersebut adalah indigoten , yang baru akan menampilkan warna birunya setelah bersenyawa dengan oksigen dan udara (teroksidasi).

Memanfaatkan daun-daun indigo sebagai penghasil warna pekat dan cemerlang menuntut proses fermentasi panjang dan resep-resep khusus dibuat oleh pengrajin batik yang diwariskan secara turun temurun. Oleh karena itu, indigo dikenal sebagai pewarna ajaib dan menjadi catatan sejarah panjang dari suatu proses kebudayaan yang lekat dalam diri bangsa Indonesia.

3. Karakteristik Indigofera Tinctoria

Tanaman Indigofera merupakan jenis tanaman perdu penghasil zat warna biru . Di Indonesia pewarna alami ini lebih dikenal dengan nama pewarna indigo. Di daerah Sunda, tanaman ini dikenal dengan sebutan tarum, sementara di daerah Jawa dikenal dengan sebutan tom.

Berdasarkan taksonominya tumbuhan Indigofera (nila,tarum, indigo) termasuk dalam Kingdom Plantae, suku polong-polongan , dan genus Indigofera.

(6)

Tumbuhan Indigofera adalah salah satu tumbuhan penghasil zat warna alam yang sangat penting dan memiliki ketahanan luntur yang baik terhadap pencucian, keringat asam, cahaya matahari, gosokan kering, dan gosokan basah. Meskipun dapat tumbuh dimana-mana akan tetapi kualitas tanaman Indigofera sebagai pewarna di tentukan oleh jenis tanaman dan kondisi pH tanah.

Ciri umum Indigofera berupa pohon, perdu atau herba, memiliki tinggi 1-2 meter, daun majemuk berwarna hijau, bentuk daun lonjong memanjang, tulang daun menyirip berukuran 3 – 25 cm ,dan buah berbentuk polong. Habitat di tanah kering. cadas, tidak subur, pada ketinggian dibawah 100 dpl (Muzayyinah dan Suratman :2010).

Zat warna biru indigo diperoleh dari hasil fermentasi tanaman Indigofera yang direndam selama 48 jam. Tanaman ini mengandung glukosida indikan yang dapat dihidrolisis menjadi glukosa dan indoksil, suatu zat pendahulu yang tak berwarna dari indigo. Apabila kain tekstil direndam (dicelupkan) dalam larutan fermentasi yang mengandung indoksil , kemudian dibiarkan kering di udara maka akan terjadi oksidasi indoksil oleh udara dan menghasilkan warna biru indigo (Herlina , 2007: 2) .

Habitat Indigofera tinctoria dapat tumbuh dilapangan rumput, lahan kosong, pinggir jalan, dan kebun budidaya dengan ketinggian tumbuh mencapai 1-1100m dpl. Sebaran jenis Indigofera tinctoria meliputi : Banten: Serang, Jawa barat; Cirebon, Indramayu; Jawa tengah; Ambarawa, Solo; Yogyakarta: Bantul, Pantai Krakal, Pantai Trisik; Jawa Timur; Tuban; Madura: Bangkalan,Sampang, Pamekasan, Sumenep dan Kangean (Muzazzinah dkk, 2013).

(7)

Selain dimanfaatkan sebagai zat warna alam, tanaman Indigofera ditanam sebagai tanaman penutup tanah dan sebagai pupuk, khususnya diperkebunan, kopi, teh dan karet. Daun Indigofera arrecta dan Indigofera tinctoria digunakan dalam pengobatan tradisional untuk menyembuhkan penyakit ayan, gangguan syaraf juga untuk luka dan borok.

Gambar 1. Habitus tumbuhan Indigofera Tinctoria Sumber : Safira Hanif P urnama, 2016

Gambar 2. Detail struktur daun Indigofera Tinctoria Sumber :Safira Hanif Purnama, 2016

(8)

4. Makna Warna Biru Indigo

Biru adalah warna yang menenangkan dan banyak terdapat di alam, seperti warna langit dan warna air laut. Dengan kata lain makna simbolis warna biru adalah langit dan air laut. Makna psikologis warna biru adalah kesetiaan, kekuatan, keramahan, rasa cinta, kekuasaan dan warna perdamaian. Selain itu juga bermakna kesegaran, kesejukan dan ketenangan (Rastati , 2008:21).

Warna biru terbagi atas warna biru muda dan biru tua, yang masing masing memiliki makna psikologis. Biru muda melambangkan kesehatan, penyembuhan, kedamaian, pengetahuan, dan kelembutan. Sedangkan biru tua melambangkan pengetahuan, kekuatan, integritas, dan keseriusan.

Dalam perencanaan desain fesyen , permainan warna yang digunakan dapat berpengaruh terhadap psikologis seseorang secara tidak langsung. Peranan warna dalam suatu pakaian dapat menciptakan mood dan suasana yang berbeda. Selain itu, warna juga berfungsi sebagai titik pusat perhatian (point of interest ) dalam sebuah pakaian .

Indigo merupakan warna kombinasi antara biru dan violet. Warna ini memiliki hubungan yang kuat dengan ritual dan kelahiran kembali. Oleh karena itu, warna indigo adalah warna yang melambangkan kekuatan spiritual. Secara psikologis warna indigo melambangkan intuisi, meditasi, integritas dan struktur

(Birren, 2003 : 65). Menurut Sancaya Rini desainer Kana good natural dyes ,

warna biru indigo melambangkan sifat idealis , loyal, kebijaksanaan dan kekuatan . Selain itu biru indigo dapat menciptakan suasana tenang dan damai bagi pemakainya.

(9)

5. Fesyen Pakaian Eksklusif Wanita

Fesyen memegang peranan penting dalam kehidupan karena mempengaruhi cara seseorang melihat dirinya sendiri, hubungan dengan orang disekitarnya, dan peranan seseorang dalam masyarakat. Peranan penting fesyen tersebut mengakibatkan meningkatnya kebutuhan akan busana yang eksklusif (deluxe) namun tetap siap pakai (waerable).

Menurut Sue Jenkyn Jones dalam buku Fashion Design (2002) , Koleksi pakaian siap pakai terbagi dua; koleksi perancang busana dan koleksi garmen. Bagi koleksi perancang busana, pakaian siap pakai diciptakan secara eksklusif dengan pemilihan bahan tertentu yang memiliki kualitas yang tinggi , finishing yang rapih dengan potongan dan rancangan yang unik serta jumlah produksi yang terbatas. Koleksi-koleksi ini selalu dijadikan sebagai penciptaan trend bagi masyarakat dibandingkan dengan rancangan adibusana dan pakaian buatan garmen.

Karya siap pakai rancangan perancang busana umumnya disertai dengan tema yang mewakili teori atau filsafat tertentu sehingga pakaian seperti ini umumnya tidak membidik langsung pada penjualannya melainkan untuk menerangkan suatu penjelasan (konsep rancangannya). Perancang busana siap pakai juga menggelar karyanya pada acara-acara peragaan busana dalam rangka mempromosikan koleksi rancangannya kepada calon pembeli tingkat menengah keatas.

Umumnya produsen pakaian siap pakai garmen membidik masyarakat umum yang pada dasarnya tidak mencari pandangan baru mengenai mode melainkan hanyalah sebagai para pengikut trend mode. Sementara itu, koleksi

(10)

pakaian siap pakai garmen merupakan pakaian yang bisa diperoleh di toko-toko terdekat. Koleksi garmen umumnya dipadu – padankan oleh seorang pengarah gaya dan dibuat dengan kualitas bahan yang lebih murah dengan teknik penjahitan mengikuti standar industri dan dijual dengan harga yang lebih terjangkau.

C. Fokus Permasalahan

Berdasarkan latar belakang di atas dapat diketahui fokus permasalahan adalah bagaimana merancang tekstil dengan teknik batik tulis menggunakan kain Tencel yang terbuat dari bahan dasar kayu putih dan pewarna alam Indigofera tinctoria untuk produk pakaian eksklusif wanita?

(11)
(12)

Gambar

Gambar 2. Detail struktur daun Indigofera Tinctoria  Sumber :Safira Hanif Purnama, 2016

Referensi

Dokumen terkait

Latar belakang di atas menjadi dasar pemikiran penulis untuk melakukan penelitian tentang penerapan hasil belajar “Menggambar Ornamen” pada pembuatan desain motif batik

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, agar pembahasan dalam penelitian ini tidak bercabang ke dalam permasalahan yang lain, maka fokus dari

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka peneliti ingin merumuskan permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut: “Bagaimanakah penerapan Sistem Informasi

Menambah pengetahuan bagi pekerja batik tulis di Industri Batik Danar Hadi Surakarta tentang efek yang ditimbulkan oleh aktivitas kerja yang berlangsung lama dan

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah “Apakah penggunaan media pembelajaran e-learning berbasis

Berdasarkan uraian dari latar belakang dapat disimpulkan permasalahan penelitian adalah “Apakah ada hubungan faktor-faktor yang meliputi: umur, lama menyemprot, masa kerja,

Berdasarkan mengenai latar belakang permasalahan yang telah diuraikan diatas, maka penulis dapat merumuskan persalahan yaitu, bagaimana merancang dan membangun suatu

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis akan membahas dengan judul “PERANCANGAN INTERIOR PADA GALERI BATIK PEKALONGAN” dengan didirikannya galeri batik