• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASKEP OSTEOARTRITIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ASKEP OSTEOARTRITIS"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

ASKEP OSTEOARTRITIS

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Penyakit Sendi Degeneratif ( osteoartritis) adalah penyakit kerusakan tulang rawan sendi yang berkembang lambat dan penyebabnya belum diketahui (Kalim, IPD,1997).Atau gangguan pada sendi yang bergerak ( Price & Wilson,1995).

Osteoarthritis yang juga dikenal sebagai penyakit sendi degeneratif atau

osteoarthritis (sekalipun terdapat inflamasi) merupakan kelainan sendi yang paling sering ditemukan dan kerapkali menimbulkan ketidakmampuan (disabilitas).

1.2 TUJUAN

1. Tujuan Umum

Agar mahasiswa keperawatan mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem musculo skeletal secara langsung dan komprehensif meliputi aspek bio-psiko-sosio-spiritual dengan pendekatan proses Keperawatan (pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, implementasi, evaluasi). Agar mahsiswa keperawatan bisa menyelesaikan kasus-kasus yang terjadi dalam masalah keperawatan.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk menjelaskan pengertian dari Osteoartritis. b. Untuk menjelaskan Etiologi dari Osteoartritis. c. Untuk menjelaskan patofisiologi Osteoartritis. d. Untuk menjelaskan manifestasi klinis Osteoartritis e. Untuk menjelaskan penatalaksanaan dari Osteartritis.

f. Untuk menjelaskan asuhan keperawatan gangguan muskuloskletal dengan Osteoartritis.

(2)

BAB 2

LANDASAN TEORI

1.1. PENGERTIAN

Osteoartritis yang dikenal sebagai penyakit sendi degeneratif atau

osteoartrosis (sekalipun terdapat inflamasi ) merupakan kelainan sendi yang paling sering ditemukan dan kerapkali menimbulkan ketidakmampuan (disabilitas). (Smeltzer , C Suzanne, 2002 hal 1087)

Osteoartritis merupakan golongan rematik sebagai penyebab kecacatan yang menduduki urutan pertama dan akan meningkat dengan meningkatnya usia,

penyakit ini jarang ditemui pada usia di bawah 46 tahun tetapi lebih sering dijumpai pada usia di atas 60 tahun. Faktor umur dan jenis kelamin menunjukkan adanya perbedaan frekuensi (Sunarto, 1994, Solomon, 1997).

Osteoartritis atau rematik adalah penyakit sendi degeneratif dimana terjadi

kerusakan tulang rawan sendi yang berkembang lambat dan berhubungan dnegan usia lanjut, terutama pada sendi-sendi tangan dan sendi besar yang menanggung beban

Secara klinis osteoartritis ditandai dengan nyeri, deformitas, pembesaran sendi dan hambatangerak pada sendi-sendi tangan dan sendi besar. Seringkali berhubungan dengan trauma maupun mikrotrauma yang berulang-ulang, obesitas, stress oleh beban tubuh dan penyakit-penyakit sendi lainnya.

Sedangkan menurut Harry Isbagio & A. Zainal Efendi (1995) osteoartritis merupakan kelainan sendi non inflamasi yang mengenai sendi yang dapat

digerakkan, terutama sendi penumpu badan, dengan gambaran patologis yang karakteristik berupa buruknya tulang rawan sendi serta terbentuknya tulang-tulang baru pada sub kondrial dan tepi-tepi tulang yang membentuk sendi, sebagai hasil akhir terjadi perubahan biokimia, metabolisme, fisiologis dan patologis secara serentak pada jaringan hialin rawan, jaringan subkondrial dan jaringan tulang yang membentuk persendian.( R. Boedhi Darmojo & Martono Hadi ,1999)

1.2. ETIOLOGI

Beberapa penyebab dan faktor predisposisi adalah sebagai berikut: 1. Umur

(3)

Perubahan fisis dan biokimia yang terjadi sejalan dengan bertambahnya umur dengan penurunan jumlah kolagen dan kadar air, dan endapannya berbentuk pigmen yang berwarna kuning.

2. Pengausan (wear and tear)

Pemakaian sendi yang berlebihan secara teoritis dapat merusak rawan sendi

melalui dua mekanisme yaitu pengikisan dan proses degenerasi karena bahan yang harus dikandungnya.

3. Kegemukan

Faktor kegemukan akan menambah beban pada sendi penopang berat badan, sebaliknya nyeri atau cacat yang disebabkan oleh osteoartritis mengakibatkan seseorang menjadi tidak aktif dan dapat menambah kegemukan.

4. Trauma

Kegiatan fisik yang dapat menyebabkan osteoartritis adalah trauma yang

menimbulkan kerusakan pada integritas struktur dan biomekanik sendi tersebut.

5. Keturunan

Heberden node merupakan salah satu bentuk osteoartritis yang biasanya ditemukan pada pria yang kedua orang tuanya terkena osteoartritis, sedangkan wanita, hanya salah satu dari orang tuanya yang terkena.

6. Akibat penyakit radang sendi lain

Infeksi (artritis rematord; infeksi akut, infeksi kronis) menimbulkan reaksi

peradangan dan pengeluaran enzim perusak matriks rawan sendi oleh membran sinovial dan sel-sel radang.

7. Joint Mallignment

Pada akromegali karena pengaruh hormon pertumbuhan, maka rawan sendi akan membal dan menyebabkan sendi menjadi tidak stabil/seimbang sehingga mempercepat proses degenerasi.

8. Penyakit endokrin

Pada hipertiroidisme, terjadi produksi air dan garam-garam proteglikan yang berlebihan pada seluruh jaringan penyokong sehingga merusak sifat fisik rawan sendi, ligamen, tendo, sinovia, dan kulit. Pada diabetes melitus, glukosa akan menyebabkan produksi proteaglikan menurun.

(4)

Hemokromatosis, penyakit Wilson, akronotis, kalsium pirofosfat dapat mengendapkan hemosiderin, tembaga polimer, asam hemogentisis, kristal monosodium urat/pirofosfat dalam rawan sendi.

1.3. KLASIFIKASI

Osteoartritis diklasifikasikan menjadi :

a. Tipe primer ( idiopatik) tanpa kejadian atau penyakit sebelumnya yang berhubungan dengan osteoartritis

b. Tipe sekunder seperti akibat trauma, infeksi dan pernah fraktur (Long, C Barbara, 1996 hal 336)

1.4. PATOFISIOLOGI

Penyakit sendi degeneratif merupakan suatu penyakit kronik, tidak meradang, dan progresif lambat, yang seakan-akan merupakan proses penuaan, rawan sendi mengalami kemunduran dan degenerasi disertai dengan pertumbuhan tulang baru pada bagian tepi sendi.

Proses degenerasi ini disebabkan oleh proses pemecahan kondrosit yang

merupakan unsur penting rawan sendi. Pemecahan tersebut diduga diawali oleh stress biomekanik tertentu. Pengeluaran enzim lisosom menyebabkan dipecahnya polisakarida protein yang membentuk matriks di sekeliling kondrosit sehingga mengakibatkan kerusakan tulang rawan. Sendi yang paling sering terkena adalah sendi yang harus menanggung berat badan, seperti panggul lutut dan kolumna vertebralis. Sendi interfalanga distal dan proksimasi.

Osteoartritis pada beberapa kejadian akan mengakibatkan terbatasnya gerakan. Hal ini disebabkan oleh adanya rasa nyeri yang dialami atau diakibatkan

penyempitan ruang sendi atau kurang digunakannya sendi tersebut.

Perubahan-perubahan degeneratif yang mengakibatkan karena peristiwa-peristiwa tertentu misalnya cedera sendi infeksi sendi deformitas congenital dan penyakit peradangan sendi lainnya akan menyebabkan trauma pada kartilago yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik sehingga menyebabkan fraktur ada ligamen atau adanya perubahan metabolisme sendi yang pada akhirnya mengakibatkan tulang rawan mengalami erosi dan kehancuran, tulang menjadi tebal dan terjadi penyempitan rongga sendi yang menyebabkan nyeri, kaki kripitasi, deformitas, adanya hipertropi atau nodulus. ( Soeparman ,1995).

1.5. MANIFESTASI KLINIS 1. Rasa nyeri pada sendi

Merupakan gambaran primer pada osteoartritis, nyeri akan bertambah apabila sedang melakukan sesuatu kegiatan fisik.

(5)

2. Kekakuan dan keterbatasan gerak

Biasanya akan berlangsung 15 – 30 menit dan timbul setelah istirahat atau saat memulai kegiatan fisik.

3. Peradangan

Sinovitis sekunder, penurunan pH jaringan, pengumpulan cairan dalam ruang sendi akan menimbulkan pembengkakan dan peregangan simpai sendi yang semua ini akan menimbulkan rasa nyeri.

4. Mekanik

Nyeri biasanya akan lebih dirasakan setelah melakukan aktivitas lama dan akan berkurang pada waktu istirahat. Mungkin ada hubungannya dengan keadaan penyakit yang telah lanjut dimana rawan sendi telah rusak berat.

Nyeri biasanya berlokasi pada sendi yang terkena tetapi dapat menjalar, misalnya pada osteoartritis coxae nyeri dapat dirasakan di lutut, bokong sebelah lateril, dan tungkai atas.

Nyeri dapat timbul pada waktu dingin, akan tetapi hal ini belum dapat diketahui penyebabnya.

5. Pembengkakan Sendi

Pembengkakan sendi merupakan reaksi peradangan karena pengumpulan cairan dalam ruang sendi biasanya teraba panas tanpa adanya pemerahan. 6. Deformitas

Disebabkan oleh distruksi lokal rawan sendi. 7. Gangguan Fungsi

Timbul akibat Ketidakserasian antara tulang pembentuk sendi.

1.6. PEMERIKSAAN PENUNJANG

- Foto Rontgent menunjukkan penurunan progresif massa kartilago sendi sebagai penyempitan rongga sendi

- Serologi dan cairan sinovial dalam batas normal

(6)

a. Tindakan preventif - Penurunan berat badan - Pencegahan cedera - Screening sendi paha

- Pendekatan ergonomik untuk memodifikasi stres akibat kerja b. Farmakologi : obat NSAID bila nyeri muncul

c. Terapi konservatif ; kompres hangat, mengistirahatkan sendi, pemakaian alat- alat ortotik untuk menyangga sendi yang mengalami inflamasi, istirahatkan sendi yang sakit, dihindari aktivitas yang berlebihan pada sendi yang sakit, mandi dengan air hangat untuk mengurangi rasa nyeri, Lingkungan yang aman untuk melindungi dari cedera, dukungan psikososial, fisioterapi dengan pemakaian panas dan dingin, serta program latihan yang tepat, diet untuk emnurunkan berat badan dapat

mengurangi timbulnya keluhan DIET RENDAH PURIN:

Tujuan pemberian diet ini adalah untuk mengurangi pembentukan asam urat dan menurunkan berat badan, bila terlalu gemuk dan mempertahankannya dalam batas normal.

Bahan makanan yang boleh dan yang tidak boleh diberikan pada penderita osteoartritis:

Golongan bahan makanan

Makanan yang boleh diberikan Makanan yang tidak boleh diberikan Karbohidrat Protein hewani Protein nabati Lemak Semua

Daging atau ayam, ikan tongkol, bandeng 50 gr/hari, telur, susu, keju

Kacang-kacangan kering 25 gr atau tahu, tempe, oncom

Minyak dalam jumlah terbatas.

--Sardin, kerang, jantung, hati, usus, limpa, paru-paru, otak, ekstrak daging/ kaldu, bebek, angsa, burung.

(7)

--Sayuran

Buah-buahan

Minuman

Bumbu, dll

Semua sayuran sekehendak kecuali: asparagus, kacang polong, kacang buncis, kembang kol, bayam, jamur maksimum 50 gr sehari

Semua macam buah

Teh, kopi, minuman yang mengandung soda

Semua macam bumbu

Asparagus, kacang polong, kacang buncis, kembang kol, bayam, jamur maksimum 50 gr sehari

--Alkohol

Ragi

d. Irigasi tidal ( pembasuhan debris dari rongga sendi), debridemen artroscopik, e. Pembedahan; artroplasti

1.8. PENGKAJIAN 1. Aktivitas/Istirahat

- Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan memburuk dengan stress pada sendi, kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi secara bilateral dan simetris limitimasi fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, waktu senggang, pekerjaan,

keletihan, malaise. Keterbatasan ruang gerak, atropi otot, kulit: kontraktor/kelainan pada sendi dan otot.

2. Kardiovaskuler

- Fenomena Raynaud dari tangan (misalnya pucat litermiten, sianosis kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal.

(8)

3. Integritas Ego

- Faktor-faktor stress akut/kronis (misalnya finansial pekerjaan, ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan.

- Keputusasaan dan ketidakberdayaan (situasi ketidakmampuan).

- Ancaman pada konsep diri, gambaran tubuh, identitas pribadi, misalnya ketergantungan pada orang lain.

4. Makanan / Cairan

- Ketidakmampuan untuk menghasilkan atau mengkonsumsi makanan atau cairan adekuat mual, anoreksia.

- Kesulitan untuk mengunyah, penurunan berat badan, kekeringan pada membran mukosa.

5. Hygiene

- Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan diri, ketergantungan pada orang lain.

6. Neurosensori

- Kesemutan pada tangan dan kaki, pembengkakan sendi 7. Nyeri/kenyamanan

- Fase akut nyeri (kemungkinan tidak disertai dengan pembengkakan jaringan lunak pada sendi. Rasa nyeri kronis dan kekakuan (terutama pagi hari).

8. Keamanan

- Kulit mengkilat, tegang, nodul sub mitaneus - Lesi kulit, ulkas kaki

- Kesulitan dalam menangani tugas/pemeliharaan rumah tangga - Demam ringan menetap

- Kekeringan pada mata dan membran mukosa 9. Interaksi Sosial

- Kerusakan interaksi dengan keluarga atau orang lain, perubahan peran: isolasi.

(9)

10. Penyuluhan/Pembelajaran - Riwayat rematik pada keluarga

- Penggunaan makanan kesehatan, vitamin, penyembuhan penyakit tanpa pengujian

- Riwayat perikarditis, lesi tepi katup. Fibrosis pulmonal, pkeuritis. 11. Pemeriksaan Diagnostik

- Reaksi aglutinasi: positif - LED meningkat pesat

- protein C reaktif : positif pada masa inkubasi. - SDP: meningkat pada proses inflamasi

- JDL: Menunjukkan ancaman sedang

- Ig (Igm & Ig G) peningkatan besar menunjukkan proses autoimun

- RO: menunjukkan pembengkakan jaringan lunak, erosi sendi, osteoporosis pada tulang yang berdekatan, formasi kista tulang, penyempitan ruang sendi

1.9. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan distensi jaringan oleh akumulasi cairan/proses inflamasi, distruksi sendi.

2. Intoleran aktivitas berhubungan dengan perubahan otot. 3. Risiko cedera berhubungan dengan penurunan fungsi tulang. 4. Perubahan pola tidur berhubungan dengan nyeri

5. Kurang Perawatan Diri berhubungan dengan Kerusakan Auskuloskeletal: Penurunan Kekuatan, Daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, Depresi.

6. Gangguan citra tubuh/ perubahan penampilan peran berhubungan dengan perubahan kemampuan untuk melakukan tugas-tugas umum.

1.10. PERENCANAAN

(10)

akumulasi cairan / proses inflamasi, distruksi sendi. Kriteria

Hasil :

- Menunjukkan nyeri hilang/terkontrol

- Klien terlihat rileks dapat tidur/beristirahat dan berpartisipasi dalam aktivitas

- Mengikuti program terapi

-Menggabungkan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan ke dalam program kontrol nyeri.

INTERVENSI RASIONAL

1. Kaji keluhan nyeri, catat lokasi dan intensitas nyeri (skala 0 – 10), catat faktor-faktor yang mempercepat dan tanda-tanda rasa nyeri.

2. berikan matras atau kasur keras, bantal kecil. Tinggikan linen tempat tidur sesuai kebutuhan.

3. biarkan pasien mengambil posisi yang nyaman pada waktu tidur atau duduk di kursi. Tingkatkan istirahat di tempat tidur sesuai indikasi.

4. dorong untuk sering mengubah posisi. Bantu pasien untuk bergerak di tempat tidur, sokong sendi yang sakit di atas dan di bawah, hindari gerakan yang menyentak.

5. anjurkan pasien untuk mandi air hangat atau mandi pancuran pada waktu bangun. Sediakan waslap hangat untuk mengompres sendi-sendi yang sakit beberapa kali sehari. Pantau suhu air kompres, air mandi.

6. berikan masase yang lembut

1. Membantu dalam menentukan kebutuhan managemen nyeri dan keefektifan program.

2. Matras yang lembut/empuk, bantal yang besar akan mencegah

pemeliharaan kesejajaran tubuh yang tepat, menempatkan setres pada sendi yang sakit. Peninggian linen tempat tidur menurunkan tekanan pada sendi yang terinflamasi / nyeri

3. Pada penyakit berat, tirah baring mungkin diperlukan untuk membatasi nyeri atau cedera sendi.

4. Mencegah terjadinya kelelahan umum dan kekakuan sendi.

Menstabilkan sendi, mengurangi gerakan/rasa sakit pada sendi.

5. Panas meningkatkan relaksasi otot dan mobilitas, menurunkan rasa sakit dan melepaskan kekakuan di pagi hari. Sensitifitas pada panas dapat

(11)

kolaborasi.

7. Beri obat sebelum aktivitas atau latihan yang direncanakan sesuai petunjuk seperti asetil salisilat.

dihilangkan dan luka dermal dapat disembuhkan.

6. Meningkatkan

elaksasi/mengurangi tegangan otot 7. Meningkatkan relaksasi, mengurangi tegangan otot,

memudahkan untuk ikut serta dalam terapi.

DX.2. Intoleran aktivitas b/d perubahan otot. Kriteria

Hasil :

Klien mampu berpartisipasi pada aktivitas yang diinginkan.

INTERVENSI RASIONAL

1. Pertahankan istirahat tirah baring/duduk jika diperlukan.

2. Bantu bergerak dengan bantuan seminimal mungkin.

3. Dorong klien mempertahankan postur tegak, duduk tinggi, berdiri dan berjalan.

4. Berikan lingkungan yang aman dan menganjurkan untuk menggunakan alat bantu.

5. Berikan obat-obatan sesuai indikasi seperti steroid.

1. Untuk mencegah kelelahan dan mempertahankan kekuatan.

2. Meningkatkan fungsi sendi, kekuatan otot dan stamina umum. 3. Memaksimalkan fungsi sendi dan mempertahankan mobilitas.

4. Menghindari cedera akibat kecelakaan seperti jatuh.

5. Untuk menekan inflamasi sistemik akut.

DX.3. Risiko cedera b/d penurunan fungsi tulang. Kriteria

Hasil :

Klien dapat me mpertahankan keselamatan fisik.

INTERVENSI RASIONAL

1. Kendalikan lingkungan dengan : Menyingkirkan bahaya yang tampak

1. Lingkungan yang bebas bahaya akan mengurangi resiko cedera dan

(12)

jelas, mengurangi potensial cedera akibat jatuh ketika tidur misalnya menggunakan penyanggah tempat tidur, usahakan posisi tempat tidur rendah, gunakan pencahayaan malam siapkan lampu panggil

2. Memantau regimen medikasi 3. Izinkan kemandirian dan kebebasan maksimum dengan memberikan kebebasan dalam lingkungan yang aman, hindari penggunaan restrain, ketika pasien melamun alihkan perhatiannya ketimbang mengagetkannya.

membebaskan keluarga dari kekhawatiran yang konstan.

2. Hal ini akan memberikan pasien merasa otonomi, restrain dapat

meningkatkan agitasi, mengegetkan pasien akan meningkatkan ansietas

DX.4. Perubahan pola tidur b/d nyeri Kriteria

Hasil :

Klien dapat memenuhi kebutuhan istirahat atau tidur.

INTERVENSI RASIONAL

Mandiri :

1. Tentukan kebiasaan tidur

biasanya dan biasanya dan perubahan yang terjadi.

2. Berikan tempat tidur yang nyaman.

3. Buat rutinitas tidur baru yang dimasukkan dalam pola lama dan lingkungan baru.

4. Instruksikan tindakan relaksasi 5. Tingkatkan regimen kenyamanan waktu tidur, misalnya mandi hangat dan massage.

6. Gunakan pagar tempat tidur sesuai indikasi: rendahkan tempat tidur

1. Mengkaji perlunya dan

mengidentifikasi intervensi yang tepat. 2. Meningkatkan kenyamaan tidur serta dukungan fisiologis/psikologis 3. Bila rutinitas baru mengandung aspek sebanyak kebiasaan lama, stress dan ansietas yang berhubungan dapat berkurang.

4. Membantu menginduksi tidur 5. Meningkatkan efek relaksasi

6. Dapat merasakan takut jatuh karena perubahan ukuran dan tinggi tempat tidur, pagar tempat untuk

(13)

bila mungkin.

7. Hindari mengganggui bila mungkin, misalnya membangunkan untuk obat atau terapi

Kolaborasi :

1. Berikan sedative, hipnotik sesuai indikasi

membantu mengubah posisi 7. Tidur tanpa gangguan lebih menimbulkan rasa segar dan pasien mungkin mungkin tidak mampu kembali tidur bila terbangun.

1. Mungkin diberikan untuk

membantu pasien tidur atau istirahat. DX.5. Kurang Perawatan Diri berhubungan dengan Kerusakan

Auskuloskeletal:

Penurunan Kekuatan, Daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, Depresi.

Kriteria Hasil :

Klien dapat melaksanakan aktivitas per awatan sendiri secara mandiri

INTERVENSI RASIONAL

1. Kaji tingkat fungsi fisik

2. Pertahankan mobilitas, kontrol terhadap nyeri dan progran latihan 3. Kaji hambatan terhadap partisipasi dalam perawatan diri,

identifikasi untuk modifikasi lingkungan 4. Identifikasikasi untuk perawatan yang diperlukan, misalnya; lift,

peninggian dudukan toilet, kursi roda

1. Mengidentifikasi tingkat bantuan/dukungan yang diperlukan 2. Mendukung kemandirian fisik/emosional

3. Menyiapkan untuk meningkatkan kemandirian yang akan meningkatkan harga diri

4. Memberikan kesempatan untuk dapat melakukan aktivitas secara mandiri

DX.6. Gangguan citra tubuh/ perubahan penampilan peran b/d perubahan kemampuan untuk melakukan tugas-tugas umum. Kriteria

Hasil :

Mengungkapkan peningkatan rasa percaya kemampuan untuk menghadapi penyakit, perubahan gaya hidup dan kemungkinan keterbatasan.

INTERVENSI RASIONAL

(14)

1. Dorong pengungkapan mengenai masalah mengenai proses

penyakit,harapan masa depan. 2. Diskusikan arti dari kehilangan/perubahan pada

pasien/orang terdekat. Memastikan bagaimana pandangan pribadi psien dalam memfungsikan gaya hidup sehari-hari termasuk aspek-aspek seksual.

3. Diskusikan persepsi pasien mengenai bagaiman orang terdekat menerima keterbatasan.

4. Akui dan terima perasaan

berduka, bermusuhan, ketergantungan. 5. Perhatikan perilaku menarik diri,penguanan menyangkal atau terlalu memperhatikan tubuh/perubahan.

6. Susun batasan pada prilaku maladaptive. Bantu pasien untuk mengidentifikasi perilaku positif yang dapat membantu koping.

7. Ikut sertakan pasien dalam merencanakan perawatan dan membuat jadwal aktivitas. Kolaborasi :

1. Rujuk pada konseling psikiatri

1. Beri kesempatan untuk mengidentifikasi rasa takut/kesal menghadapinya secara langsung. 2. Mengidentifikasi bagaimana penyakit mempengaruhi persepsi diri dan interaksi dengan orang lain akan menentukan kebutuhan terhadap intervensi atau konseling lebih lanjut.

3. Isyarat verbal/nonverbal orang terdekat dapat mempunyai pengaruh mayor pada bagaimana pasien

memandang dirinya sendiri.

4. Nyeri melelahkan, dan perasaan marah, bermusuhan umum terjadi. 5. Dapat menunjukkan emosional atau metode maladaptive,

membutuhkan intervensi lebih lanjut atau dukungan psikologis.

6. Membantu pasien

mempertahankan kontrol diri yang dapat meningkatkan perasaan harga diri.

7. Meningkatkan perasaan kompetensi/harga diri, mendorong kemandirian, dan mendorong partisipasi dan terapi.

1. Pasien/orang terdekat mungkin membutuhkadukungann selama berhadapan dengan proses jangka

(15)

2. Berikan obat-obat sesuai petunjuk

panjang/ketidakmampuan

2. Mungkin dibutuhkan pada saat munculnya depresi hebat sampai pasien mengembangkan kemampuankoping yang efektif.

DAFTAR PUSTAKA

Doenges E Marilynn, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta Kalim, Handono, 1996., Ilmu Penyakit Dalam, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.

Mansjoer, Arif, 2000., Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius FKUI, Jakarta. Prince, Sylvia Anderson, 2000., Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit., Ed. 4, EGC, Jakarta.

LAPORAN PENDAHULUAN ROM PASIF PENGERTIAN

ROM adalah latihan gerak sendi yang memungkinkan terjadinya kontraksi dan pergerakan otot, dimana klien menggerakkan masing-masing persendiannya sesuai gerakan normal baik secara aktif maupun pasif.

(16)

ROM pasif adalah latihan yang diberikan pada klien yang mengalami kelemahan otot lengan maupun otot kaki berupa latihan pada tulang dan sendi dimana klien tidak dapat melakukannya sendiri, sehingga klien memerlukan bantuan perawat atau keluarga. Mobilisasi Pasif ini sebaiknya dilakukan sejak hari pertama klien tidak diperkenankan meninggalkan tempat tidur atau klien yang jarang bergerak

sehingga terjadi kekakuan pada otot, maka dalam hal ini dilakukan mobilisasi pasif. TUJUAN

- Meningkatkan atau mempertahankan fleksibilitas atau kekuatan otot - Mempertahankan fungsi jantung dan pernapasan

- Mencegah kontraktur dan kekakuan pada sendi

ISTILAH – ISTILAH ANATOMI YANG BERKAITAN DENGAN RANGE OF MOTION (ROM)

1. Sikap Anatomi

Adalah sikap tegak tubuh dengan tungkai lurus, telapak kaki menempel lantai, lengan lurus ke bawah dengan telapak tangan menghadap ke depan memandang ke arah budang Jerman yaitu posisi kepala menghadap depan sehingga sudut mata sebelah luar dengan puncak atas pangkal telinga membentuk garis horizontal dengan lantai

2. Superior

Adalah letak yang paling atas.

Contoh: kepala superior terhadap leher 3. Inferior

Adalah letak yang paling bawah

Contoh: vena cava inferior (vena cava yang dibawah, sebab ada vena cava inferior ysng di atas)

4. Medial

Adalah letak yang lebih dekat dengan garis tengah Contoh: jari telunjuk medial terhadap ibu jari tangan 5. Lateral

(17)

Adalah letak yang lebih jauh dari garis tengah atau yang berada di sisi luar Contoh: malleolus lateralis (mata kiri sebelah luar)

6. Kranial

Adalah letak yang menuju ke arah kepala, sesuai arah kepala. Rostal, digunakan untuk susunan saraf pusat menuju / sesuai ke arah otak.

7. Kaudal

Adalah letak yang menuju ke arah ekor. Walaupun manusia tidak berekor, namun yang dimaksud adalah ke arah tulang kogsigis ( tulang ekor)

8. Anterior

Adalah letak yang sesuai dengan arah depan / muka, berada di depan. Contoh: arteri serebri anterior

9. Posterior

Adalah letak yang sesuai dengan arah belakang atau berada di belakang Contoh: Fosa poplitea berada di posterior sendi lutut

10. Ventral

Adalah letak yang sesuai dengan arah dada. Karena manusia berjalan tegak, maka dalam banyak hal vebtral akan sesuai dengan arah anterior.

11. Vorsal

Adalah letak yang sesuai dengan arah punggung, seperti halnya ventral. Karena manusia berjalan tegak, maka dalam banyak hal dorsal akan sesuai dengan arah posterior.

Dalam hal dorsum pedis (punggung kaki), lengkung kaki dianggap tengkurap di lantai, maka punggungnya berada di sebelah atas.

12. Proximal

Adalah letak yang lebih ke arah pangkal. Ibarat pohon, batang-tubuh kita

mempunyai cabang dan ranting. Jadi, ada proximal lengan atas proximal tungkai bawah dan ada proximal jari-jari.

13. Distal

(18)

Contoh: sendi lutut dibentuk oleh ujung distal tulang femur dengan sisi proximal tulang tibia.

14. Plantar / Volar

adalah istilah yang digunakan untuk telapak - Telapak kaki = Plantar pedis

- Telapak tangan = Vola manus

15. Bidang sagital atau Potong Sagital

Adalah bidang yang membelah tubuh menjadi dua belahan kanan dan kiri 16. Bidang Frontal atau Potong Frontal

Adalah bidang yang membelah tubuh menjadi dua belahan depan dan belakang 17. Bidang Tranversal

Adalah bidang yang membelah tubuh menjadi dua belahan atas dan bawah 18. Flexi

Adalah gerakan melipat sendi dari keadaan lurus Contoh: flexi lengan bawah

19. Extensi

Adalah gerakan meluruskan sendi dari keadaan terlipat ke keadaan lurus, ini mengakibatkan ukuran lengan atas tungkai menjadi lebih panjang dibanding dari keadaan terlipat.

20. Abduksi

Adalah gerakan pada bidang frontal untuk membuka sudut terhadap garis tengah Contoh: merentangkan lengan, merentangkan tungkai dan merentangkan jari-jari tangan

21. Adduksi

Adalah gerakan pada bidang frontal untuk menutup sudut terhadap garis tengah Gerakan ini merupakan gerakan yang sebaliknya dari gerakan abduksi.

(19)

Adalah gerakan putar ke arah dalam dari lengan bawah dan tangan sehingga telapak tangan menghadap ke arah belakang (prone = posisi tubuh tengkurap) 23. Supinasi

Adalah gerakan putar ke arah luar dari lengan bawah dan tangan sehingga telapak tangan kembali menghadap ke depan (supine = posisi tubuh terlentang)

24. Rotasi

Adalah gerakan putar pada sumbu panjang seluruh tungkai ke arah luar

LATIHAN ROM AKTIF DAN PASIF

Pasien yang mobilitasnya terbatas karena penyakit, diabilitas atau trauma memerlukan latihan sendi untuk mengurangi bahaya imobilitas. Latihan berikut dilakukan untuk memelihara dan mempertahankan kekuatan otot serta memelihara mobilitas persendian.

a. Flexi dan Extensi Pergelangan Tangan Cara:

- Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

- Atur posisi lengan pasien dengan menjauhi sisi tubuh dan siku menekuk dengan lengan

- Pegang tangan pasien dengan satu tangan dan tangan lain memegang pergelangan tangan pasien

- Tekuk tangan pasien ke depan sejauh mungkin - Catat perubahan yang terjadi

b. Flexi dan extensi Siku Cara:

- Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

- Atur posisi lengan pasien dengan menjauhi sisi tubuh dengan telapak tangan mengarah ke tubuhnya.

(20)

- Letakkan tangan di atas siku pasien dan pegang tangannya dengan tangan lainnya

- Tekuk siku pasien sehingga tangannya mendekat bahu - Lakukan dan kembalikan ke posisi sebelumnya

- Catat perubahan yang terjadi

c. Pronasi dan Supinasi Lengan Bawah Cara:

- Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

- Atur posisi lengan bawahmenjauhi tubuh pasien dengan siku menekuk

- Letakkan satu tangan perawat pada pergelangan pasien dan pegang tangan pasien dengan tangan lainnya

- Putar lengan bawah pasien sehingga telapak tangan menjauhinya - Kembalikan ke posisi semula

d. Abduksi dan Adduksi Cara:

- Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

- Atur posisi lengan pasien di samping badannya

- Letakkan satu tangan perawat di atas pasien dan pegang tangan pasien dengan tangan lainnya

- Gerakkan lengan pasien menjauh dari tubuhnya kearah perawat - Kembalikan ke posisi semula

- Catat perubahan yang terjadi e. Flexi dan Extensi jari-jari Cara:

- Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

- Pegang jari-jari kaki pasien dengan satu tangan, sementara tangan lain memegang kaki

(21)

- Luruskan jari-jari kaki ke belakang - Kembalikan ke posisi semula - Catat perubahan yang terjadi

f. Flexi dan Extensi Pergelangan Kaki Siku Cara:

- Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

- Letakkan satu tangan perawat pada telapak kaki pasien dan satu tangan yang lain di atas pergelangan kaki. Jaga kaki lurus dan rileks.

- Tekuk pergelangan kaki, arahkan diatas siku pasien - Catat perubahan yang terjadi

g. Rotasi Pangkal Paha Cara:

- Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

- Letakkan satu tangan perawat pada pergelangan kaki dan satu tangan lain diatas lutut

- Putar kaki menjauhi perawat - Kembalikan ke posisi semula - Catat perubahan yang terjadi

ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

Untuk mengetahui seberapa besar kekuatan otot pasien, ada tidaknya kelainan perlu dilakukan pengkajian sebagai berikut:

(22)

1. Lakukan inspeksi mengenai ukuran otot, misalnya pada lengan dan paha. Bandingkan satu sisi dengan sisi yang lain serta amati mengenai ada dan tidaknya atropi maupun hipertropi

2. Apabila didapatkan perbedaan antara kedua sisi, ukur keduanya menggunakan meteran

3. Amati otot dan tendo untuk mengetahui kemungkinan mengalami kontraktur yang ditunjukkan dengan terjadinya malposisi suatu bagian tubuh

4. Amati otot untuk mengetahui kemungkinan terjadi kontraksi abnormal dan tremor

5. Lakukan palpasi pada otot saat istirahat untuk mengetahui tonus otot 6. Lakukan palpasi otot saat pasien bergerak secara aktif dan pasif untuk mengetahui adanya kelemahan, kontraksi tiba-tiba secara involunter

7. Uji kekuatan otot dengan cara menyuruh pasien untuk menarik atau

mendorong tangan pemeriksa, dan bandingkan kekuatan otot anggota gerak kanan dan anggota gerak kiri. Kekuatan otot juga dapat diuji dengan cara pasien disuruh menggerakkan anggota / bagian tubuh secara bervariasi misal menggerakkan kepala atau tangan. Normalnya pasien dapat menggerakkan anggota tubuh ke arah horizontal terhadap gravitasi

8. Amati kekuatan suatu bagian tubuh dengan cara memberi penahanan secara resisten. Secara normal kekuatan otot dinilai dalam 5 tingkatan gradiasi seperti pada tabel di bawah ini:

Skala Kenormalan Kekuatan (%) Ciri-Ciri 0 1 2 3 4 0 10 25 50 75 Paralisis Total

Tidak ada gerakan, teraba adanya kontraksi otot

Gerakan otot penuh menentang gravitasi, dengan sokongan

Gerakan normal menentang gravitasi Gerakan normal penuh menentang gravitasi dengan sedikit penahanan Gerakan nrmal penuh, menentang gravitasi dengan penahan penuh

(23)

5 100

TULANG

9. Amati kenormalan susunan tulang dan deformitas

10. Lakukan palpasi tulang untuk mengetahui adanya edema atu nyeri tekan 11. Amati keadaan tulang untuk mengetahui adanya pembengkakan

PERSENDIAN

12. Lakukan inspeksi persendian untuk mengetahui adanya persendian.

13. Lakukan palpasi persendian untuk mengetahui adanya nyeri tekan, gerakan, bengkak, krepitasi, dan nodula.

14. Kaji rentang geark persendian (range of montion) 15. Catat hasil pemeriksaan

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

- Intoleransi aktivitas berhubungan dengan menurunnya terus derajat kekuatan otot

- Tidak efektifnya pola napas berhubunagn dengan menurunnya ekspansi paru - Gannguan interaksi sosial berhubungan dengan imobilitas

- Gangguan konsep diri berhubungan dengan imobilitas

3. Perencanaan Tujuan :

1. Meningkatkan kekuatan, ketahanan otot, dan fleksibilitas sendi 2. Meningkatkan fungsi kardiovaskular

(24)

4. Memperbaiki gangguan psikologis Rencana Tindakan :

a. Pengaturan posisi dengan cara mempertahankan posisi dalam postur tubuh yang benar

b. Ambulasi dini

c. Melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri d. Latihan isotonik dan isometrik

e. Latihan ROM

f. Latihan napas dalam dan batuk efektif g. Melakukan postural drainage

h. Melakukan komunikasi terapeutik

4. Pelaksanaan

a. Pengaturan Posisi Tubuh sesuai Kebutuhan Pasien

Pengaturan posisi dalam mengatasi masalah kebutuhan mobilitas, digunakan untuk meningkatkan kekuatan, ketahanan otot, dan fleksibilitas sendi. Posisi-posisi

tersebut, yaitu : 1. Posisi fowler 2. Posisi sim

3. Posisi trendelenburg 4. Posisi Dorsal Recumbent 5. Posisi lithotomi

6. Posisi genu pectoral

b. Ambulasi dini

Cara ini adalah salah satu tindakan yang dapat meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot serta meningkatkan fungsi kardiovaskular.. Tindakan ini bisa

dilakukan dengan cara melatih posisi duduk di tempat tidur, turun dari tempat tidur, bergerak ke kursi roda, dan lain-lain.

(25)

c. Melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri juga dilakukan untuk melatih kekuatan, ketahanan, kemampuan sendi agar mudah bergerak, serta meningkatkan fungsi kardiovaskular.

d. Latihan isotonik dan isometrik

Latihan ini juga dapat dilakukan untuk melatih kekuatan dan ketahanan otot dengan cara mengangkat beban ringan, lalu beban yang berat. Latihan isotonik (dynamic exercise) dapat dilakukan dengan rentang gerak (ROM) secara aktif, sedangkan latihan isometrik (static exercise) dapat dilakukan dengan meningkatkan curah jantung dan denyut nadi.

e. Latihan ROM Pasif dan Aktif

Latihan ini baik ROM aktif maupun pasif merupakan tindakan pelatihan untuk mengurangi kekakuan pada sendi dan kelemahan otot.

Latihan-latihan itu, yaitu :

1. Fleksi dan ekstensi pergelangan tangan 2. Fleksi dan ekstensi siku

3. Pronasi dan supinasi lengan bawah 4. Pronasi fleksi bahu

5. Abduksi dan adduksi 6. Rotasi bahu

7. Fleksi dan ekstensi jari-jari 8. Infersi dan efersi kaki

9. Fleksi dan ekstensi pergelangan kaki 10. Fleksi dan ekstensi lutut

11. Rotasi pangkal paha

(26)

f. Latihan Napas Dalam dan Batuk Efektif

Latihan ini dilakukan untuk meningkatkan fungsi respirasi sebagai dampak terjadinya imobilitas.

g. Melakukan Postural Drainase

Postural drainase merupakan cara klasik untuk mengeluarkan sekret dari paru dengan menggunakan gaya berat (gravitasi) dari sekret itu sendiri. Postural drainase dilakukan untuk mencegah terkumpulnya sekret dalam saluran napas tetapi juga mempercepat pengeluaran sekret sehingga tidak terjadi atelektasis, sehingga dapat meningkatkan fungsi respirasi. Pada penderita dengan produksi sputum yang banyak, postural drainase lebih efektif bila diikuti dengan perkusi dan vibrasi dada.

h. Melakukan komunikasi terapeutik

Cara ini dilakukan untuk memperbaiki gangguan psikologis yaitu dengan cara berbagi perasaan dengan pasien, membantu pasien untuk mengekspresikan kecemasannya, memberikan dukungan moril, dan lain-lain.

5. Evaluasi

Evaluasi yang diharapkan dari hasil tindakan keperawatan untuk mengatasi gangguan mobilitas adalah :

a. Peningkatan fungsi sistem tubuh

b. Peningkatan kekuatan dan ketahanan otot c. Peningkatan fleksibilitas sendi

d. Peningkatan fungsi motorik, perasaan nyaman pada pasien, dan ekspresi pasien menunjukkan keceriaan

SATUAN ACARA PENYULUHAN OSTEOARTRITIS

SATUAN ACARA PENYULUHAN Pokok Bahasan : Osteoartritis

(27)

Sasaran : Ny.A dan Keluarga Hari/Tanggal : Jum’at, 01 Januari 2014

Jam : 14.00 WIB

Waktu : 50 menit Tempat : Rumah Ny.A A. LATAR BELAKANG

Osteoartritis lutut adalah gangguan muskuloskeletal yang paling umum terjadi di masyarakat yang mempengaruhi 30-40% dari populasi pada usia 65 tahun. Satu dari empat pasien berusia lebih dari 55 tahun telah mengeluh nyeri lutut, dan pada usia 65 tahun, 30% laki-laki dan 40% wanita memiliki kelainan radiograpi lutut. Sekitar 56,75 pasien di klinik rawat jalan Reumatologi Departemen, di RSCM telah didiagnosa dengan salah satu varian OA. Pada pasien OA lutut, ada beberapa

perubahan, tidak hanya dalam jaringan intracapsular tetapi juga dalam periarticular jaringan seperti ligamen, kapsul sendi, tendon, dan otot. Individu dengan OA lutut juga dikenal dengan gangguan proprioseptif dibandingkan dengan individu normal pada usia yang sama, dan berdasarkan histologi fitur jaringan ligamen ada

penurunan yang signifikandari mechanoreceptor. OA lutut juga berhubungan dengan 50-60% pengurangan dalam kekuatan quadriceps yang mungkin disebabkan oleh tidak digunakan atrofi dan inhibition artrogenic. (Tri Juli Edi

Tarigan,dkk,2009. The Degree of Radiographic Abnormalities and Postural Instability in Patients with Knee Osteoarthritis, Acta Med Indones-Indones J Intern Med. Vol 41 , Number 1,January 2009)

Osteoartritis ditemukan oleh American College of Rheumatology sebagai sekelompok kondisi heterogen yang mengarah kepada tanda dan gejala sendi. Osteoarthritis merupakan penyakit degeneratif dan progresif yang mengenai dua per tiga orang yang berumur lebih dari 65 tahun, dengan prevalensi 60,5% pada pria dan 70,5% pada wanita. Di seluruh dunia, osteoartritis (OA) diperkirakan menjadi penyebab utama keempat kecacatan. Osteoartritis terjadi pada lebih dari 27 juta penduduk amerika (Helmick et al, 2008). Di Inggris dan Wales sekitar 1,3 hingga 1,75 juta orang menderita simptom osteoartritis. Di Amerika, 1 dari 7 penduduk menderita osteoartritis. Dimana, Badan Kesehatan Dunia (WHO), penduduk yang mengalami Osteoartritis tercatat 8,1% dari penduduk total. Pravelansi mencapai 5% pada usia <40 tahun, 30% pada usia 40-60 tahun, dan 65% pada usia 61 tahun.

Osteoarthritis adalah gangguan pada sendi yang bergerak. Penyakit ini ditandai oleh adanya abrasi rawan sendi dan adanya pembentukantulang baru yang irreguler pada permukaan persendian. Nyeri menjadi gejala utama terbesar pada sendi yang mengalami osteoarthritis. Rasa nyeri diakibatkan setelah melakukan

(28)

aktivitas dengan penggunaan sendi dan rasa nyeri dapat diringankan dengan istirahat. Trauma dan obesitas dapat meningkatkan resiko osteoarthritis. Namun penyeban maupun pengobatannya belum sepenuhnya diketahui. (Angela Sarah S,dkk.2013.Pengaruh Berat Badan Terhadap Gaya Gesek Dan Timbulnya

Osteoarthritis Pada Orang Diatas 45 Tahun. Jurnal e-Biomedik,Vol 1, No 1, Maret 2013)

B. TUJUAN 1. Tujuan Umum

Setelah dilakukan penyuluhan selama 50 menit diharapkan Ny.A dapat mengetahui tentang osteoarthritis, pencegahan dan cara mengatasinya di rumah.

2. Tujuan Khusus

Setelah dilakukan penyuluhan, Ny.A mampu:

a. Ny.A dapat menyebutkan pengertian osteoartritis b. Ny.A dapat menyebutkan penyebab osteoartritis

c. Ny.A dapat menyebutkan tanda dan gejala osteoartritis d. Ny.A dapat menyebutkan cara pencegahan pada osteoartritis

e. Ny.A dapat menyebutkan dan mempraktekan cara latihan fisik dirumah C. MATERI Terlampir D. METODE 1. Ceramah 2. Simulasi 3. Tanya jawab E. MEDIA 1. Leaflet

2. Alat peraga (latihan fisik: matras atau kasur)

(29)

N

O WAKTU KEGIATAN PENYULUH KEGIATAN PESERTA

1. 5 Menit

Pembukaan :

1. Membuka kegiatan dengan mengucapkan salam 2. Memperkenalkan diri 3. Menjelaskan tujuan dari penyuluhan

4. Menyebutkan materi yang akan diberikan

Menjawab salam Mendengarkan Memperhatikan Memperhatikan 2. 30 Menit Pelaksanaan : 1. Menjelaskan tentang : a. Pengertian Osteoartritis b. Penyebab Osteoartritis c. Manifistasi klinis Osteoartritis d. Pencegahan Osteoartritis 2. Memberi kesempatan kepada peserta untuk bertanya

3. Menjelaskan dan

mendemonstrasikan latihan fisik pada osteoartritis

4. Memberi kesempatan kepada peserta untuk

bertanya dan mempraktekan perawatan osteoarthritis Memperhatikan Bertanya dan menjawab pertanyaan yang diajukan Memperhatikan Bertanya dan mendemonstrasikan perawatan OA 3. 10 Evaluasi :

(30)

menit Menanyakan kepada peserta tentang materi yang telah diberikan, dan reinforcement kepada pengunjung yang dapat menjawab pertanyaan.

Menjawab pertanyaan

4. 5 menit

Terminasi :

1. Mengucapkan terima kasih atas peran serta peserta. 2. Mengucapkan salam penutup Mendengarkan Menjawab salam G. EVALUASI

Metode evaluasi : Diskusi tanya jawab Jenis pertanyaan : Lisan

Jumlah soal : 3 soal

LAMPIRAN MATERI OSTEOARTRITIS A. Definisi

Osteoartritis yang dikenal sebagai penyakit sendi degeneratif atau osteoartrosis (sekalipun terdapat inflamasi ) merupakan kelainan sendi yang paling sering

ditemukan dan kerapkali menimbulkan ketidakmampuan (disabilitas). (Smeltzer , C Suzanne, 2002 hal 1087)

Osteoartritis merupakan golongan rematik sebagai penyebab kecacatan yang menduduki urutan pertama dan akan meningkat dengan meningkatnya usia,

(31)

pada usia di atas 60 tahun. Faktor umur dan jenis kelamin menunjukkan adanya perbedaan frekuensi (Sunarto, 1994, Solomon, 1997).

Sedangkan menurut Harry Isbagio & A. Zainal Efendi (1995) osteoartritis merupakan kelainan sendi non inflamasi yang mengenai sendi yang dapat digerakkan,

terutama sendi penumpu badan, dengan gambaran patologis yang karakteristik berupa buruknya tulang rawan sendi serta terbentuknya tulang-tulang baru pada sub kondrial dan tepi-tepi tulang yang membentuk sendi, sebagai hasil akhir terjadi perubahan biokimia, metabolisme, fisiologis dan patologis secara serentak pada jaringan hialin rawan, jaringan subkondrial dan jaringan tulang yang membentuk persendian.( R. Boedhi Darmojo & Martono Hadi ,1999)

B. Klasifikasi

Osteoartritis diklasifikasikan menjadi :

a. Tipe primer ( idiopatik) tanpa kejadian atau penyakit sebelumnya yang berhubungan dengan osteoartritis

b. Tipe sekunder seperti akibat trauma, infeksi dan pernah fraktur (Long, C Barbara, 1996 hal 336)

C. Penyebab

Beberapa penyebab dan faktor predisposisi adalah sebagai berikut: 1. Umur

Perubahan fisis dan biokimia yang terjadi sejalan dengan bertambahnya umur dengan penurunan jumlah kolagen dan kadar air, dan endapannya berbentuk pigmen yang berwarna kuning.

2. Pengausan (wear and tear)

Pemakaian sendi yang berlebihan secara teoritis dapat merusak rawan sendi

melalui dua mekanisme yaitu pengikisan dan proses degenerasi karena bahan yang harus dikandungnya.

3. Kegemukan

Faktor kegemukan akan menambah beban pada sendi penopang berat badan, sebaliknya nyeri atau cacat yang disebabkan oleh osteoartritis mengakibatkan seseorang menjadi tidak aktif dan dapat menambah kegemukan.

(32)

Kegiatan fisik yang dapat menyebabkan osteoartritis adalah trauma yang

menimbulkan kerusakan pada integritas struktur dan biomekanik sendi tersebut. 5. Keturunan

Heberden node merupakan salah satu bentuk osteoartritis yang biasanya

ditemukan pada pria yang kedua orang tuanya terkena osteoartritis, sedangkan wanita, hanya salah satu dari orang tuanya yang terkena.

6. Akibat penyakit radang sendi lain

Infeksi (artritis rematord; infeksi akut, infeksi kronis) menimbulkan reaksi

peradangan dan pengeluaran enzim perusak matriks rawan sendi oleh membran sinovial dan sel-sel radang.

7. Joint Mallignment

Pada akromegali karena pengaruh hormon pertumbuhan, maka rawan sendi akan membal dan menyebabkan sendi menjadi tidak stabil/seimbang sehingga

mempercepat proses degenerasi.

8. Penyakit endokrin

Pada hipertiroidisme, terjadi produksi air dan garam-garam proteglikan yang berlebihan pada seluruh jaringan penyokong sehingga merusak sifat fisik rawan sendi, ligamen, tendo, sinovia, dan kulit.

Pada diabetes melitus, glukosa akan menyebabkan produksi proteaglikan menurun. 9. Deposit pada rawan sendi

Hemokromatosis, penyakit Wilson, akronotis, kalsium pirofosfat dapat mengendapkan hemosiderin, tembaga polimer, asam hemogentisis, kristal monosodium urat/pirofosfat dalam rawan sendi.

D. Gambaran Klinis 1. Rasa nyeri pada sendi

Merupakan gambaran primer pada osteoartritis, nyeri akan bertambah apabila sedang melakukan sesuatu kegiatan fisik.

2. Kekakuan dan keterbatasan gerak

Biasanya akan berlangsung 15 – 30 menit dan timbul setelah istirahat atau saat memulai kegiatan fisik.

(33)

3. Peradangan

Sinovitis sekunder, penurunan pH jaringan, pengumpulan cairan dalam ruang sendi akan menimbulkan pembengkakan dan peregangan simpai sendi yang semua ini akan menimbulkan rasa nyeri.

4. Mekanik

Nyeri biasanya akan lebih dirasakan setelah melakukan aktivitas lama dan akan berkurang pada waktu istirahat. Mungkin ada hubungannya dengan keadaan penyakit yang telah lanjut dimana rawan sendi telah rusak berat.

Nyeri biasanya berlokasi pada sendi yang terkena tetapi dapat menjalar, misalnya pada osteoartritis coxae nyeri dapat dirasakan di lutut, bokong sebelah lateril, dan tungkai atas.

Nyeri dapat timbul pada waktu dingin, akan tetapi hal ini belum dapat diketahui penyebabnya.

5. Pembengkakan Sendi

Pembengkakan sendi merupakan reaksi peradangan karena pengumpulan cairan dalam ruang sendi biasanya teraba panas tanpa adanya pemerahan.

6. Deformitas

Disebabkan oleh distruksi lokal rawan sendi. 7. Gangguan Fungsi

Timbul akibat Ketidakserasian antara tulang pembentuk sendi E. Penatalaksanaan

a. Tindakan preventif

- Penurunan berat badan - Pencegahan cedera - Screening sendi paha

- Pendekatan ergonomik untuk memodifikasi stres akibat kerja

- Menghindari setiap faktor resiko osteoartritis, seperti mencegah obesitas / kegemukan

(34)

- Berhati-hati agar terhindar dari berbagai kecelakaan yang dapat mengakibatkan sendi rusak

- Berolah raga harus dengan cara yang benar, sesuai petunjuk

- Olah raga yang tepat (termasuk peregangan dan penguatan) sebetulnya dapat membantu mempertahankan kesehatan tulang rawan, meningkatkan daya gerak sendi, dan kekuatan otot-otot di sekitarnya, sehingga otot dapat menyerap benturan dengan lebih baik.

- Dianjurkan pula untuk menggunakan kursi dengan sandaran keras, kasur yang tidak terlalu lembek, dan tempat tidur yang dialas dengan papan.

- Menjaga nutrisi agar selalu baik dan seimbang, agar pertumbuhan sendi dan tulang rawan sempurna dan normal

- Menjaga berat badan agar ideal

c. Farmakologi : obat NSAID bila nyeri muncul

d. Irigasi tidal ( pembasuhan debris dari rongga sendi), debridemen artroscopik, e. Pembedahan; artroplasti

f. Terapi konservatif ; kompres hangat, mengistirahatkan sendi, latihan gerak sendi

LATIHAN FISIK OSTEOARTRITIS

Hal yang harus diperhatikan dalam mendesain program latihan fisik untuk

osteoartritis adalah memahami masalah fungsional yang paling menggangu pasien. Pada tahap awal program diarahkan pada latihan untuk mengatasi keluhan yang menimbulkan masalah fungsional seperti nyeri, keterbatasan ruang gerak sendi, atau kelemahan otot. Latihan fisik disesauikan dengan kondisi pasien. Apabila ada gejala-gejala seperti nyeri sendi selama aktivitas, nyeri masih terasa 1-2 jam sesudah latihan, bengkak dan rasa lelah yang berlebihan, program latihan harus dievaluasi lagi (American geriatric society,2001:810). Tujuan latihan fisik yaitu memperbaiki fungsi sendi, proteksi sendi dari kerusakan dengan mengurangi stres pada sendi, meningkatkan kekuatan sendi, mencegah disabilitas, mengurangi nyeri dan meningkatkan kebugaran jasmani.

JENIS LATIHAN FISIK A. Terapi Manual

(35)

Terapi manual adalah gerakan pasif yang dilakukan oleh fisioterapis dengan tujuan meningkatkan gerakan sendi dan mengurangi kekakuan sendi. Teknik yang dipakai adalah melatih ROM secara pasif, melatih jaringan-jaringan sekitar sendi secara pasif, meregangkan otot atau mobilisasi jaringan lunak, dan massage (Fitzgerald,2004:143)

Gb.1 Latihan ROM lutut pasif B. Latihan Fleksibilitas (ROM)

Mobilitas sendi sangat penting untuk memaksimalkan ruang gerak sendi,

meningkatkan kinerja otot, mengurangi cidera dan memperbaii nutrisi kartilago. Latihan fleksibilitas yang dilakukan pada latihan fisik tahap pertama dapat bmeningkatkan panjang dan elastisitas otot dan jaringan sekitar sendi. Untuk pasien osteoartritis, latihan fleksibiitas ditujuakan untuk mengurangi kekakuan, meningkatkan mobilitas sendi, dan mencegah kontraktur jaringan lunak latihan fleksibilitas sering dilakukan selama periode pemanasan atau tergabung dalam latihan ketahanan atau aktivitas aerobik (Lee dkk2005:11).

Teknik peregangan dilakukan untuk memperbaiki ruang gerak sendi. Latihan

peregangan ini dilakukan dengan menggunakan otot-otot, sendi-sendi, dan jaringan sekitar sendi. Semua gerakan sebaiknya menjangkau ruang gerak sendi yang tidak menimbulkan rasa nyeri aplikasi terapi panas sebelum peregangan dapat

(36)

Latihan

fleksibilitas dapat dimulai dari latihan peregangan tiap kelompok otot, setidaknya tiga kali seminggu. Apabila sudah terbiasa, latihan ditingkatkan repetisinya per kelompok otot secara bertahap. Latihan harus melibatkan kelompok otot dan tendon utama pada ekstremitas atas dan bawah (American society geriatrics, 2001:815).

Gb. 2 Streching otot hamstring dan quadriceps

Gb.3 Latihan ROM lutut aktif C. Latihan Kekuatan

(37)

Latihan kekuatan mempunyai efek yang sama dengan latihan aerobik dalam

memperbaiki disabilitas, nyeri dan kinerja. Latihan kekuatan ada tiga macam, yaitu: latihan isometrik, latihan isotonik, dan isokinetik yang ketiganya dapat mengurangi nyeri dan disabilitas serta memperbaiki kecepatan berjalan pada pasien

osteoartritis.

Latihan isotonik memberikan perbaikan lebih besar dalam menghilangkan nyeri. Latihan ini dianjurkan untuk latihan kekuatan awal pada pasien OA dengan nyeri lutut saat latihan. Latihan isokinetik menghasilkan peningkatan kecepatan berjalan paling besar dan pengurangan disabilitas sesudah terapi dan saat evaluasi,

sehingga latihan ini disarankan untuk memperbaiki stabilitas sendi atau ketahanan berjalan (Lee dkk,2005:12).

Latihan isometrik diindikasikan apabila sendi mengalami peradangan akut atau sendi tidak stabil. Kontraksi isometrik memberikan tekanan ringan pada sendi dan ditoleransikan baik oleh penderita osteoatritis dengan pembengkakan dan nyeri sendi latihan ini dapat memperbaiki kekuatan otot da ketahanan ststis (static endurance) dengan cara menyiapkan sendi untuk gerakan yang lebih dinamis dan merupakan titik awal program penguatan. Peningkatan kekuatan terjadi saat kontraksi isometrik dikenakan pada otot saat panjang otot sama dengan kondisi istirahat. Perbaikan kekuatan terutama pada sudut otot yang dilatih apabila instabilitas sendi dan nyeri berkurang program latihan secara bertahap diubah kelatihan yang dinamis (isotonik).

Latihan kekuatan isometrik harus memperhatikan tipe latihan,intensitas, volume,dan frekuensi. Latihan sebaiknya melibatkan kelompok otot utama. Kontraksi isometrik dimulai pada intensitas rendah. Untuk menetapkan intensitas latihan,diberitahukan pada pasien untuk memaksimalkan kontraksi otot yang menjadi target penguatan. Intensitas latihan dimulai sekitar 30% usaha

maksimal(maximal effort). Jika bisa ditoleransi oleh pasien intensitas ditingkatkan secara bertahap sampai 75% kontraksi maksimal.

Kontraksi dipertahankan tidak lebih dari enam detik. Pada awalnya satu kontraksi untuk tiap kelompok otot, kemudian jumlah pengulangan ditingkatkan 8-10, sesuai toleransi pasien.

Pasien diinstuksikan untuk bernapas selama masing-masing kontraksi. Jarak antar kontraksi dianjurkan 20 detik.latihan dilakukan dua kali sehari pada periode

peradanagan akut. Selanjutnya jumlah latihan secara bertahap ditingkatkan menjadi 5-10 kali per hari, disesuaikan dengan kondisi pasien. Hal yang harus diperhatikan adalah adanya resiko peningkatan tekanan darah bial kontraksi dilakukan lebih dari 10 detik.

Kontraksi isotonik digunakan untuk aktivitas sehari-hari. Latihan kekutan isotonik memperlihatkan efek positif pada metabolisme energi kerja insulin, kepadatan tulang dan status fungsional pada orang sehat. Jika tidak terdapat peradangan akut

(38)

maupun instabilitas sendi, bentuk latihan ini ditoleransi baik oleh pasien osteoatritis (American geriatics society,2001:817)

Gb.3 Latihan otot-otot penyokong sendi lutut D. Latihan Aerobik

Latihan aerobik (berjalan,bersepeda,berenang,senam aerobik dan latihan aerobik di kolam renang) dapat meningkatkan kapasitas aerobik, memperkuat otot,

meningkatkan ketahanan, mengurangi berat badan, dan mengurangi konsumsi obat pada pasien osteoatritis. Suatu systemtic rivew memperlihatkan bahwa latihan aerobik efektif menghilangkan nyeri dan memperbaiki fungsi sendi(van

Baar,19999:16).

Pemilihan aktivitas aerobik tergantung pada beberapa faktor, yaitu status

penyakit,stabilitas sendi,sumber daya dan minat pasien latihan aerobik di kolam air hangat dapat mengurangi nyeri otao dan sendi, mengurangi beban sendi,

meningkatkan gerakan yang tidak menimbulkan nyeri, dan memperkuat otot-otot di sekitar sendi yang sakit.

(39)

DAFTAR PUSTAKA

Americans geriatrics society.2001. Exercise prescipition for older adults with osteoartritis pain: consensusu practice recommendation. JAGS;49:808-23 Angela Sarah S,dkk.2013.Pengaruh Berat Badan Terhadap Gaya Gesek Dan

Timbulnya Osteoarthritis Pada Orang Diatas 45 Tahun. Jurnal e-Biomedik,Vol 1, No 1, Maret 2013

Depkes, RI (1995), Penerapan Proses Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Maskuloskeletal, Jakarta, Pusdiknakes

Dita Arundhati, Dkk. 2013. Pengaruh Senam Tai Chi Dan Senam Biasa Terhadap Reduksi Nyeri Osteoartritis Lutut Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha “Gau Mabaji” Gowa Tahun 2013. Jurnal Masyarakat Epidemiologi Indonesia, Volume 2, Nomor 2, Januari- Juni 2014

Fitzgerald, G.K.2004. Role of physical therapy in management of knee osteoarthritis. Cur Opin Rhematol; 16:143-7

Lee, A., Wong, W., & Wong, S.2005. Clinical guidelines for managing lower-limb osteoarthritis in Hongkong primary care setting, Guidlines:1-30

Long C Barbara, Perawatan Medikal Bedah (Suatu pendekatan proses Keperawatan), Yayasan Ikatan alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran, Bandung, 1996

Price, S.A. R. Wilson CL (1991), Pathophisiology Clinical Concept of Disease Process, Alih Bahasa Adji Dharma (1995), Patofisiologi Konsep Klinik Proses-Proses Penyakit, Jakarta, EGC

Rachmah L,Peran Latihan Fisik Dalam Manajemen Terpadu Osteoartritis. FIK UNY. Yogyakarta, diakses pada 25 desember 2013, filetype:pdf

Smeltzer C. Suzannne, (2002 ), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Alih Bahasa Andry Hartono, dkk., Jakarta, EGC.

Soeparman (1995), Ilmu Penyakit Dalam, Edisi Kedua, Jakarta, Balai Penerbit FKUI. Tri Juli Edi Tarigan,dkk,2009. The Degree of Radiographic Abnormalities and Postural Instability in Patients with Knee Osteoarthritis, Acta Med Indones-Indones J Intern Med. Vol 41 , Number 1,January 2009

(40)

Van baar.1999. Effectiveness of exercise therapy in patiens with osteoarthritis of the hip or knee: a systematic review of randomized controlled study. Accupunct Med; 22:14-22

Yohanita P.2010. Pengaruh Latihan Gerak Kaki (Streching) Terhadap Penururnan Nyeri Sendi Ekstremitas Bawah Pada Lansia Di Posyandu Lansia Sejahtera GBI SETIA BAKTI KEDIRI. Jurnal STIKES RS. Baptis Volume 3, Edisi 1, Juli 2010

Diposkan oleh PSIK STIKes Mahardika di 07.27

Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Bagikan ke Pinterest

(41)

Referensi

Dokumen terkait

1) Pemeliharaan kesehatan yang bersifat umum maupun yang bersifat khusus untuk penyakit-penyakit tertentu, antara lain demam berdarah, cacingan, muntaber. 2) Penjaringan

Dalam proses pembelajaran banyak model, metode dan pendekatan yang digunakan oleh pendidik sangat beragam dan keberagaman dari setiap metode ini ada yang cocok dan

Pada gagal jantung kanan yang kronis, ventrikel kanan tidak lagi mampu memompa darah secara adekuat sehinga terjadi peningkatan tekanan diastol yang

Selanjutnya citra sosial yang baik tersebut digunakan oleh perusahaan untuk mendapatkan legitimasi dari masyarakat atau komunitas dimana perusahaan tersebut

Berikan penilaian berdasarkan pengalaman Saudara selama mengikuti pendidikan Program Studi Magister/Doktor Teknik Sipil /Teknik Lingkungan / Teknik Kelautan / PSDA /

Peneliti membahas mengenai “Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Kecukupan Modal Dan Resiko Kredit Terhadap Profitabilitas.”Masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah apakah rasio

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan yang membahas tentang penggunaan media sosial WhatsApp dalam hal berkordinasi dan sumber informasi pada tingkat

Manfaat dari penelitian ini adalah dapat memberikan informasi yang penting terkait penilaian ekonomi jasa lingkungan hutan kota dan juga dapat menjadi referensi