• Tidak ada hasil yang ditemukan

Film Edibel Berbahan Dasar Karaginan dengan Tambahan Tepung Porang (Amorphophallus onchophyllus) dan Selulosa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Film Edibel Berbahan Dasar Karaginan dengan Tambahan Tepung Porang (Amorphophallus onchophyllus) dan Selulosa"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

FILM EDIBEL BERBAHAN DASAR KARAGINAN DENGAN

TAMBAHAN TEPUNG PORANG (

AMORPHOPHALLUS

ONCHOPHYLLUS

) DAN SELULOSA

SEFFRIWATI PURBA

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

3

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Film Edibel Berbahan Dasar Karaginan dengan Tambahan Tepung Porang (Amorphophallus

onchophyllus) dan Selulosa adalah benar karya saya dengan arahan komisi

pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks yang dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, November 2013

Seffriwati Purba

(4)
(5)

ABSTRAK

SEFFRIWATI PURBA. Film Edibel Berbahan Dasar Karaginan dengan Tambahan Tepung Porang (Amorphophallus onchophyllus) dan Selulosa. Dibimbing oleh AHMAD SJAHRIZA dan SRI SUGIARTI.

Film edibel merupakan lapisan tipis yang terbuat dari bahan yang dapat dimakan dan dapat meningkatkan waktu simpan produk pangan. Karaginan yang merupakan polisakarida dari rumput laut (Euchema cottoni) dapat dimanfaatkan untuk pembuatan film edibel. Tepung porang, selulosa, dan gliserol digunakan sebagai pengkompatibel yang dapat memperbaiki sifat film edibel karaginan. Konsentrasi tepung porang yang digunakan adalah 2.5, 5.0, 7.5, 10.0, dan 12.5% b/v. Selulosa dan gliserol yang digunakan berturut-turut adalah 0.1 dan 0.75 g. Tambahan tepung porang dengan konsentrasi kurang dari 10% menurunkan nilai kuat tarik film edibel hingga mencapai 2.87 MPa, sedangkan dengan tambahan tepung porang 12.5% kuat tarik film edibel meningkat menjadi 5.60 MPa. Film edibel yang mengandung tepung porang 12.5% memiliki elongasi paling tinggi (42.09%) dan memiliki nilai permeabilitas uap air paling rendah (0.0423 ng m m-2 s-1 Pa-1). Spektrum infra merah yang dihasilkan tidak memperlihatkan pembentukan gugus fungsi baru pada film edibel. Analisis termal menunjukkan bahwa semua film edibel terdekomposisi secara eksotermik dan endotermik.

Kata kunci: karaginan, permeabilitas uap air, porang, selulosa, sifat mekanik

ABSTRACT

SEFFRIWATI PURBA. Edible Film Based on Carrageenan with Additional Konjac Flour (Amorphophallus onchophyllus) and Cellulose. Supervised by AHMAD SJAHRIZA and SRI SUGIARTI.

Edible film is thin layer made of food grade materials and increase shelf life of food product. Carrageenan derived from seaweed (Euchema cottoni) is polysaccharide that can be used for producing edible film. Konjac flour, cellulose, and glycerol were added as compatibilizers which can improve physical properties of the edible film. The added konjac flour were 2.5, 5.0, 7.5, 10.0, and 12.5% b/v. Cellulose and glycerol used were 0.1 and 0.75 g, respectively. Addition of konjac flour less than 10% decrease the tensile strength up to 2.87 MPa, in contrast to addition of 12.5% that increased the tensile strength of the film up to 5.60 MPa. The film containing 12.5% konjac flour showed the highest elongation (42.09%) and the lowest water vapor permeability (0.0423 ng m m-2 s-1 Pa-1). Infra red spectra of the films showed no new functional group formation. Thermal analysis showed that all films were decomposed by exothermic and endothermic reaction.

(6)
(7)

FILM EDIBEL BERBAHAN DASAR KARAGINAN DENGAN

TAMBAHAN TEPUNG PORANG (

AMORPHOPHALLUS

ONCHOPHYLLUS

) DAN SELULOSA

SEFFRIWATI PURBA

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada

Program Studi Kimia

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)
(9)

iii

Judul Skripsi : Film Edibel Berbahan Dasar Karaginan dengan Tambahan Tepung Porang (Amorphophallus onchophyllus) dan Selulosa

Nama : Seffriwati Purba

NIM : G44090006

Disetujui oleh

Drs Ahmad Sjahriza Sri Sugiarti, PhD Pembimbing I Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Dra Purwantiningsih Sugita, MS Ketua Departemen

(10)
(11)

v

PRAKATA

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat-Nya sehingga penulis dapat melaksanakan Penelitian yang dilakukan sejak bulan Maret 2013, serta dapat menyelesaikan karya ilmiah hasil penelitian tersebut dengan judul Film Edibel Berbahan Dasar Karaginan dengan Tambahan Tepung Porang (Amorphophallus onchophyllus) dan Selulosa.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Drs Ahmad Sjahriza selaku pembimbing pertama dan Ibu Sri Sugiarti, PhD selaku pembimbing kedua, yang telah banyak memberikan masukan kepada penulis. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan staf Laboratorium Kimia Fisik, staf Laboratorium Kimia Anorganik, staf Laboratorium Terpadu, serta staf Komisi Pendidikan Departemen Kimia, yang telah membantu selama penelitian berlangsung hingga ditulisnya karya ilmiah ini. Ungkapan terimakasih juga ditujukan kepada orangtua, keluarga, sahabat, serta teman-teman seperjuangan Kimia 46 atas segala doa dan dukungannya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, November 2013

Seffriwati Purba

(12)

v

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

BAHAN DAN METODE 2

Alat dan Bahan 2

Metode 2

Kadar Air (AOAC 2007) 2

Kadar Abu (AOAC 2007) 3

Ekstraksi Karaginan (Pratiwi 2011) 3

Pembuatan Larutan Film (Martins et al. 2012) 3

Ketebalan Film (Bae et al. 2007) 4

Kuat Tarik dan Elongasi (ASTM D 882–02) 4

Laju Transmisi Uap Air (ASTM E 96-95) 4

Analisis termal dengan DTA-TGA 4

Analisis dengan Spektrofotometer FTIR 4

HASIL DAN PEMBAHASAN 5

Kadar Air dan Abu 5

Pembuatan Film dan Ketebalan 5

Sifat Mekanik 6

Gugus Fungsi 8

Sifat Termal 9

Sifat permeabilitas 10

SIMPULAN DAN SARAN 11

Simpulan 11 Saran 12

DAFTAR PUSTAKA 12

(13)

DAFTAR TABEL

1 Komposisi larutan film edibel 3

2 Pengukuran ketebalan film edibel 6 

3 Gugus fungsi pada spektrum FTIR film edibel 8 

DAFTAR GAMBAR

1 Pengaruh penambahan gliserol, selulosa, dan tepung porang terhadap

kuat tarik film edibel 6

2 Pengaruh penambahan gliserol, selulosa, dan tepung porang terhadap

elongasi film edibel 7 

3 Termogram film edibel K (a), KG (b), KGS (c), dan KGSP (d) 9  4 Permeabilitas uap air film edibel karaginan dengan penambahan gliserol,

selulosa, dan tepung porang 11 

DAFTAR LAMPIRAN

1 Bagan alir penelitian 14

2 Pengukuran kadar air rumput laut dan tepung porang 15 

3 Pengukuran kadar abu rumput laut dan tepung porang 15 

4 Ketebalan film edibel 16 

5 Kuat tarik dan elongasi film 17 

6 Permeabilitas uap air film edibel karaginan (K) 17 

7 Permeabilitas uap air film edibel karaginan dan gliserol (KG) 18  8 Permeabilitas uap air film edibel karaginan, glisero, dan selulosa (KGS) 18  9 Permeabilitas uap air film edibel karaginan, gliserol, selulosa, dan

porang 2.5% (KGSP 2.5%) 18 

10 Permeabilitas uap air film edibel karaginan, gliserol, selulosa, dan

porang 5.0% (KGSP 5.0%) 19 

11 Permeabilitas uap air film edibel karaginan, gliserol, selulosa, dan

porang 7.5% (KGSP 7.5%) 19 

12 Permeabilitas uap air film edibel karaginan, gliserol, selulosa, dan

porang 10.0% (KGSP 10.0%) 19 

13 Permeabilitas uap air film edibel karaginan, gliserol, selulosa, dan

porang 12.5% (KGSP 12.5%) 20 

14 Spektrum FTIR film edibel karaginan 20 

15 Spektrum FTIR tepung porang 21 

16 Spektrum FTIR film edibel karaginan dan gliserol 21 

(14)

1

PENDAHULUAN

Rumput laut merupakan salah satu komoditas laut yang memiliki nilai ekonomi tinggi karena pemanfaatannya yang sangat luas dalam kehidupan sehari-hari maupun dunia industri, serta memiliki pasar yang luas baik dalam maupun luar negeri. Rumput laut dikenal luas dalam dunia industri karena mengandung senyawa hidrokoloid seperti karaginan, agar, dan alginat yang banyak dimanfaatkan sebagai senyawa pengemulsi dan pengental dalam industri makanan, kosmetik, obat-obatan, dan tekstil (Mindarwati 2006). Karaginan dikenal sebagai getah rumput laut yang dapat diperoleh dengan cara ekstraksi rumput laut menggunakan air atau larutan basa. Pengolahan rumput laut menjadi karaginan merupakan salah satu upaya meningkatkan nilai jual rumput laut Indonesia karena dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan karaginan industri pangan dan nonpangan dalam negeri. Saat ini, karaginan banyak dimanfaatkan dalam pembuatan film edibel untuk produk pangan.

Film edibel merupakan lapisan tipis yang terbuat dari bahan-bahan yang dapat dimakan, diletakkan di antara komponen makanan yang berfungsi sebagai penghalang transfer massa sehingga waktu simpan produk pangan meningkat (Mindarwati 2006). Film edibel yang dibuat dari karaginan memiliki sifat rapuh sehingga aplikasinya terbatas (Skensved 2001). Penelitian tentang pembuatan film edibel dari karaginan dengan penambahan bahan pengkompatibel telah banyak dilakukan untuk memperoleh film edibel dengan sifat fisik dan mekanik yang baik. Jayanti (2013) dan Asy’ari (2013) telah meneliti pembuatan film edibel berturut-turut dengan menggunakan tepung kacang hijau dan kacang kedelai sebagai pengkompatibel. Akan tetapi, film edibel yang dihasilkan masih memiliki permeabilitas uap air yang tinggi jika dibandingkan dengan plastik polietilena kerapatan rendah (LDPE), yaitu berturut-turut 13.01 ng m m-2 s-1 Pa-1 dan 9.03 ng m m-2 s-1 Pa-1. Menurut Muller et al. (2009), permeabilitas uap air film edibel dapat menurun dengan penambahan selulosa, sehingga dalam penelitian ini ditambahkan selulosa dalam pembuatan film edibel.

Porang (Amorphophallus onchophyllus) merupakan tanaman umbi-umbian yang mengandung glukomanan cukup tinggi. Menurut Sumarwoto (2007), tepung porang mengandung glukomanan sekitar 30–64%, sehingga sangat potensial digunakan untuk membuat film edibel. Sudaryati et al. (2010) telah membuat film edibel berbahan dasar tepung porang dengan penambahan karboksimetil selulosa (CMC) dan pemlastis gliserol. Hasil yang diperoleh adalah film edibel dengan transmisi uap air 4.65 g m-2 hari-1, elongasi 65.57%, dan ketebalan 0.13 mm. Tepung porang memiliki viskositas yang tinggi sehingga banyak digunakan sebagai agen pengental. Kandungan glukomanannya yang tinggi menyebabkan tepung ini juga akan membentuk gel saat berinteraksi dengan hidrokoloid seperti pati, karaginan, dan gum (Colmenero et al. 2013).

(15)

2

kemasan. Selain itu, jika film tidak dapat dikonsumsi masih dapat didegradasi oleh bakteri sehingga mengurangi polusi lingkungan. Film edibel juga dapat digunakan sebagai suplemen gizi, diterapkan pada produk-produk yang berukuran kecil, diaplikasikan di dalam produk yang heterogen sebagai penyekat antara komponen makanan yang berbeda, serta berfungsi sebagai pembawa senyawa antimikrob dan antioksidan (Budiantoro 2001). Penelitian ini bertujuan memperbaiki sifat mekanik film edibel berbahan dasar karaginan dan menurunkan permeabilitas film edibel dengan penambahan tepung porang (Amorphophallus

onchophyllus) dan serat selulosa.

BAHAN DAN METODE

Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan adalah alat-alat kaca, kain blacu, neraca analitik,

microwave Panasonic NN-SM320M, alat pengukur ketebalan film, alat uji tarik

Tenso lab-May, instrumen penganalisis termal diferensial-penganalisis termogravimetri (DTA-TGA) Shimadzu DTG-60H dan spektrofotometer inframerah transformasi fourier (FTIR) Prestige-21 Shimadzu. Bahan-bahan yang digunakan adalah rumput laut merah jenis Eucheuma cottonii yang diperoleh dari Pelabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi, tepung porang, selulosa (DP < 350), KOH (Merck) dan gliserol (Sigma-Aldrich).

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret–Agustus2013 di Lab oratorium Kimia Fisik dan Lingkungan, Departemen Kimia dan Laboratorium Terpadu, Institut Pertanian Bogor.

Metode

Penelitian ini diawali dengan preparasi bahan baku, pembuatan film edibel, dan analisis film edibel. Alur penelitian dapat dilihat pada Lampiran 1.

Kadar Air (AOAC 2007)

Cawan porselen dikeringkan terlebih dahulu di dalam oven selama 30 menit pada suhu 100–105 oC, kemudian didinginkan di dalam desikator selama 30 menit dan ditimbang hingga diperoleh bobot konstan (A). Sebanyak 2 g sampel rumput laut ditimbang (B) dan diletakkan ke dalam cawan yang telah dikeringkan. Cawan yang berisi sampel dipanaskan di dalam oven pada suhu 105–110 oC selama 3–4 jam. Setelah selesai, cawan tersebut didinginkan di dalam desikator selama 30 menit kemudian ditimbang lagi (C). Tahap ini diulangi hingga diperoleh bobot konstan. Kadar air dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:

Kadar air =B–C

(16)

3

Keterangan:

A = Bobot cawan kosong (g)

B = Bobot cawan + sampel sebelum dikeringkan (g)

C = Bobot cawan + sampel setelah dikeringkan (g)

Kadar Abu (AOAC 2007)

Cawan porselen dikeringkan terlebih dahulu di dalam oven selama 30 menit pada suhu 100–105 oC, kemudian didinginkan di dalam desikator selama 30 menit dan ditimbang hingga diperoleh bobot konstan. Sampel rumput laut sebanyak 2 g ditimbang dan diletakkan ke dalam cawan yang sudah dikeringkan. Cawan beserta sampel dibakar menggunakan bunsen hingga tidak berasap selama ±20 menit selanjutnya diabukan di dalam tanur pada suhu 600 oC sampai pengabuan sempurna. Abu didinginkan di dalam desikator, ditimbang, dan kadar abu dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:

Kadar abu =CA

B–A×100%

Keterangan:

A = Bobot cawan kosong (g)

B = Bobot cawan + sampel (g)

C = Bobot cawan + abu (g)

Ekstraksi Karaginan (Pratiwi 2011)

Sebanyak 5 g rumput laut E.cottonii kering yang telah dirajang direndam dalam akuades selama 24 jam. Kemudian dihancurkan menggunakan blender dan diekstraksi. Ekstraksi dilakukan di dalam microwave oven dengan menggunakan pelarut basa (KOH 0.1% b/v). Nisbah rumput laut kering dan pelarut (% b/v) adalah 1:20. Microwave dioperasikan dengan daya defrost (160 watt) selama 20 menit. Filtrat dipisahkan dari ampas menggunakan kain blacu.

Pembuatan Larutan Film (Martins et al. 2012)

Film edibel dibuat sesuai dengan komposisi yang tertera pada Tabel 1. Campuran diaduk, kemudian dicetak di atas pelat mika dan dikeringkan.

Tabel 1 Komposisi larutan film edibel

*

K: karaginan, KG: karaginan gliserol, KGS: karaginan gliserol selulosa, KGSP:karaginan gliserol selulosa porang.

**

Rasio larutan karaginan:tepung porang adalah 60:40 v/v.

Sampel* Larutan Karaginan (mL)**

Tepung porang (% b/v)**

Gliserol (g)

Selulosa (g)

K 18 - - -

KG 18 - 0.75 -

KGS 18 - 0.75 0.10

KGSP 2.5% 18 2.5 0.75 0.10

KGSP 5.0% 18 5.0 0.75 0.10

KGSP 7.5% 18 7.5 0.75 0.10

KGSP 10.0% 18 10.0 0.75 0.10

(17)

4

Ketebalan Film (Bae et al. 2007)

Ketebalan film diukur menggunakan jangka sorong mekanik di 10 posisi acak pada masing-masing spesimen film dengan akurasi ±1 μm.

Kuat Tarik dan Elongasi (ASTM D 882–02)

Kuat tarik dan elongasi diukur menggunakan alat uji tarik berdasarkan ASTM D 882-02. Film yang telah dikeringkan dipotong dengan ukuran panjang 7 cm dan lebar 2 cm. Kemudian, film dijepitkan pada alat uji tarik yang dioperasikan dengan kecepatan konstan. Data yang dihasilkan dicetak di atas kertas. Perhitungan kuat tarik dan persentase elongasi menggunakan persamaan di bawah ini.

Kuat tarik (MPa)= Gaya tarik saat putus Luas penampang lintang

% Elongasi= Perubahan panjang film Panjang awal film

Laju Transmisi Uap Air (ASTM E 96-95)

Laju transmisi uap air diukur dengan menggunakan metode cawan berdasarkan ASTM E 96-95. Sebanyak 30 mL akuades dimasukkan ke dalam cawan petri. Kemudian cawan ditutup dengan kertas aluminium yang telah dilubangi. Luas lubang sebesar 10% dari luas cawan. Film dilekatkan di atas lubang menggunakan epoxy. Batas ketinggian antara permukaan air dalam cawan dan film sebesar 6 mm. Cawan dipanaskan di dalam oven pada suhu 37±0.5 oC dan kelembaban relatif (RH) 81% selama 5–6 jam dan diukur hilangnya massa air setiap jamnya. Laju transmisi uap air dihitung menggunakan persamaan di bawah ini.

Laju transmisi uap air WVTR =masa air yang hilang waktu×luas

Permeabilitas uap air WVP = WVTR x l

S x (R1-R2)

Keterangan:

S = Tekanan udara jenuh pada suhu 37 oC (63.63199 Pa)

R1 = Kelembapan udara di dalam cawan petri (100%)

R2 = Kelembapan udara pada suhu 37 oC (81%)

l = ketebalan film (mm)

Analisis termal dengan DTA-TGA

Sebanyak 23 mg sampel digerus di dalam mortar kemudian dicetak pada pelat platinum dan dianalisis termal. Kondisi alat diatur dan dioperasikan pada suhu ruang sampai dengan 400 oC dengan kecepatan pemanasan 20 oC per menit. Data yang dihasilkan berupa kurva termogram.

Analisis dengan Spektrofotometer FTIR

(18)

5

antara bilangan gelombang dan persen transmitans puncak yang mendeskripsikan gugus fungsi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kadar Air dan Abu

Kadar air rumput laut kering dan tepung porang diperoleh berturut-turut 18.42% dan 9.25% (Lampiran 2), sedangkan kadar abunya berturut-turut 9.98% dan 3.36% (Lampiran 3). Nilai kadar air dan abu bahan baku menunjukkan kandungan air dan senyawa anorganik berupa abu yang terdapat pada sampel yang digunakan. Data ini sangat berguna sebagai acuan saat penelitian dilakukan kembali, sehingga perbedaan hasil analisis dapat ditelaah dari perbedaan nilai kadar air dan kadar abu bahan yang digunakan. Penentuan kadar air dan abu rumput laut jenis E.cottoni oleh As’yari (2012) menghasilkan kadar air 15.89% dan abu 47.98%, sementara Jayanti (2012) mendapatkan kadar air 15.89% dan abu 49.16%. Kadar abu yang dihasilkan oleh As’yari (2012) dan Jayanti (2012) jauh lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian ini, yaitu hanya 9.25%. Hal ini diduga terjadi karena rumput laut yang digunakan pada penelitian sebelumnya tidak dicuci sehingga masih mengandung banyak mineral anorganik yang berasal dari air laut.

Pembuatan Film dan Ketebalan

(19)

Sifat tersebut. perpanjang dipengaru penyusun tepung po pengukura komponen kuat tarik edibel jug (2011) m bertambah konsentras perubahan Gam nilai kuat tarik film G T Sampel* K KG KGS KGSP 2 KGSP 5 KGSP 7 KGSP 1 KGSP 1 * K: karagina KGSP:kara t mekanik Sifat mek gan tarik fi uhi oleh sif film edibe orang. Film

an kuat tarik n, dua komp k dan elong

ga dipengar menyatakan hnya konse

si karagina n nilai kuat t

mbar 1 dan tarik palin edibel sedik Gambar 1 P p 10 0 2 4 6 8 10 12

[image:19.595.167.431.87.228.2]

kuat tarik (MPa)

Tabel 2 Pen

.5% .0% .5% 0.0% 2.5%

an, KG: karag aginan gliserol

film edibel kanik film

ilm edibel. fat dan jum el yang dig

edibel K, k dan elong ponen, tiga gasi yang b ruhi oleh k bahwa entrasi kara an yang d

tarik bukan

Lampiran 5 ng tinggi ad

kit berkuran Pengaruh p porang terha 0.30 8.50 K KG ngukuran ke Rerata inan gliserol, l selulosa pora

Sifat Mek

l sangat me edibel m Besarnya k mlah komp gunakan ada

KG, dan K gasi menunj a komponen berbeda. Se konsentrasi kuat tarik aginan yan digunakan s merupakan

5 menunjuk dalah film e ng dengan p penambahan adapkuat ta 9.57 5. KGS KG 2.5 s etebalan film a ketebalan f

0.0336 0.0346 0.0350 0.0352 0.0353 0.0355 0.0358 0.0360 KGS: karagin ang. kanik empengaruh meliputi ke kekuatan tar ponen baha alah karagin KGS diguna njukkan bah

n, dan empa elain itu, ku karaginan k akan m ng digunak sama, yang n pengaruh j

kkan bahwa edibel K, y penambahan

n gliserol, arik film edi

98

4.65

GSP  5 %

KGSP  5.0 % sampel

m edibel film (mm)

nan gliserol se

hi aplikasi ekuatan tar rik dan elon an yang dig nan, glisero akan sebaga hwa film ed

at kompone uat tarik da yang digu meningkat

kan. Dalam g mengind jumlah kara

a film edibe aitu 10.30 n gliserol (K

selulosa, d bel 2.92 2.8 KGSP  7.5% KGS 10.0 elulosa,

dari film e rik dan p ngasi film e gunakan. B ol, selulosa ai kontrol. dibel dengan en menghas an elongasi unakan. Ha seiring de m penelitian dikasikan b

aginan.

el yang mem MPa. Nilai KG) dan kem

dan tepung

87

5.60

SP  0 %

(20)

7

meni deng menu tepun menj tepun meng tetap Hal y umbi elong (Gam edibe 4.35% film glise berta dapa lebih penu edibe elong karen diban mem mam mela sifat meny komp ingkat deng gan konsent urunkan ku ng porang p jadi 5.60 M ng porang. gandung ka p akan men

yang sama i porang seb

Hasil pen gasi film e mbar 2 dan L

el yang han %. Penamb edibel men erol dapat m

ambahnya ju at menguran h renggang urunan nilai el rapuh (E gasi film e na perband ndingkan d mbuat film m mpu membu aporkan bah mekanik ya yatakan bah posit adalah 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 % elongasi Gamba gan penam trasi kurang uat tarik fil

pada konsen MPa, namun . Chen et

adar glukom ghasilkan f

juga dilapo bagai bahan ngukuran pe edibel cende Lampiran 5 nya terdiri bahan gliser njadi 42.09% mengubah fi

umlah glise ngi gaya an g. Film ed

i elongasi k Embuscado d edibel meni dingan jum dengan jum menjadi leb uat film e hwa film ya

ang kuat tet hwa faktor h kekompati

4.35 12.

K K

r 2 Pengar porang

mbahan selu g dari 10.0%

m edibel h ntrasi 12.5% n masih leb

al. (2008 manan yang

film dengan orkan oleh n dasar pemb

ersen elong erung berb 5). Hasil pen

dari karagin rol, selulos %. Sesuai d film yang ra erol yang d ntar rantai dibel yang karena selu dan Huber ingkat sete mlah selulo mlah glisero bih elastis. dibel menj ang diguna tapi tidak ra

utama yan ibelan komp

.72 15.31

G KGS

ruh penamb g terhadap e

ulosa (KGS % dalam pe hingga 2.87 % (KGSP 1 bih rendah 8) melapor g lebih ting n kuat tarik Raharjo et

buatan film

gasi film ed anding terb ngukuran el nan memili sa, dan tepu

dengan pern apuh menja ditambahkan polimer, s ditambah ulosa merup 2009), akan elah ditamb

sa yang d ol. Penamb

Hal ini m jadi lebih akan sebaga apuh. Secar g mempeng ponen peny 21.34 37. KGSP  2.5 %

KG 5.0 sampel bahan glisero elongasi film S). Penamb embuatan f 7 MPa, aka 2.5%) men dibandingk rkan bahw

gi dan kon k dan elong

al. (2012) m edibel. dibel menu balik denga longasi men iki elongasi ung porang nyataan Rhi adi lebih fle n. Hal ini t ehingga ran kan selulo pakan serat n tetapi pad bahkan selu ditambahkan bahan tepun menunjukkan elastis. Tr ai kemasan ra umum Rh garuhi sifat yusun film te

.58 38.78

GSP  0 %

KGSP  7.5% ol, selulosa m edibel bahan tepun film edibel an tetapi pe aikkan kuat kan film ed wa film ed nsentrasi gli asi yang le , yang mem

unjukkan ba an nilai kua nunjukkan b i paling ren g menaikka

im dan Wa eksibel seiri terjadi karen

ntai polime osa akan m

t yang mem da penelitia ulosa. Hal n jauh leb ng porang n bahwa gl rinetta et a

diharapkan him dan Wa t mekanik f

ersebut.

40.91 42

KGSP  10.0 %

KG 12.

, dan tepung

ng porang cenderung enambahan t tarik film dibel tanpa dibel yang iserol yang ebih tinggi. manfaatkan ahwa nilai at tariknya bahwa film ndah, yaitu an elongasi ang (2013),

ing dengan na gliserol er menjadi mengalami mbuat film an yang ini

ini diduga bih sedikit

cenderung lukomanan

(21)

8

Gugus Fungsi

Analisis gugus fungsi film edibel dilakukan untuk mengetahui interaksi yang terjadi dalam pencampuran komponen film, terjadi interaksi kimia atau yang terjadi hanya interaksi fisik. Berdasarkan hasil spektrum FTIR (Tabel 3 dan Lampiran 14-18), maka dapat dilihat gugus fungsi senyawa yang ada pada film edibel.

Tabel 3 Gugus fungsi pada spektrum FTIR film edibel

Sampel Bilangan

gelombang (cm-1) Gugus fungsi

Pavia et al. (2001) Karaginan (K) 3298.28 2947.23 1639.49 1230.58 848.68 Regang O-H Regang C-H C=O S=O ester sulfat 3,6-anhidro-4-sulfat 3400-3200 3000-2850 1680-1600 1260-1210 845-850 Tepung porang

3298.70 Regang O-H 3400-3200

2927.94 Regang C-H 3000-2850

1642.42 C=O 1680-1600

Karaginan dan gliserol (KG) 3298.28 2947.23 1624.12 1226.73 848.68 Regang O-H Regang C-H C=O S=O ester sulfat 3,6-anhidro-4-sulfat 3400-3200 3000-2850 1680-1600 1260-1210 845-850 Karaginan, gliserol, selulosa (KGS) 3371.57 2939.52 1627.92 1226.73 848.68 Regang O-H Regang C-H C=O S=O ester sulfat 3,6-anhidro-4-sulfat 3400-3200 3000-2850 1680-1600 1260-1210 845-850 Karaginan, gliserol, selulosa, tepung porang (KGSP) 3298.28 2943.37 1608.63 1230.58 848.68 Regang O-H Regang C-H C=O S=O ester sulfat 3,6-anhidro-4-sulfat 3400-3200 3000-2850 1680-1600 1260-1210 845-850

Menurut Distantina et al. (2011), spektrum FTIR karaginan menunjukkan adanya pita serapan pada bilangan gelombang 1210-1260 cm-1 yang merupakan gugus fungsi ester sulfat (S=O) dan serapan kuat pada 845-850 cm-1 yang merupakan gugus 3,6-anhidro-4-sulfat yang menunjukkan bahwa karaginan yang digunakan merupakan kappa karaginan. Xu et al. (2008) melaporkan bahwa keberadaan glukomanan ditunjukkan oleh adanya pita serapan pada bilangan gelombang 3400 cm-1 (regang O-H), 2887 cm-1 (regang C-H), dan 1736 cm-1 (regang C=O). Hasil analisis menunjukkan adanya pita serapan karaginan pada bilangan gelombang 1226.73 cm-1 dan 848.68 cm-1, serta pita serapan glukomanan pada 3298.70 cm-1, 2927.94 cm-1, dan 1642.42 cm-1.

(22)

9

termo samp DTA kena terjad eksot TGA ketik mem terde Analisis ogravimetri pel dan dib A digunaka aikan suhu di secara en termik yang A adalah pe ka dipanask mbandingkan egradasi dan Gambar termal terd i (TGA). P bandingkan

an untuk pemanasan ndotermik g ditandai d engurangan kan. Pada nnya denga n tidak terde

(a)

(c) r 3 Termogr

Sifa

diri dari ana Prinsip DTA dengan sta menentukan n. Berdasark yang ditand dengan adan n berat sam

suhu tert an bobot egradasi (Sp

ram film ed

at Termal

alisis difere A adalah m andar (Al(O n perubah kan kurva dai dengan nya lembah mpel sebaga tentu, samp awal, mak perling 2006 dibel K (a),

ensial terma mengukur p OH)3) selam

han temper DTA, dek adanya pu h pada kurva

ai fungsi te pel akan ka dapat d

6).

KG (b), KG

al (DTA) d perubahan t ma pemanas ratur samp komposisi f uncak pada

a (Gambar emperatur d

terdegradas diketahui s

(b)

(d) GS (c), dan K

(23)

10

Hasil analisis TGA film edibel K menunjukkan bahwa massa yang hilang adalah 15.82 mg atau 64.313% (Gambar 3a), film edibel KG meningkat menjadi 17.643 mg atau 69.188% (Gambar 3b). Peningkatan ini diduga karena penambahan gliserol menyebabkan stabilitas termal film menjadi berkurang. Rhim dan Wang (2013) melaporkan bahwa gugus hidroksil pada gliserol diduga dapat berikatan hidrogen dengan gugus hidroksil dan karbonil dari molekul biopolimer, sehingga dalam jumlah tertentu dapat menurunkan suhu transisi gelas film. Film edibel KGS mengalami kehilangan massa 14.211 mg atau 60.472% (Gambar 3c), penurunan massa yang hilang terjadi dengan penambahan selulosa. Hal ini menunjukkan bahwa selulosa merupakan serat yang memiliki stabilitas termal yang tinggi. Martins et al. (2012) melaporkan bahwa polisakarida netral seperti glukomannan memiliki stabilitas termal yang lebih tinggi dibandingkan dengan polisakarida bermuatan seperti karaginan. Film KGSP yang terdiri dari karaginan, gliserol, dan glukomannan yang memiliki stabilitas termal yang rendah, serta selulosa yang memiliki stabilitas termal yang tinggi mengalami kehilangan massa 15.672 mg atau 65.573% (Gambar 3d). Transisi suhu pada termogram TGA film edibel K, KG, dan KGS menunjukkan kurva yang tajam. Hal ini menunjukkan bahwa film edibel tersebut memiliki homogenitas yang tinggi. Film edibel KGSP yang terdiri dari 4 komponen, yaitu karaginan, gliserol, selulosa, dan tepung porang menghasilkan termogram TGA yang sedikit landai. Hal ini diduga karena pencampuran pada pembuatan film edibel kurang homogen, disebabkan waktu pengadukan yang kurang sehingga komponen penyusun film belum tercampur sempurna.

Sifat permeabilitas

(24)

11

sema menu film. meru selul sifat perm hidro renda mem sema sema uap a Hasil menu sesua perm film, dan perm tepun pemb adala Penambah akin turun l

unjukkan ba Kompone upakan bah losa merupa kepolaran s meabilitas u

ofobik dala ah (Martin mpengaruhi

akin banyak akin berkura air film edi l analisis unjukkan b ai dengan meabilitas te dan jumlah Film edib selulosa be meabilitas ua ng porang buatan film ah film yan Gambar 4 WV P ( n g m m -2 s -1 Pa -1 han gliserol agi saat dita ahwa perme n penyusun han yang m akan bahan

semua kom uap air film am penyusu

ns et al.

nilai perm k kompone ang. Bertuz ibel berbah permeabilit bahwa perm hasil yan ersebut dipe h pemlastis

SI

el berbahan erhasil dibu

ap air yang merupakan m edibel. P

ng mengand Permeabili gliserol, se 0 0.0390 0.0400 0.0410 0.0420 0.0430 0.0440 0.0450 0.0460 0.0470 0.0480 (g

l sedikit m ambahkan s eabilitas ua n film, yai memiliki ke

yang mem mponen terse m edibel. Pa un film, m 2012). J meabilitas u en penyusu zzi et al. (2 han dasar pa

tas uap ai meabilitas u ng dilapork engaruhi ole yang digun

IMPULAN

Si

n dasar kar uat dan mem

lebih renda n bahan y ermeabilita dung poran itas uap air elulosa, dan 0.0472 0.0454 K KG menurunkan selulosa. Ha ap air dipen

itu karagina elarutan ya iliki sifat ku ebut sangat ada umumn maka nilai Jumlah ko uap air, da un film, ma 2007) melap

ati adalah 0 ir film (G uap air film

kan oleh eh suhu, ke nakan.

N DAN S

mpulan

raginan den miliki sifat ah. Hal ini m yang kompa as uap air ng 12.5%, y

film edibel n tepung por

4 0.0444 0.04 KGS KGS 2.5 S nilai perm asil analisis garuhi oleh an, tepung ang baik d

urang larut berpengaru nya, semak

permeabilit omponen p apat dilihat aka nilai p porkan bahw

0.0333-0.16 Gambar 4 d

m edibel ya Bertuzzi e

elembaban r

SARAN

ngan penam t mekanik y membuktika atibel deng film edibel yaitu 0.042 karaginan d rang 470 0.0468 0. SP % KGSP 5.0 % K 7 Sampel meabilitas ua permeabili h komponen porang, da dalam air, dalam air. uh terhadap in banyak tasnya juga penyusun

t dari hasi permeabilita wa nilai per 667 ng m m

dan Lampi ang dihasilk

et al. (200

relatif (RH)

mbahan tepu yang lebih an bahwa se gan karagin l yang pali 23 ng m m dengan pen 0462 0.0455 KGSP .5 % KGSP 10.0 %

ap air dan itas uap air n penyusun an gliserol sedangkan Perbedaan penentuan komponen a semakin film juga il analisis, asnya juga rmeabilitas m-2 s-1 Pa-1. iran 6-13) kan masih 07). Nilai ) ketebalan ung porang baik serta elulosa dan nan dalam ing rendah m-2 s-1 Pa-1.

ambahan

0.0423

(25)

12

Peningkatan konsentrasi tepung porang meningkatkan sifat mekanik film edibel. Film edibel yang memiliki nilai kuat tarik dan elongasi paling baik adalah film dengan penambahan porang 12.5%, yaitu 5.60 MPa dan 42.09%. Analisis spektrum IR tidak menunjukkan adanya gugus fungsi baru dalam pembuatan film edibel. Berdasarkan termogram DTA-TGA, film edibel yang mengandung selulosa memiliki stabilitas termal paling tinggi, dengan kehilangan massa 60.472%.

Saran

Perlu dilakukan optimalisasi penambahan selulosa dalam pembuatan film edibel untuk mengetahui pengaruhnya terhadap permeabilitas uap air, serta kecepatan dan waktu pengadukan agar dihasilkan film edibel yang memiliki homogenitas yang tinggi. Selain itu, perlu juga dilakukan pemisahan glukomanan dari tepung porang agar film yang dihasilkan lebih transparan.

DAFTAR PUSTAKA

[AOAC] Association of Official Analytical and Chemistry. 2007. Official Method of Analysis 18th. Marylan: Association of Official Analytical Chemist Inc. [ASTM] American Society for Testing and Materials. 1996. Standard Test

Method for Water Vapor Transmission of Materials. American Society for Testing and Materials Inc.

[ASTM] American Society for Testing and Materials. 2002. Standard Test Method for Tensile Properties of Thin Plastic Sheeting. American Society for Testing and Materials Inc.

Asyari A.2013. Film biodegradabel karagenan yang dipadukan dengan tepung kedelai [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Bae Ho J, Cha Dong S, Whiteside William S, Park Hyun J. 2007. Film and pharmaceutical hard capsule formation properties of mungbean, waterchestnut, and sweet potao starches. Food Chem 106:96–105.

Bertuzzi MA, Vidaurre EF, Armada M, Gottifredi JC. 2007. Water vapor permeability of edible starch based films. J of Food Engine 80:972-978. Budiantoro Y. 1997. Aplikasi edibel film dari tapioka sebagai bahan pengemas

dengan menentukan umur simpan bumbu mie instant menggunakan metode akselerasi [Skripsi].Bogor (ID: Institut Pertanian Bogor.

Chen et al.2008.Structural characterization and properties of starch/konjac glucomannan blend films. Carb Pol.74 : 946-952

Colmenero FJ et al. 2013. Konjac gel for use as potential fat analogue for healthier meat product development: Effect of chilled and frozen storage.

Food Hydrocolloids. 30:351–357.

(26)

13

Embuscado ME, Huber KC.2009. Edible Films and Coatings for Food

Applications. New York (US): Springer.

Handito.2011. Pengaruh konsentrasi karagenan terhadap sifat fisik dan mekanik edible film. Agroteksos 21:151-157.

Jayanti RD. 2013. Biofilm berbahan dasar polisakarida dari karagenan dan tepung kacang hijau [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Martins et al. 2012. Synergistic effects between k-carrageenan and locust bean gum on physicochemical properties of edible films made thereof. Food

Hydrocolloids 29:280-289.

Mindarwati E.2006. Kajian pembuatan edibel film komposit dari karagenan sebagai pengemas bubu mie instan rebus [Tesis].Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Muller CMO, Laurindo JB, Yamashita F. 2009. Effect of cellulose fibers additions on the mechanical properties and water vapor barrier of starch-based films. Food Hydrocolloids 23: 1328-1333.

Pratiwi. 2011. Optimisasi ekstraksi karagenan kappa dari rumput laut eucheuma cottonii [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Raharjo BA, Dewi NW, Haryani K. 2012. Pemanfaatan tepung glukomannan dari umbi iles-iles sebagai bahan baku pembuatan edible film. J Tekno Kimia

1:401-411.

Rhim JW, Wang LF.2013. Mechanical and water barrier properties of agar carrageenan konjac glucomannan ternary blend biohydrogel films. J Carb Pol 96: 71-78.

Trinetta V, Cutter CN, Floros JD.2011. Effects of ingredient composition on optical and mechanical properties of pullulan film for food-packaging applications. Food Science and Techno 44:2296-2301.

Skensved L. 2001. Carrageenan Book. Denmark (DK): CP Kelco Aps.

Sperling LH. 2006. Introduction to Physical Polymer Science. USA (US): John Wiley & Sons Inc.

Sudaryati HP, Mulyani ST, Hansyah ER. 2010. Physical and mechanical properties of edible film from porang (Amorphopallus oncophyllus) flour and carboxymethylcellulose. J. Tekno Pertanian. 11:196-20.

Sumarwoto. 2007.Kandungan mannan pada tanaman iles-iles (Amorphophallus muelleri Blume.).Biotek 4 : 28-32.

Xu et al.2008. Synthesis and characterization of konjac

(27)

14

Lampiran 1 Bagan alir penelitian

Preparasi alat dan bahan

Uji kadar air rumput laut

Uji kadar air tepung porang

Uji kadar abu tepung porang

Uji kadar abu rumput laut

Ekstraksi karaginan

FTIR DTA-TGA

Permeabilitas uap air

Kuat tarik dan elongasi Ketebalan

film

(28)

15

Lampiran 2 Pengukuran kadar air rumput laut dan tepung porang

Sampel Bobot cawan

kosong (g)

Bobot cawan dan sampel (g)

Bobot kering oven (g)

Kadar air

(%) Rerata

Rumput laut 1 27.5834 29.5853 29.2177 18.36

18.42

Rumput laut 2 30.9836 32.9805 32.6142 18.34

Rumput laut 3 28.4989 30.5126 30.1388 18.56

Porang 1 30.3272 32.3145 32.1342 9.07

9.25

Porang 2 29.6543 31.3157 31.1560 9.61

Porang 3 31.4812 33.4748 33.2943 9.05

Contoh perhitungan: ulangan 1

Kadar air % = Bobot cawan dan sampel-bobot kering oven

Bobot cawan dan sampel-bobot cawan kosongx 100%

= 29.5853 g-29.2177 g

29.5853 g-27.5834 gx 100%

= 18.3%

Kerata kadar air % =18.36+18.34+18.56

3 =18.4%

Lampiran 3 Pengukuran kadar abu rumput laut dan tepung porang

Sampel Bobot cawan

kosong (g)

Bobot cawan dan sampel (g)

Bobot kering tanur (g)

Kadar abu

(%) Rerata

Rumput laut 1 35.1897 37.1889 35.3888 9.96

9.98

Rumput laut 2 35.7218 37.7337 35.9194 9.82

Rumput laut 3 30.9684 32.9625 31.1711 10.16

Porang 1 31.6847 33.6908 31.7578 3.64

3.66

Porang 2 27.1815 29.1849 27.2549 3.66

Porang 3 24.7622 26.7674 24.8357 3.67

Contoh perhitungan: ulangan 1

Kadar abu % = Bobot kering tanur-bobot cawan kosong

Bobot cawan dan sampel-bobot cawan kosongx 100%

=35.3888 g-35.1897 g

37.1889 g-35.1897 gx 100%

= 9.98 %

Rerata kadar abu % =9.96+9.82+10.16

(29)

16

Lampiran 4 Ketebalan film edibel

Ulangan K KG KGS KGSP

2.5%

KGSP 5.0%

KGSP 7.5%

KGSP 10.0%

KGSP 12.5%

1 0.0340 0.0340 0.0350 0.0350 0.0350 0.0360 0.0370 0.0370

2 0.0330 0.0350 0.0350 0.0350 0.0360 0.0350 0.0350 0.0360

3 0.0340 0.0350 0.0350 0.0350 0.0350 0.0360 0.0360 0.0350

4 0.0330 0.0340 0.0350 0.0350 0.0350 0.0350 0.0350 0.0360

5 0.0340 0.0350 0.0350 0.0350 0.0350 0.0360 0.0360 0.0350

6 0.0330 0.0340 0.0350 0.0350 0.0350 0.0350 0.0360 0.0360

7 0.0340 0.0350 0.0350 0.0350 0.0350 0.0350 0.0350 0.0370

8 0.0340 0.0350 0.0350 0.0350 0.0350 0.0350 0.0350 0.0350

9 0.0330 0.0350 0.0350 0.0360 0.0360 0.0360 0.0370 0.0360

10 0.0340 00340 0.0350 0.0360 0.0360 0.0360 0.0360 0.0370

Rata-rata (mm) 0.0336 0.0346 0.0350 0.0352 0.0353 0.0355 0.0358 0.0360

Tebal basah (mm) 1.2600 1.2600 1.2600 1.2600 1.2600 1.2600 1.2600 1.2600

% Penyusutan 97.33 97.25 97.22 97.21 97.20 97.18 97.16 97.14

Contoh perhitungan:

Rerata ketebalan film (mm)= ketebalan film Banyaknya ulangan

0.034+0.033+0.034+0.033+0.034+0.033+0.034+0.033+0.034+0.034 10

= 0.0336 mm

% penyusutan=ketebalan basah-ketebalan kering ketebalan basah

=1.2600-0.0336

(30)

17

Lampiran 5 Kuat tarik dan elongasi film

Sampel Beban

maksimum (N)

Perpanjangan (mm)

Kuat tarik (MPa)

% elongasi

K 6.9214 3.0458 10.30 4.35

KG 5.8798 8.9060 8.50 31.70

KGS 6.6993 10.7149 9.57 15.31

KGSP 2.5% 4.2134 14.9402 5.98 21.34

KGSP 5.0% 3.2833 26.3077 4.65 37.58

KGSP 7.5% 2.0739 27.1474 2.92 38.78

KGSP 10.0% 2.0535 28.6383 2.87 40.91

KGSP 12.5% 4.0334 29.4650 5.60 42.09

p = 70 mm l = 20 mm

contoh perhitungan:

Kuat tarik (MPa)= Gaya tarik saat putus Luas penampang lintang

= 6.9214 N

(20 x 0.0336)mm²

= 10.30 MPa

%Elongasi=Perubahan panjang film

Panjang awal film x 100%

=3.0458 mm

70 mm x 100%

= 4.351%

Lampiran 6 Permeabilitas uap air film edibel karaginan (K) Waktu

(menit)

Bobot (gram)

Kehilangan bobot (gram)

WVTR (g /menit cm2)

Permeabilitas uap air (g mm cm-2 menit-1 Pa-1)

Permeabilitas uap air (ng m m-2 s-1 Pa-1) 0 79.8234

60 79.7176 0.1058 0.000277 2.8213 x 10-10 0.0470

120 79.6013 0.2221 0.000291 2.9613 x 10-10 0.0494

180 79.4918 0.3316 0.000290 2.9476 x 10-10 0.0491

240 79.3900 0.4334 0.000284 2.8893 x 10-10 0.0482

(31)

18

Lampiran 7 Permeabilitas uap air film edibel karaginan dan gliserol (KG)

Lampiran 8 Permeabilitas uap air film edibel karaginan, gliserol, dan selulosa (KGS)

Lampiran 9 Permeabilitas uap air film edibel karaginan, gliserol, selulosa, dan porang 2.5% (KGSP 2.5%)

Waktu (menit)

Bobot (gram)

Kehilangan bobot (gram)

WVTR (g /menit cm2)

Permeabilitas uap air (g mm cm-2 menit-1 Pa-1)

Permeabilitas uap air (ng m m-2 s-1 Pa-1) 0 78.8247

60 78.7272 0.0975 0.000256 2.6774 x 10-10 0.0446

120 78.6279 0.1968 0.000258 2.7021 x 10-10 0.0450

180 78.5271 0.2976 0.000260 2.7241 x 10-10 0.0454

240 78.4302 0.3945 0.000259 2.7083 x 10-10 0.0451

300 78.3283 0.4964 0.000260 2.7263 x 10-10 0.0454

Waktu (menit)

Bobot (gram)

Kehilangan bobot (gram)

WVTR (g /menit cm2)

Permeabilitas uap air (g mm cm-2 menit-1 Pa-1)

Permeabilitas uap air (ng m m-2 s-1 Pa-1) 0 73.2432

60 73.1498 0.0934 0.000245 2.5944 x 10-10 0.0432

120 73.0530 0.1902 0.000249 2.6417 x 10-10 0.0440

180 72.9553 0.2879 0.000252 2.6657 x 10-10 0.0444

240 72.8589 0.3843 0.000252 2.6687 x 10-10 0.0445

300 72.7632 0.4800 0.000252 2.6667 x 10-10 0.0444

Waktu (menit)

Bobot (gram)

Kehilangan bobot (gram)

WVTR (g /menit cm2)

Permeabilitas uap air (g mm cm-2 menit-1 Pa-1)

Permeabilitas uap air (ng m m-2 s-1 Pa-1) 0 69.1790

60 69.0766 0.1024 0.000268 2.8607 x 10-10 0.0477

120 68.9734 0.2056 0.000269 2.8719 x 10-10 0.0479

180 68.8732 0.3058 0.000267 2.8477 x 10-10 0.0475

240 68.7690 0.4100 0.000269 2.8635 x 10-10 0.0477

(32)

19

Lampiran 10 Permeabilitas uap air film edibel karaginan, gliserol, selulosa, dan porang 5.0% (KGSP 5.0%)

Lampiran 11 Permeabilitas uap air film edibel karaginan, gliserol, selulosa, dan porang 7.5% (KGSP 7.5%)

Lampiran 12 Permeabilitas uap air film edibel karaginan, gliserol, selulosa, dan porang 10.0% (KGSP 10.0%)

Waktu (menit)

Bobot (gram)

Kehilangan bobot (gram)

WVTR (g /menit cm2)

Permeabilitas uap air (g mm cm-2 menit-1 Pa-1)

Permeabilitas uap air (ng m m-2 s-1 Pa-1) 0 71.7811

60 71.6821 0.0990 0.000259 2.7736 x 10-10 0.0462

120 71.5758 0.2053 0.000269 2.8758 x 10-10 0.0479

180 71.4756 0.3055 0.000267 2.8529 x 10-10 0.0475

240 71.3785 0.4026 0.000264 2.8198 x 10-10 0.0470

300 71.2803 0.5008 0.000263 2.8061 x 10-10 0.0468

Waktu (menit)

Bobot (gram)

Kehilangan bobot (gram)

WVTR (g /menit cm2)

Permeabilitas uap air (g mm cm-2 menit-1 Pa-1)

Permeabilitas uap air (ng m m-2 s-1 Pa-1) 0 89.3515

60 89.2556 0.0959 0.000251 2.7019 x 10-10 0.0450

120 89.1585 0.1930 0.000253 2.7188 x 10-10 0.0453

180 89.0527 0.2988 0.000261 2.8062 x 10-10 0.0468

240 88.9571 0.3944 0.000258 2.7780 x 10-10 0.0463

300 88.8595 0.4920 0.000258 2.7724 x 10-10 0.0462

Waktu (menit)

Bobot (gram)

Kehilangan bobot (gram)

WVTR (g /menit cm2)

Permeabilitas uap air (g mm cm-2 menit-1 Pa-1)

Permeabilitas uap air (ng m m-2 s-1 Pa-1) 0 76.0380

60 75.9427 0.0953 0.000250 2.7077 x 10-10 0.0451

120 75.8465 0.1915 0.000251 2.7205 x 10-10 0.0453

180 75.7487 0.2893 0.000253 2.7399 x 10-10 0.0457

240 75.6502 0.3878 0.000254 2.7546 x 10-10 0.0459

(33)

20

Lampiran 13 Permeabilitas uap air film edibel karaginan, gliserol, selulosa, dan porang 12.5% (KGSP 12.5%)

Contoh perhitungan:

(g menit cm) akt l as film edi el erat air yang hilang

0menit .3 cm 0.090 g

= 0.000237 g/menit cm2

ermea ilitas ap air ( 1 2) l

0.00023 g 3. 3199 a (100 1 )menit cm 0.03 0 mm

= 2.5829 x 10-10g mm cm-2 menit-1 Pa-1

= 0.0430 ng m m-2 s-1 Pa-1

Lampiran 14 Spektrum FTIR film edibel karaginan Waktu

(menit)

Bobot (gram)

Kehilangan bobot (gram)

WVTR (g /menit cm2)

Permeabilitas uap air (g mm cm-2 menit-1 Pa-1)

Permeabilitas uap air (ng m m-2 s-1 Pa-1)

0 78.8864

60 78.7960 0.0904 0.000237 2.5829 x 10-10 0.0430

120 78.7068 0.1796 0.000235 2.5657 x 10-10 0.0428

180 78.6176 0.2688 0.000235 2.5600 x 10-10 0.0427

240 78.5237 0.3627 0.000238 2.5907 x 10-10 0.0432

(34)

21

Lampi

Lampiran

iran 15 Spe

n 16 Spekt

ektrum FTIR

trum FTIR f

R tepung po

film edibel k orang

(35)

Lampiran

Lampiran

17 Spektru

18 Spektru 12.5 %

um FTIR fil

um FTIR fil %

lm edibel ka

lm edibel ka

araginan, gl

araginan, gl

liserol, dan

liserol, selul

selulosa

losa, dan po 22

(36)

23

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Dolok Maraja pada tanggal 14 Mei 1991 dari ayah Budiman Purba dan ibu Lenseria Saragih. Penulis merupakan putri kedua dari lima bersaudara. Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Raya dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk departemen Kimia IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).

Gambar

Tabel 2  PenT
Tabel 3 Gugus fungsi pada spektrum FTIR film edibel
Gambar 4

Referensi

Dokumen terkait

unsur-unsur logam dalam bahan atau produk pangan (Sudarmaji, 1997). Penentuan abu total dapat digunakan untuk berbagai tujuan,. antara lain :.. 13 1) Untuk menentukan

berpengaruh terhadap kinerja sistem informasi akuntansi pada

Indonesia, terdapat beberapa masalah yang dapat di soroti dari kebaradaan industri hulu.. dan industri hilir di Indonesia yang tentunya sangat mempengaruhi

Laporan Tugas Lahir ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan tahap sarjana di Program Studi Teknik Sipil dan mencakup Studi Banding Efektifitas Sistem

a. Sebagai arahan pembentuk sistem pusat kegiatan wilayah Kabupaten Gorontalo Utara yang memberikan layanan bagi kawasan perkotaan dan.. kawasan perdesaan

Setelah melakukan proses perancangan dan pembuatan antena serta pengukuran atau pengujian antena Omnicollinear 2,4 GHz, proses selanjutnya adalah membandingkan

[r]

Panitia Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dan Pengadaan Barang Selaku Kelompok Kerja Pekerjaan Jalan dan Jembatan Provinsi Jawa Tengah Pada Balai Pelaksana Teknis Bina Marga