• Tidak ada hasil yang ditemukan

3.1.1 RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM PERKOTAAN - DOCRPIJM a817ec4d98 BAB IIIBAB 3

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "3.1.1 RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM PERKOTAAN - DOCRPIJM a817ec4d98 BAB IIIBAB 3"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

3.1

R

R

E

E

N

N

C

C

A

A

N

N

A

A

S

S

T

T

R

R

U

U

K

K

T

T

U

U

R

R

R

R

U

U

A

A

N

N

G

G

W

W

I

I

L

L

A

A

Y

Y

A

A

H

H

3.1.1

RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM PERKOTAAN

Rencana pengembangam sistem perkotaan wilayah Kabupaten Gorontalo Utara merupakan satu kesatuan dari hirarki sistem perkotaan Nasional dan Provinsi Gorontalo. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) didalamnya tidak terdapat pusat kegiatan yang berskala nasional yang berada dalam wilayah Kabupaten Gorontalo Utara. Namun dalam RTRW Provinsi Gorontalo ditetapkan bahwa Kota Kwandang sebagai salah satu Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), yang diarahkan sebagai kota yang berfungsi sebagai pusat pertumbuhan wilayah provinsi yang berorientasi pada aktivitas perkebunan dan kehutanan. Serta Kota Ilangata sebagai Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp). Dengan demikian hirarki sistem perkotaan tersebut akan dijabarkan kedalam sistem perkotaan dalam cakupan wilayah Kabupaten Gorontalo Utara.

Formulasi Rencana Struktur Tata Ruang Kabupaten Gorontalo Utara mempertimbangkan arahan perkembangan dan distribusi penduduk wilayah Kabupaten Gorontalo Utara sampai dengan Tahun 2031. Ada beberapa faktor sebagai dasar pertimbangan penentuan struktur tata ruang Kabupaten Gorontalo Utara, yaitu:

 Perkembangan fungsi-fungsi baru pada beberapa kawasan kabupaten dengan skala pelayanan tertentu, perlu dipertimbangkan sebagai pusat pelayanan Kabupaten Gorontalo Utara.

 Pusat kabupaten sebagai pusat kawasan pemerintah sekaligus menjadi pusat kawasan perdagangan dan jasa mulai menyebar ke arah kawasan pelabuhan yang terdapat pada dua kawasan kabupaten (Kwandang dan Anggrek).

 Keberadaan jalur Trans-Sulawesi dimana wilayah Kabupaten Gorontalo Utara menjadi ruas sentral penghubung antara wilayah Provinsi Gorontalo dan Provinsi Sulawesi Utara.

a. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)

Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) memiliki cakupan pelayanan meliputi keseluruhan wilayah Kabupaten Gorontalo Utara termasuk kabupaten tetangga (skup regional). Dalam RTRW Provinsi Gorontalo tahun 2010 – 2030 kota yang ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) di Kabupaten Gorontalo Utara adalah Kota Kwandang. Kondisi eksisting Kota Kwandang ini memang telah berkembang menjadi pusat pelayanan wilayah Kabupaten Gorontalo Utara dalam aspek sosial ekonomi dan sosial budaya, serta menjadi pusat permukiman wilayah. Kawasan perkotaan Kwandang yang ditetapkan menjadi pusat

(2)

pelayanan wilayah Kabupaten Gorontalo Utara atau PKW, secara administratif akan meliputi wilayah Kecamatan Kwandang, dan sebagian dari wilayah Kecamatan Anggrek, serta sebagian wilayah Kecamatan Gentuma Raya.

Kota Kwandang sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) yang memiliki cakupan pelayanan wilayah Kabupaten Gorontalo Utara dan sekitarnya, direncanakan memiliki interkoneksi dengan beberapa simpul transportasi yang berskala pelayanan regional dan nasional yang berada di dalam maupun di luar wilayah Kabupaten Gorontalo Utara melalui jaringan prasarana transportasi darat jalan arteri, kolektor, dan jalan lokal. Simpul transportasi tersebut yakni Terminal angkutan darat Kwandang, Pelabuhan Laut Kwandang dan Anggrek (Pelabuhan barang dan Pelabuhan penumpang), dan keterhubungan dengan Bandar Udara Djalaluddin (Bandar udara penyebar sekunder) di Kabupaten Gorontalo, serta Pelabuhan Anggrek dan Pelabuhan Kwandang di Kabupaten Gorontalo Utara.

b. Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp)

Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp) memiliki cakupan pelayanan meliputi keseluruhan wilayah Kabupaten Gorontalo Utara dan/atau beberapa wilayah kecamatan termasuk wilayah kecamatan kabupaten tetangga. Dalam RTRW Provinsi Gorontalo tidak menetapkan beberapa kota di wilayah Kabupaten Gorontalo Utara. Sebagai Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp) yakni Kota Ilangata,yang bisa selevel dengan Kota Limboto (Ibukota Kabupaten Gorontalo), Kota Tilamuta (Kabupaten Boalemo), dan Kota Suwawa (Ibukota Kabupaten Bone Bolango). Kondisi eksisting Kota Ilangata ini memang telah berkembang menjadi pusat pelayanan sub wilayah Kabupaten Gorontalo Utara, dalam aspek sosial ekonomi dan sosial budaya, serta menjadi pusat permukiman sub wilayah.

c. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK)

(3)

d. Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL)

Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) merupakan pusat permukiman yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala antar desa. Selanjutnya dengan mencermati beberapa hal terkait upaya perwujudan dari strategi pengembangan struktur tata ruang wilayah Kabupaten Gorontalo Utara, baik dalam konstelasi internal maupun eksternal wilayah, terutama dalam mengembangkan keunggulan komparatif masing-masing kawasan dalam kerangka mengurangi kesenjangan pembangunan antar kawasan dalam wilayah Kabupaten Gorontalo Utara, maka pengembangan Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) di wilayah Kabupaten Gorontalo Utara direncanakan terdiri dari :

Kota Jin, Kecamatan Atinggola dengan cakupan pelayanan beberapa desa sekitarnya.

Desa Gentuma, Kecamatan Gentuma Raya dengan cakupan pelayanan beberapa desa sekitarnya.

Desa Tolinggula Tengah, Kecamatan Tolinggula dengan cakupan pelayanan beberapa desa sekitarnya.

Desa Biau, Kecamatan Biau dengan cakupan pelayanan beberapa desa sekitarnya.

Berdasarkan penjelasan tersebut di atas, maka rencana pengembangan sistem perkotaan di Kabupaten Gorontalo Utara dapat dibagi menjadi beberapa delineasi kawasan antara lain :

Tabel 3. 1 Rencana Struktur Tata Ruang Kabupaten Gorontalo Utara

Delineasi Kawasan Sistem

Perkotaan

Kota Kwandang PKW

Kota Ilangata PKLp

Kota Bulontio PPK

Kota Jin, Desa Gentuma, Desa Tolinggula Tengah, Desa Biau

PPL

(4)

3.1.2

Kriteria Sistem Perkotaan dan Pusat Kegiatan

Rencana struktur ruang wilayah Kabupaten Gorontalo Utara merupakan kerangka tata ruang wilayah Kabupaten Gorontalo Utara yang tersusun atas konstelasi pusat-pusat kegiatan yang berhirarki satu sama lain yang dihubungkan oleh sistem jaringan prasarana wilayah Kabupaten Gorontalo Utara terutama jaringan transportasi.

Pusat kegiatan di wilayah Kabupaten Gorontalo Utara merupakan simpul pelayanan sosial, budaya, ekonomi, dan/atau administrasi masyarakat di wilayah Kabupaten Gorontalo Utara, yang terdiri atas :

a. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) yang berada di wilayah Kabupaten Gorontalo Utara yang kewenangan penetapannya telah dilakukan oleh pemerintah Provinsi Gorontalo.

b. Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp) yang berada di wilayah Kabupaten Gorontalo Utara juga kewenangan penetapannya telah dilakukan oleh pemerintah Provinsi Gorontalo yang diusulkan oleh pemerintah daerah kabupaten.

c. Pusat-pusat lain didalam wilayah Kabupaten Gorontalo Utara yang wewenang penentuannya ada pada pemerintah daerah Kabupaten Gorontalo Utara, yaitu :

1) Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) yang merupakan kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa kecamatan; dan

2) Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) yang merupakan pusat permukiman yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala antar desa.

Sistem jaringan prasarana wilayah Kabupaten Gorontalo Utara meliputi sistem prasarana transportasi, energi, telekomunikasi, dan sumberdaya air yang mengintegrasikannya dan memberikan layanan bagi fungsi kegiatan yang ada di wilayah Kabupaten Gorontalo Utara.

Rencana struktur ruang wilayah Kabupaten Gorontalo Utara berfungsi :

(5)

kawasan perdesaan disekitarnya yang berada dalam wilayah Kabupaten Gorontalo Utara.

(6)
(7)

Rencana struktur ruang wilayah Kabupaten Gorontalo Utara dirumuskan berdasarkan :

a. Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah Kabupaten Gorontalo Utara.

b. Kebutuhan pengembangan dan pelayanan wilayah Kabupaten Gorontalo Utara dalam rangka mendukung kegiatan sosial ekonomi. c. Daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup wilayah Kabupaten

Gorontalo Utara,

d. Ketentuan peraturan perundang-undangan.

Rencana struktur ruang wilayah Kabupaten Gorontalo Utara dirumuskan dengan kriteria :

a. Mengakomodasi rencana struktur ruang nasional, rencana struktur ruang wilayah Provinsi Gorontalo, dan memperhatikan rencana struktur ruang wilayah kabupaten yang berbatasan.

b. Jelas, realistis, dan dapat diimplementasikan dalam jangka waktu perencanaan pada wilayah Kabupaten Gorontalo Utara.

c. Pusat-pusat permukiman yang ditetapkan oleh pemerintah daerah Kabupaten Gorontalo Utara memenuhi ketentuan sebagai berikut : 1) Terdiri atas Pusat Pelayanan Kawasan (PPK), Pusat Pelayanan Lingkungan

(PPL), serta pusat kegiatan lain yang berhirarki lebih tinggi yang berada di wilayah Kabupaten Gorontalo Utara yang kewenangan penentuannya ada pada Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi Gorontalo.

2) Memuat penetapan Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) serta Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL).

3) Harus berhirarki dan tersebar secara proporsional di dalam ruang wilayah Kabupaten Gorontalo Utara serta saling terkait menjadi satu kesatuan sistem wilayah Kabupaten Gorontalo Utara.

(8)

Dalam RTRW Provinsi Gorontalo secara eksplisit menyebutkan bahwa Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) minimal berfungsi sebagai (i) pusat jasa pelayanan keuangan/perbankan yang melayani beberapa kabupaten; (ii) pusat pengolahan/pengumpulan barang yang melayani beberapa kabupaten; (iii) simpul transportasi yang melayani beberapa kabupaten; serta (iv) pusat pelayanan publik lainnya untuk beberapa kabupaten. Sementara untuk Pusat Kegiatan Lokal (PKL) minimal berfungsi sebagai (i) pusat pengolahan/pengumpulan barang yang melayani kabupaten dan beberapa kecamatan kabupaten tetangga, (ii) simpul transportasi yang melayani kabupaten dan beberapa kecamatan kabupaten tetangga; (iii) jasa pemerintahan kabupaten, serta (iv) pusat pelayanan publik lainnya untuk kabupaten dan/atau beberapa kecamatan.

3.1.3

Rencana system Jaringan Prasaranan Utama

Rencana pengembangan sistem jaringan transportasi di Kabupaten Gorontalo Utara terdiri atas:

A. Sistem jaringan transportasi darat

Jaringan lalu lintas dan ankutan jalan meliputi jaringan :

Jaringan Jalan,jaringan prasarana lalu lintas dan jaringan layanan lalu lintas.

a. Sistem jaringan Jalan

Jaringan jalan arteri primer di Kabupaten Gorontalo Utara berdasarkan kesatuan sistem orientasi untuk menghubungkan Kota Gorontalo sebagai ibukota Provinsi Gorontalo dan Kota Manado sebagai ibukota Provinsi Sulawesi Utara (antar-PKN) dan juga Gorontalo dengan Kwandang (PKW). Persyaratan untuk jalan arteri primer adalah berupa jalan umum yang melayani angkutan utama, melayani perjalanan jarak jauh, kecepatan rencana minimal 60 km/jam, lebar badan jalan minimal 8 meter. Status jalan arteri primer adalah jalan nasional. Jalan arteri primer di Kabupaten Gorontalo Utara memiliki panjang 191,20 km dan lebar 4,00 meter sehingga perlu adanya penambahan lebar 4,00 meter menjadi minimal 9,00 meter.

(9)

1. Ruas jalan batas Provinsi Sulawesi Utara – Atinggola – Kwandang Molingkapoto

2. Ruas jalan Molingkapoto – Anggrek – Bulontio – Tolinggula – Batas Provinsi Sulawesi Tengah

3. Ruas jalan Molingkapoto – Isimu 4. Ruas jalan Anggrek – Paguyaman

Jaringan jalan kolektor primer dikembangkan untuk menghubungkan antar-PKW dan antara PKW dan PKL. Persyaratan untuk jalan kolektor primer adalah kecepatan rencana minimal adalah 40 km/jam, lebar jalan minimal 9,00 meter. Ruas jalan yang mempunyai fungsi kolektor primer di Kabupaten Gorontalo Utara adalah jalan dengan status provinsi. Jalan kolektor primer di Kabupaten Gorontalo Utara adalah ruas jalan dengan panjang 89,75 km Sistem jaringan jalan kolektor primer melayani Kabupaten Gorontalo Utara, Kawasan tumbuh cepat Kwandang dan Anggrek.

Dilihat dari kondisi jaringan jalan ini perlu adanya jalan lingkar Timur dan Barat dengan status jalan propinsi sehingga jaringan jalan yang ada sekarang perlu adanya peningkatan status menjadi jalan propinsi dengan perlakuan tertentu untuk jalan ini tidak boleh ada pengembangan lokasi pemukiman mengingat jalan ini melewati daerah resapan air dan jalan lingkar barat dengan status jalan provinsi. Dengan demikian di kabupaten Gorontalo utara diperlukan pembuatan jalan baru sebagai berikut:

1. Ruas jalan Atinggola – Tapa 2. Ruas jalan Tolinggula – Marisa 3. Ruas jalan Anggrek – Tibawa

(10)

B. Rencana Sistem Jaringan Terminal

Terminal merupakan prasarana angkutan yang merupakan bagian dari sistem transportasi untuk melancarkan arus penumpang dan barang. Berdasarkan jenis angkutannya terminal dibedakan menjadi :

a. Terminal Penumpang, merupakan prasarana transportasi untuk keperluan menaikkan dan menurunkan penumpang, perpindaHan intra dan antar moda transportasi serta pengaturan kedatangan dan pemberangkatan kendaraan umum,rencana pengembangan terminal penumpang tipe B di Kecamatan Kwandang, Atinggola, dan Tolinggula Pengembangan terminal penumpang Tipe C terletak di Desa Molingkapoto Kecamatan Kwandang, Gentuma Raya, Anggrek, Monano, Sumalata (Bulontio) dan Papualangi (SP2). Sementara itu,

b. Terminal Barang, adalah prasarana transportasi untuk keperluan pembongkaran dan memuat barang serta perpindaHan intra atau antar moda transportasi. rencana pengembangan terminal barang di Kecamatan Anggrek.

C. Jaringan layanan lalu lintas

Jaringan lalulintas di Kabupaten Gorontalo Utara meliputi trayek angkutan penumpang dan jaringan lintas angkutan barang, yang meliputi :

1). Trayek angkutan penumpang antar kota dalam provinsi:

a) trayek TML 42 – Kwandang.; b) trayek TML 42 – Molingkapoto; c) trayek TML 42 – Gentuma Raya; d) trayek TML 42 – Atinggola; e) trayek TML 42 – Anggrek; f) trayek TML 42 – Monano;

g) trayek TML 42 – Sumalata ( Bulontio ); h) trayek TML 42 – Tolinggula Ulu; dan i) trayek TML 42 – Papualangi (SP 2).

(11)

a) Trayek Kwandang – Gentuma Raya – Atinggola b) Trayek Kwandang – Anggrek – Monano.

c) Trayek Kwandang – Sumalata – Tolinggula (Papualangi) 3) Trayek Angkutan penumpang dalam kota terdiri atas :

a) Trayek terminal Kwandang (Ombulodata) – Baypass - Pelabuhan Kwandang – Moluo – Titidu – Posso – Bulalo – Leboto - Mootinelo – Molingkapoto – Pontolo.

b) Trayek Terminal Kwandang (Ombulodata) - Pontolo – Molingkapoto – Motinelo - Leboto - Bulalo - Posso - Titidu – Moluo - Pelabuhan Kwandang - Baypass.

D. Rencana Sistem Jaringan Transportasi Laut

Sistem jaringan transportasi laut di Kabupaten Gorontalo Utara, meliputi tatanan kepelabuHanan dan alur pelayaran. Adapun tatanan kepelabuHanan di Kabupaten Gorontalo Utara, yaitu:

1. Pelabuhan pengumpan adalah pelabuhan Kwandang di Kecamatan Kwandang

2. Pelabuhan Nasional adalah pelabuhan Anggrek di Kecamatan Anggrek Sedangkan alur pelayaran di Kabupaten Gorontalo Utara, terdiri atas : 1. Alur pelayaran nasional, yang terdiri dari :

a) Anggrek – Buol – Toli toli – Pantoloan - Balikpapan – Makassar – Surabaya – Jakarta ;

b) Kwandang – Palele – Leok – Lokodidi – Buol – Toli toil – Wani; c) Kwandang – Tarakan – Balikpapan; dan

d) Kwandang – Samarinda.

2. Alur pelayaran provinsi yang terdiri dari Anggrek-Kota Gorontalo– Tilamuta

E. Rencana Sistem Jaringan Transportasi Perkeretaapian

(12)

Sulawesi Utara. Sedangkan rencana stasiun kereta api terdapat di Kecamatan Kwandang.

a. Sistem Jaringan Prasarana Lainnya

Sistem jaringan prasarana lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 terdiri atas sistem jaringan energi, sistem jaringan telekomunikasi, sistem jaringan sumber daya air dan sistem

prasarana pengelolaan lingkungan.

Rencana Pengembangan Prasarana Energi

Sistem jaringan energi di Kabupaten Gorontalo Utara terdiri atas pembangkit tenaga listrik dan jaringan transmisi tenaga listrik. Pembangkit tenaga listrik dikembangkan untuk memenuhi penyediaan tenaga listrik sesuai dengan kebutuhan yang mampu mendukung kegiatan perekonomian.

Jaringan transmisi tenaga listrik dikembangkan untuk menyalurkan tenaga listrik antarsistem yang menggunakan kawat saluran udara, kabel bawah tanah, atau kabel bawah laut.

Pembangkit tenaga listrik ditetapkan dengan kriteria:

a. mendukung ketersediaan pasokan tenaga listrik untuk kepentingan umum di kawasan perkotaan, perdesaan hingga kawasan terisolasi; b. mendukung pengembangan kawasan perdesaan, pulau-pulau kecil, dan

kawasan terisolasi;

c. mendukung pemanfaatan teknologi baru untuk menghasilkan sumber energi yang mampu mengurangi ketergantungan terhadap energi tak terbarukan;

d. berada pada kawasan dan/atau di luar kawasan yang memiliki potensi sumberdaya energi;

e. berada pada lokasi yang aman terhadap kegiatan lain dengan memperhatikan jarak bebas dan jarak aman.

Pembangkit tenaga listrik di Kabupaten Gorontalo Utara terdiri atas : a. Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) terdapat di Kecamatan

Kwandang

(13)

c. Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro (PLTMH Moango) di Desa Tombulilato

d. Pembangkit Tenaga Uap di kecamatan Anggrek

Potensi Pembangkit Listrik Mini Tenaga Hidro (PLMTH) di Kabupaten Gorontalo Utara dapat dilihat pada peta.

Jaringan transmisi tenaga listrik ditetapkan dengan kriteria:

a. mendukung ketersediaan pasokan tenaga listrik untuk kepentingan umum di kawasan perkotaan hingga perdesaan;

b. mendukung pengembangan kawasan perdesaan, pulau-pulau kecil, dan kawasan terisolasi;

c. melintasi kawasan permukiman, wilayah sungai, laut, hutan, persawahan, perkebunan, dan jalur transportasi;

d. berada pada lokasi yang aman terhadap kegiatan lain dengan memperhatikan persyaratan ruang bebas dan jarak aman;

e. merupakan media penyaluran tenaga listrik adalah kawat saluran udara, kabel bawah laut, dan kabel bawah tanah; dan

f. menyalurkan tenaga listrik berkapasitas besar dengan tegangan nominal lebih dari 35 (tiga puluh lima) kilo Volt.

Secara keseluruhan pembangkit listrik yang ada ini terhubung dengan suatu sistem interkoneksi sebelum di distribusikan kepada para pelanggan. Sampai saat ini dapat dikatakan bahwa hampir sebagian besar tempat permukiman masyarakat telah mendapat pelayanan listrik, kecuali tempat-tempat yang sulit dijangkau belum dapat menikmati aliran listrik ini.

Pembangkit listrik di wilayah Kabupaten Gorontalo Utara saat ini berjumlah 2 unit yang terletak di Kecamatan Sumalata yaitu PLTD Sumalata dengan kapasitas 200 kW dan PLTD Tolinggula di Kecamatan Tolinggula dengan kapasitas 250 kW.

Jaringan prasarana energi di Kabupaten Gorontalo Utara terdiri atas: a. jaringan pipa minyak dan gas bumi, terdiri atas depot BBM dan migas

(14)

b. jaringan transmisi tenaga listrik terdiri atas jaringan transmisi tenaga listrik 275 KV dan 150 KV pada jaringan Isimu – Molingkapoto – Kwandang – Atinggola – perbatasan Sulawesi Utara.

Kriteria Sistem Jaringan Energi

Guna menjamin pasokan energi/listrik dan optimalisasi pelayanan jaringan listrik di wilayah Kabupaten Gorontalo Utara, maka dalam rencana pengembangannya menerapkan kriteria yang meliputi beberapa hal :

1) Menjadi bagian dari sistem jaringan interkoneksi regional Suluttenggo agar terjadi pemerataan pelayanan antara wilayah yang surplus sumber energi/listrik dengan wilayah yang minus sumber energi/listrik.

2) Tetap memerlukan sendiri sumber energi/listrik dan gardu induk untuk menjaga kontuinitas pelayanan di wilayah Kabupaten Gorontalo Utara, termasuk manajemen pelayanan.

3) Untuk memeratakan pelayanan hingga ke pelosok perdesaan yang sulit dijangkau dengan sistem jaringan kabel, perlu dikembangkan pembangkit listrik alternatif yang memanfaatkan potensi sumber daya alam, seperti tenaga surya untuk pembangkit listrik tenaga surya (PLTS), serta aliran sungai untuk pembangkit listrik tenaga mikro hidro (PLTMH).

Rencana Sistem Jaringan Telekomunikasi

Guna menjaga kontuinitas pelayanan sistem telekomunikasi di wilayah Kabupaten Gorontalo Utara, maka dalam pengembangannya diterapkan beberapa kriteria yang meliputi :

1) Prioritas pelayanan pada kawasan perkotaan (pusat kegiatan wilayah promosi) untuk sistem jaringan telepon konvensional (sistem jaringan kabel).

(15)

3) Prioritas pengguna sistem telepon konvensional pada fasilitas perkantoran pemerintahan, fasilitas jasa komersial, dan fasilitas sosial.

Sistem jaringan telekomunikasi di Kabupaten Gorontalo Utara terdiri atas: a. jaringan kabel yaitu berupa stasiun telepon otomat di Kecamatan

Kwandang dan Anggrek.

b. jaringan nirkabel yaitu berupa jaringan telepon seluler sepanjang ruas jalan Atinggola – Gentuma Raya – Tomilito - Kwandang - Anggrek – Monano - Sumalata Timur - Sumalata – Biau - Tolinggula.

Rencana Prasarana Sumberdaya Air

Sistem jaringan sumber daya air merupakan sistem sumber daya air pada setiap wilayah sungai dan cekungan air tanah. Wilayah sungai adalah kesatuan wilayah pengelolaan sumber daya air dalam satu atau lebih daerah aliran sungai dan/atau pulau-pulau kecil yang luasnya kurang dari atau sama dengan 2.000 km2.

Daerah aliran sungai adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungai, yang berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alamiah yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan. Cekungan air tanah adalah suatu wilayah yang dibatasi oleh batas hidrogeologis, tempat semua kejadian hidrogeologis seperti proses pengimbuhan, pengaliran, dan pelepasan air tanah berlangsung.

Rencana pengelolaan sumberdaya air meliputi upaya:

a. konservasi sumber daya air: perlindungan dan pelestarian sumber air, pengawetan air, dan pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air.

(16)

c. pengendalian daya rusak air: pencegahan sebelum terjadi bencana, penanggulangan pada saat terjadi bencana, dan pemulihan akibat bencana

d. mengembangkan sistem informasi sumberdaya air.

e. membentuk wadah kordinasi pengelolaan sumberdaya air

Sistem jaringan sumberdaya air di Kabupaten Gorontalo Utara, terdiri atas:

a.Wilayah Sungai (WS)

b.Daerah Irigasi (DI)

c. Prasarana air baku untuk air bersih

d.Jaringan air bersih ke kelompok pengguna

e.Sistem pengendalian banjir

Wilayah Sungai (WS) di Kabupaten Gorontalo Utara terdiri atas:

WS lintas provinsi yaitu WS Limboto – Bone Bolango yang meliputi : DAS Andagile, DAS Ayubuku, DAS Biau, DAS Boliohulu, DAS Boliyohuto Bulontio, DAS Bulontio, DAS Bulontio Barat, DAS Bubalango, DAS Budo, DAS Buloila, DAS Datahu, DAS Deme I, DAS Dulukapa, DAS Dunu, DAS Limbato, DAS Molingkapoto, DAS Monano, DAS Moyongo, DAS Pangimba, DAS Pontolo, DAS Potango, DAS Tolango, DAS Tolongio, DAS Tudi, DAS Bobode,DAS Intana, DAS Ketapang, DAS Kwandang, DAS Limboto, DAS Molonggota, DAS Molontadu, DAS Paguyaman, DAS Pelabuhan, DAS Tapaibuhu.

Daerah Irigasi (DI) di Kabupaten Gorontalo Utara terdiri atas: a. DI kewenangan Pemerintah Provinsi, terdiri atas:

1. DI Tolinggula dengan luas pelayanan 1337 Ha b. DI kewenangan Pemerintah Kabupaten, terdiri atas:

1. DI Buloila Kiri dengan luasan pelayanan 150 Ha; 2. DI Buloila Kanan dengan luasan pelayanan 208 Ha; 3. DI Leboto dengan luasan pelayanan 142 Ha;

4. Di Didingga,Biau dengan luasan Pelayanan 641 Ha 5. DI Posso dengan luasan pelayanan 310 Ha;

(17)

9. DI Deme I dengan luasan pelayanan 146 Ha; 10.DI Sigaso dengan luasan pelayanan 150 Ha; 11.DI Imana Tengah dengan luasan pelayanan 37Ha; 12.DI Imana Ulu dengan luasan pelayanan 165 Ha; 13.DI Kota Jin dengan luasan pelayanan 8 Ha; 14.DI Buata dengan luasan pelayanan 150 Ha; 15.DI Bintana dengan luasan pelayanan 16 Ha;

16.DI Pinontoyongan dengan luasan pelayanan 75 Ha; 17.DI Monggupo dengan luasan pelayanan 40 Ha; 18.DI Boalemo dengan luasan pelayanan 11 Ha; 19.DI Molingkapoto dengan luasan pelayanan 130 Ha; 20.DI Abati I / Leboto dengan luasan pelayanan 125 Ha; 21.DI Abati II/ Leboto dengan luasan pelayanan 150 Ha; 22.DI Mootinelo dengan luasan pelayanan 50 Ha;

23.DI Potanga, Tenilo, Omuto dengan luasan pelayanan 145 Ha; 24.DI Dulukapa dengan luasan pelayanan 200 Ha;

25.DI Mebongo dengan luasan pelayanan 95 Ha; 26.DI Wubudu dengan luasan pelayanan 150 Ha; 27.DI Kasia dengan luasan pelayanan 10 Ha; 28.DI Ilangata dengan luasan pelayanan 80 Ha; 29.DI Tolango dengan luasan pelayanan 65 Ha; 30.DI Tudi dengan luasan pelayanan 50 Ha; dan 31.DI Monano dengan luasan pelayanan 250 Ha;

Prasarana air baku untuk air bersih di Kabupaten Gorontalo Utara yaitu berupa embung, yang terdiri atas:

(18)

Jaringan air bersih ke kelompok pengguna yaitu berupa pengembangan jaringan perpipaan di Kecamatan Tolinggula, Sumalata, Anggrek, Kwandang, Atinggola, dan Gentuma Raya.

Sistem pengendalian banjir yaitu meliputi kegiatan pembangunan, rehabilitasi, operasional serta pemeliharaan sarana dan prasarana pengendalian termasuk embung di daerah hulu dan hilir berbasis DAS yang mengalir di wilayah Kabupaten Gorontalo Utara.

3.1.4

RENCANA POLA RUANG

Kawasan Lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam, sumberdaya buatan dan nilai sejarah serta budaya bangsa guna kepentingan pembangunan berkelanjutan. Dalam penjelasan atas Undang-undang Republik Indonesia No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional dan Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 32 tahun 1990 tentang Kawasan Lindung, disebutkan bahwa yang termasuk dalam kawasan lindung adalah :

a. Kawasan hutan lindung;

b. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya; c. Kawasan perlindungan setempat;

d. Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya; e. Kawasan rawan bencana alam;

f. Kawasan lindung geologi. g. Kawasan penyangga

Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya meliputi : a. kawasan hutan lindung;

b. Kawasan resapan air c. Kawasan Plasma nutfa

Kawasan perlindungan setempat meliputi : a. sempadan pantai;

(19)

Kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya meliputi : a. Kawasan suaka margasatwa;

b. Kawasan Cagar alam;

c. Kawasan pantai berhutan bakau; d. Kawasan cagar Budaya

Kawasan rawan bencana alam terdiri atas: a. Kawasan rawan tanah longsor;

b. Kawasan rawan gelombang pasang; dan c. Kawasan rawan banjir.

Kawasan lindung geologi terdiri atas:

a. Kawasan rawan bencana alam geologi;

b. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah

(20)
(21)

Tabel 3. 2 Luas Kawasan Lindung/Non Budidaya Di Kabupaten Gorontalo Utara

No. Kawasan Luas

(Ha)

A KAWASAN HUTAN LINDUNG 876

B KAWASAN YANG MEMBERIKAN PERLINDUNGAN

KAWASAN BAWAHANNYA (Kawasan Resapan Air) 4.017

C KAWASAN PERLINDUNGAN SETEMPAT (Sempadan

Pantai, Sempadan Sungai, Kawasan Terbuka Hijau) 6.739

D KAWASAN SUAKA ALAM DAN CAGAR BUDAYA

- Kawasan Suaka Margasatwa Nantu

- Cagar Alam

- Hutan Bakau

- Cagar Budaya

5.154

167

2.799

2.035

LUAS KAWASAN 36.008

3

3

.

.

1

1

.

.

1

1

.

.

1

1

K

K

a

a

w

w

a

a

s

s

a

a

n

n

H

H

u

u

t

t

a

a

n

n

L

L

i

i

n

n

d

d

u

u

n

n

g

g

Kawasan hutan lindung adalah kawasan hutan yang memiliki sifat khas yang mampu memberikan perlindungan pada kawasan bawahannya maupun sekitarnya sebagai pengatur tata air, pencegahan banjir dan erosi serta memelihara kesuburan tanah. Berdasarkan PP No. 26 tahun 2008 dan Kepres No. 32 Tahun 1990, kriteria Hutan Lindung adalah:

a. Kawasan hutan dengan faktor-faktor lereng lapangan, jenis tanah, curah hujan yang melebihi nilai skor 175, dan/atau

b. Kawasan hutan yang mempunyai lereng lapangan 40% atau lebih, dan/atau c. Kawasan hutan yang mempunyai ketinggian di atas permukaan laut 2.000

meter atau lebih.

(22)

Rencana pengelolaan dan pengembangan kawasan hutan lindung di Kabupaten Gorontalo Utara adalah sebagai berikut:

a. Pemantapan kawasan hutan lindung berdasarkan Keppres No.32/1990 melalui pemetaan, pengukuhan dan penataan batas di lapangan untuk memudahkan pengendaliannya

b. Pengendalian kegiatan budidaya yang telah berlangsung lama dalam kawasan hutan lindung.

c. Pengembalian fungsi hidrologis kawasan hutan yang telah mengalami kerusakan dengan reboisasi.

d. Percepatan rehabilitasi hutan/reboisasi hutan lindung dengan tanaman yang sesuai dengan fungsi lindung; serta

e. Pemantauan kegiatan yang diperbolehkan di kawasan hutan lindung agar tidak mengganggu fungsi lindung.

(23)
(24)

3

3

.

.

1

1

.

.

1

1

.

.

2

2

K

K

a

a

w

w

a

a

s

s

a

a

n

n

y

y

a

a

n

n

g

g

m

m

e

e

m

m

b

b

e

e

r

r

i

i

k

k

a

a

n

n

p

p

e

e

r

r

l

l

i

i

n

n

d

d

u

u

n

n

g

g

a

a

n

n

t

t

e

e

r

r

h

h

a

a

d

d

a

a

p

p

k

k

a

a

w

w

a

a

s

s

a

a

n

n

b

b

a

a

w

w

a

a

h

h

a

a

n

n

n

n

y

y

a

a

Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya yaitu berupa kawasan resapan air dan kawasan Plasma nutfa yaitu perlindungan terhadap kawasan suka alam laut dan perairan lainya yang terdapat di Kecamatan Tolinggula, Sumalata, Anggrek, Kwandang, Gentuma Raya, dan Atinggola.

Kawasan resapan air adalah kawasan yang mempunyai kemampuan tinggi untuk meresapkan air hujan sehingga merupakan tempat pengisian air bumi (aquifer) yang berguna sebagai sumber air. Perlindungan terhadap kawasan konservasi dan resapan air bertujuan untuk memberikan ruang yang cukup bagi peresapan air hujan pada daerah tertentu untuk keperluan penyediaan kebutuhan air tanah dan penanggulangan banjir, baik untuk kawasan bawahannya maupun kawasan yang bersangkutan. Rencana Kawasan Resapan Air Kabupaten Gorontalo Utara 2010-2030 meliputi wilayah-wilayah resapan air, terutama yang terdapat di wilayah perbukitan sampai pegunungan yang memiliki lereng >40%, struktur tanah yang mudah meresapkan air dan bentuk geomorfologi yang mampu meresapkan air hujan secara besar-besaran.

Rencana pengelolaan dan pengembangan kawasan resapan air di Kabupaten Gorontalo Utara sebagai berikut :

a. Pengendalian kegiatan budidaya yang telah berlangsung lama dalam kawasan resapan air

b. Percepatan rehabilitasi lahan milik masyarakat yang termasuk di dalam kriteria kawasan lindung dengan melakukan penanaman pohon lindung/penghijauan yang dapat di gunakan sebagai perlindungan kawasan bawahannya, hasil yang dapat diambil berupa hasil non-kayu

c. Pencegahan kegiatan pengurangan tutupan vegetasi

d. Membuka jalur wisata jelajah/pendakian untuk menanamkan rasa memiliki/mencintai alam, serta pemanfaatan kawasan lindung untuk sarana pendidikan penelitian dan pengembangan kecintaan terhadap alam

(25)

f. Menata pemanfaatan kawasan resapan agar tidak beralih fungsi menjadi lahan terbangun

g. Peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat di sekitar kawasan resapan air

h. Pemantapan kawasan resapan air, bila berada dalam kawasan hutan dikembalikan fungsinya sebagai hutan lindung untuk menjamin keberadaan kawasan hutan dan fungsi hutan.

Kawasan Perlindungan Setempat

Kawasan Sempadan Pantai

Sempadan pantai adalah kawasan tertentu sepanjang pantai yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan fungsi pantai dari kegiatan yang mengganggu kelestarian fungsi pantai. Kawasan ini meliputi daratan sepanjang tepian yang lebarnya proposional dengan bentuk dan kondisi fisik pantai minimal 100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat.

Tujuan Pemantapan Kawasan Sempadan Pantai adalah melindungi wilayah pantai dari usikan kegiatan yang mengganggu kelestarian fungsi pantai. Perlindungan pantai mencakup seluruh garis pantai terutama yang berpotensi abrasi di daerah perencanaan.

Rencana Pengelolaan Kawasan Sempadan pantai di Kabupaten Gorontalo Utara adalah sebagai berikut :

a. Mencegah kegiatan budidaya di sepanjang sungai yang dapat menganggu kelestarian fungsi pantai.

b. Permukiman yang sudah ada di kawasan sempadan pantai perlu dikendalikan aktifitasnya.

c. Melarang pembuangan sampah dan limbah rumah tangga langsung ke pantai/badan air.

d. Mengatur saluran drainase terutama saluran limbah rumah tangga agar tidak langsung masuk ke badan air tetapi ditampung terlebih dahulu dalam lobang resapan di setiap halaman rumah dan/atau ditampung dan dikelola di bak penampungan/IPAL.

(26)

f. Pengendalian kegiatan yang telah ada di kawasan sempadan pantai dengan mengarahkan kegiatan untuk mengembalikan fungsi kawasan sebagai fungsi lindung.

g. Menetapkan zona aman dan evakuasi pada pesisir yang berpotensi tsunami dan merencanakan perwilayahan pesisir yang mengacu pada mitigasi bencana.

Kawasan sempadan pantai di Kabupaten Gorontalo Utara yaitu daratan sepanjang tepian laut dengan ketentuan :

a. Daratan sepanjang tepian laut dengan jarak minimal 100 meter dari titik pasang air laut tertinggi ke arah darat; atau

b. Daratan sepanjang tepian laut yang bentuk dan kondisi fisik pantainya curam atau terjal dengan jarak proporsional terhadap bentuk dan kondisi fisik pantai.

Kawasan Sempadan Sungai

Kawasan sempadan sungai adalah kawasan sepanjang kiri kanan sungai, termasuk sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai. Tujuan perlindungan kawasan sempadan sungai adalah untuk melindungi sungai dari kegiatan manusia yang dapat mengganggu dan merusak kualitas air sungai, kondisi fisik dan dasar sungai serta mengamankan aliran sungai.

Menurut PP No. 26 tahun 2008, sempadan sungai ditetapkan dengan kriteria: a. Daratan sepanjang tepian sungai bertanggul dengan lebar paling sedikit 5

(lima) meter dari kaki tanggul sebelah luar;

b. Daratan sepanjang tepian sungai besar tidak bertanggul di luar kawasan permukiman dengan lebar paling sedikit 100 (seratus) meter dari tepi sungai; dan

c. Daratan sepanjang tepian anak sungai tidak bertanggul di luar kawasan permukiman dengan lebar paling sedikit 50 (lima puluh) meter dari tepi sungai.

(27)

sempadan sungai ditetapkan berdasarkan kondisi, lokasi dan hal-hal yang berpengaruh terhadap sungai pada saat ditetapkan. Kawasan sempadan sungai daratan dengan ketentuan:

a. sepanjang sungai bertanggul di luar kawasan perkotaan, ditetapkan sekurang-kurangnya 5 (lima) meter di sebelah luar sepanjang kaki tanggul. b. sepanjang sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan, ditetapkan

sekurang-kurangnya 3 (tiga) meter.

c. sepanjang sungai tidak bertanggul diluar kawasan perkotaan, yaitu :

1. sepanjang sungai besar yaitu sungai yang mempunyai daerah pengaliran sungai seluas 500 km2. Pada sungai besar dilakukan ruas per ruas dengan mempertimbangkan luas daerah pengaliran sungai pada ruas yang bersangkutan dan ditetapkan sekurang-kurangnya 100 meter dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan

2. sepanjang sungai kecil yaitu sungai yang mempunyai daerah pengaliran sungai seluas kurang dari 500 km2, ditetapkan sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) meter dari tepi sungai pada waktu ditetapkan.

d. sepanjang sungai tidak bertanggul di dalam kawasan perkotaan, yaitu:

1. sepanjang sungai yang mempunyai kedalaman tidak lebih dari 3 (tiga) meter, garis sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) meter dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan;

2. sepanjang sungai yang mempunyai kedalaman lebih dari 3 (tiga) meter sampai dengan 20 (dua puluh) meter, garis sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 15 (limabelas) meter dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan;

3. sepanjang sungai yang mempunyai kedalaman maksimum lebih dari 20 (dua puluh) meter, garis sempadan sungai sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh) meter dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan;

e. sepanjang sungai yang terpengaruh pasang surut air laut, garis sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 100 (seratus) meter dari tepi sungai dan berfungsi sebagai jalur hijau; dan

(28)

penggunaan jalan harus menjamin bagi kelestarian dan keamanan sungai serta bangunan sungai.

Rencana Kawasan Sempadan Sungai Kabupaten Gorontalo Utara 2008-2028 mencakup wilayah sungai-sungai utama yang terdapat di Kabupaten Gorontalo Utara.

Rencana Pengelolaan Kawasan Sempadan sungai di Kabupaten Gorontalo Utara adalah sebagai berikut :

a. Mencegah kegiatan budidaya di sepanjang sungai yang dapat menganggu dan merusak kualitas air sungai, kondisi fisik pinggir dan dasar sungai serta alirannya.

b. Kawasan pemukiman yang dilewati sungai harus memperhatikan batas sempadan sungai menurut ketentuan yang ada, antara lain Permen PU No. 63/PRT/1993.

c. Melarang pembuangan sampah dan limbah rumah tangga langsung ke sungai.

d. Mengatur saluran drainase terutama saluran limbah rumah tangga agar tidak langsung masuk ke sungai tapi ditampung terlebih dahulu dalam lobang resapan di setiap halaman rumah dan/atau ditampung dan dikelola di bak penampungan/IPAL.

e. Tidak menggunakan sungai sebagai tempat MCK.

f. Menanami kawasan sempadan sungai dengan vegetasi permanen.

g. Pengendalian kegiatan yang telah ada di sekitar sungai dengan mengarahkan kegiatan untuk mengembalikan fungsi kawasan sebagai fungsi lindung.

(29)

Kawasan Terbuka Hijau

Kawasan Terbuka Hijau/Hutan Kota bertujuan untuk mengupayakan agar terjadi keseimbangan dan keserasian lingkungan terhadap pembangunan fisik kota, sehingga berfungsi untuk memperbaiki iklim mikro, meningkatkan estetika kota, menyerap karbon, menahan dan menyaring polutan, meningkatkan peresapan air, mengembangkan habitat flora dan fauna, menyediakan tempat rekreasi dan pendidikan bagi masyarakat.

Ruang terbuka hijau kota sebagaimana dimaksud dalam PP No. 26 tahun 2008 ditetapkan dengan kriteria:

a. lahan dengan luas paling sedikit 2.500 (dua ribu lima ratus) meter persegi; b. berbentuk satu hamparan, berbentuk jalur, atau kombinasi dari bentuk satu

hamparan dan jalur; dan

c. didominasi komunitas tumbuhan.

Rencana Kawasan Terbuka Hijau Kota di Kabupaten Gorontalo Utara 2011-2031, sesuai dengan arahan UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, yaitu bahwa Ruang Terbuka Hijau (RTH) harus mencakup paling sedikit 30% dari luas wilayah perkotaan dan Ruang Terbuka Hijau Publik pada wilayah kota harus mencakup paling sedikit 20% dari luas wilayah kota.

3

3

.

.

1

1

.

.

1

1

.

.

3

3

K

K

a

a

w

w

a

a

s

s

a

a

n

n

S

S

u

u

a

a

k

k

a

a

A

A

l

l

a

a

m

m

,

,

P

P

e

e

l

l

e

e

s

s

t

t

a

a

r

r

i

i

a

a

n

n

A

A

l

l

a

a

m

m

,

,

d

d

a

a

n

n

C

C

a

a

g

g

a

a

r

r

B

B

u

u

d

d

a

a

y

y

a

a

a. Kawasan Suaka Margasatwa

Kawasan Hutan Suaka Margasatwa Nantu ditetapkan berdasarkan SK MENHUTBUN Nomor 573/Kpts-II/99 Tanggal 22 Juli 1999. Luas kawasan sekitar 31.215 ha dan Meliputi wilayah Kabupaten Gorontalo Utara, Kabupaten Gorontalo dan Kabupaten Boalemo. Menurut PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRWN, Kawasan suaka margasatwa Nantu ditetapkan sebagai Kawasan Lindung Nasional (II/B/2). Kawasan suaka margasatwa Nantu yang berada di wilayah Kabupaten Gorontalo Utara yaitu terletak di Kecamatan Monano, Sumalata Timur, Sumalata dan Biau dengan luas kurang lebih 16.035 ha.

b. Kawasan Cagar Alam

(30)

kepentingan plasma nutfah, ilmu pengetahuan dan pembangunan pada umumnya. Kawasan cagar alam yang berada di Kabupaten Gorontalo Utara terdiri atas: Kawasan Cagar Alam Mas – Popaya – Raja di Kecamatan Sumalata Timur.

Mengacu pada Kepres No. 32 tahun 1990 dan PP No. 26 tahun 2008, kriteria kawasan cagar alam adalah:

a. Kawasan yang memiliki keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa dan tipe ekosistemnya;

b. Memiliki formasi biota tertentu dan/atau unit-unit penyusunnya;

c. Mempunyai kondisi alam, baik biota maupun fisiknya yang masih asli atau belum diganggu manusia;

d. Memiliki luas dan bentuk tertentu agar menunjang pengelolaan yang efektif dengan daerah penyangga yang cukup luas; atau

e. Memiliki ciri khas yang merupakan satu-satunya contoh di suatu daerah serta keberadaannya memerlukan konservasi.

c. Kawasan Pantai Berhutan Bakau

Kawasan pantai berhutan bakau adalah kawasan pesisir laut yang merupakan habitat alami hutan bakau yang berfungsi memberi perlindungan kepada perikehidupan pantai dan lautan, sebagai pembentuk ekosistem hutan bakau, tempat berkembang biaknya berbagai biota laut, pelindung pantai dan pengikisan air laut. Kriteria kawasan pantai berhutan bakau adalah koridor dengan lebar paling sedikit 130 (seratus tiga puluh) kali nilai rata-rata perbedaan air pasang tertinggi dan terendah tahunan, diukur dari garis air surut terendah ke arah darat. Kawasan pantai berhutan bakau di Kabupaten Gorontalo Utara terdapat di Kecamatan Kwandang, Tomilito, Ponelo Kepulauan, Gentuma Raya, Atinggola, Anggrek, Monano dan Sumalata.

d. Kawasan Cagar Budaya

Kawasan cagar budaya di Kabupaten Gorontalo Utara berupa bangunan non-gedung yaitu Benteng Orange di Kecamatan Kwandang.

(31)

 perlindungan dan pelestarian keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa

beserta ekosistemnya;

 perlindungan keanekaragaman biota, tipe ekosistem, gejala dan keunikan

alam bagi kepentingan plasma nutfah, ilmu pengetahuan dan pembangunan;

 mempertahankan fungsi ekologis kawasan alami baik biota maupun fisiknya

melalui upaya pencegahan pemanfaatan kawasan pada kawasan suaka alam dan upaya konservasi;

 perlindungan dan pelestarian habitat alami hutan bakau (mangrove) yang

berfungsi memberikan perlindungan kepada perikehidupan pantai dan lautan;

 pengembangan dan perlindungan kegiatan budidaya di kawasan sekitar

pantai dan lautan;

 Pengembangan areal yang berpotensi untuk dijadikan Taman Wisata Alam

yang memadukan kepentingan pelestarian dan pariwisata/ rekreasi alam.

 Pengembangan kegiatan konservasi dan rehabilitasi yang berguna untuk

mengembangkan ilmu pengetahuan dari ancaman kepunahan yang disebabkan oleh kegiatan alam maupun manusia.

 Kegiatan budidaya tidak diperkenankan, kecuali kegiatan yang berkaitan

dengan fungsinya dan tidak mengubah bentang alam, kondisi penggunaan lahan, serta ekosistem alami yang ada pada tiap jenis kawasan suaka alam.

 Perlindungan kekayaan budaya berupa peninggalan-peninggalan sejarah,

bangunan arkeologi, monumen nasional dan keragaman bentuk geologi;

3

3

.

.

1

1

.

.

1

1

.

.

4

4

K

K

a

a

w

w

a

a

s

s

a

a

n

n

R

R

a

a

w

w

a

a

n

n

B

B

e

e

n

n

c

c

a

a

n

n

a

a

A

A

l

l

a

a

m

m

(32)

o Kawasan rawan tanah longsor terdapat di Kecamatan Kwandang, Tomilito, Ponelo Kepulauan, Gentuma Raya, Atinggola, Anggrek, Monano, Sumalata Timur, Sumalata, Biau, Tolinggula.

o Kawasan rawan gelombang pasang terdapat di Kecamatan Kwandang, Tomilito, Ponelo Kepulauan, Gentuma Raya, Atinggola, Anggrek, Monano, Sumalata Timur, Sumalata, Biau, Tolinggula.

o Kawasan rawan banjir terdapat di Kecamatan Sumalata, Sumalata Timur, Monano, Anggrek dan Kwandang.

Kawasan Rawan Tanah Longsor

Kriteria kawasan rawan tanah longsor menurut PP No. 26 tahun 2008 adalah kawasan berbentuk lereng yang rawan terhadap perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau material campuran. Tujuan perlindungan Kawasan Rawan Tanah Longsor adalah untuk melindungi manusia dan kegiatan dari bencana akibat gerakan masa tanah atau batuan yang disebabkan oleh alam ataupun secara tidak langsung oleh perbuatan manusia.

Secara umum, faktor pendorong yang dapat menyebabkan terjadinya longsor adalah: curah hujan yang tinggi, lereng yang terjal, lapisan tanah yang kurang padat dan tebal, jenis batuan (litologi) yang kurang kuat, jenis tanaman dan pola tanam yang tidak mendukung penguatan lereng, getaran yang kuat (peralatan berat, mesin pabrik, ke daraan bermotor), beban tambahan seperti konstruksi bangunan dan kendaraan angkutan, terjadinya pengikisan tanah atau erosi, adanya material timbunan pada tebing, bekas longsoran lama yang tidak segera ditangani, adanya bidang diskontinuitas, penggundulan hutan, dan/atau daerah pembuangan sampah.

Kegiatan pemotongan lereng bukit karena pembuatan jalan di daerah-daerah berlereng curam dan/atau kegiatan lain sering menjadi penyebab terjadinya longsor. Rencana Kawasan rawan tanah longsor di Kabupaten Gorontalo Utara, terdapat di Kecamatan Kwandang, Tomilito, Ponelo Kepulauan, Gentuma Raya, Atinggola, Anggrek, Monano, Sumalata Timur, Sumalata, Biau dan Tolinggula. Rencana pengelolaan kawasan rawan longsor, antara lain sebagai berikut :

(33)

 Mengontrol pemanfaatan lahan pada daerah-daerah yang berlereng curam

(>40%), serta tidak menjadikan kawasan terbangun.

 Membuat tanggul pengaman pada daerah-daerah yang rawan longsor, atau

pada bagian lereng yang dipotong untuk pembuatan jalan.

 Rehabilitasi lahan dan konservasi tanah pada kawasan bencana tanah longsor

dengan tanaman tahunan yang sekaligus dijadikan sebagai kawasan terbuka hijau.

Kawasan Rawan Gelombang Pasang

Kawasan rawan gelombang pasang menurut PP No 26 tahun 2008 adalah kawasan sekitar pantai yang rawan terhadap gelombang pasang dengan kecepatan antara 10 sampai dengan 100 kilometer per jam yang timbul akibat angin kencang atau gravitasi bulan atau matahari. Kawasan rawan gelombang pasang di Kabupaten Gorontalo Utara meliputi pesisir pantai yang memiliki elevasi rendah. Kawasan rawan gelombang pasang di Kabupaten Gorontalo Utara, terdapat di Kecamatan Kwandang, Tomilito, Ponelo Kepulauan, Gentuma Raya, Atinggola, Anggrek, Monano, Sumalata Timur, Sumalata, Biau dan Tolinggula.

Rencana pengelolaan kawasan rawan gempa, gelombang pasang/tsunami (mitigasi bencana) :

 Mengupayakan pembangunan gedung dengan konstruksi tahan gempa.

 Membangun sistem peringatan dini jarak jauh (early telemetry warning

system) bahaya gelombang pasang/tsunami.

 Mempertahankan pantai berhutan bakau sebagai penghalang gelombang.  Membangun fasilitas-fasilitas evakuasi yang sangat berguna bila terjadi

gelombang tsunami

 Micro zoning kawasan rawan bencana tsunami.

 Zoning regulation untuk kawasan rawan tsunami, didalamnya terdapat

identifikasi kawasan yang aman dan yang tidak dianjurkan untuk dihuni serta disain lingkungan yang tanggap terhadap tsunami.

 Perencanaan bufferzone dan perencanaan disain pemanfaatan ruang

kawasan pesisir di kawasan rawan bencana tsunami

 Perencanaan penempatan pos pengamat, sosialisasi penataan ruang

(34)

 Simulasi untuk prakiraan kemungkinan terjadinya tsunami dan efek yang

ditimbulkan.

Kawasan Rawan Banjir

Kawasan rawan banjir adalah kawasan yang diidentifikasikan sering dan/atau berpotensi tinggi mengalami bencana alam banjir. Kawasan rawan banjir di Kabupaten Gorontalo Utara, terdapat di Kecamatan Sumalata, Sumalata Timur, Monano, Anggrek dan Kwandang.

Faktor-faktor penyebab banjir antara lain adalah curah hujan yang tinggi, penutupan lahan di daerah hulu yang berkurang, kapasitas alur sungai terutama di daerah hilir yang juga berkurang karena sedimentasi, dan topografis daerah. Kawasan Rawan Banjir di Kabupaten Gorontalo Utara meliputi daerah muara sungai, dataran banjir dan dataran aluvial terutama di sepanjang Sungai.

Rencana pengelolaan kawasan rawan banjir dapat diuraikan sebagai berikut:

 Pengendalian pemukiman di kawasan sempadan sungai dan pengendalian

larian air hujan di wilayah cekungan.

 Melakukan pemeliharaan seluruh saluran drainase berupa pembersihan dari

sampah dan memperbaiki struktur saluran.

 Membangun bangunan pengendali banjir seperti tanggul dan membangun

saluran primer dan sekunder di wilayah-wilayah yang biasanya terkena banjir dan menghindari daerah lainnya dari kemungkinan tergenang.

 Melakukan pelurusan sungai di bagian muara Sungai serta pengerukan

endapan, serta perelokasian kawasan terbangun (permukiman/ jasa dan niaga) yang mengganggu fungsi sungai.

 Meningkatkan pemahaman masyarakat berupa berbagai penyuluhan atau

melalui media mengenai pentingnya keberadaan sungai/badan air.

 Pengendalian kegiatan yang telah ada di sekitar sungai dengan mengarahkan

kegiatan untuk mengembalikan fungsi kawasan tersebut.

 Perlu ditetapkan Perda sempadan sungai.

 Meningkatkan upaya pemeliharaan keseimbangan tata air dengan

(35)

3

3

.

.

1

1

.

.

1

1

.

.

5

5

K

K

a

a

w

w

a

a

s

s

a

a

n

n

L

L

i

i

n

n

d

d

u

u

n

n

g

g

G

G

e

e

o

o

l

l

o

o

g

g

i

i

Kawasan lindung geologi sebagaimana dimaksud dalam PP No. 26 tahun 2008 tentang RTRWN dan Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung ditetapkan dengan :

a.kawasan rawan bencana alam geologi

b.kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah.

(1) Kawasan rawan bencana alam geologi di kabupaten Gorontalo Utara terdiri atas :

a. kawasan rawan gempa bumi, terdapat di Kecamatan Kwandang, Tomilito, Ponelo Kepulauan, Gentuma Raya, Atinggola, Anggrek, Monano, Sumalata Timur, Sumalata, Biau, Tolinggula;

b. kawasan rawan gerakan tanah, terdapat di Kecamatan Kwandang, Kecamatan Gentuma Raya, Atinggola, Anggrek, Sumalata, Tolinggula; c. kawasan yang terletak di zona patahan aktif, terdapat di Kecamatan

Kwandang, Kecamatan Gentuma Raya, Atinggola, Anggrek, Sumalata, Tolinggula;

d. kawasan rawan tsunami, terdapat di Kecamatan Kwandang, Ponelo Kepulauan, Kecamatan Gentuma Raya, Atinggola, Anggrek, Sumalata Timur, Sumalata, Biau, Tolinggula; dan

e. kawasan rawan abrasi; terdapat di Kecamatan Kwandang, Kecamatan Gentuma Raya, Atinggola, Ponelo Kepulauan, Anggrek, Sumalata Timur, Sumalata, Tolinggula.

(2) Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah di kabupaten Gorontalo Utara yaitu berupa kawasan sempadan mata air, dengan radius 200 m di sekitar mata air terdapat di Kecamatan Tolinggula, Sumalata, Anggrek, Kwandang, Gentuma Raya dan Atinggola.

Tujuan perlindungan kawasan sekitar mata air adalah untuk melindungi mata air dari kegiatan budidaya yang dapat merusak kualitas air dan kondisi fisik kawasan di sekitarnya.

Rencana Kawasan Sekitar Mata Air Kabupaten Gorontalo Utara 2008-2028 mencakup beberapa mata air yang digunakan sebagai sumber air bersih bagi masyarakat.

(36)

 Percepatan rehabilitasi lahan milik masyarakat yang termasuk di dalam

kawasan sempadan mata air dengan melakukan penanaman pohon lindung/penghijauan berupa tanaman kayu-kayuan.

 Pencegahan kegiatan pengurangan tutupan vegetasi.

 Mencegah pemanfaatan kawasan sempadan mata air agar tidak menjadi

lahan terbuka.

3.1.5

POLA RUANG UNTUK KAWASAN BUDIDAYA

Kawasan budidaya merupakan kawasan di luar kawasan lindung yang kondisi fisik dan potensi sumber daya alamnya dapat dan perlu dimanfaatkan baik bagi kepentingan produksi maupun pemenuhan kebutuhan permukiman. Luas Kawasan Budidaya di Wilayah Kabupaten Gorontalo Utara dapat dilihat

Tabel 3. 3 Luas Kawasan Budidaya Di Kabupaten Gorontalo Utara

No. Jenis Kawasan Luas (Ha)

I. KAWASAN HUTAN PRODUKSI *)

1. Kawasan Hutan Produksi Terbatas

II KAWASAN HUTAN RAKYAT 3.018

III. KAWASAN PERTANIAN

1. Kawasan Tanaman Pangan Lahan basah 2. Kawasan Pertanian Hortikultura

3. Kawasan Tanaman Tahunan/Perkebunan 4. Kawasan Peternakan

4.220

12.925,57

IV KAWASAN PERIKANAN 266,75

V KAWASAN PERTAMBANGAN 1.840

VI. KAWASAN INDUSTRI 638

VII. KAWASAN INDUSTRIPARIWISATA 3.538

VIII. KAWASAN PERMUKIMAN 1.392

LUAS KAWASAN BUDIDAYA 141.695 Keterangan *): Delineasi Kawasan belum dapat dilakukan per kecamatan, sehingga luasnya

termasuk dalam kawasan budidaya kabupaten Gorontalo Utara.

Kawasan budidaya di Kabupaten Gorontalo Utara dibagi beberapa kawasan diantaranya:

(37)

c. kawasan peruntukan perikanan; d. kawasan peruntukan pertambangan; e. kawasan peruntukan industri;

f. kawasan peruntukan pariwisata; g. kawasan peruntukan permukiman; i. kawasan peruntukan lainnya.

3

3

.

.

1

1

.

.

5

5

.

.

1

1

K

K

a

a

w

w

a

a

s

s

a

a

n

n

P

P

e

e

r

r

u

u

n

n

t

t

u

u

k

k

a

a

n

n

H

H

u

u

t

t

a

a

n

n

P

P

r

r

o

o

d

d

u

u

k

k

s

s

i

i

Kawasan Hutan Produksi di Kabupaten Gorontalo Utara terdiri dari Kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT), Kawasan Hutan Produksi Tetap (HP), dan Kawasan Hutan Produksi yang dapat dikonversi (HPK). Luas masing-masing kawasan hutan produksi dapat dilihat pada Tabel 5.2.

1. Kawasan hutan produksi terbatas di Kabupaten Gorontalo Utara terdapat di Kecamatan Atinggola, Gentuma Raya, Kwandang, Tomilito, Anggrek, Sumalat Timur, Sumalata, Biau, Tolinggula dengan luasan kurang lebih 66.402 Ha.; 2. Kawasan hutan produksi tetap di Kabupaten Gorontalo Utara terdapat Di

kecamatan Atinggola, Gentuma Raya, Kwandang, Anggrek, Monano, Sumalata Timur, Sumalata dengan luasan kurang lebih 15.555 Ha.;

3. Kawasan hutan produksi yang dapat dikonversi di Kabupaten Gorontalo Utara terdapat di Kecamatan Anggrek, Monano, Sumalata Timur, Sumalata, Biau dan Tolinggula dengan luasan kurang lebih 5.576 Ha

Kawasan Hutan Produksi Terbatas adalah kawasan yang diperuntukkan bagi hutan produksi dimana eksploitasinya hanya dapat dilakukan dengan tebang pilih. Kawasan Budidaya yang dikategorikan sebagai kawasan Hutan Produksi Terbatas memiliki kriteria: kawasan hutan dengan faktor-faktor kelas lereng, jenis tanah dan intensitas hujan yang setelah masing-masing dikalikan dengan angka penimbang mempunyai jumlah nilai skor 125 – 174 dan terletak diluar hutan suaka alam dan hutan pelestarian alam.

(38)

masing-masing dikalikan dengan angka penimbang mempunyai jumlah nilai skor 124 atau kurang.

Kawasan Hutan Produksi yang dapat dikonversi adalah kawasan hutan yang bilamana diperlukan dapat dialihgunakan. Kriteria kawasan budi daya untuk kawasan hutan produksi yang dapat dikonversi adalah kawasan hutan dengan faktor-faktor kelas lereng, jenis tanah, dan intensitas hujan setelah masing-masing dikalikan dengan angka penimbang mempunyai jumlah nilai (skor) 124 atau kurang. HPK secara ruang dicadangkan untuk digunakan bagi pengembangan transportasi, transmigrasi, permukiman, pertanian, perkebunan, industri, dan lain-lain apabila dapat memberikan manfaat:

 meningkatkan perkembangan pembangunan lintas sektor dan sub sektor serta

kegiatan ekonomi sekitarnya;

 meningkatkan fungsi lindung;

 meningkatkan upaya pelestarian kemampuan sumber daya hutan;

 meningkatkan pendapatan masyarakat terutama di daerah setempat;

 meningkatkan pendapatan daerah dan nasional;

 meningkatkan kesempatan kerja terutama untuk masyarakat daerah

setempat;

 meningkatkan ekspor;

 mendorong perkembangan usaha dan peran serta masyarakat terutama di

daerah setempat.

Rencana pengelolaan kawasan hutan produksi, antara lain:

 Pembentukan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) sebagai upaya pemanfaatan

dan pengelolaan hutan secara lestari dan berkesinambungan untuk kesejahteraan rakyat.

 Kawasan hutan produksi yang mempunyai tingkat kerapatan tegakan rendah

harus dilakukan percepatan reboisasi.

 Pengembangan/pembangunan hutan tanaman industri pada daerah-daerah

hutan produksi yang berpotensi untuk dikembangkan.

(39)

3

3

.

.

1

1

.

.

1

1

.

.

6

6

K

K

a

a

w

w

a

a

s

s

a

a

n

n

P

P

e

e

r

r

u

u

n

n

t

t

u

u

k

k

a

a

n

n

H

H

u

u

t

t

a

a

n

n

R

R

a

a

k

k

y

y

a

a

t

t

Hutan Rakyat adalah tanaman kayu-kayuan secara murni atau campuran dengan jenis tanaman pohon lainnya namun dengan tanaman kayu-kayuan sebagai tanaman utama, pada lahan milik atau lahan marga. Kawasan peruntukan hutan rakyat merupakan kawasan yang dapat diusahakan sebagai hutan oleh orang pada tanah yang dibebani hak milik. Kawasan peruntukan hutan rakyat di Kabupaten Gorontalo Utara terdapat di Kecamatan Atinggola, Gentuma Raya, Tomilito, Kwandang, Anggrek, Monano, Sumalata Timur, Sumalata, Biau, Tolinggula dengan luasan kurang lebih 3.018 Ha.

3

3

.

.

1

1

.

.

1

1

.

.

7

7

K

K

a

a

w

w

a

a

s

s

a

a

n

n

P

P

e

e

r

r

u

u

n

n

t

t

u

u

k

k

a

a

n

n

P

P

e

e

r

r

t

t

a

a

n

n

i

i

a

a

n

n

Menurut PP No. 26 tahun 2008, kawasan peruntukan pertanian ditetapkan dengan kriteria:

a. memiliki kesesuaian lahan untuk dikembangkan sebagai kawasan pertanian; b. ditetapkan sebagai lahan pertanian pangan abadi;

c. mendukung ketahanan pangan nasional; dan/atau

d. dapat dikembangkan sesuai dengan tingkat ketersediaan air. Adapun arahan pengelolaan kawasan pertanian meliputi :

1. Pada sawah beririgasi teknis yang telah ditetapkan sebagai lahan pertanian tanaman pangan abadi maka tidak boleh dilakukan alih fungsi;

2. Sawah beririgasi sederhana dan setengah teknis secara bertahap dilakukan peningkatan menjadi sawah beririgasi teknis;

3. Pencetakan sawah baru yang disertai perbaikan saluran pada wilayah-wilayah yang rawan kekeringan;

4. Kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan pertanian diarahkan untuk meningkatkan produktifitas tanaman pangan dengan mengembangkan kawasan agropolitan dan agrowisata;

Gambar

Tabel 3. 1 Rencana Struktur Tata Ruang Kabupaten Gorontalo Utara
Tabel 3. 2 Luas Kawasan Lindung/Non Budidaya Di Kabupaten Gorontalo Utara
Tabel 3. 3 Luas Kawasan Budidaya Di Kabupaten Gorontalo Utara

Referensi

Dokumen terkait

Kami akan mempertimbangkan hal apa saja yang terlibat dalam mendengarkan, membahas hambatan untuk mendengarkan secara efektif dan cara menguranginya,

Pengendalian selektif ini bekerja agar suatu proses bisa berjalan dengan baik misal untuk suatu tangki yang akan akan dialirkan dengan suatu pompa,

Perancangan sistem aplikasi SPMB berbasis SMS Gateway dan WAP ini, maka dapat memudahkan penyampaian informasi hasil kelulusan Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru

Kalau Tuhan sendiri yang mengatakan bahwa ahli Taurat dan orang Farisi penuh kemunafikan, maka itu tidak perlu disang- sikan oleh siapapun karena Tuhan adalah pribadi yang

bahwa untuk melaksanakan ketentuan dalam Pasal 58 Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, dimana Pemerintah Daerah dapat

Dari data tersebut dapat peneliti simpulkan bahwa dengan dana yang cukup, penyerapan dana yang tinggi, terdapat transmisi komunikasi, terdapat komunikasi yang

Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental,

Jumlah data dan threshold memiliki hubungan linier yaitu semakin besar jumlah data yang diuji, maka akan semakin sedikit fitur optimal yang diperoleh begitu pula