• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. mediumnya (Pradopo,2011:121). Karya sastra merupakan refleksi pemikiran,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. mediumnya (Pradopo,2011:121). Karya sastra merupakan refleksi pemikiran,"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1

Karya sastra merupakan karya seni yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya (Pradopo,2011:121). Karya sastra merupakan refleksi pemikiran, perasaan dan keinginan pengarang lewat bahasa (Endraswara, 2011:63). Terkait karya sastra tersebut Teeuw (1984: 191) menyatakan bahwa karya sastra merupakan artefak atau benda mati baru kemudian menjadi objek estetik oleh pembaca, dan dapat ditentukan berdasarkan konvensi kesastraan yang kongkret.

Karya sastra dibagi menjadi beberapa genre. Luxemburg dkk (1984: 109-110) menyebutkan bahwa genre sastra terdiri dari teks monolog seperti sajak-sajak (puisi), drama, dan teks bersifat naratif (prosa). Adapun dalam kesusastraan Arab, sastra dibagi menjadi lima, yakni: naṡr (prosa), wasiah (wasiat), hikām (kata-kata mutiara), amṡal (peribahasa), dan syi„r (puisi) (al-Hāsyimi, 1965:16).

Puisi adalah karya estetis yang bermakna, yang mempunyai arti, bukan hanya sesuatu yang kosong tanpa makna (Pradopo, 2012:3). Terkait dengan puisi tersebut, Pradopo (2012: 121) menambahkan bahwa puisi merupakan struktur yang bermakna. Puisi merupakan sistem tanda yang mempergunakan bahasa sebagai mediumnya. Bahasa sebagai medium karya sastra sudah merupakan sistem semiotik dan ketandaan, yaitu sistem ketandaan yang mempunyai arti. Dalam kesustraan Arab, puisi muncul setelah adanya prosa Arab. Menurut al-Muhdar, orang Arab memandang puisi sebagai puncak keindahan karya sastra

(2)

karena puisi adalah bentuk gubahan yang dihasilkan dari kehalusan rasa dan keindahan imajinasi (al-Muhdar, 1983: 28).

Menurut para ahli sejarah, kesusastraan Arab dibagi menjadi lima perode yaitu; zaman Jahiliyah, awal Islam dan zaman Umawiyah, zaman Abbasiyah, zaman pemerintahan Turki, dan zaman modern (Wargadinata dan Fitriani, 2008: 21). Kesusastraan Arab modern dibagi ke dalam tiga periode. Pertama, dari tahun 1834 sampai tahun 1914. Periode ini juga disebut periode terjemahan dan adaptasi. Kedua, pada masa perang dunia. Periode ini digambarkan sebagai masa romantisme dan nasionalisme. Ketiga, dimulai sejak berakhirnya perang dunia kedua sampai sekarang. Periode ini lebih mudah disebut sebagai masa pertarungan ideology (Badawi, 1992: 16). Kini telah banyak bermunculan puisi modern, puisi yang bentuknya tidak lagi memakai kaidah-kaidah pola puisi Arab tradisional atau tidak memakai wazan dan qāfiyah (Kamil, 2009 : 16).

Salah satu penyair Arab yang menulis puisi modern adalah Nizār Qabbānī. Dalam penulisan puisi, Qabbānī menggunakan kata-kata yang mudah dipahami, tetapi penuh dengan makna sebagaimana diungkapkan oleh Gabay (1973: 212) “Qabbani‟s poetry is written from the heart, in a very simple style, econimical,

close to the vernacular, avoiding the decorative and pedandic” „Puisi Qabbānī

ditulis dari hati, dalam gaya yang sangat sederhana, ekonomis, dekat dengan bahasa sehari-hari, menghindari kata bertele-tele‟. Qabbānī telah banyak menulis puisi yang terkumpul di dalam antologi-antologi. Salah satunya adalah al-A‟māl

Kāmilah yang di dalamnya terdapat puisi yang berjudul “Aḥzānun fī

(3)

terdapat tanda bahasa atau simbol-simbol yang harus diuraikan untuk menemukan makna yang terkandung di dalamnya. Dengan demikian, perlu adanya penelitian yang menkaji tanda-tanda yang terkandung di dalam puisi “Aḥzānun fī al-Andalus” karya Nizār Qabbānī agar makna-makna yang terkandung di dalamnya dapat dipahami secara utuh.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah makna puisi “Aḥzānun fī al-Andalus” dalam antologi puisi

al-A‟māl al-Kāmilah karya Nizār Qabbānī.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkap makna yang terkandung dalam puisi yang berjudul “Aḥzānun fī Andalus” dalam antologi puisi

al-A‟māl al-Kāmilah karya Nizār Qabbānī.

1.4 Tinjauan Pustaka

Nizār Taufīq Qabbānī adalah tokoh penyair Arab berkebangsaan Suriah yang terkenal di seluruh dunia dengan hasil karya-karyanya. Sejauh pengamatan penulis sudah banyak penelitian yang telah dilakukan terhadap karya Nizār Qabbānī dan karya-karyanya. Z.Gabay menulis essai yang berjudul “The Poet and His Poetry” dalam jurnal Middle East Studies, Vol. 9, No. 2 tahun 1973. Essai ini berisi tentang puisi-puisi Nizār.

Al-Khalil (2005) dalam desertasinya berjudul “Nizar Qabbani:From

(4)

perjalanan hidup Qabbānī, karya-karya yang telah diciptakan, serta perkembangan politik.

Dewi (2012) dalam skripsinya berjudul Makna Puisi “Al-Quds” dalam Antologi al-Qasā‟idu as-Siyāsiyyatu Karya Nizār Qabbānī : Analisis Semiotik menyimpulkan bahwa puisi “Al-Quds” menggambarkan ratapan kesedihan pada Al-Quds. Kota yang dikenal sarat dengan sejarah para nabi, nilai-nilai religious, dan keindahan lainnya, tetapi selalu ditimpa kesedihan dan penderitaan. Meskipun demikian, harapan bahwa Jerussalem akan menjadi kota yang damai dan makmur, dan tidak pernah padam.

Zaki (2012) dalam skripsinya berjudul Makna Puisi “Kitābu bi al-Ḥibri" Dalam antologi al-Qasā‟idu as-Siyāsiyyatu Karya Nizār Qabbānī : Analisis Semiotik Rifaterre” menyimpulkan bahwa puisi “al-Kitābu bi al-Ḥibri” didedikasikan untuk para penyair, khususnya untuk para penyair yang karyanya dilarang beredar oleh penguasa Arab. Puisi ini menceritakan tentang kritikan yang disampaikan oleh penulis terhadap penguasa yang tidak peduli terhadap rakyatnya yang menderita karena perang.

Miftah (2012) dalam skripsinya berjudul Makna Puisi “Mansyūrat Fīdā‟iyyah „alā Judrāni Isrā‟īl” dalam Antologi Puisi al-Qasā‟idu as-Siyāsiyyatu Nizār Qabbānī : Analisis Semiotik. Menyimpulkan bahwa puisi “Mansyūrat Fīdā‟iyyah „Alā Judrāni Isrā‟īl” menceritakan akan penjajahan Israel atas negeri Palestina telah membangkitkan semangat perlawanan rakyat Palestina untuk mempertahankan tanah airnya. Semangat perlawanan rakyat Palestina tidak akan pernah hilang selama Israel masih menduduki wilayah Palestina.

(5)

Penelitian mengenai makna semiotik puisi telah banyak dilakukan. Akan tetapi, penelitian terhadap puisi “Aḥzān fī al-Andalus” karya Nizār Qabbānī belum pernah dilakukan. Oleh karena itu, penelitian terhadap puisi tersebut akan dilakukan dengan memanfaatkan teori semiotik agar makna-makna yang terkandung di dalamnya dapat dipahami secara utuh.

1.5 Landasan Teori

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori semiotik yang diungkapkan oleh Michael Rifaterre. Rifaterre (1978: ix) berpendapat bahwa semiotik adalah pendekatan paling sesuai untuk memahami puisi. Puisi diteliti sebagai suatu keseluruhan untuk mengungkap makna yang tersimpan dalam teks.

Terkait dengan teori semiotik, Endraswara (2011: 64) mengatakan bahwa semiotik merupakan penelitian sastra dengan memperhatikan tanda-tanda. Ada dua prinsip dalam pengertian tanda, penanda atau menandai (signifīer), yang merupakan bentuk tanda, dan petanda atau yang ditandai (signifīed), yang merupakan makna tanda. Bahasa sebagai medium karya sastra merupakan sistem tanda tingkat pertama. Dalam semiotik, arti bahasa sebagai sistem tanda tingkat pertama disebut meaning (arti). Karya sastra merupakan sistem semiotik tingkat kedua. Dalam karya sastra arti bahasa disesuaikan dengan konvensi sastra. Dengan demikian arti sastra adalah meaning of meaning (makna) (Pradopo, 2012: 122). Menurut Riffatere (1978:2), pemaknaan karya sastra dapat dilakukan dengan menggunakan empat pendekatan, yaitu ketidaklangsungan ekspresi, pembacaan heuristik dan hermeneutic atau retroaktif, matriks atau kata kunci, dan hipogram.

(6)

1.6 Metode Penelitian

Berdasarkan teori di atas, maka metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode semiotik. Riffaterre (1978: 2) menawarkan empat langkah yang bisa dipergunakan, yaitu ketidaklangsungan ekspresi, pembacaan

heuristik dan hermeneutik atau retroaktif, matriks atau kata kunci, dan hipogram.

Dalam penelitian ini akan digunakan dua hal dari empat langkah yang ditawarkan oleh Riffatere, yaitu ketidaklangsungan ekspresi dan pembacaan heuristik dan

hermeneutik atau retroaktif. Kedua langkah tersebut digunakan untuk

memproduksi makna yang terkandung dalam puisi “Aḥzānun fī al-Andalus” karya Nizār Qabbānī.

Langkah pertama adalah mencari ketidaklangsungan ekspresi dalam puisi “Aḥzānun fī al-Andalus”. Ketidaklangsungan ekspresi disebabkan oleh tiga hal, yakni: penggantian arti (displacing of meaning), penyimpangan arti (distorting of

meaning), dan penciptaan arti (creating of meaning). Dalam hal ini, akan dicari

makna-makna dalam bahasa kiasan dan makna yang menyimpang.

Langkah kedua adalah pembacaan semiotik yang terdiri atas pembacaan

heuristik dan pembacaan hermeneutik atau retroaktif. Pembacaan heuristik puisi

dibaca berdasarkan konvensi bahasa atau sistem bahasa sesuai dengan kedudukan bahasa sebagai sistem semiotik tingkat pertama. Sajak dibaca secara linier, menurut struktur normatif bahasa. Pada umumnya, bahasa puisi menyimpang dari penggunaan bahasa biasa (normatif). Bahasa puisi merupakan deotomitasi atau defamiliarisasi : ketidakotomatisan atau ketidakbiasaan. Oleh karena itu, dalam pembacaaan heuristik semua yang tidak biasa dibuat biasa atau dinaturalisasikan

(7)

sesuai dengan sistem bahasa normatif. Bilamana perlu, kata-kata diberi awalan atau akhiran, disisipkan kata-kata supaya jelas (Pradopo, 2012: 295 - 296).

1.7 Sistematika Penulisan

Penelitian ini akan ditulis dalam empat bab. Bab I adalah pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, sistematika penulisan, dan pedoman transliterasi huruf Arab-Latin. Bab II terdiri dari riwayat hidup “Nizār Qabbānī dan puisi “Aḥzānun fī al-Andalus”. Selanjutnya, Bab III adalah analisis semiotik dan Bab IV berisi kesimpulan.

1.8 Pedoman Transliterasi Arab-Latin

Transliterasi huruf Arab-Latin yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari buku pedoman transliterasi Arab-Latin yang diterbitkan berdasarkan keputusan bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI no: 158 Th. 1987 dan no: 0543b/U/1987.

1. Konsonan

Fonem konsonan bahasa Arab yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf, dalam transliterasi ini sebagian dilambangkan dengan tanda, dan sebagian yang lain dengan huruf dan tanda sekaligus.

Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan

ا

Alīf tidak

dilambangkan tidak dilambangkan

ب

B Be

ت

T Te

(8)

Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan

ج

Jīm J je

ح

ḥā ha (dengan titik di bawah)

خ

Khā Kh ka dan ha

د

Dāl D de

ذ

Żāl Ż zet (dengan titik di atas)

ر

R er

ز

Zai Z zet

س

Sīn S es

ش

Syīn Sy es dan ye

ص

ṣād es (dengan titik di bawah)

ض

ḍād de (dengan titik di bawah)

ط

ṭā te (dengan titik di bawah)

ظ

ẓā zet (dengan titik di bawah)

„ain „_ koma terbalik (di atas)

Gain G Ge

ؼ

F Ef

ؽ

Qāf Q Ki

ؾ

Kāf K Ka

ؿ

Lām L El

ـ

Mīm M Em

ف

Nūn N En

و

Wāwu W We

ى

H Ha

ء

Hamzah `_ Apostrof

ي

Y Ye

(9)

2. Vokal

Vokal bahasa Arab terdiri atas tiga jenis, yaitu vocal tunggal, vocal rangkap, dan vocal panjang.

Vokal Tunggal Vokal Rangkap Vokal Panjang

Arab Indonesia Arab Indonesia Arab Indonesia َ_ A

ي

... ̶َ Ai

ى

...̶ ا... ̶َ ā

̶ِ I

و

... ̶َ Au

ْي

...̶َ i>

̶ِ U

ْو

... ̶َ u>

Contoh :

بَتَك

kataba,

ٌتْيَػب

baitun,

ُؿْوُقَػي

yaqūlu

3. T ‟ m r ūt

Transliterasi untuk ta‟ marbūtah ada dua, yaitu: ta‟ marbūtah hidup atau mendapat harakat fatah, kasrah, dan ḍammah, transliterasinya adalah /t/. Kalau pada kata yang terakhir dengan ta‟ marbūtah diikuti oleh kata yang menggunakan kata sandang al serta bacaan kedua kata itu terpisah, maka ta‟ marbūtah itu ditransliterasikan dengan /h/.

Contoh:

ؿاَفطَلأا ُةَضْوَر

rauah al-aṭfāl / rauḍatul-aṭfal 4. Syaddah (tasydid)

Syaddah atau tasydid dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah tanda, tanda syaddah tersebut dilambangkan dengan huruf, yaitu huruf yang sama dengan huruf yang diberi tanda syaddah tersebut.

(10)

Contoh :

اَنَّػبَر

rabbanā,

َؿَّزَػن

nazzala

5. Kata sandang

Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf, yaitu "

لا

" . Akan tetapi, dalam transliterasi ini kata sandang dibedakan atas kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiyyah dan kata sandang yang diikuti oleh huruf

qamariyyah

a. Kata sandang diikuti oleh huruf syamsiyyah

Kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsyiyyah ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya, yaitu huruf /l/ diganti dengan huruf yang sama dengan huruf yang langsung mengikuti kata sandang tersebut.

Contoh:

ُلُجَّرلا

ar-rajulu „Laki-laki itu‟

ُءاَمَّسلا

as-samā‟u „Langit itu‟

b. Kata sandang diikuti huruf qamariyyah

Kata sandang yang diikuti huruf qamariyyah ditransliterasikan sesuai dengan huruf aturan yang digariskan di depan dan sesuai pula dengan bunyinya. Baik diikuti huruf syamsiyyah maupun huruf qamariyah, kata sandang ditulis terpisah dari kata yang mengikuti dan dihubungkan dengan tanda sempang.

6. Hamzah

Hamzah ditransliterasikan dengan apostrof jika terletak di tengah atau di

akhir kata. Apabila terletak di awal kata, ia tidak dilambangkan karena dalam tulisan Arab berupa alif.

(11)

Contoh:

ُذُخأَي

ya`khużu ,

َأَرَػق

qara`a

7. Penulisan kata

Pada dasarnya setiap kata, baik fī‟il, ism, maupun harf, ditulis terpisah. Hanya kata-kata tertentu yang penulisannya dengan huruf Arab sudah lazim dirangkaikan dengan kata lain karena ada huruf atau harakat yang dihilangkan maka dalam transliterasi ini penulisan kata tersebut dirangkaikan juga dengan kata lain yang mengikutinya.

Contoh:

َْتُِقِزاَّرلا ُرْػيَخ َوَُلذ َللها َّفِإَو

Wa innallāha lahuwa khairur-rāziqīna

8. Huruf kapital

Meskipun dalam tulisan Arab tidak dikenal huruf kapital, tetapi dalam transliterasinya huruf. Diantaranya adalah huruf kapital digunakan untuk menuliskan huruf awal, nama diri, dan permulaan kalimat. Bila nama diri itu didahului oleh kata sandang, maka yang dituliskan dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal kata sandangnya.

Contoh:

ٌؿْوُسَر َّلاِإ ٌدَّمَُلز اَمَو

Wamā Muhammadun illā rasūl

Penggunaan huruf awal kapital untuk Allah hanya berlaku bila dalam tulisan Arabnya memang lengkap demikian dan kalau penelitian itu disatukan dengan kata lain sehingga ada huruf atau harakat yang dihilangkan, huruf kapital tidak dipergunakan.

(12)

Contoh:

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara kejadian KPD dengan kejadian asfiksia di Rumah Sakit Panembahan Senopati Bantul yang ditunjukkan oleh hasil uji chi

dimana dalam hal ini akan dianalisa dan dilakukan pembuktian hipotesa, apakah Komunikasi Pegawai berpengaruh terhadap Kinerja Pegawai (Y) Pada Sekretariat DPRD

Konsep pendanaan dengan social capital tersebut bisa digunakan untuk menjalankan pembangunan di Indonesia yang selama ini dilakukan dengan hutang ke luar negeri dan

Begitu pula para sahabat radhiallahu anhum, mereka adalah orang-orang yang paling baik akhlaknya setelah Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam. Diantara akhlak Salafush

Pada penelitian ini dilakukan kondisi modifikasi pati keladi dengan autoclaving-cooling meliputi siklus modifikasi antara lain: tanpa siklus, satu siklus dan dua

 biasanya disertai disertai kelainan kelainan di di daerah daerah lain, lain, misalnya misalnya hidrosefalus, hidrosefalus, atau atau gangguan gangguan neurologik

Penggunaan huruf awal kapital untuk Allah hanya berlaku bila dalam tulisan Arabnya memang lengkap demikian dan kalau penulisan itu disatukan dengan kata lain sehingga

BAGI MAHASISWA YANG ADA DI KELAS DIBAWAH INI AGAR SEGERA PINDAH KE KELAS LAIN YANG TERSEDIA... HENDRI