• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Pelatihan Kendali Diri untuk Meningkatkan Ketangguhan Pribadi pada Siswa Korban Perilaku Perundungan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Efektivitas Pelatihan Kendali Diri untuk Meningkatkan Ketangguhan Pribadi pada Siswa Korban Perilaku Perundungan"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS PELATIHAN KENDALI DIRI

UNTUK MENINGKATKAN KETANGGUHAN PRIBADI

PADA SISWA KORBAN PERILAKU PERUNDUNGAN

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Pendidikan Magister Psikologi Fakultas Psikologi

Oleh:

ANISA QODARIL THOHIROH, S.PSI T 100 155 011

PROGRAM PENDIDIKAN MAGISTER PSIKOLOGI PROFESI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2018

(2)
(3)

ii

HALAMAN PENGESAHAN

EFEKTIVITAS PELATIHAN KENDALI DIRI

UNTUK MENINGKATKAN KETANGGUHAN PRIBADI

PADA SISWA KORBAN PERILAKU PERUNDUNGAN

Oleh

ANISA QODARIL THOHIROH, S.PSI T 100 155 011

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Suarakarta

pada tanggal 4 Desember 2018 dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Dewan Penguji

1. Dr. Nanik Prihartini, M.Si., Psikolog (Ketua Dewan Penguji)

2. Dr. Moordiningsih, M.Si.Psikolog (Anggota 1 Dewan Penguji)

3. Dra. Zahrotul Uyun, M.Si, Psikolog (Anggota I1 Dewan Penguji)

(4)

iii

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam naskah publikasi tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah dituliskan atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya diatas, maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya

Surakarta, 17 Januari 2019 Penulis

(5)

1

EFEKTIVITAS PELATIHAN KENDALI DIRI UNTUK MENINGKATKAN KETANGGUHAN PRIBADI

PADA SISWA KORBAN PERILAKU PERUNDUNGAN Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas pelatihan kendali diri dalam meningkatkan ketangguhan pribadi pada siswa korban perilaku perundungan. Metode penelitian ini menggunakan quasi experimental dalam bentuk randomized control group pretest-post test. Quasi experimental yang dilakukan dengan randomisasi, tetapi masih menggunakan kelompok kontrol. Subjek penelitian sebanyak 30 yang merupakan siswa-siswi SMP 7 Surakarta yang menjadi korban perilaku perudungan dan memiliki tingkat ketangguhan pribadi sedang, subjek kelompok dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pembagian kelompok dilakukan dengan random assignment. Materi psikodrama terdiri dari, roleplay, memahami emosi, cognitif control, behavior control, decisional control. Hasil uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan man u witney-wilcoxon signed ranks test dengan sig. 0,004 (p<005) artinya ada perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah diberikan perlakuan kendali diri. Dengan demikian pelatihan kendali diri efektif meningkatkan ketangguhan pribadi pada siswa korban perilaku perundungan. Kata Kunci: Ketangguhan pribadi, Perundungan, Kendali diri, Korban perundungan.

Abstract

This study aims to determine the effectiveness of self-control training in increasing personal resilience in students victims of abuse behavior. This research method uses quasi experimental in the form of randomized control group pretest-post test. Quasi experimental was done by randomization, but still using the control group. The subjects of the study were 30 students who were students of SMP 7 Surakarta who were victims of sexual behavior and had a moderate level of personal toughness, group subjects were divided into 2 groups namely the experimental group and the control group. Group division is done by random assignment. Psychodrama material consists of, roleplay, understanding emotions, cognitive control, behavior control, decisional control. The results of hypothesis testing in this study using man u witney-wilcoxon signed ranks test with sig. 0.004 (p <005) means that there are significant differences before and after being given control treatment. Thus effective self-control training increases personal resilience in victims of abuse behavior.

Keywords: Hardiness, Bullying, Self control, Bullying victims.

1. PENDAHULUAN

Remaja merupakan masa peralihan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang rentan terhadap terjadinya masalah psikososial (Steinberg, 2009). Salah satu masalah tersebut adalah perundungan. Perundungan dapat didefinisikan sebagai sebuah pola

(6)

2

perilaku agresif yang berulang, dengan intense yang negatif, diarahkan dari seorang anak kepada anak lain yang kekuatannya tidak seimbang (Olweus,1993). Perundungan pada penelitian ini selanjutnya disebut dengan perundungan.

Perundungan merupakan masalah internasional, karena terjadi kesamaan permasalahan di tiap-tiap Negara. Setiap intitusi pendidikan harus mengetahui keberadaan dan dampak perundungan serta berusaha mencegah hal tersebut terjadi. Apabila kejadian perundungan di diamkan atau masih terjadi, siswa akan rentan mengalami pelecehan-pelecehan atau tindakan kekerasan dan akibatnya secara psikologis siswa dapat mengalami stress dan menderita semur hidup (Prihatin, Munir, & Nurwahyuni, 2016).

Fenomena perundungan merupakan suatu masalah yang sudah menjadi “warisan” dari angkatan ke angkatan berikutnya, namun masih banyak pihak yang belum menyikapi dengan serius. Pengetahuan akan perundungan cenderung masih terbatas. Perundungan sepertinya masih dianggap sebagai hal biasa dan bukan sesuatu hal yang penting. Pandangan tersebut kurang tepat, karena perundungan memiliki dampak-dampak yang negatif bagi korban maupun pelakunya (Wiyani, 2012).

Kasus perundungan menduduki peringkat teratas pengaduan masyarakat dalam kurun waktu terakhir ini. Bentuk-bentuk perundungan akan cenderung berubah seiring bertambahnya usia, sehingga bentuk perundungan ketika masa sekolah dasar berbeda dengan bentuk perundungan di SMA (Indrawan, 2017). Selain itu Paul & Cillesen (2003) juga mengungkapkan bahwa perundungan pada siswa sekolah dasar lebih kepada penghinaan, olok-olokan, saling mendorong. Hal ini akan berubah ketika SMP dan SMA, bentuk-bentuk perilaku perundungan akan lebih pada gosip, kekerasan fisik, hingga seksual.

Salah satu bentuk perilaku perundungan yang paling sering ditemui adalah perundungan secara verbal. Data ini ditunjukkan dari hasil pengambilan data awal oleh peneliti di sebuah sekolah SMP M di Surakarta, bahwa didapatkan hasil perilaku yang tidak menyenangkan yang telah dilakukan oleh teman-teman di sekolah yaitu

(7)

3

mengolok-olok dengan 28%, meminta uang mendapatkan presentase sebesar 23% dan mengejek dengan nama orang tua mendapatkan presentase sebesar 18%.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan siswa sekolah SMP M di Surakarta didapatkan data bahwa perilaku perundungan sering terjadi di sekolah. Ada teman yang melakukan perilaku tidak menyenangkan dan bahkan terkadang menyakiti. Menurut pernyataan 3 siswa yang telah diwawancara bahwa perilaku perundungan tersebut dilakukan oleh teman laki-laki. Perilaku yang sering dilakukan yaitu mengolok-olok, meminta uang, menyuruh mengerjakan tugas dan meminta untuk dibelikan jajan bahkan ada juga siswa perempuan yang diperlakukan tidak baik oleh pelaku perundungan, antara lain; mencium, memeluk, membuka jilbab bahkan memengang bagian tubuh yang lain, seperti: pinggang, pundak, dan payudara.

Selain itu menurut pernyataan 3 siswa tersebut bahwa ketika mereka tidak mau melakukan apa yang diminta oleh pelaku perundungan, maka pelaku akan bertindak lebih kasar seperti: mencakar, menjambak, memukul bahkan melempar dengan penghapus dan ada juga yang memukul dengan gagang sapu.

Perundungan pada remaja, seperti tindak kekerasan lainnya memiliki dampak bagi korban dan pelakunya. Bukan hanya dampak fisik, namun juga dampak psikologis, seperti rendahnya harga diri, kematangan emosi, ketakutan akan masuk sekolah, timbulnya depresi, perasaan kesepian, hingga berujung pada tindakan bunuh diri.

Dampak ini bukan hanya bersifat jangka pendek, namun beberapa penelitian menemukan bahwa perilaku perundungan akan berdampak hingga dewasa. Swearer & Cary (2003) menyatakan bahwa pelaku perundungan akan beresiko memiliki kasus kriminal di kemudian hari dan beberapa korban perundungan hingga dewasa akan lebih rentan terkena depresi.

Argiati (2010) mengatakan bahwa seseorang yang mengalami korban perundungan biasanya merasa cemas, takut, kecewa, sedih, tertekan, malu, rasa tidak nyaman dan kurang percaya diri sehingga berdampak pada prosese belajar.

(8)

4

Siswa korban perilaku perundungan tersebut selalu merasa takut ketika di sekolah, selalu berfikir bahwa orang-orang yang berteman dengannya akan menyakitinya. Kurang mampu mengontrol emosinya hingga sering marah terhadap orang rumah atau saudara sendiri. Bahkan ketika bertemu dengan pelaku, siswa korban perilaku perundungan hanya menundukkan kepala tanpa berani melihat pelaku karena takut kalau akan diperlakukan buruk, siswa korban perilaku perundungan selalu berfikir bahwa dirinya tidak berguna karena pernah dipegang bagian tubuhnya oleh pelaku perundungan. Siswa korban perilaku perundungan juga tidak memiliki sikap tegas untuk menghadapi keadaan yang tidak sesuai dengan harapannya.

Sebagian besar korban perundungan akan mengalami kondisi yang lebih buruk dibandingkan dengan siswa yang lain, baik secara fisik, mental maupun psikologisnya sehingga penanganan yang maksimal akan meminimalisir kondisi terburuk siswa sebagai korban perilaku perundungan (Mujiyati, 2015).

Ketangguhan pribadi merupakan suatu karakteristik kepribadian yang dimiliki individu dalam menghadapi keadaan stress. Ketangguhan pribadi merupakan ketahanan psikologis yang dapat membantu seseorang dalam mengelola stress yang dialami, (Sukmono, 2009). Menurut Kobasa (1982) individu yang memiliki ketangguhan pribadi tinggi mempunyai serangkaian sikap yang membuat mereka tahan terhadap stress. Individu dengan kepribadian yang tangguh senang bekerja keras karena dapat menikmati pekerjaan yang dilakukan, senang membuat sesuatu yang harus dimanfaatkan dan diisi agar mempunyai makna dan membuat individu tersebut sangat antusias dalam menyongsong masa depan, karena perubahan-perubahan dalam kehidupan dianggap sebagai tantangan dan sangat berguna untuk perkembangan hidupnya.

Ketangguhan pribadi adalah karakteristik kepribadian yang ditandai oleh komitmen yang kuat pada diri individu yang melibatkan kemampuan untuk mengontrol kejadian-kejadian yang tidak menyenangkan dan memberikan makna

(9)

5

positif terhadap kejadian yang dialami oleh individu sebagai tantangan yang wajar sehingga individu lebih tahan terhadap stress, (Sukmono, 2009).

Ketangguhan pribadi seharusnya dimiliki oleh setiap orang karena dengan adanya ketangguhan pribadi dalam diri seseorang maka orang tersebut akan memiliki beberapa aspek dalam dirinya seperti; memiliki kontrol dalam dirinya, dimana seseorang akan memiliki kecenderungan untuk menerima dan percaya bahwa dirinya dapat mengontol perilakunya ketika berhadapan dengan hal-hal yang tidak terduga. Memiliki komitmen dimana komitmen tersebut merupakan suatu kecenderungan untuk melibatkan diri ke dalam apapun yang dihadapi atau tindakan. Orang dengan komitmen lebih kuat mudah tertarik dan terlibat ke dalam apapun yang sedang dikerjakan dan tidak mudah menyerah. Selain itu individu akan memiliki tantangan yaitu kecenderungan memandang suatu perubahan dalam hidup sebagai suatu tantangan yang mengasyikkan. Individu akan bersifat dinamis serta memiliki kemampuan dan keinginan untuk terus maju, (Maddi, 1997).

Selain itu korban perilaku perundungan yang memiliki ketangguhan pribadi yang rendah akan mengalami kesulitan-kesulitan dalam dirinya, seperti; kurang mampu berfikir obyektif lebih mementingkan dirinya sendiri, kurang mampu mengontrol emosinya, kurang bisa bertoleransi dengan keadaan lingkungan, kurang dapat bertanggung jawab, membutuhkan orang lain sebagai pelindung, mudah mengalami frustasi, dan kurang mampu untuk menerima permasalahan yang dihadapi dengan penuh pengertian dan pikiran yang positif.

Intervensi yang digunakan dalam menangani kondisi ketangguhan pribadi korban perilaku perundungan yaitu dengan adanya pelatihan self control untuk siswa korban perundungan. Pelatihan self control ini merupakan hal yang penting karena tidak hanya untuk menangani kondisi siswa sebagai korban yang harus berani menghadapi perlakuan perundungan akan tetapi juga untuk meningkatkan ketangguhan diri bagi siswa korban perilaku perundungan serta mencegah siswa mengalami tekanan dan stress jangka panjang sebagai akibat dari perlakuan buruk di lingkungan, bahkan selain itu intervensi ini juga dimaksimalkan untuk meningkatkan kemampuan siswa

(10)

6

dalam mengontrol kondisi dan perilaku terhadap lingkungan yang kurang sejalan dengan apa yang diharapkan. Self control dalam penelitian ini selanjutnya disebut dengan kendali diri.

Dengan demikian untuk meningkatkan ketangguhan pribadi pada korban perilaku perundungan peneliti melakukan intervensi dengan menggunakan pelatihan kendali diri karena dengan adanya pelatihan kendali diri maka siswa akan mampu untuk mengontrol dirinya dan dapat menerima keadaan dirinya yang selalu diperlakukan buruk oleh teman-teman di sekolah. Siswa yang dapat mengontrol dirinya akan memiliki ketangguhan pribadi yang lebih tinggi sehingga dalam berperilaku akan lebih realistis dan mampu untuk menyampaikan secara positif semua hal yang dirasakan kepada orang lain dan lingkungan tanpa adanya stress yang dialami oleh siswa korban perilaku perundungan.

Berawal dari permasalahan tersebut maka peneliti membuat rumusan masalah apakah ketangguhan pribadi siswa korban perilaku perundungan dapat ditingkatkan melalui pelatihan kendali diri, maka dari itu peneliti mencoba untuk melakukan penelitian yang berjudul “Efektifitas Pelatihan Kendali Diri (Self Control) Untuk Meningkatkan Ketangguhan pribadi (Hardiness) Pada Siswa Korban Perilaku Perundungan (Perundungan)”

2. METODE

Metode penelitian ini menggunakan quasi experimental dalam bentuk randomized control group pretest-post test. Quasi experimental yang dilakukan dengan randomisasi, tetapi masih menggunakan kelompok kontrol (Latipun, 2002). Penelitian ini dilakukan pengukuran tingkat ketangguhan pribadi pada 2 kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, kemudian pada kelompok eksperimen akan diberikan perlakukan dan setelah itu akan dilakukan kembali pengukuran tingkat ketangguhan pribadi pada kelompok eksperimen dengan alat ukur yang sama. Yang membedakan pada kelompok kontrol yaitu tidak diberikan perlakuan apapun dari awal sampai akhir penelitian.

(11)

7 3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalaha pelatihan kendali diri efektif untuk meningkatkan ketangguhan pribadi korban perilaku perundungan. Hal ini berdasarkan hasil analisis Mann Whitney U-Test, perbandingan skor posttest antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen diperoleh nilai Z sebesar -0,062 dengan Sig (2 tailed) = 0.004 (p < 0.05) yang artinya hipotesis diterima. Jadi, setelah diberikan pelatihan kendali diri terdapat perbedaan yang signifikan perubahan ketangguhan pribadi siswa korban perilaku perundungan antara kelompok eksperimen yang diberikan perlakuan yaitu pelatihan kendali diri dengan kelompok kontrol yang tidak diberikan perlakuan. Dimana kelompok eksperimen yang diberikan perlakuan memiliki ketangguhan pribadi yang lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol.

Hasil Uji Wilcoxon menunjukkan ada peningkatan ketangguhan pribadi korban perilaku perundungan pada kelompok eksperimen sebelum dan sesudah mengikuti pelatihan kendali diri taraf signifikan yang diperoleh pretestposttest nilai Z sebesar -3.413 dengan probabilitas (p) 2-tailed sebesar 0.001 dimana p < 0.005.hal ini berarti hipotesis diterima. berdasarkan nila statistik dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan ketangguhan pribadi pada korban perilaku perundungan yang signifikan pada saat pretest dibandingkan dengan posttest pada kelompok eksperimen. Hal tersebut menunjukkan bahwa pelatihan kendali diri efektif untuk meningkatkan ketangguhan pribadi pada korban perilaku perundungan.

Adapun hasil Uji Wilxocon pada saat pre test-follow upnilai Z sebesar -3.413 (sig = 0,001); p = 0,05. Hal ini berarti hipotesis diterima.Artinya, terdapat peningkatan ketangguhan pribadi yang signifikan pada kelompok eksperimen setelah 10 hari pelaksanaan pelatihan efek dari pelatihan kendali diri masih berlangsung. Hal ini menunjukan, pelatihan kendali diri efektif dalam meningkatkanketangguhan pribadi siswa korban perilaku perundungan.

Pelatihan kendali diri efektif dan mampu mengubah subjek untuk menjadi pribadi yang lebih baik (personal growth). Sasaran utama yang ingin dicapai dari

(12)

8

pelatihan kendali diri adalah dapat membantu individu untuk mencapai pemahaman yang lebih baik mengenai dirinya sehingga individu dapat menemukan konsep dirinya, menyatakan kebutuhannya dan menyatakan reaksinya terhadap tekanan-tekanan yang dialaminya (Corey, 2005). Dalam sesi pelatihan kendali diri ini terdapat 5 sesi pokok yaitu roleplay (memahami perilaku perundungan yang pernah dialami), memahami emosi, kontrol kognitif, kontrol perilaku dan pengambilan keputusan. Dari sesi ke sesi dalam pelatihan kendali diri ini saling berkesinambungan dari sesi pertama hingga terakhir karena dengan roleplay subjek penelitian akan mulai memahami apa itu perundungan, contohnya seperti apa, perilaku perundungan seperti apa yang pernah dialami, bagaimana situasi saat itu dan apa yang dirasakan serta bagaimana sikap subjek ketika diperlakukan buruk oleh temannya. Kemudian untuk sesi memahami emosi masih sejalan dengan mengenali emosi subjek ketika dalam situasi tidak menyenangkan yang dialami, dengan begitu maka akan diberikan pemahaman dan diajarkan beberapa metode dalam mengontrol kognitif dan mengontrol perilaku. Setelah itu barulah subjek penelitian dibantu untuk mengambil keputusan hal apa dan perilaku seperti apa yang akan diambil untuk menghadapi perilaku perundungan yang dialaminya. Sehingga setelah selesai pelatihan kendali diri ini subjek penelitian akan mampu untuk bersikap dan berperilaku yang lebih positif dibandingkan sebelumnya, mampu untuk lebih tangguh dibandingkan sebelumnya sebagai korban perilaku perundungan.

Penelitian ini melibatkan siswa yang menjadi korban perilaku perundungan dengan alasan bahwa korban perilaku perundungan adalah orang yang memiliki kondisi buruk dalam perilaku perundungan. Siswa SMP Muhammadiyah 7 Surakarta yang diperlakukan buruk oleh temannya dan hanya diam, tidak berani untuk membela diri, selalu merasa dirinya lemah dibandingkan teman yang lain bahkan kurang memiliki kepercayaan diri sehingga selalu merasa minder ketika berada di lingkungan sekolah dan berada diantara teman-temannya. Menurut Olweus (1999), korban mengacu pada siswa yang menjadi sasaran perilaku negatif oleh satu atau lebih siswa lain yang bermaksud untuk menyakiti. Hal tersebut yang membuat peneliti

(13)

9

mengangkat tema ini untuk penelitian, hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti di SMP Muhammadiyah 7 Surakarta yang menjadi korban perilaku perundungan dengan mendapatkan intervensi pelatihan kendali diri dapat merubah dirinya, dapat bersikap lebih positif, berperilaku yang lebih positif dibandingkan dengan sebeumnya, lebih percaya diri dan dapat mengambil keputusan ketika diperlakukan buruk oleh tamannya. Sebelumnya siswa SMP Muhammadiyah 7 Surakarta yang menjadi korban perilaku perundungan ketika mengalami perilaku perundungan hanya diam dan merasa dirinya lemah di sekolah serta kurang percaya diri, akan tetapi setelah mendapatkan pelatihan kendali diri kemudian dapat lebih percaya diri, dapat bersikap dan berperilaku lebih positif serta mampu untuk menyikapi pelaku perundungan dengan baik tanpa harus merasa rendah diri dan balas dendam. Karena subjek penelitian sadar akan kemampuannya untuk lebih tangguh menghadapi lingkungan yang kurang menyenangkan ketika di sekolah.

Kendali diri adalah tenaga kontrol atas diri, oleh dirinya sendiri. Kendali diri terjadi ketika seseorang atau organisme mencoba untuk mengubah cara bagaimana seharusnya individu tersebut berpikir, merasa, atau berperilaku (Muraven & Baumeister, 2000). Kendali diri dapat membantu seseorang mengabaikan keinginan untuk berperilaku agresif, dan akan membantu seseorang merespon sesuai dengan standar pribadi atau standar sosial yang dapat menekan perilaku agresif tersebut.

Pelatihan kendali diri dapat meningkatkan ketangguhan pribadi karena dalam proses penerapan intervensi terdiri dari kontrol kognitif, kontrol perilaku dan pengambilan keputusan serta adanya pelatihan metode dan diskusi bersama mencari solusi terbaik. Pada sesi kontrol kognitif, subjek penelitian diarahkan untuk mempositifkan pemikirannya bahwa perilaku perundungan itu tidak akan membuat dirinya rendah dan merasa disudutkan atau bahkan merasa teman dan lingkungan sekolahnya buruk namun malah sebaliknya. Sesi kontrol perilaku, subjek penelitian diarahkan untuk bersikap dan berperilaku yang lebih positif tanpa harus bersikap buruk atau membalas perilaku pelaku perundungan, namun malah sebaliknya yang selalu berperilaku yang membuat dirinya nyaman dan merasa perilaku perundungan

(14)

10

hanyalah situasi yang akan membuat dirinya lebih kuat dan lebih dewasa. Untuk sesi pengambilan keputusan juga subjek penelitian diarahkan untuk mengambil keputusan dalam menyikapi perilaku perundungan. Pengambilan keputusan ini disesuaikan dengan keinginan subjek peneltian itu sendiri tanpa adanya paksaan dari siapapun. Dalam setiap sesi pelatihan subjek penelitian selalu diberikan materi, roleplay dan diskusi sehingga subjek akan lebih mudah untuk memahami apa yang diajarkan dan dapat menerapkan di setiap harinya ketika di sekolah maupun di lingkungan luar sekolah.

Pelatihan kendali diri efektif meningkatkan ketangguhan pribadi pada siswa korban perilaku perundungan, dapat dilihat dari hasil evaluasi kualitatif yang dituliskan oleh subjek penelitian. Hasil dari lembar evaluasi pelatihan kendali diri menunjukkan bahwa subjek penelitian merasa kegiatan yang telah diikuti tersebut sangat bermanfaat. Kesesuaian materi dalam modul pelatihan kendali diri dengan tujuan yang ingin dicapai sesuai. Kemudian cara penyampaian materi yang dilakukan oleh fasilitator menurut peserta menarik dan dapat diikuti dengan nyaman. Pelatihan kendali diri yang telah diikuti oleh subjek penelitian dirasa sangat bermanfaat bagi subjek penelitian untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan lebih kuat dari sebelumnya. Efek yang dirasakan subjek penelitian setelah mengikuti pelatihan kendali diri yaitu peserta menjadi lebih baik, memahami perasaan emosi, dapat berfikir dan berperilaku positif terhadap lingkungan dan temannya, serta merasa dirinya lebih kuat dan nyaman di sekolah dibandingkan sebelumnya.

Berdasarkan analisis statistik, diatas dapat disimpulkan bahwa diantara 15 peserta yang mengalami kenaikan skor posttest ketangguhan pribadi. Berdasarkan analisis individual diatas dapat disimpulkan bahwa diantara 15 peserta, semua mengalam kenaikan skor posttest ketangguhan pribadi namun ketika pemberian sakal follow up 10 hari setelah pemberian skala posttest terdapat 4 subjek yang mengalami penurunan skor, 3 subjek konsisten/ tetap. Dan 8 subjek yang skor ketangguhan pribadinya mengalami kenaikan. Hal ini dikarenakan beberapa faktor diantaranya faktor lingkungan yang kurang mendukung, masih ada beberapa subjek yang diejek

(15)

11

ketika hanya diam saja untuk mengontrol diri mereka, masih ada subjek yang diperlakukan kurang baik oleh temannya. Faktor terbesar dalam penurunan skor ketika follow up adalah faktor internal yaitu faktor diri sendiri subjek dimana ada subjek yang masih ragu melakukan metode yang diajarkan, masih takut dan kurang konsisten sehingga ada perilaku lama yang masih terulang, masih berusaha untuk nyaman dengan metode yang diterapkan. Namun ada juga subjek yang sudah konsisten dan selalu memiliki niatan untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya sehingga skor follow up meningkat. Hal ini sejalan dengan Cotton (dalam Widyarini, 2010) lebih jelas lagi mengartikan ketangguhan pribadi sebagai komitmen yang kuat terhadap diri sendiri, sehingga dapat menciptakan tingkah laku yang aktif terhadap lingkungan dan perasaan bermakna yang menetralkan efek negatif stres. Dengan adanya komitmen yang kuat untuk diri sendiri maka hal positif yang ingin diterapkan akan tercapai sesuai dengan keinginan, demikian dengan subjek penelitian yang memiliki komitmen yang kuat untuk menjadi lebih baik maka hasil skor ketangguhan pribadinya juga akan terus meningkat.

Temuan lain dalam penelitian ini adalah hasil analisis posttest dan follow up kelompok kontrol dan kelompok eksperimen diperoleh Z sebesar -3.413 dengan probabilitas (p) 2-tailed sebesar 0.001 dimana p < 0.005. berdasarkan nila statistik dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan ketangguhan pribadi pada korban perilaku perundungan yang signifikan. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan ketika follow up, dari pihak sekolah mendukung perubahan yang dialami setiap individu dan akan memantau setiap siswa untuk melaporkan ketika mengalami perilaku perundungan supaya segera diatasi oleh pihak yang berwenang di sekolah, sehingga tidak akan terjadi kembali. Selain itu siswa juga merasa senang dengan adanya pelatihan kendali diri karena mereka merasa dapat menyalurkan emosi-emosi dan dapat mengontrolnya dengan cara yang baik dan lebih positif sehingga semakin membuat diri subjek penelitian lebih nyaman berada di sekolah.

(16)

12 4. PENUTUP

Pelatihan kendali diri efektif untuk meningkatkan ketangguhan pribadi pada siswa korban perilaku perundungan. Terjadinya peningkatan ketangguhan pribadi pada partisipan penelitian setelah mengikuti pelatihan kendali diri. Partisipan mendapatkan pembelajaran baru dalam bersikap terhadap perilaku teman yang tidak menyenangkan. Sehingga partisipan lebih merasa nyaman dengan kondisi diri mereka saat ini, memperbaiki diri dengan terus berfikir positif dan berperilaku positif membuat patisipan lebih memaknai kondisinya di sekolah dan lingkungan.

Berdasarkan hasil uji mann-whitney Utest pada pengukuran posttest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diperoleh Z skor = -2.908 dan probabilitas (p) 0,004 (uji dua sisi) atau 0,03 (uji satu sisi), dimana p < 0,005. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara korban perilaku perundungan yang diberikan pelatihan kendali diri dengan yang tidak mendapatkan perlakuan pelatihan kendali diri.

Berdasarkan teknik analisis data yang dilakukan ditemukan adanya peningkatan skor ketangguhan pribadi yang signifikan terjadi pada rentang pretest – posttest. Hasil dari uji Wilcoxon T Test diperoleh hasil Z skor sebesar -3.413 dengan probabilitas (p) 2-tailed sebesar 0,001 dimana p < 0,005. Berdasarkan nilai statistik tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan skor ketangguhan pribadi yang signifikan antara skor pretest dan skor posttest pada korban perilaku perundungan.

Sementara pada rentang skor posttest dan skor follow up mengalami variasi dimana terdapat 53% dari 15 partisipan mengalami kenaikan skor ketangguhan pribadi pada skor follow up, 23% dari 15 partisipan mengalami skor yang tetap atau konsisten antara skor posttest ke skor follow up, dan 27% dari 15 partisipan mengalami penurunan skor ketangguhan pribadi dari skor posttest ke skor follow up.

Secara umum pelatihan kendali diri efektif untuk meningkatkan ketangguhan pribadi siswa korban perilaku perundungan. Hal ini karena di dalam pelatihan kendali diri terdapat beberapa tahap untuk membentuk siswa yang lebih tangguh, diantaranya yaitu Dalam proses pelatihan kendali diri partisipan diajarkan untuk memahami

(17)

13

kejadian yang pernah dialami dimasa lampau yang tidak menyenangkan dan membuat dirinya tidak nyaman di lingkungan sekolah. Kemudian partisipan dibantu untuk memahami emosi yang ada pada dirinya sehingga partisipan paham apa yang sedang dirasakan dan dialami. Setelah partisipan paham dengan emosi yang ada dalam dirinya kemudian partisipan diajarkan untuk mengontrol pikirannya yaitu dengan merubah pikiran negatif ke pikiran positif sehingga partisipan paham bagaimana menyikapi sesuatu hal dari sisi positifnya. Pada tahap selanjutnya partisipan diajarkan untuk mengontrol perilakunya sehingga partisipan dapat bersikap lebih positif terhadap teman yang berperilaku tidak menyenangkan kepada dirinya, walau kejadiannya menyakitkan namun partisipan akan lebih bisa mengontrol tindakannya untuk tetap menjadi orang yang baik tanpa membalas. Pada tahap terakhir partisipan diajarkan untuk mengambil keputusan dalam bertindak ketika mengalami kejadian yang tidak menyenangkan kembali. Keputusan ini diambil sesuai dengan keinginan dan kesepakatan partisipan dengan dirinya sendiri akan bersikap seperti apa ketika suatu saat akan mendapat perlakuan buruk kembali.

Dengan demikian pelatihan kendali diri diberikan sesuai dengan kebutuhan partisipan dan menyesuikan keadaan partisipan tanpa adanya tuntutan harus bersikap dan berperilaku seperti apa sehingga proses yang dilakukan dalam pelatihan ini didasarkan pada kenyamanan partisipan dan kesepakatan partisipan terhadap diri mereka sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

Aiken, L.R. (1985). Three coefficients for analyzing the reability and validity ratings. Educational adn Psychological Measurement, 45, 131-142.

Bartone, Paul T. & Robert F. Priest. (2001). Sex differences in hardiness and health among West Point cadets. Senior Research Project in Psychology. New York : U.S Military Academy.

Bauman, S. (2008). The role of elementary school counselors in redusing schoolperundungan. The elementary school journal, Vol: 108 (5), 362-375.

(18)

14

Baumeister, R. F., & Vohs, K. D. (2007). Self-regulation, ego depletion, and motivation. Social and Personality Psychology Compass, Vol: 1(1), 115– 128.

Casmini. (2007). Emotional Parenting. Yogyakarta :Pilar Medika.

Chaplin, J.P. (2006). Kamus Iengkap psikoIogi. Jakarta: PT Raja grafindo persada. Coloroso, Barbara. (2003). Stop perundungan (memutus rantai kekerasan anak dari

prasekolah hingga SMU). Jakarta: Serambi Ilmu Semesta.

Dibartolo, Mary, C. (2001). Appraisal, Coping, Hardiness, and Self – Perceived Health in Spouse Home Caregivers of Persons With Dementia. Disertasi. New Jersey: UMI.

. (2004). Metodologi Research Jilid I. Yogyakarta. Andi Offset

Hariyanto, Suryono (2011) Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar. Bandung PT Remaja Rosdakarya .

Ghufron, M. Nur, & Rini Risnawita, S. (2010). Teori-Teori Psikologi. Yogyakarta : Ar-ruzz Media.

Gunarsa, Singgih. (2004). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: Gunung Mulia.

Goleman, D. (2003). Kecerdasan Emosi untuk Mencapai Puncak Prestasi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Indrawan, A. F. (2017). KPAI Terima aduan 26 Ribu Kasus Perundungan Selama 2011-2017. Didownload dari Detik.com pada 12 januari 2018, pada pukul 21.00 WIB.

Kartono, Kartini dan Dali Gulo. (1987). Kamus Psikologi (Bandung: Pionir Jaya). Killen, Roy. (1998). Effective Teaching Strategies. Australia. Social Science Press. Kobasa, S. (1979). Stressful Life Events, Personality, and Health: An Inquiry Into

Hardiness. Journal of Personality and Social Psychology, Vol: 37,1-11. Kobasa, S. C., Maddi, S. R., & Kahn, S. (1982). Ketangguhan pribadi and healt: A

Perspective study. Journal of personality and social psychology,Vol: 42(1), 168-177.

Kreitner dan Kinicki (2005). Organizational Behaviour 8 th edition. McGrow Hill International Edition.

Kyle, Diana J. & Mark Vernoy. (2002). Behavioral Statistics in Action Third Edition. United Stated of America: The McGraw-Hill Companies.

Nevid, J. S., Rathus, S. A., Greene, B. (2005). Psikologi abnormal edisi kelima jilid 1. Jakarta: Erlangga.

(19)

15

Papalia, D.E., Olds, S. W., & Feldman, R. D. (2007). Human Development. Eight Edition. New York: McGraw-Hill Company.

Prihatin, R., Munir, A., & Nurwahyuni. (2016). Penggunaan teknik role playing untuk menguragi perilaku perundungan siswa kelas XII MIA SMA Negeri 5 Palu. Jurnal Konseling & psikoedukasi, Vol: 1 (1), 1-10.

Salsabiela, W. (2010). Hubungan Antara Pola Asuh Authoritative Orang tua Dengan Empati Anak Pada Bystander Bullying Yogyakarta: Universitas Gajahmada. Santrock, J.W. (2002). Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga.

. (2005). Life Span Development /Perkembangan Masa Hidup . Jakarta : Erlangga.

Sarafino. EP. (2011). Health Psychology: Biopsychosocial Interaction. John Willey and sons: USA

Sarwono, S.W. (2013). Teori-teori Psikologi Sosial. Jakarta: Rajawali Pers. Sears, David O, Freedman, J. L, & Peplau L.A. (2004). Psikologi Sosial Edisi

Kelima Jilid 2. Jakarta : Erlangga.

Schultz, D., Schultz, S E. (2002). Psychology & Work Today Ninth Edition. New Jersey : Pearson Education. Inc

Sukmono, R. J. (2009). Training meditasi “NSR” : Natural stress reduction. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Wiyani, Ardy. (2012). Save Our Children From School Perundungan. Jogjakarta : Ar-ruzz Media.

Wong. (2009). Buku ajar keperawatan pediatrik. Edisi 6. Jakarta: EGC.

Referensi

Dokumen terkait

Guru bertindak sebagai fasilitator yang menjembatani pola pikir kritis seorang siswa.73 Hasil penelitian tersebut juga didukung oleh penelitian Suherman 2015 bahwa diperoleh

Hasil survei yang besar terhadap jumlah pemelihara anjing di Jakarta membuat penulis ingin meriset untuk mengetahui dari mana responden mendapatkan anjing peliharaannya.. Pet shop

Setelah anda selesaikan menginstall prestashop, maka anda akan diminta untuk mengisi kolom password dan nama pengguna, usahakan agar username administrator dan password anda

• ABMA Land akan IPO di harga Rp 800-1250 per saham • ABMA Land targetkan pendapatan tahun 2016 Rp 1,2 triliun • BEI harapkan dana repatriasi masuk ke bursa di kuartal IV 2016

Sedangkan untuk perlakuan ZPT dan interaksi kedua faktor memberikan hasil yang tidak berbeda nyata terhadap jumlah akar yang terbentuk..Perlakuan bahan organik ekstrak jagung

Disajikan kutipan karya ilmiah yang terdiri atas 5—7 kalimat, peserta didik dapat menentukan dua kesalahan penggunaan kata pada teks tersebut dengan tepat. L1 Mudah 29

KSM menunggak ≥ 3 bulan, angkanya diambil dari kolom K, tidak dijumlah kebawah tetapi berapa KSM yang menunggak ≥ 3 bulan.. LAR 3 bulan = (Jumlah KSM yang menunggak ≥ 3 bulan +

Pada taraf iradiasi 25 Gy, biji yang dipotong setelah dilakukan iradiasi sinar gamma menunjukkan jumlah biji yang membentuk tunas lebih tinggi yaitu tiga biji pada perlakuan biji