• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH CARA PEMBERIAN TERHADAP ABSORBSI OBAT DAN EFEK SEDATIF.docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH CARA PEMBERIAN TERHADAP ABSORBSI OBAT DAN EFEK SEDATIF.docx"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

“PENGARUH CARA PEMBERIAN TERHADAP ABSORBSI OBAT DAN EFEK  “PENGARUH CARA PEMBERIAN TERHADAP ABSORBSI OBAT DAN EFEK 

SEDATIF” SEDATIF” II.. PPEENNDDAAHHUULLUUAANN

a.

a. LaLatatar r BeBelalakakangng Abs

Absorporpsi si mermerupaupakan kan proproses ses masmasuknuknya ya obaobat t dardari i temtempat pat pempemberberian ian ke ke daldalam am dardarah.ah. Bergantung pada cara pemberiannya, tempat pemberian obat adalah saluran cerna (mulut Bergantung pada cara pemberiannya, tempat pemberian obat adalah saluran cerna (mulut sampai dengan rektum), kulit, paru, otot, dan lain-lain. Cara pemberian obat yang sampai dengan rektum), kulit, paru, otot, dan lain-lain. Cara pemberian obat yang berbeda- beda

 beda melibatkan melibatkan proses proses absorbsi absorbsi obat obat yang yang berbeda-beda berbeda-beda pula. pula. Kegagalan Kegagalan atau atau kehilangankehilangan oba

obat t selaselama ma proproses ses absoabsorbsrbsi i akaakan n memmempenpengargaruhi uhi efek efek obaobat t dan dan menmenyebyebabkabkan an kegkegagaagalanlan  pengobatan.

 pengobatan.

Cara pemberian obat yang paling umum dilakukan adalah pemberian obat per oral, karena Cara pemberian obat yang paling umum dilakukan adalah pemberian obat per oral, karena mudah, aman, dan murah . Dengan cara ini tempat absorpsi utama adalah usus halus, karena mudah, aman, dan murah . Dengan cara ini tempat absorpsi utama adalah usus halus, karena memiliki permukaan absorpsi yang sangat luas, yakni !!m

memiliki permukaan absorpsi yang sangat luas, yakni !!m. "ada pemberian secara oral,. "ada pemberian secara oral, sebelum obat masuk ke peredaran darah dan didistribusikan ke seluruh tubuh, terlebih dahulu sebelum obat masuk ke peredaran darah dan didistribusikan ke seluruh tubuh, terlebih dahulu harus mengalami absorbsi pada saluran cerna. Ada beberapa cara pemberian obat yang lain, harus mengalami absorbsi pada saluran cerna. Ada beberapa cara pemberian obat yang lain, yaitu sublingual, per oral, per rectal, pemakaian pada permukaan epitel ( kulit, kornea, #agina, yaitu sublingual, per oral, per rectal, pemakaian pada permukaan epitel ( kulit, kornea, #agina, mukosa hidung ), inhalasi, dan suntikan

mukosa hidung ), inhalasi, dan suntikan ( subkutan, intramuskuler, dan intratekal ).( subkutan, intramuskuler, dan intratekal ). Kecepat

Kecepatan an absorbabsorbsinysinya a pun berbeda pada pun berbeda pada masingmasing-masing cara -masing cara pembepemberian yang rian yang dapatdapat menun$ukan keefektifan obat tersebut. Dalam praktikum kali ini kita akan membandingkan menun$ukan keefektifan obat tersebut. Dalam praktikum kali ini kita akan membandingkan keefek

keefektifan dan tifan dan kecepatkecepatan an absorbabsorbsi si obat berdasarkan rute obat berdasarkan rute pembepemberian yang rian yang berbedberbeda-beda.a-beda. %elain itu, pada percobaan kali ini $uga akan digunakan obat golongan hipnotik sedatif yang %elain itu, pada percobaan kali ini $uga akan digunakan obat golongan hipnotik sedatif yang mer

merupaupakan kan golgolongongan an obaobat t depdepresaresan n susususunan nan sarasaraf f puspusat at (%%(%%"), "), mulmulai ai yanyang g rinringan gan yaiyaitutu menyebabkan tenang atau kantuk, menidurkan , hingga yang berat (kecuali ben&odia&epine) menyebabkan tenang atau kantuk, menidurkan , hingga yang berat (kecuali ben&odia&epine) yaitu hilangnya kesadaran, koma dan mat

yaitu hilangnya kesadaran, koma dan mati bergantung kepada dosis.i bergantung kepada dosis.

.

. TT!!"!"!an #an #erer$%$%aaanan 

 'engenal, mempraktekkan, dan membandingkan cara-cara pemberian obat terhadap'engenal, mempraktekkan, dan membandingkan cara-cara pemberian obat terhadap kecepatan absorbsinya, menggunakan data farmakologi sebagai

kecepatan absorbsinya, menggunakan data farmakologi sebagai tolak ukurnya.tolak ukurnya. 

 'empela$ari dan mengamati pengaruh dari obat penekan syaraf pusat.'empela$ari dan mengamati pengaruh dari obat penekan syaraf pusat.

(2)

Absorbsi merupakan pengambilan obat dari permukaan tubuh atau dari tempat-tempat tertentu pada organ ke dalam aliran darah yang dipengaruhi beberapa faktor yakni cara  pemberian obat dan bentuk sediaan. Ada beberapa cara pemberian obat yaitu sublingual, per  oral, per rectal, pemakaian pada permukaan epitel ( kulit, kornea, #agina, mukosa hidung ), inhalasi, dan suntikan ( subkutan, intramuskuler, dan intratekal ). (Anonim,*).

Absorbsi sebagian besar obat secara difusi pasif, maka sebagai barier absorbsi adalah membran epitel saluran cerna yang seperti halnya semua membran sel epitel saluran cerna , yang seperti halnya semua membran sel ditubuh kita, merupakan lipid bilayer.Dengan demikian , agar dapat melintasi membran sel tersebut, molekul obat harus memiliki kelarutan lemak (setelah terlebih dulu larut dalam air) (+armakologi dan erapi edisi *, !!).

Cara pemberian dapat mempengaruhi kecepatan absorbsi obat yang berpengaruh $uga terhadap onset dan durasi. nset adalah /aktu yang dibutuhkan obat untuk menimbulkan efek  mulai obat itu diberikan. Cara pemberian per oral memiliki onset yang paling lama karena  pada per oral senya/a obat memerlukan proses absorbsi, setelah obat masuk mulut akan

masuk lambung mele/ati kerongkongan. Di dalam lambung obat mengalami ionisasi kemudian diabsorbsi oleh dinding lambung masuk kedalam peredaran darah, sehingga membutuhkan /aktu lebih lama untuk berefek. %edangkan secara intraperitonial memiliki onset paling pendek karena rongga perut banyak terdapat pembuluh darah dan tidak ada faktor   penghambat sehingga dengan segera akan menimbulkan efek. "ada subcutan melalui ba/ah

kulit di mana obat harus melalui lapisan- lapisan kulit baru masuk ke pembuluh kapiler ba/ah kulit, sehingga onset yang dihasilkan lebih lama dari kedua cara lainnya (Anief, !).

Durasi adalah /aktu yang diperlukan obat mulai dari obat berefek sampai efek hilang. Durasi dipengaruhi oleh kadar obat dalam darah dalam /aktu tertentu. "ada per oral didapatkan durasi terpendek, disebabkan karena per oral mele/ati banyak fase seperti  perombakan dihati men$adi aktif dan tidak aktif. %emakin banyak fase yang dilalui maka kadar obat akan turun sehingga obat yang berikatan dengan reseptor akan turun dan durasinya  pendek. %edangkan pada pemberian secara intraperitonial obat dengan kadar tinggi akan  berikatan dengan reseptor sehingga akan langsung berefek tetapi efek yang dihasilkan durasinya cepat karena setelah itu tidak ada obat yang berikatan lagi dengan reseptor. "ada sub cutan memiliki durasi yang lama, hal ini disebabkan karena obat akan tertimbun di depot lemak0 $aringan di ba/ah kulit sehingga secara perlahan- lahan baru akan dilepaskan sehingga

(3)

durasinya lama. Cara pemberian obat yang baik, bila onset yang dihasilkan cepat dan durasi dalam obat lama (Anief, !).

"er oral. %ebagian besar obat diberikan melalui mulut dan ditelan. Beberapa obat ( misalnya1 alcohol dan aspirin ) dapat diserap dengan cepat dari lambung, tetapi kebanyakan obat diabsorpsi sebagian besar melalui usus halus. Absorpsi obat melalui usus halus, pengukuran yang dilakukan terhadap absorpsi obat baik secara in #i#o maupun secara in #itro, menun$ukan bah/a mekanisme dasar absorpsi obat melalui usus halus ini adalah secara transfer pasif. Di mana kecepatan obat ditentukan oleh dera$at ionisasi obat dan lipid solubilitas dari molekul obat tersebut.

"emberian obat secara suntikan intra#ena. "emberian obat secara intra#ena adalah cara yang paling cepat dan paling pasti. %uatu suntikan tunggal intra#ena akan memberikan kadar obat yang sangat tinggi yang pertama-tama akan mencapai paru-paru dan kemudian ke sirkulasi sistemik. Kadar puncak yang mencapai $aringan tergantung pada kecepatan suntikan yang harus diberikan secara perlahan-lahan sekali. bat-obat yang berupa larutan dalam minyak dapat menggumpalkan darah atau dapat menyebabkan hemolisa darah, karena itu tidak boleh diberikan secara intra#ena.

"emberian obat suntikan subkutan. %untikan subkutan hanya bias dilakukan untuk  obat-obat yang tidak menyebabkan iritasi terhadap $aringan karena akan menyebabkan rasa sakit hebat, bnekrosis dan pengelupasan kulit. Absorpsi melalui subkutan ini dapat pula  ber#ariasi sesuai dengan yang diinginkan.

"emberian suntikan intramuskuler ( 2' ). bat- obat yang larut dalam air akan diabsorbsi dengan cepat setelah penyuntikan 2'. 3mumnya kecepatan absorpsi setelah  penyuntikan pada muskulus deloid atau #astus lateralis adalah lebih cepat dari pada bila disuntikkan pada gluteus ma4imus. "emberian suntikan intra-anterial. Kadang-kadang obat disuntikan ke dalam sebuah arteri untuk mendapatkan efek yang terlokalisir pada $aringan atau alat tubuh tertentu. etapi nilai terapi cara ini masih belum pasti. Kadang-kadang obat tertentu $ug a disuntikan intraarteri untuk keperluan diagnosis. %utikan intraarteri harus dilakukan oleh orang yang benar-benar ahli. "emberian suntikan intratekal. Dengan cara ini oabt langsung disuntikkan ke dalam ruang subaraknoid spinal. %untikan intratekal dilakukan karena banyak obat yang tidak dapat mencapi otak, karena adanya sa/ar darah otak (dr. s$amsuir munaf, 5 )

"emberian suntikan intra-peritonial. 6ongga peritoneum mempunyai permukaan absorpsi yang sangat luas sehingga obat dapat masuk ke sirkulasi sistemik secara cepat. Cara

(4)

ini banyak digunakan di laboratorium tetapi $arang digunakan di klinik karena adanya bahaya infeksi dan perlengketan peritoneu ( dr.s$amsuir munaf,5 ).

7ipnotika atau obat tidur adalah &at-&at yang dalam dosis terapi diperuntukkan meningkatkan keinginan faali untuk tidur dan mempermudah atau menyebabkan tidur. 3mumnya, obat ini diberikan pada malam hari. Bila &at-&at ini diberikan pada siang hari dalam dosis yang lebih rendah untuk tu$uan menenangkan, maka dinamakan 7ipnotik sedatif  merupakan golongan obat depresan susunan saraf pusat (%%"), mulai yang ringan yaitu menyebabkan tenang atau kantuk, menidurkan , hingga yang berat (kecuali ben&odia&epine) yaitu hilangnya kesadaran, koma dan mati bergantung kepada dosis. "ada dosis terapi obat sedasi menekan aktifitas, menurunkan respons terhadap rangsangan dan menenangkan. bat hipnotik menyebabkan kantuk dan mempermudah tidur serta mempertahankan tidur yang menyerupai tidur fisiologis sedatif ($ay, !!).

%edatif menekan reaksi terhadap perangsangan, terutama rangsangan emosi tanpa menimbulkan kantuk yang berat. 7ipnotik menyebabkan tidur yang sulit dibangunkan disertai  penurunan refleks hingga kadang-kadang kehilangan tonus otot (D$amhuri, *).

7ipnotika dapat dibagi men$adi beberapa kelompok, yaitu ben&odia&epin, contohnya1 flura&epam, lora&epam, tema&epam, tria&olam8 barbiturat, contohnya1 fenobarbital, tiopental,  butobarbital8 hipnotik sedatif lain, contohnya1 kloralhidrat, etklor#inol, glutetimid, metiprilon,

meprobamat8 dan alkohol (9anis/arna dkk, *).

Barbiturat tidak dapat mengurangi nyeri tanpa disertai hilangnya kesadaran. "emberian obat barbiturat yang hampir menyebabkan tidur, dapat meningkatkan !: ambang nyeri, sedangkan ambang rasa lainnya (raba, #ibrasi dan sebagainya) tidak dipengaruhi. "ada  beberapa indi#idu dan dalam keadaan tertentu, misalnya adanya rasa nyeri, barbiturat tidak 

menyebabkan sedasi melainkan malah menimbulkan eksitasi (kegelisahan dan delirium). 7al ini mungkin disebabkan adanya depresi pusat penghambatan (9anis/arna dkk, *).

II. ALAT DAN BAHAN

A.

Alat-alat • %puit in$eksi (!,- ml) • ;arum sonde • <abu ukur ! ml • %top/atch • imbangan tikus •  =eraca analitik  • Alat-alat gelas

• 6otarod (batang berputar)

(5)

• 7e/an coba (masing-masing kelompok tikus > ekor) • +enobarbital

• A?uabidest

III. CARA KER(A

Disiapkan semua alat yang dibutuhkan

Dihitung dosis kon#ersi, larutan stok, dan  $umlah obat yang harus diambil.

Dihitung #olumefenobarbital yang akan diberikan.

Dibagi per kelompok mendapat > tikus Ditimbang bobot tikus dan diberi tanda. Diberikan fenobarbital sesuai dengan kelompok.

Ditandai sesuai dengan pemberian bahan u$i.

Dilakukan percobaan pada menit ke *, >!, @!, dan ! dengan meletakkannya pada rotarod.

Diamati berapa kali tikus ter$atuh dari rotarod.

Diamati onset dan durasi obat fenobarbital. Dicatat

I). PERHITUNGAN DAN HASIL PERCOBAAN

Per*'t!ngan Per Oral

Dosis Kon#ersi  !,! 4 >! mg  !,*5 mg0!! g BB tikus "eralatan "ercobaan

%emua perhitungan

7e/an u$i (tikus)

Kelompok 5 Diberikan secara • "er oral • %ubkutan • 2ntramuskular  Kelompok > Diberikan secara • "er oral • 2ntra#ena • 2ntraperitoneal Kelompok  Diberikan secara • "er oral • 2ntra#ena • 2ntraperitoneal Kelompok  Diberikan secara • "er oral • %ubkutan • 2ntramuskular 7asil

(6)

<arutan stok 

dosis konversi

2 x V Maks 

0,54

2 x5  !,!*5 mg

Berat yang diambil 

larutan stok 

dosis 4 berat tablet

 0,054 30 4 5,> mg  !, mg ad ! ml a?uabidest olume pemberian  BB tikus 100 4  maks  110 100 4  .*   ,* ml S!k!tan

Dosis Kon#ersi  !,! 4 >! mg  !,*5 mg0!! g BB tikus <arutan stok  dosis konversi 2 x V Maks  0,54 2 x5  !,!*5 mg . '  . ' . *  * 4 !,!*5  !,!*5 ad * ml olume pemberian  BB tikus 100 4  maks  150 100 4  .*   >,* ml Intra+!&k!lar

Dosis Kon#ersi  !,! 4 >! mg  !,*5 mg0!! g BB tikus

<arutan stok 

dosis konversi

2 x V Maks 

0,54

(7)

. '  . ' . *  , 4 *  , ad * ml olume pemberian  BB tikus 100 4  maks  130 100 4  . !,   !,!@* ml Ha&'l #enga+atan

Pengar!* #e+er'an ter*a,a# a&%r&' %at

 Kel%+#%k - Per Oral Intraena Intra#er't%neal

On&et /0 -1 -1

D!ra&' 20 30 30

Kel%+#%k 4 Per Oral S!k!tan Intra+!&k!lar

On&et 20 50 61

D!ra&' 30 30 20

Kel%+#%k / Per Oral Intraena Intra#er't%neal

On&et 14 -1 -2

D!ra&' 76 77 30

 Kel%+#%k 6 Per Oral S!k!tan Intra+!&k!lar

On&et 61 50 /0

D!ra&' 70 --1 30

Tael Rata8rata

Per Oral Intraena Intra#er't%neal S!k!tan Intra+!&k!lar Rata8rata On&et 63941 -1 -5 50 /291 Rata8rata D!ra&' 70 73 30 -0491 70

E:ek Se,at': ;(!+la* (at!* ,ala+ 4 +en't<

Men't ;Kel%+#%k -< Per Oral Intraena Intra#er't%neal

(8)

/0 4 4 4

61 6 1 5

50 -0 1 8

30 1 8 1

Men't ;Kel%+#%k 4< Per Oral S!k!tan Intra+!&k!lar

-1 - - 6

/0 / 6 4

61 / 4 /

50 - 8

-30 8 8 8

Men't ;Kel%+#%k /< Per Oral Intraena Intra#er't%neal

-1 4 8 6

/0 / / 4

61 6 6

-50 - 6 4

30 8 - 4

Men't ;Kel%+#%k 6< Per Oral S!k!tan Intra+!&k!lar

-1 4 - 8 /0 - 6 -61 / 2 / 50 6 7 8 30 8 -4 6 Tael Rata8rata

Per O ral Intraena Intra#er't%neal S!k!tan Intra+!&k!lar

Men't-1 -91 - /91 - 4 Men't/0 4941 491 4 6 -91 Men't61 /91 691 /91 691 / Men't50 6 691 - 6 091 Men't30 1 091 /91 5 4 ). PEMBAHASAN

nset adalah /aktu yang dibutuhkan obat untuk menimbulkan efek mulai obat itu diberikan. Cara pemberian per oral memiliki onset yang paling lama karena pada per oral senya/a obat memerlukan proses absorbsi, setelah obat masuk mulut akan masuk lambung mele/ati kerongkongan. Di dalam lambung obat mengalami ionisasi kemudian diabsorbsi oleh dinding lambung masuk kedalam peredaran darah, sehingga membutuhkan /aktu lebih lama untuk berefek. %edangkan secara intraperitonial memiliki onset paling pendek karena rongga perut banyak terdapat pembuluh darah dan tidak ada faktor penghambat sehingga dengan segera akan menimbulkan efek. "ada subcutan melalui ba/ah kulit di mana obat harus melalui lapisan- lapisan kulit baru masuk ke pembuluh kapiler ba/ah kulit, sehingga

(9)

onset yang dihasilkan lebih lama dari kedua cara lainnya. Durasi adalah /aktu yang diperlukan obat mulai dari obat berefek sampai efek hilang. Durasi dipengaruhi oleh kadar  obat dalam darah dalam /aktu tertentu. "ada per oral didapatkan durasi terpendek, disebabkan karena per oral mele/ati banyak fase seperti perombakan dihati men$adi aktif dan tidak aktif (Anief, !).

6ute-rute pemberian obat di kelompokkan men$adi lima yaitu1 peroral, subktan(sc), intra#ena(i#), intraperitonial(ip) dan intramuscular(im). "ada pemberian per oral banyak  faktor dapat mempengaruhi bioa#aibilitas obat. Karena ada obat-obat yang tidak semua yang diabsorpsi dari tempat pemberian akan mencapai sirkulasi sistemik. %ebagian akan dimetabolisme oleh en&im di dinding usus dan atau di hati pada lintasan pertamanya melalui organ-organ tersebut (metabolisme atau eliminasi lintas pertama).

"emberian intra#ena (2) tidak mengalami absorpsi tetapi langsung masuk ke dalam sirkulasi sistemik, sehingga kadar obat dalam darah diperoleh secara capat, tepat, dan dapat disesuaikan langsung dengan respon penderita. Kerugiannya adalah mudah tercapai efek  toksik karena kadar obat yang tinggi segera mencapai darah dan $aringan, dan obat tidak dapat ditarik kembali.

2n$eksi subkutan (%C) atau pemberian obat melalui ba/ah kulit, hanya boleh digunakan untuk obat yang tidak menyebabkan iritasi $aringan. Absorpsinya biasanya ter$adi secara lambat dan konstan sehingga efeknya bertahan lama. 2n$eksi intramuskular (2') atau suntikkan melalui otot, kecepatan dan kelengkapan absorpsinya dipengaruhi oleh kelarutan obat dalam air. Absorpsi lebih cepat ter$adi di deltoid  atau vastus lateralis daripada di gluteus maksimus.

2n$eksi intraperitoneal atau in$eksi pada rongga perut tidak dilakukan untuk manusia karena ada bahaya infeksi dan adesi yang terlalu besar. "emberian secara in$eksi intra#ena menghasilkan efek yang tercepat, karena obat langsung masuk ke dalam sirkulasi. Efek lebih lambat diperoleh dengan in$eksi intramuskular, dan lebih lambat lagi dengan in$eksi subkutan karena obat harus melintasi banyak membran sel sebelum tiba dalam peredaran darah.

"raktikum kali ini mempala$ari tentang pengaruh cara pemberian obat terhadap absorpsi obat dalam tubuh (dalam hal ini pada tubuh he/an u$i). ikus dipilih sebagai he/an u$i karena proses metabolisme dalam tubuhnya berlangsung cepat sehingga sangat cocok 

(10)

untuk di$adikFn sebagai ob$ek pengamatan. "ada praktikum ini, di lakukan berbagai macam cara pemberian obat fenobarbital kepada * tikus $antan. "ada a/alnya mencit $antan bersifat normal (aktif berlari, meman$at, dll). Kemudian disuntikkan obat fenobarbital ke masing-masing mencit $antang dengan berbagai macam cara pemberian obat, yaitu oral, intra #ena, intra peritoneal, intra muscular, dan subcutan. Dosis yang diberikan kepada masing-masing mencit berbeda-beda, sesuai dengan berat badan mencit masing-masing. %etelah pemberian fenobarbital perubahan mulai ter$adi pada mencit, namun ada  perbedaan pada hasilnya, yaitu perbedaan pada /aktu obat mulai bereaksi terhadap masing-masing mencit.

Dari hasil percobaan didapatkan rata-rata onset dari yang tercepat

hingga terlama secara berurutan yaitu intravena 15 menit, intraperitoneal

16 menit, intramuskular 3,5 menit, per oral !",#5 menit dan subkutan 6$

menit. Dari data yang didapatkan tentang perbandingan rute pemberian

obat terhadap e%ekti&tasnya, menun'ukkan bah(a onset rute pemberian

melalui intravena adalah yang paling cepat, yaitu didapatkan hasil

rata-rata membutuhkan (aktu rata-rata-rata-rata 15 menit. )al ini sudah sesuai dengan

literatur yang menyebutkan bah(a rute pemberian intravena dapat

memberikan onset yang paling cepat karena obat langsung masuk

kepembuluh darah dan langsung terabsorbsi ke bagian tubuh yang sakit.

*edangkan onset yang paling lama tercapai adalah melalui subkutan yang

didapatkan hasil rata-rata sekitar 6$ menit. +etapi hasil yang didapatkan

tidak sesuai dengan literatur. Dalam literatur menyatakan bah(a onset

yang paling lama adalah peroral, karena rute pemberiannya paling

pan'ang dan harus melalui saluran pencernaan dan kemungkinan obat

dapat rusak oleh asam lambung, selain itu absorbsi obat terhambat oleh

makanan dalam lambung Anie%, 1""$.

Kesalahan hasil percobaan ini, dikarenakan karena mekanisme pemberian obat terutama in$eksi yang kurang benar, in$eksi yang salah dapat mengakibatkan obat terakumulasi pada $aringan yang salah sehingga absorbsi dan distribusi obat men$adi berbeda dari yang seharusnya. 2n$eksi yang salah $uga mengakibatkan dosis obat yang masuk tidak  sesuai dengan yang diharapkan bahkan obat tidak masuk ke sirkulasi sistemik. %elain itu, kondisi he/an coba yang mungkin kurang baik karena stress.

(11)

Dari hasil percobaan terhadap durasi obat, didapatkan hasil durasi terpendek sampai terpan$ang, yaitu per oral dan intramuskular ! menit, intra#ena  menit, intraperitoneal ! menit, dan subkutan !,* menit. Durasi tecepat yaitu per oral dan intramuskular dengan durasi rata-rata sekitar ! menit. 7al ini sesuai dengan literatur yang menyebutkan pada  pemberian per oral didapatkan durasi terpendek, disebabkan karena per oral mele/ati banyak 

fase seperti perombakan dihati men$adi aktif dan tidak aktif. %edangkan durasi yang terlama adalah subkutan, yang memiliki durasi rata-rata sekitar !,* menit, hal ini $uga sesuai dengan literatur yaitu pada pemberian sub cutan memiliki durasi yang lama, hal ini disebabkan karena obat akan tertimbun di depot lemak0 $aringan di ba/ah kulit sehingga secara perlahan- lahan baru akan dilepaskan sehingga durasinya lama (Anief, !).

"ada percobaan efek sedatif, obat yang digunakan adalah golongan barbiturat yaitu fenobarbital. +enobarbital ini bila digunakan sebagai anti hipnotik-sedatif, diberikan secara oral. bat ini diabsorbsi cepat dan beredar luas di seluruh tubuh. 2katan fenobarbital pada  protein plasma tinggi tetapi tingkat kelarutan lemak tidak begitu tinggi. Dosis sedasi *->!

mg. +enobarbital mencapai kadar puncak dalam @! menit dengan durasi ker$a ! hingga   $am./aktu paruh dari fenobarbital adalah ! hingga ! $am. +enobarbital dimetabolisme di hati dan diekskresikan ke urin kira-kira *: fenobarbital diekskresi ke urin dalam bentuk utuh (Kat&ung, !!5).

Pe+er'an Fen%ar'tal

• 6umus 'olekul 1 C7 =>

•  =ama Kimia 1 asam *-etil-*- fenilbarbiturat • Bobot molekul 1 >,5

• "emerian 1 hablur atau serbuk hablur, putih tidak berbau, rasa agak pahit.

(asam 5, fenil-5, etil barbiturat)

• Kelarutan 1 sangat sukar larut dlam air, agak sukar larut dalam kloroform, larut dalam

etanol.

• %ifat farmakologi 1

+enobarbital merupakan obat golongan barbitural yang berkhasiat sebagai hipnotik  sedati#e yang berefek utama depresi susunan saraf pusat. 7ipnotika adalah &at-&at yang dalam dosis terapi diperuntukkan meningkatkan keinginan tidur dan mempermudah atau menyebabkan tidur. <a&imnya, obat ini diberikan pada malam hari. Bilamana &at-&at ini diberikan pada pada siang hari dalam dosis yang lebih rendah untuk tu$uan menenangkan, maka dinamakan sedatif( obat-obat pereda). 7ipnotika0sedatif termasuk dalam kelompok 

(12)

 psikoleptika yang mencakup obat-obat yang menekan atau menghambat fungsi-fungsi susunan saraf pusat.

De/asa ini hanya beberapa barbiturat yang masih digunakan untuk indikasi-indikasi tertentu seperti fenobarbitural yang memiliki sifat antikon#ulsif. Dosis fenobarbital *->! mg beker$a sebagai sedati#um dan !! mg atau lebih sebagai obat tidur. #erdosis fenobarbital dapat menimbulkan depresi sentral dengan penghambat pernapasan  berbahaya, koma, dan kematian (Kat&ung, !!5)

Efek utama fenobarbital adalah depresi pada sistem saraf pusat. Efek ini dicapai dengan cara berikatan dengan komponen-komponen molekuler reseptor 9ABAA pada membran neuron sistem saraf pusat. 2katan ini akan meningkatkan lama pembukaan kanal ion klorida yang diakti#asi oleh 9ABA. "ada konsentrasi tinggi, fenobarbital $uga bersifat sebagai 9ABAmimetik dimana akan mengaktifkan kanal klorida secara langsung. "eristi/a ini menyebabkan masuknya ion klorida pada badan neuron sehingga potensial intra membran neuron men$adi lebih negatif ($ay, !!).

"ercobaan terhadap efek sedatif dilakukan dengan menghitung berapa kali tikus ter$atuh dari rotarod selama  menit, dihitung pada menit ke *, >!, 5*, @!, dan !. "ada  pemberian per oral didapatkan hasil frekuensi terbanyak tikus $atuh yaitu pada menit ke-!,

menun$ukkan bah/a kadar obat sudah mencapai puncak sehingga tikus tidak bisa men$aga keseimbangan dan ter$atuh dari rotarod. "ada pemberian secara intra#ena, didapatkan hasil frekuensi terbanyak tikus $atuh yaitu pada menit ke-@!, intraperitoneal pada menit ke-!, subkutan pada menit ke-!, dan intramuskular pada menit ke !. 'enurut literatur dosis sedasi *->! mg. +enobarbital mencapai kadar puncak dalam @! menit (Kat&ung, !!5). %ehingga perbandingan hasil percobaan dengan bila dibandingkan dengan literatur tidak  sesuai, karena rute pemberian obat yang berbeda-beda sehingga absorbsi obat $uga berbeda, dan /aktu kadar obat mencapai puncak berbeda. %elain itu, faktor lain yang mempengaruhi ketidaksesuaian hasil dengan literatur, yaitu penempata tikus pada rotarod yang tidak sesuai sehingga mudah ter$atuh.

)I. KESIMPULAN

a. 6ute pemberian obat dapat dilakukan melalui per oral yaitu melalui mulut dan mele/ati saluran cerna, intra#ena yaitu dengan mengin$eksi ke pembuluh darah #ena, intramuskular yaitu dengan mengin$eksi pada otot, intraperitoneal

(13)

yaitu dengan mengin$eksi di rongga perut, dan secara subkutan dengan mengin$eksi di ba/ah kulit.

.  "emberian obat secara intra#ena memberikan onset0 efek obat yang tercepat karena obat langsung masuk ke pembuluh darah, sementara onset yang terpan$ang yaitu secara per oral karena harus melalui saluran cerna.

$. Efek dari fenobarbital pada dosis >! mg dapat memberikan efek sedatif-hiptonik, hipnotik-sedatif merupakan golongan obat depresan susunan saraf   pusat (%%"), yaitu menyebabkan tenang atau kantuk, dan menidurkan.

)II. DAFTAR PUSTAKA

Anief, '. !. Perjalanan dan Nasib Obat Dalam Badan. 39' "ress. Gogyakarta Anonim.*. Farmakope Indonesia edisi IV . Depkes 62. ;akarta.

Ansel, 7. C. @. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. 32 "ress. ;akarta. Kat&ung, 9 B, !!5, Farmologi Dasar dan Klinik, E9C, ;akarta.

<ie/, !!, Tentang Obat dan Penakit , http100lie/@.com0!!0!>0!*0pengaruh-cara- pemberian-terhadap-absorpsi- obat0 diakses > April !5

'ycek, mary ;. dkk .!!>.  Farmakologi !lasan Bergambar "disi #. ;akarta 1 Buku kedokteran E9C. 7alaman -5

*yind'ia, alika, #$11, Keuntungan & kerugian Beberapa cara pemberian

obat .

http/00(((.syind'ia.com0#$110$30penggolongan-obat-pada-antibiotik$#.html diakses 13 april #$1!

im departemen +armakologi +K32.!!. Farmakologi dan Terapi. +K321;akarta.

$ay. .7 dan K. 6ahar$a, !!, Obat$obat Penting K%asiat, Penggunaan, dan "&ek$e&ek Sampingna  "disi ', " Ele4 'edia, ;akarta.

(14)

)III. LAMPIRAN

T!ga&

-. (ela&kan :akt%r8:akt%r =ang +e+#engar!*' a&%r&' %at ,ar' &al!ran $erna> a. Bentuk %ediaan

erutama berpengaruh terhadap kecepatan absorbsi obat, yang secara tidak langsung dapat mempengaruhi intensitas respon biologis obat. Dalam bentuk sediaan yang berbeda, maka  proses absorpsi obat memerlukan /aktu yang berbeda-beda dan $umlah ketersediaan hayati

kemungkinan $uga berlainan.

 b. %ifat Kimia dan +isika bat

Bentuk asam, ester, garam, kompleks atau hidrat dari bahan obat dapat mempengaruhi kekuatan dan proses absorpsi obat. %elain itu bentuk kristal atau polimorfi, kelarutan dalam lemak atau air, dan dera$at ionisasi $uga mempengaruhi proses absorpsi. Absorpsi lebih mudah ter$adi bila obat dalam bentuk non-ion dan mudah larut dalam lemak.

c. +aktor Biologis

Antara lain adalah p7 saluran cerna, sekresi cairan lambung, gerakan saluran cerna, /aktu  pengosongan lambung dan /aktu transit dalam usus, serta banyaknya pembuluh darah pada

tempat absorpsi.

(15)

Antara lain umur, makanan, adanya interaksi obat dengan senya/a lain dan adanya penyakit tertentu (<ie/, !!).

4. (ela&kan aga'+ana $ara #e+er'an %at ,a#at +e+#engar!*' %n&et ,an ,!ra&'>

Cara pemberian obat dapat mempengaruhi onset dan durasi dimana hubungannya dengan kecepatan dan kelengkapan absorbsi obat. Kecepatan absorbs obat di sini berpengaruh terhadap onsetnya sedangkan kelengkapan absorbs obat berpengaruh terhadap durasinya misalnya lengkap atau tidaknya obat yang berikatan dengan reseptor dan apakah ada factor   penghambatnya (Ansel, @).

/. (ela&kan ke!nt!ngan ,an ker!g'an ,ar' +a&'ng8+a&'ng $ara #e+er'an %at> Cara Pemberian Obat Intravena

2euntungan

epat mencapai konsentrasi

Dosis tepat 4udah mentitrasi dosis

2erugian

2onsentrasi a(al tinggi, toksik nvasiv, risiko in%eksi dan 4emerlukan

tenaga ahli

Cara Pemberian Obat Intravemuskuler

2euntungan

 +idak diperlukan keahlian khusus

Dapat dipakai untuk pemberian obat larut dalam minyak

Absorbsi cepat obat larut dalam air

2erugian

asa sakit

 +idak dapat dipakai pada gangguan bekuan darah

Bioavibilitas ber%ariasi.

7bat dapat menggumpal pada lokasi penyuntikan.

Cara Pemberian Obat Subkutan

(16)

Diperlukan latihan sederhana

Absorbsi cepat obat larut dalam air

4encegah kerusakan sekitar saluran cerna

2erugian

asa sakit dan kerusakan kulit

 +idak dapat dipakai 'ika volume obat besar

Bioavibilitas ber%ariasi, sesuai lokasi

Cara Pemberian Obat Oral

2euntungan

 +idak diperlukan latihan khusus

8yaman penyimpanan,muda diba(a 8on-invasiv,

lebih aman 9konomis.

2erugian

 :drug delivery; tidak pasti

*angat tergantung :kepatuhan pasien;

 +ingginya nteraksi / obat < obat, obat-makanan

Banyak obat rusak dalam saluran cerna.

9=poses drugs to &rst pass e>ect

(%yind$ia, ! ) 6. A#a t!"!an +enga,a#ta&'kan +en$'t &eel!+ ,'lak!kan #er$%aan>

u$uannya adalah agar mencit terbiasa dengan rotarod dan mengecek apakah mencit yang digunakan benar-benar sehat0 sudah tidak sehat.

1. (ela&kan +ekan'&+e ter"a,'n=a e:ek &e,at': ,an a#a e,an=a ,engan e:ek  ana&te&'>

'ekanisme efek sedatif1 "engikatan 9ABA (asam gamma amino butirat) ke reseptornya  pada membran sel akan membuka saluran klorida, meningkatkan efek konduksi klorida. Aliran ion klorida yang masuk menyebabkan hiperpolarisasi lemah menurunkan potensi  postsinaptik dari ambang letup dan meniadakan pembentukan ker$a-potensial. Ben&odia&epin terikat pada sisi spesifik dan berafinitas tinggi dari membran sel, yang terpisah tetapi dekat reseptor 9ABA. 6eseptor ben&odia&epin terdapat hanya pada %%" dan lokasi nya se$a$ar dengan neuron 9ABA. "engikatan ben&odia&epin memacu afinitas reseptor 9ABA untuk neurotansmitter yang bersangkutan, sehingga saluran klorida yang  berdekatan lebih sering terbuka keadaan tersebut akan memacu hiperpolarisasi dan

(17)

akan meningkatkan afinitas terhadap sisi sisi ikatan nya tanpa perubahan $umlah total sisi tersebut I. Efek klinis berbagai ben&odia&epin tergantung afinitas ikatan obat masing-masing pada kompleks ikatan ion, yaitu kompleks 9ABA reseptor dan klorida. Barbiturat  barangkali mengganggu transpor natrium dan kalium mele/ati membran sel. 2ni mengakibatkan inhibisi akti#itas sistem retikular mesensefalik. ransmisi polisinaptik %%" dihambat . Barbiturat $uga meningkatkan fungsi 9ABA memasukkan klorida ke dalam neuron, meskipun obatnya tidak terikat pada reseptor ben&odia&epin.

'ekanisme ker$a anastesi1 "usat mekanisme ker$a dari anastesi local terletak di membrane sel. Anastesi local memblok penyampaian implus dengn cara mencegah kenaikan permeabilitas membrane sel pada ion-ion natrium. "ada /aktu yang bersamaan ambang kepekaan terhadap rangsangan listrik lambat laun meningkat, yang pada akhirnya memblokir penerusan impuls ( 'ycek,!!>)

5. Car' ,an "ela&kan $ara !"' ,a=a &e,at': =ang la'n er'k!t alat8alat =ang ,'g!nakann=a>

a. 'etode u$i Chimoncy test

'encit ditempatkan di dalam suatu silinder sepan$ang >! cm yang diberi tanda pada ketinggian >! cm dan diameter tabung , cm. %ilinder ditegakkan dalam posisi #ertikal dan tikus akan berusaha meman$at dinding silinder. "ada mencit yang normal, mencit akan meman$at sampai batas tanda dalam /aktu >! detik.

 b. 'etode u$i "latform

Dilakukan pengamatan terhadap tingkah laku mencit di atas platform. Efek sedatif  ditun$ukkan dalam malas bergerak ($arang men$enguk-$engukkan kepala keluar dari  platform dan mencit cenderung tidk peduli dengan kondisi eksternal misalnya bunyi- bunyian.

Referensi

Dokumen terkait

Nilai-nilai itu kemudian digali dan dirumuskan menjadi suatu tatanan norma dan nilai yang kita sebut dengan Pancasila.Pancasila sebagai dasar negara Indonesia

Dapat disimpulkan bahwa variabel word of mouth memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian Kopi Kenangan pada generasi milenial, penelitian ini

Dan kemudian apakah ia sendiri yang menulis atau orang lain, ia mengatakan di dalam ayat 21, ini salah satu bagian yang paling baik terjemahannya di dalam Alkitab, 21 3:21

Se%a0ai *rotesional %idan dalam melaksanakan *raktekn)a arus sesuai den0an standard *ela)anan ke%idanan )an0 %erlaku+ Standar men/erminkan norma8 *en0etauan dan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat diambil kesimpulan bahwa Bakso sapi terpilih dari segi organoleptik dengan menggunakan uji deskripsi yaitu bakso sapi dengan

Di luar hubungan yang dibutuhkan antara berbagai disiplin bidang seni, seni pertunjukan sendiri pada saat yang sama juga membutuhkan akses pada berbagai

Metode Water irth merupakan metode alternati&amp; bagi ibu hamil yang akan melahirkan dan merupakan suatu metode melahirkandengan keuntungan lebih rileks dan dapat mengurangi

   Fakultas